LATAR BELAKANG t seni 0809676 chapter1

1 1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, berbagai aspek terus dipacu untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain. Pembangunan di daerah baik fisik maupun nonfisik terus digalakkan, namun demikian pembangunan yang dilakukan telah pula menimbulkan ketimpangan, karena terkadang lebih banyak dilakukan di perkotaan dibandingkan dengan kawasan pedesaan. Hal ini telah menyebabkan timbulnya berbagai masalah kesenjangan sosial dan ekonomi. Ketika manusia untuk pertama kalinya ingin memenuhi kebutuhan hidupnya, maka timbullah tanda-tanda perbuatan yang dapat digolongkan dalam kegiatan kerajinan kriya. Kegiatan kriya tercatat dalam sejarah dimulai sejak jaman Neolitukum. Kerajinan ini berkembang secara bertahap sesuai dengan keterampilan dalam memanfaatkan dan mengelola bahan yang tersedia. Berbagai produk budaya yang ada saat ini pada kenyataannya adalah merupakan pengembangan hasil pemikiran dan gagasan manusia pada masa lalu. Dalam bidang kesenian misalnya, hasil kreativitas manusia yang merupakan bagian dari kebudayaan itu telah menjelma dalam berbagai bentuk dan jenis yang beragam. Hasil peninggalan kebudayaan jaman itu, seperti bangunan-bangunan monumental dan berbagai peralatan adalah sebagai salah satu usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya kebutuhan jasmani maupun rohani. Bentuk-bentuk hasil kebudayaan masa lampau itu, memberi pengaruh yang kuat terhadap perkembangan budaya masa kini dan masa yang akan datang Faktor keadaan alam dan letak geografis negara Indonesia dan dengan didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi menjadi faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan berbagai ragam bentuk kreativitas dan aktivitas bangsa Indonesia, sehingga dengan kata lain pembentukan suatu kebudayaan dari seuatu daerah memiliki karakteristik yang berbeda, antara satu daerah dengan daerah yang lainnya dengan membentuk suatu ciri budaya bangsa atau jati diri bangsa, seperti yang diutarakan oleh Boas, 1858-1942. ”ciri-ciri budaya haruslah dipelajari dalam konteks masyarakat di mana ciri-ciri tersebut timbul”. Produk kriya adalah refleksi nilai-nilai tradisi budaya bangsa masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang, yang merupakan suatu produk kegiatan atau kebiasaan masyarakat secara turun-temurun yang sampai saat ini tetap hidup. Pembuatan barang-barang kriya berawal dari kebutuhan manusia, dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari akan alat atau perkakas, baik yang bersifat fisik maupun spiritual. Pada awalnya produk kriya dibuat dengan alat dan teknik yang sederhana, ini membuktikan bahwa manusia pada zaman dahulu memiliki tingkat kepandaian dan keterampilan yang sederhana dan secara manual dalam pembuatan benda- benda kriya, seperti bangunan, perkakas, manik-manik, pahatan, anyaman, tenunan, keramik, dan lain-lain. sebagai sumber pengenalan budaya bangsa dan dasar fisik kehidupan spiritual bangsa Indonesia. Salah satu hasil kreativitas manusia yang hingga kini terus dikembangkan adalah seni kriya dengan memanfaatkan bahan bahan galian dari batuan yang ada di perut bumi seperti batuan mulya dan onyx. Pembuatan seni kriya dari bahan batu onyx tujuannya sama dengan pembuatan kriya lainnya, yang mulanya sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik fisik maupun spiritual, kemudian berkembang berdasarkan permintaan pasar dan kesadaran akan budaya tradisi. Hingga kini kriya batu onyx telah beralih fungsi dari benda sebagai ungkapan rasa estetik dan ekspresi, menjadi benda produksi dalam fenomena kriya sebagai industri kerajinan berdasar nilai pasaran dan permintaan konsumen. Keanekaragaman kriya batu onyx dapat dilihat dari nilai estetiknya baik bentuk, motif serta teknik pengerjaannya, meskipun pada umumnya menekankan pada nilai fungsional, juga telah adanya usaha-usaha dalam peningkatan nilai estetiknya, dalam hal ini para perajin harus aktif mencari informasi-informasi terbaru melalui pelatihan pendidikan dan terus melakukan eksplorasi, agar hasil karya produksi memiliki makna fungsional dan estetik yang lebih berkualitas. Dalam hal ini pengembangan produksi hal yang perlu diperhatikan secara khusus, agar dalam perkembangannya tidak monoton dan baku sehingga mampu menerobos ke pasaran yang lebih luas. Beranjak dari hal di atas, penulis beranggapan bahwa perlu adanya pengkajian terhadap pengrajin dan masyarakat di Desa Cigunung, Kecamatan Parungpnteng, Kabupaten Tasikmalaya sebagai masukan yang inovatif sehingga dapat mengembangkan kriya batu onyx dengan cara penggantian, atau perpaduan dengan jenis Batuan yang lain, mengingat bahan baku batu onyx tidak dapat diperbaharui. Penelitian secara khusus dapat mengungkap usaha masyarakat Cigunung untuk mengembangkan kriya batu onyx dengan berbagai jenis batuan, variasi bentuk yang inovatif dengan menghasilkan warna yang variatif, sehingga memungkinan terdapat perbedaan bentuk, warna dan jenis kirya batu yang terdapat di beberapa daerah di Indonesia. Untuk itulah, penulis tertarik untuk meneliti ihwal pengembangan kriya batu onyx ini dengan judul penelitian: “Pengembangan Unsur Estetik pada Kriya Batu Onyx Tasikmalaya” Studi Kasus: Perkembangan bentuk, warna dan bahan baku kriya batu onyx Masyarakat Cigunung Kab. Tasikmalaya.

B. RUMUSAN MASALAH