Sekolah National Plus di Kawasan Terpadu Hamdan

(1)

SEKOLAH NATIONAL PLUS DI KAWASAN TERPADU HAMDAN

LAPORAN AKHIR SKRIPSI

RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6 SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur

OLEH (IVONDA) (110406049)

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK


(2)

SEKOLAH NATIONAL PLUS DI KAWASAN TERPADU HAMDAN

LAPORAN AKHIR SKRIPSI

RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6 SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur

OLEH (IVONDA) (110406049)

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

SEKOLAH NATIONAL PLUS DI KAWASAN TERPADU HAMDAN

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik di Departemen Arsitektur

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Oleh

IVONDA

110406049

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(4)

SEKOLAH NATIONAL PLUS DI KAWASAN TERPADU

HAMDAN

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yan pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2015


(5)

v Judul Skripsi : SEKOLAH NATIONAL PLUS DI KAWASAN TERPADU

HAMDAN

Nama Mahasiswa : Ivonda Nomor Pokok : 110406049 Program Studi : Arsitektur

Koordinator Skripsi,

Ir. N Vinky Rahman, MT NIP. 196606221997021001

Ketua Departemen Arsitektur,

Ir. N Vinky Rahman, MT NIP. 196606221997021001 Menyetujui

Dosen Pembimbing,

Ir. N Vinky Rahman, MT NIP. 196606221997021001


(6)

Tanggal: 23 Juli 2015

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Ir. N Vinky Rahman, MT Anggota Komisi Penguji : 1. Agus Jhonson,ST, MT


(7)

vii

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR

(SHP2A)

Nama : Ivonda

NIM : 11 0406 049

Judul Proyek Tugas Akhir : SEKOLAH NATIONAL PLUS DI KAWASAN TERPADU HAMDAN

Tema : Arsitektur Kontemporer

Rekapitulasi Nilai :

A B+ B C+ C D E

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan:

No. Status

Waktu Pengumpulan Laporan Paraf Pembimbing Koordinator RTA-4231

1. Lulus Langsung 2. Lulus Melengkapi

3. Perbaikan Tanpa Sidang 4. Perbaikan Dengan

Sidang 5. Tidak Lulus

Medan, Juli 2015 Ketua Departemen Arsitektur

Ir. N Vinky Rahman, MT __________________________

NIP. 196606221997021001

Koordinator Tugas Akhir

Ir. N Vinky Rahman, MT __________________________


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Laporan ini berisikan penjelasan mengenai proyek Perancangan Arsitektur VI penulis yang berjudul “ Sekolah Negeri di Kawasan Terpadu Hamdan, Medan –Sumatera Utara”.

Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir.Vinky Rahman, MT, selaku dosen pembimbing atas kesediaannya membimbing dan mengarahkan penulis pada mata kuliah Perancangan Arsitektur 6 dan Skripsi.

2. Bapak Ir. Bauni Hamid, M.Des, Ph.D selaku dosen koordinator pada awal proses perancangan arsitektur 6 yang telah memberi pengarahan dalam proses awal perancangan arsitektur 6.

3. Bapak Ir. Rudolf Sitorus, MLA, selaku dosen yang telah membantu memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Agus Jhonson, ST, MT dan Bapak Chichi Asda Artha, ST, MT, selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberi masukan dan saran dalam sidang preview 1, 2 dan 3.

5. Kedua orangtua yang telah memberi dukungan dan semangat selama menyelesaikan laporan skripsi ini.

6. Teman-teman stambuk 2011 yang telah memberi semangat dan saran selama pengerjaan Perancangan Arsitektur 6.


(9)

ix

7. Teman-teman sesama mahasiswa yang telah mendukung penulis selama menyelelesaikan laporan skripsi ini.

Penulis sungguh menyadari bahwa laporan skripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis membuka diri terhadap segala kritikan dan saran dari semua pihak bagi penyempurnaan skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2015 Hormat saya,

Ivonda NIM 110406049


(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... VIII DAFTAR ISI ... X DAFTAR GAMBAR ... XIII DAFTAR TABEL... XIV DAFTAR DIAGRAM ... XIV ABSTRAK ... XV ABSTRACT ... XV

BAB I PENDAHULUAN ...2

1.1.LATAR BELAKANG ...2

1.2.KERANGKA BERPIKIR ...5

1.3.SISTEMATIKA BAHASAN ...6

BAB II ISU KAWASAN TERPADU HAMDAN ...9

2.1.RUMUSAN MASALAH ...9

2.2.MAKSUD DAN TUJUAN ...10

2.3.METODE PERANCANGAN ...10

2.3.1 Lingkup/Batasan Perancangan ...10

2.3.2 Pendekatan perancangan ...11

2.3.3 Asumsi ...11

BAB III DESKRIPSI PERANCANGAN KAWASAN ...14

3.1.DEFINISI DAN SPESIFIKASI JUDUL KAWASAN ...14

3.2.TEMA KAWASAN ...15

3.2.1 Pengertian Urban Regeneration ...15

3.2.2 Interpretasi Urban Regeneration ...16

3.3.STUDI BANDING ...17


(11)

xi

3.3.2 Studi Banding Tema Sejenis ...23

3.4.DATA PERANCANGAN ...27

3.5.ANALISA KAWASAN ...29

3.5.1 Analisa UUD dan Peraturan ...29

3.5.2 Analisa View...31

3.5.3 Analisa Sosial dan Budaya...32

3.5.4 Analisa Sirkulasi ...34

3.5.5 Analisa Kebisingan ...37

3.6.KONSEP KAWASAN ...38

3.6.1 Konsep Zoning Tapak ...38

3.6.2 Konsep Sirkulasi Tapak...41

3.6.3 Konsep Penataan Kawasan...44

3.6.4 Konsep Bentukan Massa ...47

3.6.5 Konsep Ketinggian Bangunan...47

BAB IV HASIL PERANCANGAN KAWASAN ...50

4.1.MASTER PLAN ...50

4.2.POTONGAN TAPAK ...51

4.3.3DMASTER PLAN ...52

4.4.SUASANA TAPAK ...53

4.5.SKENARIO KAWASAN ...55

BAB V PENGANTAR FUNGSI ...57

BAB VI ISU SEKOLAH NATIONAL PLUS ...59

6.1.RUMUSAN MASALAH ...59

6.2.MAKSUD DAN TUJUAN ...59

6.3.METODE PERANCANGAN ...60

6.3.1 Pendekatan Masalah ...60

6.3.2 Lingkup/ Batasan Perancangan ...60

6.3.3 Asumsi ...60

BAB VII DESKRIPSI PERANCANGAN SEKOLAH NATIONAL PLUS .63 7.1.DEFINISI DAN SPESIFIKASI JUDUL BANGUNAN ...63

7.2.TEMA BANGUNAN ...64

7.2.1 Alasan Pemilihan Tema ...64

7.2.2 Pengertian Arsitektur Kontemporer ...64

7.2.3 Interpretasi Arsitektur Kontemporer...65

7.3.STUDI BANDING BANGUNAN ...67


(12)

7.3.2 Studi Banding Tema Sejenis ...74

7.4.DATA SITE ...77

7.5.ANALISA ...77

7.5.1 Analisa Sirkulasi ...77

7.5.2 Analisa Kebisingan ...78

7.6.PROGRAM RUANG ...79

7.6.1 Analisa Kegiatan dan Pemakai ...79

7.6.2 Analisa Jumlah Pengguna...83

7.6.3 Analisa Kebutuhan Parkir...84

7.6.4 Analisa Kebutuhan Ruang...85

7.7.ZONING ...90

7.7.1 Flowchart ...90

7.7.2 Matriks ...90

7.8.KONSEP ...91

7.8.1 Konsep Entrance ...91

7.8.2 Konsep Parkir ...92

7.8.3 Konsep Zoning Tapak ...93

7.8.4 Konsep Zoning Bangunan ...93

7.8.5 Konsep Bentukan Massa Bangunan ...94

BAB VIII HASIL PERANCANGAN BANGUNAN ...96

8.1.HASIL PERANCANGAN ...96

8.1.1 Denah ...96

8.1.2 Tampak ...100

8.1.3 Potongan ...102

BAB IX KESIMPULAN ...105

DAFTAR PUSTAKA ...106

LAMPIRAN ...109

FOTO-FOTO SURVEI ...109

FOTO-FOTO MAKET ...114


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1.1: SEKOLAH DASAR MADRASSAH AL-ISLAMIYAH ...4

GAMBAR 3.1: GARIS KONTUR PADA KAWASAN ...28

GAMBAR 3.2: LOKASI PROYEK, KEC. MEDAN MAIMUN, KOTA MEDAN ...28

GAMBAR 3.3: DATA UUD DAN PERATURAN KAWASAN KAMPUNG HAMDAN ...30

GAMBAR 3.4: REKOMENDASI ANALISA UUD DAN PERATURAN ...31

GAMBAR 3.5: DATA VIEW DAERAH SEKITAR KAMPUNG HAMDAN ....31

GAMBAR 3.6: REKOMENDASI DARI PERMASALAHAN ANAILASA VIEW ...32

GAMBAR 3.7: REKOMENDASI DARI POTENSI ANALISA VIEW ...32

GAMBAR 3.8: GAMBAR KEGIATAN MASYARAKAT DI TEPI SUNGAI DELI ...33

GAMBAR 3.9: REKOMENDASI DARI ANALISA SOSIAL DAN BUDAYA .34 GAMBAR 3.10: GAMBAR SITUASI JALAN PADA TAPAK ...35

GAMBAR 3.11: ANALISA SIRKULASI PEJALAN KAKI ...36

GAMBAR 3.12: ANALISA SIRKULASI KENDARAAN ...36

GAMBAR 3.13: DATA ANALISA KEBISINGAN ...37

GAMBAR 3.14: REKOMENDASI PENZONINGAN FUNGSI BERDASARKAN ANALISA KEBISINGAN ...37

GAMBAR 3.15: ZONING HIRARKI ...38

GAMBAR 3.16: ZONING FUNGSI ...39

GAMBAR 3.17: MATRIKS ...40

GAMBAR 3.18: FLOWCHART ...40

GAMBAR 3.19: KONSEP SIRKULASI PEJALAN KAKI DARI LUAR KE DALAM ...41

GAMBAR 3.20: KONSEP SIRKULASI PEJALAN KAKI DARI DALAM KE LUAR SITE ...42

GAMBAR 3.21: KONSEP SIRKULASI KENDARAAN DARI LUAR KE DALAM SITE ...43

GAMBAR 3.22: KONSEP SIRKULASI KENDARAAN DARI DALAM KE LUAR SITE ...44


(14)

GAMBAR 3.23: KONSEP PENATAAN KAWASAN ...44

GAMBAR 3.24: KONSEP BENTUKAN MASSA ...47

GAMBAR 3.25: KONSEP KETINGGIAN BANGUNAN ...48

GAMBAR 3.26: SKYLINE DARI JALAN IR. H. JUANDA ...48

GAMBAR 3.27: SKYLINE DARI JALAN MULTATULI DAN SAMANHUDI ...48

GAMBAR 7.1: DATA BANGUNAN SEKITAR ...77

GAMBAR 7.2: MASALAH, POTENSI DAN REKOMENDASI ANALISA SIRKULASI ...78

GAMBAR 7.3: MASALAH, POTENSI DAN REKOMENDASI ANALISA KEBISINGAN ...79

GAMBAR 7.4: KONSEP ENTRANCE ...91

GAMBAR 7.5: KONSEP PARKIR ...92

GAMBAR 7.6: KONSEP ZONING TAPAK ...93

GAMBAR 7.7: KONSEP ZONING BANGUNAN ...93

GAMBAR 7.8: KONSEP PEMBENTUKAN MASSA...94

DAFTAR TABEL TABEL 7.1: TABEL JUMLAH PENGGUNA ...84

TABEL 7.2: TABEL KEBUTUHAN RUANG ...86

TABEL 7.3: TABEL AKTIFITAS PENGGUNA SEKOLAH...87

DAFTAR DIAGRAM DIAGRAM 7.1: DIAGRAM ALUR KEGIATAN SISWA ...79

DIAGRAM 7.2: DIAGRAM ALUR KEGIATAN GURU...80

DIAGRAM 7.3: DIAGRAM ALUR KEGIATAN PEGAWAI ...80

DIAGRAM 7.4: DIAGRAM ALUR KEGIATAN ORANGTUA ...80

DIAGRAM 7.5: DIAGRAM ALUR PEMAKAI SISWA ...81

DIAGRAM 7.6: DIAGRAM ALUR PEMAKAI GURU ...81

DIAGRAM 7.7: DIAGRAM ALUR PEMAKAI PEGAWAI ...82


(15)

xv

ABSTRAK

Kawasan permukiman kumuh terutama yang terletak di pinggiran sungai merupakan masalah utama perkotaan serta dapat memberikan citra yang buruk terhadap Kota Medan. Salah satunya adalah Kawasan Permukiman Padat Kampung Hamdan yang direncanakan akan direvitalisasi menjadi Kawasan Terpadu Hamdan yang terdapat rusun, pasar, sekolah, gedung olahraga dan gedung kesenian.

Skripsi kali ini akan membahas tentang perancangan bangunan komersial (sekolah national plus) yang terletak di Kawasan Terpadu Hamdan (simpang Jalan Juanda, Jalan Samanhudi, dan Jalan Multatuli) yang bertujuan untuk merevitalisasi kualitas pendidikan anak-anak yang tinggal di permukiman kumuh di bantaran sungai serta meningkatkan perekonomian di kawasan tersebut.

Tema kawasan yang diangkat untuk perancangan ini adalah urban regeneration. Tema bangunan yang diangkat adalah arsitektur kontemporer. Tema yang diterapkan dalam bentukan massa bangunan menggunakan konsep ‘content,

more and missing’ serta penggunaan material yang sedang berkembang pada saat

ini.

Kata kunci: sekolah, permukiman kumuh, hamdan, urban regeneration, arsitektur kontemporer

ABSTRACT

Slum district especially on the riverside is an urban major problem and can give a poor image for the city of Medan. One of them is the Region of Solid Settlement Hamdan Village which is planned to be revitalized into Region Integrated Hamdan which contained housing, market, school, sports hall and art gallery.

The essay will discuss about the design of commercial buildings (national plus school) located in Region Integrated Hamdan (the intersection of Jalan Juanda, Samanhudi Road and Jalan Multatuli) which aims to revitalize the quality of education of children living in slums on the riverside as well as improving the economy in the region.

Region theme for this project is urban regeneration. Building theme is contemporary architecture. Theme applied in building mass formations are experiencing 'content, more and missing' as well as the use of materials that are being developed at this time.

Keywords: schools, slums, hamdan, urban regeneration, contemporary architecture


(16)

ABSTRAK

Kawasan permukiman kumuh terutama yang terletak di pinggiran sungai merupakan masalah utama perkotaan serta dapat memberikan citra yang buruk terhadap Kota Medan. Salah satunya adalah Kawasan Permukiman Padat Kampung Hamdan yang direncanakan akan direvitalisasi menjadi Kawasan Terpadu Hamdan yang terdapat rusun, pasar, sekolah, gedung olahraga dan gedung kesenian.

Skripsi kali ini akan membahas tentang perancangan bangunan komersial (sekolah national plus) yang terletak di Kawasan Terpadu Hamdan (simpang Jalan Juanda, Jalan Samanhudi, dan Jalan Multatuli) yang bertujuan untuk merevitalisasi kualitas pendidikan anak-anak yang tinggal di permukiman kumuh di bantaran sungai serta meningkatkan perekonomian di kawasan tersebut.

Tema kawasan yang diangkat untuk perancangan ini adalah urban regeneration. Tema bangunan yang diangkat adalah arsitektur kontemporer. Tema yang diterapkan dalam bentukan massa bangunan menggunakan konsep ‘content,

more and missing’ serta penggunaan material yang sedang berkembang pada saat

ini.

Kata kunci: sekolah, permukiman kumuh, hamdan, urban regeneration, arsitektur kontemporer

ABSTRACT

Slum district especially on the riverside is an urban major problem and can give a poor image for the city of Medan. One of them is the Region of Solid Settlement Hamdan Village which is planned to be revitalized into Region Integrated Hamdan which contained housing, market, school, sports hall and art gallery.

The essay will discuss about the design of commercial buildings (national plus school) located in Region Integrated Hamdan (the intersection of Jalan Juanda, Samanhudi Road and Jalan Multatuli) which aims to revitalize the quality of education of children living in slums on the riverside as well as improving the economy in the region.

Region theme for this project is urban regeneration. Building theme is contemporary architecture. Theme applied in building mass formations are experiencing 'content, more and missing' as well as the use of materials that are being developed at this time.

Keywords: schools, slums, hamdan, urban regeneration, contemporary architecture


(17)

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Apabila kondisi ini tidak segera ditangani, diperkirakan Indonesia memiliki 67.100 hektar pemukiman kumuh pada tahun 2020.

Berangkat dari permasalahan di atas, untuk mengatasi perumahan dan pemukiman kumuh di kota Medan, khususnya pada bantaran sungai, perlu suatu konsep penataan dan revitalisasi yang baik sehingga mendapatkan suatu peningkatan mutu lingkungan tata ruang dan mempertegas struktur ruang kota serta memberikan pemecahan masalah terhadap semakin sempitnya lahan pemukiman di Kota Medan.

Dalam konteks Kota Medan, permasalahan revitalisasi kawasan muka sungai ini belum menemukan penerapan ideal yang dianggap berhasil mengakomodasi kepentingan pihak-pihak terkait, seperti pemerintah, pengembang, ataupun masyarakat. Kawasan muka sungai sangat identik dengan kesan kumuh, tidak sehat, dan jauh dari kata bersih.

Sungai Deli yang dahulunya merupakan urat nadi perdagangan pada masa Kesultanan Deli di Kota Medan juga tidak terlepas dari permasalahan tersebut. Dijadikannya sungai sebagai area belakang dan tercemarnya air sungai menjadi masalah utama area tersebut.Sungai yang harusnya menjadi area yang bisa


(19)

3

dinikmati bersama oleh masyarakat kota, kini dijadikan sebagai area privasi bagi warga kampung tersebut untuk melakukan kegiatan sehari-hari, seperti mandi, mencuci, bahkan sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) baik sampah maupun limbah.

Pemukiman padat Kampung Hamdan (Kampung Multatuli), Kecamatan Medan Maimun merupakan salah satu permukiman kumuh yang berada di Kota Medan. Permukiman ini memiliki sirkulasi yang sangat sempit yaitu 2,5 meter sehingga sangat sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan apabila terjadi bencana seperti kebakaran akan sulit bagi pemadam kebakaran untuk mengakses daerah yang terjadi kebakaran. Selain itu, apabila terjadi kebakaran akan menyebar ke rumah lain karena tidak memiliki GSB. Lingkungan di daerah ini juga tidak memenuhi peraturan yang ada. Lokasi ini juga berada di pusat kota yang lebih cocok untuk daerah perdagangan. Oleh karena itu, perlu adanya revitalisasi pada permukiman padat Kampung Hamdan ini menjadi Kawasan Terpadu Hamdan dengan berbagai fungsi bangunan komersial.

Pada daerah-daerah permukiman kumuh, kualitas pendidikan yang ada tentunya kurang bagus. Oleh karena itu, perlu adanya bangunan sekolah dan fasilitas pendukung yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan di daerah tersebut.

Beberapa alasan mendesain sekolah di Kawasan Terpadu Hamdan:

a. Sesuai dengan peruntukan kawasan yang terdapat di RUTRK Kota Medan Maimun, WPP D, yang merupakan salah satu kawasan yang dapat difungsikan sebagai sarana pendidikan.


(20)

b. Untuk menyediakan fasilitas yang dapat mengembangkan kemampuan anak-anak serta meningkatkan mutu kehidupan masyarakat yang tinggal di Kawasan Terpadu Hamdan.

c. Untuk menggantikan bangunan Sekolah Dasar Madrassah Al-Islamiyah yang sebelumnya ada di kawasan tersebut serta menambah fasilitas Sekolah Menengah Pertama pada sekolah tersebut.

Gambar 1.1: Sekolah Dasar Madrassah Al-Islamiyah

d. Untuk membantu meningkatkan tingkat perekonomian di dalam kawasan dengan mendesain Sekolah Swasta dalam Kawasan Terpadu Hamdan.

Sekolah yang akan dirancang adalah sekolah national plus untuk anak-anak SD dan SMP yang tinggal di kawasan tersebut dengan latar belakang ekonomi menengah ke bawah dan anak-anak dari lingkungan lain dengan latar belakang ekonnomi menengah ke atas.


(21)

5

1.2. Kerangka Berpikir

Kawasan Terpadu Hamdan, Kec. Medan Maimun - Sumatera Utara

LATAR BELAKANG

TUJUAN DAN SASARAN KAWASAN Tujuan:

 Merancang kawasan terpadu multifungsi sebagai salah satu program pemerintah dalam merevitalisasi kawasan kumuh di pinggiran Sungai Deli

Sasaran:

 Masyarakat lokal Kampung Hamdan

PERMASALAHAN KAWASAN

 Bagaimana merancang suatu kawasan terpadu dengan fungsi – fungsi yang membentuk satu kesatuan  Bagaimana merencanakan sirkulasi yang baik di kawasan perancangan Kampung Hamdan

PENGUMPULAN DATA KAWASAN

ANALISA KAWASAN

PRA DESAIN KAWASAN KONSEP KAWASAN

SURVEI LAPANGAN KAWASAN STUDI BANDING KAWASAN

DESAIN KAWASAN

Perencanaan Sekolah National Plus di Kawasan Terpadu Hamdan

MAKSUD DAN TUJUAN

- Merancang sekolah national plus di Kawasan Terpadu Hamdan agar rakyat mampu bersaing pada era globalisasi ini. - Menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung proses pembelajaran

- Memberikan keringanan biaya terhadap anak-anak yang tinggal di rusun Kawasan Terpadu Hamdan

PERMASALAHAN

-Bagaimana meningkatkan sarana fisik pendidikan. -Bagaimana memanfaatkan kondisi tapak.

-Bagaimana menerapkan tema pada bangunan.

-Bagaimana mengintegrasikan keadaan bangunan sekitar dalam desain.

PENGUMPULAN DATA

SURVEI LAPANGAN STUDI PUSTAKA

ANALISA

Fisik: Non fisik:

- Site - Pengguna

- Bangunan - Aktifitas

- Program ruang

PRA DESAIN

- Penzoningan - Bentuk massa

Desain

KONSEP

Fisik: Non fisik:

- Site - Ruang dalam

- Bangunan - Ruang luar - Sirkulasi


(22)

1.3. Sistematika Bahasan

Sistematika penulisan laporan adalah tata cara penulisan laporan sebagai pedoman agar laporan dapat tersusun dengan benar. Berikut adalah sistematika penulisan Sekolah National Plus di Kawasan Terpadu Hamdan.

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi tentang kajian latar belakang, kerangka berpikir dan sistematika bahasan. BAB II : ISU KAWASAN TERPADU HAMDAN

Berisi tentang perumusan masalah, maksud dan tujuan serta metode perancangan yang berisi lingkup dan batasan perancangan, pendekatan perancangan, dan asumsi kawasan.

BAB III : DESKRIPSI PERANCANGAN KAWASAN

Berisi tentang judul, tema, studi banding, data, analisa, dan konsep kawasan. BAB IV : HASIL PERANCANGAN KAWASAN

Berisi gambaran hasil perancangan pra-desain kawasan. BAB V : PENGANTAR FUNGSI

Berisi tentang peralihan antara desain kawasan dengan desain bangunan. BAB VI : ISU SEKOLAH NATIONAL PLUS

Berisi tentang perumusan masalah, maksud dan tujuan serta metode perancangan yang berisi lingkup dan batasan perancangan, pendekatan perancangan, dan asumsi bangunan.

BAB VII : DESKRIPSI PERANCANGAN SEKOLAH NATIONAL PLUS Berisi tentang judul, tema, studi banding, data, analisa, dan konsep bangunan. BAB VIII : HASIL PERANCANGAN BANGUNAN


(23)

7

Berisi gambaran hasil perancangan pra-desain bangunan. BAB IX : KESIMPULAN

Berisi kesimpulan dari proses desain kawasan dan bangunan. DAFTAR PUSTAKA


(24)

(25)

9

BAB II

ISU KAWASAN TERPADU HAMDAN

2.1. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalan perencanaan perancangan Kawasan Terpadu Hamdan, Medan Maimun – Sumatera Utara ini adalah:

1. Bagaimana merancang suatu kawasan terpadu agar membentuk satu kesatuan dan mencerminkan kawasan CBD

2. Bagaimana menentukan lokasi yag sesuai untuk dapat mewujudkan rancangan bangunan yang memuat kegiatan-kegiatan yang diinginkan

3. Bagaimana pengolahan ruang dalam satu kawasan yang saling berintegrasi antar berbagai fungsi dengan kegiatan yang berbeda, misalnya:

 RUSUN

 SEKOLAH

 PASAR

 PUSAT OLAHRAGA

 PUSAT SENI BUDAYA

 PLAZA

 PUSAT KULINER...etc

4. Bagaimana menerapkan tema “urban regeneration” dalam rancangan masterplan kawasan lokasi perancangan

5. Bagaimana merencanakan sirkulasi pencapaian/ aksebilitas yang mudah untuk dilalui berbagai transportasi dan pejalan kaki


(26)

2.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dilaksanakannya perancangan ini adalah:

 Pengembangan kawasan Kampung Hamdan sebagai kawasan CBD di Kota Medan

 Menyediakan suatu kawasan sebagai area rekreasi

 Pengadaan ruang terbuka hijau dalam kawasan Hamdan, Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun

2.3. Metode Perancangan

2.3.1 Lingkup/Batasan Perancangan

Lingkup atau batasan digunakan dalam menentukan sejauh mana kajian yang akan dilakukan. Lingkup dan batasan dalam perancangan ini adalah:

 Lokasi yang menjadi lingkup pembahasan dalam Perancangan Arsitektur VI ini adalah Kecamatan Medan Maimun, Medan, Sumatera Utara dengan batasan wilayah ± 5,8 Ha

 Fokus perancangan dikaitan dengan aspek fisik dan non-fisik perancangan yang menyangkut pemakai, pengunjung, kebutuhan ruang, sirkulasi dalam dan luar, perancangan tapak, massa bangunan, serta potensi pada lokasi

 Masalah sosial, budaya dan ekonomi dalam kasus ini tidak dibahas secara mendalam

 Faktor pembiayaan, terkait dengan faktor kepemilikan. Dalam hal ini, pemilik perancangan diasumsikan pihak pemerintah daerah Kota Medan

 Secara umum perancangan kawasan memadukan perancangan bangunan Edukatif dan Rekreatif


(27)

11

 Pembahasan dibatasi pada masalah-masalah yang berada dalam lingkup disiplin ilmu arsitektur, sedangkan hal-hal diluar pemikiran arsitektur apabila dianggap berperan dalam menemukan faktor-faktor perencanaan akan diusahakan untuk membahasnya dengan asumsi-asumsi, pemikiran-pemikiran, studi banding pada bangunan sejenis dengan melihat perkembangan teknologi serta menggunakan logika sederhana sesuai dengan kemampuan yang ada 2.3.2 Pendekatan perancangan

Adapun pendekatan perancangan yang dapat dilakukan untuk pemecahan masalah perancangan ini adalah:

 Pemilihan lokasi, lokasi yang dipilih adalah kawasan perumahan kumuh yang padat penduduk berada di Kecamatan Medan Maimun – Medan

 Studi banding dengan melakukan pendekatan permasalahan dan kasus yang memiliki kesamaan dalam perancangan sejenis maupun tema dalam judul perancangan ini yang diambil dari berbagai sumber seperti buku, internet, media cetak dan lainnya dan sumber-sumber yang dianggap penting

 Survey lapangan, survey langsung ke lokasi dilakukan untuk mendapatkan data-data yang akurat dari data-data yang didapat di lokasi tersebut

 Wawancara dengan instansi terkait mengenai permasalahan lokasi perencanaan kasus perancangan

2.3.3 Asumsi

Karena kasus perancangan bersifat fiktif, maka diperlukan beberapa asumsi sebagai dasar perencanaan dan perancangan yaitu:


(28)

 Perancangan ini merupakan salah satu proyek pemerintah dalam membersihkan / merevitalisasi Sungai Deli

 Dalam perancangan ini, fungsi telah ditetapkan oleh pemerintah

 Kepemilikan tanah kawasan perancangan adalah tanah milik pemerintah yang digarap masyarakat

 Pemerintah sedang menata Kel. Hamdan dengan mengalokasikan pedagang kaki lima di sepanjang JL. Multatuli ke fungsi pasar

 Dana untuk perancangan ini tidak terbatas

 Tersedianya tempat alokasi masyarakat selama pembangunan


(29)

(30)

Universitas Sumatera Utara BAB III

DESKRIPSI PERANCANGAN KAWASAN

3.1. Definisi dan Spesifikasi Judul Kawasan

Judul dari Perancangan adalah “Kawasan Terpadu Hamdan, Medan Maimun” yang merupakan kawasan terpadu multifungsi yang berada di kawasan CBD sebagai wujud dari revitalisasi permukiman kumuh Hamdan.

Sesuai dengan UU No. 4/1992 pasal 27, lingkup penanganan lingkungan permukiman kumuh mencakup hal-hal sebagi berikut:

1. Perbaikan dan pemugaran

Secara konseptual, implementasi prinsip perbaikan dan pemugaran meliputi : a. Revitalisasi adalah upaya menghidupkan kembali suatu kawasan mati, yang

pada masa silam pernah hidup, atau mengendalikan dan mengembangkan kawasan untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki oleh sebua kota, b. Rehabilitasi merupakan upaya mengembalikan kondisi komponen fisik

lingkungan permukiman yang mengalami degradasi,

c. Renovasi adalah melakukan perubahan sebagian atau beberapa bagian dari komponen pembentukan lingkungan permukiman,

d. Rekontruksi merupakan upaya mengembalikan suatu lingkungan permukiman sedakat mungkin dari asalnya yang diketahui, dengan menggunakan komponen-komponen baru maupun lama,

e. Preservasi merupakan upaya mempertahankan suatu lingkungan pemukiman dari penurunan kualitas atau kerusakan. Penanganan ini bertujuan untuk


(31)

15

memelihara komponen yang berfungsi baik dan mencegah dari proses penyusutan dini (kerusakan), misalnya dengan menggunakan instrument: ijin mendirikan bangunan (IMB). Ketentuan atau pengaturan tentang: Koefisien Lantai Bangunan, Koefisien Dasar Bangunan, Garis Sempadan Bangunan, Garis Sempadan Jalan dan Garis Sempadan Sungai .

2. Peremajaan

Peremajaan adalah upaya pembongkaran sebagian atau keseluruhan lingkungan perumahan dan pemukiman dan kemudian di tempat yang sama dibangun prasarana dan sarana lingkungan perumahan dan pemukiman baru yang lebih layak dan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan nilai pemanfaatan lahan yang optimal sesuai dengan potensi lahannya.

3. Pengolahan dan pemeliharaan berkelanjutan

Pengolahan dan pemeliharaan berkelanjutan adalah upaya-upaya untuk mencengah, mengendalikan atau mengurangi dampak negatif yang timbul, serta meningkatkan dampak positif yang timbul terhadap lingkungan hunian.

3.2. Tema Kawasan

Tema yang diangkat dalam Perancangan Kawasan Terpadu Hamdan, Medan Maimun ini adalah Urban Regeneration.

3.2.1 Pengertian Urban Regeneration

Urban Regeneration adalah arsitektur yang mengubah pola tingkah laku masyarakat dari segi sosial, ekonomi, fisik dan lingkungan menjadi masyarakat


(32)

Universitas Sumatera Utara

dengan pola kehidupan yang lebih baik tanpa mengubah karakteristik masyarakatnya.

3.2.2 Interpretasi Urban Regeneration

Syarat kawasan yang perlu menggunakan tema urban regeneration ada tiga, yaitu: 1. Urban centre yaitu memiliki jaringan transportasi yang kuat, terdapat CBD

dengan tata guna lahan yang padat dan harga lahan tinggi.

2. Informal settlement yaitu tingkat kemiskinan yang tinggi, lingkungan kumuh dan tidak sehat, rendahnya kualitas hidup, tingkat kriminalitas yang tinggi. 3. Exclusion areas yaitu kurangnya fasiitas lingkungan.

Spesifikasi tema yang akan diterapkan pada Proyek Kawasan Terpadu Hamdan, Medan Maimun - Sumatera Utara ini adalah:

1. Desain untuk ruang publik yang inklusif dan aman dalam segala bentuk. 2. Mencegah penggunaan sementara kelas rendah, seperti parkir, dari

gelandangan dan lahan kosong.

3. Pengelolaan sumber daya air perkotaan.

4. Tentukan ruang terbuka hijau dalam rencana pembangunan.

5. Membuat rute pejalan kaki hijau yang komprehensif di sekitar dan / atau di setiap tapak.

6. Berikan prioritas untuk kebutuhan pejalan kaki dan pengendara sepeda dalam pengembangan dan jalan pada tapak.

7. Mengembangkan proyek-proyek yang memprioritaskan berjalan, bersepeda dan angkutan umum.


(33)

17

8. Tentukan maksimum jarak berjalan kaki ke halte bus dan angkutan umum lainnya.

9. Menetapkan standar maksimum tempat parkir satu mobil per hunian bagi semua pembangunan pemukiman baru perkotaan.

10. Memberlakukan pembatasan ketat atas penggunaan mobil pribadi, seperti biaya parkir.

11. Mendorong pola perkembangan, yang mengurangi kebutuhan untuk perjalanan dengan mobil.

12. Gunakan publik, mode efisien kurang polusi dan lebih banyak energi perjalanan.

13. Mengurangi jumlah limbah yang tidak diolah dibuang ke TPA dan memastikan bahwa praktek TPA sesuai dengan standar yang dapat diterima. 14. Meminimalkan limbah dengan menggunakan kembali, daur ulang, menjual

kembali, memulihkan bahan yang dapat digunakan atau menghasilkan energi dari limbah.

15. Mengurangi penggunaan energi dan menghasilkan sumber energi terbarukan. 16. Membangun dan mengembangkan potensi keterampilan di daerah.

3.3. Studi Banding

3.3.1 Studi Banding Perancangan Kawasan Sejenis a. Kampung Stren Kali Surabaya

Kawasan stren kali pada awalnya bukan merupakan kawasan yang disediakan untuk pemukiman, melainkan merupakan bagian dari lahan irigasi yang mengambil lahan sempadan sungai.


(34)

Universitas Sumatera Utara

Namun masyarakat dengan kalangan ekonomi yang rendah mulai menempati lahan ini dan membangun rumah dengan material seadanya sehingga akhirnya kawasan ini semakin padat dengan pemukiman yang kumuh. Pemerintah tidak menyediakan jalan pada kawasan ini, melainkan masyarakat sendiri yang mengusahakan untuk membuatnya.

Berkaitan dengan perbaikan prasarana dari stren kali, banyak ide dan usulan yang diajukan, agar pemukiman dan kegiatan sehari-hari dari warga tidak mengganggu kepentingan dari sungai itu sendiri. Ide perbaikan-perbaikan tersebut disesuaikan dengan peraturan yang ada, yaitu Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur oleh Gubernur Jawa Timur Tentang Penataan Sempadan Sungai Kali Surabaya dan Kali Wonokromo, No. 9 Tahun 2007 dan juga rencana tata kota yang ada. Dapat dilihat pada beberapa alternatif desain yang dibuat untuk menata kawasan ini dan memberikan akomodasi bagi masyarakat.


(35)

19

 Kawasan ini menggunakan prinsip “kampung Jogo Kali”yaitu : menjaga

kebersihan sungai, menjaga lingkungan kampung yang sehat dan tidak mencemari sungai, menghadapkan bangunan/rumah ke arah sungai,menjaga ikatan sosial dan budaya kampung.

 Menguatkan sistem tabungan yang sudah berjalan di kampung dari hasil penjualan sampah plastik dan kertas yang dipilah dan dikumpulkan tiap hari Minggu, sebagai modal untuk merenovasi kampung dan rumahnya

 Membuat sistem pengolahan limbah rumahtangga dan praktek kampung ramah lingkungan(BIOGAS, septik tank komunal, kompos)


(36)

Universitas Sumatera Utara

 Merenovasi rumah-rumah kumuh dengan menggunakan konsep kampung berkepadatan rendah, yaitu dengan cara membuat rumah-rumah menghadap ke arah sungai, peremajaan wajah rumah, membuat bertingkatkan menjadi 2-3 lantai, membuat jalan inspeksi dan penghijauan secara swadaya.

 Membuat penghijauan di sepanjang sungai dan lingkungan rumah dengan TOGA (tanaman obat keluarga)


(37)

21

b. Chinatown Singapura

Chinatown ini adalah kawasan dimana orang-orang dapat menikmati atmosfer yang berbeda yaitu melalui moment-moment budaya serta kekayaan arsitektural di tempat tersebut (Zhu, 1996).

Awalnya ini adalah sebuah kawasan kota tua yang sudah usang. Namun pemerintah mulai menata kawasan ini untuk menjadikannya sebagai salah satu tempat yang menarik untuk dikunjungi para wisatawan.

Kota tua atau kawasan bersejarah ini memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan dengan memanfaatkan kembali bangunan-bangunan yang sudah ada (adaptive re-use) sesuai fungsi lama atau bahkan fungsi yang sama sekali baru.


(38)

Universitas Sumatera Utara

Kekayaan arsitektural pada masa lampau adalah nilai lebih dan potensi dari kawasan ini. Maka dalam hal ini dipertahankan atau dibangun kembali seperti aslinya (restorasi).

Kemudian pemerintah membuat Landmark, sebagai penanda kawasan ini yaitu membangun kuil atau bangunan yang menjadi pusat kegiatan atau paling berbeda dengan bangunan lainnya.

Dan membuat skenario pariwisata seperti : Menjadikan distrik tersebut sebagai lokasi pusat-pusat budaya dan kesenian, adanya jalan-jalan yang bertema dan membangun estetika lingkungan, pencahayaan dan landscaping sehinggalingkungan menjadi atraktif untuk dikunjungi turis.


(39)

23

Dengan perubahan yang dibuat di kawasan ini, semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke kawasan Chinatown ini dan menjadi ramai dengan pusat kuliner dan toko-toko yang menjadi khas dari kebudayaan China.

3.3.2 Studi Banding Tema Sejenis a. New East Manchester

Dalam perancangan kawasan New East Manchester juga digunakan tema Urban Regeneration. Kawasan ini meliputi lebih dari 1,900ha dari tepi Manchester City Centre ke batas timur kota, East Manchester.

Pada kawasan ini terdapat bangunan dengan fungsi-fungsi yang berbeda. Awalnya lingkungan pada kawasan ini sangat gersang dan bangunan yang ada


(40)

Universitas Sumatera Utara

sudah terlihat usang seperti tidak terawat, yang menyebabkan tidak banyak orang yang berminat untuk tinggal ataupun berada di kawasan ini.

Pemerintah berupaya meregenerasinya untuk memasarkan dan mempromosikan kawasan ini. Dengan mengkoordinasi dan mengintegrasikan program sosial dan ekonomi seperti: bangunan komunitas tunggal, zona pendidikan, zona kesehatan, zona olahraga, kelurahan Ancoats, dan menentukan biaya yang baru dalam memasarkan rumah. Dan kawasan ini menggunakan dana dari anggaran kas daerah yang diberikan pemerintahnya. Dengan memanfaatkan sumber daya masyarakat lokalnya dan pihak swasata untuk menciptakan program yang komprehensif.

Dengan sumberdaya dan dana yang ada, mereka membuat ruang hijau baru dalam kawasan. Membuat jalur-jalur pejalan kaki yang bagus, agar orang-orang merasa nyaman berjalan di dalam kawasan tersebut.


(41)

25

Membuat Gedung Olahraga untuk meningkatkan daya tarik pengujung untuk datang ke kawasan ini.

Merancang bangunan yang dapat meningkatkan perekonomian dan melestraikan hal-hal yang menjadi karakteristik dari kawasan ini.


(42)

Universitas Sumatera Utara

b. Dublin Docklands

Dublin Docklands merupakan kawasan padat yang dekat dengan laut. Kawasan yang berada tidak jauh dari pelabuhan ini merupakan kawasan dengan peruntukan fungsi sebagai sektor ekonomi dan pendidikan.

Kawasan ini juga penggunakan proses regenerasi dalam mengembangkan fungsi kawasan tersebut.

Yang menjadi sasaran dalam upaya regenerasi kawasan ini adalah untuk meningkatkan taraf pendidikan, dan bertambahknya lapangan pekerjaan baru bagi penduduk setempat dan penduduk baru.


(43)

27

Dan menyediakan sarana transportasi kawasan. Sehingga lahan ini digunakan untuk Residential dan Komunitas, Komersil dan Retail, serta Pariwisata.

3.4. Data Perancangan

Letak geografis daerah adalah sebagai berikut :

 Lokasi : Kecamatan Medan Maimun Kota Medan

 Nama Kawasan : Kawasan Pemukiman Kumuh Kampung Hamdan

 Tipe Kawasan : Kawasan Permukiman Kumuh

 Luas Kawasan : 58.665 m2

 Batas Wilayah :

a. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Juanda b. Sebelah Utara berbatasan dengan Komplek Multatuli c. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Deli

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Multatuli dan Jalan Samanhudi

 Iklim : Tropis, suhu minimum 23°C – 24,1°C, suhu maksimum 30,6°C – 33,1°C, kelembaban udara 60-95%

 Jenis Kawasan : Daerah pusat kota


(44)

Universitas Sumatera Utara Gambar 3.1: Garis kontur pada kawasan

(Sumber. Google 2015)

Gambar 3.2: Lokasi proyek, Kec. Medan Maimun, Kota Medan (Sumber: Google Earth 2015)


(45)

29

3.5. Analisa Kawasan

3.5.1 Analisa UUD dan Peraturan

Pembahasan mengenai Undang – Undang dan peraturan dari bangunan dan lingkungan di sekitar tapak sangat terlihat dari tidak adanya kepatuhan hukum dan peraturan yang ada di sekitar Kampung Hamdan ini seperti tidak adanya area resapan sungai yang berupa garis sempadan sungai dan garis sempadan jalan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38 Tahun 2011, kawasan Kampung Hamdan diperuntukkan sebagai kawasan CBD sehingga dapat dimanfaatkan sebagai daerah pusat pemerintah, hutan kota, pusat pendidikan, perkantoran, rekreasi dan permukiman.

Peraturan-peraturan site:

a. Garis Sempadan Bangunan : Mengatur jarak batas bangunan dengan batas kapling, bisa batas depan, samping atau belakang.

GSB site berdarkan RTRW Kota Medan: GSB untuk jalan Juanda: 15 meter GSB untuk jalan Samanhudi: 15 meter GSB untuk jalan Multatuli: 10 meter GSB sungai Deli: 15 meter

b. KDB yaitu perbandingan tapak dengan kawasan terbangun. Menurut RTRW Kota Medan, Koefisien Dasar Bangunan pada Site adalah 60%.

KDB bangunan = 60% x 5,87ha = 4,322ha


(46)

Universitas Sumatera Utara

c. KLB yaitu perbandingan luas tapak dan klasifikasi yang telah ditetapakan total luas lantai. Koefisien ini bisa lebih dari 100% untuk bangunan bertingkat.

KLB site = 4,5 x 5,87ha = 26,415ha

d. Jumlah lantai maksimum yaitu perbandingan KLB dengan KDB. Jumlah lantai= 26,415 / 4,322

= 6 lantai

e. KDH yaitu perbandingan luas daerah hijau pada lahan KDH site = 25% x 5,87ha

= 1,47ha

Gambar 3.3: Data UUD dan Peraturan Kawasan Kampung Hamdan (Sumber : survey langsung ke lapangan)


(47)

31

Gambar 3.4: Rekomendasi Analisa UUD dan Peraturan

3.5.2 Analisa View

Gambar 3.5: Data view daerah sekitar Kampung Hamdan (Sumber : Survey langsung ke lapangan)


(48)

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.6: Rekomendasi dari permasalahan analisa view

Gambar 3.7: Rekomendasi dari potensi analisa view

3.5.3 Analisa Sosial dan Budaya

Kebiasaan masyarakat yang suka berkumpul menjadi sorotan utama di Kampung Hamdan ini. Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa suka


(49)

33

berkumpul untuk melakukan interaksi dengan tetangga ataupun warga sekitar. Area berkumpul warga pun tersebar di banyak tempat, mulai dari area tepi sungai, warung-warung makan, area ruang terbuka, bahkan pada jalan di dalam tapak.

Gambar 3.8: Gambar kegiatan masyarakat di tepi Sungai Deli

Kegiatan yang mereka lakukan juga cukup beragam, misalnya apabila berkumpul di sungai mereka melakukan beberapa kegiatan seperti mandi, mencuci baju, memancing, bahkan melakukan pembuangan akhir seperti buang air bahkan buang sampah. Bisa dibayangkan bagaimana tercemarnya air sungai apabila pembuangan itu tetap berlangsung walaupun kegiatan pokok masyarakat di sungai lebih mengutamakan air yang bersih dan sehat karena akan digunakan untuk konsumsi langsung seperti mandi bahkan minum.

Dilihat dari kebiasaan warga Kampung Hamdan yang tingkat sosialnya sangat tinggi maka direncanakan untuk menyediakan ruang-ruang terbuka komunal sebagai fasilitas untuk menampung kegiatan warga.


(50)

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.9: Rekomendasi dari analisa sosial dan budaya

3.5.4 Analisa Sirkulasi

Pada kawasan Kampung Hamdan ini terdapat banyak sekali jalan kecil yang hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki dan sepeda motor. Bahkan becak, yang sebagian besar warga gunakan sebagai kendaraan yang mendukung pekerjaan mereka di kawasan tersebut sebagai penarik becak harus diparkirkan di rumah warga atau area terbuka yang berada di pinggiran tapak yang berdekatan dengan


(51)

35

jalan primer karena jalan di dalam tapak yang tidak dapat dilalui akibat padatnya pemukiman penduduk.

Gambar 3.10: Gambar situasi jalan pada tapak

Karena terlalu banyaknya jalan kecil yang berada di kawasan ini, apabila berada di kawasan ini bisa saja orang tersesat dan tidak tahu jalan untuk keluar. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 3.10. Perbatasan antar rumah warga pun juga bisa digunakan sebagai jalur yang dapat ditembus untuk menuju suatu daerah. Apabila orang yang baru saja berkunjung ke daerah ini pasti merasakan seperti ada di sebuah labirin yang tidak ketahui di mana ujungnya karena setiap sela rumah warga pasti dapat ditembus. Jalur ke sungai pun tidak dapat diketahui dengan pasti karena tertutup oleh rumah warga. Jalan primer pada kawasan ini terletak pada jalan sekitar tapak yaitu, Jalan Ir. H. Juanda, Jalan Samanhudi, dan Jalan Multatuli. Jalan sekundernya merupakan gang-gang kecil yang terdapat di dalam tapak yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan beroda empat.


(52)

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.11: Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki


(53)

37

3.5.5 Analisa Kebisingan

Gambar 3.13: Data Analisa Kebisingan

Bagian tapak yang menghadap ke sumber kebisingan diusahakan terletak pada penzoningan yang tidak memerlukan ketenangan misalnya ruang publik. Pada bagian site yang menghadap sumber kebisingan terutama daerah di pinggir jalan diberikan buffer misalnya tanaman. Peletakan bangunan agak menjauhi sumber kebisingan juga dapat dilakukan.


(54)

Universitas Sumatera Utara

3.6. Konsep Kawasan 3.6.1 Konsep Zoning Tapak

Penzoningan pada tapak terdiri dari 3, yaitu publik, privat, dan ruang hijau. Zona-zona ini diletakan sesuai dengan urutan keintimannya. Zona publik diletakan dekat dengan jalan dimaksudkan untuk memudahkan sirkulasi dan pencapaiannya. Zona privat diletakkan lebih kedalam dekat dengan sungai dimaksudkan untuk menjaga keprivasian dan keamanan. RTH diletakan ditengah dimaksud sebagai pusat site, sebagai penghubung dan pedoman site.

Gambar 3.15: Zoning Hirarki

Penzoningan fungsi-fungsi ditentukan berdasarkan fungsinya, pencapaian, jarak antar fungsi yang saling membutuhkan, view, orientasi dan keprivasiannya.


(55)

39

Gambar 3.16: Zoning Fungsi

KETERANGAN 1. Pasar

2. Parkir 3. Rusun 4. Sekolah 5. RTH

6. Sport ground

7. Pusat Olahraga 8. Parkir

9. Pusat seni dan budaya

10. Taman komunitas 11. Plaza

12. Sungai Deli 13. Pusat kuliner


(56)

Universitas Sumatera Utara

Hubungan kedekatan antar fungsi yang membantu dalam penentuan perletakan fungsi dalam tapak.

Gambar 3.17: Matriks

Alur ruang dalam site membantu perencanaan sirkulasi dari luar ke dalam site dan dari dalam ke luar site.


(57)

41

3.6.2 Konsep Sirkulasi Tapak a. Konsep Sirkulasi Pejalan Kaki

Pencapaian pejalan kaki ke site dapat melalui pedestrian Jl.Mutatuli, pedestrian Jl.Juanda dan pedestrian Jl.Samanhudi. Adanya pedestrian di sepanjang site yang berbatasan dengan jalan bertujuan untuk memfasilitasi pejalan kaki.

Entrance utama pejalan kaki berada di Jl.Mutatuli. Hal ini dikarenakan intensitas kendaraan yang lebih sedikit dan banyaknya pejalan kaki. Entrance Kedua juga terletak di Jl.Mutatuli. Entrance ketiga dan keempat terletak di Jl Juanda.


(58)

Universitas Sumatera Utara

Konsep sirkulasi pejalan kaki dalam site adalah pejalan kaki dapat

mengakses setiap sudut site sehingga perlunya penghubung sirkulasi pejalan kaki antar fungsi.

Adanya sirkulasi pejalan kaki yang menghubungkan pedestrian Jl.Mutatuli dan perdestrian Jl.Juanda dari dalam site agar memudahkan pejalan kaki

mengakses site.

Site yang terpisah oleh sungai dihubungkan dengan jembatan yang hanya dapat dilalui pejalan kaki.

Gambar 3.20: Konsep sirkulasi pejalan kaki dari dalam ke luar site

b. Konsep Sirkulasi Kendaraan

Pencapaian kendaraan ke site dapat melalui Jl.Mutatuli (2 arah), Jl.Juanda (2 arah) dan Jl.Samanhudi (2 arah). Entrance utama berada di Jl.Mutatuli. Hal ini dikarenakan Jl. Multatuli memiliki intensitas kendaraan yang lebih sedikit.


(59)

43

Konsep sirkulasi dalam kawasan adalah radial dan RTH merupakan pusat dari kawasan. Dengan bentuk site seperti ini sirkulasi radial akan memudahkan dalam pencapaian setiap fungsi dan memperjelas arah sirkulasinya.

Gambar 3.21: Konsep sirkulasi kendaraan dari luar ke dalam site

Sirkulasi radial yang digunakan hanya satu arah. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi sirkulasi yang silang antar kendaraan yang dapat memicu kemacatan.

Entrance kedua dan ketiga hanya digunakan untuk keluar site. Hal ini dimaksudkan untuk memusatkan sirkulasi pada RTH sesuai dengan konsep sirkulasi radial.

Jalur kendaraan yang mengarah ke belakang site dimaksudkan 2 arah. Hal ini bertujuan untuk memudahkan jalur bus dan kendaraan yang berkelilingi dalam site, serta memudahkan akses fungsi rusun dan pusat olahraga.


(60)

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.22: Konsep sirkulasi kendaraan dari dalam ke luar site

3.6.3 Konsep Penataan Kawasan


(61)

45

Keterangan : 1) Parkir Pasar

Diletakkan di area ini agar dekat dengan sirkulasi kendaraan dalam site sehingga akses keluar lebih mudah.

2) Bangunan Pasar

Diletakkan di area ini agar pasar yang merupakan fungsi publik akan lebih mudah dicapai dari luar site dan penghuni rusun.

3) Parkir Sekolah

Diletakkan di area ini agar sirkulasi fungsi ini tidak mengganggu sirkulasi Jl.Multatuli sehingga tidak menimbulkan kemacetan.

4) Bangunan Sekolah

Diletakkan di area ini agar mudah dicapai dari luar site, rusun, dan sekolah mudah mengakses gedung olahraga / gedung kesenian serta fungsi publik ini tidak mengganggu fungsi private.

5) Parkir Rusun

Diletakkan di area ini agar dekat ke entrance ketiga sehingga memudahkan akses keluar masuk rusun.

6) Bangunan Rusun

Diletakkan di area ini untuk menghindari kebisingan dari jalan, memberikan privasi dan memudahkan akses ke semua sudut site

7) Sport ground

Diletakkan di area ini sebagai koneksi fungsi rusun dan gedung olahraga 8) Gedung Pusat Olahraga


(62)

Universitas Sumatera Utara

Diletakkan di area ini untuk memudahkan akses ke dan dari fungsi lain yang berhubungan dengan fungsi ini

9) Taman komunitas

Diletakkan di area ini sebagai ruang koneksi komunitas dari fungsi gedung seni-budaya dan gedung olahraga

10) Parkir Umum

Diletakkan di area ini untuk memudahkan akses parkir dari entrance utama dan agar parkiran mudah diakses dari gedung seni budaya dan gedung olahraga 11) Gedung Pusat Kesenian

Diletakkan di area ini agar mudah terlihat dari tiga jalan sehingga menjadi ikon kawasan dan memudahkan akses dari gedung olahraga ke taman komunitas serta plaza

12) Plaza

Diletakkan di area ini untuk memenuhi peraturan dan UU tentang GSB sungai, sebagai ruang komunal, pelestarian sungai dan sebagai salah satu daya tarik dari kawasan ini

13) Amphitheater

Diletakkan di area ini agar lebih dekat ke pusat seni budaya, taman komunitas, dan plaza.

14) Pasar Kuliner

Diletakkan di area ini sebagai wadah untuk warga yang berdagang kaki lima dan akan menjadi karakter dari kawasan ini.


(63)

47

3.6.4 Konsep Bentukan Massa

Konsep bentukan massa memperhitungkan arah view, pencahayaan, sirkulasi, pengudaraan, dan tipikal ruang yang dibutuhkan.

Gambar 3.24: Konsep Bentukan Massa

3.6.5 Konsep Ketinggian Bangunan

Dari segi UU dan peraturan, ketinggian maksimum bangunan di kawasan ini adalah 6 lantai. Bangunan di sekitar tapak memiliki ketinggian 1-5 lantai.

Dalam kawasan ini fungsi yang paling utama adalah rusun sehingga rusunlah yang tertinggi di site yaitu 6 lantai. Oleh karena itu fungsi-fungsi lainnya tidak boleh melebihi tinggi rusun yaitu sekitar 3-4 lantai. Hal ini terlihat pada gambar 3.26 dan gambar 3.27.


(64)

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.25: Konsep Ketinggian Bangunan

Selain itu, dengan adanya perbedaan ketinggian di dalam kawasan diharapkan dapat tercipta skyline dalam kawasan tersebut.

Gambar 3.26: Skyline dari Jalan Ir. H. Juanda


(65)

(66)

Universitas Sumatera Utara BAB IV

HASIL PERANCANGAN KAWASAN


(67)

51


(68)

Universitas Sumatera Utara


(69)

53


(70)

(71)

55


(72)

(73)

57

BAB V

PENGANTAR FUNGSI

Pada perancangan ini diasumsikan permukiman padat kampung hamdan merupakan salah satu proyek pemerintah dalam usaha merevitalisasi permukiman

kumuh. Kawasan ini nantinya akan berubah nama menjadi ‘Kawasan Terpadu Hamdan’.

Pada kawasan ini akan dibangun sekolah, rusun, pasar, gedung olahraga, dan gedung kesenian yang bertujuan untuk mengalokasi permukiman penduduk serta meningkatkan perekonomian di daerah tersebut. Tema yang digunakan pada kawasan ini adalah urban regeneration.

Pada skripsi ini, penulis lebih membahas tentang bangunan sekolah yang akan dirancang pada kawasan ini. Sekolah yang akan dirancang merupakan sekolah national plus SD-SMP.


(74)

(75)

59

BAB VI

ISU SEKOLAH NATIONAL PLUS

6.1. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang terdapat dalam peraancangan Sekolah Negeri di Kawasan Terpadu Hamdan ini adalah :

1. Bagaimana meningkatkan sarana fisik pendidikan agar dapat membantu proses belajar dan mengajar.

2. Bagaimana memanfaatkan kondisi tapak agar dapat menjadi fungsional dalam menambah pengetahuan siswa.

3. Bagaimana menerapkan tema yang digunakan pada bangunan sekolah. 4. Bagaimana mengintegrasikan keadaan bangunan sekitar dalam desain. 6.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dilaksanakannya perancangan ini adalah :

 Merancang sekolah national plus di kota Medan, khususnya di Kawasan Terpadu Hamdan agar rakyat mampu bersaing pada era globalisasi ini.

 Menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung proses pembelajaran anak-anak yang bersekolah di sekolah ini.

 Memberikan keringanan biaya terhadap anak-anak yang kurang mampu, khususnya anak-anak yang tinggal di rusun Kawasan Terpadu Hamdan untuk tetap dapat bersekolah.


(76)

Universitas Sumatera Utara

6.3. Metode Perancangan 6.3.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan perancangan yang dapat dilakukan untuk pemecahan masalah perancangan ini adalah :

 Melakukan survei terhadap lokasi tapak.

 Melakukan studi pustaka yang berhubungan dengan judul dan tema untuk mendapatkan informasi.

 Melakukan studi literatur mengenai sekolah dari buku dan internet. 6.3.2 Lingkup/ Batasan Perancangan

Batasan proyek digunakan dalam menentukan sejauh mana kajian yang akan dilakukan. Batasan dalam proyek perancangan ini adalah:

 Hanya membahas masalah-masalah yang dihadapi dalam merancang sebuah sekolah.

 Kajian arsitektur akan dibatasi oleh tema dalam penyelesaian kasus ini yaitu arsitektur kontemporer.

6.3.3 Asumsi

Oleh karena kasus perancangan bersifat fiktif, maka diperlukan beberapa asumsi sebgai dasar perencanaan dan perancangan yaitu:

a. Proyek ini merupakan proyek pemerintah yang dijual kepada pihak swasta b. Dalam proyek ini, fungsi telah ditetapkan oleh pemerintah

c. Dana tidak terbatas

d. 75% dari total siswa yang belajar di sekolah tersebut merupakan anak dengan latar belakang ekonomi menengah ke atas


(77)

61

e. 25% dari total siswa yang belajar di sekolah tersebut merupakan anak-anak yang tinggal di rusun Kawasan Terpadu Hamdan dan mendapatkan beasiswa khusus


(78)

(79)

63

BAB VII

DESKRIPSI PERANCANGAN SEKOLAH NATIONAL PLUS

7.1. Definisi dan Spesifikasi Judul Bangunan

Sekolah Nasional Plus adalah sekolah-sekolah yang menggunakan kurikulum Nasional Indonesia dan kurikulum lain misalnya kombinasi dengan kurikulum dari negara lain atau dari badan akreditasi tertentu.

Spesifikasi yang digunakan oleh ANPS (Association of National Plus Schools) untuk menilai apakah sebuah sekolah bisa digolongkan sebagai sekolah Nasional Plus adalah sebagai berikut:

a. Kebijakan dan Prosedur Sekolah yaitu visi dan misi sekolah serta struktur manajemen, kebijakan, proses dan prosedur di dalam sekolah tersebut.

b. Lingkungan dan Kebudayaan Indonesia yaitu pengetahuan serta penghargaan mengenai nilai & keragaman budaya serta lingkungan hidup di Indonesia. c. Bahasa Pengantar yang digunakan adalah bahasa Inggris dan Indonesia.

d. Pengembangan Profesional yaitu komitmen sekolah untuk mengembangkan karyawannya secara berkesinambungan.

e. Hasil Pembelajaran yaitu pengembangan dan penggunaan kurikulum nasional & internasional.

f. Program Pembelajaran dan Pengajaran yaitu program pendidikan, metode pengajaran serta cara penilaian siswa.


(80)

Universitas Sumatera Utara

g. Sumber Daya dan Fasilitas Kecukupan sumber daya dan fasilitas untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan seperti rasio guru dan murid serta standar keamanan.

7.2. Tema Bangunan

7.2.1 Alasan Pemilihan Tema

Tema bangunan yang terdapat dalam suatu kawasan harus memiliki ciri yang sama. Mengingat Kawasan Terpadu Hamdan berada di pusat kota serta bentuk bangunan yang perlu disesuaikan dengan fungsi-fungsi bangunan dalam kawasan ini, maka tema bangunan yang cocok digunakan pada kawasan ini adalah arsitektur kontemporer.

Dengan estetika bangunan, orang-orang akan tertarik untuk datang ke kawasan ini, serta murid-murid yang bersekolah di Sekolah National Plus Hamdan akan lebih bersemangat untuk belajar di sekolah tersebut. Selain estetika bangunan, fungsi dan struktur di dalam bangunan juga perlu diperhatikan.

7.2.2 Pengertian Arsitektur Kontemporer

Beberapa pengertian Arsitektur Kontemporer adalah sebagai berikut:

 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arsitektur adalah seni bangunan sedangkan kontemporer adalah masa kini, kekinian atau dewasa ini. Jadi dapat disimpulkan bahwa Arsitektur Kontemporer adalah seni bangunan yang sedang berkembang sekarang atau masa kini.

 Menurut Konemann dalam bukunya yang berjudul “World of Contemporary

Architecture XX”, Arsitektur Kontemporer adalah suatu gaya arsitektur yang


(81)

65

kemajuan teknologi dan juga kebebasan dalam mengekspresikan suatu gaya arsitektur, berusaha menciptakan suatu kenyataan yang nyata-terpisah dari suatu komunitas yang tidak seragam.

 Menurut Sumalyo dalam bukunya “Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX”. Arsitektur Kontemporer adalah bentuk-bentuk aliran arsitektur yang tidak dapat dikelompokkan dalam suatu aliran arsitektur atau sebaliknya berbagai arsitektur tercakup di dalamnya.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan pengertian Arsitektur Kontemporer, yaitu:

“Arsitektur Kontemporer adalah aliran arsitektur yang lahir pada akhir abad XX dan memiliki kebebasan berekspresi dan berusaha untuk menampilkan suatu yang berbeda dari komunitas di sekitarnya yang merupakan sebuah aliran baru atau penggabungan dari beberapa aliran arsitektur.”

7.2.3 Interpretasi Arsitektur Kontemporer

Menurut Konemann, ciri-ciri Arsitektur Kontemporer, yaitu:

 Ekspresi bangunan bersifat subjektif

 Kontras dengan lingungan sekitar

 Bentuk simple namun berkesan kuat

Menurut Laporan Mata Kuliah Seminar Arsitektur mengenai Arsitektur Kontemporer di Bali, ciri-ciri Arsitektur Kontemporer dibagi berdasarkan 3 faktor penentu, yaitu sebagai berikut:


(82)

Universitas Sumatera Utara

 Menggunakan bahan-bahan yang baru berkembang dan terkesan artificial (buatan atau hasil pabrikasi).

 Faktor Warna

 Dominasi satu warna

 Menggunakan warna-warna monokromatik  Mencolok dari lingkungan sekitar

 Faktor Bentuk

 Bermain dengan bentuk geometris  Bentuk simple, tegas dan dinamis

 Cenderung mencolok dari lingkungan sekitar  Personal dan ekspresi yang subjektif

 Cenderung tidak menggunakan ornamen  Mengekspresikan teknologi

 Teori elementer (ukuran kolom, balok, dinding, perbadingan panjaang dan lebar, dan lain-lain) tidak diperhitungkan lagi

Dari kedua rincian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa interpretasi tema Arsitektur Kontemporer yang akan digunakan pada bangunan sekolah, yaitu sebagai berikut:

 Bentuk sederhana, tapi kuat dan dinamis

 Menggunakan warna-warna monokromatik

 Terlihat mencolok dibandingkan dengan lingkungan sekitarnya


(83)

67

7.3. Studi Banding Bangunan 7.3.1 Studi Banding Fungsi Sejenis 1. SMP Negeri 1 Medan

SMP Negeri 1 Medan adalah salah satu Sekolah Menengah Pertama Negeri yang ada di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia terletak di Jalan Bunga Asoka no 6, Medan. Sama dengan SMP pada umumnya di Indonesia masa pendidikan sekolah di SMPN 1 Medan ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran, mulai dari Kelas VII sampai Kelas IX.

a. Jumlah Siswa

Jumlah Siswa Kelas VII adalah 398 orang Jumlah Siswa Kelas VII adalah 248 orang Jumlah Siswa Kelas VII adalah 216 orang Total Siswa di SMP Negeri 1 adalah 862 orang b. Jumlah Tenaga Pengajar dan Pegawai

Jumlah Tenaga Pengajar : 73 orang Jumlah Tenaga Tata Usaha : 6 orang Jumlah Tenaga Perpustakaan : 1 orang Jumlah Tenaga Laboran : 1 orang


(84)

Universitas Sumatera Utara

c. Jumlah Beban Belajar

Kelas VII : 38 jam per minggu Kelas VIII : 38 jam per minggu Kelas IX : 38 jam per minggu d. Fasilitas

 Laboratorium Komputer  Laboratorium Bahasa  Laboratorium IPA  Kantor Kepala Sekolah  Kantor Wakil Kepala Sekolah  Kantor Guru

 Sanggar Pramuka Gugus Depan 17509 – 17510

 Lapangan Sepak Bola  Lapangan Basket  Lapangan Voli  Kantin

 Ruang UKS

 Ruang Bimbingan Konseling  Ruang Seni Musik

 Ruang Seni Lukis  Ruang Tari  Aula

 Musholla  Koperasi

 Taman Sanggar pramuka  Ruang Tata Usaha

 Ruang Pengelolaan Sampah 3R  English Corner


(85)

69

Lapangan Voli Lapangan Sepak Bola

Ruang Kelas Ruang 3R (Reduce, Reuse, Recyle)

Aula Perpustakaan


(86)

Universitas Sumatera Utara

e. Kegiatan Pembiasaan Sekolah

Bintal Setiap Hari Jumat Lomba Kebersihan Kelas f. Kegiatan Ekstrakulikuler Sekolah

Pramuka Palang Merah Remaja Sepak Bola

Tari Menanam tumbuhan Paskibra Tanggapan:

1. SMP Negeri 1 Medan mempunyai lahan yang sangat luas sehingga dapat memiliki 3 lapangan olahraga. Sebaiknya ada lapangan yang digabung fungsinya sehingga dapat menampung fungsi lainnya ataupun memanfaatkan bangunan yang berada di dalam kawasan.

2. SMP Negeri 1 Medan mempunyai fasilitas yang lumayan lengkap.

3. Bentuk dan fasad bangunan termasuk monoton, seperti sekolah-sekolah pada umumnya.


(87)

71

2. SD-SMP Holy Faithful Obedient National Plus School

SD-SMP Holy Faithful Obedient National Plus School adalah salah sekolah swasta yang ada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia terletak di Jalan Kamboja no 18, Depok. Sekolah ini menggunakan kurikulum Singapore dan KTSP, serta menyelenggarakan pendidikan yang professional, Kristiani, dan berwawasan global dalam iptek, seni, dan sains.

a. Jumlah Siswa

Jumlah Siswa SD adalah 397 orang Jumlah Siswa SMP adalah 58 orang b. Tenaga Pengajar

Tenaga Pengajar di sekolah ini merupakan sarjana (S1) c. Fasilitas

 Laboratorium Komputer  Laboratorium Bahasa  Laboratorium IPA  Kantin yang steril  Toilet yang bersih  Perpustakaan

Ruang Seni

Ruang Kelas Full AC Studio Musik

Lapangan Bermain Aula


(88)

Universitas Sumatera Utara

d. Aktivitas

Seni Paskibra Tanggapan:

1. Bentuk dan fasad bangunan termasuk monoton, seperti sekolah-sekolah pada umumnya.

2. Memanfaatkan fungsi bangunan yang ada di dalam kawasan sebagai penunjang fasilitas sekolah.

3. Bangunan SD dan SMP terdapat dalam satu gedung. 3. Binus International School Simprug


(89)

73

Binus International School Simprug terletak di Jalan Sultan Iskandar Muda Kav. G-8, Jakarta.. Sekolah ini terdiri atas beberapa tingkat yaitu TK, SD, SMP, dan SMA. Bangunan sekolah terdiri atas 9 lantai dan 2 basement.

Fasilitas:

 Lapangan basket indoor dan lapngan bulu tangkis

 Playground

 Laboratorium Komputer  Laboratorium IPA  Studio Musik  Pusat Drama

 Ruangan Full AC  Loker

 Klinik Kesehatan  Tempat Konselor

 Konektivitas Wi-Fi yang dapat diakses pada segala area di sekolah

Ruang Tari Lapangan basket Ruang Seni

Ruang Musik Ruang Menggambar Lab Komputer


(90)

Universitas Sumatera Utara

Tanggapan:

1. Penggunaan basement pada bangunan untuk menghindari kemacetan yang sering terjadi di sekolah.

2. Penyediaan fasilitas yang lengkap serta modern.

3. Desain pada fasad bangunan agak berbeda dengan desain sekolah pada umumnya.

7.3.2 Studi Banding Tema Sejenis 1. Habitat 67 di Montreal, Kanada

Habitat 67 terdiri 354 prefabrikasi konkrit identik yang disusun dalam berbagai kombinasi, dengan tinggi mencapai 12 lantai. Bangunan ini membentuk 146 tempat tinggal dari berbagai ukuran dan konfigurasi, masing-masing terbentuk dari satu sampai delapan unit beton terkait. Kompleks awalnya berisi 158 apartemen, tetapi beberapa apartemen telah digabung untuk membentuk unit yang lebih besar. Setiap unit terhubung ke setidaknya satu teras pribadi, yang dengan ukuran antara 20 sampai 90 m2. Project yang impresif ini memiliki tema kekokohan/kekekaran dan memiliki konsep bangunan masa depan pada interior, pilar lift, plaza, jalan pedestrian, dan teras gantung. Ukuran kamar tidur bervariasi dari 1 bedroom(luas: 56 m2) sampai dengan 4 bedroom (luas: 167,5 m2). Untuk keseluruhan terdapat 15 macam variasi tipe rumah, setiap residence memiliki


(91)

75

kebun di atap masing-masing. Area bermain anak2 juga disediakan di dalam komplek hunian ini.

Pada bangunan ini juga terdapat 3 lift utama, sebagai transportasi vertical, lift ini berhenti pada setiap 4 lantai, untuk melayani akses ke jalan pedestrian, dan selanjutnya dari jalan tersebut terhubung ke hunian masing-masing.

Pada bulan Maret 2012, Habitat 67 memenangkan secara online polling Arsitektur Lego dan merupakan kandidat yang akan ditambahkan ke daftar bangunan terkenal yang menginspirasi khususnya replika Lego. Blok lego benar-benar digunakan dalam perencanaan awal untuk Habitat; menurut perusahaan Safdie ini, "model awal proyek yang dibangun menggunakan Lego dan iterasi berikutnya juga dibangun dengan Lego".

Habitat 67 menggunakan gaya arsitektur kontemporer, sehingga bangunan ini tidak terlihat monoton dan mempermainkan lekukan pada fasadnya. Ruangan-ruangan disusun secara acak seperti dalam Lego sehingga menciptakan sesuatu yang berbeda. Habitat 67 juga didesain dengan satu warna yang monokromatik dan menggunakan bentuk yang simple yaitu kubus yang juga melambangkan pengetahuan, kejujuran dan kesempurnaan moral.


(92)

Universitas Sumatera Utara

Apartemen Harbour Isle dirancang oleh arsitek Denmark Lundgaard & Tranberg. Bangunan apartemen ini memiliki pemandangan laut yang indah dan merupakan bagian dari daerah Havneholmen baru Kopenhagen, yang dikenal sebagai bekas kawasan industri yang telah berubah menjadi daerah pemukiman dan bisnis.

Proyek bangunan apartemen ini terdiri dari 236 apartemen di dua blok yang berbentuk U dengan halaman dalam yang terbuka ke pelabuhan. Fasad bangunannya yang di desain persegi dan dengan bentuk-bentuk susunan yang tidak beraturan menbuat mata tergelitik untuk melihatnya, ditambah dengan warnanya yang keseluruhan putih dengan partisi kaca yang tipis membuat bangunan tampak elegan.

Arsitek Lundgaard & Tranberg telah mencampurkan fasad dan atap dalam kerangka rencana perkotaan yang didirikan, menciptakan interaksi komposisi atap miring dan rendah serta roof garden. Ada berbagai macam unit perumahan dalam kompleks yang terdiri dari Gate House, Townhouse, Garden House, Canal House dan Menara apartemen yang terlihat di fasad, balkon dan teluk.

Apartemen Harbour Isle menggunakan tema arsitektur kontemporer pada desain bangunannya. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan material kaca, warna bangunan yang berwarna putih serta penggunaan bentuk bangunan yang sederhana


(93)

77

7.4. Data Site

Gambar 7.1: Data bangunan sekitar

7.5. Analisa

7.5.1 Analisa Sirkulasi

Sirkulasi menuju site dapat dilalui dari Jalan Multatuli maupun dari dalam Kawasan Terpadu Hamdan. Sirkulasi dari dalam kawasan dapat dicapai dengan kendaraan mobil, sepeda motor, maupun bus dalam kawasan. Sirkulasi menuju sekolah biasanya sering sekali mengalami kemacetan. Hal ini dikarenakan banyak kendaraan yang sering parkir sembarangan karena tidak tersedianya tempat parkir


(94)

Universitas Sumatera Utara

pada sekolah dan tidak tersedianya area drop off untuk menaikkan maupun menurunkan anak. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu adanya area drop off yang disediakan oleh sekolah serta penambahan parkir pada sekolah. Bila lahan sekolah kurang untuk memuat parkir yang banyak, sekolah dapat menyediakan basement sebagai tempat parkir.

Gambar 7.2: Masalah, potensi dan rekomendasi analisa sirkulasi

7.5.2 Analisa Kebisingan

Tingkat kebisingan sangat mempengaruhi proses pembelajaran di sekolah. Sekolah tentunya memerlukan ketenangan agar murid-murid dapat berkonsentrasi untuk belajar. Sekolah berbatasan dengan pasar, Jalan Multatuli, dan RTH yang tingkat kebisingannya tinggi. Akan tetapi, Jalan Multatuli tidak dilalui oleh angkutan umum sehingga Jalan Multatuli memiliki tingkat kebisingan yang tinggi pada saat-saat tertentu, begitu pula dengan RTH. Untuk mengatasi hal tersebut, dapat ditanam vegetasi pohon di sekitar tapak yang ingkat kebisingannya tinggi untuk meredam suara bising ataupun menggunakan material dinding bangunan yang dapat meredam kebisingan atau menggunakan kisi-kisi pada bangunan.


(95)

79

Gambar 7.3: Masalah, potensi dan rekomendasi analisa kebisingan

7.6. Program Ruang

7.6.1 Analisa Kegiatan dan Pemakai Diagram Alur Kegiatan

a. Siswa


(96)

Universitas Sumatera Utara

b. Guru

Diagram 7.2: Diagram alur kegiatan guru

c. Pegawai

Diagram 7.3: Diagram alur kegiatan pegawai

d. Orang Tua


(97)

81

Diagram Alur Pemakai a. Siswa

Diagram 7.5: Diagram alur pemakai siswa

b. Guru


(98)

Universitas Sumatera Utara

c. Pegawai

Diagram 7.7: Diagram alur pemakai pegawai

d. Orang Tua


(99)

83

7.6.2 Analisa Jumlah Pengguna a. Jumlah Siswa

Berdasarkan data penduduk di kawasan ini, anak-anak yang tinggal di kawasan ini terdiri atas:

- SD 104 orang - SMP 132 orang

Dari jumlah tersebut, sekolah diasumsikan akan menampung 4 kali dari jumlah anak yang tinggal di kawasan tersebut.

SD: 4x104 orang = 416 orang dan dibagi menjadi 6 tingkat dengan jumlah siswa pada tiap kelas adalah 24 orang, maka:

 SD Kelas 1 = 416/6 = 69 orang = 3 kelas  SD Kelas 2 = 416/6 = 69 orang = 3 kelas  SD Kelas 3 = 416/6 = 69 orang = 3 kelas  SD Kelas 4 = 416/6 = 69 orang = 3 kelas  SD Kelas 5 = 416/6 = 69 orang = 3 kelas  SD Kelas 6 = 416/6 = 69 orang = 3 kelas

SMP: 4x132 orang = 528 orang dan dibagi menjadi 3 tingkat dengan jumlah siswa pada tiap kelas adalah 28 orang, maka:

 SMP Kelas 1 = 528/3 = 176 orang = 6 kelas  SMP Kelas 2 = 528/3 = 176 orang = 6 kelas  SMP Kelas 3 = 528/3 = 176 orang = 6 kelas b. Jumlah guru


(100)

Universitas Sumatera Utara

Perbandingan jumlah guru dan jumlah murid adalah 1:12 sampai 1:24. Dengan perbandingan tersebut, maka jumlah guru SD adalah 20 orang, dan jumlah guru SMP adalah 40 orang, maka total jumlah guru di sekolah national plus ini adalah 60 orang

Jumlah pengguna dalam sekolah national plus ini adalah:

Pengguna Jumlah

Siswa SD 432

Siswa SMP 504

Pimpinan 2

Staf Laboratorium IPA 1

Staf Laboratorium Komputer 1

Staf Laboratorium Bahasa 1

Staf Tata Usaha 4

Staf Perpustakaan 2

Staf Bagian Konseling 1

Guru 60

Tabel 7.1: Tabel jumlah pengguna

7.6.3 Analisa Kebutuhan Parkir Kebutuhan Ruang untuk

 Bus mini : 15 m2

 Mobil : 12,5 m2

 Sepeda Motor : 2 m2

Berdasarkan data jumlah pengguna:

 Kepala dan Wakil Kepala Sekolah, Guru dan Staf (jumlah= 72 orang)

 40% mobil: 29 buah (362,5 m2)

 50% sepeda motor: 36 buah (72 m2)

 10% menggunakan angkutan umum dan jalan kaki  Siswa (jumlah= 936 orang)


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)