Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3

PENGARUH SISTEM JARAK TANAM DAN METODE
PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI
JAGUNG (Zea mays L.) VARIETAS DK3

SKRIPSI

OLEH :
DIANA PIMA NASUTION
040301017
BDP – AGR

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009


PENGARUH SISTEM JARAK TANAM DAN METODE
PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI
JAGUNG (Zea mays L.) VARIETAS DK3

SKRIPSI

Oleh
DIANA PIMA NASUTION
040301017
BDP – AGR

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Medan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN

2009
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009

Judul Skripsi

: Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode
Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3

Nama

: Diana Pima Nasution

NIM

: 040301017

Departemen


: Budidaya Pertanian

Program Studi

: Agronomi

Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing

Disetujui Oleh :

Disetujui Oleh :

(Ir. Edison Purba, Ph.D)
Ketua Komisi Pembimbing
NIP. 131 570 441

(Ir. Sabar Ginting, MS)
Anggota Komisi Pembimbing

NIP. 130 535 855

Mengetahui,

(Ir. Edison Purba, Ph.D)
Ketua Departemen
NIP. 131 570 441
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009

ABSTRACT

This research is proposed to find out the influenced of row space system and method
of weeding on growth and production of maize (Zea mays L.), DK3 variety. The
research was held in Namo Rambe Village, started from Juni 2008 until September
2008. The design use Separated Design Frame with 2 aspects. The first aspect as a
mainframe is row space system consist of three stages, those are single row
(25 cm x 60 cm), double row (25 cm x 25 cm x 60 cm) and triangle row ( 25 cm x
25 cm x 25 cm). The second factor as subordinate frame is the method of weeding

consist of five (5) method , without weeding, clean weeding, manual weeding,
chemist weeding with glifosat and chemist weeding with paraquat. Row space
system perform real effects to plant height 8 MST, production per plant, percentage
of plant with two ears per plot, and production per hectare, but not gave any
influenced to plan height 2, 4, and 6 MST, amount of chlorofil, 100 grain weight,
harvest indeks, percentage of maize damage, and percentage of maize heal. The
method of weeding really influenced on plant height 4, 6 and 8 MST old, age of
tasseling, 100 grain weight, production per plant, percentage of plant with two ears
per plot, and production perhectare, but not influenced on plant height 2 MST,
amount of chlorofil, harvest indeks, percentage of maize damage and percentage of
maize heal. The interaction between row space system with method of weeding give
real effect on percentage of plant with two ears per plot and production per plant, but
do not give real effect on plant height 2, 4, 6 and 8 MST, amount of chlorofil, age of
tasseling, 100 grain weight, production per plant, production per hectare, harvest
index, percentage of maize damage and percentage of maize heal.
Keywords: row space system, method of weeding, maize..

i
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam
Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap

Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem jarak tanam dan Metode
pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung
(Zea mays L.) varietas DK3. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Namo Rambe, dimulai
pada bulan Juni 2008 dan selesai pada bulan September 2008. Rancangan yang
digunakan adalah Rancangan Petak Terpisah faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor
pertama sebagai petak utama adalah sistem jarak tanam terdiri dari 3 taraf yaitu satu
baris (25 cm x 60 cm), dua baris (25 cm x 25 cm x 60 cm) dan baris segitiga (25 cm x
25 cm x 25 cm). Faktor kedua sebagai anak petak adalah metode pengendalian gulma
terdiri dari 5 taraf, yaitu tanpa penyiangan, bebas gulma, pengendalian manual,
pengendalian kimia dengan disemprot paraquat, dan pengendalian kimia dengan
disemprot glifosat. Sistem Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 8
MST, produksi per tanaman, persentase jumlah tanaman bertongkol dua per tanaman,
dan produksi per hektar, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2, 4,
dan 6 MST, jumlah klorofil, umur berbunga, bobot 100 biji, nilai indeks panen,
persentase kerusakan tanaman jagung dan persentase pemulihan tanaman jagung.

Metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4, 6, dan 8
MST, umur berbunga, bobot 100 biji, produksi per tanaman, persentase jumlah tanaman
bertongkol dua per plot, dan produksi per hektar, tetapi berpengaruh tidak nyata
terhadap tinggi tanaman 2 MST, jumlah klorofil, nilai indeks panen, persentase
kerusakan tanaman jagung dan persentase pemulihan tanaman jagung. Interaksi antara
sistem jarak tanam dengan metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap
persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot dan produksi per hektar, tetapi tidak
nyata terhadap tinggi tanaman 2, 4, 6 dan 8 MST, jumlah klorofil, umur berbunga, bobot
100 biji, produksi per tanaman, persentase kerusakan tanaman jagung dan persentase
pemulihan tanaman jagung.
Kata kunci : sistem jarak tanam, metode pengendalian gulma, jagung.

ii
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam
Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009

RIWAYAT HIDUP


Diana Pima Nasution, lahir pada tanggal 18 September 1986 di Medan,
Kelurahan Pangkalan Mashur, Kecamatan Medan Johor, Kotamadya Medan,
Provinsi Sumatera Utara, anak ke-2 dari 5 bersaudara, puteri dari ayahanda
Pijor Nasution dan ibunda Duma Sari Rambe.
Adapun pendidikan yang pernah ditempuh hingga saat ini adalah Pendidikan
Dasar di SD Swasta Al-Azhar Medan lulus tahun 1998, Pendidikan Menengah
Pertama di SLTP Swasta Al-Azhar Medan lulus tahun 2001, Pendidikan Menengah
Atas di SMU Negeri 1 Medan lulus tahun 2004 dan terdaftar sebagai mahasiswa
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2004 melalui
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Budidaya Pertanian
Program Studi Agronomi.
Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) periode Juni 2007 sampai Juli
2007 di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir,

Kabupaten

Simalungun.

iii
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam

Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh

Sistem Jarak Tanam dan Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3” yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Penelitian dan skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adaya bantuan
dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang telah memberi dukungan serta motivasi baik
materil maupun spiritual. Kepada ayah dan mama penulis menyampaikan rasa
sayang yang terdalam atas semua perjuangan yang diberikan.

2. Bapak Ir. Edison Purba, Ph.D sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan
Ibu Hj. Ir. Sabar Ginting, MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah
memberi banyak saran, petunjuk, bimbingan, arahan serta kepercayaan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.
iv
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam
Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009

3. Kepada Kakak Timah, Andi, Efrida, dan Dewi serta Danil dan Susi yang telah
memberikan semangat, bantuan, kritik, saran dan menampung keluh kesah
penulis selama melaksanakan penelitian serta menyelesaikan skripsi ini.
4. Kepada teman-teman: Ophi, Sylvia, Toto, Gugun, Benget, Dinan, Papao, Wulan,
Imong, Ati, Ani, Lia, Mono, Sony, Penger, Mamang, Difa, Eko dan seluruh
keluarga besar HIMADITA atas semangat, doa, motivasi, dan rasa kekeluargaan
yang telah membantu penulis selama perkuliahan, penelitian dan penyusunan
skripsi ini

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Februari 2009

Penulis

v
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam
Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

ABSTRACT ..............................................................................................i
ABSTRAK ................................................................................................ii
RIWAYAT HIDUP...................................................................................iii
KATA PENGANTAR ..............................................................................iv
DAFTAR ISI .............................................................................................vi
DAFTAR TABEL .....................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..............................................................................1
Tujuan Percobaan..........................................................................2
Hipotesa Percobaan .......................................................................3
Kegunaan Percobaan .....................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Jarak Tanam ......................................................................4
Kompetisi .....................................................................................6
Pengendalian Gulma .....................................................................8
Herbisida.......................................................................................10
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan .......................................................13
Bahan dan Alat..............................................................................13
vi
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam
Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009

Metode Percobaan .........................................................................13
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Persiapan Lahan ............................................................................16
Penanaman ....................................................................................16
Pemeliharaan.................................................................................17
Penyulaman ..........................................................................17
Pemupukan...........................................................................17
Penyiraman ..........................................................................17
Pengendalian Gulma .............................................................17
Pengendalian Hama dan Penyakit .........................................18
Panen .............................................................................................18
Pengeringan dan Pemipilan...................................................18
Pengamatan Parameter ..................................................................18
Tinggi Tanaman ...................................................................18
Jumlah Klorofil Daun Jagung ...............................................19
Umur Berbunga ....................................................................19
Persentase Jumlah Tanaman Bertongkol Dua Perplot............19
Bobot 100 Biji ......................................................................19
Nilai Indeks Panen................................................................19
Produksi per Tanaman ..........................................................19
Produksi per Hektar ..............................................................20
Persentase Kerusakan Tanaman Jagung ................................20
Persentase Pemulihan Tanaman Jagung ................................20
Gulma dalam Barisan ...........................................................21
Gulma antar Barisan .............................................................21
Bobot Kering Gulma dalam Barisan .....................................21
Bobot Kering Gulma antar Barisan .......................................22
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil .............................................................................................23
Pembahasan ..................................................................................48
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ...................................................................................55
Saran.............................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam
Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

NO

JUDUL TABEL

HALAMAN

1

Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode
Pengendalian Gulma Terhadap Tinggi Tanaman Jagung
umur 2, 4, 6 dan 8 MST…………………………………. 23

2

Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode
Pengendalian Gulma Terhadap Jumlah Klorofil………… 25

3

Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode
Pengendalian Gulma Terhadap Umur Berbunga………... 26

4

Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode
Pengendalian Gulma Terhadap Bobot 100 Biji…………. 27

5

Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode
Pengendalian Gulma Terhadap Produksi Pertanaman…... 28

6

Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode
Pengendalian Gulma Terhadap Persentase Jumlah
Tanaman bertongkol dua perplot………………………… 30

7

Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode
Pengendalian Gulma Terhadap Produksi Perhektar……... 32

8

Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode
Pengendalian Gulma Terhadap Nilai Indeks Panen…….. 34
viii

Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam
Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009

9

Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode
Pengendalian Gulma Terhadap Persentase Kerusakan
Tanaman Jagung…………………………………………. 35

10

Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode
Pengendalian Gulma Terhadap Persentase Pemulihan
Tanaman Jagung…………………………………………. 35

11

Data Identifikasi Gulma Dalam Barisan Sebelum
Perlakuan………………………………………………… 36

12

Data Identifikasi Gulma Dalam Barisan Saat Panen…….

13

Data Suksesi Identifikasi Gulma Dalam Barisan Sebelum
Perlakuan dan Saat Panen………………………….......... 39

14

Data Identifikasi Gulma Antar Barisan Sebelum
Perlakuan………………………………………………… 40

15

Data Identifikasi Gulma Antar Barisan Saat Panen……...

16

Data Suksesi Identifikasi Gulma Antar Barisan Sebelum
Perlakuan dan Saat Panen……………………………….. 44

17

Data Bobot Kering Gulma Dalam Barisan………………. 45

18

Data Bobot Kering Gulma Antar Barisan………………

37

42

47

ix
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam
Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009

DAFTAR GAMBAR

NO

JUDUL GAMBAR

HALAMAN

1

Bagan Sistem Jarak Tanam………………………………...

16

2

Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Tinggi Tanaman 8
MST……………………………………………………
24

3

Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Tinggi
Tanaman umur 8 MST…………………………………..
25

4

Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Umur
Berbunga…………………………………………………
26

5

Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Bobot
100 Biji…………………………………………………...
28

6

Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Produksi Per
Tanaman…………………………………………………… 29

7

Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi
Per Tanaman………………………………………………. 29

8

Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Persentase Jumlah
Tanaman Jagung Bertongkol dua perplot…………
30
x

Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam
Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009

9

Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Persentase Jumlah Tanaman Jagung Bertongkol dua
perplot……………………………………………………… 31

10

Pengaruh Interaksi Sistem Jarak Tanam dan Metode
Pengendalian Gulma Terhadap Persetase Jumlah Tanaman
Bertongkol Dua Per Plot…………………………………... 32

11

Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Produksi
Perhektar…………………………………………………… 33

12

Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi
Per Hektar………………………………………………….. 33

13

Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian
Gulma Terhadap Produksi perhektar………………………. 34

DAFTAR LAMPIRAN

NO
1

JUDUL LAMPIRAN
Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST………………

HALAMAN
59

2

Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST……………

59

3

Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST………………

60

4

Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST……………

60

5

Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST………………

61

6

Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST……………

61

7

Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 MST………………

62

8

Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST……………

62

9

Data Pengamatan Jumlah Klorofil……………………….

63

10

Daftar Sidik Ragam Jumlah Klorofil…………………….

63

xi
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam
Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009

11

Data Pengamatan Umur Berbunga……………………….

64

12

Daftar Sidik Ragam Umur Berbunga…………………….

64

13

Data Pengamatan Bobot 100 Biji………………………...

65

14

Daftar Sidik Ragam Bobot 100 Biji……………………...

65

15

Data Pengamatan Produksi Per Tanaman………………..

66

16

Daftar Sidik Ragam Produksi Per Tanaman……………..

66

17

Data Pengamatan Jumlah Tanaman Jagung Bertongkol dua
67
perplot………………………………………………..

18

Daftar Sidik Ragam Jumlah Tanaman Jagung Bertongkol
67
dua perplot………………………………………………..

19

Data Pengamatan Produksi Per Hektar…………………..

68

20

Daftar Sidik Ragam Produksi Per Hektar………………..

68

21

Data Pengamatan Nilai Indeks Panen……………………

69

22

Daftar Sidik Ragam Nilai Indeks Panen…………………

69

23

Data Pengamatan Persentase Kerusakan Tanaman Jagung

70

24

Daftar Sidik Ragam Persentase Kerusakan Tanaman
Jagung…………………………………………………….
70

25

Data Pengamatan Persentase Pemulihan Tanaman Jagung

26

Daftar Sidik Ragam Persentase Pemulihan Tanaman
71
Jagung…………………………………………………….

27

Data Pengamatan Gulma Dalam Barisan (Sebelum
Perlakuan)…………………………………………………
72

28

Data Pengamatan Gulma Dalam Barisan (Setelah
Perlakuan)…………………………………………………. 73

29

Data Suksesi gulma Dalam Barisan Sebelum dan Sesudah
Perlakuan…………………………………………………… 74

30

Data Pengamatan Gulma Antar Barisan (Sebelum
Perlakuan)…………………………………………………. 75

71

xii
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam
Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009

31

Data Pengamatan Gulma Antar Barisan (Setelah
Perlakuan)…………………………………………………. 76

32

Data Suksesi gulma Antar Barisan Sebelum dan Sesudah
Perlakuan…………………………………………………… 77

33

Data Pengamatan Bobot Kering Gulma Dalam Barisan…..

78

34

Data Pengamatan Bobot Kering Gulma Antar Barisan……

79

35

Rangkuman Rataan Sistem Jarak Tanam dan Metode
Pengendalian Gulma………………………………………
80

36

Deskripsi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3…

81

37

Analisis Tanah Lahan Penelitian………………………….

82

38

Data Cuaca BMG…………………………………………

83

39

Bagan Plot Penelitian……………………………………...

84

40

Bagan Sistem Jarak Tanam Dalam Plot…………………...

85

41

Jadwal Kegiatan Mingguan………………………………..

86

42

Model Sidik Ragam………………………………………..

87

43

Foto Hasil Tongkol Tanaman Jagung Penelitian………….

88

44

Foto Biji Pipilan Kering…………………………………...

90

45

Foto Brangkasan Kering Tanaman Jagung………………..

91

46

Foto Tanaman Yang Rusak Akibat Perlakuan Herbisida….

92

47

Foto Plot Penelitian……………………………………….

93

xiii
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam
Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009

xiv
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam
Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Di Indonesia jagung merupakan bahan pangan kedua setelah padi. Selain itu,
jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri pakan dan industri lainnya.
Seiring pertambahan penduduk, mengakibatkan permintaan jagung di dalam negeri
terus meningkat dari tahun ke tahun. Untuk memenuhinya, diperlukan langkah
peningkatan produksi jagung.
Menurut Badan Pusat Statistik (2008), produksi jagung di Indonesia tahun
2007 sebesar 13.279.794 ton pipilan kering atau naik sebesar 14,38% dibandingkan
dengan produksi tahun 2006. Kenaikan produksi jagung terutama disebabkan oleh
adanya perubahan varietas yang ditanam petani dari varietas lokal ke varietas
hibrida. Banyak jagung hibrida yang telah dikeluarkan dan salah satunya jagung
hibrida Dekalb varietas DK3 oleh perusahaan Monsanto. Diharapkan, kehadiran
varietas ini bisa membawa dampak positif terhadap peningkatan hasil panen petani
jagung. Sesuai dengan hasil yang diperlihatkan dari demplot di Keltan Pantai
Camin, yang mampu meningkatkan hasil panen dari 6 ton perhektar pada benih
lokal menjadi 10,3 ton perhektar (Yun, 2008).
Selain penggunaan varietas hibrida, altenatif lain yang dapat digunakan
untuk meningkatkan produksi jagung adalah dengan peningkatan populasi melalui
sistem jarak tanam. Sistem jarak tanam yang umum digunakan adalah satu baris, dan
seiring peningkatan permintaan jagung maka mulai diterapkan pertanaman dua baris
karena mampu memberikan hasil yang lebih besar (Stalcup, 2008). Baris segitiga
juga menjadi perhatian petani untuk meningkatkan produksi per satuan lahan.

2

Populasi yang lebih banyak pada baris segitiga meningkatkan produksi berkisar
8,98% dibandingkan satu baris dan 4,59% dengan dua baris (Cox et al, 2006)
Pemakaian varietas hibrida serta penambahan populasi tidak akan
memberikan hasil yang optimal tanpa disertai pengendalian tanaman pengganggu
(gulma). Keberadaan gulma merupakan masalah yang terus menghadang
dalam budidaya jagung. Kehadiran gulma dapat secara nyata menekan pertumbuhan
dan produksi karena menjadi pesaing dalam memperebutkan unsur hara serta
cahaya matahari, sehingga mampu menurunkan produksi sebesar 48 %
(Tanveer et al, 1999).
Untuk mengatasinya telah dilakukan berbagai metode pengendalian seperti
secara mekanis dengan mencabut ataupun membabat, membakar, menggenangi,
memakai mulsa, musuh alami, rotasi tanaman dan penyemprotan herbisida (Fadhly
dan Tabri, 2007). Masing-masing metode tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangan, namun yang sering dilakukan para petani jagung adalah dengan
mekanis serta penggunaan herbisida. Akan tetapi, tidak diketahui secara pasti
metode yang mampu memberikan produksi lebih optimal.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian yang
berjudul pengaruh sistem jarak tanam dan metode pengendalian gulma terhadap
pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays L.) varietas DK3.
Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi sistem jarak tanam dan metode
pengendalian

gulma

yang

optimal

jagung (Zea mays L.) varietas DK3.

terhadap

pertumbuhan

dan

produksi

3

Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh sistem jarak tanam tanam terhadap pertumbuhan dan produksi
jagung (Zea mays L.) varietas DK3
2. Ada pengaruh metode pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan produksi
jagung (Zea mays L.) varietas DK3
3. Interaksi

sistem

gulma

berpengaruh

jarak

tanam

terhadap

tanam

dan

pertumbuhan

metode
dan

pengendalian

produksi

tanaman

jagung (Zea mays L.) varietas DK3
Kegunaan Penelitian
Untuk mendapatkan informasi tentang jarak tanam dan metode pengendalian
gulma yang mampu memberikan pertumbuhan dan produksi jagung yang
optimal agar dapat diterapkan oleh masyarakat.

4

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Jarak Tanam
Produsen jagung terus mencari metode yang dapat meningkatkan hasil lahan,
mengurangi biaya, ataupun kombinasi keduanya. Jumlah tanaman pada lahan,
sebagai akibat kerapatan tanaman ataupun jarak tanam masih menjadi perhatian
selama beberapa dekade. Dengan penambahan kerapatan, maka jarak tanam menjadi
lebih dekat dan meningkatkan persaingan antar tanaman

(Farnham, 1999).

Tajuk tanaman, perakaran serta kondisi tanah menentukan jarak antar
tanaman. Hal ini berkaitan dengan penyerapan sinar matahari dan penyerapan unsur
hara oleh tanaman, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi
tanaman. Tanaman dengan jarak yang lebih sempit mendapatkan sinar matahari dan
unsur hara yang cukup karena persaingan antar tanaman lebih kecil. Seperti yang
didapatkan oleh Barbieri, et al (2000) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
jarak yang lebih sempit mampu meningkatkan produksi secara nyata. Namun, hasil
yang berbeda didapatkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Pedersen and Lauer
(2003) bahwa jarak yang lebih sempit menurunkan produksi hingga 11 %
dibandingkan dengan jarak yang lebih lebar.
Penyebab perbedaan hasil dari pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan
dan produksi jagung belum diketahui secara pasti. Menurut Barbieri et al (2000),
faktor iklim mempengaruhi produksi jagung pada jarak tanam yang berbeda.
Dengan curah hujan yang lebih banyak akan menghasilkan produksi jagung lebih
tinggi pada jarak yang lebih sempit. Namun, berbeda halnya oleh Westgate (1997)

5

yaitu jarak tanam tidak memberikan pengaruh pada produksi jagung karena
tergantung pada intersepsi radiasi sinar matahari.
Dengan jarak tanam yang lebih sempit akan meningkatkan kerapatan
populasi jagung yang diharapkan mampu meningkatkan produksi per satuan luas
lahan. Kerapatan tanam harus diatur dengan jarak tanam sehingga tidak terjadi
persaingan antar tanaman, mudah memeliharanya dan mengurangi biaya. Kerapatan
tanaman mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman, terutama karena
koefisien penggunaan cahaya. Tanaman memberikan respon dengan mengurangi
ukuran baik pada seluruh tanaman maupun pada bagian-bagian tertentu (Setyati,
1983). Sehingga perlu diperhatikan ada kemungkinan akan terjadi penurunan hasil
karena produksi per tanaman akan menurun. Jumlah populasi tanaman per hektar
merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil maksimal. Produksi maksimal
dicapai bila menggunakan jarak tanam yang sesuai. Semakin tinggi tingkat
kerapatan suatu pertanaman mengakibatkan semakin tinggi tingkat persaingan antar
tanaman dalam hal mendapatkan unsur hara dan cahaya. Liu et al (2004)
menyatakan jika peningkatan populasi masih di bawah peningkatan kompetisi maka
peningkatan produksi akan tercapai pada populasi yang lebih padat.
Sistem jarak tanam mempengaruhi cahaya, CO2,, angin dan unsur hara yang
diperoleh tanaman sehingga akan berpengaruh pada proses fotosintesa yang pada
akhirnya memberikan pengaruh yang berbeda pada parameter pertumbuhan dan
produksi jagung (Barri, 2003). Jarak yang lebih sempit mampu meningkatkan
produksi per luas lahan dan jumlah biji namun menurunkan bobot biji
(Maddonni et al, 2006). Sedangkan menurut Liu et al (2004) variasi jarak tanam
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun, tinggi tanaman, indeks luas daun ,
indeks panen serta jumlah tongkol namun berpengaruh nyata terhadap produksi per

6

ha. Peningkatan produksi akibat pengurangan jarak juga didapatkan oleh
Andrade et al (2002) yaitu ketika jarak antar tanaman berkurang, persentase
peningkatan produksi per lahan secara nyata ditentukan oleh persentase peningkatan
intersepsi cahaya matahari.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Simamora (2007), perlakuan jarak
tanam berpengaruh nyata terhadap hasil jagung perplot. Jarak tanam 60 cm x 25 cm
(3512,86 g) memberikan hasil lebih besar dibandingkan 75 cm x 25 cm (2853,33 g)
dan 90 cm x 25 cm (2474,67 g). Jarak tanam yang semakin renggang akan
menyebabkan penurunan hasil sebesar 15% pada jarak tanam 75 cm x 25 cm dan
29% pada jarak tanam 90 cm x 25 cm. Besarnya produksi dipengaruhi oleh jumlah
populasi tanaman. Untuk meningkatkan hasil biji tanaman jagung salah satunya
adalah dapat dilakukan dengan penambahan tingkat kerapatan tanaman persatuan
luas. Jarak tanam yang lebih renggang menghasilkan hasil yang lebih besar per
tanaman, namun pada jarak tanam yang lebih sempit sampai batas tertentu akan
menghasilkan hasil

lebih besar. Perlakuan 60 cm x 25 cm belum menimbulkan

persaingan yang nyata antar tanaman jagung sehingga hasilnya lebih besar
dibandingkan dengan perlakuan jarak tanam 75 cm x 25 cm dan 90 cm x 25 cm.
Kompetisi
Kompetisi berasal dari kata competere yang berarti mencari atau mengejar
sesuatu yang secara bersamaan dibutuhkan oleh lebih dari satu pencari. Persaingan
(kompetisi) timbul dari reaksi tanaman pada faktor fisik dan pengaruh faktor yang
dimodifikasikan pada pesaing-pesaingnya. Dua tanaman meskipun tumbuh
berdekatan, tidak akan saling bersaing bila bahan yang diperebutkan jumlahnya
berlebihan. Kehadiran gulma di sekitar tanaman budidaya tidak dapat di elakkan,

7

terutama bila lahan pertanaman tersebut tidak dikendalikan. Sebagai tumbuhan,
gulma juga memerlukan persyaratan tumbuh seperti halnya tanaman lain,
membutuhkan cahaya, nutrisi, air, gas CO2 dan gas lainnya serta ruang. Persyaratan
tumbuh yang sama atau hampir sama bagi gulma dan tanaman dapat mengakibatkan
terjadinya asosiasi gulma di sekitar tanaman budidaya. Gulma yang berasosiasi akan
saling memperebutkan bahan-bahan yang dibutuhkannya, bila jumlahnya sangat
terbatas bagi kedua tanaman (Moenandir, 1993).
Gulma dan tanaman saling bersaing dalam menyerap unsur hara terutama
nitrogen, dan karena nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, maka unsur
ini lebih cepat habis terpakai. Gulma menyerap lebih banyak unsur hara daripada
pertanaman. Pada bobot kering yang sama, gulma mengandung kadar nitrogen dua
kali lebih banyak daripada jagung; fosfat 1,5 kali lebih banyak; kalium 3,5 kali lebih
banyak; kalsium 7,5 kali lebih banyak dan magnesium lebih dari 3 kali
(http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-4.htm, 2006).
Tingkat persaingan antara tanaman dan gulma bergantung pada empat faktor
yaitu stadia pertumbuhan tanaman, kepadatan gulma, tingkat cekaman air dan hara
serta spesies gulma. Jika dibiarkan, gulma berdaun lebar dan dan rumputan dapat
secara nyata menekan pertumbuhan dan perkembangan jagung. Gulma menyaingi
tanaman terutama dalam memperoleh air, hara dan cahaya. Tanaman jagung sangat
peka terhadap tiga faktor ini selama periode kritis antara stadia V3 dan V8, yaitu
stadia pertumbuhan jagung di mana daun ke-3 dan ke-8 telah terbentuk. Sebelum
stadia V3, gulma hanya menganggu tanaman jagung jika gulma tersebut lebih besar
dari tanaman jagung atau pada saat tanaman mengalami cekaman kekeringan.
Antara stadia V3-V8, tanaman jagung membutuhkan periode yang tidak tertekan
oleh gulma. Setelah V8 hingga matang, tanaman telah cukup besar sehingga

8

menaungi dan menekan pertumbuhan gulma. Pada stadia lanjut, gulma dapat
mengakibatkan kerugian jika terjadi cekaman air dan hara, atau gulma tumbuh pesat
dan menaungi tanaman (Lafitte, 1994).
Pengendalian Gulma
Tanaman memerlukan penyiangan sempurna untuk mencegah pertumbuhan
gulma. Penyiangan yang tepat dilakukan sebelum gulma menghambat penyerapan
zat-zat makanan dari tanah. Penundaan penyiangan sampai gulma berbunga
menyebabkan pembongkaran akar gulma tidak maksimum dan gagal mencegah
tumbuhnya biji-biji gulma yang viabel sehingga memberi kesempatan untuk
perkembangbiakan dan penyebarannya. Kompetisi (Sukman dan Yakup, 1995). Hal
ini diperlihatkan oleh Tanveer et al (1999) yaitu waktu kompetisi berpengaruh nyata
terhadap jumlah biji per tongkol, bobot 1000 biji jagung serta produksi per ha tetapi
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah tanaman bertongkol dua. Pengendalian
gulma pada saat jagung masih muda

(20 hari setelah tanam) memberikan hasil

terbaik pada semua parameter tersebut.
Dalam pertumbuhan tanaman terdapat selang waktu tertentu dimana tanaman
sangat peka terhadap persaingan gulma. Keberadaan atau munculnya gulma pada
periode waktu tertentu dengan kepadatan yang tinggi yaitu tingkat ambang kritis
akan menyebabkan penurunan hasil secara nyata. Periode waktu dimana tanaman
peka terhadap persaingan dengan gulma dikenal sebagai periode kritis. Dalam
periode kritis, adanya gulma yang tumbuh di sekitar tanaman harus dikendalikan
agar tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan hasil akhir
tanaman. Persaingan gulma terhadap pertanaman terjadi dan nyata 25 – 33 %

9

pertama

pada

siklus

hidupnya

atau

¼

-

1/3

dari umur

pertanaman.

(http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-4.htm, 2006).
Berbagai metode pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi
penurunan produksi jagung akibat persaingan dengan gulma. Chikoye et al (2005)
melakukan penelitian dengan menggunakan metode jarak tanam serta peyemprotan
glifosat dalam mengendalikan gulma. Dan hasilnya metode jarak tanam serta
peyemprotan glifosat berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan produksi
jagung per luas lahan. Jarak tanam yang lebih dekat memberi tinggi tanaman dan
produksi yang lebih besar dibandingkan jarak yang lebih lebar. Dan penyemprotan
glifosat mampu menekan keberadaan gulma pada pertanaman jagung sehingga
tinggi tanaman serta produksi jagung lebih besar dibandingkan pertanaman jagung
tanpa penyemprotan glifosat.
Respon yang diberikan jagung terhadap metode pengendalian gulma yang
diuji oleh Chikoye et al (2005) disebabkan oleh tanggapan gulma pada pertanaman
tersebut. Pada jarak tanam yang lebih sempit didapatkan biomassa gulma lebih kecil
dibandingkan biomassa pada jarak tanam yang lebih lebar. Hal yang sama juga
diperlihatkan pada penyemprotan glifosat yang ternyata mampu menekan biomassa
gulma hingga mencapai 18.7%.
Tanveer et al (1999) mendapatkan hasil yang berbeda yaitu jarak tanam
berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering gulma. Dalam penelitiannya, waktu
pengendalian gulma yang mampu memberi pengaruh nyata terhadap bobot kering
gulma. Karena secara umum, bobot kering gulma akan mengalami peningkatan
seiring dengan peningkatan waktu kompetisi antara gulma dengan tanaman.
Penelitian oleh Donald (1997-1998), tentang berbagai metode pengendalian
gulma pada lahan kacang kedelai, dilakukan beberapa metode yaitu pembabatan

10

gulma antar barisan, pembabatan gulma secara keseluruhan, gulma dibiarkan
tumbuh serta dengan aplikasi herbisida pada barisan. Didapatkan hasil tanaman
lebih baik pada pembabatan gulma antar barisan dibandingkan metode lainnya.
Keuntungan pembabatan antara lain karena mampu mencegah erosi akibat hujan.
Penggunaan herbisida pada barisan juga memberikan hasil yang baik terhadap
pengendalian gulma. Dengan herbisida gulma tahunan yang masih kecil dapat
dikendalikan, tidak seperti metode pembabatan. Pengaplikasian herbisida pada
barisan juga mampu mengurangi penggunaan herbisida mejadi 50 %. Dari hasil
identifikasi gulma, didapatkan lebih banyak gulma yang tumbuh di antara barisan
dibandingkan di dalam barisan. Karena dengan adanya cahaya yang mencapai tanah
mampu mendukung perkecambahan bibit gulma. Karena dengan semakin lebarnya
kanopi kedelai mampu menekan pertumbuhan gulma di bawahnya (Donald, 2000).
Herbisida
Pengendalian gulma dengan menggunakan senyawa kimia sangat diminati,
terutama untuk lahan pertanian yang cukup luas. Senyawa kimia yang digunakan
sebagai pengendalian gulma dikenal dengan nama herbisida. Penggunaan herbisida
diupayakan agar tidak memberi pengaruh negatif pada
itulah diupayakan mencari senyawa-senyawa

tanaman budidaya, karena

yang bersifat selektif dan cara serta

waktu pengaplikasian yang tepat (Sukman dan Yakup, 1995).
Herbisida kontak adalah herbisida yang dikenal karena mengakibatkan efek
seperti terbakar yang langsung dapat dilihat beberapa jam setelah aplikasi, terutama
pada penggunaan dengan kadar tinggi, seperti asam sulfat 70 %, besi sulfat 30 %,
tembaga sulfat 40 %. Paraquat, sebagai herbisida kontak, molekulnya dapat
menghasilkan hydrogen peroksida radikal yang dapat memecah membran sel yang

11

menyebabkan seluruh sel rusak. Herbisida kontak merusak bagian tumbuhan yang
terkena langsung dan tidak ditranslokasi ke bagian lain ( Moenandir, 1988 ).
Herbisida bersifat kontak; berarti herbisida ini hanya mematikan bagian hijau
tumbuhan yang terkena semprotan. Herbisida ini cocok untuk mengendalikan gulma
setahun karena bila terkena akan menyebabkan mati keseluruhan. Sedangkan gulma
tahunan bila terkena herbisida ini hanya seperti dibabat bagian atasnya karena
perakarannya tidak mati contoh : herbisida Paraquat ( Gromoxone ). Kerjanya
mengahambat proses photosystem I pada fotosintesis. Herbisida kontak ada 2 yaitu :
herbisida kontak selektif dan hebisida kontak non selektif. Bersifat sistemik; berarti
herbisida yang diberikan pada tumbuhan ( gulma ) setelah diserap oleh jaringan
daun kemudian ditranslokasikan keseluruh bagian tumbuhan tersebut misalnya titik
tumbuh, akar, rimpang dan lain-lain sehingga tumbuhan / gulma tersebut akan
mengalami kematian total. Contoh: Glyphosate ( Roundup ). Cara kerjanya
menghambat sintesa protein dan metabolisme asam amino ( Triharso, 1995 ).
Herbisida berbahan aktif glifosat, paraquat, dan 2,4-D banyak digunakan
petani, sehingga banyak formulasi yang menggunakan bahan aktif tersebut. Glifosat
yangdisemprotkan ke daun efektif mengendalikan gulma rumputan tahunan dan
gulma berdaun lebar tahunan, gulma rumput setahun, dan gulma berdaun lebar.
Senyawa glifosat sangat mobil, ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman ketika
diaplikasi pada daun, dan cepat terurai dalam tanah. Gejala keracuna berkembang
lambat dan terlihat 1-3 minggu setelah aplikasi (Klingman, 1975).
Herbisida

pascatumbuh

yang

cukup

luas

penggunaannya

untuk

mengendalikan gulma pada pertanaman jagung adalah paraquat (1,1 dimethyl-4,4
bypiridinium) yang merupakan herbisida kontak nonselektif. Setelah penetrasi ke
dalam daun atau bagian lain yang hijau, bila terkena sinar matahari, molekul

12

herbisida ini bereaksi menghasilkan hidrogen peroksida yang merusak membran sel
dan seluruh organ tanaman, sehingga tanaman seperti terbakar. Herbisida ini baik
digunakan untuk mengedalikan gulma golongan rumputan dan berdaun lebar.
Paraquat merupakan herbisida kontak dan menjadi tidak aktif bila bersentuha
dengan tanah. Paraquat tidal ditranslokasikan ke titik tumbuh, residunya tidak
tertimbun

dalam

tanah

(Tjitrosoedirdjo, 1984).

dan

tidak

diserap

oleh

akar

tanaman

13

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di desa Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang
pada tanah dengan kandungan unsur hara Nitrogen (0.22 %), Posfor (39.15 ppm),
Kalium (0.69 %), bahan organik (1.99 %) serta pH (6.10). Sebelum dilakukan
penelitian, lahan tersebut digunakan sebagai peternakan ayam, lalu ditanami
kedondong yang ditumpangsarikan dengan jagung manis. Penelitian dimulai akhir
Juni 2008 sampai awal Oktober 2008 dengan kondisi curah hujan yang cukup tinggi
(Lampiran 37 dan 38).
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih

jagung

varietas DK3, glifosat (Round-Up), paraquat (Gromoxoe), Nitrogen (Urea), Posfor
(SP-36), Kalium (KCl), insektisida (Decis 2,5 EC).

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah traktor, cangkul, sabit kecil,
knapsack, meteran, beaker glass, timbangan analitik, tugal, pacak sampel, label, tali
plastik, ember, pisau, plakat nama, alat tulis dan kalkulator serta peralatan lain yang

mendukung pelaksanaan penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah faktorial dengan dua
faktor perlakuan, yaitu :

14

Faktor I

: Sistem Jarak Tanam (J) sebagai main plot dengan 3 perlakuan :
J1 = Sistem satu baris (60 cm x 25 cm)
J2 = Sistem dua baris (25 cm x 25 cm, jarak Baris
berikutnya 60 cm)
J2 = Sistem baris segitiga ( 25 cm x 25 cmx 25 cm, jarak dengan
baris segitiga berikutnya 60 cm)

Faktor II

: Metode pengendalian gulma (G) sebagai sub plot dengan 5
perlakuan yaitu :
G1 = tanpa pengendalian gulma (kontrol TP)
G2 = bebas gulma sepanjang musim tanam (kontrol BG)
G3 = pengendalian gulma secara manual umur 2 MST (manual)
G4 = disemprot dengan glifosat umur 4 MST (glifosat)
G5 = disemprot dengan paraquat umur 4 MST (paraquat)

Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan yaitu :
J1G1

J1G2

J1G3

J1G4

J1G5

J2 G1

J2G2

J2G3

J2G4

J2G5

J3G1

J3G2

J2G3

J2G4

J2G5

Jumlah ulangan

: 3 ulangan

Jumlah plot utama

: 9 plot

Jumlah sub plot

: 45 plot

Ukuran plot utama

: 275 cm x 1375 cm

Ukuran sub plot

: 275 cm x 275 cm

Jarak antar plot utama

: 70 cm

Jarak antar sub plot

: 50 cm

Jarak antar blok

: 100 cm

15

Jumlah tanaman sampel per plot

: 10 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan model linier yaitu:
Yijk

=

+

Yijk

= Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat sistem jarak tanam perlakuan ke-j

i

+

j

+ dij +

k

+(

)jk +

ijk

dan metode pengendalian gulma perlakuan ke -k

= Nilai tengah
i

= Pengaruh blok Ke-i

j

= Pengaruh sistem jarak tanam perlakuan ke-j

dij

= Galat pengaruh sistem jarak tanam perlakuan ke-j
= Pengaruh metode pengendalian gulma perlakuan ke -k

k

)jk

= Pengaruh interaksi sistem jarak tanam perlakuan ke-j dengan metode
pengendalian gulma perlakuan ke -k

ijk

= Galat percobaan pengaruh metode pengendalian gulma perlakuan ke-k

Hasil sidik ragam nyata diuji dengan uji beda rataan berdasarkan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) dengan taraf 5%.

16

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan
Lahan yang digunakan untuk penelitian diolah dengan menggunakan traktor
kecil dengan kedalaman olah tanah 15-25 cm. Pengolahan dilakukan hingga tanah
menjadi gembur, rata dan bersih dari sisa-sisa gulma dan perakaran. Dibuat plot-plot
percobaan dengan ukuran 275 cm x 275 cm dengan jarak antar plot 70 cm.

Penanaman
Penanaman dilakukan dengan menugal sedalam 3 – 5 cm. Jarak antar lubang
ditentukan sesuai dengan perlakuan pola tanam. Pada sistem satu baris menggunakan
jarak tanam 60 cm x 25 cm, sistem dua baris menggunakan jarak 25 cm x 25 cm,
sedangkan pada sistem baris segitiga berjarak 25 cm x 25 x 25 cm (Gambar 1). Setiap
lubang ditanam satu biji jagung lalu ditutup dengan tanah. Jagung ditanam dengan
barisan tegak lurus dengan arah matahari terbit.

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x
x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x
x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x
x

x
x

x

x
x

x
x

x

x
x

x
x

x

x
x

x

x

x
x

x

x

x

x
x

x
x

x

x

x

x

x

x
x

x

x

x
x

x

x

x

x

x

x

x

x
x

x
x

x

x

x

x

x

x
x

x

x

x

x
x

x
x

x

a
b
c
Gambar 1. Bagan Sistem Jarak Tanam: a. Satu baris, b. Dua baris, c. Baris segitiga
(ket: {= 25 cm,
= 60 cm)

x

17

Pemeliharaan Tanaman
Penyulaman
Penyulaman dilakukan saat tanaman berumur 1 MST. Penyulaman dilakukan

dengan menanam benih jagung pada lubang tanam yang tanamannya tidak tumbuh
atau pertumbuhanya tidak baik.
Pemupukan

Pupuk yang diberikan yaitu 135 Kg N/Ha, 36 Kg P2O5 /Ha dan 25 Kg
K2O/Ha (Warisno, 1998). Dosis pemupukan dikonversikan dalam 300 Kg Urea/Ha,
100 Kg SP-36/ Ha dan 50 Kg KCl. Pemberian Nitrogen dibagi atas tiga tahap,
dimana diberikan 1/3 bagian dari dosis pada masing-masing tahap berturut-turut
pada saat tanam, umur 4 MST dan 8 MST. Sedangkan pupuk P dan K diberikan
seluruhnya pada saat tanam. Pemupukan dilakukan dengan cara menabur pada lubang
yang dibuat sedalam 5 cm dengan jarak 5 cm dari lubang tanam lalu ditutup dengan
tanah.

Penyiraman
Selama penelitian tidak dilakukan penyiraman karena curah hujan yang
cukup tinggi.
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dilakukan dengan beberapa metode. Metode yang
digunakan adalah tanpa pengendalian gulma (kontrol), bebas gulma sepanjang
musim (kontrol), secara manual dengan menggunakan sabit pada tanaman umur 2
MST, disemprot dengan glifosat (2 L Round-up/ha) saat umur tanaman 4 MST, dan
disemprot paraquat (3 L Gromoxone/ ha) saat tanaman umur 4 MST. Pengendalian
kimia dengan alat semprot punggung.

18

Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida

Decis

2,5 EC dosis 0,5 cc/liter air saat malai tanaman jagung mulai mekar karena ada
serangan kutu pada malai. Selama penelitian tidak terjadi serangan penyakit
sehingga tidak dilakukan penyemprotan fungisida.
Panen

Jagung dipanen pada umur 14 MST saat warna kelobot telah berubah warna
menjadi kuning dan biji telah keras. Cara panen jagung adalah dengan mematahkan
tangkai tongkol jagung.
Pengeringan dan Pemipilan
Setelah panen, dilakukan pengeringan brangkasan dan tongkol jagung
selama tiga hari di bawah sinar matahari langsung. Penjemuran dilakukan di atas
seng yang dihamparkan di bawah sinar matahari. Kemudian dilakukan pemipilan
tongkol dengan tangan.
Parameter
Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman diukur mulai dari leher akar hingga ujung daun tertinggi dengan
menggunakan meteran. Pengukuran pertama dilakukan umur 2 MST dengan interval
dua minggu sekali hingga muncul bunga jantan sebanyak 75 %.
Jumlah Klorofil Daun Jagung
Jumlah klorofil daun jagung dihitung dengan menggunakan alat pengukur
klorofil (merek Minolta). Daun yang dihitung jumlah klorofilnya adalah daun yang

19

paling tengah. Pengukuran dilakuan pada bagian pangkal, tengah dan ujung daun lalu
diratakan. Pengukuran dilaksanakan pada saat tanaman mulai berbunga (7 MST).
Umur berbunga
Umur berbunga ditentukan pada saat bunga jantan setiap tanaman muncul.
Dicatat umur berbunga setiap hari dimulai sejak bunga pertama keluar sampai dengan
tanaman per plot berbunga sebanyak 75 %.
Persentase Jumlah Tanaman Bertongkol dua per plot
Tanaman yang dihitung adalah tanaman keseluruhan dalam plot kecuali tanaman
pada barisan terluar. Tanaman yang dihitung adalah tanaman yang mengeluarkan dua
tongkol.

Bobot 100 Biji per plot
Biji dikeringkan dan dipipil lalu secara acak diambil 100 biji per plot dan
ditimbang.
Nilai Indeks Panen
Nilai indeks panen dihitung dengan membagikan bobot biji pipilan kering per
tanaman dengan bobot brangkasan kering per tanaman.
Produksi Per Tanaman
Biji dipipil setelah dikeringkan. Produksi pipilan kering per tanaman dihitung
dengan menimbang biji pipilan masing-masing tanaman.
Produksi Per Hektar
Produksi pipilan kering per hektar merupakan proyeksi dari produksi pipilan
kering per tanaman yaitu dengan mengalikan produksi per tanaman dengan populasi
tanaman jagung per hektar dengan ketentuan:
- Populasi tanaman per hektar pada sistem tanam J1 = 60.000 tanaman

20

- Populasi tanaman per hektar pada sistem tanam J2 = 93.600 tanaman
- Populasi tanaman per hektar pada sistem tanam J3 = 97.478 tanaman
Persentase Kerusakan Jagung

Gejala pengamatan berupa adanya bercak kecoklatan seperti terbakar dan
daun kekuningan. Gejala yang muncul diamati untuk mengetahui sejauh mana
herbisida dapat mempengaruhi tanaman ja