Tanggung Jawab Pengembang Developer sebagai Pelaku Usaha

pertanggungjawaban secara konvensional, tanggung gugat produk didasarkan adanya wanprestasi default dan perbuatan melawan hukum fault. Berdasarkan pasal 1365 KUHPerdata, konsumen yang menderita kerugian akibat produk barangjasa yang cacat bisa menuntut pihak produsen pelaku usaha secara langsung. Tuntutan tersebut didasarkan pada kondisi telah terjadi perbuatan melawan hukum. Atau dengan kata lain, konsumen harus membuktikan terlebih dahulu kesalahan yang dilakukan oleh pelaku usaha. Langkah pembuktian semacam itu sulit dilakukan karena konsumen berada pada kondisi yang sangat lemah dibandingkan dengan posisi pelaku usaha. Disamping sulitnya pembuktian, konsumen nantinya juga sulit mendapatkan hak ganti rugi kompensasi atas pelanggaran yang dilakukan pelaku usaha. Oleh karena itu, diperlukan adanya penerapan konsep strict liability tanggung jawab mutlak, yaitu bahwa produsen seketika itu juga harus bertanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen tanpa mempersoalkan kesalahan darim pihak produsen. 11 Jika dicermati sebenarnya UU Perlindungan Konsumen mengadopsi konsep tanggung jawab. Dalam pasal 19 ayat 1 UU Perlindungan Konsumen disebutkan bahwa: “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, atau kerugian yang diderita konsumen akibat mengkonsumsi barangjasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.” 11 N.H.T. Siahaan, Hukum Konsumen Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Produk Jakarta: Panta Rei, 2005, hal. 15 Pasal 28 UU Perlindungan Konsumen menyatakan: “Pembuktian terhadap ada atau tidaknya unsur dalam gugatan ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam pasal 19, pasal 22, dan pasal 23, merupakan beban dan tanggung jawab pelaku usaha.” Lebih lanjut apabila membicarakan mengenai tanggung jawab developer maka hal tersebut berkaitan dengan tanggung jawab moral developer kepada konsumennya. Pada umumnya developer yang bernaung dalam Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia REI memiliki tanggung jawab moral terhadap konsumen. Tanggung jawab moral developer ini terangkum dalam kode etik Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia yang dikenal dengan “Sapta Brata”. Adapun isi dari Sapta Brata adalahal sebagai berikut: 1. Anggota Real Estate Indonesia dalam melaksanakan usahanya senantiasa berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. 2. Anggota Real Estate Indonesia dalam melaksanakan usahanya senantiasa mentaati segala undang-undang maupun peraturan yang berlaku di Indonesia. 3. Anggota Real Estate Indonesia dalam melaksanakan usahanya, senantiasa menjaga keselarasan antara kepentingan usahanya dengan kepentingan pembangunan bangsa dan negara. 4. Anggota Real Estate Indonesia dalam melaksanakan usahanya, senantiasa menempatkan dirinya sebagai perusahaan swasta nasional yang bertanggung jawab, menghormati dan menghargai profesi usaha real estate dan menjunjung tinggi rasa keadilan, kebenaran dan kejujuran. 5. Anggota Real Estate dalam melaksanakan usahanya, senantiasa menjunjung tinggi ADART Real Estate Indonesia serta memegang teguh disiplin dan solidaritas organisasi. 6. Anggota Real Estate dalam melaksanakan usahanya, dengan sesama pengusaha senantiasa saling menghormati, menghargai, dan saling membantu serta menghindarkan diri dari persaingan yang tidak sehat. 7. Anggota Real Estate Indonesia dalam melaksanakan usahanya, senantiasa memberikan pelayanan pada masyarakat dengan sebaik-baiknya. 12 Tujuh kode etik tersebut merupakan pedoman bagi seluruh developer anggota Real Estate Indonesia. 12 ADART Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia. Keterangan: Untuk mempermudah dan memperjelas pembahasan dari permasalahan mengenai perlindungan hukum konsumen perumahan terhadap penerbitan brosur pemasaran, maka diuraikan secara singkat sebagai berikut: Ketika pengembang mulai memasarkan produknya melalui brosur, flyer, baliho, iklan online dan lain-lain, konsumen bisa mulai memilih unit yang mana yang sesuai dengan keinginan konsumen. Setelah konsumen memilih kavling yang sesuai dengan keinginannya, konsumen bisa langsung menanyakan metode pembayarannya cash atau KPR. Survey lokasi juga penting untuk melihat kondisi area yang akan dibangun perumahan. Setelah konsumen cocok dengan kondisi perumahan tersebut, konsumen bisa melakukan pembayaran booking fee atau tanda jadi, dengan menyetorkan sejumlah uang sesuai dengan kesepakatan dan ketentuan yang diterapkan pihak pengembang. Dengan melakukan pembayaran booking fee berarti menunjukan bahwa konsumen telah serius untuk membeli rumah tersebut. Jika konsumen melakukan pembelian rumah secara cash, setelah melakukan pembayaran booking fee konsumen bisa melakukan pelunasan pembayaran sesuai peraturan dan ketentuan yang ditetapkan pihak pengembang. Namun jika konsumen melakukan pembelian rumah secara kredit KPR, konsumen harus melakukan pembayaran down payment DP dan memenuhi prosedur KPR yang telah ditetapkan. Prosedur KPR tersebut meliputi cara pengajuan KPR dan pemenuhan syarat-syarat KPR yang telah ditetapkan. Setelah KPR disetujui oleh pihak bank, dan pembayaran DP telah dilakukan, maka pembangunan unit rumah harus dilakukan. Pembangunan unit ini tergantung dari luas unit yang konsumen pilih. Setelah pembangunan unit telah rampung 100, dan sudah siap untuk melakukan serah terima ke pembeli. Pihak pengembang biasanya akan memberikan masa retensi selama tiga bulan setelah serah terima dilakukan. Masa retensi adalah waktu untuk pihak developer apabila ada keluhan-keluhan mengenai bangunan dan kondisi rumah. Selama masa retensi ini apabila ada kerusakan mengenai bangunan dan kondisi rumah masih menjadi tanggung jawab pihak pengembang. Oleh sebab itu, apabila pengembang melakukan wanprestasi kepada konsumen atas pembangunan perumahan yang dibangun tidak sesuai dengan situasi dan kondisi yang di janjikan di dalam brosur, maka akan timbul hubungan hukum, akibat hukum, dan pertanggungjawaban dari pihak pengembang. 13 13 Tata Cara Jual -Beli Properti Bagian 4: Membeli Property dari Developer https:blog.urbanindo.com, diakses pada 10 Desember 2013

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah pendekatan hukum empiris dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung melalui wawancara dengan PT Pualam Tunggal Sakti sebagai pengembang. Sedangkan, data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan hukum.

B. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat penelitian hukum empiris karena penelitian ini dilakukan dengan cara mengkaji dan menganalisis bahan- bahan pustaka yang berupa literatur dan perundang-undangan dan hasil wawancara yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas, dalam hal ini berkaitan dengan hubungan hukum, akibat hukum, dan tanggungjawab hukum.

C. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian hukum deskriptif bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran deskripsi lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Penelitian yang menimbulkan suatu gejala hukum dalam penelitian ini adalah penerbitan brosur oleh perusahaan pengembang. Untuk itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara jelas dan rinci dalam memaparkan apa saja hubungan hukum, akibat hukum, dan pertanggungjawaban hukum antara pengembang dengan konsumen apabila pihak pengembang melakukan wanprestasi kepada konsumen. Untuk itu, pada penelitian ini akan menggambarkan bagaimana hubungan hukum, akibat hukum, serta tanggungajawab hukum dari masing-masing pihak yang terikat yaitu antara developer dan konsumen.

D. Data dan Sumber Data

Data yang di perlukan dalam penelitian hukum normatif adalah data sekunder. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa : 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung melalui wawancara dengan PT Pualam Tunggal Sakti sebagai pengembang yang memasarkan brosur perumahan kepada konsumen. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mempelajari dokumen perlindungan konsumen tersebut yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas serta mempelajari peraturan perundang-undangan, dan buku-buku hukum. Data sekunder terdiri dari bahan-bahan hukum, yaitu: Pertama, bahan hukum primer merupakan bahan-bahan hukum yang merupakan data sekunder yang mempunyai kekuatan hukum mengikat seperti peraturan perundang- undangan. Kedua, bahan hukum sekunder merupakan bahan-bahan yang memberikan penjelasan dari bahan-bahan hukum primer. Ketiga, bahan hukum tersier merupakan bahan hukum penunjang lainnyan yang memberikan petunjuk terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang lebih dikenal dengan nama acuan bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum. Contohnya, abstrak perundang-undangan, bibliografi hukum, direktori pengadilan, ensiklopedia hukum, indeks majalah hukum, kamus hukum, dan seterusnya. 1

E. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lokasi penelitian, Pertama di PT Pualam Tunggal Sakti, beralamat di Jalan Pangeran Diponegoro No. 96 Teluk Betung Utara, Bandar Lampung. Kedua, Penelitian di lokasi proyek di Jalan Raya Karang Anyar, Kelurahan Karang Anyar. Kecamatan Jati Agung. Kabupaten Lampung Selatan. 1 Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Jakarta: CV. Rajawali, 1985, hal. 41 F. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data Kegiatan pengumpulan data dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut: a. Menghimpun informasi dan data dari PT Pualam Tunggal Sakti berupa bagaimana apakah ada konsumen yang mengeluh atau merasa tidak puas dengan hasil pembangunan yang tidak sesuai dengan apa yang dituliskan didalam brosur. b. Menginvertarisasi data yang relevan dengan rumusan masalah dengan cara membaca, mempelajari, mengutipmencatat, dan memahami maknanya. c. Mengkaji data yang sudah terkumpul dengan cara menelaah literatur- literatur dan bahan kepustakaan lainnya agar mempermudah pembahasan penelitian ini serta untuk menentukan relevansinya dengan kebutuhan dan rumusan masalah. Data yang dikumpulkan diperoleh dengan menggunakan metode pengumpulan data: a. Studi Pustaka, dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca, menelaah dan mengutip peraturan perundang-undangan, buku-buku dan literatur yang berkaitan dengan perlindungan konsumen yang akan dibahas dalam masalah ini. b. Studi Dokumen adalah pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang tidak dipublikasikan secara umum, tetapi dapat diketahui oleh pihak tertentu. Pengkajian dan analisis informasi tertulis mengenai hukum yang tidak dipublikasikan secara umum berupa dokumen yang berkaitan dengan pokok

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Developer Perumahan Kepada Konsumen Perumahan Terhadap Iklan dan Brosur Perumahan yang Menyesatkan Konsumen Perumahan Dikaitkan dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen (Studi pada CV. Surya Abadi)

13 134 95

Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Perumahan Dan Pemukiman Atas Iklan Yang Dijanjikan

14 91 117

Perlindungan Konsumen Dalam Kontrak Jual Beli Rumah Di Perumahan Harapan Indah Bekasi

0 10 0

Perlindungan hukum bagi konsumen perumahan griya kurnia indah atas informasi kualitas bangunan oleh pengembang PT Putra Pratama

0 4 68

Tanggung Jawab Pengembang Perumahan Terhadap Konsumen Perumahan Dalam Perjanjian Jual Beli Rumah Yang Dilakukan Antara Pengembang Perumahan Dengan Konsumen Perumahan (Studi Di PT. Berkah Tawakkal)

1 14 104

PERLINDUNGAN KONSUMEN PERUMAHAN UNTUK MENDAPATKAN PERLINDUNGAN HUKUM ATAS PROMOSI YANG DIJANJIKAN OLEH PENGEMBANG ATAU DEVELOPER DI WILAYAH EKS KARISIDENAN SURAKARTA.

0 0 11

Perlindungan hukum terhadap konsumen perumahan atas kualitas bangunan di perumahan fajar indah Surakarta AMANDA JADI PDF

1 1 85

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI RUMAH - Tanggung Jawab Developer Perumahan Kepada Konsumen Perumahan Terhadap Iklan dan Brosur Perumahan yang Menyesatkan Konsumen Perumahan Dikaitkan dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen (Studi pada CV.

0 1 24

BAB I PENDAHULUAN - Tanggung Jawab Developer Perumahan Kepada Konsumen Perumahan Terhadap Iklan dan Brosur Perumahan yang Menyesatkan Konsumen Perumahan Dikaitkan dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen (Studi pada CV. Surya Abadi)

0 1 10

TANGGUNG JAWAB DEVELOPER PERUMAHAN KEPADA KONSUMEN PERUMAHAN TERHADAP IKLAN DAN BROSUR PERUMAHAN YANG MENYESATKAN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO.8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi Pada CV.Surya Mas Abadi)

0 2 10