Perkembangan Akar Bibit Rhizophora Mucronata Lamk Pada Berbagai Intensitas Naungan

PERKEMBANGAN AKAR BIBIT Rhizophora mucronata Lamk
PADA BERBAGAI INTENSITAS NAUNGAN

SKRIPSI

Oleh:
WAHYUNAL YURISWAN
101201086

PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA TARA
MEDAN
2014

Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian :

Perkembangan Akar Bibit Rhizophora Mucronata Lamk

Pada Berbagai Intensitas Naungan

Nama
NIM
Minat

:
:
:

Wahyunal Yuriswan
101201086
Budidaya Hutan
Menyetujui
Komisi Pembimbing

Mohammad Basyuni, S.Hut, M.Si, Ph.D
Ketua

Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri M.Si

Anggota

Mengetahui,

Siti Latifah, S.Hut, M.Si., Ph.D
Ketua Program Studi Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
WAHYUNAL YURISWAN: Root development of Rhizophora mucronata Lamk
In Different Shade intensity. Supervised by MOHAMMAD BASYUNI and LOLLIE
AGUSTINA P. PUTRI
The reduced area of mangrove forests due to various pressures required
rehabilitation activities throughout the damaged area mangrove forests.
Rhizophora mucronata is one of the plants in the mangrove ecosystem that has
stilt roots so that able to withstand the brunt of the ocean waves. It is need to
provide R. mucronata seedlings in mangrove rehabilitation. This study aims to
determine the best shade intensity for seedling root growth R. mucronata. This
research was conducted in the seedling location of Jaring Halus Village sub- district

Secanggang and Laboratory of Forest Soil Biology , Soil Departement, Agriculture
Faculty, University of North Sumatera during 3 months i.e Oktober-January 2014.
This research use the Completely random design (GRD) with 5 treatment i.e 0% of
shading, 25% of shading, 50% of shading, 75% of shading, and 100% of shading for
15 replication. The results showed 0% shade intensity has better growing number
of secondary roots and primary root length than the other shade intensity. In this
study also estimated the spacing of R. mucronata seedlings is better at 3 x 2
meters based on the results of root length density.
Keywords: Root,Intensity of Shading, Development, Rhizophora Mucronata

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
WAHYUNAL YURISWAN : Perkembangan Akar Bibit Rhizophora Mucronata
Lamk Pada Berbagai Intensitas Naungan. Di bawah bimbingan MOHAMMAD
BASYUNI dan LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI.
Menurunnya luasan hutan mangrove karena berbagai tekanan yang ada
mengharuskan kegiatan rehabilitasi dilakukan diseluruh daerah hutan mangrove
yang rusak. Rhizopora mucronata merupakan salah satu tumbuhan di ekosistem
mangrove yang memiliki akar tunjang sehingga jenis ini mampu bertahan dari

terjangan ombak laut. Hal ini membuat perlunya pembibitan jenis R. mucronata
dalam rehabilitasi hutan mangrove. Penelitian ini bertujuan menentukan intensitas
naungan terbaik untuk pertumbuhan akar bibit R. mucronata. Penelitian dilakukan
di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang dan di Laboratorium Biologi Tanah
Hutan, Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
yang dilaksanakan pada bulan Oktober sampai bulan Januari 2014. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan 5 perlakuan,
yaitu intensitas naungan (0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%) yang diulang sebanyak
10 sehingga diperoleh 50 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukaan intensitas
naungan 0% memiliki pertumbuhan jumlah akar sekunder dan panjang akar
primer yang lebih baik dari pada intensitas naungan lainnya. Dalam penelitian ini
juga telah diestimasi jarak tanam bibit R. mucronata yang baik adalah 3 x 2 meter
berdasarkan hasil kerapatan panjang akar.
Kata kunci: Akar, Intensitas Naungan, Perkembangan, Rhizophora Mucronata

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sebuah desa atau tapatnya Natal, 16 Agustus 1992
dari pasangan bapak Ir. Niswan dan Ibu Yuridawati. Penulis merupakan anak

pertama dari 5 bersaudara.
Penulis menempuh pendidikan formal di SDN 067248 Negeri Medan dan
lulus pada tahun 2004. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMPN 43
Medan dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan di SMAN 3 Medan dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010 juga
penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa di Program Studi Kehutanan,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB-SPMB
Penulis juga aktif dalam kegiatan organisai baik di dalam maupun di luar
kampus yaitu: sebagai anggota Badan Kenaziran Mushollah Kehutanan USU
tahun 2012-2013, ketua kreativitas Rain Fores Community tahun 2011-2013,
anggota Himpunan Mahasiswa Silva (HIMAS), ketua PSDM Inkubator Sains
USU 2013-2014, anggota Koalisi Pemuda Hijau Indoneisa (KOPHI) 2011-2012,
Penulis juga menjadi asisten Geodesi dan Kartografi tahun 2012-2013,
koordinator asisten Praktikum Dendrologi tahun 2013-2014, asisten Ekologi
Hutan tahun 2012-2014, asisten Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH)
tahun 2012-2014
Penulis melakukan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Taman
Hutan Raya Bukit Barisan dan Hutan Pendidikan di Berastagi, Kabupaten Karo
pada tahun 2012. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Taman


Universitas Sumatera Utara

Nasional Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur dari tanggal 4
Februari sampai 8 April 2014.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah mengkaruniakan
berkah dan kasih sayang-Nya sehingga atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Perkembangan Akar Bibit Rhizophora Mucronata Lamk
Pada Berbagai Intensitas Naungan”. Dalam penyelesaian skripsi ini banyak pihak
yang telah membantu penulis. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Kedua orang tua, Bapak Ir. Niswan dan Ibu Yuridawati, yang selalu
memberikan kasih sayangnya yang tak terbatas, dukungan moril serta materil
kepada penulis. Semua hal yang kedua orang tua penulis berikan merupakan
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk segala hal
yang diberikan kepada penulis, tanpa kedua orang tua penulis skripsi ini tidak
akan pernah terselesaikan.

2. Bapak Mohammad Basyuni, S.Hut., M.Si., Ph.D dan Ibu Dr. Ir. Lollie
Agustina P. Putri M.Si selaku Komisi Pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing, serta memberikan kritik dan saran terhadap
penulisan skripsi ini.
3. Seluruh masyarakat Desa Jaring Halus khususnya Bapak Muktamar Laia
selaku kepala desa, Bapak Misnan, Bapak Jai, dan Bapak Taufik yang telah
banyak membantu dalam pembuatan pembibitan di lokasi penelitian.
4. Rekan tim peneliti (Rahman Abdel Rouf, Mahdi Saragih, dan Adnin Musadri
Asbi) yang telah memberikan semangat dan kerjasama saat melakukan
penelitian, serta teman-teman angkatan 2010 di Program Studi Kehutanan,
khususnya di Budidaya Hutan 2010.

Universitas Sumatera Utara

5. Rekan – rekan seperjuangan Ferry Aulia Hawari, Muhaimin Zikri, Yohanes
Ginting dan Ardiansyah Muda beserta seluruh anggota Rain Forest
Community dalam membantu kegiatan pembibitan. Serta Dita Sari
Prabuningrum dalam membantu pengerjaan skripsi ini hingga selesai.
6. Terakhir, penulis hendak menyapa setiap nama yang tidak dapat penulis
cantumkan satu per satu, terima kasih atas doa yang senantiasa mengalir tanpa

sepengetahuan penulis. Terimakasih sebanyak-banyaknya kepada orang-orang
yang turut bersuka cita atas keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa pembuatan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi materi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca demi penyempurnaan skripsi ini.
Penulis berharap semoga kedepannya skripsi ini dapat bermanfaat dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang kehutanan.

Medan, Juni 2014
Penulis

Wahyunal Yuriswan

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT .................................................................................................. i
ABSTRAK .................................................................................................. ii

RIWAYAT HIDUP .................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
DAFTAR TABEL ...................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi
PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................. .................. 1
Kerangka Pemikiran................................................................. ......... 3
Tujuan Penelitian....................................................... ........................ 4
Hipotesis Penelitian....................................................... .................... 4
Manfaat Penelitian....................................................... ...................... 5
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Mangrove ................................................................................ 6
Rhizhopora mucronata........... ............................................................ 8
Naungan........... .................................................................................. 9
Perakaran............. .............................................................................. 9
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat ............................................................................ 12
Kondisi Geografis Desa ..................................................................... 12
Kondisi tanah dan Iklim Jaring Halus ............................................... 13

Alat dan bahan ................................................................................... 13
Metode Penelitian .............................................................................. 13
Prosedur Penelitian ............................................................................ 14
Parameter yang Diamati .................................................................... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase hidup bibit R. mucronata ................................................. 19
Mortalitas bibit R. mucronata ............................................................ 20
Jumlah akar bibit R. mucronata ......................................................... 21
Diameter akar utama bibit R. mucronata ........................................... 23
Panjang akar utamadan akar primer bibit R. mucronata ................... 23
Biomassa akar pada bibit R. mucronata ............................................ 25
Luas permukaan akar utama pada bibit R. mucronata ...................... 26
Kerapatan panjang akar bibit R. mucronata ...................................... 26
Dimeter bibit R. mucronata ............................................................... 27
Tinggi bibit R. mucronata.................................................................. 28

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ......................................................................................... 35

Saran .................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 36
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
No.

Halaman

1. Karakteristik benih matang................................................................. ... ......15
2. Pertumbuhan diameter akar utama.......... ............................................... ......23
3. Pertambahan panjang akar utama dan akar primer bibit R. mucronata.........24
4. Biomassa akar bibit R. mucronata.. ....................................................... ......25
5. Luas permukaan akar utama bibit R. mucronata...........................................26
6. Kerapatan panjang akar bibit R. mucronata.......... ................................. ......26
7. Estimasi jarak tanam bibit R. mucronata.......................................................27
8. Pertumbuhan diameter bibit R. mucronata....................................................28
9. Pertambahan tinggi bibit R.mucronata.......... ........................................ ......28
10.Parameter yang diamati pada perlakuan intensitas naungan bibit
R.mucronata...................................................................................................29

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
No.

Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian.................................................................... 4
2. Sistem perakaran pada tanaman (Raodan Ito, 1998) ................................... 11
3. Peta lokasi pembibitan Rhizophora mucronata ........................................... 12
4. Layout persemaian ....................................................................................... 15
5. Sistem perakaran pada bibit R. mucronata selama 12 MST........................ 19
6. Persentase hidup bibit R. mucronata terhadap intensitas naungan .............. 20
7. Mortalitas bibit R. mucronata terhadap intensitas naungan ........................ 21
8. Jumlah akar utama, akar primer dan akar sekunder bibitR. mucronata
terhadap intensitas naungan ......................................................................... 22
9. Panjang akar utama dan akar primer bibit R. mucronata terhadap
intensita snaungan........................................................................................ 24

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No.

Halaman

1. Intensitas naungan 0% ulangan 1 ................................................................40
2. Intensitas naungan 0% ulangan 2.......... ................................................ ......41
3. Intensitas naungan 0% ulangan 3.................................................................43
4. Intensitas naungan 0% ulangan 4. ......................................................... ......45
5. Intensitas naungan 0% ulangan 5 ................................................................46
6. Intensitas naungan 0% ulangan 6.......... ................................................ ......47
7. Intensitas naungan 0% ulangan 7.................................................................48
8. Intensitas naungan 0% ulangan 8. ......................................................... ......49
9. Intensitas naungan 0% ulangan 9.................................................................50
10. Intensitas naungan 0% ulangan 10. ..................................................... ......51
11. Intensitas naungan 25% ulangan 1 ............................................................53
12. Intensitas naungan 25% ulangan 2.......... ............................................ ......54
13. Intensitas naungan 25% ulangan 3..............................................................55
14. Intensitas naungan 25% ulangan 4. ..................................................... ......56
15. Intensitas naungan 25% ulangan 5 .............................................................57
16. Intensitas naungan 25% ulangan 6.......... ............................................ ......58
17. Intensitas naungan 25% ulangan 7..............................................................60
18. Intensitas naungan 25% ulangan 8. ..................................................... ......61
19. Intensitas naungan 25% ulangan 9..............................................................62
20. Intensitas Naungan 25% ulangan 10. .................................................. ......64
21. Intensitas naungan 50% ulangan 1 .............................................................65
22. Intensitas naungan 50% ulangan 2.......... ............................................ ......67

Universitas Sumatera Utara

23. Intensitas naungan 50% ulangan 3..............................................................68
24. Intensitas naungan 50% ulangan 4. ..................................................... ......69
25. Intensitas naungan 50% ulangan 5 .............................................................70
26. Intensitas naungan 50% ulangan 6.......... ............................................ ......71
27. Intensitas naungan 50% ulangan 7..............................................................73
28. Intensitas naungan 50% ulangan 8. ..................................................... ......74
29. Intensitas naungan 50% ulangan 9..............................................................75
30. Intensitas naungan 50% ulangan 10. ................................................... ......76
31. Intensitas naungan 75% ulangan 1 ............................................................77
32. Intensitas naungan 75% ulangan 2.......... ............................................ ......78
33. Intensitas naungan 75% ulangan 3..............................................................79
34. Intensitas naungan 75% ulangan 4. ..................................................... ......80
35. Intensitas naungan 75% ulangan 5 .............................................................81
36. Intensitas naungan 75% ulangan 6.......... ............................................ ......82
37. Intensitas naungan 75% ulangan 7..............................................................83
38. Intensitas naungan 75% ulangan 8. ..................................................... ......84
39. Intensitas naungan 75% ulangan 9..............................................................85
40. Intensitas Naungan 75% ulangan 10. .................................................. ......86
41. Intensitas naungan 100% ulangan 1 ...........................................................87
42. Intensitas naungan 100% ulangan 2.......... .......................................... ......87
43. Intensitas naungan 100% ulangan 3............................................................88
44. Intensitas naungan 100% ulangan 4. ................................................... .......89
45. Intensitas naungan 100% ulangan 5 ............................................................90
46. Intensitas naungan 100% ulangan 6.......... .......................................... .......91

Universitas Sumatera Utara

47. Intensitas naungan 100% ulangan 7............................................................92
48. Intensitas naungan 100% ulangan 8. ................................................... ......93
49. Intensitas naungan 100% ulangan 9............................................................94
50. Intensitas Naungan 100% ulangan 10. ................................................ .......95
51. Diameter akar utama.......... .................................................................. ......96
52. Tabel ANOVA diameter akar utama SPSS 17.............................................96
53. Tabel uji DMRT taraf 5% diameter akar utama SPSS 17.................... ......96
54. Panjang akar utama......................................................................................96
55. Tabel ANOVA panjang akar utama SPSS 17. ..................................... ......96
56. Tabel uji DMRT taraf 5% panjang akar utama SPSS 17 ............................97
57. Jumlah akar utama................................................................................ ......97
58. Tabel ANOVA jumlah akar utama SPSS 17..............................................97
59. Tabel uji DMRT taraf 5% jumlah akar utama SPSS 17.............................97
60. Jumlah akar primer .....................................................................................98
61. Tabel ANOVA jumlah akar primer SPSS 17.............................................98
62. Tabel uji DMRT taraf 5% jumlah akar primer SPSS 17.............................98
63. Panjang akar primer. ........................................................................... ......98
64. Tabel ANOVA panjang akar primer SPSS 17.............................................98
65. Tabel uji DMRT taraf 5% panjang akar primer SPSS 17. ................... .......99
66. Jumlah akar sekunder.......... ................................................................. ......99
67. Tabel ANOVA jumlah akar sekunder SPSS 17........................................99
68. Tabel uji DMRT taraf 5% jumlah akar primer SPSS 17...................... ......99
69. Biomassa akar..............................................................................................99
70. Tabel ANOVA biomassa akar SPSS 17............................................... ......100

Universitas Sumatera Utara

71. Tabel uji DMRT taraf 5% biomassa akar SPSS 17 .................................... 100
72. Luas Permukaan akar.......... ................................................................. ...... 100
73. Tabel ANOVA luas permukaan akar SPSS 17............................................ 100
74. Tabel uji DMRT taraf 5% luas permukaan akar SPSS 17........................... 100
75. Kerapatan panjang akar ...............................................................................101
76. Tabel ANOVA kerapatan panjang akar SPSS 17........................................ 101
77. Tabel uji DMRT taraf 5% kerapatan panjang akar SPSS 17....................... 101
78. Dimeter bibit. ....................................................................................... ...... 101
79. Tabel ANOVA dimeter bibit SPSS 17......................................................... 101
80. Tabel uji DMRT taraf 5% diameter bibit SPSS 17.......................................102
78. Tinggi bibit....................................................................................................102
79. Tabel ANOVA tinggi bibit SPSS 17.............................................................102
80. Tabel uji DMRT taraf 5% tinggi bibit SPSS 17........................................... 102
81. Pemilihan lokasi pembibitan.........................................................................103
82. Pembuatan media............................... ..................................................... .... 103
83. Pembuatan naungan .................................................................................... 103
84. Pembibitan yang sudah siap..........................................................................103
85. Pengukuran dan penandaan diameter dan panjang bibit.............................. 103
86. Bibit R.mucronata pada naungan 25% ...................................................... 103
87. Bibit R.mucronata pada intensitas 0%..........................................................103
88. Pemanenan bibit........................................................................................... 103
89. Akar bibit R.mucronata pada intensitas 0%. ........................................ .......104
90. Akar bibit R.mucronata pada intensitas 25%...............................................104
91. Akar bibit R.mucronata pada intensitas 50%. ...................................... ....... 115

Universitas Sumatera Utara

92. Akar bibit R.mucronata pada intensitas 75%....................................... ....... 115
93. Akar bibit R.mucronata pada intensitas 100%..............................................115
94. Penghitungan jumlah akar. ................................................................... ...... .115
95. Pengukuran diameter akar utama..................................................................115
96. Pengukuran panjang akar ke tali. ......................................................... ....... 115
97. Pengukuran tali ke mistar ............................................................................ 116

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
WAHYUNAL YURISWAN: Root development of Rhizophora mucronata Lamk
In Different Shade intensity. Supervised by MOHAMMAD BASYUNI and LOLLIE
AGUSTINA P. PUTRI
The reduced area of mangrove forests due to various pressures required
rehabilitation activities throughout the damaged area mangrove forests.
Rhizophora mucronata is one of the plants in the mangrove ecosystem that has
stilt roots so that able to withstand the brunt of the ocean waves. It is need to
provide R. mucronata seedlings in mangrove rehabilitation. This study aims to
determine the best shade intensity for seedling root growth R. mucronata. This
research was conducted in the seedling location of Jaring Halus Village sub- district
Secanggang and Laboratory of Forest Soil Biology , Soil Departement, Agriculture
Faculty, University of North Sumatera during 3 months i.e Oktober-January 2014.
This research use the Completely random design (GRD) with 5 treatment i.e 0% of
shading, 25% of shading, 50% of shading, 75% of shading, and 100% of shading for
15 replication. The results showed 0% shade intensity has better growing number
of secondary roots and primary root length than the other shade intensity. In this
study also estimated the spacing of R. mucronata seedlings is better at 3 x 2
meters based on the results of root length density.
Keywords: Root,Intensity of Shading, Development, Rhizophora Mucronata

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
WAHYUNAL YURISWAN : Perkembangan Akar Bibit Rhizophora Mucronata
Lamk Pada Berbagai Intensitas Naungan. Di bawah bimbingan MOHAMMAD
BASYUNI dan LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI.
Menurunnya luasan hutan mangrove karena berbagai tekanan yang ada
mengharuskan kegiatan rehabilitasi dilakukan diseluruh daerah hutan mangrove
yang rusak. Rhizopora mucronata merupakan salah satu tumbuhan di ekosistem
mangrove yang memiliki akar tunjang sehingga jenis ini mampu bertahan dari
terjangan ombak laut. Hal ini membuat perlunya pembibitan jenis R. mucronata
dalam rehabilitasi hutan mangrove. Penelitian ini bertujuan menentukan intensitas
naungan terbaik untuk pertumbuhan akar bibit R. mucronata. Penelitian dilakukan
di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang dan di Laboratorium Biologi Tanah
Hutan, Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
yang dilaksanakan pada bulan Oktober sampai bulan Januari 2014. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan 5 perlakuan,
yaitu intensitas naungan (0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%) yang diulang sebanyak
10 sehingga diperoleh 50 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukaan intensitas
naungan 0% memiliki pertumbuhan jumlah akar sekunder dan panjang akar
primer yang lebih baik dari pada intensitas naungan lainnya. Dalam penelitian ini
juga telah diestimasi jarak tanam bibit R. mucronata yang baik adalah 3 x 2 meter
berdasarkan hasil kerapatan panjang akar.
Kata kunci: Akar, Intensitas Naungan, Perkembangan, Rhizophora Mucronata

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, dan merupakan
komunitas yang hidup di dalam kawasan yang lembab dan berlumpur serta
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove disebut juga sebagai hutan
pantai, hutan payau atau hutan bakau. Pada umumnya formasi tanaman di
dominasi oleh jenis-jenis tanaman bakau. Oleh karena itu istilah bakau digunakan
hanya untuk jenis-jenis tumbuhan dari genus Rhizophora. Sedangkan istilah
mangrove digunakan untuk segala tumbuhan yang hidup di sepanjang pantai atau
muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut (Harahab, 2010).
Dari keseluruhan mangrove di dunia, Indonesia memiliki luasan terluas
(3,189 juta hektar), diikuti oleh Brazil (1,300 juta hektar), Australia (0,991 juta
hektar), dan Mexico (0,77 juta hektar). Luas mangrove Indonesia diperkirakan
sekitar 20.9% dari total mengrove dunia (Spalding dkk, 2010). Tahun 1982, luas
ekosistem mangrove mencapai 4,25 juta hektar, namun terus mengalami
penurunan karena tekanan pembangunan dan faktor antropogenik lainnya.
Menurunnya luasan hutan mangrove karena berbagai tekanan yang ada
mengharuskan kegiatan rehabilitasi dilakukan diseluruh daerah hutan mangrove
yang rusak. Perencanaan yang tepat dan penggunaan bibit yang baik dapat
meningkatkan keberhasilan dalam kegiatan rehabilitasi hutan mangrove. R.
mucronatamerupakan salah satu jenis yang diminati dalam kegiatan rehabilitasi
karena kemampuannya dalam beradaptasi di kondisi salinitas yang cukup tinggi.
Keberhasilan penanaman tidak lepas dari bibit dengan kualitas yang baik.
R.mucronata memerlukan naungan 75% untuk mendapatkan bibit siap tanam

Universitas Sumatera Utara

dengan kualitas unggul dari pertumbuhan tinggi dan jumlah daun.Naungan
dengan intensitas 25% meningkatkan pertumbuhan diameter dari R.mucronata
(Adres, 2011).
Ruang tumbuh terbagi ke dalam dua bagian yaitu ruang di atas tanah dan
ruang di bawah tanah. Pengaturan ruang di atas tanah dimaksudkan agar tajuk
berkembang secara optimal, dan bertujuan untuk menurunkan persaingan
intensitas cahaya matahari. Tindakan silvikultur yang sesuai untuk itu adalah
pemangkasan dan penjarangan. Pengaturan ruang di bawah tanah dimaksudkan
agar akar berkembang secara optimal dan mengurangi persaingan hara dan air
serta memberikan ruang penyebaran akar dalam tanah. Tindakan silvikultur yang
sesuai adalah pengaturan lebar jarak tanam dan bentuk lubang tanam. Lebar jarak
tanam ditentukan berdasarkan kecepatan pemanjangan akar, sedangkan bentuk
lubang tanam ditentukan berdasarkan struktur akar(Rusdiana dkk, 2000).
Akar merupakan tempat masuknya hara yang diserap oleh tanaman
termasuk juga R. mucronata. Akar menyerap hara dan menyalurkannya ke daun
untuk diproses menjadi energi melalui fotosistesis. Penelitian terhadap perakaran
pada tumbuhan mangrove, terkhusus pertumbuhan akar pada jenis R. mucronata
masih sedikit. Dengan adanya data pertumbuhan akar maka akan dapat dibuat
estimasi jarak tanam yang baik sehingga tidak terjadi perebutan hara dan dapat
memberikan ruang bagi pertumbuhan akar.
Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka penelitian yang berjudul
perkembangan akar bibit R. mucronata Lamk pada berbagai intensitas naungan
yang bertujuan untuk mendapatkan data pertumbuhan akar R.mucronata
diberbagai intensitas naungan dilakukan sehingga dapat direkomendasikan

Universitas Sumatera Utara

intensitas naungan terbaik pada pembibitan dan jarak tanam terbaik pada
penanaman R.mucronata.
Kerangka Pemikiran
R. mucronata merupakan salah satu tumbuhan di ekosistem mangrove
yang memiliki akar tunjang dari beberapa di antaranya. Besarnya propagul dan
daya tahan terhadap terjangan ombak menjadikan jenis ini sebagai salah satu jenis
yang sering digunakan dalam rehabilitasi lahan mangrove. Penelitian ini
merupakan penelitian lanjutan dari penelitian pengaruh naungan terhadap
pertumbuhan propagul R. mucronata. Penelitian sebelumnya mencari intensitas
naungan terbaik terhadap pertumbuhan R. mucronata. Penelitian sebelumnya
hanya berfokus kepada pertumbuhan R. mucronata bagian atas tanah (tinggi,
diameter, jumlah daun dan luah daun). Penelitian lanjutan ini untuk
mengembangkan penelitian terhadap naungan yang berfokus kepada pertumbuhan
R. mucronata bagian bawah tanah yaitu akar. Dengan diketahui perkembangan
akar pada setiap intensitas naungan maka dapat direkomendasikan intensitas
naungan dan jarak tanam yang baik untuk pembibitan dan penanaman
R. mucronata.

Universitas Sumatera Utara

Pembibitan Tanaman
M
Naungan 0%, 25%,
50%, 75%, 100%

Ketersediaan dan
viabilitas

Panjang
Ak

Daun
Daun

Aka

Diameter

Kerapatan

Media Tanam

Ukuran Propagul

Batan

Luas Permukan

Biomassa

Jarak
T
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

Tujuan Penelitian
Menentukan intensitas naungan terbaik untuk pertumbuhan akar bibit
Rhizopora mucronata Lamk
Hipotesis Penelitian
1.

Terdapat perbedaan pertumbuhan akar R. muronata diberbagai intensitas
naungan

2.

Intensitas naungan 50% berpengaruh paling baik untuk pertumbuhan akar
bibit R. mucronata Lamk.

Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi intensitas naungan terbaik pada pembibitan di
persemaian R.mucronata berdasarkan pertumbuhan akar
2. Menjadi referensi bagi masyarakat dalam menentukan jarak tanam terbaik
untuk penanaman jenis R.mucronata .

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan mangrove
Kemampuan mangrove untuk mengembangkan wilayahnya ke arah laut
merupakan salah satu peran penting mangrove dalam pembentukan lahan baru.
Akar

mangrove

mampu

mengikat

dan

menstabilkan

substrat

lumpur, pohonnya mengurangi energi gelombang dan memperlambat arus,
sementara

vegetasi

secara

keseluruhan

dapat

memerangkap

sedimen

(Davies dan Claridge, 1993 dan Othman, 1994).
Secara sederhana, mangrove umumnya tumbuh dalam 4 zona, yaitu pada
daerah terbuka,daerah tengah, daerah yang memiliki sungai berair payau sampai
hampir tawar, sertadaerah ke arah daratan yang memiliki air tawar.
a) Mangrove terbuka
Mangrove berada pada bagian yang berhadapan dengan laut. Samingan
(1980)menemukan bahwa di Karang Agung, Sumatera Selatan, di zona ini
didominasioleh Sonneratia alba yang tumbuh pada areal yang betul-betul
dipengaruhi olehair laut. van Steenis (1958) melaporkan bahwa S. alba dan A.
alba merupakanjenis-jenis ko-dominan pada areal pantai yang sangat tergenang
ini. Komiyama, dkk(1988) menemukan bahwa di Halmahera, Maluku, di zona ini
didominasi oleh S.alba. Komposisi floristik dari komunitas di zona terbuka sangat
bergantung padasubstratnya. S. alba cenderung untuk mendominasi daerah
berpasir, sementaraAvicennia marina dan Rhizophora mucronata cenderung untuk
mendominasidaerah yang lebih berlumpur (van Steenis, 1958). Meskipun

Universitas Sumatera Utara

demikian, Sonneratiaakan berasosiasi dengan Avicennia jika tanah lumpurnya
kaya akan bahan organik(Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1993).
b) Mangrove tengah
Mangrove di zona ini terletak dibelakang mangrove zona terbuka. Di zona
inibiasanya didominasi oleh jenis Rhizophora. Namun, Samingan (1980)
menemukandi Karang Agung didominasi oleh Bruguiera cylindrica. Jenis-jenis
penting lainnyayang ditemukan di Karang Agung adalah B. gymnorrhiza,
Excoecariaagallocha, R. mucronata, Xylocarpus granatum dan X. moluccensis.
c) Mangrove payau
Mangrove berada disepanjang sungai berair payau hingga hampir tawar.
Dizona ini biasanya didominasi oleh komunitas Nypa atau Sonneratia. Di
KarangAgung, komunitas N. fruticans terdapat pada jalur yang sempit di
sepanjangsebagian besar sungai. Di jalur-jalur tersebut sering sekali ditemukan
tegakanN.fruticans yang bersambung dengan vegetasi yang terdiri dari Cerbera
sp, Glutarenghas, Stenochlaena palustris dan Xylocarpus granatum. Ke arah
pantai,campuran komunitas Sonneratia - Nypa lebih sering ditemukan. Di
sebagianbesar daerah lainnya, seperti di Pulau Kaget dan Pulau Kembang di mulut
SungaiBarito di Kalimantan Selatan atau di mulut Sungai Singkil di Aceh,
Sonneratiacaseolaris lebih dominan terutama di bagian estuari yang berair hampir
tawar(Giesen & van Balen, 1991).
d) Mangrove daratan
Mangrove berada di zona perairan payau atau hampir tawar di belakang
jalurhijau mangrove yang sebenarnya. Jenis-jenis yang umum ditemukan pada
zonaini termasuk Ficus microcarpus (F. retusa), Intsia bijuga, N. fruticans,

Universitas Sumatera Utara

Lumnitzeraracemosa, Pandanus sp. dan Xylocarpus moluccensis (Kantor Menteri
NegaraLingkungan Hidup, 1993). Zona ini memiliki kekayaan jenis yang lebih
tinggidibandingkan dengan zona lainnya.
Rhizophora mucronata
Nama Lokal : Bangka itam, dongoh korap, bakau hitam, bakau korap,
bakau merah, jankar, lenggayong, belukap, lolaro. Merupakan Pohon dengan
ketinggian mencapai 27 m, jarang melebihi 30 m. Batangmemiliki diameter
hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap hingga hitam dan terdapat celah
horizontal. Akar tunjang dan akar udara yang tumbuh dari percabangan bagian
bawah. R. mucronata lebih toleran terhadap substrat yang lebih keras dan pasir.
Pada umumnya tumbuh dalam kelompok, dekat atau pada pematang sungai
pasang surut dan di muara sungai, jarang sekali tumbuh pada daerah yang jauh
dari air pasang surut. Pertumbuhan optimal terjadi pada areal yang tergenang
dalam, serta pada tanah yang kaya akan humus. Merupakan salah satu jenis
tumbuhan mangrove yang paling penting dan paling tersebar luas. Perbungaan
terjadi sepanjang tahun. Anakan seringkali dimakan oleh kepiting, sehingga
menghambat pertumbuhan mereka. Anakan yang telah dikeringkan dibawah
naungan untuk beberapa hari akan lebih tahan terhadap gangguan kepiting. Hal
tersebut mungkin dikarenakan adanya akumulasi tanin dalam jaringan yang
kemudian melindungi mereka(Rusila dkk,1999).
Kemampuan mangrove untuk mengembangkan wilayahnya ke arah laut
merupakan salah satu peran penting mangrove dalam pembentukan lahan baru.
Akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substrat lumpur,pohonnya
mengurangi energi gelombang dan memperlambat arus,sementara vegetasi secara

Universitas Sumatera Utara

keseluruhan dapat memerangkap sedimen (Davies and Claridge, 1993 dan
Othman, 1994).
Naungan
Untuk R. mucronata, R. aiculata dan C. tagal perlu naungan yang hanya
menerima 50% cahaya matahari. Untuk X. granatum, B.gymnorrhiza, A. marina
dan S. alba perlu nungan yang hanya menerima 70% cahayamatahari. Sebaiknya
naungan yang berupa jaring pelatik juga dipasang disemua sisinya. Satu bulan
sebelum bibit siapditanamdilapangan, bibit dimantapkan dengan membuka
naungan (Khazali, 1999).Biomassa total tertinggi adalah bibit dengan intensitas
naungan 75% sebesar 0.813 gram sedangkan biomassa terendah adalah bibit
dengan intensitas naungan 0% sebesar 0.529 gram (Adres, 2011).
Perakaran
Pada Rhizophora perakaran terutama terdiri atas akar liar yang tumbuh
lateral dari hipokotil (batang muda pada semai yang baru tumbuh) dan kemudian
dari batang tua. Pertumbuhan akar ini berurutan dari pangkal ke arah bagian atas
batang. Akar-akar tersebut mencuat dari batang, mengarah ke tanah dan
menggantung (sehingga disebut pula akar gantung) dan kemudian masuk ke tanah
dan berakar lagi lebih lanjut. Akar gantung ini tumbuh pula dari cabang-cabang
dan dapat mencapai panjang sampai lebih dari 10 m. Akar gantung ini sering
bercabang dua secara berulang. Percabangan ini terjadi sebagai akibat kekeringan
yang mematikan titik tumbuh pada ujung akar, dan sebagai gantinya tumbuh
sepasang akar liar di bagian ujung akar tersebut. Pertumbuhan seperti ini terjadi
secara berulang sehingga pada akhir-nya terbentuk suatu sistem perakaran yang
bercabang-cabang secara teratur. Akar-akar tersebut sering pula disebut akar

Universitas Sumatera Utara

tunjang, karena selain berfungsi sebagai penyerap bahan makanan dari tanah dan
air tampak berfungsi juga sebagai penunjang (Sukardjo, 1984).
Menurut Hidayat (1995), pembentukan akar lateral dimulai dengan
pembelahan periklinal yang terjadi pada beberapa sel perisikel. Sel yang
dihasilkan membelah lagi secara periklinal atau antiklinal sehingga terjadi
himpunan sel. Pada waktu primordium akar bertambah panjang, korteks ditembus
sehingga akar lateral muncul di permukaan akar induknya.
Mangrove tumbuh selaras dengan penam-bahan lahan. Tetapi ada dua
pendapat yang saling berlawanan mengenai peranan mang-rove dan proses
penambahan lahan. van Steenis (1958) berpendapat bahwa perakaran mangrove
yang khas tidak berfungsi sebagai penahan lumpur dan faktor utama penambahan
lahan, tetapi sistem perakaran berkembang mengikuti penimbunan lumpur.
Sebaliknya Davis (1940) mengatakan bahwa perakaran mangrove berperan
sebagai penahan lumpur, sehingga sistem perakaran mangrove berperan dalam
perluasan lahan.
Fisiologi dan morfologi terhadap keadaan habitat yang dipengaruhi oleh
genangan air pasang surut dengan amplitudo salinitas yang tinggi serta suasana
lumpur tebal dan anaerobik. Adaptasi ini dapat terlihat dalam bentuk sistem
perakaran yang khas tumbuhan mangrove. Perakaran ini berfungsi antara lain
untuk membantu tumbuhan mangrove bernafas dan tetap tegak berdiri. Hanya
sedikit jenis mangrove yang mempunyai sistem perakaran yang dalam atau
mempunyai akar tunggang yang tetap. Bagian perakaran yang ada di dalam tanah
umumnya horisontal, bercabang banyak dan berakar rambut yang kecil dan
lembut. Akar utamanya menembus vertikal ke dalam tanah dan mempunyai

Universitas Sumatera Utara

banyak

akar

samping

yang

panjang

dan

berfungsi

sebagai

jangkar

(Sukardjo, 1984).

Gambar 2. Sistem perakaran pada tanaman (Rao dan Ito, 1998)
Dari masing-masing akar primer, berkembang akar sekunder dan tersier.
Akar primer dan sekunder berukuran lebih tebal dan pendek dibandingkan akar
primer. Rambut akar tumbuh di dekat ujung akar dari akar primer. Rambut akar
inilah yang bertanggung jawab atas pengangkutan air dan mineral ke dalam
tanaman. Efektivitas penyerapan tanaman ditentukan secara langsung oleh jumlah
akar primer dan daya tembus akar dalam tanah (Robinson, 1999).Poedjirahajoe
(2006) melaporkan bahwa jumlah akar mangrove sangat dipengaruhi oleh lokasi
tempat tumbuh serta dapat merupakan indikasi dari kesesuaian mangrove terhadap
tempat tumbuhnya.

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelititan ini dilaksanakan dari Oktober – Januari 2014 di Persemaian
Mangrove untuk Program Rehabilitasi Hutan Mangrove Desa Jaring Halus,
Kecamatan

Secanggang,

Kabupaten

langkat,

Sumatera

Utara.

Kegiatan

Pengovenan akar dilaksanakan di Laboratorium Biologi Tanah Hutan,
Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Kondisi Geografis Desa

Gambar 3. Peta lokasi pembibitan Rhizophora mucronata
Desa Jaring Halus terletak diantara 98’ 33.30” – 98’ 34,30” LU, dan 3’57,00” –
3’56,00” BT. Yang berbatasan dengan:
- Utara berbatasan dengan Selat Malaka
- Selatan berbatasan dengan Desa Secanggang
- Timur berbatasan dengan Desa Selotong/ Kuala Selotong
- Barat berbatasan dengan desa Tapak Kuda ( Kecamatan Tanjung Pura)

Universitas Sumatera Utara

Kondisi Tanah dan Iklim Desa Jaring Halus
Tanah di Desa jaring Halus Merupakan Tanah pasir laut. Keadaan iklim
ditadai dengan curah hujan yang bervariasi antara 2000-35000 mm/tahun. Ratarata curah hujan perbulan adalah 142,59 mm/bulan dengan rata-rata hujan 10 hari
per bulan. Dengan demikinan sebagian besar lahan di Desa Jaring Halus tidak
cocok untuk lahan pertanian pangan hanya bisa ditumbuhi hutan mangrove.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah jangka sorong, kamera, meteran, Parang,oven,
timbangan, Software Excel.Bahan yang digunakan adalah propagul Rizhophora
mucronata Lamk dengan ukuran panjang≥5

0 cm, paranet 100%, 50%, 75%,

25%, polybag 10x15cm, kain sering, tanah lumpur disekitar lokasi persemaian,
tali plastik, label, alat tulis.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non
faktorial yang terdiri atas 5 perlakuan dengan 10 ulangan sehingga didapat 50 unit
percobaan. Metode analisa yang digunakan adalah sidik ragam ANOVA dengan
uji lanjut untuk menentukan nilai yang berpengaruh maupun yang tidak dengan
metode Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Model linier yang
digunakan adalah:
Yij = μ + τi + ɛij
Keterangan:
Yij = Nilai pengamatan pada ulangan ke-j yang mendapat perlakuan intensitas
naungan ke-i.
μ

= Nilai rataan

Universitas Sumatera Utara

τi = Pengaruh perlakuan intensitas naungan ke-i

ɛij

= Galat percobaan pada ulangan ke-j dalam perlakuan intensitas naungan ke-i

Perlakuan yang digunakan adalah :
N0 = Tanpa naungan (0 %)
N1 = Paranet dengan intensitas naungan 25 %
N2 = Paranet dengan intensitas naungan 50%
N3 = Paranet dengan intensitas naungan 75%
N4 = Paranet dengan intensitas naungan 100% (kontrol)
Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian terdiri atas beberapa tahap yaitu :
1. Pemilihan lokasi persemaian
Lokasi persemaian yang dipilih diusahakan pada tanah lapang dan datar. Selain
itu, membuat batasan dari jangkauan kambing. Lokasi persemaian yang dipilih
diusahakan mendapatkan air pasang lebih kurang 20 kali/bulan agar tidak
dilakukan kegiatan penyiraman bibit.
2.

Pembangunan tempat dan bedeng persemaian

Ukuran tempat persemaian dibuat 5m x 4m dengan naungan masing-masing tinggi
1m, lebar 1m dan panjang 1m. Bahan yang digunakan untuk membuat pagar
adalah kain sering dengan tinggi 1mx 20m.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4 .Layout Persemaian

3. Persiapan media , pengumpulan benih dan penanaman di polibag
Media yang digunakan untuk pertumbuhan R. mucronata adalah lumpur
disekitar persemaian yang telah dikompositkan. Dipilih 10 titik dari sekitar
persemaian kemudian diambil tanah sedalam 0-20cm sebanyak 2 kg. Tanah yang
dikumpulkan diaduk menjadi satu untuk dapat digunakan pada 50 polibag
berukuran 10cm x 15cm. Benih propagul yang sudah jatuh dikumpulkan dari
hutan Desa Jaring Halus dan diseleksi benih yang sehat, segar, tanpa hama dan
penyakit dan belum berakar. Penanaman dilakukan ketika air laut surut sehingga
memudahkan dalam penandaan. Dibuat lubang menggunakan bambu sedalam
7cm dan dimasukkan popagul yang telah diseleksi.
Tabel 1. Karakteristik benih matang
Spesies
R. mucronata

Ukuran
± 50 cm panjangnya

R. apiculata

± 20 cm panjangnya
± 14 mm diameternya

R. gymnorrhiza

± 20 cm panjangnya

Warna dan Ciri Lainnya
Warna kotiledon berubah dari
hijau muda menjadi
Kuning
Warna kotiledon berubah dari
merah menjadi
Kuningan
Warna hipokotil berubah dari
hijau menjadi coklat kemerahan
atau merah kehijauan

Universitas Sumatera Utara

Parameter yang Diamati
Pengamatan dilakukan diawal sebelum penanaman dan diakhir penelitian
dengan parameter yang diamati adalah :

1.

Persentase Hidup (%)
Persentase hidup dihitung dengan membandingkan antara jumlah bibit

yang hidup dan jumlah biibit yang ditanam pada awal penelitian. Pengambilan
data dilakukan pada akhir penelitian (Yusmaini dan Suharsi, 2008)
Persentase Hidup (%) =Jumlah Bibit yang Hidup
Jumlah Propagul yang Ditanam
2.

x 100%

Mortalitas (%)
Kematian bibit dihitung dengan membandingkan antara jumlah bibit yang

mati dan jumlah biibit yang ditanam pada awal penelitian. Pengambilan data
dilakukan pada akhir penelitian
Mortalitas (%) =Jumlah Bibit yang Mati
Jumlah Propagul yang Ditanam
3.

x 100%

Jumlah akar
Perhitungan jumlah akar dilakukan secara manual dengan menggunakan

counteryang dilakukan setelah pemanenan bibit R.mucronata. Jumlah akar
dihitung

berdasarkan

kedudukan

akar

pada

sistem

perakaran

(tingkat

percabangan) menurut klasifikasi Rao dan Ito (1998), yang terdiri dari :
i.

Akar utama (tap root)

ii.

Akar primer (primary root)

iii. Akar sekunder (secondary root)
iv. Akar tersier (tersier root)

Universitas Sumatera Utara

4.

Panjang akar
Pengukuranpanjang akar dilakukan secara manual dengan menggunakan

mistar dan benang. Pengukuran panjang dilakukan setelah pemanenan bibit
R.mucronata. Panjang akar diukur berdasarkan kedudukan akar pada sistem
perakaran (tingkat percabangan) menurut klasifikasi Rao dan Ito (1998).
5.

Diameter akar
Pengukuran

diameter

dilakukan

setelah

pemanenan

bibit

R.mucronata,dimana akar dapat memberikan informasi penting hubungannya
dengan ukuran pori tanah dan potensial penetrasi akar (Bohm, 1979). Pengukuran
diameter akar dilakukan pada setiap tipe percabangan menurut dengan
menggunakan kaliperyang dilakukan setelah pemanenan bibit R.mucronata(Rao
dan Ito,1998)
6.

Biomassa akar
Penghitunganbiomassa akar dilakukan setelah pemanenan bibit R.

mucronata, yang terlebih dahulu akar dioven pada suhu 105°C selama 20 jam
(Schuurman and Goedewaagen, 1971). Akar yang telah kering kemudian
ditimbang untuk mengetahui biomassa akarnya.
Biomassa akar (g) = Berat awal – Berat kering oven
Berat kering oven
7.

x 100%

Luas permukaan akar
Perhitungan luas permukaan akar dilakukan setelah pengukuran diameter dan

panjang akar bibit R.mucronata,luas permukaan akarberhubungan dengan luas
bidang kontak akar dengan partikel-partikel tanah dan kemampuan untuk
mengabsorpsi air dan hara. Dengan asumsi bahwa akar berbentuk silindris, maka
luas permukaan akar dapat dihitung dengan rumus 1/3 (3.14) rl.

Universitas Sumatera Utara

Luas permukaan akar (cm2)= 1 x π x r x l
3
Ket: π = 3,14
r = Diameter akar
l = Panjang akar
8.

Kerapatan panjang akar
Perhitungan kerapatan panjang akar dilakukan setelah pengukuran panjang

akar bibit R.mucronata.Kerapatan panjang akar (root length density) dihitung
untuk mengetahui kerapatan penyebaran akar dalam tanah. Nilainya diperoleh dari
perbandingan antara total panjang akar dengan volume tanah dalam polybagnya.
Nilai perhitungan panjang akar dapat dijadikan acuan standard dalam estimasi
jarak tanam yang diambil dari nilai rata-rata kerapatan akar bibit R. mucronata
Total Panjang akar____
Kerapatan panjang akar (cm) =
Volume Tanah dalam Polybag

8. Diameter bibit (cm)
Pengukuran diameter bibit dilakukan dengan menggunakan jangka sorong.
Pengukuran dilakukan pada awal pembibitan dan diakhir pengamatan setelah
pemanenan. Diameter diukur pada panjang 15 cm dari pangkal bawah bibit
Rhizophora muronata.

9. Tinggi bibit (cm)
Pengukuran tinggi bibit dilakukan dengan menggunakan mistar. Pengukuran
dilakukan pada pangkal bawah bibit Rhizophora mucronata hingga titik tumbuh bibit.
Pengukuran tinggi dilakukan pada awal pembibitan dan diakhir pengamatan setelah
pemanenan.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Sistem perakaran pada bibit Rhizophora mucronata baik tap root, primary
root dan secondary root disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 .Sistem perakaran pada bibit R.mucronata pada 12 Minggu Setelah Tanam

Berdasarkan Gambar 5 tidak ditemukan akar tersier pada bibit
R. mucronata setelah pemanenan. Perakaran yang dapat ditemui adalah akar
utama, akar primer dan akar sekunder.
Persentase hidup bibit R. mucronata
Dari hasil pengamatan bibit R. mucronata dengan perlakuan intensitas
naungan yang diberikan memiliki keberhasilan hidup 100% terdapat pada setiap
ulangan selama 12 Minggu Setelah Tanam (STM). Persentase hidup bibit
R. mucronata dapat dilihat pada Gambar 6.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 6. Persentase hidup 50 bibitR. mucronata terhadap intensitas naungan
Dari Gambar 6 dapat dilihat tidak adanya perbedaan persentase hidup b