BAB II tugas ibu jehan proses adaptasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tahap – Tahap Proses Adaptasi
1. Adaptif
Setiap manusia tentu menginginkan agar hidupnya eksis. Untuk dapat hidup eksis
ia harus senantiasa beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkungan. Dengan
penyesuaian diri ia akan mengalami perubahan-perubahan kearah yang lebih maju
(modern). Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki daya upaya untuk dapat
menyesuaikan diri, baik secara aktif maupun pasif. Seseorang aktif melakukan
penyesuaian diri bila terganggu keseimbangannya, yaitu antara kebutuhan dan
pemenuhan. Untuk itu ia akan merespon dari tidak seimbang menjadi seimbang.
Bentuk ketidakseimbangan yang dapat muncul yaitu: bimbang/ragu, gelisah, cemas,
kecewa, frustasi, pertentangan (conflict), dsb. Penyesuaian diri seseorang dengan
lingkungannya dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: jenis kelamin, umur,
motivasi, pengalam, serta kemampuan dalam mengatasi masalah. Dua bentuk
ketidakseimbangan yang perlu mendapat perhatian yaitu Frustasi dan konflik.
a. Frustasi
Dalam rangka mencapai tujuannya, seseorang terkadang atau justru sering
menghadapi
Kendal,
sehingga
ada
kemungkinan
tujuantersebut
tidak
dapatdicapai. Apabila individu tidak dapat mencapai tujuan dan tidak dapat
mengerti secara baik mengapa tujuan itu tidak dapat dicapai, maka individu akan
mengalami frustasi atau kecewa. Individu yang mengalami frustasi dapat
mengalami depresi, merasa bersalah, ketakutan dan sebagainya.
Penyebab frustasi pada individu adalah:
1) Tertundanya pencapaian tujuan ,bisa bersifat sementara atau tidak
menentu.
2) Seuatu yang menghambat apa yang sedang silakukan kendalanya
bersumber dari:
Diri sendiri, baik fisik maupun psikis (perasaan tidak mampu,
kecemasan, konsep diri)
Lingkungan dan norma social/aturan-aturan tertentu
Konflik antara motif-motif yang ada, dua motif atau lebih yang
muncul berbarengan dan membutuhkan pemenuhan.
Ada beberapa faktor penyebab frustasi. Pada umumnya frustasi dapat
disebabkan karena:
1) Tertundanya pencapaian tujuan seseorang untuk sementara, atau untuk
waktu yang tidak menentu.
2) Sesuatu yang menghambat apa yang sedang dilakukan.
Faktor penghambat dapat dibedakan menjadi 2 yaitu faktor interen dan faktor
eksteren.
Faktor interen yaitu semua faktor yang berasal dari dalam diri seseorang,
yang dapat berpengaruh positif atau negatif. Contoh faktor interen yaitu
keadaan jasmani dan rohani.
Sedangkan faktor eksteren yaitu semua faktor yang berasal dari luar
dirinya, yang dapat berpengaruh positif atau negatif. Faktor eksteren
terbagi lagi menjadi tiga yaitu dari lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
b. Konflik
Konflik (pertentangan) dapat muncul apabila terjadi ketidakseimbangan dalam diri
individu. Salah satu contoh: ‘Seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan yang
harus dipilih satu, atau beberapa diantaranya’. Seseorang yang mengalami konflik
dan tidak segera diatasi, dapat menimbulkan gangguan perilaku. Beberapa contoh
lain
untuk
situasi
konflik
adalah
sebagai
1. Approach-approach : Berhadapan dengan 2 pilihan yang menarik.
berikut.
2. Avoidance-avoidance : Berhadapan dengan 2 pilihan yang tidak
diinginkan.
3. Approach-avoidance : Satu pilihan menyenangkan dan satu pilihan tidak
menyenangkan.
4. Double approach avoidance conflict : banyak konflik, dan sebagainya
Dalam menghadapi frustasi dan/atau konflik, seseorang hendaknya memiliki
kemampuan (kecakapan) untuk menganalisis setiap stimulus. Dengan
kecakapan yang dimiliki ia akan dapat menyelesaikan masalahnya. Analisis
dapat dilakukan secara bertahap, mulai dari yang sangat sederhana (ringan)
menuju yang kompleks (berat). Dengan demikian secara bertahap pula akan
ditemukan keseimbangan. Hal ini dapat dilakukan dengan penuh kesabaran.
Frustasi dan/atau konflik dapat diseimbangkan dengan berbagai cara. Trial and
error (mencoba dan salah) merupakan salah satu cara yang dapat membentuk
‘kebiasaan’ dan ‘mekanisme’. Ada bermacam-macam mekanisme penyesuaian
yang dapat dijadikan rambu-rambu sebagai berikut.
1) Agresi: yaitu menyerang obyek frustasi untuk mendapatkan kepuasan.
2) Menarik diri: yaitu menarik atau undur diri dari permasalahan.
3) Mimpi siang hari: yaitu untuk mencapai kepuasan dengan berkhayal.
4) Regresi: merupakan reaksi terhadap frustasi dan nampak pada anak-anak.
5) Rasionalisasi: yaitu pembebasan atas suatu perilaku, bisa disebabkan oleh
alasan yang sebenarnya dari perilaku itu tidak diterima oleh masyarakat.
Bentuk rasionalisasi: Sougrapes, sweet lemon, kambing hitam.
6) Represi: situasi yang menimbulkan rasa bersalah ketakutan dsb. Lebih
baik dilupakan.
7) Identifikasi: mendapatkan rasa harga diri dengan menempatkan diri pada
tokoh yang dikagumi. Identifikasi dapat terjadi pada kelompok/lembaga
yang bisa menjadi kebanggaannya, dapat juga di sekolah-sekolah.
8) Konpensasi: konpensasi dapat bersifat positif atau negatif.
9) Reaksi konversi: karena terjadi konversi ketegangan emosi kesan dari
psikologis. Seseorang yang tidak bisa mengatasi konfliknya mencoba
mengatasi dengan sakit kepala, sakit perut, dll.
10) Mengisar (displacement) adalah pemindahan prilaku pada prilaku yang lain
bentuknya atau objeknya. Contohnya mahasiswa berbuat kesalahan ketika
praktik
dan
ditegur
oleh
kepala
ruangan,
kemudian
mahasiswa
menumpahkan amarahnya kepada paseien yang dirawatnya.
1. Maladaptif
Para ahli dapat memberikan definisi perilaku abnormal berdasarkan hal-hal
yang menyimpangaik secara statistik maupun norma sosiaI. Kriteria terpenting
adalah bagaimana perilaku tersebut berpengaruh pada pribadi seseorang dan/atau
kelompok. Oleh karena itu prilaku abnormal kemudian disebut perilaku mal
adaptif (tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan), yang memiliki dampak
yang merugikan dan membahayakan orang lain atau masyarakat.
Maladaptif adalah gangguan dengan berbagai tingkat keparahan (Stuart dan
Sundeen, 1998). Mal adaptif terdiri dari manipulasi, impulsif dan narkisisme.
sosial diatas, menarik diri termasuk dalam transisi antara respon adaptif dengan
maladaptif sehingga individu cenderung berfikir ke arah negatif. Berbagai faktor
dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart dan Sundeen (1998),
belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan yang
mempengaruhi hubungan interpersonal.Faktor yang mungkin mempengaruhi
antara lain :
a. Faktor perkembangan
Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan
respon sosial yang maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu
yang mempunyai masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan
diri dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan
keluarga dengan pihak lain di luar keluarga. Keluarga seringkali mempunyai
peran yang tidak jelas. Orang tua pecandu alkohol dan penganiaya anak
juga
dapat
mempengaruhi
seseorang
berespons
sosial
maladaptif.
Organisasi anggota keluarga bekerjasama dengan tenaga profesional untuk
mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara
kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif sewajarnya
mengurangi menyalahkan keluarga oleh tenaga profesional.
b. Faktor Biologis
Faktor genetik juga dapat menunjang terhadap respons sosial
maladaptif. Ada bukti terdahulu tentang terlibatnya neurotransmiter dalam
perkembangan gangguan ini, namun masih tetap diperlukan penelitian lebih
lanjut mengenai kebenaran keterlibatan neurotransmiter.
c. Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau
tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia,
orang cacat, dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi
norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari kelompok budaya
mayoritas. Harapan yang tidak realistik terhadap hubungan merupakan faktor
lain yang berkaitan dengan gangguan ini.
Karekteristik dari perilaku maladaptif adalah:
a.
Manipulasi
Orang lain diperlakukan seperti objek, hubungan terpusat pada masalah
pengendalian, berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan
berorientasi pada orang lain.
b.
Impulsif
Tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman,
penilaian yang buruk, tidak dapat diandalkan.
c.
Narkisisme
Harga diri yang rapuh secara terusmenerus berusaha mendapatkanpenghargaan
dan pujian, sikap egoisentris, pencemburuan, marah jika orang lain tidak
mendukung.
Beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya maladaptif:
a. Sensitif terhadap kritik: Individu tidak bias merespon secara positif terhadap
koreksi, juga tidak dapat mengkritisi diri sendiri.
b. Tidak mampu kompetisi: Individu hanya mau berkompetisi dengan kawan
yang jelas dapat dikalahkan.
2. TAHAP ADAPTASI PSIKOLOGIS PADA WANITA SEPANJANG DAUE
KEHIDUPAN
Manusia pasti berkembang. Mulai dilahirkan, manjadi anak-anak, remaja, dewasa, hingga
meninggal nanti. Selain fisik, mental manusia juga berkembang. Perkembangan mental ini
dikarenakan berubahnya lingkungan, tanggung jawab dan masaah yang datang. Selain itu
perkembangan mental inijuga dipicu oleh tuntutan orang-orang disekitar. Tahap
perkembangan mental ini dimulai semenjak kita masih anak-anak. Masa kanak-kanak adalah
masa di mana manusia mengalami perkembangan kgnitif.
Menurut PIAGET perkembangan ini dibagi dalam 4 tahap:
1. Sensori Motor (usia 0-2tahun)
Tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak. Keinginan
terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh atau memegang, karena didorong oleh
keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatanya. Dalam usia ini mereka belum
mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah ‘menangis’.
2. Pra-operasional (usia 2-7tahun)
Pada usia ini anak menjadi ‘egosentris’sehingga terkesan ‘pelit’, karena ia tidak bisa
melihat dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga memiliki kecendrungan untuk
meminta orang lain di sekelilingnya. Meskipun pada saat berusia 6-7 tahun mereka sudah
mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematisrumit.
3. Operasional Kogkrit (usia 7-11 tahun)
Saat ini anak mulai meninggalkan ‘egosentris’-nya dan dapat bermain dalam kelompok
dengan aturan kelompok (bekerja sama). Anak sudah dapat dimotivasi dan mengerti halhal yang sistematik.
4. Operasional Formal (usia 11 tahun ke atas)
Pengajaran pada anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena mereka sudah
mengerti konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit maupun abstrak, sehingga tidak
perlu menggunakan alat peraga.
Menurut ERICK ERICKSON perkembangan Psycho-sosial atau
manusia yang dipengaruhi oleh masyarakat dibagi menjadi 8 tahap:
perkembangan jiwa
1. Trust Mistrust (usia 0-1 tahun)
tahap pertama adalah tahap pengembangan rasa percaya diri. Fokus terletak pada indera,
sehingga mereka sangat memerlukan sentuhan dan pelukan.
2. Otonomi/Mandiri – Malu/Ragu-Ragu (usia 2-3 tahun)
Tahap ini bisa dikatakan sebagai masa perombakan anak atau masa ‘nakal’-nya. Sebagai
contoh langsung yang terlihat adalah mereka akan sering berlari-lari dalam Sekolah
Minggu. Namun kenakalan itu tidak bisa dicegah begitu saja, keran ini adalah tahap
dimana anak sedang mengembangkan kemampuan motorik (fisik) dan mental
(kognitif),sehingga yang diperlukan justru mendorong dan memperbaiki tempat untuk
mengembangkan motorik dan mentanya. Pada saat ini anak sangat terpengaruh oleh
orang-orang penting di sekitarnya (Orang tua-Guru Sekolah Minggu)
3. Inisiatif-Rasa Bersalah (usia 4-5 tahun)
Dalam tahap ini anak banyak bertanya dalam segala hal, sehingga berkesan cerewet. Pada
usia ini juga mereka mengalami pengembangan inisiatif/ide, sampai pada hal-hal yang
berbau fantasi
4. Industry/rajin- inferiority (usia 6-11 tahun)
Anak usia ini sudah mengerjakan tugas-tugas sekolah-termotivasi untuk belajar. Namun
masih memiliki kecendrungan untuk kurang hati-hati dan menurut perhatian.
5. Fidelity Identitas – Kebingungan peran (usia 12-20 tahun)
Mempertanyakan diri. Siapa aku, bagaimana saya cocok?
Erikson percaya, bahwa jika orang tua membiarkan anak untuk mengeksplorasi, mereka
akan menyimpulkan identitasmereka sendiri. Namun, jika orang tua terus mendorong dia
atau dia untuk menyesuaikan diri dengan pandangan mereka, para remaja akan
menghadapi kebingungan identitas.
6. Keintiman-isolasi (usia 20-24 tahun)
Ini adalah tahap pertama dari pembangunan dewasa. Perkembangan ini biasanya terjadi
pada dewasa muda, yaitu antara usia 20 sampai 24 tahun. Pernikahan, keluarga dan
persahabatan yang penting dalam tahap hidup mereka. Dengan berhasil membentuk
hubungan penuh kasih dengan orang lain, individu dapat mengalami cinta dan keintiman.
Mereka yang gagal untuk membentuk hubungan yang langgeng mungkin merasa
terisolasi dan sendirian.
7. Generativitas- stagnasi (usia 25-64 tahun)
Ini adalah tahap kedua dewasa dan terjadi antara 25-64 tahun. Selama ini orang menetap
dalam kehidupan mereka dan tahu apa yang penting bagi mereka. Selama waktu ini,
seseorang menikmati membesarkan anak-anak mereka dan berpartisifasi dalam kegiatan
yang memiliki tujuan jelas.
8. Egonteritas- putus asa (usia 65 tahun keatas)
Selama waktu ini individu telah mencapai bab terakhir dalam hidup dan pensiun
mendekati atau telah terjadi.
A. MASA BAYI
Masa ini terjadi penyesuian yang radikal. Ini adalah peralihan dari lingkungan dalam
kandungan ke lingkingan luar. Berbagai penyesuaian pokok yang dilakukan bayi
neonatal. bAyi neonatal harus melakukan empat penyesuain pokok sebelum meraka dapat
melanjutkan kemajuan perkembangan. Jika penyesuaian ini tidak segera dilakukan,
kehidupan mereka akan terancam dan terjadi hambatan dalam kemajuan pekembangan.
1. Indikasi kesualitan penyesuaian pada postnatal
a. Berkurangnya berat badan, karena adanya kesulitan untuk mengisap dan menelan.
Bayi baru lahir biasaya mengalami penurunan berat badan dalam minggu pertama.
b. Perilaku yang tidak teratur, seperti ketidakteraturan bernafas, sering BAB/BAK,
berdesah dan muntah. Ha ini disebabkan karena adanya tekanan pada otak selama
persalinan yang mengakibatkan keadaan pingsan dan sebagian karna belum
berkembangnya susunan saraf otonom yang mengalihkan keseimbangan tubuh.
2. Kondisi yang mempengaruhi peyesuaian kehidupan postnatal
Banyak kondisi yang mempengaruhi keberhasilan bayi umtuk menyesuaikan diri
dengan kehidupan postanatal,yaitu:
a. Lingkungan prenatal
Lingkungan prenatal yang sehat akan memberikan penyesuaian diri yang baik
pada kehidupan postnatal. Perawatan ibu yang kurang baik selama kehamilan
yang biasanya disebabkan karena faktor ekonomi sering kali menyebabkan
kondisi-kondisi yang kurang menyenangkan, sehingga dapat menggangu
perkembangan janindi dalam rahim dan akhirnya dapat mengakibatkan komplikasi
selama kehamilan. Tekanan yang dialami ibunya juga menyebabkan janin menjadi
hiperaktif selama bulan-bulan terakhir kehamilan dan kondisi ini stabil setelah
kelahiran, yang gagalnya dapat terlihat seperti kesulitan makan, gagal menambah
berat badan, sulit tidur, sensitive, dan sejumlah kondisi-kondisi yang membuat
penyesuaian pada kehidupan postnatal menjadi sulit.
b. Jenis persalianan
Bayi dengan persalinan normal biasanya lebih cepat menyesuaikan diri dengan
lingkungan daripada bayi dengan persalinan sulit, sehingga harus menggunakan
alat atau dilakukan operasi Caesar. Bayi yang lahir dengan Caesar cendrung
menjadi bayi pendiam, tidak banyak menangis dibandingkan dengan bayi lahir
normal atau dengan bantuan alat, selain itu bayi juga terlihat lebih lesu dan
aktivitasnya menurun.
c. Pengalaman yang berhubungan dengan persalinan
ada dua pengalaman yang berpengaruh besar pada penyesuaian postnatal, yaitu
seberapa jauhnya ibu terpengaruh obat-obatan selama proses persalinan dan
mudah atau sulitnya bayi bernafas.
Ibu yang sering mengonsumsi obat-obatan selama proses persalinan menunjukan
perilaku yang kurang teratur dan tampak mengantuk selama tiga hari atau lebih
setelah persalinan.
d. Lamanya pariode kehamilan
Bayi postmatur biasanya lebih cepat dan lebih berhasil menyesuaikan dengan
lingkungan daripada bayi yang dilahirkan tidak cukup bulan kecuali jika terjadi
kerusakan pada persalinan. Bayi-bayi yang tidak cukup bulan biasanya mengalami
komplikasi dalam menyesuiakan dengan lingkungan dan ini sangat mempengaruhi
penyesuaikan dimasa mendatang.
e. Sikap orang tua
Bila orang tua kurang menyenangkan akan tercermin dalam perlakuan terhadap
bayi yang nantinya dapat menghalangi keberhasilan penyesuaian diri bayi.
Sebaliknya, orang tua yang menyenangkan akan dapat mendorong penyesuianan
yang baik.
f. Sikap postnatal
Secara keseluruhan mutu perawatan postnatal sangat penting dalam menentukan
jenis penyesuiandiri yang dilakukan bayi, namun ada tiga aspek yang penting,
yaitu:
-
Banyaknay perhatian yang diperoleh bayi
-
Jinis dan banyaknya rangsangan yang diberikan
-
Derajat kepercayaan orang tua dalam melakukan tugas.
B. MASA BALITA
Bawah lima tahun atau sering disingkat balita ini adalah rentang usia yang
dimulai dari dua sampai lima tahun. Pariode ini disebut juga sebagai usia prasekolah.
1. Perkembangan fisik
Cirri khas perkembagan ini pertambahan berat badan menurun. Hal ini terjadi
karena balita menggunakan banyak energy untuk bergerak.
2. Perkembangan Psikologi
a. Psikomotor
Mulai melatih kemampuan motorik kasar misalnya berlari, memanjat,
melompat, berguling, berjinjit, menggengam, melempar yang berguna untuk
mengelola keseimbangan tubuh dan mempertahankan rentang atensi.
Pada akhir pariode balita kemampuan motorik halus anak juga terlatih seperti
meronce, menulis, mengambar, menggunakan gerakan pincer yaitu memegang
benda dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari seperti memegang alat
tulis atau mencubit serta memegang sendok dan menyuapkan makanan
kemulutnya, mengikat tali sepatu.
b. Aturan
Pada masa balita adalah saatnya melakukan latihan menggendalikan diri (toilet
training). Freud mengatakan bahwa pada usia ini individu mulai berlatih untuk
mengikuti aturan melalui proses penahanan keinginan untuk membuang
kotoran.
c. Kognitif
Kemampuan bahasa balita yaitu usia dua tahun kosa kata rata-rata adalah 50
kosa kata, pada usia lima tahun telah menjadi diatas 1000 kosa kata. Pada usia
tiga tahun mulai berbicara dengan kalimat sederhana berisi tiga kata atau
mulai mempelajari tata bahasa dari ibunya.
Contoh kalimatnya : usia 24 bulan “haus, minum”
Usia 36 bulan “aku haus minta minum”
d. Sosial dan indvidu
Pada pariode ini balita mulai belajar berinteraksi dengan lingkungan luar
keluarga. Balita mulai memahami dirinya sebagai individu yang memiliki
atribut tertentu seperti nama, jenis kelamin, mulai merasa berbeda dengan
orang lain dilingkunganya. Mekanisme perkembangan ego yang drastis untuk
membedakan dirinya dengan individu lain ditandai oleh kepemilikan yang
tinggi terhadap barang pribadi maupun orang signifikannya sehingga pada usia
ini balita sulit untuk dapat berbagi dengan orang lain.
3. Pendidikan dan Pengembangan
Cara belajar prasekolah ini melalui bermainserta rangsangan dari lingkungannya.
Jenis dan fungsi bermain:
-
Permainan peran, melatih kemampuan pemahaman social
-
Permainan imajinasi, melatih kemampuan kreativitas anak
-
Motorik kasar contohnya: spider web, permainan palang, permainan
keseimbangan dan lain-lain.
-
Motorik halus contohnya: mewarnai, menguap dan lain-lain
C. MASA USIA SEKOLAH
Pada masa usia sekolah anak mulai memasuki masyarakat diluar keluarganya.
Sekolah akan memberikan pengaruh yang sangat besar kepada anak sebagi individu
dan sebagai mahkluk social. Peraturan sekolah, otoritas guru, disiplin kerja, cara
belajar, kebiasaan bergaul, dan macam-macam tuntutan sekolah yang cukup ketat
akan memberikan segi-segi keindahan dan kesenangan pada anak. Semua pengalaman
ini memberikan pengaruh yang besar sekali bagi perkembangan kepribadiaan anak.
Sampai pada usia kurang lebih 3 1/2 tahun , anak adalah anak keluarga
seutuhnya. Sesudah umur tersebut, anak mulai pemikiran pengalamanya diluar
lingkungan keluarga. Fungsi penghayatan emosional yang dominan sampa usia 3 ½
tahun lalu diganti dengan penghayatan yang sifatnya lebih rasional dengan mana anak
menjadi semakin sempurna, sebab anak sudah tidak terlampau subjektif lagi.
Peralihan menuju pada onjektifitas ini antara lain menyebabkan timbulnya kesadaran
akan keawjiban kerja dan prestasi. Jika dalam fase terdahulu relasinya dengan
benda0benda ditentukan oleh aktifitas bermain, mulai sekarang timbul keinsafan
bahwa dirinya bisa bekerja dan ia sanggup menghasilkan prestasi dengan jalan
bermanipulasi dengan benda-benda disekitarnya.
Pada usia sekolah ini sikap hidup yang egosentris diganti dengan sikap yang
‘zakelijk’ (tuntutan kebendaan) objektif dan empiris, berdasarkan pengalaman. Dan
kelak pada usia 13-14 tahun sikap tersebut berkembang jadi logis rasional.
Emosionalitas anak menjadi semakin berkurang sedang unsure intelek dan akal budi
(rasio, fikir) jadi semakin menonjol.
Pada saat ini anak tidak lagi banyak dikuasai oleh dorongan-dorongan
endogen atau implus intern dalam perbuatan dan pikiranya, akan tetapi lebih banyak
dirangsang oleh stimuli dari luar.
Di sekolah ini hasil-hasil kebudayaan bangsa dan zamannya akan
ditransformasikan ataupun ditranmisikan pada anak. Dengan pengoperan hasil budaya
tadi, diharapkan agar anak bisa menjadi produk-produk cultural bangsanya, untuk
kemudian mampu bertingkah laku sesuai dengan norma – norma etis dan norma social
lingkungan sekolah.
Dengan pengajaran disekolah anak dipersiapkan mampu melaksanakan tugas
kewajiban yang baru, khususnya dipersiapkan untuk tugas0tugas hidup yang cukup
berat pada usia dewasa. Untuk semuaini diperlukan bimbingan dan tuntunan formal
(pendidikan) yang cukup lama. Sebab semua pendidkan dan pengajaran disekolah
ditujukan pada pemberian fasilitas bagi pengembangan segenap fungsi jasmani dan
rohani anak didik.
D. REMAJA
Remaja adalah mereka yang berusia antara 12-21 tahun, yang akan mengalami
pariode perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut:
1. Masa pra-pubertas (12-13 tahun)
Masa ini disebut juga masa pueral yaitu masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
remaja. Pada anak perempuan masa ini lebih singkat di bandingkan dengan anak
laki-laki. Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu
meningkatnya hormone seksualitas dan mulai berkembangannya organ-organ
seksual serta organ-organ reproduksi remaja.
Pada fase remaja, terjadi perkembangan intektual yang sangat pesat sehingga
cendrung besikap suka mengkritik, membantah orang tua. Selain itu pada masa ini
remaja juga cendrung lebih berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih
menggemukakan pendapatnya. Remaja tidak ingin di perlakukan sebagai anak
kecil. Mereka lebih senang bergaul dengan kelompok yang sesuai dengan
kesenangannya. Mereka juga semakin berani menentang tradisi orang tua yang
dianggapnya kuno atau kurang berguna.
2. Masa pubertas (14-16 tahun)
Masa ini disebut masa remaja awal dimana perkembangan fisik mereka begitu
menonjol. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil akibat hormonehormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul
pada masa ini . pada remaja ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama
sedangkan dari remaja pria dengan datangnya pria ditandai dengan datangnya
mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini,
sehingga orang tua harus mendampingi serta memberikan pengertianya yang baik
dan benar tentang seksualitas. Disamping itu remaja mulai mengerti gengsi,
penampilan, dan daya tarik seksual.
3. Masa akhir pubertas ( 17-18 tahun)
Pada masa ini meraka dapat menerima kodratnya baik sebagai laki-laki
maupun perempuan. Merka juga bangga karena tubuh mereka menetukan harga
diri mereka. Masa ini berlangsung sangat singkat. Pada remaja putrid masa ini
berlangsung lebih singkat dbandingkan dengan remaja pria, sehingga proses
pendewasaan remaja putrid lebih cepat dicapai dibandingkan remaja pria.
Umumnya kematangan fisik dan seksual mereka sudah tercapai spenuhnya.
Namun kematangan psikologis belum tercapai sebelumnya.
4. Periode remaja Adolesen (19-21 tahun)
Pada pariode ini umumnya sudah mencapai kematangan yang sempurna , baik
segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam
hal abstrakdan mulai memperjuangkan suatu idealism yang didapat dari fikiran
mereka. Mereka mula menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah dari pada
menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti citacitanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupanya serta sifat – sifat
yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.
Berikut ini merupakan berbagai tuntunan psikologisyang muncul ditahap remaja:
a. Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara
efektif.
b. Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orang tua
c. Remaja mampu bergaul belih matang dengan kedua jenis kelamin
d. Remaja mengetahui dan menerima kemampuan sendiri
e. Remaja memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma
Selain berbagai tuntutan psikologis perkembangan diri, adapun cirri-cir khusus
remaja:
a. Pertumbuhan fisik yang sangat cepat
b. Emosi yang tidak stabil
c. Perkembangan seksual sangat menonjol
d. Cara berpikir kuasalitas
e. Terikat erat dengan kelompok
Dapus
Marni dan Margiati. 2013. Pengantar Psikologi Kebidanan.
Yogyakarta:Pustaka pelajar
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tahap – Tahap Proses Adaptasi
1. Adaptif
Setiap manusia tentu menginginkan agar hidupnya eksis. Untuk dapat hidup eksis
ia harus senantiasa beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkungan. Dengan
penyesuaian diri ia akan mengalami perubahan-perubahan kearah yang lebih maju
(modern). Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki daya upaya untuk dapat
menyesuaikan diri, baik secara aktif maupun pasif. Seseorang aktif melakukan
penyesuaian diri bila terganggu keseimbangannya, yaitu antara kebutuhan dan
pemenuhan. Untuk itu ia akan merespon dari tidak seimbang menjadi seimbang.
Bentuk ketidakseimbangan yang dapat muncul yaitu: bimbang/ragu, gelisah, cemas,
kecewa, frustasi, pertentangan (conflict), dsb. Penyesuaian diri seseorang dengan
lingkungannya dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: jenis kelamin, umur,
motivasi, pengalam, serta kemampuan dalam mengatasi masalah. Dua bentuk
ketidakseimbangan yang perlu mendapat perhatian yaitu Frustasi dan konflik.
a. Frustasi
Dalam rangka mencapai tujuannya, seseorang terkadang atau justru sering
menghadapi
Kendal,
sehingga
ada
kemungkinan
tujuantersebut
tidak
dapatdicapai. Apabila individu tidak dapat mencapai tujuan dan tidak dapat
mengerti secara baik mengapa tujuan itu tidak dapat dicapai, maka individu akan
mengalami frustasi atau kecewa. Individu yang mengalami frustasi dapat
mengalami depresi, merasa bersalah, ketakutan dan sebagainya.
Penyebab frustasi pada individu adalah:
1) Tertundanya pencapaian tujuan ,bisa bersifat sementara atau tidak
menentu.
2) Seuatu yang menghambat apa yang sedang silakukan kendalanya
bersumber dari:
Diri sendiri, baik fisik maupun psikis (perasaan tidak mampu,
kecemasan, konsep diri)
Lingkungan dan norma social/aturan-aturan tertentu
Konflik antara motif-motif yang ada, dua motif atau lebih yang
muncul berbarengan dan membutuhkan pemenuhan.
Ada beberapa faktor penyebab frustasi. Pada umumnya frustasi dapat
disebabkan karena:
1) Tertundanya pencapaian tujuan seseorang untuk sementara, atau untuk
waktu yang tidak menentu.
2) Sesuatu yang menghambat apa yang sedang dilakukan.
Faktor penghambat dapat dibedakan menjadi 2 yaitu faktor interen dan faktor
eksteren.
Faktor interen yaitu semua faktor yang berasal dari dalam diri seseorang,
yang dapat berpengaruh positif atau negatif. Contoh faktor interen yaitu
keadaan jasmani dan rohani.
Sedangkan faktor eksteren yaitu semua faktor yang berasal dari luar
dirinya, yang dapat berpengaruh positif atau negatif. Faktor eksteren
terbagi lagi menjadi tiga yaitu dari lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
b. Konflik
Konflik (pertentangan) dapat muncul apabila terjadi ketidakseimbangan dalam diri
individu. Salah satu contoh: ‘Seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan yang
harus dipilih satu, atau beberapa diantaranya’. Seseorang yang mengalami konflik
dan tidak segera diatasi, dapat menimbulkan gangguan perilaku. Beberapa contoh
lain
untuk
situasi
konflik
adalah
sebagai
1. Approach-approach : Berhadapan dengan 2 pilihan yang menarik.
berikut.
2. Avoidance-avoidance : Berhadapan dengan 2 pilihan yang tidak
diinginkan.
3. Approach-avoidance : Satu pilihan menyenangkan dan satu pilihan tidak
menyenangkan.
4. Double approach avoidance conflict : banyak konflik, dan sebagainya
Dalam menghadapi frustasi dan/atau konflik, seseorang hendaknya memiliki
kemampuan (kecakapan) untuk menganalisis setiap stimulus. Dengan
kecakapan yang dimiliki ia akan dapat menyelesaikan masalahnya. Analisis
dapat dilakukan secara bertahap, mulai dari yang sangat sederhana (ringan)
menuju yang kompleks (berat). Dengan demikian secara bertahap pula akan
ditemukan keseimbangan. Hal ini dapat dilakukan dengan penuh kesabaran.
Frustasi dan/atau konflik dapat diseimbangkan dengan berbagai cara. Trial and
error (mencoba dan salah) merupakan salah satu cara yang dapat membentuk
‘kebiasaan’ dan ‘mekanisme’. Ada bermacam-macam mekanisme penyesuaian
yang dapat dijadikan rambu-rambu sebagai berikut.
1) Agresi: yaitu menyerang obyek frustasi untuk mendapatkan kepuasan.
2) Menarik diri: yaitu menarik atau undur diri dari permasalahan.
3) Mimpi siang hari: yaitu untuk mencapai kepuasan dengan berkhayal.
4) Regresi: merupakan reaksi terhadap frustasi dan nampak pada anak-anak.
5) Rasionalisasi: yaitu pembebasan atas suatu perilaku, bisa disebabkan oleh
alasan yang sebenarnya dari perilaku itu tidak diterima oleh masyarakat.
Bentuk rasionalisasi: Sougrapes, sweet lemon, kambing hitam.
6) Represi: situasi yang menimbulkan rasa bersalah ketakutan dsb. Lebih
baik dilupakan.
7) Identifikasi: mendapatkan rasa harga diri dengan menempatkan diri pada
tokoh yang dikagumi. Identifikasi dapat terjadi pada kelompok/lembaga
yang bisa menjadi kebanggaannya, dapat juga di sekolah-sekolah.
8) Konpensasi: konpensasi dapat bersifat positif atau negatif.
9) Reaksi konversi: karena terjadi konversi ketegangan emosi kesan dari
psikologis. Seseorang yang tidak bisa mengatasi konfliknya mencoba
mengatasi dengan sakit kepala, sakit perut, dll.
10) Mengisar (displacement) adalah pemindahan prilaku pada prilaku yang lain
bentuknya atau objeknya. Contohnya mahasiswa berbuat kesalahan ketika
praktik
dan
ditegur
oleh
kepala
ruangan,
kemudian
mahasiswa
menumpahkan amarahnya kepada paseien yang dirawatnya.
1. Maladaptif
Para ahli dapat memberikan definisi perilaku abnormal berdasarkan hal-hal
yang menyimpangaik secara statistik maupun norma sosiaI. Kriteria terpenting
adalah bagaimana perilaku tersebut berpengaruh pada pribadi seseorang dan/atau
kelompok. Oleh karena itu prilaku abnormal kemudian disebut perilaku mal
adaptif (tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan), yang memiliki dampak
yang merugikan dan membahayakan orang lain atau masyarakat.
Maladaptif adalah gangguan dengan berbagai tingkat keparahan (Stuart dan
Sundeen, 1998). Mal adaptif terdiri dari manipulasi, impulsif dan narkisisme.
sosial diatas, menarik diri termasuk dalam transisi antara respon adaptif dengan
maladaptif sehingga individu cenderung berfikir ke arah negatif. Berbagai faktor
dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart dan Sundeen (1998),
belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan yang
mempengaruhi hubungan interpersonal.Faktor yang mungkin mempengaruhi
antara lain :
a. Faktor perkembangan
Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan
respon sosial yang maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu
yang mempunyai masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan
diri dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan
keluarga dengan pihak lain di luar keluarga. Keluarga seringkali mempunyai
peran yang tidak jelas. Orang tua pecandu alkohol dan penganiaya anak
juga
dapat
mempengaruhi
seseorang
berespons
sosial
maladaptif.
Organisasi anggota keluarga bekerjasama dengan tenaga profesional untuk
mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara
kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif sewajarnya
mengurangi menyalahkan keluarga oleh tenaga profesional.
b. Faktor Biologis
Faktor genetik juga dapat menunjang terhadap respons sosial
maladaptif. Ada bukti terdahulu tentang terlibatnya neurotransmiter dalam
perkembangan gangguan ini, namun masih tetap diperlukan penelitian lebih
lanjut mengenai kebenaran keterlibatan neurotransmiter.
c. Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau
tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia,
orang cacat, dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi
norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari kelompok budaya
mayoritas. Harapan yang tidak realistik terhadap hubungan merupakan faktor
lain yang berkaitan dengan gangguan ini.
Karekteristik dari perilaku maladaptif adalah:
a.
Manipulasi
Orang lain diperlakukan seperti objek, hubungan terpusat pada masalah
pengendalian, berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan
berorientasi pada orang lain.
b.
Impulsif
Tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman,
penilaian yang buruk, tidak dapat diandalkan.
c.
Narkisisme
Harga diri yang rapuh secara terusmenerus berusaha mendapatkanpenghargaan
dan pujian, sikap egoisentris, pencemburuan, marah jika orang lain tidak
mendukung.
Beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya maladaptif:
a. Sensitif terhadap kritik: Individu tidak bias merespon secara positif terhadap
koreksi, juga tidak dapat mengkritisi diri sendiri.
b. Tidak mampu kompetisi: Individu hanya mau berkompetisi dengan kawan
yang jelas dapat dikalahkan.
2. TAHAP ADAPTASI PSIKOLOGIS PADA WANITA SEPANJANG DAUE
KEHIDUPAN
Manusia pasti berkembang. Mulai dilahirkan, manjadi anak-anak, remaja, dewasa, hingga
meninggal nanti. Selain fisik, mental manusia juga berkembang. Perkembangan mental ini
dikarenakan berubahnya lingkungan, tanggung jawab dan masaah yang datang. Selain itu
perkembangan mental inijuga dipicu oleh tuntutan orang-orang disekitar. Tahap
perkembangan mental ini dimulai semenjak kita masih anak-anak. Masa kanak-kanak adalah
masa di mana manusia mengalami perkembangan kgnitif.
Menurut PIAGET perkembangan ini dibagi dalam 4 tahap:
1. Sensori Motor (usia 0-2tahun)
Tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak. Keinginan
terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh atau memegang, karena didorong oleh
keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatanya. Dalam usia ini mereka belum
mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah ‘menangis’.
2. Pra-operasional (usia 2-7tahun)
Pada usia ini anak menjadi ‘egosentris’sehingga terkesan ‘pelit’, karena ia tidak bisa
melihat dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga memiliki kecendrungan untuk
meminta orang lain di sekelilingnya. Meskipun pada saat berusia 6-7 tahun mereka sudah
mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematisrumit.
3. Operasional Kogkrit (usia 7-11 tahun)
Saat ini anak mulai meninggalkan ‘egosentris’-nya dan dapat bermain dalam kelompok
dengan aturan kelompok (bekerja sama). Anak sudah dapat dimotivasi dan mengerti halhal yang sistematik.
4. Operasional Formal (usia 11 tahun ke atas)
Pengajaran pada anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena mereka sudah
mengerti konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit maupun abstrak, sehingga tidak
perlu menggunakan alat peraga.
Menurut ERICK ERICKSON perkembangan Psycho-sosial atau
manusia yang dipengaruhi oleh masyarakat dibagi menjadi 8 tahap:
perkembangan jiwa
1. Trust Mistrust (usia 0-1 tahun)
tahap pertama adalah tahap pengembangan rasa percaya diri. Fokus terletak pada indera,
sehingga mereka sangat memerlukan sentuhan dan pelukan.
2. Otonomi/Mandiri – Malu/Ragu-Ragu (usia 2-3 tahun)
Tahap ini bisa dikatakan sebagai masa perombakan anak atau masa ‘nakal’-nya. Sebagai
contoh langsung yang terlihat adalah mereka akan sering berlari-lari dalam Sekolah
Minggu. Namun kenakalan itu tidak bisa dicegah begitu saja, keran ini adalah tahap
dimana anak sedang mengembangkan kemampuan motorik (fisik) dan mental
(kognitif),sehingga yang diperlukan justru mendorong dan memperbaiki tempat untuk
mengembangkan motorik dan mentanya. Pada saat ini anak sangat terpengaruh oleh
orang-orang penting di sekitarnya (Orang tua-Guru Sekolah Minggu)
3. Inisiatif-Rasa Bersalah (usia 4-5 tahun)
Dalam tahap ini anak banyak bertanya dalam segala hal, sehingga berkesan cerewet. Pada
usia ini juga mereka mengalami pengembangan inisiatif/ide, sampai pada hal-hal yang
berbau fantasi
4. Industry/rajin- inferiority (usia 6-11 tahun)
Anak usia ini sudah mengerjakan tugas-tugas sekolah-termotivasi untuk belajar. Namun
masih memiliki kecendrungan untuk kurang hati-hati dan menurut perhatian.
5. Fidelity Identitas – Kebingungan peran (usia 12-20 tahun)
Mempertanyakan diri. Siapa aku, bagaimana saya cocok?
Erikson percaya, bahwa jika orang tua membiarkan anak untuk mengeksplorasi, mereka
akan menyimpulkan identitasmereka sendiri. Namun, jika orang tua terus mendorong dia
atau dia untuk menyesuaikan diri dengan pandangan mereka, para remaja akan
menghadapi kebingungan identitas.
6. Keintiman-isolasi (usia 20-24 tahun)
Ini adalah tahap pertama dari pembangunan dewasa. Perkembangan ini biasanya terjadi
pada dewasa muda, yaitu antara usia 20 sampai 24 tahun. Pernikahan, keluarga dan
persahabatan yang penting dalam tahap hidup mereka. Dengan berhasil membentuk
hubungan penuh kasih dengan orang lain, individu dapat mengalami cinta dan keintiman.
Mereka yang gagal untuk membentuk hubungan yang langgeng mungkin merasa
terisolasi dan sendirian.
7. Generativitas- stagnasi (usia 25-64 tahun)
Ini adalah tahap kedua dewasa dan terjadi antara 25-64 tahun. Selama ini orang menetap
dalam kehidupan mereka dan tahu apa yang penting bagi mereka. Selama waktu ini,
seseorang menikmati membesarkan anak-anak mereka dan berpartisifasi dalam kegiatan
yang memiliki tujuan jelas.
8. Egonteritas- putus asa (usia 65 tahun keatas)
Selama waktu ini individu telah mencapai bab terakhir dalam hidup dan pensiun
mendekati atau telah terjadi.
A. MASA BAYI
Masa ini terjadi penyesuian yang radikal. Ini adalah peralihan dari lingkungan dalam
kandungan ke lingkingan luar. Berbagai penyesuaian pokok yang dilakukan bayi
neonatal. bAyi neonatal harus melakukan empat penyesuain pokok sebelum meraka dapat
melanjutkan kemajuan perkembangan. Jika penyesuaian ini tidak segera dilakukan,
kehidupan mereka akan terancam dan terjadi hambatan dalam kemajuan pekembangan.
1. Indikasi kesualitan penyesuaian pada postnatal
a. Berkurangnya berat badan, karena adanya kesulitan untuk mengisap dan menelan.
Bayi baru lahir biasaya mengalami penurunan berat badan dalam minggu pertama.
b. Perilaku yang tidak teratur, seperti ketidakteraturan bernafas, sering BAB/BAK,
berdesah dan muntah. Ha ini disebabkan karena adanya tekanan pada otak selama
persalinan yang mengakibatkan keadaan pingsan dan sebagian karna belum
berkembangnya susunan saraf otonom yang mengalihkan keseimbangan tubuh.
2. Kondisi yang mempengaruhi peyesuaian kehidupan postnatal
Banyak kondisi yang mempengaruhi keberhasilan bayi umtuk menyesuaikan diri
dengan kehidupan postanatal,yaitu:
a. Lingkungan prenatal
Lingkungan prenatal yang sehat akan memberikan penyesuaian diri yang baik
pada kehidupan postnatal. Perawatan ibu yang kurang baik selama kehamilan
yang biasanya disebabkan karena faktor ekonomi sering kali menyebabkan
kondisi-kondisi yang kurang menyenangkan, sehingga dapat menggangu
perkembangan janindi dalam rahim dan akhirnya dapat mengakibatkan komplikasi
selama kehamilan. Tekanan yang dialami ibunya juga menyebabkan janin menjadi
hiperaktif selama bulan-bulan terakhir kehamilan dan kondisi ini stabil setelah
kelahiran, yang gagalnya dapat terlihat seperti kesulitan makan, gagal menambah
berat badan, sulit tidur, sensitive, dan sejumlah kondisi-kondisi yang membuat
penyesuaian pada kehidupan postnatal menjadi sulit.
b. Jenis persalianan
Bayi dengan persalinan normal biasanya lebih cepat menyesuaikan diri dengan
lingkungan daripada bayi dengan persalinan sulit, sehingga harus menggunakan
alat atau dilakukan operasi Caesar. Bayi yang lahir dengan Caesar cendrung
menjadi bayi pendiam, tidak banyak menangis dibandingkan dengan bayi lahir
normal atau dengan bantuan alat, selain itu bayi juga terlihat lebih lesu dan
aktivitasnya menurun.
c. Pengalaman yang berhubungan dengan persalinan
ada dua pengalaman yang berpengaruh besar pada penyesuaian postnatal, yaitu
seberapa jauhnya ibu terpengaruh obat-obatan selama proses persalinan dan
mudah atau sulitnya bayi bernafas.
Ibu yang sering mengonsumsi obat-obatan selama proses persalinan menunjukan
perilaku yang kurang teratur dan tampak mengantuk selama tiga hari atau lebih
setelah persalinan.
d. Lamanya pariode kehamilan
Bayi postmatur biasanya lebih cepat dan lebih berhasil menyesuaikan dengan
lingkungan daripada bayi yang dilahirkan tidak cukup bulan kecuali jika terjadi
kerusakan pada persalinan. Bayi-bayi yang tidak cukup bulan biasanya mengalami
komplikasi dalam menyesuiakan dengan lingkungan dan ini sangat mempengaruhi
penyesuaikan dimasa mendatang.
e. Sikap orang tua
Bila orang tua kurang menyenangkan akan tercermin dalam perlakuan terhadap
bayi yang nantinya dapat menghalangi keberhasilan penyesuaian diri bayi.
Sebaliknya, orang tua yang menyenangkan akan dapat mendorong penyesuianan
yang baik.
f. Sikap postnatal
Secara keseluruhan mutu perawatan postnatal sangat penting dalam menentukan
jenis penyesuiandiri yang dilakukan bayi, namun ada tiga aspek yang penting,
yaitu:
-
Banyaknay perhatian yang diperoleh bayi
-
Jinis dan banyaknya rangsangan yang diberikan
-
Derajat kepercayaan orang tua dalam melakukan tugas.
B. MASA BALITA
Bawah lima tahun atau sering disingkat balita ini adalah rentang usia yang
dimulai dari dua sampai lima tahun. Pariode ini disebut juga sebagai usia prasekolah.
1. Perkembangan fisik
Cirri khas perkembagan ini pertambahan berat badan menurun. Hal ini terjadi
karena balita menggunakan banyak energy untuk bergerak.
2. Perkembangan Psikologi
a. Psikomotor
Mulai melatih kemampuan motorik kasar misalnya berlari, memanjat,
melompat, berguling, berjinjit, menggengam, melempar yang berguna untuk
mengelola keseimbangan tubuh dan mempertahankan rentang atensi.
Pada akhir pariode balita kemampuan motorik halus anak juga terlatih seperti
meronce, menulis, mengambar, menggunakan gerakan pincer yaitu memegang
benda dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari seperti memegang alat
tulis atau mencubit serta memegang sendok dan menyuapkan makanan
kemulutnya, mengikat tali sepatu.
b. Aturan
Pada masa balita adalah saatnya melakukan latihan menggendalikan diri (toilet
training). Freud mengatakan bahwa pada usia ini individu mulai berlatih untuk
mengikuti aturan melalui proses penahanan keinginan untuk membuang
kotoran.
c. Kognitif
Kemampuan bahasa balita yaitu usia dua tahun kosa kata rata-rata adalah 50
kosa kata, pada usia lima tahun telah menjadi diatas 1000 kosa kata. Pada usia
tiga tahun mulai berbicara dengan kalimat sederhana berisi tiga kata atau
mulai mempelajari tata bahasa dari ibunya.
Contoh kalimatnya : usia 24 bulan “haus, minum”
Usia 36 bulan “aku haus minta minum”
d. Sosial dan indvidu
Pada pariode ini balita mulai belajar berinteraksi dengan lingkungan luar
keluarga. Balita mulai memahami dirinya sebagai individu yang memiliki
atribut tertentu seperti nama, jenis kelamin, mulai merasa berbeda dengan
orang lain dilingkunganya. Mekanisme perkembangan ego yang drastis untuk
membedakan dirinya dengan individu lain ditandai oleh kepemilikan yang
tinggi terhadap barang pribadi maupun orang signifikannya sehingga pada usia
ini balita sulit untuk dapat berbagi dengan orang lain.
3. Pendidikan dan Pengembangan
Cara belajar prasekolah ini melalui bermainserta rangsangan dari lingkungannya.
Jenis dan fungsi bermain:
-
Permainan peran, melatih kemampuan pemahaman social
-
Permainan imajinasi, melatih kemampuan kreativitas anak
-
Motorik kasar contohnya: spider web, permainan palang, permainan
keseimbangan dan lain-lain.
-
Motorik halus contohnya: mewarnai, menguap dan lain-lain
C. MASA USIA SEKOLAH
Pada masa usia sekolah anak mulai memasuki masyarakat diluar keluarganya.
Sekolah akan memberikan pengaruh yang sangat besar kepada anak sebagi individu
dan sebagai mahkluk social. Peraturan sekolah, otoritas guru, disiplin kerja, cara
belajar, kebiasaan bergaul, dan macam-macam tuntutan sekolah yang cukup ketat
akan memberikan segi-segi keindahan dan kesenangan pada anak. Semua pengalaman
ini memberikan pengaruh yang besar sekali bagi perkembangan kepribadiaan anak.
Sampai pada usia kurang lebih 3 1/2 tahun , anak adalah anak keluarga
seutuhnya. Sesudah umur tersebut, anak mulai pemikiran pengalamanya diluar
lingkungan keluarga. Fungsi penghayatan emosional yang dominan sampa usia 3 ½
tahun lalu diganti dengan penghayatan yang sifatnya lebih rasional dengan mana anak
menjadi semakin sempurna, sebab anak sudah tidak terlampau subjektif lagi.
Peralihan menuju pada onjektifitas ini antara lain menyebabkan timbulnya kesadaran
akan keawjiban kerja dan prestasi. Jika dalam fase terdahulu relasinya dengan
benda0benda ditentukan oleh aktifitas bermain, mulai sekarang timbul keinsafan
bahwa dirinya bisa bekerja dan ia sanggup menghasilkan prestasi dengan jalan
bermanipulasi dengan benda-benda disekitarnya.
Pada usia sekolah ini sikap hidup yang egosentris diganti dengan sikap yang
‘zakelijk’ (tuntutan kebendaan) objektif dan empiris, berdasarkan pengalaman. Dan
kelak pada usia 13-14 tahun sikap tersebut berkembang jadi logis rasional.
Emosionalitas anak menjadi semakin berkurang sedang unsure intelek dan akal budi
(rasio, fikir) jadi semakin menonjol.
Pada saat ini anak tidak lagi banyak dikuasai oleh dorongan-dorongan
endogen atau implus intern dalam perbuatan dan pikiranya, akan tetapi lebih banyak
dirangsang oleh stimuli dari luar.
Di sekolah ini hasil-hasil kebudayaan bangsa dan zamannya akan
ditransformasikan ataupun ditranmisikan pada anak. Dengan pengoperan hasil budaya
tadi, diharapkan agar anak bisa menjadi produk-produk cultural bangsanya, untuk
kemudian mampu bertingkah laku sesuai dengan norma – norma etis dan norma social
lingkungan sekolah.
Dengan pengajaran disekolah anak dipersiapkan mampu melaksanakan tugas
kewajiban yang baru, khususnya dipersiapkan untuk tugas0tugas hidup yang cukup
berat pada usia dewasa. Untuk semuaini diperlukan bimbingan dan tuntunan formal
(pendidikan) yang cukup lama. Sebab semua pendidkan dan pengajaran disekolah
ditujukan pada pemberian fasilitas bagi pengembangan segenap fungsi jasmani dan
rohani anak didik.
D. REMAJA
Remaja adalah mereka yang berusia antara 12-21 tahun, yang akan mengalami
pariode perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut:
1. Masa pra-pubertas (12-13 tahun)
Masa ini disebut juga masa pueral yaitu masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
remaja. Pada anak perempuan masa ini lebih singkat di bandingkan dengan anak
laki-laki. Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu
meningkatnya hormone seksualitas dan mulai berkembangannya organ-organ
seksual serta organ-organ reproduksi remaja.
Pada fase remaja, terjadi perkembangan intektual yang sangat pesat sehingga
cendrung besikap suka mengkritik, membantah orang tua. Selain itu pada masa ini
remaja juga cendrung lebih berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih
menggemukakan pendapatnya. Remaja tidak ingin di perlakukan sebagai anak
kecil. Mereka lebih senang bergaul dengan kelompok yang sesuai dengan
kesenangannya. Mereka juga semakin berani menentang tradisi orang tua yang
dianggapnya kuno atau kurang berguna.
2. Masa pubertas (14-16 tahun)
Masa ini disebut masa remaja awal dimana perkembangan fisik mereka begitu
menonjol. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil akibat hormonehormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul
pada masa ini . pada remaja ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama
sedangkan dari remaja pria dengan datangnya pria ditandai dengan datangnya
mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini,
sehingga orang tua harus mendampingi serta memberikan pengertianya yang baik
dan benar tentang seksualitas. Disamping itu remaja mulai mengerti gengsi,
penampilan, dan daya tarik seksual.
3. Masa akhir pubertas ( 17-18 tahun)
Pada masa ini meraka dapat menerima kodratnya baik sebagai laki-laki
maupun perempuan. Merka juga bangga karena tubuh mereka menetukan harga
diri mereka. Masa ini berlangsung sangat singkat. Pada remaja putrid masa ini
berlangsung lebih singkat dbandingkan dengan remaja pria, sehingga proses
pendewasaan remaja putrid lebih cepat dicapai dibandingkan remaja pria.
Umumnya kematangan fisik dan seksual mereka sudah tercapai spenuhnya.
Namun kematangan psikologis belum tercapai sebelumnya.
4. Periode remaja Adolesen (19-21 tahun)
Pada pariode ini umumnya sudah mencapai kematangan yang sempurna , baik
segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam
hal abstrakdan mulai memperjuangkan suatu idealism yang didapat dari fikiran
mereka. Mereka mula menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah dari pada
menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti citacitanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupanya serta sifat – sifat
yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.
Berikut ini merupakan berbagai tuntunan psikologisyang muncul ditahap remaja:
a. Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara
efektif.
b. Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orang tua
c. Remaja mampu bergaul belih matang dengan kedua jenis kelamin
d. Remaja mengetahui dan menerima kemampuan sendiri
e. Remaja memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma
Selain berbagai tuntutan psikologis perkembangan diri, adapun cirri-cir khusus
remaja:
a. Pertumbuhan fisik yang sangat cepat
b. Emosi yang tidak stabil
c. Perkembangan seksual sangat menonjol
d. Cara berpikir kuasalitas
e. Terikat erat dengan kelompok
Dapus
Marni dan Margiati. 2013. Pengantar Psikologi Kebidanan.
Yogyakarta:Pustaka pelajar