Perkembangan Akar Bibit Rhizophora Mucronata Lamk Pada Berbagai Intensitas Naungan

PERKEMBANGAN AKAR BIBIT Rhizophora mucronata Lamk PADA BERBAGAI INTENSITAS NAUNGAN
SKRIPSI Oleh:
WAHYUNAL YURISWAN 101201086
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA TARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara

Judul Penelitian :

Nama NIM Minat

: : :

LEMBAR PENGESAHAN
Perkembangan Akar Bibit Rhizophora Mucronata Lamk Pada Berbagai Intensitas Naungan Wahyunal Yuriswan 101201086 Budidaya Hutan
Menyetujui Komisi Pembimbing

Mohammad Basyuni, S.Hut, M.Si, Ph.D Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri M.Si

Ketua


Anggota

Mengetahui,

Siti Latifah, S.Hut, M.Si., Ph.D Ketua Program Studi Kehutanan

ii
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
WAHYUNAL YURISWAN: Root development of Rhizophora mucronata Lamk In Different Shade intensity. Supervised by MOHAMMAD BASYUNI and LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI The reduced area of mangrove forests due to various pressures required rehabilitation activities throughout the damaged area mangrove forests. Rhizophora mucronata is one of the plants in the mangrove ecosystem that has stilt roots so that able to withstand the brunt of the ocean waves. It is need to provide R. mucronata seedlings in mangrove rehabilitation. This study aims to determine the best shade intensity for seedling root growth R. mucronata. This research was conducted in the seedling location of Jaring Halus Village sub- district Secanggang and Laboratory of Forest Soil Biology , Soil Departement, Agriculture Faculty, University of North Sumatera during 3 months i.e Oktober-January 2014. This research use the Completely random design (GRD) with 5 treatment i.e 0% of shading, 25% of shading, 50% of shading, 75% of shading, and 100% of shading for 15 replication. The results showed 0% shade intensity has better growing number of secondary roots and primary root length than the other shade intensity. In this study also estimated the spacing of R. mucronata seedlings is better at 3 x 2 meters based on the results of root length density. Keywords: Root,Intensity of Shading, Development, Rhizophora Mucronata
i
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
WAHYUNAL YURISWAN : Perkembangan Akar Bibit Rhizophora Mucronata Lamk Pada Berbagai Intensitas Naungan. Di bawah bimbingan MOHAMMAD BASYUNI dan LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI. Menurunnya luasan hutan mangrove karena berbagai tekanan yang ada mengharuskan kegiatan rehabilitasi dilakukan diseluruh daerah hutan mangrove yang rusak. Rhizopora mucronata merupakan salah satu tumbuhan di ekosistem mangrove yang memiliki akar tunjang sehingga jenis ini mampu bertahan dari terjangan ombak laut. Hal ini membuat perlunya pembibitan jenis R. mucronata dalam rehabilitasi hutan mangrove. Penelitian ini bertujuan menentukan intensitas naungan terbaik untuk pertumbuhan akar bibit R. mucronata. Penelitian dilakukan di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang dan di Laboratorium Biologi Tanah Hutan, Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang dilaksanakan pada bulan Oktober sampai bulan Januari 2014. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan 5 perlakuan, yaitu intensitas naungan (0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%) yang diulang sebanyak 10 sehingga diperoleh 50 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukaan intensitas naungan 0% memiliki pertumbuhan jumlah akar sekunder dan panjang akar primer yang lebih baik dari pada intensitas naungan lainnya. Dalam penelitian ini juga telah diestimasi jarak tanam bibit R. mucronata yang baik adalah 3 x 2 meter berdasarkan hasil kerapatan panjang akar.
Kata kunci: Akar, Intensitas Naungan, Perkembangan, Rhizophora Mucronata
ii
Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sebuah desa atau tapatnya Natal, 16 Agustus 1992 dari pasangan bapak Ir. Niswan dan Ibu Yuridawati. Penulis merupakan anak pertama dari 5 bersaudara.
Penulis menempuh pendidikan formal di SDN 067248 Negeri Medan dan lulus pada tahun 2004. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMPN 43 Medan dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 3 Medan dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010 juga penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB-SPMB
Penulis juga aktif dalam kegiatan organisai baik di dalam maupun di luar kampus yaitu: sebagai anggota Badan Kenaziran Mushollah Kehutanan USU tahun 2012-2013, ketua kreativitas Rain Fores Community tahun 2011-2013, anggota Himpunan Mahasiswa Silva (HIMAS), ketua PSDM Inkubator Sains USU 2013-2014, anggota Koalisi Pemuda Hijau Indoneisa (KOPHI) 2011-2012, Penulis juga menjadi asisten Geodesi dan Kartografi tahun 2012-2013, koordinator asisten Praktikum Dendrologi tahun 2013-2014, asisten Ekologi Hutan tahun 2012-2014, asisten Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) tahun 2012-2014
Penulis melakukan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Taman Hutan Raya Bukit Barisan dan Hutan Pendidikan di Berastagi, Kabupaten Karo pada tahun 2012. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Taman
iii
Universitas Sumatera Utara

Nasional Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur dari tanggal 4 Februari sampai 8 April 2014.
iv
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah mengkaruniakan berkah dan kasih sayang-Nya sehingga atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perkembangan Akar Bibit Rhizophora Mucronata Lamk Pada Berbagai Intensitas Naungan”. Dalam penyelesaian skripsi ini banyak pihak yang telah membantu penulis. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua, Bapak Ir. Niswan dan Ibu Yuridawati, yang selalu
memberikan kasih sayangnya yang tak terbatas, dukungan moril serta materil kepada penulis. Semua hal yang kedua orang tua penulis berikan merupakan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk segala hal yang diberikan kepada penulis, tanpa kedua orang tua penulis skripsi ini tidak akan pernah terselesaikan. 2. Bapak Mohammad Basyuni, S.Hut., M.Si., Ph.D dan Ibu Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri M.Si selaku Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, serta memberikan kritik dan saran terhadap penulisan skripsi ini. 3. Seluruh masyarakat Desa Jaring Halus khususnya Bapak Muktamar Laia selaku kepala desa, Bapak Misnan, Bapak Jai, dan Bapak Taufik yang telah banyak membantu dalam pembuatan pembibitan di lokasi penelitian. 4. Rekan tim peneliti (Rahman Abdel Rouf, Mahdi Saragih, dan Adnin Musadri Asbi) yang telah memberikan semangat dan kerjasama saat melakukan penelitian, serta teman-teman angkatan 2010 di Program Studi Kehutanan, khususnya di Budidaya Hutan 2010.
v
Universitas Sumatera Utara

5. Rekan – rekan seperjuangan Ferry Aulia Hawari, Muhaimin Zikri, Yohanes Ginting dan Ardiansyah Muda beserta seluruh anggota Rain Forest Community dalam membantu kegiatan pembibitan. Serta Dita Sari Prabuningrum dalam membantu pengerjaan skripsi ini hingga selesai.
6. Terakhir, penulis hendak menyapa setiap nama yang tidak dapat penulis cantumkan satu per satu, terima kasih atas doa yang senantiasa mengalir tanpa sepengetahuan penulis. Terimakasih sebanyak-banyaknya kepada orang-orang yang turut bersuka cita atas keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa pembuatan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan baik dari segi materi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi penyempurnaan skripsi ini.
Penulis berharap semoga kedepannya skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang kehutanan.
Medan, Juni 2014 Penulis
Wahyunal Yuriswan
vi
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Halaman ABSTRACT.................................................................................................. i
ABSTRAK .................................................................................................. ii
RIWAYAT HIDUP .................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
DAFTAR TABEL ...................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi
PENDAHULUAN Latar Belakang................................................................................... 1 Kerangka Pemikiran................................................................. ......... 3 Tujuan Penelitian....................................................... ........................ 4 Hipotesis Penelitian....................................................... .................... 4 Manfaat Penelitian....................................................... ...................... 5
TINJAUAN PUSTAKA Hutan Mangrove ................................................................................ 6 Rhizhopora mucronata....................................................................... 8 Naungan............................................................................................. 9 Perakaran............. .............................................................................. 9
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat ............................................................................ 12 Kondisi Geografis Desa..................................................................... 12 Kondisi tanah dan Iklim Jaring Halus ............................................... 13 Alat dan bahan ................................................................................... 13 Metode Penelitian .............................................................................. 13 Prosedur Penelitian ............................................................................ 14 Parameter yang Diamati .................................................................... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase hidup bibit R. mucronata ................................................. 19 Mortalitas bibit R. mucronata............................................................ 20 Jumlah akar bibit R. mucronata......................................................... 21 Diameter akar utama bibit R. mucronata........................................... 23 Panjang akar utamadan akar primer bibit R. mucronata ................... 23 Biomassa akar pada bibit R. mucronata ............................................ 25 Luas permukaan akar utama pada bibit R. mucronata ...................... 26 Kerapatan panjang akar bibit R. mucronata ...................................... 26 Dimeter bibit R. mucronata ............................................................... 27 Tinggi bibit R. mucronata.................................................................. 28
vii

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ......................................................................................... 35 Saran.................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 36 LAMPIRAN
viii
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
No. Halaman 1. Karakteristik benih matang................................................................. ... ......15 2. Pertumbuhan diameter akar utama......................................................... ......23 3. Pertambahan panjang akar utama dan akar primer bibit R. mucronata.........24 4. Biomassa akar bibit R. mucronata.. ....................................................... ......25 5. Luas permukaan akar utama bibit R. mucronata...........................................26 6. Kerapatan panjang akar bibit R. mucronata........................................... ......26 7. Estimasi jarak tanam bibit R. mucronata.......................................................27 8. Pertumbuhan diameter bibit R. mucronata....................................................28 9. Pertambahan tinggi bibit R.mucronata.......... ........................................ ......28 10.Parameter yang diamati pada perlakuan intensitas naungan bibit
R.mucronata...................................................................................................29
ix
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
No. Halaman 1. Kerangka pemikiran penelitian.................................................................... 4 2. Sistem perakaran pada tanaman (Raodan Ito, 1998) ................................... 11 3. Peta lokasi pembibitan Rhizophora mucronata........................................... 12 4. Layout persemaian....................................................................................... 15 5. Sistem perakaran pada bibit R. mucronata selama 12 MST........................ 19 6. Persentase hidup bibit R. mucronata terhadap intensitas naungan.............. 20 7. Mortalitas bibit R. mucronata terhadap intensitas naungan ........................ 21 8. Jumlah akar utama, akar primer dan akar sekunder bibitR. mucronata
terhadap intensitas naungan......................................................................... 22 9. Panjang akar utama dan akar primer bibit R. mucronata terhadap
intensita snaungan........................................................................................ 24
x
Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman 1. Intensitas naungan 0% ulangan 1 ................................................................40 2. Intensitas naungan 0% ulangan 2.......................................................... ......41 3. Intensitas naungan 0% ulangan 3.................................................................43 4. Intensitas naungan 0% ulangan 4.......................................................... ......45 5. Intensitas naungan 0% ulangan 5 ................................................................46 6. Intensitas naungan 0% ulangan 6.......................................................... ......47 7. Intensitas naungan 0% ulangan 7.................................................................48 8. Intensitas naungan 0% ulangan 8.......................................................... ......49 9. Intensitas naungan 0% ulangan 9.................................................................50 10. Intensitas naungan 0% ulangan 10...................................................... ......51 11. Intensitas naungan 25% ulangan 1 ............................................................53 12. Intensitas naungan 25% ulangan 2...................................................... ......54 13. Intensitas naungan 25% ulangan 3..............................................................55 14. Intensitas naungan 25% ulangan 4...................................................... ......56 15. Intensitas naungan 25% ulangan 5 .............................................................57 16. Intensitas naungan 25% ulangan 6...................................................... ......58 17. Intensitas naungan 25% ulangan 7..............................................................60 18. Intensitas naungan 25% ulangan 8...................................................... ......61 19. Intensitas naungan 25% ulangan 9..............................................................62 20. Intensitas Naungan 25% ulangan 10. .................................................. ......64 21. Intensitas naungan 50% ulangan 1 .............................................................65 22. Intensitas naungan 50% ulangan 2...................................................... ......67
xi
Universitas Sumatera Utara

23. Intensitas naungan 50% ulangan 3..............................................................68 24. Intensitas naungan 50% ulangan 4...................................................... ......69 25. Intensitas naungan 50% ulangan 5 .............................................................70 26. Intensitas naungan 50% ulangan 6...................................................... ......71 27. Intensitas naungan 50% ulangan 7..............................................................73 28. Intensitas naungan 50% ulangan 8...................................................... ......74 29. Intensitas naungan 50% ulangan 9..............................................................75 30. Intensitas naungan 50% ulangan 10.................................................... ......76 31. Intensitas naungan 75% ulangan 1 ............................................................77 32. Intensitas naungan 75% ulangan 2...................................................... ......78 33. Intensitas naungan 75% ulangan 3..............................................................79 34. Intensitas naungan 75% ulangan 4...................................................... ......80 35. Intensitas naungan 75% ulangan 5 .............................................................81 36. Intensitas naungan 75% ulangan 6...................................................... ......82 37. Intensitas naungan 75% ulangan 7..............................................................83 38. Intensitas naungan 75% ulangan 8...................................................... ......84 39. Intensitas naungan 75% ulangan 9..............................................................85 40. Intensitas Naungan 75% ulangan 10. .................................................. ......86 41. Intensitas naungan 100% ulangan 1 ...........................................................87 42. Intensitas naungan 100% ulangan 2.................................................... ......87 43. Intensitas naungan 100% ulangan 3............................................................88 44. Intensitas naungan 100% ulangan 4.................................................... .......89 45. Intensitas naungan 100% ulangan 5 ............................................................90 46. Intensitas naungan 100% ulangan 6.................................................... .......91
xii
Universitas Sumatera Utara

47. Intensitas naungan 100% ulangan 7............................................................92 48. Intensitas naungan 100% ulangan 8.................................................... ......93 49. Intensitas naungan 100% ulangan 9............................................................94 50. Intensitas Naungan 100% ulangan 10. ................................................ .......95 51. Diameter akar utama.......... .................................................................. ......96 52. Tabel ANOVA diameter akar utama SPSS 17.............................................96 53. Tabel uji DMRT taraf 5% diameter akar utama SPSS 17.................... ......96 54. Panjang akar utama......................................................................................96 55. Tabel ANOVA panjang akar utama SPSS 17...................................... ......96 56. Tabel uji DMRT taraf 5% panjang akar utama SPSS 17 ............................97 57. Jumlah akar utama................................................................................ ......97 58. Tabel ANOVA jumlah akar utama SPSS 17..............................................97 59. Tabel uji DMRT taraf 5% jumlah akar utama SPSS 17.............................97 60. Jumlah akar primer .....................................................................................98 61. Tabel ANOVA jumlah akar primer SPSS 17.............................................98 62. Tabel uji DMRT taraf 5% jumlah akar primer SPSS 17.............................98 63. Panjang akar primer. ........................................................................... ......98 64. Tabel ANOVA panjang akar primer SPSS 17.............................................98 65. Tabel uji DMRT taraf 5% panjang akar primer SPSS 17. ................... .......99 66. Jumlah akar sekunder........................................................................... ......99 67. Tabel ANOVA jumlah akar sekunder SPSS 17........................................99 68. Tabel uji DMRT taraf 5% jumlah akar primer SPSS 17...................... ......99 69. Biomassa akar..............................................................................................99 70. Tabel ANOVA biomassa akar SPSS 17............................................... ......100
xiii
Universitas Sumatera Utara

71. Tabel uji DMRT taraf 5% biomassa akar SPSS 17 .................................... 100 72. Luas Permukaan akar.......... ................................................................. ...... 100 73. Tabel ANOVA luas permukaan akar SPSS 17............................................ 100 74. Tabel uji DMRT taraf 5% luas permukaan akar SPSS 17........................... 100 75. Kerapatan panjang akar ...............................................................................101 76. Tabel ANOVA kerapatan panjang akar SPSS 17........................................ 101 77. Tabel uji DMRT taraf 5% kerapatan panjang akar SPSS 17....................... 101 78. Dimeter bibit. ....................................................................................... ...... 101 79. Tabel ANOVA dimeter bibit SPSS 17......................................................... 101 80. Tabel uji DMRT taraf 5% diameter bibit SPSS 17.......................................102 78. Tinggi bibit....................................................................................................102 79. Tabel ANOVA tinggi bibit SPSS 17.............................................................102 80. Tabel uji DMRT taraf 5% tinggi bibit SPSS 17........................................... 102 81. Pemilihan lokasi pembibitan.........................................................................103 82. Pembuatan media............................... ......................................................... 103 83. Pembuatan naungan .................................................................................... 103 84. Pembibitan yang sudah siap..........................................................................103 85. Pengukuran dan penandaan diameter dan panjang bibit.............................. 103 86. Bibit R.mucronata pada naungan 25% ...................................................... 103 87. Bibit R.mucronata pada intensitas 0%..........................................................103 88. Pemanenan bibit........................................................................................... 103 89. Akar bibit R.mucronata pada intensitas 0%......................................... .......104 90. Akar bibit R.mucronata pada intensitas 25%...............................................104 91. Akar bibit R.mucronata pada intensitas 50%....................................... ....... 115
xiv
Universitas Sumatera Utara

92. Akar bibit R.mucronata pada intensitas 75%....................................... ....... 115 93. Akar bibit R.mucronata pada intensitas 100%..............................................115 94. Penghitungan jumlah akar.................................................................... ...... .115 95. Pengukuran diameter akar utama..................................................................115 96. Pengukuran panjang akar ke tali. ......................................................... ....... 115 97. Pengukuran tali ke mistar ............................................................................ 116
xv
Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT
WAHYUNAL YURISWAN: Root development of Rhizophora mucronata Lamk In Different Shade intensity. Supervised by MOHAMMAD BASYUNI and LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI The reduced area of mangrove forests due to various pressures required rehabilitation activities throughout the damaged area mangrove forests. Rhizophora mucronata is one of the plants in the mangrove ecosystem that has stilt roots so that able to withstand the brunt of the ocean waves. It is need to provide R. mucronata seedlings in mangrove rehabilitation. This study aims to determine the best shade intensity for seedling root growth R. mucronata. This research was conducted in the seedling location of Jaring Halus Village sub- district Secanggang and Laboratory of Forest Soil Biology , Soil Departement, Agriculture Faculty, University of North Sumatera during 3 months i.e Oktober-January 2014. This research use the Completely random design (GRD) with 5 treatment i.e 0% of shading, 25% of shading, 50% of shading, 75% of shading, and 100% of shading for 15 replication. The results showed 0% shade intensity has better growing number of secondary roots and primary root length than the other shade intensity. In this study also estimated the spacing of R. mucronata seedlings is better at 3 x 2 meters based on the results of root length density. Keywords: Root,Intensity of Shading, Development, Rhizophora Mucronata
i
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
WAHYUNAL YURISWAN : Perkembangan Akar Bibit Rhizophora Mucronata Lamk Pada Berbagai Intensitas Naungan. Di bawah bimbingan MOHAMMAD BASYUNI dan LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI. Menurunnya luasan hutan mangrove karena berbagai tekanan yang ada mengharuskan kegiatan rehabilitasi dilakukan diseluruh daerah hutan mangrove yang rusak. Rhizopora mucronata merupakan salah satu tumbuhan di ekosistem mangrove yang memiliki akar tunjang sehingga jenis ini mampu bertahan dari terjangan ombak laut. Hal ini membuat perlunya pembibitan jenis R. mucronata dalam rehabilitasi hutan mangrove. Penelitian ini bertujuan menentukan intensitas naungan terbaik untuk pertumbuhan akar bibit R. mucronata. Penelitian dilakukan di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang dan di Laboratorium Biologi Tanah Hutan, Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang dilaksanakan pada bulan Oktober sampai bulan Januari 2014. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan 5 perlakuan, yaitu intensitas naungan (0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%) yang diulang sebanyak 10 sehingga diperoleh 50 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukaan intensitas naungan 0% memiliki pertumbuhan jumlah akar sekunder dan panjang akar primer yang lebih baik dari pada intensitas naungan lainnya. Dalam penelitian ini juga telah diestimasi jarak tanam bibit R. mucronata yang baik adalah 3 x 2 meter berdasarkan hasil kerapatan panjang akar.
Kata kunci: Akar, Intensitas Naungan, Perkembangan, Rhizophora Mucronata
ii
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, dan merupakan
komunitas yang hidup di dalam kawasan yang lembab dan berlumpur serta dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove disebut juga sebagai hutan pantai, hutan payau atau hutan bakau. Pada umumnya formasi tanaman di dominasi oleh jenis-jenis tanaman bakau. Oleh karena itu istilah bakau digunakan hanya untuk jenis-jenis tumbuhan dari genus Rhizophora. Sedangkan istilah mangrove digunakan untuk segala tumbuhan yang hidup di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut (Harahab, 2010).
Dari keseluruhan mangrove di dunia, Indonesia memiliki luasan terluas (3,189 juta hektar), diikuti oleh Brazil (1,300 juta hektar), Australia (0,991 juta hektar), dan Mexico (0,77 juta hektar). Luas mangrove Indonesia diperkirakan sekitar 20.9% dari total mengrove dunia (Spalding dkk, 2010). Tahun 1982, luas ekosistem mangrove mencapai 4,25 juta hektar, namun terus mengalami penurunan karena tekanan pembangunan dan faktor antropogenik lainnya.
Menurunnya luasan hutan mangrove karena berbagai tekanan yang ada mengharuskan kegiatan rehabilitasi dilakukan diseluruh daerah hutan mangrove yang rusak. Perencanaan yang tepat dan penggunaan bibit yang baik dapat meningkatkan keberhasilan dalam kegiatan rehabilitasi hutan mangrove. R. mucronatamerupakan salah satu jenis yang diminati dalam kegiatan rehabilitasi karena kemampuannya dalam beradaptasi di kondisi salinitas yang cukup tinggi.
Keberhasilan penanaman tidak lepas dari bibit dengan kualitas yang baik. R.mucronata memerlukan naungan 75% untuk mendapatkan bibit siap tanam
1
Universitas Sumatera Utara


dengan kualitas unggul dari pertumbuhan tinggi dan jumlah daun.Naungan dengan intensitas 25% meningkatkan pertumbuhan diameter dari R.mucronata (Adres, 2011).
Ruang tumbuh terbagi ke dalam dua bagian yaitu ruang di atas tanah dan ruang di bawah tanah. Pengaturan ruang di atas tanah dimaksudkan agar tajuk berkembang secara optimal, dan bertujuan untuk menurunkan persaingan intensitas cahaya matahari. Tindakan silvikultur yang sesuai untuk itu adalah pemangkasan dan penjarangan. Pengaturan ruang di bawah tanah dimaksudkan agar akar berkembang secara optimal dan mengurangi persaingan hara dan air serta memberikan ruang penyebaran akar dalam tanah. Tindakan silvikultur yang sesuai adalah pengaturan lebar jarak tanam dan bentuk lubang tanam. Lebar jarak tanam ditentukan berdasarkan kecepatan pemanjangan akar, sedangkan bentuk lubang tanam ditentukan berdasarkan struktur akar(Rusdiana dkk, 2000).
Akar merupakan tempat masuknya hara yang diserap oleh tanaman termasuk juga R. mucronata. Akar menyerap hara dan menyalurkannya ke daun untuk diproses menjadi energi melalui fotosistesis. Penelitian terhadap perakaran pada tumbuhan mangrove, terkhusus pertumbuhan akar pada jenis R. mucronata masih sedikit. Dengan adanya data pertumbuhan akar maka akan dapat dibuat estimasi jarak tanam yang baik sehingga tidak terjadi perebutan hara dan dapat memberikan ruang bagi pertumbuhan akar.
Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka penelitian yang berjudul perkembangan akar bibit R. mucronata Lamk pada berbagai intensitas naungan yang bertujuan untuk mendapatkan data pertumbuhan akar R.mucronata diberbagai intensitas naungan dilakukan sehingga dapat direkomendasikan
2
Universitas Sumatera Utara

intensitas naungan terbaik pada pembibitan dan jarak tanam terbaik pada penanaman R.mucronata. Kerangka Pemikiran
R. mucronata merupakan salah satu tumbuhan di ekosistem mangrove yang memiliki akar tunjang dari beberapa di antaranya. Besarnya propagul dan daya tahan terhadap terjangan ombak menjadikan jenis ini sebagai salah satu jenis yang sering digunakan dalam rehabilitasi lahan mangrove. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian pengaruh naungan terhadap pertumbuhan propagul R. mucronata. Penelitian sebelumnya mencari intensitas naungan terbaik terhadap pertumbuhan R. mucronata. Penelitian sebelumnya hanya berfokus kepada pertumbuhan R. mucronata bagian atas tanah (tinggi, diameter, jumlah daun dan luah daun). Penelitian lanjutan ini untuk mengembangkan penelitian terhadap naungan yang berfokus kepada pertumbuhan R. mucronata bagian bawah tanah yaitu akar. Dengan diketahui perkembangan akar pada setiap intensitas naungan maka dapat direkomendasikan intensitas naungan dan jarak tanam yang baik untuk pembibitan dan penanaman R. mucronata.
3
Universitas Sumatera Utara

Pembibitan Tanaman M

Ketersediaan dan viabilitas

Naungan 0%, 25%, 50%, 75%, 100%

Media Tanam


DDaauunn

Aka

Batan

Ukuran Propagul

Panjang Ak

Diameter Kerapatan Luas Permukan Biomassa
Jarak T Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

Tujuan Penelitian Menentukan intensitas naungan terbaik untuk pertumbuhan akar bibit
Rhizopora mucronata Lamk Hipotesis Penelitian 1. Terdapat perbedaan pertumbuhan akar R. muronata diberbagai intensitas
naungan 2. Intensitas naungan 50% berpengaruh paling baik untuk pertumbuhan akar
bibit R. mucronata Lamk.
Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi intensitas naungan terbaik pada pembibitan di
persemaian R.mucronata berdasarkan pertumbuhan akar 2. Menjadi referensi bagi masyarakat dalam menentukan jarak tanam terbaik

untuk penanaman jenis R.mucronata .

4
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Hutan mangrove Kemampuan mangrove untuk mengembangkan wilayahnya ke arah laut
merupakan salah satu peran penting mangrove dalam pembentukan lahan baru. Akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substrat lumpur, pohonnya mengurangi energi gelombang dan memperlambat arus, sementara vegetasi secara keseluruhan dapat memerangkap sedimen (Davies dan Claridge, 1993 dan Othman, 1994).
Secara sederhana, mangrove umumnya tumbuh dalam 4 zona, yaitu pada daerah terbuka,daerah tengah, daerah yang memiliki sungai berair payau sampai hampir tawar, sertadaerah ke arah daratan yang memiliki air tawar. a) Mangrove terbuka
Mangrove berada pada bagian yang berhadapan dengan laut. Samingan (1980)menemukan bahwa di Karang Agung, Sumatera Selatan, di zona ini didominasioleh Sonneratia alba yang tumbuh pada areal yang betul-betul dipengaruhi olehair laut. van Steenis (1958) melaporkan bahwa S. alba dan A. alba merupakanjenis-jenis ko-dominan pada areal pantai yang sangat tergenang ini. Komiyama, dkk(1988) menemukan bahwa di Halmahera, Maluku, di zona ini didominasi oleh S.alba. Komposisi floristik dari komunitas di zona terbuka sangat bergantung padasubstratnya. S. alba cenderung untuk mendominasi daerah berpasir, sementaraAvicennia marina dan Rhizophora mucronata cenderung untuk mendominasidaerah yang lebih berlumpur (van Steenis, 1958). Meskipun
5
Universitas Sumatera Utara

demikian, Sonneratiaakan berasosiasi dengan Avicennia jika tanah lumpurnya kaya akan bahan organik(Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1993). b) Mangrove tengah
Mangrove di zona ini terletak dibelakang mangrove zona terbuka. Di zona inibiasanya didominasi oleh jenis Rhizophora. Namun, Samingan (1980) menemukandi Karang Agung didominasi oleh Bruguiera cylindrica. Jenis-jenis penting lainnyayang ditemukan di Karang Agung adalah B. gymnorrhiza, Excoecariaagallocha, R. mucronata, Xylocarpus granatum dan X. moluccensis. c) Mangrove payau
Mangrove berada disepanjang sungai berair payau hingga hampir tawar. Dizona ini biasanya didominasi oleh komunitas Nypa atau Sonneratia. Di KarangAgung, komunitas N. fruticans terdapat pada jalur yang sempit di sepanjangsebagian besar sungai. Di jalur-jalur tersebut sering sekali ditemukan tegakanN.fruticans yang bersambung dengan vegetasi yang terdiri dari Cerbera sp, Glutarenghas, Stenochlaena palustris dan Xylocarpus granatum. Ke arah pantai,campuran komunitas Sonneratia - Nypa lebih sering ditemukan. Di sebagianbesar daerah lainnya, seperti di Pulau Kaget dan Pulau Kembang di mulut SungaiBarito di Kalimantan Selatan atau di mulut Sungai Singkil di Aceh, Sonneratiacaseolaris lebih dominan terutama di bagian estuari yang berair hampir tawar(Giesen & van Balen, 1991). d) Mangrove daratan
Mangrove berada di zona perairan payau atau hampir tawar di belakang jalurhijau mangrove yang sebenarnya. Jenis-jenis yang umum ditemukan pada zonaini termasuk Ficus microcarpus (F. retusa), Intsia bijuga, N. fruticans,
6
Universitas Sumatera Utara


Lumnitzeraracemosa, Pandanus sp. dan Xylocarpus moluccensis (Kantor Menteri NegaraLingkungan Hidup, 1993). Zona ini memiliki kekayaan jenis yang lebih tinggidibandingkan dengan zona lainnya. Rhizophora mucronata
Nama Lokal : Bangka itam, dongoh korap, bakau hitam, bakau korap, bakau merah, jankar, lenggayong, belukap, lolaro. Merupakan Pohon dengan ketinggian mencapai 27 m, jarang melebihi 30 m. Batangmemiliki diameter hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap hingga hitam dan terdapat celah horizontal. Akar tunjang dan akar udara yang tumbuh dari percabangan bagian bawah. R. mucronata lebih toleran terhadap substrat yang lebih keras dan pasir. Pada umumnya tumbuh dalam kelompok, dekat atau pada pematang sungai pasang surut dan di muara sungai, jarang sekali tumbuh pada daerah yang jauh dari air pasang surut. Pertumbuhan optimal terjadi pada areal yang tergenang dalam, serta pada tanah yang kaya akan humus. Merupakan salah satu jenis tumbuhan mangrove yang paling penting dan paling tersebar luas. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Anakan seringkali dimakan oleh kepiting, sehingga menghambat pertumbuhan mereka. Anakan yang telah dikeringkan dibawah naungan untuk beberapa hari akan lebih tahan terhadap gangguan kepiting. Hal tersebut mungkin dikarenakan adanya akumulasi tanin dalam jaringan yang kemudian melindungi mereka(Rusila dkk,1999).
Kemampuan mangrove untuk mengembangkan wilayahnya ke arah laut merupakan salah satu peran penting mangrove dalam pembentukan lahan baru. Akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substrat lumpur,pohonnya mengurangi energi gelombang dan memperlambat arus,sementara vegetasi secara
7
Universitas Sumatera Utara

keseluruhan dapat memerangkap sedimen (Davies and Claridge, 1993 dan Othman, 1994). Naungan
Untuk R. mucronata, R. aiculata dan C. tagal perlu naungan yang hanya menerima 50% cahaya matahari. Untuk X. granatum, B.gymnorrhiza, A. marina dan S. alba perlu nungan yang hanya menerima 70% cahayamatahari. Sebaiknya naungan yang berupa jaring pelatik juga dipasang disemua sisinya. Satu bulan sebelum bibit siapditanamdilapangan, bibit dimantapkan dengan membuka naungan (Khazali, 1999).Biomassa total tertinggi adalah bibit dengan intensitas naungan 75% sebesar 0.813 gram sedangkan biomassa terendah adalah bibit dengan intensitas naungan 0% sebesar 0.529 gram (Adres, 2011). Perakaran
Pada Rhizophora perakaran terutama terdiri atas akar liar yang tumbuh lateral dari hipokotil (batang muda pada semai yang baru tumbuh) dan kemudian dari batang tua. Pertumbuhan akar ini berurutan dari pangkal ke arah bagian atas batang. Akar-akar tersebut mencuat dari batang, mengarah ke tanah dan menggantung (sehingga disebut pula akar gantung) dan kemudian masuk ke tanah dan berakar lagi lebih lanjut. Akar gantung ini tumbuh pula dari cabang-cabang dan dapat mencapai panjang sampai lebih dari 10 m. Akar gantung ini sering bercabang dua secara berulang. Percabangan ini terjadi sebagai akibat kekeringan yang mematikan titik tumbuh pada ujung akar, dan sebagai gantinya tumbuh sepasang akar liar di bagian ujung akar tersebut. Pertumbuhan seperti ini terjadi secara berulang sehingga pada akhir-nya terbentuk suatu sistem perakaran yang bercabang-cabang secara teratur. Akar-akar tersebut sering pula disebut akar
8
Universitas Sumatera Utara

tunjang, karena selain berfungsi sebagai penyerap bahan makanan dari tanah dan air tampak berfungsi juga sebagai penunjang (Sukardjo, 1984).
Menurut Hidayat (1995), pembentukan akar lateral dimulai dengan pembelahan periklinal yang terjadi pada beberapa sel perisikel. Sel yang dihasilkan membelah lagi secara periklinal atau antiklinal sehingga terjadi himpunan sel. Pada waktu primordium akar bertambah panjang, korteks ditembus sehingga akar lateral muncul di permukaan akar induknya.
Mangrove tumbuh selaras dengan penam-bahan lahan. Tetapi ada dua pendapat yang saling berlawanan mengenai peranan mang-rove dan proses penambahan lahan. van Steenis (1958) berpendapat bahwa perakaran mangrove yang khas tidak berfungsi sebagai penahan lumpur dan faktor utama penambahan lahan, tetapi sistem perakaran berkembang mengikuti penimbunan lumpur. Sebaliknya Davis (1940) mengatakan bahwa perakaran mangrove berperan sebagai penahan lumpur, sehingga sistem perakaran mangrove berperan dalam perluasan lahan.
Fisiologi dan morfologi terhadap keadaan habitat yang dipengaruhi oleh genangan air pasang surut dengan amplitudo salinitas yang tinggi serta suasana lumpur tebal dan anaerobik. Adaptasi ini dapat terlihat dalam bentuk sistem perakaran yang khas tumbuhan mangrove. Perakaran ini berfungsi antara lain untuk membantu tumbuhan mangrove bernafas dan tetap tegak berdiri. Hanya sedikit jenis mangrove yang mempunyai sistem perakaran yang dalam atau mempunyai akar tunggang yang tetap. Bagian perakaran yang ada di dalam tanah umumnya horisontal, bercabang banyak dan berakar rambut yang kecil dan lembut. Akar utamanya menembus vertikal ke dalam tanah dan mempunyai
9
Universitas Sumatera Utara

banyak akar samping yang panjang dan berfungsi sebagai jangkar (Sukardjo, 1984).

Gambar 2. Sistem perakaran pada tanaman (Rao dan Ito, 1998) Dari masing-masing akar primer, berkembang akar sekunder dan tersier. Akar primer dan sekunder berukuran lebih tebal dan pendek dibandingkan akar primer. Rambut akar tumbuh di dekat ujung akar dari akar primer. Rambut akar inilah yang bertanggung jawab atas pengangkutan air dan mineral ke dalam tanaman. Efektivitas penyerapan tanaman ditentukan secara langsung oleh jumlah akar primer dan daya tembus akar dalam tanah (Robinson, 1999).Poedjirahajoe (2006) melaporkan bahwa jumlah akar mangrove sangat dipengaruhi oleh lokasi tempat tumbuh serta dapat merupakan indikasi dari kesesuaian mangrove terhadap tempat tumbuhnya.
10
Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelititan ini dilaksanakan dari Oktober – Januari 2014 di Persemaian
Mangrove untuk Program Rehabilitasi Hutan Mangrove Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten langkat, Sumatera Utara. Kegiatan Pengovenan akar dilaksanakan di Laboratorium Biologi Tanah Hutan, Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Kondisi Geografis Desa
Gambar 3. Peta lokasi pembibitan Rhizophora mucronata Desa Jaring Halus terletak diantara 98’ 33.30” – 98’ 34,30” LU, dan 3’57,00” – 3’56,00” BT. Yang berbatasan dengan: - Utara berbatasan dengan Selat Malaka - Selatan berbatasan dengan Desa Secanggang - Timur berbatasan dengan Desa Selotong/ Kuala Selotong - Barat berbatasan dengan desa Tapak Kuda ( Kecamatan Tanjung Pura)
11
Universitas Sumatera Utara

Kondisi Tanah dan Iklim Desa Jaring Halus Tanah di Desa jaring Halus Merupakan Tanah pasir laut. Keadaan iklim
ditadai dengan curah hujan yang bervariasi antara 2000-35000 mm/tahun. Ratarata curah hujan perbulan adalah 142,59 mm/bulan dengan rata-rata hujan 10 hari per bulan. Dengan demikinan sebagian besar lahan di Desa Jaring Halus tidak cocok untuk lahan pertanian pangan hanya bisa ditumbuhi hutan mangrove. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah jangka sorong, kamera, meteran, Parang,oven, timbangan, Software Excel.Bahan yang digunakan adalah propagul Rizhophora mucronata Lamk dengan ukuran panjang≥5 0 cm, paranet 100%, 50%, 75%, 25%, polybag 10x15cm, kain sering, tanah lumpur disekitar lokasi persemaian, tali plastik, label, alat tulis. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial yang terdiri atas 5 perlakuan dengan 10 ulangan sehingga didapat 50 unit percobaan. Metode analisa yang digunakan adalah sidik ragam ANOVA dengan uji lanjut untuk menentukan nilai yang berpengaruh maupun yang tidak dengan metode Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Model linier yang digunakan adalah:
Yij = μ + τi + ɛij
Keterangan: Yij = Nilai pengamatan pada ulangan ke-j yang mendapat perlakuan intensitas
naungan ke-i. μ = Nilai rataan
12
Universitas Sumatera Utara

τi = Pengaruh perlakuan intensitas naungan ke-i
ɛij = Galat percobaan pada ulangan ke-j dalam perlakuan intensitas naungan ke-i
Perlakuan yang digunakan adalah : N0 = Tanpa naungan (0 %) N1 = Paranet dengan intensitas naungan 25 % N2 = Paranet dengan intensitas naungan 50% N3 = Paranet dengan intensitas naungan 75% N4 = Paranet dengan intensitas naungan 100% (kontrol) Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian terdiri atas beberapa tahap yaitu : 1. Pemilihan lokasi persemaian Lokasi persemaian yang dipilih diusahakan pada tanah lapang dan datar. Selain itu, membuat batasan dari jangkauan kambing. Lokasi persemaian yang dipilih diusahakan mendapatkan air pasang lebih kurang 20 kali/bulan agar tidak dilakukan kegiatan penyiraman bibit. 2. Pembangunan tempat dan bedeng persemaian Ukuran tempat persemaian dibuat 5m x 4m dengan naungan masing-masing tinggi 1m, lebar 1m dan panjang 1m. Bahan yang digunakan untuk membuat pagar adalah kain sering dengan tinggi 1mx 20m.
13
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4 .Layout Persemaian

3. Persiapan media , pengumpulan benih dan penanaman di polibag

Media yang digunakan untuk pertumbuhan R. mucronata adalah lumpur

disekitar persemaian yang telah dikompositkan. Dipilih 10 titik dari sekitar

persemaian kemudian diambil tanah sedalam 0-20cm sebanyak 2 kg. Tanah yang

dikumpulkan diaduk menjadi satu untuk dapat digunakan pada 50 polibag

berukuran 10cm x 15cm. Benih propagul yang sudah jatuh dikumpulkan dari

hutan Desa Jaring Halus dan diseleksi benih yang sehat, segar, tanpa hama dan

penyakit dan belum berakar. Penanaman dilakukan ketika air laut surut sehingga

memudahkan dalam penandaan. Dibuat lubang menggunakan bambu sedalam

7cm dan dimasukkan popagul yang telah diseleksi.

Tabel 1. Karakteristik benih matang

Spesies

Ukuran

R. mucronata

± 50 cm panjangnya

R. apiculata R. gymnorrhiza

± 20 cm panjangnya ± 14 mm diameternya
± 20 cm panjangnya

Warna dan Ciri Lainnya
Warna kotiledon berubah dari hijau muda menjadi Kuning
Warna kotiledon berubah dari merah menjadi Kuningan
Warna hipokotil berubah dari hijau menjadi coklat kemerahan atau merah kehijauan

14
Universitas Sumatera Utara

Parameter yang Diamati Pengamatan dilakukan diawal sebelum penanaman dan diakhir penelitian
dengan parameter yang diamati adalah :
1. Persentase Hidup (%) Persentase hidup dihitung dengan membandingkan antara jumlah bibit
yang hidup dan jumlah biibit yang ditanam pada awal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada akhir penelitian (Yusmaini dan Suharsi, 2008)
Persentase Hidup (%) =Jumlah Bibit yang Hidup x 100% Jumlah Propagul yang Ditanam 2. Mortalitas (%)
Kematian bibit dihitung dengan membandingkan antara jumlah bibit yang mati dan jumlah biibit yang ditanam pada awal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada akhir penelitian
Mortalitas (%) =Jumlah Bibit yang Mati x 100% Jumlah Propagul yang Ditanam 3. Jumlah akar
Perhitungan jumlah akar dilakukan secara manual dengan menggunakan counteryang dilakukan setelah pemanenan bibit R.mucronata. Jumlah akar dihitung berdasarkan kedudukan akar pada sistem perakaran (tingkat percabangan) menurut klasifikasi Rao dan Ito (1998), yang terdiri dari :
i. Akar utama (tap root) ii. Akar primer (primary root) iii. Akar sekunder (secondary root) iv. Akar tersier (tersier root)
15
Universitas Sumatera Utara

4. Panjang akar Pengukuranpanjang akar dilakukan secara manual dengan menggunakan
mistar dan benang. Pengukuran panjang dilakukan setelah pemanenan bibit R.mucronata. Panjang akar diukur berdasarkan kedudukan akar pada sistem perakaran (tingkat percabangan) menurut klasifikasi Rao dan Ito (1998). 5. Diameter akar
Pengukuran diameter dilakukan setelah pemanenan bibit R.mucronata,dimana akar dapat memberikan informasi penting hubungannya dengan ukuran pori tanah dan potensial penetrasi akar (Bohm, 1979). Pengukuran diameter akar dilakukan pada setiap tipe percabangan menurut dengan menggunakan kaliperyang dilakukan setelah pemanenan bibit R.mucronata(Rao dan Ito,1998) 6. Biomassa akar
Penghitunganbiomassa akar dilakukan setelah pemanenan bibit R. mucronata, yang terlebih dahulu akar dioven pada suhu 105°C selama 20 jam (Schuurman and Goedewaagen, 1971). Akar yang telah kering kemudian ditimbang untuk mengetahui biomassa akarnya.
Biomassa akar (g) = Berat awal – Berat kering oven x 100% Berat kering oven
7. Luas permukaan akar Perhitungan luas permukaan akar dilakukan setelah pengukuran diameter dan
panjang akar bibit R.mucronata,luas permukaan akarberhubungan dengan luas bidang kontak akar dengan partikel-partikel tanah dan kemampuan untuk mengabsorpsi air dan hara. Dengan asumsi bahwa akar berbentuk silindris, maka luas permukaan akar dapat dihitung dengan rumus 1/3 (3.14) rl.
16
Universitas Sumatera Utara

Luas permukaan akar (cm2)= 1 x π x r x l
3 Ket: π = 3,14
r = Diameter akar l = Panjang akar 8. Kerapatan panjang akar Perhitungan kerapatan panjang akar dilakukan setelah pengukuran panjang akar bibit R.mucronata.Kerapatan panjang akar (root length density) dihitung untuk mengetahui kerapatan penyebaran akar dalam tanah. Nilainya diperoleh dari perbandingan antara total panjang akar dengan volume tanah dalam polybagnya. Nilai perhitungan panjang akar dapat dijadikan acuan standard dalam estimasi jarak tanam yang diambil dari nilai rata-rata kerapatan akar bibit R. mucronata Kerapatan panjang akar (cm) = Total Panjang akar____
Volume Tanah dalam Polybag
8. Diameter bibit (cm) Pengukuran diameter bibit dilakukan dengan menggunakan jangka sorong.
Pengukuran dilakukan pada awal pembibitan dan diakhir pengamatan setelah pemanenan. Diameter diukur pada panjang 15 cm dari pangkal bawah bibit Rhizophora muronata.
9. Tinggi bibit (cm) Pengukuran tinggi bibit dilakukan dengan menggunakan mistar. Pengukuran
dilakukan pada pangkal bawah bibit Rhizophora mucronata hingga titik tumbuh bibit. Pengukuran tinggi dilakukan pada awal pembibitan dan diakhir pengamatan setelah pemanenan.
17
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Sistem perakaran pada bibit Rhizophora mucronata baik tap root, primary
root dan secondary root disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5 .Sistem perakaran pada bibit R.mucronata pada 12 Minggu Setelah Tanam Berdasarkan Gambar 5 tidak ditemukan akar tersier pada bibit
R. mucronata setelah pemanenan. Perakaran yang dapat ditemui adalah akar utama, akar primer dan akar sekunder. Persentase hidup bibit R. mucronata
Dari hasil pengamatan bibit R. mucronata dengan perlakuan intensitas naungan yang diberikan memiliki keberhasilan hidup 100% terdapat pada setiap ulangan selama 12 Mi