Perbedaan Trust antara Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum

116 mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum dengan mahasiswa Program Studi Ilmu Psikologi UNNES terhadap institusi kepolisian ” diterima.

4.5 Pembahasan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan trust antara mahasiswa program studi ilmu hukum dengan mahasiswa program studi ilmu psikologi terhadap institusi kepolisian. Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan skala trust

4.5.1 Perbedaan Trust antara Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum

dengan Mahasiswa Program Studi Ilmu Psikologi terhadap Institusi Kepolisian Secara Umum Temuan yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu ada perbedaan trust antara mahasiswa program studi ilmu hukum dengan mahasiswa program studi ilmu psikologi. Secara umum trust mahasiswa program studi ilmu hukum lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa program studi ilmu psikologi, persentase yang tinggi pada mahasiswa yang program studi ilmu hukum ini dapat dijelaskan melalui dinamika psikologis. Kondisi sosial politik yang terjadi di tengah masyarakat saat ini yang penuh dengan ketidakpuasan dan krisis kepercayaan terhadap institusi pemerintahan dan penegak hukum, dapat berimbas pada reputasi kepolisian di mata masyarakat khususnya mahasiswa, mahasiswa di dalam dimensi psikologisnya yang terdiri dari beberapa dimensi yang diawali melalui dimensi kognitif, dimensi ini berkaitan dengan persepsi, ingatan, belajar, berpikir, dan 117 problem solving Morgan dkk dalam Bimo Walgito, 2004: 87. Kegiatan atau proses tersebut sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh individu terkait institusi kepolisian dan individu mengadakan respon terhadap stimulus yang mengenainya, respon tersebut dilakukan berdasarkan ingatan atau pengalaman yang kemudian dipadukan dengan komptensi yang merupakan hasil dari pembelajaran individu mahasiswa selama ini guna untuk memperoleh konsep yang tepat mengenai pandangan terhadap institusi kepolisian. Berlanjut pada dimensi afektif perasaan, menurut Chaplin dalam Bimo Walgito, 2004: 203 dimensi ini meliputi suatu keadaan individu sebagai akibat dari persepsi terhadap stimulus baik eksternal maupun internal. Perasaan itu bersifat subjektif, stimulus yang sama namun dapat dipersepsikan berbeda pada tiap individunya. Menurut Bigot dalam Bimo Walgito, 2004: 207 perasaan yang bersifat psikis dapat dibedakan atas a perasaan intelektual: b perasaan kesusilaan; c perasaan keindahan; d perasaan sosial atau kemasyarakatan; e perasaan harga diri; f perasaan ke-Tuhanan. Perasaan sosial atau kemasyarakatan ini timbul dalam hubungannya dengan interaksi sosial, perasaan ini dapat bermacam-macam coraknya, misalnya perasaan senang atau simpati, perasaan tidak senang atau antipati. Jadi perasaan individu mahasiswa terhadap institusi kepolisian tergantung pada stimulus yang didapati, apabila anggota kepolisian yang merupakan representasi dari institusi kepolisian tersebut menampakkan tindakan yang sesuai dengan norma maka akan menimbulkan perasaan positif pada diri individu mahasiswa begitu juga sebaliknya perasaan itu dapat menjadi negatif bila kepolisian menyalahi norma. 118 Kemudian berlanjut pada dimensi konatif, dimensi ini berhubungan dengan motif. Menurut Branca dalam Bimo Walgito, 2004: 220 motif adalah suatu kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang mendorong untuk berbuat. Jadi apabila keyakinan yang dimiliki oleh individu semakin kuat hal ini dapat mendorong untuk timbulnya rasa percaya. Menurut Bromily dan Cummings 1995, McKnight, Cummings, dan Chervany 1998 dalam Giulio Vidotto dkk, 2012: 576 keyakinan belief diidentifikasikan sebagai komponen kunci kepercayaan. Hal yang dipaparkan sebelumnya sejalan dengan yang dikatakan oleh Deutsch Coleman 2006: 98-99 yang secara garis besarnya menyatakan bahwa faktor predisposisi kepribadian, pengalaman aktual yang positif, reputasi pihak lain yang positif serta orientasi psikologis memiliki andil dalam membentuk tingginya trust di dalam diri setiap individu. Lebih tingginya tingkat trust pada mahasiswa program studi ilmu hukum disebabkan karena mahasiswa program studi ilmu hukum memiliki keterlibatan secara komunitas dengan institusi kepolisian dibandingkan dengan mahasiswa program studi ilmu psikologi, dengan sering dilibatkannya mahasiswa hukum oleh institusi kepolisian dalam setiap sosialisasi undang-undang dan seminar-seminar kepolisian membuat mahasiswa hukum memiliki pengalaman positif terhadap institusi kepolisian, sehingga pada akhirnya memandang kepolisian sebagai satu kesatuan institusi utuh bukan lagi memandang secara personal. Hal ini sejalan dengan Hamrick dalam Ivan Muhammad Agung, 2013: 5 yang menyatakan bahwa ada empat yang mempengaruhi trust yaitu keterlibatan komunitas, 119 pemberitaan media, status kepercayaan internal dan akses institusi. Sedangakan untuk pengalaman positif, hal ini sejalan dengan Cook dalam Ivan Muhammad Agung, 2013: 6 yang menyatakan bahwa pengalaman positif yang diberikan institusi membuat kepercayaan yang dimiliki seseorang menjadi tinggi, begitu pula sebaliknya. Rendahnya trust pada mahasiswa porgram studi ilmu psikologi yang secara empati lebih tinggi di bandingkan mahasiswa lainnya bisa dikarenakan predisposisi kepiribadian pada mahasiswa program studi ilmu psikologi menjadi berubah seiring orientasi psikologis mahasiswa program studi psikologis terhadap institusi kepolisian tidak memiliki kesesuaian dan kesamaan lagi dengan jiwa mereka. Hal ini sejalan dengan Deutsch Coleman 2006: 98-99 yang menyatakan bahwa predisposisi kepribadian dan orientasi psikologis pada setiap individu berhubungan langsung dengan tinggi atau rendahnya trust pada pihak lain. Jika dispesifikan dan diklasifikasikan kembali berdasarkan item-item dalam instrumen skala trust maka akan didapatkan temuan lainnya yang berkaitan pada permasalahan yang dihadapi pihak kepolisian, temuan tersebut adalah didapatkannya hasil bahwa mahasiswa Program studi ilmu hukum begitu percaya bahwa kepolisian mampu mengatasi dan menghindari KKN terjadi di dalam instiusinya, kepercayaan mahasiswa Program studi ilmu hukum dapat dikategorikan tinggi dalam hal ini berbeda dengan mahasiswa Program studi ilmu psikologi yang hanya berada pada taraf kategori sedang. 120 Korupsi Kolusi dan Nepotisme KKN merupakan sebagai salah satu faktor utama yang menyebakan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap institusi, dan untuk menguatkan kembali kepercayaan tersebut, tidak ada alternatif lain selain melakukan pencegahan dan pemberantasan terhadap setiap tindak korupsi yang muncul dalam Nawawi, 2012: 24. Permasalahan kriminalitas dan Premanisme serta terorisme, untuk mahasiswa Program studi ilmu hukum memiliki trust yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa Program studi ilmu psikologi. Permasalahan kepolisian berikutnya adalah masalah narkoba, dalam hal ini mahasiswa Program studi ilmu psikologi memiliki trust yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa Program studi ilmu hukum dalam mempercayai kemampuan institusi kepolisian mengatasi permasalahan tersebut. Pada permasalahan pencurian, tingkat trust pada mahasiswa Program studi ilmu hukum lebih tinggi dibandingkan mahasiswa Program studi ilmu psikologi. Trust masyarakat khususnya mahasiswa terhadap institusi kepolisian bergantung pada peforma kinerja yang ditampilkan oleh kepolisian dalam melayani dan melindungi masyarakat dari kriminalitas, sehingga bila kriminalitas masih banyak terjadi di lingkungan masyarakat maka kepuasan masyarakat menjadi menurun dan berimbas pada berkurangnya rasa percaya terhadap kepolisian dalam Boateng, 2012:16. Selanjutnya untuk permasalahan kepolisian berikutnya adalah berkenaan dengan bidang pelayanan publik, mahasiswa Program studi ilmu hukum taraf kepercayaannya lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa Program studi ilmu 121 psikologi. Tingginya tingkat kepercayaan pada bidang pelayanan merupakan indikasi bahwa, reformasi kepolisian yang dicanangkan oleh polri sedikit banyak telah terlihat hasilnya. Salah satu bentuk reformasi dalam bidang pelayanan adalah dibentuknya suatu sistem yang terintegrasi dalam mengurus surat-surat kendaran bermotor, yang kini menjanjikan pelayanan lebih prima, tindakan ini merupakan suatu langkah yang responsif yang dilakukan oleh pihak kepolisian. Langkah responsif ini terlahir dari keinginan yang proaktif dari pihak institusi untuk mempelajari dan menganalisis kebutuhan-kebutuhan masyarakat, yang pada akhirnya bermuara pada ditetapkannya kebijakan-kebijakan yang strategis guna memenuhi semua kepentingan umum dalam Nawawi, 2012: 25. Kebutuhan untuk merasa aman juga ditengarai memiliki andil dalam membuat meningkatnya kepercayaan. Mahasiswa secara otomatis ketika dalam kondisi butuh untuk merasa aman, secara spontan mereka akan langsung menaruh rasa percaya yang sangat kuat terhadap institusi kepolisian. Hal ini sejalan dengan Maslow 2002: 56 yang menempatkan kebutuhan rasa aman sebagai kebutuhan yang mendasar di dalam diri manusia. Selain karena mulai terlihatnya progres peforma kinerja yang dilakukan oleh institusi kepolisian dalam membenahi institusinya menjadi lebih baik, sehingga membuat trust pada mahasiswa Program studi ilmu hukum dan Psikologi cenderung pada kategori tinggi, ternyata status pendidikan juga memiliki andil besar di dalam membentuk kecenderungan untuk percaya pada pihak lain, hal ini sejalan dengan penelitian Huang 2011: 306 yang menyatakan 122 bahwa status pendidikan perguruan tinggi memiliki peran yang kuat dalam mendukung menaikkan trust pada diri individu terhadap pihak lain.

4.5.2 Gambaran Tingkat