Analisis Ekonomi dan Pemasaran Rotan oleh Masyarakat Kabupaten Dairi (Studi Kasus di Desa Lae Pondom Kec. Tanjung Baringin, Kab. Dairi)

(1)

ANALISIS EKONOMI DAN PEMASARAN ROTAN OLEH MASYARAKAT KABUPATEN DAIRI

(Studi Kasus di Desa Lae Pondom Kec. Tanjung Baringin, Kab. Dairi)

SKRIPSI

Oleh:

EBEN J PINTUBATU 061203009

TEKNOLOGI HASIL HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

HALAMAN PENGESAHAAN

Judul Penelitian : Analisis Ekonomi dan Pemasaran Rotan oleh masyarakat Kabupaten Dairi (Studi Kasus di Desa Lae Pondom Kec. Tanjung Baringin, Kab. Dairi)

Nama : Eben J Pintubatu

NIM : 061203009

Program Studi : Kehutanan

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Ridwanty Batubara,S.Hut, M.P.

NIP.19760215 200112 2 01 NIP. 19760725 200812 1 001 Yunus Afifuddin, S.Hut, M.Si

Mengetahui, Ketua Program Kehutanan

NIP. 19710416 20011 2 001 Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D


(3)

ABSTRACT

EBEN J PINTUBATU: Analysis Economic and Marketing Rattan at Dairi District Community (Case Studies in Lae Pondom Village, Sub-district of Tanjung Baringin, Dairi District). Under the guidance of RIDWANTI BATUBARA and YUNUS AFIFFUDDIN.

Rattan (Calamus sp) is a forest plant that has many benefits but it doesn’t widely exploited forest communities. This study aims to forms of utilization of rattan conducted by the community, determine income from the use of rattan and non rattan and to analyze the marketing of rattan. Data retrieval is done by field surveys and and interview to the community.

Based on research conducted known pattern rattan harvesting is done by rotation and utilization of rattan focused on the sale of rattan. Income from rattan bigger than non-rattan with the percentage utilization of rattan 53.91%, while 46.08% did not use rattan.


(4)

ABSTRAK

EBEN J PINTUBATU : Analisi Ekonomi dan Pemasaran Rotan Oleh masyarakat Kabupaten Dairi (studi kasus di Desa Lae Pondom, Kecamatan Tanjung Baringin, Kabupaten Dairi) Dibawah bimbingan RIDWANTI BATUBARA dan YUNUS AFIFFUDDIN.

Rotan (Calamus Sp) merupakan tumbuhan hutan yang memiliki banyak manfaat tetapi belum banyak dimanfaatkan masyarakat sekitar hutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk pemanfaatan rotan yang dilakukan oleh masyarakat , mengetahui pendapatan masyarakat dari pemanfaatan rotan dan non rotan serta untuk menganalisis pemasaran rotan. Pengambilan data dilakukan dengan survei lapangan dan wawancara langsung terhadap masyarakat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui pola pemanenan rotan dilakukan secara rotasi dan pemanfaatan rotan terfokus pada hasil penjualan rotan. Pendapatan masyarakat dari rotan lebih besar dibandingkan dari penghasilan non rotan dengan persentase pemanfaatan rotan 53,31 % sedangkan tidak memanfaatkan rotan 46.08 %.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di ambarita 11 april 1988 dari ayah E. Pintubatu dan ibu L. Sihombing. Penulis merupakan anak ketiga dari enam bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada SD Inpres Ambarita No. 173795 Samosir tahun 2000, lulus dari SLTP N 1 Simanindo tahun 2003 dan menamatkan sekolah di SMA Negeri 1 Simanindo pada Tahun 2006 dan penulis melanjutkan perguran tinggi negeri pada tahun 2006 dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Jurusan Kehutanan Progran Studi Teknologi Hutan melalui Jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi salah satu anggota organisasi HIMAS (Himpunan Mahasiswa Silva). Tahun 2008, penulis melaksanakan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di TNGL sektor Tangkahan Kabupaten Langkat dan kawasan Hutan Mangrove sektor Pulau Sembilan Kabupaten Langkat. Pada tahun 2010 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Perhutani Unit III Jawa Barat dan penulis melaksanakan penelitian dengan judul Pemanfaatan dan Pemasaran Rotan Oleh Masyarakat Kabupaten Samosir untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Ekonomi dan Pemasaran Rotan oleh Masyarakat Kabupaten Dairi”.

Pada kesempatan ini penulis menghanturkan pernyataan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ridwanti Batubara, S. Hut, MP selaku ketua komisi pembimbing dan anggota komisi pembimbing Yunus Affifudin S.Hut, M.Si yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis.

Disamping itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada staf pengajar dan pegawai di Program Studi Kehutanan, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu disini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat.

Medan, Desember 2012

Penulis


(7)

DAFTAR ISI Hal ABSTRACT……….iii ABSTRAK………iv

DAFTAR RIWAYAT HDUP……….vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Rotan ... 4

Taksonomi Rotan ... 5

Kegunaan Rotan ... 6

Sifat-sifat Rotan ... 8

- Anatomi ... 8

- Sifat Kimia ... 8

- Fisis dan Mekanis ... 8

- Keawetan dan Keterawetan ... 9

Klasifikasi Rotan ... 9

Distribusi dan Pemasaran ... 11

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12

Kondisi Umum Lokasi Penelitian... 12

Alat dan Bahan Penelitian ... 12

Prosedur PenelitianPersiapan ... 13


(8)

Analisis Data ... 15

Pendapatan dan Pemanfaatan Rotan ... 15

Analisa Pemasaran dan Nilai Tambah Rotan ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Rotan ... 21

Pola Pengambilan Rotan ... 22

Jenis-Jenis Rotan ... 24

Pemanfaatan Rotan ... 25

Nilai Ekonomi Tanaman Rotan ... 26

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 33

Saran ... 33 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DATFAR TABEL

Hal Tabel 1. Rata-rata nilai pendapatan bersih petani rotan per bulan ... 29 Tabel 2 .Analisis margin keuntungan (profit margin) ... 30 Tabel 3. Analisis margin pemasaran (marketing margin) ... 31 Tabel 4. Analisis margin keuntungan (profit margin) pengerajin keranjang pikul . 31 Tabel 5. Analisis margin keuntungan (profit margin) pada kerajang kopi ... 32


(10)

DAFTAR GAMBAR

Hal 1. ... Tanam

an rotan yang diambil masyarakat ... 23 2. ... Contoh

Tanaman rotan yang dapat di panen ... 24 3. ... Contoh

rotan cacing ... 25 4. ... Penjem

uran rotan ... 27 5. ... Pengay

aman rotan... 27 6. ... Keranj

ang pikul untuk sepeda motor ... 28 7. ... Keranj


(11)

ABSTRACT

EBEN J PINTUBATU: Analysis Economic and Marketing Rattan at Dairi District Community (Case Studies in Lae Pondom Village, Sub-district of Tanjung Baringin, Dairi District). Under the guidance of RIDWANTI BATUBARA and YUNUS AFIFFUDDIN.

Rattan (Calamus sp) is a forest plant that has many benefits but it doesn’t widely exploited forest communities. This study aims to forms of utilization of rattan conducted by the community, determine income from the use of rattan and non rattan and to analyze the marketing of rattan. Data retrieval is done by field surveys and and interview to the community.

Based on research conducted known pattern rattan harvesting is done by rotation and utilization of rattan focused on the sale of rattan. Income from rattan bigger than non-rattan with the percentage utilization of rattan 53.91%, while 46.08% did not use rattan.


(12)

ABSTRAK

EBEN J PINTUBATU : Analisi Ekonomi dan Pemasaran Rotan Oleh masyarakat Kabupaten Dairi (studi kasus di Desa Lae Pondom, Kecamatan Tanjung Baringin, Kabupaten Dairi) Dibawah bimbingan RIDWANTI BATUBARA dan YUNUS AFIFFUDDIN.

Rotan (Calamus Sp) merupakan tumbuhan hutan yang memiliki banyak manfaat tetapi belum banyak dimanfaatkan masyarakat sekitar hutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk pemanfaatan rotan yang dilakukan oleh masyarakat , mengetahui pendapatan masyarakat dari pemanfaatan rotan dan non rotan serta untuk menganalisis pemasaran rotan. Pengambilan data dilakukan dengan survei lapangan dan wawancara langsung terhadap masyarakat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui pola pemanenan rotan dilakukan secara rotasi dan pemanfaatan rotan terfokus pada hasil penjualan rotan. Pendapatan masyarakat dari rotan lebih besar dibandingkan dari penghasilan non rotan dengan persentase pemanfaatan rotan 53,31 % sedangkan tidak memanfaatkan rotan 46.08 %.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rotan sebagai salah satu komoditi yang mulai dapat diandalkan untuk penerimaan negara telah dipandang sebagai komoditi perdagangan hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang cukup penting bagi Indonesia (Erwinsyah, 1999). Hasil hutan bukan kayu umumnya dikelola oleh masyarakat yang bermukim di sekitar hutan. Oleh karena itu, selain menjadi sumber devisa negara, HHBK seperti rotan, daging binatang, madu, damar, gaharu, getah, berbagai macam minyak tumbuh bahan obat-obatan, dan lain sebagainya merupakan sumber penghidupan bagi jutaan masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan.

Khususnya untuk rotan yang berasal dari alam, para petani sejak lama secara tradisionil dan turuntemurun telah melakukan kegiatan pengumpulan. Pengumpulan rotan dari hutan alam sangat bergantung kepada kondisi pohon besar sebagai inang dimana rotan ini hidup secara merambat. Keberadaan rotan dihutan alam akan sangat bergantung kepada kualitas tegakan hutan. Kualitas hutan yang semakin menurun akibat terjadinya kerusakan dikhawatirkan akan mempersempit ruang rotan alam.

Produk rotan ini juga telah menambah penerimaan ekspor unggulan selain minyak dan gas bumi, serta dapat disejajarkan dengan penerimaan ekspor utama pertanian lainnya seperti kopi, karet dan minyak sawit. Medan sebagai ibukota propinsi merupakan pusat perdagangan dan pemasaran utama hasil produksi dan


(14)

sentra produksi rotan Propinsi Sumatera Utara. Hasil produksi rotan dari petani atau dalam hal ini pengumpul (produsen) dari 6 kabupaten pemasok utama rotan di Propinsi Sumatera Utara, Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Tengah dan Mandailing Natal terkumpul ke konsumen perajin dan eksportir rotan di Kota Medan (Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara, 2003).

Rotan merupakan salah satu komoditas hasil hutan non kayu dari Sumatera Utara karena potensinya cukup banyak. Kabupaten Dairi merupakan salah satu daerah yang berpotensi menghasilkan rotan. Meskipun tanaman ini cukup dikenal masyarakat dan merupakan tanaman serbaguna serta dapat menambah pendapatan masyarakat yang apabila digarap secara maksimal, namun hingga saat ini rotan kurang mendapat perhatian (kurang ditonjolkan). Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui besarnya produksi rotan, teknologi pengolahan dan pemanfaatannya oleh masyarakat dan oleh pengumpul, pengrajin (pengusaha) yang menampung dari masyarakat serta pemasar hasil produksi rotan. Salah satunya yang masih berproduksi sampai saat ini adalah di Desa Lae pondom Kecamatan Tanjung Baringin Kabupaten Dairi. Hal ini disebabkan oleh fakta (kenyataan) bahwa kebanyakan produk-produk rotan yang dijual di kota Medan, baik alat-alat rumah tangga bahan bakunya berasal dari Kabupaten Dairi.

Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui bentuk pemanfaatan rotan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Lae pondom Kecamatan Tanjung Baringin Kabupaten Dairi meliputi pola pengambilan rotan, penggunaan rotan, dan teknologi pengolahan.


(15)

2. Mengetahui pendapatan masyarakat dari pemanfaatan rotan di Desa Lae pondom Kecamatan Tanjung Baringin Kabupaten Dairi.

3. Mengetahui analisis pemasaran rotan Desa Lae pondom Kecamatan Tanjung Baringin Kabupaten Dairi

Manfaat Penelitian

Penelitian ini berguna sebagai bahan referensi tentang kajian pemanfaatan rotan di Kecamatan Tanjung Baringin Kabupaten Dairi dan bahan masukan bagi pemerintah Kecamatan Tanjung Baringin dalam meningkatkan kesejahteraan petani rotan melalui pengelolaan komoditas rotan menjadi produk rotan.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Peluang usaha industri berbahan baku rotan dapat dilihat antara lain dari meningkatnya volume produksi dan ekspor (untuk pasar luar negeri). Dalam kondisi ekonomi di dalam negeri yang masih lesu dimana daya beli masyarakat turun, pasar ekspor merupakan pilihan penting. Disamping itu, industri berbahan baku rotan ini mempunyai kandungan lokal (local content) yang sangat tinggi sehingga tidak terlalu tergantung pada impor bahan baku. Bahan baku rotan banyak diperoleh dari hutan dan sebagian dari hasil budidaya. Industri ini banyak menyerap tenaga kerja. Dengan demikian secara nasional pengembangan usaha ini akan memberikan dampak positif terhadap pemanfaatan sumber daya alam Indonesia secara optimal dan menghasilkan devisa serta perluasan tenaga kerja (Sumadiwangsa, 2008).

Deskripsi Rotan

Akar tanaman rotan mempunyai sistem perakaran serabut, berwarna keputih-putihan atau kekuning-kuningan serta kehitam-hitaman. Batang tanaman rotan berbentuk memanjang dan bulat seperti silinder tetapi ada juga yang berbentuk segitiga. Batang tanaman rotan terbagi menjadi ruas-ruas yang setiap ruas dibatasi oleh buku-buku. Pelepah dan tangkai daun melekat pada buku-buku tersebut. Tanaman rotan berdaun majemuk dan pelepah daun yang duduk pada buku dan menutupi permukaan ruas batang. Daun rotan ditumbuhi duri, umumnya tumbuh mengahadap ke dalam sebagai penguat mengaitkan batang pada tumbuhan inang. Rotan termasuk tumbuhan berbunga majemuk. Bunga rotan terbungkus seludang.


(17)

Bunga jantan dan bunga betina biasanya berumah satu tetapi ada pula yang berumah dua. Karena itu, proses penyerbukan bunga dapat terjadi dengan bantuan angin atau serangga penyerbuk. Buah rotan terdiri atas kulit luar berupa sisik yang berbentuk trapezium dan tersusun secara vertical dari toksis buah. Bentuk permukaan buah rotan halus atau kasar berbulu, sedangkan buah rotan umumnya bulat, lonjong atau bulat telur (Januminro, 2000).

Taksonomi Rotan

Tellu (2005) menyatakan bahwa pengelompokan jenis-jenis rotan umumnya didasarkan atas persamaan cirri-ciri karakteristik morfologi organ tanaman, yaitu: akar, batang, daun, bunga, buah dan alat-alat tambahan. Dalam ilmu taksonomi tumbuhan, rotan diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Arecales

Famili : Palmae (Arecaceae) Sub Famili : Calamoideae Genus :

Spesies : Calamus caesius (rotan sega) merupakan salah satu contoh spesies genus Calamus


(18)

Kegunaan Rotan

Batang rotan yang sudah tua banyak dimanfaatkan untuk bahan baku kerajinan dan perabot rumah tangga. Batang yang muda digunakan untuk sayuran, akar dan buahnya untuk bahan obat tradisional. Getah rotan dapat digunakan untuk bahan baku pewarnaan pada industri keramik dan farmasi. Manfaat tidak langsung dari rotan adalah kontribusinya meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan, peranannya dalam membentuk budaya, ekonomi, dan sosial masyarakat. Batang rotan dapat dibuat bermacam-macam bentuk perabot rumah tangga atau hiasan-hiasan lainnya. Misalnya mebel, kursi, rak, penyekat ruangan, keranjang, tempat tidur, lemari, lampit, sofa, baki, pot bunga, dan sebagainya.

Pengolahan rotan yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia pada umumnya masih sangat sederhana. Kurangnya pemahaman mengenai kebiasaan masyarakat dalam membudidayakan rotan, ditambah oleh belum cukupnya perhatian yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat di daerah terutama untuk kegiatan pengumpulan rotan dan pengolahannya menyebabkan kebijakan pemerintah belum dapat memberikan hasil yang memuaskan di lapangan. Pengalaman didalam pengelolaan rotan secara tradisional oleh masyarakat keturunan Dayak yang menyebar di daerah Pasir dan Kutai khususnya di beberapa kecamatan seperti Damai, Bentian, Barong Tongkok, Melak, Tanjung Isuy dan di beberapa tempat lainnya menunjukkan bahwa budidaya rotan ini sebenarnya telah cukup berhasil (Dishut Prov. Sumatera Utara, 2008).


(19)

Perdagangan komoditi rotan terdiri atas beberapa pasar yang berkaitan. Kegiatan produksi pertama yang dilakukan adalah pengolahan rotan pohon menjadi rotan mentah. Pengolahan pada tahap ini meliputi pencucian, pembelerangan dan pemolesan secara kasar. Bahan (input) yang diolah adalah rotan pohon yang berasal dari hutan dan diperoleh melalui ketentuan yang ditetapkan pemerintah, kegiatan ini melahirkan pasar rotan mentah. Tahap berikutnya adalah pengolahan rotan mentah menjadi rotan setengah jadi. Kegiatan pengolahan pada tahap ini meliputi pemolesan secara halus, pembelahan untuk mendapatkan kulit dan hati rotan, dan pembuatan barang setengah jadi seperti bagian dari kursi atau tempat duduk lain. Pengolahan ini menggunakan input rotan mentah dan tahap ini melahirkan pasar rotan setengah jadi. Tahap terakhir adalah pengolahan rotan setengah jadi menjadi barang jadi seperti kursi, lampit dan furniture. Kegiatan pengolahan rotan ini menghasilkan pasar barang jadi rotan (Muhdi, 2010).

Keberadaan industri pengolahan rotan akan sangat tergantung kepada kondisi pasar. Apabila kondisi pasar mendukung, maka perlu terus didukung oleh kelancaran bahan baku. Keberadaan rotan alam pada saat ini adalah sangat mengkhawatirkan apabila mempertimbangkan kualitas hutan yang menurun ditambah lagi dengan tekanan yang cukup serius akibat semakin meningkatnya kebutuhan bahan baku rotan itu untuk pemenuhan kapasitas terpasang industri. Menurut data yang pernah disajikan Departemen Kehutanan, sumber daya rotan alam sebenarnya masih dapat dihasilkan dari areal hutan yang mencapai sekitar 13 juta ha (Januminro, 2000).


(20)

Sifat-Sifat Rotan Anatomi

Struktur anatomi batang rotan yang berhubungan erat dengan menentukan keawetan dan kekuatan rotan antara lain adalah besar pori dan tebalnya dinding sel serabut. Sel serabut diketahui merupakan komponen struktural yang memberikan kekuatan pada rotan (Rachman, 1996). Bhat dan Thulasidas (1993) melaporkan bahwa tebal dinding sel serabut merupakan parameter anatomi yang paling penting dalam menentukan kekuatan rotan, dinding yang lebih tebal membuat rotan manjadi lebih keras dan lebih berat. Sel-sel serabut yang berdinding tebal menunjang fungsi utama sebagai penunjang mekanis.

Sifat Kimia

Komponen kimia rotan penting dalam menentukan kekuatan rotan. Selulosa yaitu molekul gula linear berantai panjang termasuk ke dalam holoselulosa. (Rachman (1996), menyatakan selulosa berfungsi memberikan kekuatan tarik pada batang, karena adanya ikatan kovalen yang kuat dalam cincin piranosa dan antar unit gula penyusun selulosa, semakin tinggi kadar selulosa yang terdapat dalam rotan maka keteguhan lentur juga makin tinggi.

Fisis dan Mekanis

Sifat yang paling banyak mendapat perhatian dalam penggunaan rotan adalah sifat fisik dan mekanis. Nilai hasil uji fisis dan mekanis beberapa jenis rotan ialah asal Jawa, di antaranya berat jenis (BJ) 0,47 - 0,57, nilai kekuatan (MOR) antara 421


(21)

- 834 kg/cm2, nilai kelenturan (MOE) antara 14.548 - 22.000 kg/cm2 (Rachman (1996),

Keawetan dan Keterawetan

Nilai suatu jenis rotan untuk keperluan mebel, barang kerajinan dan peralatan rumah tangga sangat ditentukan oleh keawetannya, Keawetan rotan adalah daya tahan sesuatu jenis rotan terhadap berbagai faktor perusak rotan, tetapi biasanya yang dimaksud ialah daya tahan terhadap faktor perusak biologis yang disebabkan oleh organisme perusak rotan yaitu jamur dan serangga. Dalam hal ini perlu diperhatikan terhadap organisme mana keawetan itu dimaksudkan, karena sesuatu jenis rotan yang tahan terhadap serangan jamur misalnya belum tentu akan tahan juga terhadap serangga atau organisme perusak lainnya. Keawetan rotan juga dipengaruhi pula faktor lain seperti kandungan selulosa, lignin, pati dan kimia lainnya (Jasni dan Martono (1999), Jasni dan Sumarni (1999)

Klasifikasi Rotan

Berdasarkan tingkat pengolahannya, rotan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok (BAPENAS, 2006) sebagai berikut :

a. Rotan Mentah

Rotan yang diambil / ditebang dari hutan, masih basah dan mengandung air getah rotan, warna hijau atau kekuning-kuningan (lapisan berklorofil), belum digoreng dan belum dikeringkan.

b. Rotan Asalan


(22)

d. Rotan Poles

Rotan bulat yang telah dihilangkan permukaan kulit bersilikatnya dengan menggunakan mesin poles rotan, biasanya melalui 3 tahap amplas yang berbeda.

1. Amplas (grit 30, 36, 40, atau 60) untuk menghilangkan permukaan kulit silikatnya, disebut sebagai poles kasar.

2. Amplas (grit 80 atau 100) untuk membersihkan permukaan rotan

3. Amplas (grit 120, 150, 180 atau 240) untuk menghaluskan permukaan rotan, disebut sebagai poles halus.

Tingkat rotan poles halus yang dibutuhkan oleh industri meubel dapat dibedakan sebagai berikut :

a. Rattan Sanded-Polished b. Rattan Full-Polished c. Rattan Autoround-Polished e. Hati Rotan

Bentuk hati rotan antara lain :

1. Round-Core, hati rotan berbentuk bulat dengan berbagai diameter 2. Square-core, hati rotan berbentuuk segi empat

3. Star core, hati rotan berbentuk bintang

4. Double oval core, hati rotan berbentuk lonjong 5. Flat oval core, hati rotan berbentuk tali rotan 6. Flat flat core, hati rotan berbentuk lempengan

7. Half round core, hati rotan berbentuk setengah lingkaran f. Kulit Rotan


(23)

Merupakan lembaran rotan yang diperoleh dari hasil pembelahan rotan bulat natural dan atau rotan bulat poles. Terdiri dari :

1. Kulit Rotan Tebal 2. Kulit Rotan Tipis.

Distribusi dan Pemasaran Rotan

Pola distribusi pemasaran rotan ada dua yaitu dari petani ke pedagang pengumpul pertama ke pedagang pengumpul kedua kemudian ke konsumen dan pola distribusi dari petani ke pedagang pengumpul pertama langsung kepada konsumen. Selisih harga yang ditetapkan pedagang pengumpul kedua pada pola pertamatergantung kesepakatan antar pembeli dan penjual, namun biasanya tidak lebih dari dari rp.5000. Sistem penjualan dari petani ke pedagang pertama kemudian ke konsumen umumnya dalam skala besar untuk mengurangi biaya. Umumnya pengerajin memproduksi kerajinan berdasarkan pesanan, dimana sistem ini memiliki kelemahan yaitu pengrajin tidak mempunyai akses informasi penjualan komoditas yang memiliki pasar. Hal ini memaksa pedagang besar memesan kepada pengrajin dan kompensasi memberikan kemudahan penyediaan bahan baku

(Tetuko, 2007).

Pada umumnya rantai penjualan dan perdagangan rotan dari petani rotan kepada pengumpul rotan lokal ke pengumpul besar selanjutnya ke industri rotan di luar daerah. Petani rotan pada umumnya melakukan pemungutan dan pemanenan rotan dari hutan-hutan sekitar tempat tinggal (yang sudah diklaim menjadi milik sebagai bekas perladangan turun temurun) dan kebun-kebun rotan yang ditanam sendiri selanjutnya dilakukan penjualan bebas kepada pedagang pengumpul atau


(24)

diolah lebih dulu melalui proses pemilihan, pengawetan dan pemutihan (diblerang) dengan tingkat rendemen mencapai 70%-80% (Tellu, 2002).


(25)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lae pondom, Kecamatan Tanjung baringin, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret sampai dengan selesai.

Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Dairi

Pada umumnya Kabupaten Dairi berada pada ketinggian rata-rata 700 s.d. 1.250 m di atas permukaan laut, secara geografis terletak diantara 98° 00´ - 98° 30´3T dan 2° - 3°00´ LU. Kabupaten Dairi secara administratif terdiri dari 15 kecamatan dengan 124 desa dan 7 kelurahan. Luas wilayah kabupaten dairi adalah 1.927,8 km², dengan jumlah penduduk 272.388 jiwa.

Batas wilayah

Utara : kabupaten Aceh Tenggara (provinsi Aceh) dan kabupaten Karo Selatan : kabupaten Pakpak Barat

Barat : kabupaten Aceh Selatan Timur : kabupaten Samosir Alat dan Bahan Penelitian

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera, alat tulis, kalkulator dan kusioner. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengrajin dan masyarakat petani rotan.


(26)

Prosedur Penelitian 1. Persiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini mencakup: a. Survei Lapangan

Kegiatan ini merupakan kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan melalui wawancara dengan pengrajin rotan, pengumpul dan masyarakat sehingga diperoleh gambaran keadaan lapangan dan kegiatan masyarakat di tempat pelaksanaan kegiatan.

b. Penentuan Lokasi

Sebelum menentukan lokasi penelitian, terlebih dahulu dilakukan survei lokasi dan selanjutnya dipilih lokasi penelitian. Dasar pemilihan Kecamatan yang dijadikan sampel adalah daerah petani rotan dan daerah asal bahan baku rotan.

c. Penentuan Sampel Responden

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat petani, pengumpul , pengolahan dan pengrajin di daerah asal bahan baku rotan. Jumlah responden yang dijadikan sampel adalah sebagai berikut:

1). Apabila jumlah penduduk ≤ 100 kepala keluarga, maka di ambil seluruh responden.

2). Apabila jumlah responden > 100 kepala keluarga, maka diambil 10%-15% dari jumlah kepala keluarga (Arikunto, 2002).


(27)

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan survei dan wawancara yang bertujuan untuk mengetahui cara pemanfaatan rotan oleh masyarakat. Data yang dikumpulkan adalah produksi rotan per tahunnya, jenis-jenis rotan, pengolahan, pemanfaatan rotan serta pendapatan dari rotan.

a. Penghitungan produksi rotan

Produksi rotan pertahunnya dihitung dengan cara menjumlahkan rata-rata produksi rotan perbulannya.

b. Identifikasi jenis-jenis rotan

Identifikasi jenis rotan dilakukan dengan mengambil gambar rotan, mencatat ciri-ciri penampakan rotan dan selanjutnya menyesuaikan dengan buku identifikasi jenis rotan.

c. Pengolahan dan pemanfaatan rotan

Pengelolaan dan pemanfaatan rotan diketahui dari hasil pertanyaan langsung dengan kuisioner, mengambil gambar pengolahan dan pemanfaatan rotan.

d. Pendapatan dari rotan (dengan dijual langsung atau setelah dilakukan pengolahan)

Pendapatan dari rotan (dengan dijual langsung atau setelah dilakukan pengolahan) diketahui dari menenyakan kepada masyarakat harga jual barang yang telah dilakukan pengolahan dan berapa banyak bahan rotan yang digunakan untuk membuat olahan tersebut.


(28)

e. Pemasaran rotan

Untuk mengetahui sistem pemasaran rotan dilakukan dengan wawancara mengenai produk yang dihasilkan oleh masyarakat yang kemudian dikaitkan dengan harga jual tiap produknya

Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan kusioner dengan responden ditabulasikan dan dianalisis secara deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai teknologi dan pemanfaatan rotan di lokasi tempat dilaksanakan penelitian.

Pendapatan dan Pemanfaatan Hasil Hutan Rotan

Untuk menghitung besarnya pendapatan masyarakat pada saat penelitian, baik dari hasil pengelolaan maupun pendapatan di luar pengelolaan dihitung dengan menggunakan rumus :

I = TR – TC ( Rahayu dkk, 2004). Keterangan :

I = Pendapatan

TR = Total penerimaan TC = Total biaya

Selanjutnya dihitung pendapatan total petani dengan menggunakan rumus: I Total = IRotan + INon ( Rahayu dkk, 2004).


(29)

% I =

IRotan IRotan + INon

X 100 %

Kemudian dihitung Persentase besarnya pendapatan masyarakat dengan menggunakan rumus:

( Rahayu dkk, 2004).

Besarnya pemanfaatan rotan terhadap kontribusi masyarakat yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabulasi, kemudian data- data tersebut dianalisis dengan analisis deskriptif.

Analisa Pemasaran dan Nilai Tambah Rotan

Untuk mengetahui analisa pemasaran dan nilai tambah rotan dilakukan dengan wawancara, begitu juga produk yang dihasilkan oleh petani maupun pengusaha yang kemudian di hubungkan dengan harga jual tiap produknya, sehingga diketahui juga besarnya nilai tambah yang diperoleh setelah adanya pengolahan rotan dan alur pemasarannya. Kemudian data hasil wawancara dihitung dengan menggunakan rumus margin pemasaran dan margin keuntungan menurut Andayani dalam Awang (2005). Secara matematis margin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

Mji = Marjin Pemasaran


(30)

Sp = Pf

Pr X 100 %

Pr = Harga penjualan pemasaran di tingkat konsumen Pf = Harga pembelian pemasaran di tingkat produsen

Secara matematis parameter pengukur distribusi keuntungan dan bagian biaya yang diterima petani dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

Ski = Analisis distribusi keuntungan Ki = Margin keuntungan

Pr = Harga penjualan pemasaran ditingkat konsumen Keterangan :

Sp = Harga yang diterima petani

Pf = Harga pembelian pemasaran ditingkat produsen Pr = Harga penjualan pemasaran di tingkat konsumen.

Ski =

ki


(31)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi Rotan

Penelitian yang telah dilakukan, yang meliputi hasil wawancara dan kuisioner dapat diketahui bahwa bahwa masyarakat yang mengambil rotan ada yang pulang pada hari itu juga dan ada yang bertahan mencari rotan selama beberapa hari. Jarak pengambilan rotan tidak terlalu jauh ke dalam hutan ada juga yang jauh dari tempat tinggal. Ini disebabkan ketersediaan rotan di pinggiran hutan tersebut sudah sedikit, dikarenakan pada waktu sebelumnya tidak ada larangan mengambil rotan secara besar-besaran. Walaupun rotan diperjual belikan sesama masyarakat sekitar hutan saja untuk meningkatkan ekonomi keluarga namun banyak juga yang menjual kepada pengumpul yang datang ke rumah petani rotan tersebut.

Pekerjaan mengambil dan pengrajin rotan dilakukan masyarakat sekarang ini hanya sekedar kerja sampingan. Sebagian besar masyarakat memiliki pekerjaan utama berkebun sayur mayur. Dulu sewaktu tidak ada larangan dari pemerintah pekerjaan mengambil rotan dilakoni sebagai pekerjaan utama. Setelah ada larangan dan sanksi yang tegas, pengambilan rotan dilakukan hanya sambilan saja karena masyarakat takut akan sanksi yang diberikan pemerintah.

Hanya petani rotan yang memiliki surat ijin aja yang masih melakukan pengambilan rotan sebagai pekerjaan utama dan itupun tidak diperbolehkan mengambil melebihi kapasitas di dalam surat ijin tersebut karena sehabis keluar dari


(32)

hutan mengambil rotan harus melapor kepada pos kehutanan untuk pemeriksaan. Masyarakat tidak melaksanakan pembudidayaan terhadap rotan dikarenakan mereka tidak tau cara pembudidayaan rotan tersebut.

Hasil survey dan pengamatan serta wawancara yang telah dilakukan menunjukkan bahwa di lae pondom hanya terdapat 31 orang yang menjadi petani rotan dan itupun tidak semuanya menjadi pengrajin rotan, karena tidak semua tahu bagaimana mengayam rotan menjadi bentuk keranjang ataupun menjadi bentuk lain. Petani rotan yang tidak tahu mengayam rotan tersebut lebih suka menjual langsung kepada pengumpul rotan yang biasanya datang langsung ke rumah.

Pengrajin di Kabupaten Dairi ini kebanyakan mendapatkan rotan dari Desa Lae Pondom dan sekitarnya yang dipasok oleh agen yang menampung rotan tersebut dari Desa Lae Pondom, para pengerajin ini juga tidak banyak mendapatkan perhatian dari pemerintah sehingga pengerajin dalam mengembangkan usahanya sering terkendala dalam modal. Hasil kerajinan rotan ini merupakan produk yang cukup digemari oleh masyarakat lokal maupun internasional.

Pola Pengambilan Rotan

Jenis roran yang di ambil masyarakat adalah rotan cacing (Calamus melanoloma Mart), hal itu dikarekan karena hanya jenis rotan tersebut yang banyak di jumpai dan laku di jual. Masyarakat yang tidak memiliki surat ijin dalam pengambilan rotan hanya mengambil rotan dari kawasan hutan dekat pemukiman aja atau dari sekitar lahan yang akan di buka untuk perladangan, itu sebabnya mereka bisa langsung pulang ke rumah karena jarak yang terlalu jauh, dan mejadi pekerjaan sambilan di samping pekerjaan utama berkebun sedangkan masyarakat yang memiliki


(33)

surat ijin mengambil rotan jauh masuk ke hutan agar hasilnya jauh lebih banyak karena merupakan pekerjaan utama.

Gambar 1. Tanaman rotan cacing yang diambil masyarakat

Ciri-ciri rotan yang diambil masyarakat adalah rotan berwarna kuning dan hijau tua, dengan panjang minimal tiga meter. Rotan yang berkualitas baik adalah rotan berwarna hijau tua sedangkan rotan berwarna kuning adalah rotan yang masih muda atau tidak memanjat. Menurut Junuminro (2000), tanda-tanda rotan sudah siap panen adalah daun dan durinya sudah patah, warna durinya sudah berubah menjadi hitam atau kuning kehitam-hitaman serta sebagian batangnya sudah tidak dibalut oleh pelepah daun dan telah berwarna hijau. Masyarakat mengetahui bahwa rotan yang baik dipanen adalah rotan berwarna hijau. Akan tetapi rotan yang berukuran 3 meter atau berwarna kuning sudah di ambil masyarakat.


(34)

Gambar 2 contoh tanaman rotan yang sudah dapat dipanen

Pengambilan rotan oleh masyarakat pun secara sederhana, hanya bermodalkan pisau arit untuk memotong dan parang untuk membersihkan jalan yang menghalangi. Rotan yang sudah diambil di pikul sendiri di pundak lalu di kumpulkan di suatu tempat sebelum akhirnya di ambil semua pada waktu mau pulang.

Jenis-Jenis Rotan Rotan Cacing

Rotan cacing tumbuh secara berumpun dan tumbuh tegak. Dalam satu rumpun dapat mencapai 30-50 batang. Batang rotan cacing berwarna hijau kekuningan, setelah dirunti berwarna kuning telur, mengkilap, agak keras dan kuat. Panjang batang dapat mencapai 50 m dan diameter 0,5-0,9 cm dengan panjang ruas 15-40 cm. Daun rotan cacing berwarna hijau tua dan tidak mengkilap, dengan klasifikasikan sebagai berikut:


(35)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub Kelas : Arecidae

Ordo : Arecales

Famili

Genus

Spesies : Calamus melanoloma Mart.

Gambar 3. Rotan Cacing Pemanfaatan rotan

Para petani rotan melakukan pemanenan dengan berbagai ragam. Bagi yang mempunyai ijin dapat mengambil rotan jauh ke dalam hutan sedangkan yang belum mempunyai ijin takut masuk ke dalam hutan karena akan ditangkap oleh pihak dinas


(36)

kehutanan, maka mereka hanya mengambil rotan dari pinggiran hutan di dekat rumahnya atau dari hutan yang di buka untuk lahan. Rotan yang diambil oleh masyarakat desa Lae pondom tersebut hanya dilakuan pengawetan seadanya misalnya hanya dengan pengeringan saja. Hal itu dikarenakan karena mereka tidak mengetahui teknik-teknik pengawetan yang ada. Mereka juga mengatakan tidak terlalu memikiri hal itu karena selain menambah biaya operasional juga dikarekan pengumpul biasanya langsung datang begitu mereka keluar dari hutan.

Potensi Persediaan Rotan

Banyak masyarakat yang mengambil rotan pulang pada hari itu juga dikarenakan rotan semakin sulit didapat sehingga bila lokasi pertama yang dituju rotannya sudah habis, hari berikutnya masyarakat akan langsung menuju lokasi lain. Rotan semakin sulit didapat dikarenakan hutan sudah mulai habis atau perubahan hutan alam menjadi hutan tanaman industri sehingga masyarakat juga sudah mulai mengalihkan sumber mata pencahariannya ke sektor pertanian seperti bertanam kopi dan tanaman palawija. Bahan baku rotan yang diambil masyarakat sangat bergantung dari hutan alam. Bila hutan alam berubah fungsi atau habis maka masyarakat yang sumber mata pencahariannya dari mengambil dan mengolah rotan akan hilang. Kondisi saat ini, hutan tempat tumbuh rotan tersebut sudah mulai dialihkan menjadi hutan tanaman yang homogen.


(37)

Hasil pengamatan dilapangan terdapat dua persepsi masyarakat mengenai potensi rotan di masa yang akan datang. Sebagian kecil masyarakat menyatakan potensi rotan tidak akan habis karena rotan yang ditebang menghasilkan tunas yang lebih banyak. Sebagian lagi, masyarakat menyatakan bahwa potensi rotan akan habis dikarenakan hutan tempat tumbuh rotan sudah habis. Luas hutan yang semakin habis menyebabkan keberadaan hewan juga terancam, dimana hewan seperti burung, kera, monyet dan luang merupakan pemencar biji rotan. Hal lain yang membuat potensi rotan berkurang dikarenakan rotan yang belum masak tebang masyarakat tetap mengambilnya. Ketidaktahuan masyarakat mengenai teknik pemungutan rotan secara lestari yang dapat memberi kesempatan untuk terjadinya regenerasi secara alami dan rendahnya kesadaran untuk melakukan penanaman dapat juga menjadi penyebab menurunnya potensi rotan. Potensi rotan juga habis dikarenakan tidak seimbangnya pertumbuhan rotan dengan pemanenan rotan. Kurangnya potensi rotan dikarenakan masyarakat tidak pernah menanam rotan. Pemerintah juga tidak pernah melakukan upaya budidaya di daerah ini. Syarat tumbuh rotan yang sangat ketat membuat budidaya rotan sangat sulit dikembangkan. Syarat tumbuh antara lain harus ada pohon-pohon besar sebagai media untuk merambat. (Dephut Prov. Sumatera Utara, 2008). Program budidaya rotan dalam bentuk hutan rakyat membantu masyarakat mengambil rotan dalam jarak yang lebih dekat. Selain itu, masyarakat tidak mengambil rotan secara illegal karena volume rotan yang dihasilkan dalam bentuk hutan rakyat lebih besar dan dengan adanya kelompok tani, membuat perizinan lebih mudah dan biaya yang lebih rendah. Karena tanaman rotan yang tumbuh secara berumpun dan mengelompok, maka umur dan tingkat ketuaan rotan yang siap


(38)

dipanen berbeda. Sehingga pemungutan rotan dilakukan secara tebang pilih dan hal ini akan terlaksana dengan baik bila masyarakat yang mengelolah rotan melalui hutan rakyat. Adanya pengelolaan tanaman rotan, masyarakat tidak perlu mengambil rotan yang masih muda sehingga kualitas rotan lebih baik yang akan berdampak terhadap kekuatan rotan.

Pengambilan rotan di daerah ini masih dilakukan secara sederhana dan dengan alat yang sederhana pula. Alat yang dibutuhkan mengambil rotan di hutan adalah parang, pisau, sepatu, dan sarung tangan, namun tidak sedikit masyarakat hanya membawa parang dan pisau. Sulitnya mengambil rotan di hutan alam membuat pemanenan rotan tidak dilakukan secara lestari, dan lagi menggunakan alat yang sederhana. Rotan yang melilit batang pohon, membuat ujung batang harus ditebang. Budidaya rotan melalui hutan rakyat membuat masyarakat lebih mudah mengambil rotan karena jarak tanam yang sudah diatur, sehingga batang rotan tidak melilit batang pohon yang di dekatnya. Adapun kendala yang dihadapi masyarakat dalam mengambil rotan adalah masyarakat tidak memiliki izin pengambilan.

Nilai Ekonomi Tanaman Rotan

Nilai ekonomi adalah nilai suatu barang atau jasa jika diukur dengan uang. Nilai ekonomi hasil rotan dapat juga diartikan sebagai nilai / harga hasil rotan yang dimanfaatkan yang dapat ditukarkan dengan uang. rotan juga termasuk sumber daya hutan yang nilai ekonominya sangat menjanjikan. Ichwandi (1996) mengatakan bahwa penelitian ekonomi sumber daya hutan adalah suatu metode atau teknik untuk


(39)

mengekstimasi nilai uang dari barang atau jasa yang diberikan oleh suatu kawasan hutan.

Hasil rotan telah tercipta puluhan produk yang benar-benar dibutuhkan oleh kehidupan manusia masa kini, seperti obat-obatan, makanan, perabotan rumah tangga, hiasan rumah, dan sebagainya. rotan adalah tanaman yang sangat bernilai ekonomi tinggi, hal ini disebabkan karena tanaman rotan bisa diolah menjadi berbagai macam produk yang bermanfaat. Antara lain dapat kita lihat banyak dijual berbagai macam produk dari rotan berupa Kursi, Meja, keranjang dan lain sebagainya.

Masyarakat desa Lae Pondom masyarakat hanya mengambil rotan cacing saja karena hanya jenis rotan tersebut yang banyak ditemukan di daerah tersebut.

Gambar 4. Penjemuran rotan

Penjemuran rotan biasanya mereka tumpuk di rumah. Hanya dianginkan. Karena tidak terlalu memakan tempat di dalam rumah.

Masyarakat di Desa Lae Pondom terbiasa mengayam rotan cacing itu untuk dijadikan barang kebutuhan. Mereka tidak butuh waktu lama untuk


(40)

menyelesaikannya. Hanya dengan bermodalkan alat yang sederhana mereka dengan terampil mengayam rotan tersebut.

Gambar 5. Pengayaman rotan

Pemanfaan rotan di desa Lae Pondom, kecamatan Tanjung Baringin tersebut diolah secara tradisional dan hanya untuk kepentingan sehari-hari. Adapun hasil pengolahan yang mampu mereka buat dari rotan adalah mulai dari keranjang pikul, peralatan rumah tangga, peralatan untuk di ladang.

Adapun produk yang dihasilkan biasanya : 1. Keranjang pikul untuk sepeda motor


(41)

Keranjang seperti ini lumayan mahal harganya berkisar sekitar Rp 200.000, namun tidak selalu ada yang memesan. Makanya tidak banyak di produksi. Keranjang pikul ini di buat hanya jika da pemesanan. Itupun tidak semua petani rotan mengetahuinya karena terlalu rumit dan cukup lama mengerjainya.

2. Tempat untuk mencuci kopi

Gambar 7. Keranjang untuk mencuci kopi

Harga untuk sebuah keranjang di jual seharga Rp 25.000. untuk keranjang ini sangat banyak peminatnya. Karena rata-rata petani memerlukannya untuk di bawa ke ladang. Untuk membuat jenis keranjang ini cukuplah singkat dan tidak terlalu rumit.

Hasil lampiran pendapatan dapat disimpulkan bahwa pendapatan masyarakat petani rotan baik dari hasil memanen rotan dan tambahan penghasilan dari sampingan rata-rata hanya cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini dikarekan karenakan harga hasil dari produk rotan tidaklah cukup tinggi. 1 kg rotan hanya dihargai sebesar Rp.3000 untuk rotan mentah, sedangkan untuk rotan yang olahan setengah jadi (sudah digoreng pakai minyak tanah) di hargai sebesar Rp.15.000. namun karena harga minyak tanah naik dan susah untuk di cari, maka tidak ada lagi masyarakat yang melakukan penggorengan.

Produk rotan itu kebanyakan mereka gunakan untuk keperluan sehari-hari. Kecuali untuk keranjang pikul harganya lumayan mahal, tetapi tidak banyak yang


(42)

memesannya. Keranjang tersebut hanya di buat jika ada pesanan dari orang, sedangkan untuk pengumpul rotan dalam partai besar yang mengambil rotan dari masyarakat yang mempunyai ijin, tidak dipasarkan di daerah desa tersebut. Biasanya pengumpul membawa rotan mentah tersebut ke medan untuk diolah menjadi produk yang lebih baik agar harganya menjadi lebih mahal.

Teknologi pengolahan

Teknologi pengolahan yang dimaksud adalah pengolahan rotan menjadi produk tetapi tidak menggunakan mesin. Perlakuan teknologi pengolahan selain menjemur adalah dengan cara menggoreng dengan minyak tanah. Namun tekonologi pengolahan dengan cara tersebut tidak lagi digunakan di karenakan harga minyak tanah yang mahal dan langka. Apabila dilakukan pengolahan dengan cara penggorengan itu maka keuntungan yang didapatkan akan sangat tipis. Hampir seluruh masyarakat membuat produk dari rotan tanpa sentuhan teknologi. Masyarakat yang menerapkan teknologi dengan yang tidak menerapkan teknologi sama-sama memiliki pendapatan di tingkat pendapatan yang tidak jauh berbeda.

Analisis Alur Pemasaran Rotan

Tabel 1. Total nilai pendapatan bersih petani rotan per bulan

Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan masyarakat dari rotan lebih besar daripada non rotan. Hal ini terjadi karena banyak yang mengutamakan

Sumber Pendapatan (I) Nilai Pendapatan (Rp) % I

Dari rotan 10.880.000 53.91

Non rotan I 9.300.000 46.08


(43)

Petani rotan Pengumpul

kerjaannya sebagai petani rotan. Karena mereka telah mengantongi ijin sehingga mereka bebas mengambil rotan dari dalam hutan.

Pola Distribusi rotan

Alur pemasaran hanya terjadi sekali saja, yaitu dari petani rotan kepada pengumpul yang datang ke rumah petani rotan.

Tabel 2. Analisis margin keuntungan (profit margin)

Pelaku Pasar Distribusi Harga Harga per KG (Rp)

Persen(%)

Petani rotan

Harga Jual 3000

Biaya Produksi 1000

Margin Keuntungan 2000

Persen Margin keuntungan 66.66

Pengumpul I

Harga Beli 3000

Harga Jual -

Biaya Tataniaga - -

Margin Keuntungan -

Persen Margin keuntungan

Total Margin Keuntungan 2000

Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pergerakan barang dari tangan produsen sampai konsumen akhir atau setiap biaya yang dikeluarkan untuk keprluan pemasaran. Besar kecilnya biaya pemasaran berbeda-beda untuk masing-masing lembaga pemasaran yang bersangkutan, karena proses pemasaran hanya terjadi sekali maka tidak banyak margin pemasaran yang diketahui. Hanya margin keuntungan di tingkat petani rotan yang ada sebesar 2000 atau 66.66 % dari setiap kg rotan yang mereka dapat.


(44)

Petani rotan konsumen

Tabel 3. Analisis margin pemasaran (marketing margin)

Pelaku Pasar Jenis Harga Harga per Kg (Rp) Persen(%) Petani rotan Harga Produksi 1000

Pengumpul I Harga Beli 3000

Pola Distribusi Rotan Olahan

Tabel 4. Analisis margin keuntungan (profit margin) pada pengerajin kerajang pikul Pelaku Pasar Distribusi Harga Harga / Unit = (Rp) Persen (%)

Petani

Harga Jual 200000

Biaya Produksi 35000 Margin Keuntungan 165000 Persen Margin

keuntungan

82.50

Konsumen

Harga Beli 200000

Harga Jual Biaya Tataniaga Margin Keuntungan Persen Margin keuntungan

Margin keuntungan dari keranjang pikul sepeda motor sangat besar mencapai 82.50 %. Namun untuk jenis produk ini memiliki kendala yaitu tidak selamanya ada pesanan. Produk ini di buat hanya jika ada pesanan.


(45)

Tabel 5. Analisis margin keuntungan (profit margin) pada kerajang kopi

Pelaku Pasar Distribusi Harga Harga / Unit = (Rp) Persen (%)

Petani Harga Jual 25000

Biaya Produksi 4000 Margin Keuntungan 21000 Persen Margin

keuntungan

84.00

konsumen

Harga Beli 25000

Harga Jual Biaya Tataniaga Margin Keuntungan Persen Margin keuntungan

Margin keuntungan keranjang tempat mencuci kopi sangat besar mencapai 84 %. Hal ini terjadi karena biaya produksi yang tidak begitu mahal. Kendalanya untuk jenis produk ini juga hampir tidak ada, bahan baku dan bahan penunjang tersedia. Itu yang mengakibatkan harga biaya produksi murah. Juga untuk produk ini sangat laris dan terus ada pesanan karena adanya kebutuhan masyarakat sekitar akan tempat pencucian kopi yang disebabkan masyarakat desa mayoritas petani kopi.


(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Pemanfaan rotan oleh maysarakat desa Lae Pondom Kecamatan Tanjung Beringin Kabupatrn Dairi berupa Keranjang pikul untuk sepeda motor, keranjang untuk tempat pencucian kopi.

2. Nilai pendapatan total masyarakat untuk hasil dari rotan sebesar Rp.10.880.000 atau sebesar 53,91 % dari pendapatan total.

3. Pola pemasaran rotan di daerah Lae pondom kecamtan Tanjung Baringin Kabupaten Dairi ada 2 pola yaitu :

a. Dari petani rotan langsung ke pengumpul b. Dari petani rotan langsung ke konsumen

B. SARAN

Disarankan kepada petani supaya membentuk kelompok tani agar pengolahan dan pendapatan petani semakin menigkat dari hasil rotan.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Algamar, K. 1986. Posisi Rotan Indonesia dalam Pandangan Internasional. Prosiding Lokakarya Nasional Rotan, Jakarta. p. 209-304.

Alrasyid, H. 1987. Aspek-aspek Silvikultur Rotan. Diskusi Hutan Tanaman Industri (27-28 April 1987). Jakarta.

Anonim. 1998. Lokakarya Mengenai Rotan. Hotel Mesra Internasional Kalimantan Timur 15-16 Desember 1998. Kalimantan Timur.

Awang, S dkk. 2002. Hutan Rakyat, Sosial Ekonomi dan Pemasaran. BPFE. Yogyakarta

BAPENAS, 2006. Laporan Akhir Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Potensi HHBK dan Jasa Lingkungan. Kementrian Negara Perencanaan

Bhat, K.M.N.; P.K. Thulasidas. 1993. Anatomy and Identification of South Indian Rattan (Calamus sp.). IAWA Journal, 14(1): 63-76.

Dansfield, J. 1996. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 6: Rotan. Gajah Mada University Press bekerja sama dengan PROSEA Indonesia.

Erwinsyah. 1999. Kebijakan Pemerintah dan Pengaruhnya terhadap Pengusaha Rotan di Indonesia

Januminro, CFM. 2000. Rotan Indonesia Potensi Budidaya Pemungutan Pengolahan Standar Mutu dan Prospek Pengusahaan. Kansius. Yogyakarta

Muhdi. 2008. Prospek, Pemasaran Hasil Hutan Bukan Kayu Rotan. (diakses tanggal 16 Desember 2010)

Plantamor. 2008. Informasi Spesies Rotan. tanggal 16 Desember 2010).

Rachman, O. 1996. Peranan Sifat Anatomi, Kimia dan Fisik terhadap Mutu Rekayasa Rotan. [Disertasi]. Bogor: Pascasarjana IPB.

Rachman, O. dan Jasni, 2006. Rotan, Sumberdaya, Sifat dan Pengelolaannya. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Departemen Kehutanan.


(48)

Rahayu, M., K. Kumoro, Suyadi, dan Yunus. 2004. Efisiensi Pemasaran Buah

Manggis di Kecamatan Langsar, Lombok Barat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat. NTB.

Sumadiangsa,E. S. 2008. Pengembangan Teknologi Pemanfaata Hasil Hutan Bukan

Kayu. Makalah Seminar Nasional Prosfek Hasil Hutan Bukan Kayu. Pekan Ilmiah Kehutanan Nasional (PIKNAS) IV. Fakultas Kehutanan IPB Bogor. Bogor

Suryopamungkas, K. 2006. Pemanfaatan Limbah Rotan untuk Produk Aksesori Interior dengan Fungsi Sederhana. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Tellu, A. T. 2002. Potensi Dan Pola Penyebaran Jenis-Jenis Rotan Di Hutan Cagar Alam Morowali. Sci&Tech 2: 34-46

Tetuko, Y. 2007. Studi Pengolahan dan Distribusi Hasil Kerajinan Rotan pada Industri Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Studi Kasus UD. Gundaling Medan Sumatra Utara. Skripsi. Universitas Sumatra Utara. Medan.

Yudodibroto, H. 1984. Anatomy, Ptrength Properties and the Utiliztion of Some Indonesian Rattans. In: Rao, A.N. Vongkaluang (eds.). Proceeding International Seminar on Rattan. Kuala Lumpur, October 2-4, 1984.


(1)

Petani rotan Pengumpul

kerjaannya sebagai petani rotan. Karena mereka telah mengantongi ijin sehingga mereka bebas mengambil rotan dari dalam hutan.

Pola Distribusi rotan

Alur pemasaran hanya terjadi sekali saja, yaitu dari petani rotan kepada pengumpul yang datang ke rumah petani rotan.

Tabel 2. Analisis margin keuntungan (profit margin)

Pelaku Pasar Distribusi Harga Harga per KG (Rp)

Persen(%)

Petani rotan

Harga Jual 3000

Biaya Produksi 1000

Margin Keuntungan 2000

Persen Margin keuntungan 66.66

Pengumpul I

Harga Beli 3000

Harga Jual -

Biaya Tataniaga - -

Margin Keuntungan -

Persen Margin keuntungan

Total Margin Keuntungan 2000

Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pergerakan barang dari tangan produsen sampai konsumen akhir atau setiap biaya yang dikeluarkan untuk keprluan pemasaran. Besar kecilnya biaya pemasaran berbeda-beda untuk masing-masing lembaga pemasaran yang bersangkutan, karena proses pemasaran hanya terjadi sekali maka tidak banyak margin pemasaran yang diketahui. Hanya margin keuntungan di tingkat petani rotan yang ada sebesar 2000 atau 66.66 % dari setiap kg rotan yang mereka dapat.


(2)

Petani rotan konsumen

Tabel 3. Analisis margin pemasaran (marketing margin)

Pelaku Pasar Jenis Harga Harga per Kg (Rp) Persen(%) Petani rotan Harga Produksi 1000

Pengumpul I Harga Beli 3000

Pola Distribusi Rotan Olahan

Tabel 4. Analisis margin keuntungan (profit margin) pada pengerajin kerajang pikul Pelaku Pasar Distribusi Harga Harga / Unit = (Rp) Persen (%) Petani

Harga Jual 200000

Biaya Produksi 35000

Margin Keuntungan 165000 Persen Margin

keuntungan

82.50

Konsumen

Harga Beli 200000

Harga Jual Biaya Tataniaga Margin Keuntungan Persen Margin keuntungan

Margin keuntungan dari keranjang pikul sepeda motor sangat besar mencapai 82.50 %. Namun untuk jenis produk ini memiliki kendala yaitu tidak selamanya ada pesanan. Produk ini di buat hanya jika ada pesanan.


(3)

Tabel 5. Analisis margin keuntungan (profit margin) pada kerajang kopi

Pelaku Pasar Distribusi Harga Harga / Unit = (Rp) Persen (%)

Petani Harga Jual 25000

Biaya Produksi 4000

Margin Keuntungan 21000 Persen Margin

keuntungan

84.00

konsumen

Harga Beli 25000

Harga Jual Biaya Tataniaga Margin Keuntungan Persen Margin keuntungan

Margin keuntungan keranjang tempat mencuci kopi sangat besar mencapai 84 %. Hal ini terjadi karena biaya produksi yang tidak begitu mahal. Kendalanya untuk jenis produk ini juga hampir tidak ada, bahan baku dan bahan penunjang tersedia. Itu yang mengakibatkan harga biaya produksi murah. Juga untuk produk ini sangat laris dan terus ada pesanan karena adanya kebutuhan masyarakat sekitar akan tempat pencucian kopi yang disebabkan masyarakat desa mayoritas petani kopi.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Pemanfaan rotan oleh maysarakat desa Lae Pondom Kecamatan Tanjung Beringin Kabupatrn Dairi berupa Keranjang pikul untuk sepeda motor, keranjang untuk tempat pencucian kopi.

2. Nilai pendapatan total masyarakat untuk hasil dari rotan sebesar Rp.10.880.000 atau sebesar 53,91 % dari pendapatan total.

3. Pola pemasaran rotan di daerah Lae pondom kecamtan Tanjung Baringin Kabupaten Dairi ada 2 pola yaitu :

a. Dari petani rotan langsung ke pengumpul b. Dari petani rotan langsung ke konsumen

B. SARAN

Disarankan kepada petani supaya membentuk kelompok tani agar pengolahan dan pendapatan petani semakin menigkat dari hasil rotan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Algamar, K. 1986. Posisi Rotan Indonesia dalam Pandangan Internasional. Prosiding Lokakarya Nasional Rotan, Jakarta. p. 209-304.

Alrasyid, H. 1987. Aspek-aspek Silvikultur Rotan. Diskusi Hutan Tanaman Industri (27-28 April 1987). Jakarta.

Anonim. 1998. Lokakarya Mengenai Rotan. Hotel Mesra Internasional Kalimantan Timur 15-16 Desember 1998. Kalimantan Timur.

Awang, S dkk. 2002. Hutan Rakyat, Sosial Ekonomi dan Pemasaran. BPFE. Yogyakarta

BAPENAS, 2006. Laporan Akhir Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Potensi HHBK dan Jasa Lingkungan. Kementrian Negara Perencanaan

Bhat, K.M.N.; P.K. Thulasidas. 1993. Anatomy and Identification of South Indian Rattan (Calamus sp.). IAWA Journal, 14(1): 63-76.

Dansfield, J. 1996. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 6: Rotan. Gajah Mada University Press bekerja sama dengan PROSEA Indonesia.

Erwinsyah. 1999. Kebijakan Pemerintah dan Pengaruhnya terhadap Pengusaha Rotan

di Indonesia

Januminro, CFM. 2000. Rotan Indonesia Potensi Budidaya Pemungutan Pengolahan Standar Mutu dan Prospek Pengusahaan. Kansius. Yogyakarta

Muhdi. 2008. Prospek, Pemasaran Hasil Hutan Bukan Kayu Rotan. (diakses tanggal 16 Desember 2010)

Plantamor. 2008. Informasi Spesies Rotan. tanggal 16 Desember 2010).

Rachman, O. 1996. Peranan Sifat Anatomi, Kimia dan Fisik terhadap Mutu Rekayasa Rotan.[Disertasi]. Bogor: Pascasarjana IPB.

Rachman, O. dan Jasni, 2006. Rotan, Sumberdaya, Sifat dan Pengelolaannya. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Departemen Kehutanan.


(6)

Rahayu, M., K. Kumoro, Suyadi, dan Yunus. 2004. Efisiensi Pemasaran Buah

Manggis di Kecamatan Langsar, Lombok Barat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat. NTB.

Sumadiangsa,E. S. 2008. Pengembangan Teknologi Pemanfaata Hasil Hutan Bukan

Kayu. Makalah Seminar Nasional Prosfek Hasil Hutan Bukan Kayu. Pekan Ilmiah Kehutanan Nasional (PIKNAS) IV. Fakultas Kehutanan IPB Bogor. Bogor

Suryopamungkas, K. 2006. Pemanfaatan Limbah Rotan untuk Produk Aksesori Interior dengan Fungsi Sederhana. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Tellu, A. T. 2002. Potensi Dan Pola Penyebaran Jenis-Jenis Rotan Di Hutan Cagar Alam Morowali. Sci&Tech 2: 34-46

Tetuko, Y. 2007. Studi Pengolahan dan Distribusi Hasil Kerajinan Rotan pada Industri Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Studi Kasus UD. Gundaling Medan Sumatra Utara. Skripsi. Universitas Sumatra Utara. Medan.

Yudodibroto, H. 1984. Anatomy, Ptrength Properties and the Utiliztion of Some Indonesian Rattans. In: Rao, A.N. Vongkaluang (eds.). Proceeding International Seminar on Rattan. Kuala Lumpur, October 2-4, 1984.