A. PENDAHULUAN
Artikel bejudul “Refleksi Filosofis Dalam Matematika Kelas Kesempatan dan Alasan” merupakan artikel yang dibuat oleh Susanne Prediger, Dortmund
University, Jerman, yang dimuat dalam Philosophical Dimensions in Mathematics Education - Mathematics Education Library VOLUME 42. Makalah ini disusun
sebagai ulasan dari artikel tersebut. Matematika dalam pendidikan: Apakah ada ruang untuk filosofi
matematika dalam praktik sekolah? Ya, benar adanya. Dalam artikel itu, Susanne Prediger lebih mengutamakan mengapa dan bagaimana refleksi filosofis harus
dimasukkan dalam kelas matematika. Gagasan umum akan dijelaskan oleh tiga contoh dari ruang kelas.
Hampir tiga puluh tahun yang lalu beberapa peneliti Jerman yang terkenal dalam filsafat matematika dan matematika pendidikan mengajukan pertanyaan
apakah filsafat harus diintegrasikan ke dalam kelas matematika cf. Otte 1977. Para peneliti secara ekstensif membuat saran bagaimana memasukkan
pertimbangan filosofis dalam pendidikan matematika. Akan tetapi, meskipun semua penulis menyepakati pentingnya pertimbangan filosofis di kelas
matematika, mereka harus mengakui bahwa praktik kelas tidak mencerminkan kepentingan ini.
Sedangkan saran dari 1977 pada dasarnya berkonsentrasi pada persoalan filosofis klasik seperti pertanyaan untuk dasar matematika, ontologi objek
matematika, dan status kebenaran matematika, filsafat kontemporer matematika telah bergeser fokus. Saat ini, sebagian besar filsafat matematika tidak hanya
berkaitan dengan pertanyaan tentang dasar-dasar, tetapi dengan deskripsi dan analisis dari praktek matematika Kitcher 1984, Tymoczko 1985. Matematika
tidak dilihat sebagai pengetahuan mutlak yang telah ditemukan lagi, tetapi sebagai aktivitas manusia, fenomena sosial, bagian dari kebudayaan manusia, secara
historis berkembang, dan dipahami hanya dalam konteks sosial Hersh 1997, 11.
Alasan yang mungkin bahwa pertimbangan filosofis tidak bisa menemukan tempat yang memadai di kelas matematika adalah sebagai berikut.
1. Waktu dalam untuk jam matematika terlalu sedikit, yang disebabkan oleh kelebihan beban silabus.
2. Perguruan tinggi masih mendidik terlalu banyak guru yang tidak mengenal dengan refleksi filosofis sendiri yang merupakan kekurangan yang sangat
besar setidaknya dalam pendidikan guru di Jerman. 3. Tidak ada banyak bahan ajarpemodelan matematika yang meyakinkan untuk
kelas yang merangsang refleksi filosofis. 4. Konsepsi guru dan keyakinan tentang matematika Thompson 1984.
Hambatan lain refleksi filosofis tidak signifikan muncul dalam kelas karena tidak sesuai dengan keyakinan kebanyakan guru pada pembelajaran matematika sebab:
refleksi filosofis sering dianggap terlalu sulit atau hanya mungkin jika belajar dari subjek murni selesai
refleksi filosofis dianggap tambahan, bukan bagian yang diperlukan untuk melengkapi matematika
refleksi filosofis bertentangan dengan konsepsi tradisional dimana pendidikan matematika harus dibatasi dalam konsep matematika , teorema
dan prosedur pemecahan masalah. Mengingat semua hambatan tersebut, artikel ini tidak akan membatasi diri
untuk beberapa saran tentang bagaimana untuk mengintegrasikan refleksi filosofis ke dalam kelas matematika. Sebaliknya, artikel ini bertujuan untuk mengem-
bangkan pemahaman yang memadai matematika dan spesifikasi yang memadai tujuan untuk pendidikan matematika, refleksi filosofis harus memainkan peran
penting dalam proses pembelajaran. Dan jika mereka melakukannya, ini bukan hanya sebuah tambahan sulit? konten pembelajaran, tetapi mereka bahkan dapat
memperkaya pembelajaran matematika dalam arti sempit.
B. ARTI DARI REFLEKSI FILOSOFIS?