Karakterisasi dengan SEMEDS Pemisahan Alumina

42 Gambar 3.3 Rangkaian alat pengukuran konduktivitas termal. Adapun langkah-langkah dalam pengukuran konduktivitas termal adalah: 1. Menyalakan hotplate, suhu hotplate dibuat hingga mencapai suhu stabil. 2. Meletakkan sampel alumina yang telah dicetak dan ditimbang sebelumnya di atas hotplate . 3. Sampel dibiarkan di atas hotplate selama 1 menit kemudian suhu pada permukaan hot plate posisi 1 dan suhu pada permukaan sampel diukur posisi 2. Dari pengukuran ini selisih suhu dT dapat dihitung yakni suhu pada posisi1-suhu pada posisi awal. Pengukuran dilakukan dengan tiga kali pengulangan. 4. Melakukan perhitungan luas permukaan sampel alumina yang telah dicetak. 5. Memasukkan nilai dari masing-masing besaran ke dalam persamaan 3, maka nilai konduktivitas termal k akan diperoleh.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Metode elektrokimia dapat digunakan untuk menghasilkan alumina langsung dari logam aluminium. 2. Hasil penelitin menunjukkan bahwa jumlah alumina yang diahsilkan dipengaruhi oleh pH dan potensial, dimana alumina yang paling banyak dihasilkan dari percobaan dengan pH 4 dan potensial 22 volt. 3. Dari hasil karakterisasi dengan FTIR diketahui bahwa sampel hasil elektrolisis adalah alumunium hidroksida dan berubah secara bertahap hingga menjadi alumina murni pada suhu 1200 o C. 4. Hasil karakterisasi dengan XRD menunjukkan bahwa suhu sintering sangat mempengaruhi tingkat kristalinitas sampel, dimana secara ber tahap -AlOH 3 yang bersifat kristalin berubah menjadi -Alumina yang bersifat amorph krsitalinitas rendah, kemudian menjadi α-alumina yang bersifat kristalin setelah disintering pada suhu 1200 o C. 5. Hasil karakterisasi dengan SEM menunjukkan bahwa suhu sintering mempengaruhi bentuk dan ukuran partikel dari sampel alumina. Perlakuan termal hingga suhu 800 o C menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu sintering