Rambu-rambu Pembelajaran Sains IPA dalam Kurikulum

99 keterampilan ini tidak lain merupakan pengelompokan dari keterampilan proses IPA yang sudah kita kenal. Dalam menyelenggarakan pembelajaran IPA dengan pendekatan dan model apa pun guru harus tetap pro aktif sebagai fasilitator; mau memonitor seberapa besar kadar on-task siswa, seberapa banyak keterampilan dan sikap ilmiah siswa yang dapat dikembangkan, dan sejauh mana konsep-konsep IPA dikuasai dan diimplementasikan siswa. Jika semua itu tercapai secara optimal maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran IPA yang diselenggarakan guru adalah pembelajaran IPA yang efektif. Salah satu sikap pro aktif guru adalah sejak awal berusaha memahami benar rambu-rambu pembelajaran IPA dalam kurikulum.

5. Rambu-rambu Pembelajaran Sains IPA dalam Kurikulum

Dari berbagai buku layanan profesional yang dikeluarkan oleh Pusat Kurikulum Depdiknas 2003 untuk pelaksanaan Kurikulum 2004 atau sekarang disempurnakan menjadi kurikulum 2006, diperoleh rambu-rambu pembelajaran IPA di SD sebagai berikut. a. Bahan kajian sains untuk kelas I, II dan III tidak diajarkan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi diajarkan dengan pendekatan tematis. b. Aspek kerja ilmiah bukanlah bahan ajar, melainkan cara untuk menyampaikan bahan pembelajaran yang terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran. Pengembangan aspek ini disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak artinya tidak harus seluruh aspek serta merta ada pada setiap kegiatan. Aspek kerja ilmiah disusun bergradasi untuk kelas I dan II, kelas III dan IV, serta kelas V dan VI. c. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA berorientasi pada siswa. Peran guru bergeser dari menentukan “apa yang akan dipelajari” ke ‘bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman 100 belajar siswa”. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan nara sumber lain. Ada 6 pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran IPA yang berorientasi pada siswa, yaitu: 1 Empat pilar pendidikan yaitu belajar untuk mengetahui learning to know, belajar untuk melakukan learning to do, belajar untuk hidup dalam kebersamaan learning to live together, belajar untuk menjadi dirinya sendiri learning to be. 2 Inkuiri IPA. 3 Konstruktivisme. 4 Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat Salingtemas. 5 Pemecahan Masalah. 6 Pembelajaran IPA yang bermuatan nilai. d. Pemberian pengalaman belajar secara langsung sangat ditekankan melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah dengan tujuan untuk memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah. Keterampilan proses yang digunakan dalam IPA antara lain: m engamati, menggolongkan, mengukur, menggunakan alat, mengkomunikasikan hasil melalui berbagai cara seperti lisan, tulisan, dan diagram; menafsirkan, memprediksi, melakukan percobaan. Agar mampu “bekerja secara ilmiah” pada para siswa perlu ditanamkan sikap: rasa ingin tahu, bekerja sama secara terbuka, bekerja keras dan cerdas, mengambil keputusan yang bertanggung jawab, peduli terhadap makhluk hidup dan lingkungan. e. Pembelajaran IPA dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti pengamatan, pengujianpenelitian, diskusi, penggalian informasi mandiri melalui tugas baca, wawancara nara sumber, simulasibermain peran, nyanyian, demonstrasiperagaan model. 101 f. Kegiatan pembelajaran lebih diarahkan pada pengalaman belajar langsung daripada pengajaran mengajar. Guru berperan sebagai fasilitator sehingga siswa lebih aktif berperan dalam proses belajar. Guru membiasakan memberi peluang seluas-luasnya agar siswa dapat belajar lebih bermakna dengan memberi respon yang mengaktifkan semua siswa secara positip dan edukatif. g. Apabila dipandang perlu, guru diperkenankan mengubah urutan materi asal masih dalam semester yang sama. h. Guru dapat memberikan tugas proyek yang perlu dikerjakan serta ditinjau ulang untuk senantiasa menyempurnakan hasil. Tugas proyek ini diharapkan menyangkut Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat Salingtemas secara nyata dalam konteks pengembangan teknologi sederhana, penelitian dan pengujian, pembuatan sari bacaan, pembuatan kliping, penulisan gagasan ilmiah atau sejenisnya dengan demikian, tujuan pembelajaran untuk masing-masing mata pelajaran serta kompetensi pendidikan yang diharapkan akan tetap tercapai. Tugas proyek hendaknya dikaitkan dengan kompetensi mata pelajaran lain di luar IPA, hal ini untuk menghindari pengelapan. Setiap kompetensi yang berkaitan dengan mata pelajaran lain perlu dinilai dalam kegiatan belajar proyek tersebut. i. Penilaian tentang kemajuan belajar siswa dilakukan selama proses pembelajaran. Penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir periode tetapi dilakukan secara terintegrasi tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran dalam arti kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan hanya hasil produk. Penilaian IPA dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti tes perbuatan, tes tertulis, pengamatan, kuesioner, skala sikap, portofolio, hasil proyek. Dengan demikian, lingkup penilaian IPA dapat dilakukan baik pada hasil belajar akhir kegiatan maupun pada proses perolehan hasil belajar selama kegiatan belajar. Hasil 102 penilaian dapat diwujudkan dalam bentuk nilai dengan ukuran kuantitatif ataupun dalam bentuk komentar deskriptif kualitatif.

D. Relevansi Pendidikan Umum dalam Pembelajaran Sains di Sekolah