Latar Belakang dan Masalah

4 Menurut Asmaliyah dkk. 2010 daun babadotan mengandung saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri. Wulandari 2015 menyatakan bahwa ekstrak babadotan dengan pelarut metanol pada konsentrasi 1.000 ppm dapat menekan pertumbuhan C. capsici secara in vitro. Wirda dkk. 2011 menyatakan bahwa metanol adalah salah satu pelarut yang bersifat polar, bahkan daya kepolarannya lebih tinggi daripada etanol tetapi lebih rendah dari air. Yusnawan 2013 menyatakan bahwa senyawa-senyawa babadotan yang tersari pada pelarut metanol yaitu flavonoid, tanin, saponin, alkaloid, dan terpenoid. Berdasarkan penelitian Purmawati 2008, kadar senyawa kimia yang terlarut pada ekstrak air daun gandarusa Justicia gandarussa yaitu rata-rata 68,56 dan kadar senyawa kimia yang terlarut pada pelarut metanol yaitu rata-rata 47,62. Senyawa yang tersari pada pelarut air lebih banyak dibandingkan pada pelarut metanol. Achmad Suryana 2009 mengemukakan bahwa pada konsentrasi 40 ekstrak daun sirih lebih baik dalam menghambat pertumbuhan diameter koloni Rhizoctonia sp. dibandingkan konsentrasi 10, 20, dan 30. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak air daun sirih yang diberikan semakin banyak kandungan fenolnya maka semakin kuat dan semakin efektif dalam menekan pertumbuhan Rhizoctonia sp.. Yusnawan 2013 menyatakan bahwa ekstrak metanol daun A. conyzoides dapat menghambat perkecambahan spora Puccinia arachidis dan semakin tinggi taraf konsentrasi yang digunakan semakin menghambat perkecambahan spora P. arachidis. 5

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Fraksi ekstrak air daun sirih hijau lebih baik daripada fraksi ekstrak metanol daun babadotan dalam menekan pertumbuhan dan sporulasi C. capsici secara in vitro. 2. Semakin tinggi konsentrasi fraksi ekstrak air daun sirih hijau dan fraksi ekstrak metanol daun babadotan semakin efektif menekan pertumbuhan serta sporulasi C. capsici secara in vitro.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cabai Merah Besar

Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu namun pada batang muda berambut halus berwarna hijau. Tinggi tanaman mencapai 1—2,5 cm dan memiliki percabangan yang lebar Setiawati dkk., 2008. Cabai dapat dibudidayakan pada daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, pada lahan sawah atau tegalan dengan ketinggian 0—1.000 di atas permukaan laut. Tanah yang baik untuk pertanaman cabai adalah yang berstruktur remah atau gembur, subur, banyak mengandung bahan organik, dan pH tanah antara 6—7. Budidaya cabai pada lahan sawah sebaiknya dilakukan pada saat akhir musim penghujan sedangkan pada lahan tegalan di tanam pada saat musim penghujan. Hal ini bertujuan agar kebutuhan air tercukupi dan kandungan air tanah dapat diperhatikan sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik BPTP Lampung, 2008.

2.2 Penyakit Antraknosa

Penyakit antraknosa atau disebut juga patek pada tanaman cabai tersebar luas di semua daerah pertanaman cabai di seluruh dunia Mufidah, 2013. Di Indonesia, dengan iklim tropisnya penyakit ini dapat menimbulkan kerugian yang sangat

Dokumen yang terkait

Formulasi Tablet Hisap Nanopartikel Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav.) Secara Granulasi Basah

3 53 89

Uji Efektifitas Ekstrak Babadotan (Ageratum conyzoides ) Terhadap Hama Plutella xylostella (Lepidoptera : Plutellidae) Di Laboratorium

1 45 66

Efektivitas Ekstrak Daun Babandotan (Ageratum Conyzoides L) Terhadap Mortalitas Nyamuk Aedes Aegypti

3 102 86

Formulasi Tablet Hisap Nanopartikel Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav.) Secara Granulasi Basah

9 71 88

Analisis komponen kimia fraksi minyak atsiri daun sirih (piper batle Linn.) dan daun uji aktivitas antibakteri terhadap beberapa jenis bakteri gram negatif

1 5 33

Analisis komponen kimia fraksi minyak atsiri daun sirih piper bettle Linn) dan uji aktivitas antibakeri terhadap beberapa jenis bakteri gram positif

1 23 78

Perbandingan Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Dengan Metode Difusi Disk dan Sumuran terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus

5 35 46

Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus.

2 15 50

PENGARUH BERBAGAI TINGKAT FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) dan DAUN BABADOTAN (Ageratum conyzoides) TERHADAP Colletotrichum capsici PENYEBAB PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA CABAI (Capsicum annum L.) SECARA IN VITRO

1 12 32

PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN TAGETES (Tagetes erecta) SALIARA (Lantana camara) dan SIRIH HIJAU (Piper betle) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SPORULASI Colletotrichum capsici SECARA IN VITRO

2 15 46