Batasan Penelitian 1. Jenis Data 1.

a b c Gambar 3. Lokasi a Cemara, b Bukit, dan c Belerang di hutan Desa Cugung. 2. Pengambilan Data Lapangan a. Ukuran kelompok Pengambilan data ukuran kelompok dilakukan dengan cara mencatat jumlah individu pada saat perjumpaan langsung. Umur dan jenis kelamin dicatat untuk mengetahui komposisi kelompok Kwatrina, Kuswanda, dan Setyawati, 2013. Komposisi umur dikategorikan ke dalam anakan, muda dan dewasa yang merupakan modifikasi dari Grittin dan Raemaker 1980. Jenis kelamin antara individu jantan dan betina ditentukan oleh ukuran tubuh individu betina yang relatif lebih kecil dari individu jantan dan adanya rambut skrotal yang menjuntai di antara kedua paha dari individu jantan Fedigan, 1992; Baren, 2002. Nilai dugaan terhadap rasio seksual populasi siamang ditentukan dengan persamaan yang menunjukkan perbandingan antara jumlah jantan dan betina Alikodra, 1990. Metode yang digunakan adalah metode terkonsentrasi concentration count, dilakukan dengan perhitungan langsung pada individu primata yang ditemui Fachrul, 2007; Qiptiyah, 2012. Pengamatan dilaksanakan terkonsentrasi pada tiga lokasi yang diduga sebagai tempat dengan peluang perjumpaan satwa yang tinggi, yaitu Lokasi 1 Cemara, Lokasi 2 Bukit, dan Lokasi 3 Belerang. Lokasi yang diduga sebagai tempat dengan peluang perjumpaan satwa yang tinggi, misalnya tempat tersedianya pakan, air untuk minum dan lokasi tidurnya. Pengamatan dilakukan pada tempat yang tidak terlihat oleh satwa sehingga tidak mengganggu aktivitas satwa Bismark, 2011. Data yang dicatat selama penelitian adalah jumlah individu dalam kelompok, komposisi umur anakan, muda dan dewasa dan jenis kelamin jantan dan betina. Anakan mempunyai ukuran tubuh kecil. Pada tahun pertama selalu berada dekat dengan induknya dan tahun kedua berada dekat dengan induk jantan. Individu anakan sesekali melakukan perjalanan sendiri tetapi tidak jauh dari induknya. Individu muda memiliki ukuran tubuh sedang dan sering melakukan perjalanan sendiri dan mencari makan sendiri. Pada kelas umur dewasa siamang memiliki ukuran tubuh yang maksimal selalu hidup berpasangan dan selalu dekat dengan anaknya. b. Kondisi Umum Habitat Siamang Pengamatan mengenai kondisi umum habitat siamang di Hutan Desa Cugung KPHL Rajabasa Lampung Selatan menggunakan metode rapid assessment. Menurut IUCN 2007 prinsip umum rapid assessment adalah berbasis lapangan yang fokus pada suatu lokasi dan bentang alam untuk mengumpulkan serta mencatat secara cepat dan akurat data dan pengamatan yang relevan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif pada lokasi tertentu. Metode rapid assessment digunakan untuk mengetahui jenis tumbuhan yang berada di sekitar lokasi pengamatan dengan cara menyisir habitat siamang pada lokasi pengamatan yang telah ditentukan. Penyisiran dilakukan dengan berjalan lurus di dalam areal pengamatan, kemudian mengidentifikasi dan mencatat jenis- jenis tumbuhan yang ditemui. Metode rapid assessment digunakan untuk mengetahui jenis tumbuhan yang berada di sekitar lokasi pengamatan tetapi tidak dapat digunakan untuk menghitung pendugaan populasi. Pengamat cukup mencatat jenis tumbuhan yang ditemukan ICWRMIP-CWMBC, 2013. F. Analisis data Analisis data penelitian menggunakan analisis deskriptif, yaitu menguraikan dan menginterpretasi data yang diperoleh di lapangan yaitu ukuran kelompok, umur dan rasio seksual agar dapat dipahami Best, 1982; Sukardi, 2004. Data yang dianalisis meliputi: 1. Ukuran kelompok Ukuran kelompok merupakan jumlah individu dalam kelompok. Data ukuran kelompok dikumpulkan dengan mencatat jumlah individu, komposisi umur dan jenis kelamin, Kwatrina, Kuswanda, dan Setyawati, 2013. Jumlah individu terbesar yang ditemukan selama penelitian diasumsikan sebagai jumlah individu yang mewakili kelompok tersebut, sedangkan jumlah individu terkecil yang ditemukan diasumsikan bahwa individu yang lain tidak terlihat pada saat pengamatan Fachrul, 2007; Qiptiyah, 2012. 2. Komposisi umur siamang Jumlah siamang yang diamati di lapangan dikelompokkan ke dalam anakan, muda dan dewasa yang merupakan modifikasi menurut Grittins dan Raemakers 1980 dan Muhammad 2005. 3. Rasio Seksual Nilai dugaan terhadap rasio seksual populasi siamang ditentukan dengan persamaan yang menunjukkan perbandingan antara jumlah jantan dan betina Alikodra, 1990 : J S = ---- B Keterangan : S = rasio seksual J = jumlah individu jantan B = jumlah individu betina VI. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa: 1. Ukuran kelompok siamang yang dijumpai di Hutan Desa Cugung KPHL Rajabasa Lampung Selatan adalah 2 – 4 individu yang terdiri dari 1 individu jantan dewasa, 1 individu betina dewasa, 1 individu jantan muda, dan 1 individu betina muda dengan rasio seksual 1:1. 2. Jenis tumbuhan pakan siamang adalah durian Durio zibethinus, teureup Artocarpus elasticus, nangka Artocarpus heterophyllus, cempedak Artocarpus integera, mindi Melia azedarach, petai Parkia speciosa, kimiri Aleurites moluccana, jengkol Pithecellobium jiringa, waru Hibiscus tilliaceus, matoa Pometia pinnata dan angsana Pterocarpus indicus.

B. Saran Perlu pengelolaan yang baik terhadap hutan desa, khususnya di hutan Desa

Cugung dalam rangka mempertahankan dan melestarikan keanekaragaman satwa liar dan habitatnya. DAFTAR PUSTAKA Alikodra, H.S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar. Jilid I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. IPB. Bogor. . 2002. Pengelolaan Satwa Liar. Jilid 1. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Andriansyah, O. 2005. Studi adaptasi perilaku siamang Hylobates syndactylus pada habitat yang mengalami aktivitas perladangan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Skripsi. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung. Atmoko, T. 2010. Struktur Kelompok pada Primata. Diakses pada tanggal 20 Maret 2015. http:triatmokonature.wordpress.com Baren, O. 2002. Positional mode dalam kelompok umur-jenis kelamin pada siamang Hylobates syndactylus Raffless1821 di Way Canguk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Propinsi Lampung. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung. Bashari, H. 1999. Studi populasi dan habitat siamang Hylobates syndactylus Raffles 1821 di Kawasan Hutan Konscrvasi HTI PT Musi Hutan Persada Sumatera Selatan. Skripsi. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor Bates, B.C. 1970. Territorial behaviour in primates: A review of recent field studies. Primates 11: 271-284p. Bismark, M. 1984. Biologi dan Konservasi Primata di Indonesia. Fakultas Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. . 2009. Biologi Konservasi Bekantan Nasalis larvatus. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. . 2011. Prosedur Operasi Standar SOP untuk Survei Keragaman Jenis pada Kawasan Konservasi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Kementerian Kehutanan, Indonesia Kerjasama dengan International Tropical Timber Organization ITTO. Bogor. Chivers, D.J. dan J.J. Raemaekers. 1980. Long-Term Changes In Behaviour. Dalam: Chivers, D.J. ed.. 1980. Malayan forest primates: Ten years study in tropical rain forest . Plenum Press, New York: 209--260. Chivers, D.J. 2001. The swinging singing apes: Fighting for food and family in fareast forest. The Apes: Challenges for the 21 st century. Conference Proceedings, Brookfield Zoo, May 10-13, 2000, Brookfield: Chicago Zoological Society. Christyanti, M. 2014. Kompetisi dan tumpang-tindih relung antara siamang Symphalangus syndactylus dan mamalia arboreal lainnya di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Skripsi. Universitas Indonesia. Depok. CITES. 2015. Convention on International Trade in Endangered Species. http:www.cites.org. Diakses tanggal 20 Februari 2015. Collinge, N.C. 1993. Introduction to Primate Behavior. Iowa: KendallHunt Publishing Company. Cowlishaw, G. 1992. Song function in gibbons. Behaviour 121: 131-153p. Duma, Y. 2007 . Kajian habitat, tingkah laku, dan populasi kalawet Hylobates agilis albibarbis di Taman Nasional Sebangau Kalimantan Tengah. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Kasara. Jakarta Fleagle JG. 1988. Primate Adaptation and Evolution. London: Academic Pr. Geissmann T. 2003. The Gibbons Hylobatidae : An Introduction. Gibbon Research Lab. http:www.tiho-hannover.degibbonsmainintroduction contents.html. Geissmann T, Nijman V. 2006. Calling in wild silvery gibbons Hylobates moloch in Java, Indonesia: Behavior, Phylogeny, and Consevation. Am. J. Primatol. 68: 1-19p. Gittins, S.P. dan J.J. Raemakers, 1980. Siamang, Lar and Agile Gibbons. Malayan Forest: 63-105p. Harianto, S.P. 1988. Habitat dan tingkah laku siamang Hylobates syndactylus di Calon Taman Nasional Way Kambas. Tesis. Fakultas Pascasarjana IPB. Bogor. Tidak dipublikasikan.