Bahan anastesi local

(1)

Bahan anastesi local

Secara kimiawi obat anestesi lokal dibagi dalam dua golongan besar. Perbedaan kimia ini direfleksikan dalam perbedaan tempat metabolism.

a. Golongan ester dimetabolisme oleh enzim pseudo-kolinesterase di plasma. Contoh: tetrakain, benzokain, kokain, prokain.

b. Golongan amide dimetabolisme melalui degradasi enzimatis di hati. Contoh: dibukain, lidokain, mepivakain, prilokain.

Untuk kepentingan klinis, anestesi local dibedakan berdasarkan potensi dan lama kerjanya menjadi 3 group, yaitu:

a. Group I meliputi prokain dan kloroprokain yang memiliki potensi lemah dengan lama kerja singkat.

b. Group II meliputi lidokain, mepivakain dan prilokain yang memiliki potensi dan lama kerja sedang.

c. Group III meliputi tetrakain, bupivakain dan etidokain yang memiliki potensi kuat dengan lama kerja panjang.

Anestesi lokal juga dibedakan berdasar pada mula kerjanya. Kloroprokain, lidokain, mepevakain, prilokain dan etidokain memiliki mula kerja yang relatif cepat. Bupivakain memiliki mula kerja sedang, sedangkan prokain dan tetrakain bermula kerja lambat

Obat anestesi lokal yang lazim dipakai di negara kita untuk golongan ester adalah prokain, sedangkan golongan amide adalah lidokain dan bupivakain. Secara garis besar ketiga obat ini dapat dibedakan

sebagai berikut :

Tabel jenis anastesi local yang sering dipakai di Indonesia Alat Anastesi Lokal


(2)

Syringe adalah salah satu dari tiga komponen penting yang dibutuhkan untuk anestesi lokal. Terdapat 8 tipe syringe yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi (Malamed, 1980)

A. Non-disposable syringe

a. Breech-loading, metallic, cartridge-type, aspirating

Tipe ini adalah yang paling umum digunakan di kedokteran gigi. Istilah breech-loading yaitu memasukan cartridge ke dalam syringe dari sisi samping. Jarum yang digunakan ditempelkan di needle adaptor pada syringe barrel. Aspirating syringe memiliki bagian ujung tajam yang disebut harpoon yang menempel pada piston dan digunakan untuk menekan/ mempenetrasi rubber stopper pada sisi ujung cartridge. Thumb ring dan finger grips berfungsi untuk memudahkan control saat injeksi. Syringe tipe ini dibuat dari chrome-plated brass (kuningan) dan stainless steel.

Keuntungan : cartridge terlihat, autoclavable, awet dengan perawatan yang tepat. Kekurangan : berat, bisa saja terlalu besar ukurannya untuk operator yang kecil, kemungkinan menimbulkan infeksi apabila tidak tepat dalam perawatan.

b. Breech-loading, plastic, cartridge-type, aspirating

Karena perkembangan bahan plastic, syringe tipe ini autoclavable (dapat di sterilisasi menggunakan autoclave) dan sterilisasi kimia. Dengan perawatan dan penggunaan tepat, syringe ini dapat digunakan dua kali sebelum dibuang.

Keuntungan: murah, tahan karat, cartridge terlihat, plastic mengurangi pemakaian logam, awet dengan perawatan yang tepat.

Kekurangan : ukuran, kerusakan karena autoclave berulang, kemungkinan menimbulkan infeksi apabila tidak tepat dalam perawatan.

c. Breech-loading, metallic, cartridge-type, self-aspirating

Self-aspirating syringe diperkenalkan tahun 1981 di Amerika. Insindesi aspirasi positive terjadi 10% - 15% pada beberapa teknik injeksi. Hal ini dapat diterima oleh operator dental bahwa uji aspirasi penting dilakukan sebelum pemberian obat anestesi. Sayangnya banyak dokter gigi tidak melakukannya, dengan umumnya penggunaan breech-loading, metallic, cartridge-type, aspirating untuk itu uji aspirasi dilakukan dengan hati-hati sebelum atau selama injeksi obat anestesi. Untuk mempermudah aspirasi, beberapa syringe dengan self-aspirasi berkembang. Syringe tipe ini menggunakan rubber diaphragm (sekat karet) yang elastis pada cartridge untuk menghasilkan tekanan negative aspirasi.


(3)

Keuntungan : cartridge terlihat, mempermudah aspirasi dengan satu tangan, autoclavable, anti karat, awet dengan perawatan tepat.

Kekurangan : kemungkinan menimbulkan infeksi apabila tidak tepat dalam perawatan, berat, terasa tidak aman dipakai untuk operator yang terbiasa dengan harpoon-type syringe.

d. Pressure syringe untuk injeksi/suntikan ligament periodontal

Tipe syringe ini diperkenalkan akhir 1970, pressure syringe memperbaharui teknik injeksi ligament periodontal atau disebut ILI intraligamentary injection. Keuntungan : dosis terukur, mengatasi hambatan jaringan, cartridge terlindungi. Kekurangan : mahal, injeksi mudah tapi terlalu cepat

e. Jet Injector (tanpa jarum)

Tahun 1947 Figgie dan Scherer memperkenalkan Jet Injector atau injeksi tanpa jarum (needle-less). Jet injector berdasar pada prinsip gaya air melewati lubang yang sangat kecil, dengan kekuatan tekan tinggi dapat dipenetrasi masuk ke dalam kulit dan membrane mukosa. Jenis – jenis jet injector yang dipakai di bidang kedokteran gigi yaitu Syrijet Mark II dan MadaJet. Fungsi utama jet injector mengandung anestesi topical sebelum akhirnya di injeksi.

Keuntungan : tidak butuh jarum (direkomendasikan untuk pasien yang phobia jarum), mengeluarkan volum cairan yang sedikit 0,01 hingga 0,02 ml, pemakaiannya sebagai pengganti anestesi topical.

Kekurangan : volume cairan tidak mencukupi untuk anestesi pulpa atau anestesi blok, mahal, dapat membahayakan jaringan periodontal.

B. Disposable Syringe

Disposable syringe bahan plastic tersedia dengan berbagai ukuran dan bermacam – macam ukuran jarum. Kebanyakan digunakan untuk suntikan intramuscular atau intravenous namun ada juga yang menggunakan untuk intraoral. Disposable syringe tidak dapat dipasangi cartridge, bahan yang akan diinjeksi diambil dari cartridge yang ditutup membrane plastic tebal.

Keuntungan : sekali pemakaian, steril hingg dibuka, ringan sehingga terasa canggung untuk pemakaian pertama.

Kerugian : tidak dapat dipasangi cartridge, aspirasinya sulit karena membutuhkan dua tangan

C. “Safety” Syringe

Penggunaan safety syringe adalah untuk meminimalkan kecelakaan kerja akibat jarum yang baru saja dipakai untuk anestesi lokal. Jenis syringe ini memiliki


(4)

sarung yang melindungi jarum di saat keluar dari jaringan tubuh pasien, sarung tersebut membantu mencegah kecelakaan kerja tersebut. Semua jenis safety syringe di desain sekali pakai. Pengisian ulang dengan cartridge baru dan penyutikan kembali dengan syringe yang sama sangat diminimalkan karena tindakan ini penting untuk aspek keamanan pada syringe jenis ini.

Keuntungan : disposable, sekali pemakaian, ringan, steril hingga segel dibuka. Kerugian : lebih mahal dari reusable syringe (syringe yang dapat dipakai kembali), canggung jika dipakai pertama kali.

D. Computer Control Local Anesthetic Delivery System

Tipe syringe tradisional menggunakan teknik palm-thumb grasp yang tida di desain untuk ergonomic atau control jarum selama proses injeksi. Tahun 1997 (komputer control lokal anestesi) computer controlled local anesthetic deliver CCLAD diperkenalkan pada bidang kedokteran gigi. Alat ini di desain untuk meningkatkan ergonomic dan ketelitian syringe. System pada computer memungkinkan operator dengan teliti meletakan jarum dengan fingertip accuracy dan menyalurkan cairan lokal anestesi menggunakan foot-active control. System CCLAD menunjukkan perubahan signifikan tata cara pemberian lokal anestesi, dimanan operator focus pada penempatan jarum dan posisinya, kemudian membiarkan motor pada alat untuk menyalurkan obat anestesi lokal sesuai laju yang sudah ditentukan. Terdapat dua contoh alat yang tersedia di pasar Amerika yaitu The Wand Computer Dent system dan The Comfort Control system. Keuntungan : dapat mengatur laju dan tekanan untuk menghasilkan injeksi yang nyaman, meskipu pada jaringan yang elastisitasnya rendah, meningkatkan ergonomic, aspirasi otomatis, dengan rotational insertion dapat meminimalkan jarum bengkok.

Kekurangan : mahal, membutuhkan peralatan tambahan.

PERAWATAN REKOMENDASI SYRINGE

- Setelah selesai menggunakan syringe dicuci dan dibilas secara menyeluruh sehingga bersih dari cairan lokal anestesi, darah dan saliva.


(5)

- Setelah dilakukan autoclave lima kali, syringe harus dimusnahkan dan dibuang di tempat terpisah.

- Semua reusable syringe harus dapat disterilisasi

- Untuk syringe sekali pakai harus dibuang dengan benar b. Catridge

Biasanya terbuat dari kaca bebas alkali dan pirogen untuk menghindari pecah dan kontaminasi dari larutan. Sebagian besar catridge mengandung 2,2 ml atau 1,8 ml larutan anastesi local.

Komponen cartridge adalah: a. Tabung kaca silinder (wadah)

b. Stopper (letaknya pada ujung tabung, yang akan ditempeli oleh harpoon pada aspirating syringe)

c. Aluminum cap (tutup tabung)

d. Diaphragm (sekat yang menutup tabung dan dilidungi aluminum cap) PERAWATAN DAN PEMAKAIAN REKOMENDASI

a. Dental Cartridge hanya dipakai satu pasien b. Disimpan di tempat dengan suhu ruang

c. Harus digunakan sebelum tanggal kadaluarsanya

d. Dental cartridge harus dicek dahulu sebelum dipakai (keretakan, terpotong dan diperhatikan integritas aluminum cap dan stopper nya)

c. Jarum

Pemilihan jarum harus disesuaikan dengan kedalaman anastesi yang akan dilakukan. Jarum suntik pada kedokteran gigi sesuai standar ADA ada tiga ukuran panjang (32mm), pendek (20mm) dan super pendek (10mm). Jarum suntik pendek yang bias any digunakan untuk anastesi infiltrasi biasanya mempunyai panjang 2 atau 2,5 cm. Jarum yang digunakan harus dapat melakukan penetrasi dengan kedalaman yang diperlukan sebelum seluruh jarum dimasukkan ke dalam jaringan. Tindakan pengamanan ini akan membuat jarum tidak masuk ke jaringan, sehingga bila terjadi fraktur pada hub, potongan jarum dapat ditarik dengan tang.


(6)

- Jarum dipakai hanya boleh untuk satu pasien saja

- Jarum hanya dipakai 3 – 4 kali penetrasi pada pasien yang sama lalu dibuang - Jarum harus dilindungi dengan sarung / tutup protective

- Jarum harus dibuang dengan benar setelah pemakaian untuk meminimalkan injury - Jarum harus steril sebelum dipakai

PROSEDUR ANASTESI LOKAL

A. Cara melakukan anastesi topikal

Anastesi topikal yaitu pengolesan analgetik lokal diatas selaput mukosa. Anestesi topikal diperoleh melalui aplikasi agen anestesi tertentu pada daerah kulit maupun membran mukosa yang dapat dipenetrasi untuk memblok ujung-ujung saraf superfisial. Semua agen anestesi topikal sama efektifnya sewaktu digunakan pada mukosa dan menganestesi dengan kedalaman 2-3 mm dari permukaan jaringan jika digunakan dengan tepat. 17

Anastesi topikal tersedia dalam bentuk :

1. Semprotan (spray form) yang mengandung agen anestesi lokal tertentu dapat digunakan untuk tujuan ini karena aksinya berjalan cukup cepat. Bahan aktif yang terkandung dalam larutan adalah lignokain hidroklorida 10% dalam basis air yang dikeluarkan dalam jumlah kecil kontainer aerosol. Penambahan berbagai rasa buah-buahan dimaksudkan untuk membuat preparat tersebut lebih dapat ditolerir oleh anak, namun sebenarnya dapat menimbulkan masalah karena merangsang terjadinya salivasi berlebihan. Bila anestesi dilakukan dengan menggunakan semprotan, larutan umumnya dapat didistribusikan dengan lebih mudah dan efeknya akan lebih luas daripada yang kita inginkan. Waktu timbulnya anastesi adalah 1 menit dan durasinya adalah sekitar 10 menit.

2. Salep yang mengandung lignokain hidroklorida 5% juga dapat digunakan untuk tujuan yang sama, namun diperlukan waktu 3-4 menit untuk memberikan efek anastesi. Beberapa industri farmasi bahkan menyertakan enzim


(7)

hialuronidase dalam produknya dengan harapan dapat membantu penetrasi agen anastesi lokal dalam jaringan. Amethocaine dan benzocaine umumnya juga ditambahkan dalam preparat ini. Salep sangat bermanfaat bila diaplikasikan pada gingiva lunak sebelum pemberian tumpatan yang dalam. 3. Emulsi yang mengandung lignokain hidroklorida 2% juga dapat digunakan.

Emulsi ini akan sangat bermanfaat bila kita ingin mencetak seluruh rongga mulut dari pasien yang sangat mudah mual. Sesendok teh emulsi dapat digunakan pasien untuk kumur-kumur disekitar rongga mulut dan orofaring dan kemudian dibiarkan satu sampai dua menit, sisanya diludahkan tepat sebelum pencetakan. Emulsi ini juga dapat bermanfaat untuk mengurangi rasa nyeri pascaoperatif seperti setelah gingivektomidan tidak berbahaya bila tertelan secara tidak disengaja.

4. Etil klorida, disemprotkan pada kulit atau mukosa akan menguap dengan cepat sehingga dapat menimbulkan anastesi melalui efek pendinginan. Manfaat klinis hanya bila semprotan diarahkan pada daerah terbatas dengan kapas atau cotton bud sampai timbul uap es. Namun tindakan ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari terstimulasinya pulpa gigi-gigi tetangga dan inhalasi uap oleh pasien. Manfaat teknik ini memang terbatas tetapi kadang-kadang dapat digunakan untuk mendapat anastesi permukaan sebelum insisi dari abses fluktuan.

Prosedur anastesi topical:

1. Membran mukosa dikeringkan untuk mencegah larutnya bahan anastesi topikal.

2. Bahan anastesi topikal dioleskan melebihi area yang akan disuntik ± 15 detik (tergantung petunjuk pabrik) kurang dari waktu tersebut, obat tidak efektif.

3. Anastesi topikal harus dipertahankan pada membran mukosa minimal 2 menit, agar obat bekerja efektif. Salah satu kesalahan yang dibuat pada pemakaian anastesi topikal adalah kegagalan operator untuk memberikan waktu yang cukup bagi bahan anastesi topikal untuk menghasilkan efek yang maksimum.

B. Cara melakukan anastesi infiltrasi

Kasa atau kapas steril diletakkan diantara jari dan membran mukosa mulut, tarik pipi atau bibir serta membran mukosa yang bergerak kearah bawah untuk rahang atas dan kearah


(8)

atas untuk rahang bawah sehingga membran mukosa menjadi tegang, untuk memperjelas daerah lipatan mukobukal atau mukolingual. Aplikasikan terlebih dahulu anestesi topikal jika diperlukan sebelum insersi jarum. Suntik jaringan pada lipatan mukosa dengan bevel jarum mengarah ke tulang dan sejajar bidang tulang. Setelah posisi jarum tepat, lanjutkan insersi jarum menyelusuri periosteum sampai ujungnya mencapai setinggi akar gigi lalu larutan dideposit. Suntikan dengan perlahan-lahan agar memperkecil atau mengurangi rasa sakit, anastesi akan berjalan dalam waktu lima menit.

Gambar 2. Anastesi infiltrasi. Sjaril Nurdin. Penatalaksanaan Pemberian anastesi Lokal pada Gigi Anak. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. 2000.

Teknik Anastesi infiltrasi

1. Suntikan submukosa. Istilah ini diterapkan bila larutan didepositkan tepat dibalik membran mukosa. Walaupun cenderung tidak menimbulkan anastesi pada pulpa gigi, suntikan ini sering digunakan baik untuk menganastesi saraf bukal panjang sebelum pencabutan molar bawah.16

2. Suntikan supraperiosteal. Pada beberapa daerah seperti maksila, bidang kortikal bagian luar dari tulang alveolar biasanya tipis dan dapat terperforasi oleh saluran vaskular yang kecil. Pada daerah-daerah ini bila larutan anastesi didepositkan di luar periosteum, larutan akan terinfiltrasi melalui periosteum, bidang kortikal, tulang dan medularis ke serabut saraf.16 3. Suntikan subperiosteal. Pada teknik ini, larutan anastesi didepositkan antara periosteum

dibidang kortikal. Karena struktur ini terikat erat suntikan tentu terasa sangat sakit. Karena itu, suntikan ini hanya digunakan bilsa tidak ada alternatif lain atau bila anastesi superfisial dapat diperoleh dari suntikan supraperiosteal. 16


(9)

Gambar 3 Penyuntikan supraperiosteal. Howe L, Whitehead. Anestesi Lokal. 3rd Ed. 1990.

4. Suntikan intraoseus. Seperti terlihat dari namanya, pada teknik ini larutan didepositkan pada tulang medularis. Larutan anastesi 0,25 ml didepositkan perlahan ke ruang medularis dari tulang. Jumlah larutan tersebut biasanya cukup untuk sebagian besar prosedur perawatan gigi. Teknik suntikan intraoseus akan memberikan efek anatesi yang baik disertai dengan gangguan sensasi jaringan lunak yang minimal.16

Gambar 4 . Teknik intraoseus. Howe L, Whitehead. Anestesi Lokal. 3rd Ed. 1990.

5. Suntikan intraseptal. Merupakan versi modifikasi dari teknik intraoseus yang kadang-kadang digunakan bila anastesi yang menyeluruh sulit diperoleh. Larutan didepositkan dengan tekanan dan berjalan melalui tulang medularis serta jaringan periodontal untuk


(10)

memberi efek anastesi. Teknik ini hanya dapat digunakan setelah diperoleh anastesi superfisial.

6. Suntikan intraligamen atau ligamen periodontal. Teknik ini menggunakan syringe konvensional yang pendek dan lebarnya 27 gauge atau syringe yang didesain khusus untuk tujuan tersebut, seperti Ligmaject, Rolon atau Peripress, yang digunakan bersama jarum 30 gauge.

C. Cara melakukan Anastesi blok

Anastesi blok rahang bawah biasanya dilakukan apabila memerlukan daerah teranastesi luas, misalnya pencabutan gigi posterior. Anastesi blok pada daerah mandibular teranastesi setengah kuadran, badan mandibular dan ramus bagian bawah, mukoperiosteum bukal, membrane mukoa depan foramen mentalis, dasar mulut dua pertiga anterior lidah, jaringan lunak dan periosteum lingual mandibular.

Anastesi blok RB dengan menggunakan teknik fischer dimana dibutuhkan spuit 2cc anastetikum dan jarum minimal 42 mm. Untuk melakukan anastesi dari nervus alveolaris kanan, kita berdiri di depan sebelah kanan pasien. Palpasi dengan jari telunjuk kiri pada mukosa bukal dari molar terakhir sampai menyentuh margo anterior dan ramus asenden, kemudian raba lagi lebih ke posterior. Telunjuk kita tempatkan pada dataran oklusal dari molar dan ujung jari telunjukke belakang krista tadi adalah tempat masukny jarum( 1cm di atas bidang oklusal dari molar sedikit kebelakan dari krista buksinatoria). Spuit dipegang dengan cara pens grabdari arah premolar dan jarum kearah tulang (tegak lurus). Sesudah jarum menyentuh tulang, spuit dialihkan ke mesial, ke region gigi depan kemudian jarum diteruskan kebelakang 1-1,5cm. aspirasi, jika tidak ada darah yang masuk kita deponir anastesi sebanyak 1-1,5 cc, jarum ditarik kembali 1,5 cc deponer 0,4cc untuk memblokir nervus lingualis.

Untuk anastesi blok Rahang atas dengan tempat masuknya jarum pada apek akar mesial dari gigi di depan molar terakhir. Anastesi menembus foramen karena di tempat tersebut jaringannya longgar. Jarum dimasukkan dari sisi yang berhadapan. Jarum masuk kira-kira 3mm dan anastesi di deponer ¼- ½ cc saja


(1)

- Setelah dilakukan autoclave lima kali, syringe harus dimusnahkan dan dibuang di tempat terpisah.

- Semua reusable syringe harus dapat disterilisasi

- Untuk syringe sekali pakai harus dibuang dengan benar b. Catridge

Biasanya terbuat dari kaca bebas alkali dan pirogen untuk menghindari pecah dan kontaminasi dari larutan. Sebagian besar catridge mengandung 2,2 ml atau 1,8 ml larutan anastesi local.

Komponen cartridge adalah: a. Tabung kaca silinder (wadah)

b. Stopper (letaknya pada ujung tabung, yang akan ditempeli oleh harpoon pada aspirating syringe)

c. Aluminum cap (tutup tabung)

d. Diaphragm (sekat yang menutup tabung dan dilidungi aluminum cap) PERAWATAN DAN PEMAKAIAN REKOMENDASI

a. Dental Cartridge hanya dipakai satu pasien b. Disimpan di tempat dengan suhu ruang

c. Harus digunakan sebelum tanggal kadaluarsanya

d. Dental cartridge harus dicek dahulu sebelum dipakai (keretakan, terpotong dan diperhatikan integritas aluminum cap dan stopper nya)

c. Jarum

Pemilihan jarum harus disesuaikan dengan kedalaman anastesi yang akan dilakukan. Jarum suntik pada kedokteran gigi sesuai standar ADA ada tiga ukuran panjang (32mm), pendek (20mm) dan super pendek (10mm). Jarum suntik pendek yang bias any digunakan untuk anastesi infiltrasi biasanya mempunyai panjang 2 atau 2,5 cm. Jarum yang digunakan harus dapat melakukan penetrasi dengan kedalaman yang diperlukan sebelum seluruh jarum dimasukkan ke dalam jaringan. Tindakan pengamanan ini akan membuat jarum tidak masuk ke jaringan, sehingga bila terjadi fraktur pada hub, potongan jarum dapat ditarik dengan tang.


(2)

- Jarum dipakai hanya boleh untuk satu pasien saja

- Jarum hanya dipakai 3 – 4 kali penetrasi pada pasien yang sama lalu dibuang - Jarum harus dilindungi dengan sarung / tutup protective

- Jarum harus dibuang dengan benar setelah pemakaian untuk meminimalkan injury - Jarum harus steril sebelum dipakai

PROSEDUR ANASTESI LOKAL

A. Cara melakukan anastesi topikal

Anastesi topikal yaitu pengolesan analgetik lokal diatas selaput mukosa. Anestesi topikal diperoleh melalui aplikasi agen anestesi tertentu pada daerah kulit maupun membran mukosa yang dapat dipenetrasi untuk memblok ujung-ujung saraf superfisial. Semua agen anestesi topikal sama efektifnya sewaktu digunakan pada mukosa dan menganestesi dengan kedalaman 2-3 mm dari permukaan jaringan jika digunakan dengan tepat. 17

Anastesi topikal tersedia dalam bentuk :

1. Semprotan (spray form) yang mengandung agen anestesi lokal tertentu dapat digunakan untuk tujuan ini karena aksinya berjalan cukup cepat. Bahan aktif yang terkandung dalam larutan adalah lignokain hidroklorida 10% dalam basis air yang dikeluarkan dalam jumlah kecil kontainer aerosol. Penambahan berbagai rasa buah-buahan dimaksudkan untuk membuat preparat tersebut lebih dapat ditolerir oleh anak, namun sebenarnya dapat menimbulkan masalah karena merangsang terjadinya salivasi berlebihan. Bila anestesi dilakukan dengan menggunakan semprotan, larutan umumnya dapat didistribusikan dengan lebih mudah dan efeknya akan lebih luas daripada yang kita inginkan. Waktu timbulnya anastesi adalah 1 menit dan durasinya adalah sekitar 10 menit.

2. Salep yang mengandung lignokain hidroklorida 5% juga dapat digunakan untuk tujuan yang sama, namun diperlukan waktu 3-4 menit untuk memberikan efek anastesi. Beberapa industri farmasi bahkan menyertakan enzim


(3)

hialuronidase dalam produknya dengan harapan dapat membantu penetrasi agen anastesi lokal dalam jaringan. Amethocaine dan benzocaine umumnya juga ditambahkan dalam preparat ini. Salep sangat bermanfaat bila diaplikasikan pada gingiva lunak sebelum pemberian tumpatan yang dalam. 3. Emulsi yang mengandung lignokain hidroklorida 2% juga dapat digunakan.

Emulsi ini akan sangat bermanfaat bila kita ingin mencetak seluruh rongga mulut dari pasien yang sangat mudah mual. Sesendok teh emulsi dapat digunakan pasien untuk kumur-kumur disekitar rongga mulut dan orofaring dan kemudian dibiarkan satu sampai dua menit, sisanya diludahkan tepat sebelum pencetakan. Emulsi ini juga dapat bermanfaat untuk mengurangi rasa nyeri pascaoperatif seperti setelah gingivektomidan tidak berbahaya bila tertelan secara tidak disengaja.

4. Etil klorida, disemprotkan pada kulit atau mukosa akan menguap dengan cepat sehingga dapat menimbulkan anastesi melalui efek pendinginan. Manfaat klinis hanya bila semprotan diarahkan pada daerah terbatas dengan kapas atau cotton bud sampai timbul uap es. Namun tindakan ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari terstimulasinya pulpa gigi-gigi tetangga dan inhalasi uap oleh pasien. Manfaat teknik ini memang terbatas tetapi kadang-kadang dapat digunakan untuk mendapat anastesi permukaan sebelum insisi dari abses fluktuan.

Prosedur anastesi topical:

1. Membran mukosa dikeringkan untuk mencegah larutnya bahan anastesi topikal.

2. Bahan anastesi topikal dioleskan melebihi area yang akan disuntik ± 15 detik (tergantung petunjuk pabrik) kurang dari waktu tersebut, obat tidak efektif.

3. Anastesi topikal harus dipertahankan pada membran mukosa minimal 2 menit, agar obat bekerja efektif. Salah satu kesalahan yang dibuat pada pemakaian anastesi topikal adalah kegagalan operator untuk memberikan waktu yang cukup bagi bahan anastesi topikal untuk menghasilkan efek yang maksimum.

B. Cara melakukan anastesi infiltrasi

Kasa atau kapas steril diletakkan diantara jari dan membran mukosa mulut, tarik pipi atau bibir serta membran mukosa yang bergerak kearah bawah untuk rahang atas dan kearah


(4)

atas untuk rahang bawah sehingga membran mukosa menjadi tegang, untuk memperjelas daerah lipatan mukobukal atau mukolingual. Aplikasikan terlebih dahulu anestesi topikal jika diperlukan sebelum insersi jarum. Suntik jaringan pada lipatan mukosa dengan bevel jarum mengarah ke tulang dan sejajar bidang tulang. Setelah posisi jarum tepat, lanjutkan insersi jarum menyelusuri periosteum sampai ujungnya mencapai setinggi akar gigi lalu larutan dideposit. Suntikan dengan perlahan-lahan agar memperkecil atau mengurangi rasa sakit, anastesi akan berjalan dalam waktu lima menit.

Gambar 2. Anastesi infiltrasi. Sjaril Nurdin. Penatalaksanaan Pemberian anastesi Lokal pada Gigi Anak. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. 2000.

Teknik Anastesi infiltrasi

1. Suntikan submukosa. Istilah ini diterapkan bila larutan didepositkan tepat dibalik membran mukosa. Walaupun cenderung tidak menimbulkan anastesi pada pulpa gigi, suntikan ini sering digunakan baik untuk menganastesi saraf bukal panjang sebelum pencabutan molar bawah.16

2. Suntikan supraperiosteal. Pada beberapa daerah seperti maksila, bidang kortikal bagian luar dari tulang alveolar biasanya tipis dan dapat terperforasi oleh saluran vaskular yang kecil. Pada daerah-daerah ini bila larutan anastesi didepositkan di luar periosteum, larutan akan terinfiltrasi melalui periosteum, bidang kortikal, tulang dan medularis ke serabut saraf.16 3. Suntikan subperiosteal. Pada teknik ini, larutan anastesi didepositkan antara periosteum

dibidang kortikal. Karena struktur ini terikat erat suntikan tentu terasa sangat sakit. Karena itu, suntikan ini hanya digunakan bilsa tidak ada alternatif lain atau bila anastesi superfisial dapat diperoleh dari suntikan supraperiosteal. 16


(5)

Gambar 3 Penyuntikan supraperiosteal. Howe L, Whitehead. Anestesi Lokal. 3rd Ed. 1990.

4. Suntikan intraoseus. Seperti terlihat dari namanya, pada teknik ini larutan didepositkan pada tulang medularis. Larutan anastesi 0,25 ml didepositkan perlahan ke ruang medularis dari tulang. Jumlah larutan tersebut biasanya cukup untuk sebagian besar prosedur perawatan gigi. Teknik suntikan intraoseus akan memberikan efek anatesi yang baik disertai dengan gangguan sensasi jaringan lunak yang minimal.16

Gambar 4 . Teknik intraoseus. Howe L, Whitehead. Anestesi Lokal. 3rd Ed. 1990.

5. Suntikan intraseptal. Merupakan versi modifikasi dari teknik intraoseus yang kadang-kadang digunakan bila anastesi yang menyeluruh sulit diperoleh. Larutan didepositkan dengan tekanan dan berjalan melalui tulang medularis serta jaringan periodontal untuk


(6)

memberi efek anastesi. Teknik ini hanya dapat digunakan setelah diperoleh anastesi superfisial.

6. Suntikan intraligamen atau ligamen periodontal. Teknik ini menggunakan syringe konvensional yang pendek dan lebarnya 27 gauge atau syringe yang didesain khusus untuk tujuan tersebut, seperti Ligmaject, Rolon atau Peripress, yang digunakan bersama jarum 30 gauge.

C. Cara melakukan Anastesi blok

Anastesi blok rahang bawah biasanya dilakukan apabila memerlukan daerah teranastesi luas, misalnya pencabutan gigi posterior. Anastesi blok pada daerah mandibular teranastesi setengah kuadran, badan mandibular dan ramus bagian bawah, mukoperiosteum bukal, membrane mukoa depan foramen mentalis, dasar mulut dua pertiga anterior lidah, jaringan lunak dan periosteum lingual mandibular.

Anastesi blok RB dengan menggunakan teknik fischer dimana dibutuhkan spuit 2cc anastetikum dan jarum minimal 42 mm. Untuk melakukan anastesi dari nervus alveolaris kanan, kita berdiri di depan sebelah kanan pasien. Palpasi dengan jari telunjuk kiri pada mukosa bukal dari molar terakhir sampai menyentuh margo anterior dan ramus asenden, kemudian raba lagi lebih ke posterior. Telunjuk kita tempatkan pada dataran oklusal dari molar dan ujung jari telunjukke belakang krista tadi adalah tempat masukny jarum( 1cm di atas bidang oklusal dari molar sedikit kebelakan dari krista buksinatoria). Spuit dipegang dengan cara pens grabdari arah premolar dan jarum kearah tulang (tegak lurus). Sesudah jarum menyentuh tulang, spuit dialihkan ke mesial, ke region gigi depan kemudian jarum diteruskan kebelakang 1-1,5cm. aspirasi, jika tidak ada darah yang masuk kita deponir anastesi sebanyak 1-1,5 cc, jarum ditarik kembali 1,5 cc deponer 0,4cc untuk memblokir nervus lingualis.

Untuk anastesi blok Rahang atas dengan tempat masuknya jarum pada apek akar mesial dari gigi di depan molar terakhir. Anastesi menembus foramen karena di tempat tersebut jaringannya longgar. Jarum dimasukkan dari sisi yang berhadapan. Jarum masuk kira-kira 3mm dan anastesi di deponer ¼- ½ cc saja