48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umun Daerah Penelitian
Kecamatan Srumbung merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Magelang. Wilayah Kecamatan Srumbung terletak di sebelah timur wilayah Kabupaten
Magelang. Keberadaan wilayah Kecamatan Srumbung dibatasi oleh: Sebelah Utara
: Kecamatan Dukuh Sebelah Timur
: Dibatasi Propinsi DIY Sebelah Selatan
: Kecamatan Borobudur Sebelah Barat
: Kecamatan Muntilan Kecamatan Srumbung memiliki luas lahan pertanian sebesar 3958,10 hektar dan luas
lahan non pertanian sebesar 1067,8 hektar. Kecamatan Srumbung terdiri dari 17 desa salah satunya Desa Kaliurang. Desa Kaliurang memiliki luas lahan pertanian 437
hektar dan luas lahan non pertanian 180 hektar. Desa Kaliurang terdiri dari 5 dusun yaitu Dusun Kaliurang Selatan, Kaliurang Utara, Jrakah, Cepagan dan Sumberejo.
4.1.2 Karakteristik Petani Responden
Deskripsi karakteristik petani responden dilihat dari beberapa kriteria antara lain jenis kelamin, usia responden, pendidikan dan pengalaman bertani.
4.1.2.1 Karakteristik Petani Responden Menurut Jenis Kelamin
Berikut adalah jumlah responden atau sample anggota Gapoktan Ngudi Luhur Desa Kaliurang berdasarkan jenis kelamin yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Gambar
4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1 Responden Dirinci Berdasarkan Jenis Kelamin
Dusun Kelompok Tani
Jenis Kelamin
JUMLAH
Laki-Laki Perempuan
Jumlah Responden Orang
Kaliurang Selatan Tri Margo Mulyo 1
10
10
Kaliurang Utara Sumber Rejeki
9
9
Jrakah Tri Margo Mulyo 2
15
15
Cepagan Makmur Tani
8
8
Sumberejo Mulyo Tani
8
8
JUMLAH 50
50
Sumber: Data Primer diolah,2012
Sumber: Data Primer diolah,2012
Gambar 4.1 Responden Dirinci Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa jumlah jenis kelamin responden secara keseluruhan adalah laki-laki, tidak ada satupun kelompok tani yang memiliki anggota
perempuan. Hal tersebut dimungkinkan sifat laki-laki yang lebih ulet dalam usahatani dibandingkan perempuan.
4.1.2.2 Karakteristik Petani Responden Menurut Umur
Penelitian ini menggunakan objek penelitian berupa para petani salak tersebar di Desa Kaliurang. Jumlah petani yang dijadikan sample adalah sebanyak 50 petani salak dari
85 petani. Berdasarkan observasi dilapangan bahwa sumber daya manusia dapat diukur dari umur, tingkat pendidikan serta pengalaman bertani merupakan faktor
10 9
15
8 8
2 4
6 8
10 12
14 16
Laki-Laki Perempuan
penting dalam mengakomodasikan teknologi maupun keterampilan dalam usahatani salak.
Tabel 4.2 Responden
Dirinci Berdasarkan Usia
Sumber: Data Primer diolah,2012
Sumber: Data Primer diolah,2012
Gambar 4.2 Responden Dirinci Berdasarkan Usia
2 3
5
2 2
7 5
5 3
4
1 5
3 1
1 1
1 2
3 4
5 6
7 8
Kaliurang Selatan
Kaliurang Utara
Jrakah Cepagan Sumberejo
25-34 35-44
45-54 55-64
Dusun Kelompok Tani
Golongan Umur Tahun
JUMLAH
25-34 35-44
45-54 55-64
Jumlah Responden Orang
Kaliurang Selatan Tri Margo Mulyo 1
2 7
1
10
Kaliurang Utara Sumber Rejeki
3 5
1
9
Jrakah Tri Margo Mulyo 2
5 5
5
15
Cepagan Makmur Tani
2 3
3
8
Sumberejo Mulyo Tani
2 4
1 1
8
JUMLAH 14
24 10
2
50
Pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.2 diatas menjelaskan banyaknya responden penelitian di Desa Kaliurang. Jumlah responden petani salak rata-rata berusia 35-44 tahun yang
berjumlah 24 orang. Namun faktor usia tidak membatasi para petani untuk melakukan kegiatan usahatani. Hal ini terbukti dari jumlah responden yang berusia lanjut dan
tergolong bukan usia produktif tetapi masih mampu melakukan aktivitas usahatani.
4.1.2.3 Karakteristik Petani Responden Menurut Pendidikan
Pendidikan yang rendah merupakan salah satu hal yang masih melekat pada karakteristik petani salak. Tingkat Sekolah Menengah Atas merupakan pendidikan
yang paling banyak ditempuh oleh petani responden. Gambaran pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Responden Dirinci Berdasarkan Pendidikan
D usun
Kelompok Tani Tingkat Pendidikan
JUMLAH
SD SMP
SMA SMK
PT
Jumlah Responden Orang
Kaliurang Selatan Tri Margo Mulyo 1
3 2
4 1
10
Kaliurang Utara Sumber Rejeki
2 3
3 1
9
Jrakah Tri Margo Mulyo 2
3 10
1 1
15
Cepagan Makmur Tani
2 6
8
Sumberejo Mulyo Tani
2 2
4
8
JUMLAH 7
12 27
3 1
50
Sumber: Data primer diolah,2012
Sumber: Data primer diolah,2012
Gambar 4.3 Responden Dirinci Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan Tabel 4.3 dan Gambar 4.3 menunjukkan bahwa pendidikan responden sebagian besar sudah menempuh hingga Sekolah Menengah Atas SMA. Hal ini
dibuktikan oleh jumlah petani yang sekolah hingga SMA sebanyak 27 orang. Terdapat 3 orang petani yang menempuh pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan
SMK. Hanya ada satu responden yang mengenyam pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. Hal ini disebabkan keterbatasaan biaya yang dimiliki untuk
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
3 2
2 2
3 3
2 2
4 3
10
6 4
1 1
1 1
2 4
6 8
10 12
Kaliurang Selatan
Kaliurang Utara
Jrakah Cepagan
Sumberejo Tamat SD
Tamat SMP Tamat SMA
Tamat SMK Tamat PT
4.1.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani
Menurut hasil penelitian dengan petani salak sebanyak 50 orang responden, 26 petani berpengalaman bertani lebih dari 15 tahun. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel
4.4 dan Gambar 4.4
Tabel 4.4 Responden Dirinci Berdasarkan Pengalaman Berusahatani
Dusun Kelompok Tani
Lama Pengalaman Berusahatani Tahun
JUMLAH 5
6 - 10 11 - 15
15
Jumlah Responden Orang
Kaliurang Selatan Tri Margo Mulyo 1
2 1
7
10
Kaliurang Utara Sumber Rejeki
1 3
5
9
Jrakah Tri Margo Mulyo 2
1 2
4 8
15
Cepagan Makmur Tani
1 2
5
8
Sumberejo Mulyo Tani
1 3
4
8 JUMLAH
2 6
13 29
50
Sumber: Data Primer, diolah 2012
Sumber: Data Primer, diolah 2012
Gambar 4.4 Responden Dirinci Berdasarkan Pengalaman Berusahatani
Pengalaman berusahatani salak yang dimiliki petani menunjukkan lamanya petani dalam berusahatani tersebut. Semakin lama pengalaman bertani maka dapat dikatakan
sudah mengetahui dan sudah menguasai teknik berbudaya dalam kegiatan usahatani yang dijalankan. Dalam melakukan usahatani harus ada pendamping pembinaan,
pelatihan dari petugas penyuluh lapangan untuk membantu petani dalam menjalankan usahanya serta membantu memecahkan masalah yang terjadi dalam bertani.
4.1.3 Status kepemilikan dan Luas Lahan
4.1.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Status kepemilikan Lahan
Status kepemilikan lahan petani salak Desa Kaliurang ialah sebagian besar milik sendiri namun adapula petani yang menyewa tanah. Di setiap desa hanya beberapa
1 1
2 1
2 1
1 3
4 2
3 7
5 8
5 4
2 4
6 8
10
Kaliurang Selatan
Kaliurang Utara
Jrakah Cepagan
Sumberejo Lama Pengalaman Bertani Tahun 5
Lama Pengalaman Bertani Tahun 6 - 10 Lama Pengalaman Bertani Tahun 11 - 15
Lama Pengalaman Bertani Tahun 15
petani yang menyewa lahan namun ada juga desa yang semua lahan pertaniannya milik sendiri.
Tabel 4.5 Responden Dirinci Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan
Dusun Kelompok Tani
Status Kepemilikan Lahan
JUMLAH
Milik Sendiri
Menyewa Milik Sendiri
dan Menyewa
Jumlah Responden Orang
Kaliurang Selatan Tri Margo Mulyo 1
9 1
10
Kaliurang Utara Sumber Rejeki
9
9
Jrakah Tri Margo Mulyo 2
10 5
15
Cepagan Makmur Tani
8
8
Sumberejo Mulyo Tani
4 4
8
JUMLAH 40
10
50
Sumber: Data Primer,diolah 2012
Sumber: Data Primer,diolah 2012
Gambar 4.5 Responden Dirinci Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan
Berdasarkan Tabel 4.5 dan Gambar 4.5 dijelaskan bahwa status kepemilikan lahan sebagian besar milik sendiri hanya 10 petani yang menyewa lahan. Lahan yang
disewa petani tidak begitu besar jumlah luas lahan yang disewa petani.
9 9
10 8
4 1
5 4
2 4
6 8
10 12
Dusun Kaliurang
Selatan Kaliurang
Utara Jrakah
Cepagan Sumberejo Milik Sendiri
Menyewa Milik Sendiri dan Menyewa
Series4
4.1.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan
Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner diperoleh data luas lahan petani Gapoktan. Luas lahan yang dimiliki petani salak nglumut di Desa Kaliurang telah dirinci seperti
Tabel 4.6 dibawah ini:
Tabel 4.6 Responden Dirinci Berdasarkan Luasan Lahan Sebelum dan Sesudah Erupsi
Dusun Kelompok Tani
Luas Lahan
Luas Lahan Sebelum Erupsi Ha
JUMLAH
Luas Lahan Sesudah Erupsi Ha
JUMLAH
0,5 0,5 - 2
2 0,5
0,5 - 2 2
Jumlah Responden Orang
Kaliurang Selatan Tri Margo Mulyo1
9 1
10
10
10
Kaliurang Utara Sumber Rejeki
9
9
9
9
Jrakah Tri Margo Mulyo2
10 5
15
10 5
15
Cepagan Makmur Tani
8
8
8
8
Sumberejo Mulyo Tani
7 1
8
8
8 JUMLAH
43 7
50 45
5 50
Sumber: Data Primer,diolah 2012
Sumber: Data Primer,diolah 2012
Gambar 4.6 Responden Dirinci Berdasarkan Luas Lahan Sebelum Erupsi
Sumber: Data Primer,diolah 2012
Gambar 4.7 Responden Dirinci Berdasarkan Luas lahan Sesudah Erupsi
9 9
10 8
7
1 5
1 2
4 6
8 10
12
Luas Lahan 0,5 Ha Luas Lahan 0,5 - 2 Ha
Luas Lahan 2 Ha
9 9
10 8
7
1 5
1 2
4 6
8 10
12
Luas Lahan 0,5 Ha Luas Lahan 0,5 - 2 Ha
Luas Lahan 2 Ha
Pada Tabel 4.6, Gambar 4.6, dan Gambar 4.7 telihat bahwa luas lahan sebelum dan sesudah erupsi seluruh petani memliki luas lahan dibawah 0,5 hektar. Sebelum erupsi
petani yang memiliki luas lahan dibawah 0,5 hektar sebanyak 43 orang sedangkan setelah erupsi sebanyak 45 orang. Responden yang memiliki luas lahan antar 0,5
sampai 2 hektar sebanyak 7 orang untuk yang sebelum erupsi sedangkan setelah erupsi hanya 5 orang. Sementara itu tidak ada satupun petani yang memiliki luas
lahan diatas 2 hektar baik sebelum dan sesudah erupsi.
4.1.4 Profil Gapoktan Ngudi Luhur Desa Kaliurang Kecamatan Srumbung
Dalam penelitian ini yang diungkap dari profil Gapoktan Ngudi Luhur Di Desa Kaliurang ialah tahun berdirinya, anggota Gapoktan Ngudi Luhur dan kegiatan
Gapoktan. Gapoktan Ngudi Luhur adalah gabungan kelompok tani salak nglumut yang berdiri pada 11 Juni 2007, namun kelompok tani sudah ada sejak tahun 1983.
Seluruh anggota Gapoktan ialah laki-laki tidak ada satupun kelompok tani yang memiliki anggota perempuan. Hal tersebut dimungkinkan sifat laki-laki yang lebih
ulet dalam usahatani dibandingkan perempuan. Jumlah responden petani salak rata- rata berusia 35-44 tahun. Pengalaman budidaya salak nglumut lebih dari 15
tahun.Semakin lama pengalaman bertani maka dapat dikatakan sudah mengetahui dan sudah menguasai teknik berbudaya dalam kegiatan usahatani yang dijalankan.
Tabel 4.7 Perkembangan Gapoktan Ngudi Luhur
No Tahun
Jumlah Anggota
orang Harga
Salak Rpkg
Rata-rata Produksi Kg
Rata-rata Pendapatan Rp
1 2007
65 6000
2708 16248000
2 2008
76 6500
2981 19376500
3 2009
74 7000
3960 27720000
4 2010
85 7000
3960 27720000
5 2011
85 5000
3840 19200000
Sumber: Gapoktan,2012 Berdasarkan Tabel 4.7 dijelaskan bahwa jumlah anggota Gapoktan dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan namun ditahun 2009 mengalami pengurangan dikarenakan 2 anggota Gapoktan pindah kependudukan dari Desa Kaliurang, namun
pada tahun 2010 sampai dengan 2011 jumlah anggota Gapoktan bertambah cukup banyak. Anggota Gapoktan Ngudi Luhur terdiri dari lima kelompok tani yang ada di
lima dusun di Desa Kaliurang. Kelima kelompok tani tersebut ialah Tri Margo Mulyo 1 untuk Dusun Kaliurang Selatan, Sumber Rejeki untuk Dusun Kaliurang Utara, Tri
Margo Mulyo 2 untuk Dusun Jrakah, Makmur Tani untuk Dusun Cepagan dan Mulyo Tani untuk Dusun Sumberejo.
Rata-rata produksi dan rata-rata pendapatan Gapoktan Ngudi Luhur dari tahun ke tahun terlihat pada tabel diatas. Pada awal tahun 2007 hingga 2011 rata-rata produksi
dan rata-rata pendapatan terbesar pada tahun 2009 dan 2010. Pada tahun 2011 produksi dan pendapatan Gapoktan mengalami penurunan dikarenakan terkena
erupsi Merapi. Penurunan pendapatan Gapoktan karena saat terjadi erupsi tahun 2010 salak yang dijual rusak akibat tertutup abu vulkanik sehingga nilai jual salak
tersebut turun. Modal awal Gapoktan Ngudi Luhur semua berasal dari masing-masing anggota
kelompok tani yang ada. Seluruh anggota kelompok tani menyetorkan sejumlah uang yang sudah ditentukan oleh ketua Gapoktan kemudian uang tersebut dialokasikan
untuk pembelian bibit salak dan keperluan pertanian yang digunakan oleh anggota. Kepengurusan Gapoktan terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan beberapa seksi-
seksi. Masing-masing posisi jabatan mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama pentingnya dalam menjalankan kegiatan Gapoktan Ngudi Luhur.
Kegiatan Gapoktan meliputi kegiatan keorganisasian yakni pertemuan yang diadakan setiap satu bulan sekali tepatnya setiap Selasa Kliwon. Kegiatan ekonomi dari
Gapoktan antara lain kegiatan usahatani, dan berkebun tanaman lain.
4.1.5 Profil Usahatani Salak Nglumut Desa Kaliurang Kecamatan Srumbung
Pengembagan usahatani sebagai salah satu program pembangunan dilakukan di suatu daerah untuk memperhatikan potensi daerah tersebut. Desa Kaliurang Kecamatan
Srumbung merupakan salah satu desa di Kabupaten Magelang yang telah melaksanakan program pembangunan di bidang pertanian, yaitu dengan
mengembangkan budidaya tanaman salak nglumut, sehingga menjadikannya Desa
Kaliurang, Kecamatan Srumbung menjadi salah satu sentra produksi salak nglumut terbesar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang.
Sekarang ini banyak dikembangkan usaha membudidayakan buah-buahan asli Indonesia. Sebagai alternatif untuk memanfaatkan lahan secara optimal dan
menguntungkan dari segi usahatani, salah satu diantaranya adalah mengusahakan tanaman holtikultura salak. Bahwa tanaman salak merupakan salah satu komoditi
yang menarik untuk dikembangkan sebagai komoditi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.
Usahatani salak di Desa Kaliurang dikembangkan karena dijadikan komoditas utama di Kecamatan Srumbung,oleh karena itu Gapoktan Ngudi Luhur berusaha untuk tetap
menghasilkan produksi salak yang berkualitas dengan cara pengembangan menggunakan teknologi budidaya salak yang benar.
1. Penyiapan Bibit Tanaman salak pondoh prinsipnya dapat di perbanyak dengan cara generatif
biji dan vegetatif berupa anakan atau cangkokan anakan sebagai berikut : a. Bibit dari biji
Bibit dari biji sering menghasilkan tanaman yang sifatnya menyimpang segregasi dari induknya. Meski demikian, perbanyakan secara generatif dengan
biji penting artinya dalam pemulihan tanaman, yaitu sebagai bahan persilangan untuk
menghasilkan varietas baru. Dan hal penting yang perlu diperhatikan dalam penyiapan bibit dari biji adalah sebagai berikut :
1 Biji berasal dari buah yang tua masak di pohon. 2 Biji dipilih dari buah yang berukuran besar, berdaging tebal, manis dan
mempunyai sifat-sifat unggul lainya. 3 Biji dipilih dari buah yang berbiji 3 butir, karena peluang untuk
mendapatkan tanaman salak betina lebih besar dari pada buah salak berbiji 1 atau 2.
b. Bibit dari anakan Bibit dari anakan mempunyai beberapa kelebihan, antara lain mempunyai sifat
yang sama seperti induknya, masa remaja juvenilitas pendek atau cepat berubah, dan ukuran bibit relatif seragam. Bibit anakan dapat di peroleh dari
tiga cara yaitu memisahkan anakan langsung dari rumpun induk, cangkokan anakan, dan perbanyakan bibit secara klonal.
2. Penanaman Waktu tanam yang paling baik adalah pada awal musim hujan agar tersedia air
secara memadai. Hal yang penting diperhatikan dalam penanaman salak pondoh adalah mengatur komposisi jumlah tanaman salak jantan dan salak betina
apabila bibitnya berasal dari tanaman induk berumah dua. Komposisi yang ideal antara tanaman salak jantan dan salak betina dalam satu hamparan kebun adalah 1 :
10 sampai 1 : 20 artinya, setiap 10-20 rumpun salak betina minimal harus ada satu rumpun salak jantan. Penempatan rumpun salak jantan biasanya diantara rumpun
salak betina atau ditepi kebun yang sekaligus berfungsi sebagai pagar. Namun, apabila bibitnya berasal dari tanaman induk berumah satu atau bibit berasal dari hasil
perbanyakan vegetatif anakan atau cangkokan anakan yang sudah diketahui asal- usulnya, tidak perlu pengaturan komposisi bibit.
3. Pemanenan Waktu yang tepat untuk panen merupakan hal penting untuk mendapatkan buah
salak yang berkualitas tinggi. Buah salak harus dipanen ketika perkembangan fisik buah telah mencapai maksimum serta komponen kimiawi penyusunanya
telah terbentuk dengan jumlah yang sudah stabil.Tingkat kematangan yang tepat dapat ditentukan atas dasar umur buah,melihat penampakan buah ukuran, warna
kulit, duri, dan sisik, warna biji, daging buah, tekstur, dan rasanya serta kandungan kimiawinya.
4. Pemasaran Buah salak biasnya dijual langsung ke pedagang besar maupun ke pasar. Harga salak
biasanya ditentukan oleh harga pasar.
Kegiatan Gapoktan Ngudi Luhur mengembangkan kegiatan usahatani salak nglumut dibantu oleh dinas pertanian setempat. Gapoktan Ngudi luhur selama tahun 2009
mengekspor salak nglumut ke China dan Malaysia sampai saat ini.
4.1.6 Dampak Erupsi Merapi
Erupsi Merapi yang terjadi pada tanggal 26 Oktober 2010 berdampak pada masyarakat sekitar lereng Merapi. Desa Kaliurang merupakan salah satu desa yang
terkena dampak Erupsi Merapi. Erupsi Merapi berdampak pada usahatani salak nglumut yang ada di Desa Kaliurang. Salak nglumut Desa Kaliurang merupakan
komoditas utama di daerah tersebut, ketika abu Merapi menutup tanaman salak produksi salak menjadi menurun di Kabupaten Magelang. Berikut ini merupakan data
produksi salak di Desa Kaliurang dari tahun 2009-2011
Tabel 4.8 Produksi Salak Nglumut Tahun 2009-2011
No Dusun
Kelompok Tani Tahun 2009
Tahun 2010 Tahun 2011
Produksi kgha
Produksi kgha
Produksi kgha
1
KALIURANG SELATAN
Tri Margo Mulyo 1 850
850 850
2
KALIURANG UTARA
Sumber Rejeki 700
725 725
3
JRAKAH
Tri Margo Mulyo 2 980
980 930
4
CEPAGAN
Makmur Tani 655
655 635
5
SUMBER REJO
Mulyo Tani 775
750 700
JUMLAH
3960 3960
3840
Sumber Data: Data Primer 2012 diolah
Dari Tabel 4.8 diatas dapat dijelaskan bahwa produksi salak nglumut di Desa Kaliurang yang mengalami kerugian terbesar ialah Dusun Jrakah dan Dusun Sumber
Rejo di mana dusun tersebut kehilangan 50 kg setelah adanya erupsi Merapi hal ini dikarenakan jarak dusun dekat dengan Gunung Merapi. Dusun Cepagan mengalami
kerugian sedikit hanya 25 kg salak yang tidak dapat dinikmati. Menurunnya jumlah produksi salak di Desa Kaliurang menyebabkan pendapatan petani salak menurun.
Hal ini di karenakan tanaman salak banyak yang tertutup abu vulkanik ataupun tanaman salak mejadi rusak. Upaya yang dilakukan untuk memulihkan produksi salak
kembali seperti semula dengan cara memotong batang salak yang rusak dan membuang bunga salak yang tertutup abu vulkanik. Agar tanaman salak dapat pulih
kembali dengan cepat. Akses jalan menuju pasar untuk menjual hasil produksi terhambat dikarenakan
jembatan penghubung menuju tempat berjualan produksi salak terputus. Banyak
petani yang hanya menjual hasil produksi salak di daerah setempat ataupun didiamkan begitu saja sehingga kualitas buah menurun.
Kualitas buah yang mengalami penurunan mengakibatkan pendapatan petani salak menurun yang semula 1kg salak dihargai Rp7000 setelah adanya erupsi menurun
menjadi Rp 5000. Pendapatan petani salak di Desa Kaliurang pada saat terjadi erupsi Merapi sangat sedikit. Setelah adanya erupsi Merapi petanipun sulit untuk
mendapatkan hasil yang baik dikarenakan masih ada tanaman yang tertutup abu vulkanik, selain itu kendala yang dialami petani ialah untuk mendapatkan peralatan
pertanian dan pupuk dengan harga murah seperti sebelum adanya erupsi Merapi.
4.1.7 Perbedaan Pendapatan Petani Salak Nglumut Sebelum dan Sesudah Erupsi Merapi
Perbedaan pendapatan petani salak nglumut di Desa Kaliurang setelah adanya erupsi Merapi dapat dilihat melalui perhitungan uji beda signifikansi dengan menggunakan
sofware SPSS 16.0 dengan jumlah responden sebanyak 50 petani yang terdapat di Desa Kaliurang. Berikut ini merupakan hasil uji t statistik
untuk data berpasangan yaitu untuk mengetahui perubahaan pendapatan usahatani salak para
responden sebelum dan sesudah terjadi erupsi Merapi dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.9 Hasil Pengujian statistik t hitung terhadap Pendapatan Usahatani
Mean N
Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 PendapatanSebelum
27720000.00 50
2.129E7 3010771.538
PendapatanSesudah 19200000.00
50 1.047E7
1480898.789
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS, 2012 Berdasarkan Tabel 4.9 diatas diperoleh rata-rata pendapatan petani salak nglumut
sebelum adanya erupsi Merapi sebesar Rp 27.720.000 dan rata-rata pendapatan petani salak nglumut sesudah adanya erupsi Merapi sebesar Rp 19.200.000.
Pendapatan petani salak menunjukan perbedaan antara sebelum adanya erupsi dan sebelum adanya erupsi Merapi.
Pada kolom Paired Sample Test untuk sample sebanyak 50 petani terdapat nilai t- hitung sebesar 5,399 t-tabel sebesar 1,6782 dengan df 49 dan tingkat kepercayaan
95 dan tingkat signifikan probabilitas pada kolom Sig 2-tailed=000, hal ini menunjukan bahwa secara signifikan memang terdapat perbedaan dalam
produktivitas salak nglumut sebelum dan sesudah terjadi erupsi Merapi .
Hasil uji beda rata-rata menunjukan perbedaan yang signifikan antara produktivitas sebelum dan sesudah adanya erupsi Merapi. Produktivitas sebelum adanya erupsi
Merapi lebih banyak karena jumlah buah yang dijual masih dalam kondisi yang
bagus daripada sesudah erupsi selain jumlah buah yang dijual dengan harga murah juga jumlah tanaman yang berkurang sehingga produktivitas menurun.
4.1.7.1 Struktur Usahatani Salak Nglumut
Pada analisis usahatani salak nglumut perlu diketahui penerimaan, biaya usahatani dan pendapatan. Hasil penelitian dapat dibedakan menjadi dua struktur usahatani
salak nglumut sebelum dan sesudah adanya erupsi Merapi. Hal ini bertujuan untuk membedakan struktur usahatani salak sebelum dan sesudah adanya erupsi Merapi.
Tabel 4.10 Analisis Rata
– rata Usahatani Salak Nglumut Sesudah dan Sebelum Erupsi Merapi
Sumber : Data Primer 2012 diolah Table 4.10 menjelaskan bahwa terdapat perbedaan struktur usahatani petani sebelum
dan sesudah adanya Erupsi Merapi. Biaya usahatani terbesar digunakan untuk tenaga kerja dan pembelian bibit salak. Sebesar Rp 5.110.000 dalam setahun biaya yang
dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja. Sedangkan bibit pada saat sebelum erupsi seharga Rp 3000 namun ketika terjadi erupsi naik sebesar Rp 2000 menjadi Rp
No Analisis Usahatani Salak
Jumlah Sebelum
Erupsi Merapi
Sesudah Erupsi Merapi 1
Struktur Penerimaan Usahatani TR = P x Q
Q 3.960 Kg
3.840 Kg P
Rp 7000 Rp 5.000
TR Rp 27.720.000
Rp 19.200.000 2
Struktur Biaya Usahatani Salak TC = TFC + TVC
TVC Tenaga Kerja
Rp 5.110.000 Rp 7.360.000
Bibit Rp 1.950.000
Rp 1.600.000 Pupuk
Rp 1.359.000 Rp 1.470.000
Total TVC Rp 8.419.000
Rp 10.430.000 TFC
Keranjang Rp 120.000
Rp 100.000 Cangkul
Rp 800.000 Rp 190.000
Tas Panen Rp 80.000
Rp 25.000 Kaos Tangan Kulit
Rp 100.000 Rp 180.000
Sabit Rp 625.000
Rp 150.000 Gunting
Rp 15.000 Rp 20.000
Total TFC Rp 1.740.000
Rp 665..000 TC
Rp 10.159.000 Rp 11.095.000
3 Pendapatan Usahatani Salak
π = TR – TC TR
Rp 27.720.000 Rp 19.200.000
TC Rp 10.159.000
Rp 11.095.000 Π
Rp 17.561.000 Rp 8.105.000
5000. Dilihat dari hasil penelitian biaya produksi sebelum erupsi tahun 2009 lebih rendah dibanding sesudah erupsi 2011 dikarenakan biaya produksi setelah erupsi
mengalami kenaikan. Tahun 2010 erupsi Merapi terjadi di Kabupaten Magelang sehingga untuk struktur usahatani hanya dilihat untuk tahun sebelum dan sesudah
terjadi erupsi Merapi.
4.1.7.2 Analisis Keuntungan ReturnCost Ratio RC
Analisis keuntungan dilakukan untuk menentukan nilai keuntungan petani dari kegiatan berusahatani salak nglumut. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan
antara total penerimaan dengan total biaya produksi pada satu tahun antara sesudah dan sebelum erupsi Merapi. Produksi rata-rata pertahun sebelum adanya erupsi
Merapi sebesar 3.960 Kg, namun setelah adanya erupsi Merapi jumlah rata-rata produksi menurun menjadi 3.840 Kg. Harga jual salak nglumut sebelum adanya
erupsi sebesar Rp 7000kg, kemudian turun menjadi Rp 5000kg setelah adanya erupsi Merapi. Penerimaan yang diterima petani sebelum adanya erupsi Merapi
sebesar Rp 27.720.000, sedangkan setelah erupsi Merapi penerimaan petani turun menjadi Rp 19.200.000. Biaya total yang dikeluarkan petani salak pondoh sebelum
erupsi Merapi sebesar Rp 10.159.000, sedangkan biaya total sesudah erupsi sebesar Rp 11.095.000. Perbandingan total penerimaan dengan total biaya untuk usahatani
salak nglumut sebelum erupsi Merapi didapat RC sebesar 2,72 sedangkan untuk sesudah erupsi didapat RC sebesar 1,73. Hasil RC sebelum erupsi sebesar 2,72
artinya bahwa setiap Rp 1000 biaya total yang dikeluarkan dalam usahatani salak nglumut, maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2.720 serta hasil
setelah erupsi sebesar 1,73 artinya setiap Rp 1000 biaya yang dikeluarkan dalam usahatani salak nglumut, maka petani memperoleh penerimaan sebesar Rp 1730.
Berdasarkan nilai RC sebelum dan sesudah erupsi Merapi dapat disimpulkan bahwa usahatani sebelum adanya erupsi Merapi menerima keuntungan yang lebih besar
dibanding dengan sesudah adanya erupsi Merapi.
4.2 Pembahasan