4
B. LANDASAN TEORI
Belajar
Belajar adalah suatu kegiatan mental yang tidak dapat diamati dari luar. Apa yang terjadi dalam diri seseorang tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan
mengamati orang tersebut. Hasil belajar hanya bisa diamati, jika seseorang menampakan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar. Karenanya, berdasarkan
perilaku yang ditampilkan dapat ditarik kesimpulan bahwa sesorang telah belajar. Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar
maka, responya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responya menurun, Dimyati dan mudjiono 2011:9.
Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu usaha manusia yang dilakukan dengan tujuan yang membantu memfasilitasi belajar. Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan guru.
Dengan tujuan untuk membantu siswa agar ia dapat belajar dengan mudah. Maka dalam pembelajaran itu diharapkan semua komponen dapat mengerti dan memahami tugas dan
kewajiban masing-masing, sehingga pembelajaran itu berjalan dengan hasil yang maksimal dan sesuai dengan yang diharapkan dan dicita-citakan, sehingga siswa merasa
puas dengan pembelajaran itu.
Dalam pembelajaran ada beberapa teori yang digunakan untuk meraih tujuan dari suatu pembelajaran. Secara umum, pembelajaran merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman individu yang bersangkutan.
Tujuan pembelajaran itu dapat mengetahui proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yaitu seberapa jauh keefektifan dalam mengubah tingkah laku para siswa ke
arah tujuan pendidikan yang diharapkan, Sudjana, 2004:4. Manfaat pembelajaran yaitu bagi guru dapat mengetahui kemampuan dirinya
sebagai pengajar, baik kekurangan maupun kelebihannya. Bagi siswa hasil penilaian mengenai cara belajar, kesulitan belajar, dan hubungan sosial dapat dijadikan bahan
untuk meningkatkan upaya dan motivasi belajar yang lebih baik lagi, Sudjana, 2004:159-160.
Atletik
Atletik athletics adalah sekumpulan olahraga yang meliputi lari, jalan, lempar dan lompat, yang telah menjadi aktivitas olahraga tertua dalam peradaban manusia.
Olahraga ini, dalam budaya Inggris dan beberapa Negara lain, dikenal dengan istilah track and field, yang artinya ‘lintasan dan lapangan’. Seorang olahragawan yang
menekuni olahraga atletik disebut dengan atlet athlete. Olahraga atletik sering dianggap sebagai “induk” dari olahraga. Sebab, atletik
terdiri dari unsur-unsur gerak utama yang mendasari banyak cabang olahraga, yaitu lari, jalan, lompat, dan lempar.
Nomor perlombaan yang dipertandingkan dalam lomba atletik meliputi nomor lari, lompat, dan lempar. Selain itu, terdapat nomor perlombaan khusus, yaitu jalan
cepat, lari halang rintang, dan lari lintas alam. Ada pula beberapa nomor perlombaan campuran, seperti pancalomba dan dasalomba. Perlombaan atletik ini sebenarnya ada
sejak zaman kuno. Hal itu diketahui dari lukisan-lukisan purba yang ditemukan, misalnya di Mesir kuno. Selain itu, dari temuan di Yunani, pertandingan ini telah
dilakukan di Yunani kuno sebelum abad 1.000 SM, Winendra, 2008:4.
5
Tolak Peluru
Secara teknis, tolak peluru berbeda dengan nomor lempar lainnya. Olahraga ini menguji kekuatan atlet untuk menolakkan peluru sejauh mungkin. Disebut tolak peluru
karena atlet harus mendorong, bukan melempar, objek berbentuk peluru dengan satu tangan saja. Peluru terbuat dari bola besi. Selain kekuatan tangan, kecepatan gerakan
dan koordinasi tubuh sangat penting untuk menciptakan daya yang maksimal saat mendorongmenolak peluru.
Perlombaan tolak peluru, setiap atlet diberi kesempatan tiga kali untuk melakukan tolakan. Dari semua atlet yang tampil, delapan atlet terbaik akan dipilih dan diminta
untuk melakukan tiga kali lemparan lagi. Atlet yang berhasil melontarkan peluru terjauh, dialah pemenangnya. Tolakan dianggap gugur bila peluru tidak mendarat di
wilayah tolakan yang telah ditentukan, atau jika atlet melangkah keluar dari lingkaran.
Alat yang digunakan dalam perlombaan tolak peluru hanya berupa bola besi dengan berat yang disesuaikan dengan kelas yang diperlombakan. Untuk perlombaan
tingkat International senior, laki-laki menolak peluru seberat 7,26 kg dan perempuan menolak peluru seberat 4 kg.
Perlombaan atletik yang diperuntukkan bagi pelajar atau anak-anak, berat peluru yang dipergunakan lebih ringan, berkisar antara 3,25-6 kg untuk laki-laki dan 2,72-4 kg
untuk perempuan. Ukuran bola besi atau peluru berbeda-beda, disesuaikan dengan berat peluru
tersebut. Dalam perlombaan laki-laki, diameter bola besi seberat 7,26 kg berkisar 110- 130 mm, peluru dengan berat 6 kg sekitar 105-125 mm, dan peluru seberat 3,25 kg
berdiameter 90-105 mm. Adapun dalam perlombaan perempuan, diameter bola besi seberat 4 kg adalah 95-110 mm dan peluru seberat 2,72 kg berdiameter 85-95 mm.
Tolak Peluru Gaya
O’Brien
Secara sederhana, teknik menolak Gaya O’brien terdiri dari beberapa tahap,
yaitu : 1. Sikap awal memegang peluru
Peluru diletakkan di pangkal jari-jari telapak tangan. Jari telunjuk, jari tengah, dan jari kelingking merupakan titik tolak yang utama daya membantu
proses tolakan. Dengan jari-jari merapat, kelingking dan ibu jari menjaga kedudukan peluru diletakkan di depan bahu, ditulang selangka. Sementara itu,
tulang rahang bawah ditempelkan pada leher.
2. Gerakan awalan Posisi badan atlet membelakangi daerah tolakan. Bagi penolak dengan
tangan kanan, berat badannya harus berada di atas kaki kanan dengan cara membungkukkan badannya ke depan. Kaki kiri digeser ke belakang, dengan
ujung kaki masih berpijak. Sikut lengan kiri ditekuk di depan dada. Badan harus rileks untuk menjaga keseimbangan badan.
3. Gerakan memutar Ketika posisi badan sudah tepat dan seimbang, serta peluru dipegang
dengan baik, atlet mulai berkonsentrasi sambil mengayun-ayunkan kaki kiri kedepan dan kebelakang sehingga siap untuk melakukan tolakan. Kemudian,
kaki kanan digeser tidak melompat dengan cepat ke belakang kearah sektor tolakan. Selanjutnya, kaki kanan mendarat di tengah lingkaran, lutut kanan
masih tetap ditekuk setengah jongkok.
6 4. Gerakan menolak peluru
Kaki kanan menumpu kuat di tanah. Badan masih membelakangi daerah tolakan, bersiap untuk menolak. Kemudian, lutut diluruskan untuk menghasilkan
daya tolakan yang kuat sambil memutar badan ke depan ke arah daerah tolakan. Dilanjutkan dengan dorongan atau tolakan kuat tangan kanan kearah atas dengan
sudut tolakan lebih kurang 45°.
5. Gerakan lanjutan dan sikap akhir Setelah peluru terlontar, kaki kanan mendarat sejajar dengan kaki kiri.
Kedua kaki menjaga keseimbangan badan agar tidak jatuh ke depan. Winendra, 2008:62.
Tolak Peluru Gaya Ortodoks
Cara melakukan adalah sebagai berikut : 1. Sikap awal berdiri menyamping dengan sector tolakan berada disector kiri
tubuhnya, lutut kaiki kanan ditekuk, sedangkan kaki kiri diluruskan ke belakang. Berat badan berada pada kaki kanan dengan pandangan mata ke depan.
2. Tangan kanan memegang peluru yang diletakkan di atas bahu kanan menempel pada rahang, sedangkan tangan kiri diangkat ditekuk di depan wajah kiri
berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh. 3. Gerakan akan menolak, yaitu kaki kiri diangkat kemudian diputarkan ke arah
kiri sebanyak 2-3 kali putaran kemudian kaki kiri berpijak disebelah kaki kanan. 4. Kaki kiri digeser kesamping kiri sambil kaki kanan juga digeser mengikuti arah
kaki kiri bergeser. 5. Waktu kedua kaki digeser ke kiri, peluru dilemparkan dengan cara tangan
kanan yang memegang peluru didorong kearah depan atas, jalannya peluru berbentuk parabola diikuti pandangan mata kearah jalannya peluru.
6. Sikap akhir, berat badan berada di kaki kanan diusahakan tubuh tidak ke luar dari lingkaran, Walpaperhd99 : 2013.
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan
ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku
yang lebih baik dan benar.
Setiap siswa dalam akhir suatu pembelajaran akan menginginkan hasil belajar yang memuaskan. Salah satunya adalah hasil dari belajar tolak peluru gaya O’brien dan
gaya Ortodok. Menurut Dimyati dan Mudjiono, 2009:3 : “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak
mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar untuk sebagian
adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada bagian lain,
merupakan peningkatan kemampuan mental siswa”.
7
C. METODE PENELITIAN