Perbedaan Kecepatan Tumbuh Pada Anak 6-10 Tahun Di Daerah Endemik Dan Non Endemik Malaria

(1)

PERBEDAAN KECEPATAN TUMBUH PADA ANAK

USIA 6 – 10 TAHUN DI DAERAH ENDEMIK DAN NON

ENDEMIK MALARIA

OLEH

Indra Wahyudi Tanjung

Telah disetujui dan disyahkan

Dr. Melda Deliana, SpA Pembimbing I

Dr. Selvi Nafianti, SpA Pembimbing II

Medan, Agustus 2007 Ketua Program Studi

Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU

Prof. Dr.H. Munar Lubis, SpA(K) NIP 140 087 999


(2)

Dengan ini diterangkan bahwa :

Indra Wahyudi Tanjung

Telah menyelesaikan Tesis sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar Dokter Spesialis Anak pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Tesis ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada hari Kamis, tanggal 20 September 2007

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.

Tim Penguji :

Penguji I : Prof. Dr. H. M. Sjabaroeddin Loebis, SpA(K)

Penguji II : Dr. H. Ridwan M. Daulay, SpA(K)

Penguji III : Prof. Dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K)

Medan, ... Kepala Departemen

Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Dr. H. Ridwan M. Daulay, SpA(K) NIP. 140 052 092


(3)

ABSTRAK

Sejak lama diketahui bahwa penyakit infeksi kronis diketahui mempunyai hubungan yang erat dengan gangguan pertumbuhan anak dan keduanya saling mempengaruhi . Malaria merupakan penyakit infeksi dengan angka kesakitan yang masih cukup tinggi di Indonesia. Penyakit malaria akan menyebabkan anak menderita gangguan gizi yang nantinya mengakibatkan terjadinya gangguan kecepatan tumbuh.

Penyakit infeksi kronik adalah suatu penyakit yang berlangsung dalam waktu yang lama dan tidak sembuh secara spontan serta jarang sembuh sempurna. Penyakit kronik melibatkan banyak sistem organ yang merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan disertai gangguan kecepatan tumbuh pada anak.

Penelitian studi longitudinal untuk mengetahui perbedaan kecepatan tumbuh pada anak usia 6 – 10 tahun di daerah endemik dan non endemik malaria, yang dilakukan di Kabupaten Mandailing Natal dan Pemko Medan Propinsi Sumatera Utara mulai dari bulan Oktober 2004 sampai dengan bulan April 2005. Alat yang digunakan adalah Stature meter 2M ( 0-200 cm) dengan kecermatan 0,5 cm. Berat badan diukur dengan timbangan merek Soehnle made in Germany.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini ditemukan adanya perbedaan yang bermakna terhadap kecepatan tumbuh antara anak yang tinggal di daerah non endemis dengan daerah endemis malaria setelah dilakukan penelitian selama 6 bulan.


(4)

SUMMARY

Had been noted for long time that chronic infection disease had close relation with growth disturbance in children and both relation condition were affecting on each other. Malaria was infection disease within high members of patient in Indonesia. Malaria will cause children suffered the nutrient nuisance, which later also affecting the growth acceleration

Chronic disease was define as long term disease that not resolved and rarely get completely resolved. Chronic disease that involving certain organ system was a factor that could cause a bad growth followed by nuisance of growth acceleration on children.

The research was conducted by using longitudinal study method on primary school children at Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal and Medan during October 2004 until April 2005. Research subject was the primary school children aged 6-10 years at the endemic and non endemic malaria area.During the 6 months study the different in growth velocity among children living at the endemic and non endemic malaria were significant. Many factors had been involved growth velocity on children who had live in endemic and non endemic malaria area.


(5)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan keahlian Ilmu Kesehatan Anak di FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pembimbing utama Dr. Melda Deliana, SpA(K) dan pembimbing lainnya Dr. Selvi Nafianti, SpA, serta Dr. H. Hakimi, SpA(K) yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini. 2. Prof. Dr. H.Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Program Pendidikan

Dokter Spesialis Anak FK USU dan Dr.Hj. Bidasari Lubis, SpA(K), sebagai sekretaris program yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tesis ini.


(6)

4. Seluruh staf pengajar di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H.Adam Malik, yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

5. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. H. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, SpA(K) dan Dekan FK USU yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program pendidikan Dokter Spesialis Anak di FK USU.

6. Direktur Rumah Sakit H.Adam Malik Medan, Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan, Rumah Sakit Tembakau Deli Medan, yang telah memberi sarana bekerja selama pendidikan ini.

7. Ka. Din. Kes Mandailing Natal, Pemda Mandailing Natal, Kepala sekolah SDN sekecamatan Panyabungan Jae, Kepala sekolah SDN serta seluruh masyarakatnya yang telah memberikan izin dan fasilitas pada penelitian ini sehingga dapat terlaksana dengan baik.

Teristimewa kepada istri tercinta drg. Siti Bahirrah dan ananda tersayang Zhafirah, terima kasih atas doa, pengertian, dukungan dan pengorbanan selama penulis menyelesaikan pendidikan ini.

Kepada orang tua yang tercinta, Drg. H. Mansyur Tanjung dan Dra. Hj. Dahlia Hafni Lubis serta mertua Drs. O.K. Huzaili dan Nia Hartati, serta kakak dan adik yang selalu mendoakan, memberikan dorongan, bantuan moril dan materil selama penulis mengikuti pendidikan ini. Semoga budi baik yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT.


(7)

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, April 2007 Indra Wahyudi Tanjung


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN PEMBIMBING...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR GAMBAR...viii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...1

1.2. Perumusan Masalah...4

1.3. Hipotesis...4

1.4. Tujuan Penelitian...4

1.5. Manfaat Penelitian...5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar – Dasar Pertumbuhan...6

2.2. Fase Normal Pertumbuhan...7

2.3. Parameter Penilaian Pertumbuhan...9

2.4. Gangguan Pertumbuhan...11

2.5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan...12

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian...14

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian...14

3.3 Populasi dan Sampel...14


(9)

3.5 Pengukuran Tinggi Badan... 15

3.6 Analisa Statistik...16

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian...17

4.2 Pembahasan...20

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...24

5.2 Saran...24

DAFTAR PUSTAKA...25

LAMPIRAN 1. Surat Pernyataan Kesediaan Ikut Penelitian...28

2. Kuesioner dan Data Dasar Penelitian...29

RINGKASAN... 31

SUMMARY...32


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kecepatan tumbuh pada keadaan yang berbeda………..7

Tabel 4.1 Distribusi karakteristik siswa...17

Tabel 4.2 Distribusi karakteristik orang tua siswa...18

Tabel 4.3 Perbedaan tinggi badan pada awal dan akhir penelitian...19


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Peta Kabupaten Mandailing Natal...3 Gambar 2 Kerangka Konsep Penelitian...5


(12)

DAFTAR SINGKATAN

APE : arus puncak ekspirasi BB : berat badan

BMI : body mass index

CDC : centre for disease control

cm : centimeter

dkk : dan kawan-kawan EIA : exercise-induced asthma

EIB : exercise-induced bronchospasm ERV : expiratory reserve volume

FEV1 : forced expiratory volume in 1 second FEV 25-75 : forced expiratory volume in 25 – 75 second FRC : functional residual capacity

FVC : forced vital capacity

Kg : kilogram

m : meter

MVV : maximal voluntary ventilation SD : Sekolah Dasar

SD* : Standard Deviasi

SPSS : Statistical Package for Social Science TB : tinggi badan

TLC : total lung capacity VC : vital capacity


(13)

DAFTAR LAMBANG

n : besar sampel

μ : perkiraan selisih mean α : kesalahan tipe I

ß : kesalahan tipe II

j : harga varians di populasi Z : deviat baku normal p : tingkat kemaknaan < : lebih kecil dari % : persentase CO2 : karbondioksida O2 : oksigen


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak lama diketahui bahwa penyakit infeksi mempunyai hubungan yang erat dengan gangguan kecepatan tumbuh anak.1 Di mana penyakit infeksi merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang dan memberikan pengaruh terhadap kecepatan tumbuh anak.2

Penyakit infeksi menyebabkan induksi dari respon fase akut dan menghasilkan sitokin seperti TNF-g, IL-1g dan IL-6 yang mungkin secara langsung mempengaruhi proses remodelling dari tulang untuk pertumbuhan tulang panjang. Selain itu juga penyakit infeksi menyebabkan terjadinya malnutrisi mikronutrien yang menyebabkan terjadinya gangguan kecepatan tumbuh.3

Malaria sebagai salah satu penyakit infeksi mendapatkan perhatian yang serius baik secara nasional maupun internasional karena mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Angka kesakitan malaria masih cukup tinggi terutama di luar Jawa dan Bali oleh karena di daerah tersebut terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah endemik dan non endemik.1 Penyakit malaria menyebabkan anak menderita gangguan gizi yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan kecepatan tumbuh.4

Berdasarkan resiko malaria, Propinsi Sumatera Utara dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu daerah endemik dan non endemik malaria.2 Endemik malaria adalah terjadinya penyebaran secara alami di daerah tersebut selama


(15)

bertahun-tahun dan diperkirakan angka kejadian penyakit malaria tetap.5 Daerah yang termasuk ke dalam endemik malaria adalah Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Asahan, Labuhan Batu, dan Deli Serdang. Berdasarkan laporan bulanan dari kasus malaria di Propinsi Sumatera Utara tahun 2000, Pemko Medan tidak dijumpai kasus malaria.2 Data Stratifikasi Malaria Propinsi Sumatera Utara tahun 1999 / 2000, Kabupaten Mandailing Natal termasuk dalam strata High Prevalensi Area (HPA) dengan Parasitemia rate (PR) tertinggi yaitu 10,65%.6 Angka kejadian malaria pada Kabupaten Mandailing Natal tahun 2000 berjumlah 14.773 kasus.2

Gambar 1. Peta Kabupaten Mandailing Natal7

Kabupaten Mandailing Natal terletak pada daerah yang berbatasan dengan Tapanuli Selatan di sebelah utara, Propinsi Sumatera Barat di sebelah selatan, Propinsi Riau di sebelah timur dan Samudera Hindia di sebelah barat


(16)

( gambar 1 ).7 Kondisi geografisnya terutama hutan lebat, rawa-rawa, sungai-sungai dan persawahan. Mandailing Natal terdiri dari delapan kecamatan dengan jumlah penduduk 343.715 jiwa. Mata pencaharian penduduk mayoritas petani dan peternak ikan. Jenis penyakit yang terbanyak adalah malaria klinis sebanyak 17,53% dari 10 penyakit yang terbanyak di Kabupaten Madina.8

Pertumbuhan adalah suatu proses kompleks dan melibatkan interaksi berbagai faktor.9 Kecepatan tumbuh adalah suatu perubahan dalam tinggi badan yang terjadi sepanjang waktu. Rata-rata pertumbuhan anak 8-10 inci pada tahun pertama, 4-5 inci pada tahun kedua dan 2-3 inci pada tahun ketiga kehidupannya. Kecepatan tumbuh sejak lahir sampai umur 4-5 tahun dengan cepat berkurang dan mengurang secara perlahan-lahan hingga umur 5-6 tahun. Sejak saat ini sampai sekitar umur 9 tahun 6 bulan pada wanita dan umur 10 tahun 6 bulan pada pria pertumbuhan bersifat konstan kemudian mengalami peningkatan pada masa pubertas setelah itu menurun kembali. Pertumbuhan berlanjut sampai usia 18-20 tahun.10

Penilaian kecepatan tumbuh merupakan bagian penting dari pemeriksaan anak di mana merupakan indeks penting dari kesehatan fisik, mental dan kualitas lingkungan psikososial anak. Problem-problem dari penyakit infeksi dapat dicerminkan dari menurunnya kecepatan tumbuh pada anak.11,12 Untuk menilai kecepatan tumbuh anak dilakukan pengukuran tinggi badan setiap tahun ( dalam prakteknya dapat dilakukan setiap 6 bulan ). 13

Anak usia 6 – 10 tahun mengalami pertambahan tinggi badan yang konstan.10 Berdasarkan penelitian Rene Tonglet dkk, terjadi perlambatan


(17)

kecepatan tumbuh pada anak usia lebih dari 9 bulan di daerah endemik malaria.4 Sedangkan penelitian Irwansyah dkk, tidak terdapat perbedaan bermakna kecepatan tumbuh antara anak yang menderita malaria dan tanpa malaria di daerah endemik malaria.14 Penelitian kecepatan tumbuh anak pada daerah endemik malaria dan non endemik malaria belum banyak dilakukan. Oleh sebab itu kami melakukan penelitian perbandingan untuk melihat apakah ada perbedaan kecepatan tumbuh pada anak usia 6-10 tahun pada daerah endemik dan non endemik malaria

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : apakah ada perbedaan kecepatan tumbuh pada anak usia 6-10 tahun antara daerah endemik dan non endemik malaria.

1.3 Hipotesis

Tidak ada perbedaan bermakna kecepatan tumbuh pada anak di daerah endemik dan non endemik malaria pada usia 6-10 tahun

1.4 Tujuan penelitian

Membandingkan kecepatan tumbuh anak usia 6-10 tahun pada daerah endemik dan non endemik malaria.


(18)

Kerangka konsep

KECEPATAN PERTAMBAHAN TINGGI BADAN ENDEMIK

MALARIA

NON ENDEMIK MALARIA KECEPATAN

TUMBUH

KECEPATAN PERTAMBAHAN TINGGI BADAN

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

1.5 Manfaat penelitian

Kami harapkan penelitian ini akan menambah pengetahuan mengenai kecepatan tumbuh pada daerah endemik dan non endemik malaria.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar-dasar pertumbuhan

Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak saat konsepsi sampai berakhirnya masa remaja.15 Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh. Jadi bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan mempergunakan satuan panjang atau satuan berat. Tumbuh pada dasarnya merupakan akibat dari proses hiperplasia dan hipertropi sel. Proses hiperplasia terutama terjadi pada awal kehidupan atau semester I kehamilan, diikuti oleh proses hiperplasia dan hipertropi pada semester kedua dan akhirnya proses hipertropi pada semester ketiga kehamilan.16 Proses tumbuh diatur oleh genotype, hormon, nutrisi dan lingkungan.17

Tumbuh dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Pada saat lahir pengaruh faktor intrauterin atau faktor maternal lebih dominan dibandingkan faktor genetik terhadap ukuran fisik bayi ( berat maupun tinggi badan ). Hal ini jelas terlihat pada panjang bayi baru lahir di seluruh dunia yang hampir sama. Pengaruh faktor genetik lebih nyata terlihat setelah anak melalui fase bayi.16 Secara garis besar, terdapat 3 tingkatan pertumbuhan, di masa awal kehidupan terjadi pertumbuhan cepat pertama yang dilanjutkan dengan pertumbuhan yang menetap pada usia sekolah dan pertumbuhan cepat kedua pada masa remaja.16,18


(20)

2.2 Fase normal pertumbuhan

Untuk mengetahui kecepatan tumbuh yang normal mulai di dalam kandungan sampai dewasa muda, penting dipahami beberapa fase pertumbuhan pada manusia.19 Pertumbuhan tinggi badan anak yang sudah lahir dibagi ke dalam 3 fase yaitu: fase bayi, anak dan pubertas.20 Perbedaan pola pertumbuhan pada masing-masing fase ini mempunyai implikasi pada evaluasi seorang anak dengan gangguan pertumbuhan. Pola pertumbuhan cenderung melambat dan memotong persentil kurva pertumbuhan akan dianggap seperti gagal tumbuh atau menderita infeksi kronik.16

Tabel 2.1. kecepatan tumbuh pada keadaan yang berbeda19 No Tahap Pertambahan tinggi (cm) 1 Prenatal 1,2 – 1,5 cm / minggu 2. Bayi 23 – 28 cm / tahun 3. Anak-anak 5 – 6,5 cm / tahun

4. Pubertas 8,3 cm (pr) 9,5 cm (lk) / tahun

Pertumbuhan prenatal

Pertumbuhan yang pasti mengenai pertumbuhan prenatal normal masih belum jelas, walaupun banyak faktor-faktor yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan prenatal telah diketahui.13 Pertumbuhan pada masa ini merupakan pertumbuhan yang paling pesat dialami seseorang dalam hidupnya. Pertumbuhan selama masa prenatal rata-rata 1,2 – 1,5 cm / minggu. Kecepatan tumbuh linear mencapai puncaknya pada masa gestasi 18 minggu dengan


(21)

kecepatan tumbuh 2,5 cm / minggu dan menurun menjadi 0,5 cm / minggu sebelum janin lahir. Dijumpai perbedaan panjang badan antara janin laki-laki dan janin perempuan sebesar 0,8 cm pada masa kehamilan 30 minggu dan 1 cm pada masa kehamilan 40 minggu. Pertumbuhan janin selama beberapa minggu terakhir kehamilan mulai melambat karena dipengaruhi ukuran uterus ibu.19

Pertumbuhan masa bayi

Setelah lahir faktor genetik lebih berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan bayi. Konsekuensinya dua per tiga dari bayi normal pertumbuhan linear terjadi selama 12 sampai 18 bulan. Selama tahun pertama kehidupan kecepatan tumbuh terjadi dengan cepat, dimana pertambahan tinggi badan sangat bervariasi antara 23 sampai 28 cm / tahun.19,21 Selama masa ini kecepatan tumbuh tidak dipengaruhi hormon pertumbuhan.19 Pertumbuhan pada tahap awal fase ini masih sangat dipengaruhi oleh faktor nutrisi dan maternal dan kemudian secara perlahan dipengaruhi oleh faktor genetik dan hormonal yang nyata. 16

Pertumbuhan masa anak

Selama dua sampai tiga tahun kehidupan kecepatan tumbuh mengalami penurunan yang cepat, rata-rata 7,5 sampai 13 cm / tahun. Penelitian longitudinal, setelah dua tahun kelahiran menunjukkan adanya perbedaan penurunan kecepatan tumbuh antara anak laki-laki dan perempuan selama tahun pertama kehidupan sampai tahun kedua dimana anak perempuan


(22)

kecepatan tumbuhnya secara nyata lebih besar.19 Pada fase ini pertumbuhan linear relatif konstan sebesar 5 – 7 cm pertahun sampai menjelang usia pubertas. Pada saat mendekati fase pubertas, seorang anak dapat mengalami perlambatan pertumbuhan yang cukup besar. Pada fase ini hormon utama yang mempengaruhi pertumbuhan adalah growth hormone. Pada fase ini hormon tiroid juga berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan.22 Oleh karena itu pada fase ini kecepatan pertumbuhan konstan, maka secara konsisten akan terlihat selalu berada pada suatu lajur tertentu pada kurva pertumbuhan atau bergerak pararel sampai memasuki fase pubertas.16

Pertumbuhan masa pubertas

Pubertas berperan didalam pertumbuhan dan dianggap sebagai akhir dari proses penambahan tinggi badan.19 Pada fase ini terjadi akselerasi pertumbuhan akibat kerja hormon steroid seks yang selain berfungsi normal memicu perkembangan tanda-tanda seks sekunder, juga memicu pertumbuhan tulang.16 Kecepatan tinggi yang merupakan tanda dari laju kecepatan tumbuh tulang dan peningkatan maturasi tulang ditandai dengan penyatuan epifisis dari tulang panjang.19,22 Proses henti tumbuh ini terjadi karena stimulasi estrogen terhadap lempeng pertumbuhan epifisis. Pada masa ini faktor hormonal ikut berperan dalam kecepatan pertumbuhan seperti hormon pertumbuhan , IGF-1 ( Insulin-like growth factor-1 ), dan hormon steroid sex. Puncak kecepatan tumbuh terjadi sebelum menarche atau pada stadium pubertas 2-3 awal, sedangkan pada anak laki-laki stadium pubertas 3-4 . Selama masa pubertas seorang anak perempuan dapat bertambah 22 cm dan laki-laki 25 cm.16


(23)

2.3 Parameter penilaian pertumbuhan

Penilaian pertumbuhan pada postur tubuh merupakan bagian penting dari pemeriksaan anak. Pertumbuhan adalah indeks penting dari kesehatan fisik, mental dan kualitas lingkungan psikososial anak, sehingga problem-problem kronik pada setiap hal di atas mungkin dicerminkan dari menurunnya kecepatan tumbuh.23, 24

Penilaian pertumbuhan dimulai dengan cara pengukuran menggunakan alat ukur baku (stándar). Pengukuran ini memerlukan ketelitian, harus rinci untuk menjamin ketepatan pengukuran dan meminimalkan kesalahan yang terjadi. Pengukuran dilakukan berulang dalam kurun waktu tertentu akan sangat membantu ketepatan penilaian kecepatan tumbuh.16

Pengukuran yang lazim digunakan yaitu berat badan, panjang atau tinggi badan, dan lingkar kepala. Tinggi badan merupakan ukuran yang sangat terpercaya sebagai indikator pertumbuhan, dan biasanya lengkung panjang, sepintas lalu berjalan sejajar dengan lengkung berat badan. Pada pengukuran tinggi badan perlu dipertimbangkan bahwa ukuran tersebut dipengaruhi oleh jenis kelamin, suku bangsa dan sosial ekonomi. Tinggi badan merupakan indikator yang baik untuk gangguan pertumbuhan fisis yang sudah berlalu.16

Kecepatan tumbuh dihitung dari pertambahan tinggi badan diantara dua waktu pengamatan yang diukur dengan satuan cm / tahun.25

TB 2 – TB 1 Interval (tahun)

TB 1 : pengukuran tinggi badan yang pertama ( cm ) TB 2 : pengukuran tinggi badan yang kedua ( cm )


(24)

Interval : jarak waktu pengukuran ( tahun )

Angka pertumbuhan dapat dievaluasi dengan menghitung kecepatan tumbuh yang dibandingkan dengan tabel kecepatan tinggi badan yang telah baku.22

Untuk menilai terjadinya defisiensi pertumbuhan perlu dinilai kecepatan tumbuh yang diukur sekurangnya dalam 3 bulan atau 6 bulan untuk hasil yang optimal. Lipman dkk, dalam penelitiannya menemukan teknik pengukuran yang tidak akurat di praktek umum sehingga diperlukan intervensi cara melakukan pengukuran yang benar untuk mendeteksi dengan cepat kemungkinan timbulnya gangguan pertumbuhan.13,23

2.4 Gangguan pertumbuhan

Gangguan pertumbuhan dapat diakibatkan oleh penyebab primer dan sekunder. Penyebab primer adalah kelainan pertumbuhan tulang (osteokondroplasia, osteogenesis imperfekta), kelainan kromosom ( sindrom Turner, Down, dan lain-lain ), kelainan metabolik ( mukopolisakaridosis, mukoliposis ), dan faktor keturunan (genetik, familial ). Gangguan pertumbuhan akibat penyakit primer umumnya sulit diperbaiki.26

Penyebab sekunder antara lain malnutrisi kronik, penyakit-penyakit kronik ( infeksi, kelainan jantung, paru, saluran cerna, hati, ginjal, darah dan lain-lain ), kelainan endokrin ( defisiensi hormon pertumbuhan, IGF 1, hipotiroidisme, kelebihan glukokortikoid, diabetes mellitus, diabetes insipidus, rickets, hipopospatemia ) dan kelainan psikososial ( sindroma deprivasi emosional).26-28


(25)

Untuk menentukan apakah anak perawakan pendek atau tinggi yang merupakan keadaan patologis, maka kecepatan tumbuh merupakan kunci utama untuk dijadikan acuan mengenai besar kecilnya kemungkinan anak tersebut menderita gangguan pertumbuhan.13

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

Faktor penentu kualitas tumbuh kembang anak adalah potensi genetik-heredokonstitusional (intrinsik) dan peranan lingkungan (nutrisi, hormonal dan psikologis).6 Pada saat lahir pengaruh faktor intrauterin atau faktor maternal lebih dominan dibanding faktor genetik terhadap ukuran fisik bayi. Pengaruh faktor genetik dan hormonal lebih nyata terlihat setelah anak melalui fase bayi. Pengaruh genetik akan terlihat dari fenomena catch-up atau catch-down.29,30 Disamping itu terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain faktor sosioekonomi, nutrisi, psikologis dan penyakit kronik.13

Diseluruh dunia penyebab tersering gangguan pertumbuhan adalah kemiskinan. Hal ini disebabkan nutrisi, higienis dan kesehatan yang buruk sehingga berefek pada pertumbuhan, baik sebelum maupun sesudah lahir. Sering terdapat perbedaan postur tubuh antara kelas-kelas sosial dari kelompok etnik yang sama di area geografi yang sama akibat pengaruh-pengaruh tersebut.13

Pengaruh malnutrisi bertanggung jawab terhadap terjadinya gangguan pertumbuhan. Masalah memberi makan pada bayi dan anak disebabkan tidak adanya pengalaman dari orang tua atau interaksi buruk diantara anak-orang tua


(26)

yang menyebabkan buruknya pertumbuhan. Hal ini dikarenakan bentuk penanganan yang salah terhadap anak.13

Dinamika penyimpangan psikologis atau penyakit-penyakit psikiatri dapat menghambat pertumbuhan akibat adanya pengaruh dari fungsi-fungsi endokrin atau efek sekunder dari nutrisi. 13 Selain akibat nutrisi yang buruk, berbagai penyakit sistemik yang kronik dapat mengganggu pertumbuhan. Dalam beberapa kasus, tinggi badan dapat mencapai batas normal karena pertumbuhan terus berlangsung untuk waktu yang lama.13

Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang berlangsung dalam jangka lama, tidak sembuh secara spontan dan jarang sempurna.Penyakit kronik berat yang melibatkan salah satu sistem organ merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan pertumbuhan yang buruk pada anak dan remaja.31 Pada banyak kasus, mungkin ditemukan tanda-tanda fisik yang adekuat saat pertama kali pemeriksaan dilakukan sehingga diagnosis dapat dibuat. Pada sebagian kasus seperti penyakit seliak, gastroenteritis dan malaria dapat terjadi postur yang pendek dan turunnya pertumbuhan dapat mendahului timbulnya tanda-tanda malnutrisi atau penyakit gastrointestinal. Hanya pada beberapa kasus saja pertumbuhan dapat menjadi terlambat, sedangkan yang lain pertumbuhannya dapat diperbaiki dengan pemberian nutrisi yang baik.16


(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Disain yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi longitudinal untuk mengetahui perbedaan kecepatan tumbuh pada anak di daerah endemik dan non endemik malaria

3.2 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panyabungan Timur Kota Panyabungan dan Kecamatan Medan Timur Pemko Medan pada bulan Oktober 2004 sampai bulan April 2005.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia 6-10 tahun di daerah endemik dan non endemik malaria. Adapun besarnya sampel dihitung dengan menggunakan rumus uji hipotesis terhadap rerata dua populasi sebagai berikut: ( zg + z ) s 2

n1 = n2 = 2

( x1 – x2 )2

n 1 = Jumlah subyek yang masuk dalam kelompok I n 2 = Jumlah subyek yang masuk dalam kelompok II g = tingkat kemaknaan

= power


(28)

Pada penelitian ini ditetapkan g = 0,05 ( tingkat kepercayaan 95% ), dan = 0,1 (power = 0,842). Perbedaan tinggi badan yang diharapkan 5 cm. Dengan memakai rumus diatas maka diperoleh jumlah minimum sampel untuk masing-masing kelompok adalah 61.

3.4 Kriteria inklusi dan eksklusi

3.4.1 Kriteria inklusi

1. Anak berumur 6-10 tahun dan belum pubertas 2. Subyek yang tinggal di daerah penelitian 3.4.2 Kriteria eksklusi

1. Ada kelainan bawaan, endokrin dan psikososial 2. Anak dengan gizi buruk

3. Tidak dapat mengikuti penelitian sampai akhir

4. Ada menggunakan obat steroid atau anabolik lainnya

3.5 Pengukuran tinggi badan

Alat yang digunakan adalah Stature meter 2M ( 0-200 cm) dengan kecermatan 0,5 cm. Tata cara pengukuran tinggi badan yang dilakukan dalam penelitian :

a. Sepatu/sandal dilepaskan

b. Anak berdiri pada lantai yang datar dengan kaki sejajar dengan tumit, bokong, tangan dan belakang kepala menyentuh dinding tegak lurus dan diukur dengan Stature meter 2M.


(29)

3.6 Analisa statistik

Uji statistik dilakukan untuk menentukan adanya perbedaan kecepatan tumbuh dan berat badan pada anak usia 6-10 tahun di daerah endemik dengan non endemik malaria dilakukan dengan uji t independent. Uji t dependent digunakan untuk menentukan perbedaan kecepatan tumbuh pada anak di daerah endemik maupun non endemik malaria. Dikatakan bermakna apabila p < 0,05. Pengolahan data dilakukan dengan SPSS versi 10.0


(30)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil penelitian

Selama penelitian yang dilakukan pada bulan Oktober 2004 – April 2005 terhadap 179 anak di daerah endemik dan 177 anak di daerah non endemik. Tabel 1 menunjukkan karakteristik dasar dari kedua kelompok subjek penelitian Tabel 4.1. Distribusi karakteristik siswa

Kelompok Pengamatan Endemik Non Endemik Karakteristik

N % N % 1. Jenis Kelamin

• Perempuan • Pria

93 86 52 48 92 85 52 48 2. Umur

• 6 tahun • 7 tahun • 8 tahun • 9 tahun • ≥ 10 tahun

3 39 63 47 27 1,7 21,8 35,2 26,3 15 11 38 52 30 46 6,2 21,5 29,4 16,9 26 3. Mimpi basah (siswa pria)

• Ya • Tidak

- 86 - 100 - 85 - 100 4. Haid (siswa perempuan)

• Ya • Tidak

-93 - 100 - 92 - 100


(31)

Tabel 4.2 menunjukkan karakteristik orang tua siswa. Dijumpai perbedaan bermakna pada kedua kelompok ini di mana tingkat pendidikan, penghasilan, dan pekerjaan pada orang tua yang tinggal di daerah non endemik lebih baik daripada daerah endemik malaria.

Tabel 4.2. Distribusi karakteristik orang tua siswa

Kelompok Pengamatan

Endemik Non Endemik p. Karakteristik

N N 1. Pekerjaan orang tua

• Guru • Pedagang • Pegawai • Petani • PNS

• Wiraswasta

2 18 8 120 8 23 1 3 26 1 10 136 0,0001

2. Tingkat Pendidikan orang tua

• SD • SLTP • SLTA • Sarjana

60 51 56 12 19 48 107 3 0,0001

3. Penghasilan orang tua • < Rp.500.000 •

Rp.500.000-Rp.1.000.000 • > Rp.1.000.000

126 45 8 18 87 72 0,0001


(32)

Tabel 4.3 menunjukkan nilai tinggi badan anak di daerah endemik dan non endemik pada awal penelitian dan 6 bulan berikutnya. Tinggi badan pada masing-masing kelompok dijumpai perbedaan bermakna .

Tabel 4.3 Perbedaan tinggi badan pada awal dan akhir penelitian

Variabel yang diamati N x±SD Mean difference

p.

1. Tinggi badan daerah endemika)

a. Awal Penelitian b. 6 bulan berikutnya

179 179

113,540 ± 6,364 115,596 ± 6,334

-2,056 0,0001*

2. Tinggi badan daerah non endemika)

a. Awal Penelitian b. 6 bulan berikutnya

177 177

118,351 ± 8,018

122,424 ± 7,896 -4,073 0,0001 *

Keterangan : *) : signifikans a) : uji t dependent

Tabel 4.4 menunjukkan perbedaan kecepatan tumbuh pada awal penelitian dan 6 bulan berikutnya serta berat badan pada kelompok anak daerah endemik dan daerah non endemik malaria. Kecepatan tumbuh dan berat badan pada daerah non endemik dibandingkan dengan daerah endemik malaria dijumpai adanya perbedaan yang bermakna.


(33)

Tabel 4.4. Perbedaan tinggi badan dan berat badan daerah endemik dan non endemik malaria pada awal penelitian dan 6 bulan berikutnya

Variabel yang diamati N x±SD Mean difference

p.

1. Tinggi badan awal penelitiana) • Endemik • Non endemik

179 177

113,540 ± 6,364

118,351 ± 8,018 - 4,811 0,0001* 2. Tinggi badan 6 bulan

berikutnyaa) • Endemik • Non endemik 3. Berat badana)

• Endemik • Non endemik

179 177

179 177

115,596 ± 6,334 122,424 ± 7,896

19,783 ± 3,446 20,669 ± 5,026

-6,828

-0,887

0,0001*

0,0001*

Keterangan : *) : signifikans a) : uji t independent

4.2 Pembahasan

Penelitian yang berkenaan dengan gangguan kecepatan tumbuh pada anak belum banyak dilaporkan. Laporan yang menilai kecepatan tumbuh dilakukan bersamaan dengan penelitian terhadap status gizi anak. Penyakit malaria menyebabkan induksi respon fase akut dan menghasilkan sitokin secara langsung menyebabkan penurunan konsentrasi IGF-1 dan selanjutnya mempengaruhi proses remodelling dari tulang yang dibutuhkan untuk


(34)

pertumbuhan tulang panjang. Marsden PD, melaporkan bahwa penyakit malaria memperlihatkan gangguan kecepatan tumbuh selama masa sakit.dikutip dari 32

Takakura M. dkk, melaporkan bahwa infeksi yang disebabkan oleh malaria menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak. Hubungan ini terjadi melalui 2 mekanisme yaitu penyakit malaria menyebabkan terjadinya gangguan nutrisi yang kemudian menyebabkan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi malaria.dikutip dari 33

Pertumbuhan anak yang normal dipengaruhi oleh faktor genetik, nutrisi, metabolik dan endokrin. Pada masa anak terjadi pertumbuhan yang konstan diikuti dengan perlambatan kecepatan tumbuh menjelang masa pubertas. Pada masa pubertas kecepatan tumbuh lebih besar dibanding dengan pada masa anak, hal ini disebabkan adanya interaksi beberapa faktor hormon seperti GH ( Growth hormone ), IGF-1 dan seks hormon.34 Pada penelitian ini (tabel 1) anak-anak yang sudah mengalami pubertas tidak diikutsertakan karena berbeda kecepatan tumbuhnya dibandingkan dengan masa sebelumnya ( masa anak kecepatan tumbuh 5 cm / tahun sedangkan pubertas 6,5 cm / tahun ).

Penyebab paling banyak dari gangguan kecepatan tumbuh adalah kemiskinan serta efeknya. Nutrisi yang buruk dijumpai pada status ekonomi yang rendah tetapi dapat juga pada tingkat menengah. El Samani FZ, melaporkan bahwa malaria lebih sering terjadi pada anak dengan status gizi yang buruk dibandingkan dengan anak dengan status gizi yang baik, hal ini dihubungkan dengan faktor sosioekonomi di daerah tersebut.32 Pada penelitian ini (tabel 2 ) anak yang tinggal di daerah non endemik menunjukkan tingkat


(35)

sosioekonomi yang lebih baik daripada daerah endemik malaria. Penelitian ini tidak menilai status gizi pada anak yang tinggal di daerah endemik dan non endemik malaria.

Pada tabel 3 dan 4, kecepatan tumbuh pada anak yang tinggal di daerah non endemik lebih baik dibandingkan anak yang tinggal di daerah endemik malaria . Anak yang tinggal di daerah endemik malaria ini termasuk dalam strata High Prevalensi Area (HPA) dengan Parasitemia rate (PR) tertinggi yaitu 10,65%.6 Angka kejadian malaria pada daerah endemik berjumlah 14.773 kasus.2 Jenis penyakit yang terbanyak di daerah endemik ini adalah malaria klinis sebanyak 17,53%.8 Hal ini menyebabkan anak yang tinggal di daerah endemik malaria lebih sering mengalami penyakit malaria dan gangguan gizi yang mengakibatkan gangguan kecepatan tumbuh dibandingkan dengan anak yang tinggal di daerah non endemik malaria.

Irwansyah melaporkan tidak terdapat perbedaan bermakna kecepatan tumbuh antara anak usia 6-10 tahun yang sedang menderita dengan yang tidak menderita malaria di daerah endemik malaria tetapi kecepatan tumbuhnya mengalami perlambatan.14 Pada penelitian ini anak yang tinggal di daerah non endemik malaria kecepatan tumbuhnya lebih baik daripada anak yang tinggal di daerah endemik malaria. Bila dilihat dari keadaan sosioekonominya, daerah endemik lebih rendah dibandingkan dengan daerah non endemik malaria, disamping itu faktor pengetahuan masyarakat mengenai makanan bergizi yang sesuai untuk anak juga rendah. Hal ini menyebabkan kecepatan tumbuh anak pada daerah endemik lebih lambat dibandingkan dengan daerah non endemik. Penelitian ini sesuai dengan laporan Takakura M, dkk. dikutip dari 33


(36)

Kecepatan tumbuh jika kurang dari 4,5 cm / tahun dimulai pada usia 4 tahun sampai masa pubertas adalah abnormal.13 Pada fase ini laju kecepatan tumbuh normal pada anak sampai menjelang usia pubertas relatif konstan yaitu 5-7 cm/tahun. Hormon utama yang mempengaruhi pertumbuhan pada fase ini adalah growth hormone.16 Pada penelitian ini tidak dinilai hubungan kecepatan tumbuh dengan kadar growth hormone anak yang tinggal di daerah endemik dan non endemik malaria mengingat biaya yang sangat mahal untuk melakukan pemeriksaannya.

Penelitian yang menghubungkan kecepatan tumbuh pada anak yang mengalami penyakit – penyakit infeksi kronik terutama malaria serta kecepatan tumbuh anak terutama pada usia 6 – 10 tahun di daerah endemik dan non endemik malaria belum banyak dilakukan. Penelitian ini tidak menilai faktor – faktor infeksi lainnya, genetik dan hormon yang dapat berperan dalam mempengaruhi kecepatan tumbuh anak sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk dapat menyingkirkan kemungkinan adanya faktor perancu dalam penafsiran data.


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada penelitian ini ditemukan kecepatan tumbuh anak yang tinggal di daerah endemis malaria lebih rendah dibandingkan dengan daerah non endemis malaria dimana secara statistik bermakna setelah dilakukan penelitian selama 6 bulan.

5.2 Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut dan lama dengan sampel yang lebih besar serta metodologi yang lebih baik agar dapat menyingkirkan kemungkinan adanya faktor perancu dalam penafsiran data.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

1. Soedarmo SSP, Gama H, Hadinegoro SRS. Infeksi dan penyakit tropis.Edisi ke-1.Jakarta: Balai penerbit FK UI; 2002.h.442-71.

2. Lubis CP, Pasaribu S. Malaria in north sumatera province the situation and characteristics. Departement of child health medical school University of

Sumatera Utara Medan, Indonesia 2002; USU digital library : 1-8.

3. Stephensen CB. Burden of infection on growth failure. Am soc for nutri sci. 1999 : 534s-538s.

4. Tonglet R, Lembo EM, Zihindula PM, Wodon A, et all. How useful are anthropometric, clinical and dietary measurements of nutritional status as predictors of morbidity of young children in central Africa?. Trop Med and Intern Health. 1999 ; 4 : 120-30.

5. Spencer HC, Strickland GT. Malaria. Dalam : Strickland GT, penyunting. Hunter’s tropical medicine and emerging infectious disease. Edisi ke-8. Philadelphia: W.B. Saunders; 2000.h.516-47.

6. Dinas kesehatan kabupaten mandailing natal. Rencana strategis tahun 2001-2005.

7. Data stratifikasi malaria menurut dampak pemberantasan vektor per-dati II propinsi sumatera utara tahun 1999.

8. Biro statistik sumatera utara. Mandailing natal dalam angka. BPS sumatera utara : Medan; 2001.

9. Diettians of canada, canadian pediatrics society. The use of growth chart for assessing and monitoring growth in canadian infant and children. Ca J Diet Prac Res.2004;65:22-32.

10. Hal DE, Coddy JD. Growth hormone deficiency and chromosome 18

abnormalities. Diunduh dari : http;//www.chromosome18.org/field/growthhormonedeficiency.pdf.

11. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Edisi ke-1.Jakarta: EGC;1998.h.20-3. 12. Kappy MS. Short stature. Dalam : Berman S, penyunting. Pediatric Decision


(39)

13. Styne D. Growth. Dalam : Greenspan FS, Gardner DG, penyunting. Basic and clinical endocrinology. Edisi ke-7. New york : McGraw-Hill companies; 2004.h.196-7.

14. Nasution I. Perbedaan kecepatan tumbuh pada anak usia 6-10 tahun yang menderita malaria dan tanpa malaria. Tesis. Universitas Sumatera Utara, Medan. Indonesia. 2006.

15. Tanuwidjaya S. Konsep umum tumbuh dan kembang. Dalam : Narendra MB, Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh ING, penyunting. Tumbuh kembang anak dan remaja.Edisi ke-1.Jakarta:CV Sagung Seto;2002.h.1-12. 16. Tridjaja B. Perawakan dan pertumbuhan. Dalam : Pulungan AB, penyunting.

Makalah lengkap nutrition growth-development continuing professional development .Jakarta: IDAI cab.Jakarta; 2006.h.10-8.

17. Clayton PE, Gill MS. Normal growth and its endocrine control. Dalam : Brook CGD, Hindmarsh PC, penyunting. Clinical pediatric endocrinology. Edisi ke-4. London: Blackwell science; 2002.h. 95-103.

18. Lawn CJ, Chavasse RJ, Booth KA, Angeles M, Wier FJ. The neorule : a new instrument to measure linear growth in preterm infant. Arch Dis Child Fetal Neonatal 2004; 89: F363.

19. Grimberg A, De Leon DD. Disorder of growth. Dalam: Moshang T, penyunting. Pediatric endocrinology. ST Louis: Mosby; 2005.h.151-2.

20. Karlberg J, Luo ZC. Critical growth phase for adult shortness. Am J Epidemiol 2000; 152:125-31.

21. Lipfshitz F, Cervantes CD. Short stature. Dalam: Lipfshitz F, penyunting. Pediatric endocrinology. Edisi ke-3. New York : Markel Dekker; 1996.h.1-15. 22. Patel L, Clayton PE. Normal and disordered growth. Dalam : Brook CGD,

Clayton PE, Brown RS, penyunting. Clinical pediatric endocrinology. Edisi ke-5. London : Blackwell Publishing Ltd; 2005.h.90-112.

23. Lipman TH, Hench KD, Benyi T. A multicentre randomized controlled trial of an intervention of improve the accuracy of linear growth measurement. Arch Dis Child 2004;89:342-6.


(40)

24. Padmadas SS, Hutter I, Willekens F. Weaning initiation patterns and subsequent linear growth progression among children aged 2-4 years in India. Int.J. Epidemio.2002;31:855-863.

25. Wales JKH, Rogol AD, Wit JM. Color atlas of pediatric endocrinology and growth. London: Mosby-Wolfe; 1996.h.1-12.

26. Miller WL. The endocrine system. Dalam: Rudolph CD, Rudolph AM, penyunting. Rudolph’s pediatrics. Edisi ke-21. New york : McGraw-Hill; 2003.h.2007-24.

27. Fredriks AM, Beuker PJ, Roede MJ, Wit JM, Van Buuren S, Brugman E, et all. Continuing positive secular growth change in the netherlands 1955-1997. Pediatr Res 2000;47:316-23.

28. Jones ADGB, Cardy AH, Helms PJ, Phillips DO, Smith WCS. Influence of sosioeconomic conditions on growth in infancy : the 1921 Aberdeen birth cohort. Arch Dis Child 1999;81:5-9.

29. Batubara JRL. Perawakan pendek. Dalam: Pardede N, Bakri A, Aditiawati, Prambudi R, Herman E, penyunting.Naskah lengkap kuliah umum PIT IDAI I palembang. Palembang: IDAI; 2001.h.82-93.

30. Fewtrell MS, Morley R, Abbott RA, Singhal A, Clements H, Lucas A, et all. Catch-up growth in small-for-gestational-age term infants: a randomized trial. Am J Clin Nutr 2001;74:516-23.

31. Heinrichs C, Colli M, et all. Effects of fasting on growth plate : systemic and local mechanisms. Endocrinology 1997 : 5359 – 65.

32. Genton B, Al-yaman F,Ginny M, Taraika J, dkk. Relation of anthropometry to malaria morbidity and immunity in papua new Guinean children. Am J Clin Nutr 1998; 68 : 734-41.

33. Holding PA, Kitsao PK. Describing the burden of malaria on child development: what should we be measuring and how should we be measuring it?. Am.J.Trop.Med.Hyg 2004; 71 : 71-9.

34. Batubara JRL. Insulin-like growth factor pada anak pendek. Dalam: Assin HMS, Rukman Y, Batubara JRL, Tridjaja B, penyunting. Masalah penyimpangan pertumbuhan somatic pada anak dan remaja. Jakarta: FK UI; 1993.h.81-8.


(41)

Lampiran 1

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN

Dengan ini saya / orang tua dari :

Nama : ... Jenis kelamin: LK / PR

Umur : ...Tahun ...Bulan Puskesmas :... Alamat : ...

Desa ...Kecamatan ...

Setelah mempelajari dan mendapat penjelasan yang sejelas-jelasnya mengenai penelitian dengan judul ‘Perbedaan kecepatan tumbuh pada anak usia 6-10 tahun di daerah endemik dan non endemik malaria’.

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya mengijinkan dengan rela saya / anak saya menjadi subjek penelitian tersebut dengan catatan sewaktu-waktu bisa mengundurkan diri apabila merasa tidak mampu untuk mengikuti penelitian ini.

Demikian pernyataan ini diperbuat dengan sebenarnya dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun juga.

Panyabungan, ...2004 Yang membuat pernyataan

(...)

Saksi :

Kepala Desa / Kepala Puskesmas Peneliti

(...) (Dr. Indra Wahyudi Tanjung)


(42)

Lampiran 2

LEMBAR KUESIONER

Perbedaan kecepatan tumbuh pada anak usia 6 – 10 tahun di

daerah endemik dan non endemik malaria

Nomor urut pemeriksaan : ...

Puskesmas :……….

Desa : ... Kecamatan : ... Tanggal : ...

Pewawancara : ...

Nama lengkap : ... Jenis kelamin : LK / PR

Umur : ...Tahun ...Bulan Anak ke :... dari...bersaudara Alamat : Desa ...Kecamatan

... Pekerjaan orang tua ( ) Petani

( ) Wiraswasta ( ) Pegawai Negeri

( ) Lain-lain ... Penghasilan orangtua : Rp.../bulan Tingkat pendidikan / orangtua : AYAH IBU

( ) ( ) Tidak sekolah ( ) ( ) Sekolah Dasar ( ) ( ) SLTP

( ) ( ) SLTA

( ) ( ) Perguruan Tinggi

Apakah ada makan obat Klorokuin dan Besi dalam 2 (dua) minggu terakhir ?

Klorokuin ( ) Ya Besi ( ) Ya ( ) Tidak ( ) Tidak


(43)

KELUHAN PENDERITA

Keluhan ya Tidak Berkurang/hilang hari ke 1. Demam

2. Sakit kepala 3. Menggigil 4. Pusing 5. Mual

6. Nyeri epigastrium 7. Muntah

8. Mencret 9. Pucat 10. Dan lain-lain

PEMERIKSAAN FISIK / LABORATORIUM

Variabel Hasil 1 Hasil 2 1. Berat badan

2. Tinggi badan 3. Frek. Jantung 4. Frek. Pernafasan 5. Demam ( > 37,5 0 C) 6. Hepatomegali 7. Splenomegali 8. Bentuk jari 9. Jenis malaria 10. Hb

11. Ht 12. Leukosit 13. LED

Riwayat pemakaian obat penambah nafsu makan : Deksametason :

Prednison :

Preparat hormonal lain : Usia mendapat

Haid :

Mimpi :


(44)

(45)

(46)

(47)

(48)

(49)

(50)

(51)

(52)

(53)

(54)

(55)

(1)

Indra Wahyudi Tanjung: Perbedaan Kecepatan Tumbuh Pada Anak 6-10 Tahun Di Daerah Endemik Dan Non Endemik Malaria, 2007.


(2)

Indra Wahyudi Tanjung: Perbedaan Kecepatan Tumbuh Pada Anak 6-10 Tahun Di Daerah Endemik Dan Non Endemik Malaria, 2007.


(3)

Indra Wahyudi Tanjung: Perbedaan Kecepatan Tumbuh Pada Anak 6-10 Tahun Di Daerah Endemik Dan Non Endemik Malaria, 2007.


(4)

Indra Wahyudi Tanjung: Perbedaan Kecepatan Tumbuh Pada Anak 6-10 Tahun Di Daerah Endemik Dan Non Endemik Malaria, 2007.


(5)

Indra Wahyudi Tanjung: Perbedaan Kecepatan Tumbuh Pada Anak 6-10 Tahun Di Daerah Endemik Dan Non Endemik Malaria, 2007.


(6)

Indra Wahyudi Tanjung: Perbedaan Kecepatan Tumbuh Pada Anak 6-10 Tahun Di Daerah Endemik Dan Non Endemik Malaria, 2007.