Pola dan Mutu Biologi Makanan Suku Tetun, Suku Kemak dan Suku Marae di Kabupaten Belu Propinsi Nusa Tenggara Timur

POLA DAW MUTU BlOLOGl MAKANAN SUKU YETUR,
SUKU KEMAK DA19 SUKU MARAE Dl KABUPATEM BELU
PROPIWSI NUSA TEBGGARA TlMUE

Oleh
STEFANUS PIETER MANONGGA

PROGRAM PASCA SAR JANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1992

RINGKASAN
STEFANUS PIETER MAN0NGGA.- Pola dan MUtU Biologi Makanan Suku

Tetun, Suku Kemak Dan Suku Marae di Kabupaten Belu, Propinsi
Nusa Tenggara Timur (Di bawah
ketua; SUSANT0,Ig. D. dan

bimbingan SUHARDJO sebagai

MUCHTADI, D. sebagai anggota).


Tujuan Penelitian adalah (1) mempelajari ciri-ciri pola
makanan, (2) mempelajari beragam faktor yang mempengaruhi
pola makanan, dan 3

menilai mutu biologi protein makanan

dari rumahtangga ketiga suku di Kabupaten Belu.
Penelitian dilakukan dalam dua tahap kegiatan, yakni
melakukan survei pada kelompok rumahtangga suku Tetun, suku
Kemak, dan suku Marae di Kabupaten Belu. Dimaksudkan untuk
memperoleh data dan informasi tentang pola makanan dan ragam
faktor yang mempengaruhinya. Kegiatan tahap pertama tersebut
berlangsung selama tiga bulan, yakni dari bulan Maret sampai
dengan bulan Mei 1991.

Kegiatan

penelitian tahap kedua,


dimaksudkan untuk mengevaluasi mutu biologi protein makanan
yang dikonsumsi rumahtangga ketiga suku pada tikus putih.
Kegiatan

ini

berlangsung di Laboratorium Kimia Makanan

Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya keluarga
Institut Pertanian Bogor dari tanggal 10 Oktober sampai 21
November 1991.
Lokasi penelitian ditentukan

secara

purposive

berdasarkan distribusi populasi tiap suku terbanyak dan
terpadat, diambil satu kecamatan contoh untuk tiap suku.
Selanjutnya dari tiap kecamatan terpilih, diambil tiga desa


contoh dengan tetap memperhatikan distribusi populasi
terbanyak dan terpadat serta tingkat

perkembangan sosial

ekonomi tinggi, sedang dan rendah. Unit analisis adalah
rumahtangga yang diambil secara proportional stratified
random sampling atas

dasar luas penguasaan lahan

pertanian;

dengan demikian diambil 60 rumahtangga untuk tiap suku dan
atau 180 rumahtangga contoh yang dilibatkan

dalam penelitian

ini. Data yang dikumpulkan meliputi data makro dan mikro;

data makro mencakup informasi keadaan sumberdaya bio-fisik,
sosial, ekonomi

dan budaya ditingkat kabupaten sampai desa.

Data mikro mencakup

informasi ditingkat rumahtangga, yakni

identitas rumahtangga, tata pemanfaatan sumberdaya pertanian
bagi proses produksi usahatani, produksi pangan, tehnologi
pangan, pendapatan dan pengeluaran, tingkat pengetahuan gizi
ibu, sistem sosial-budaya berkenaan dengan makan dan makanan,
pola dan konsumsi makanan. Khusus data konsumsi makanan
diambil atas dasar ingatan satu hari yang lalu (one day
recall) dan dikumpulkan secara acak selama 4 hari dalam dua
minggu. Data yang terkumpul dilakukan analisis secara
deskriptif dan

statistik. Analisis


varians/Eka Arah, Jarak Berganda

statistik meliputi uji

Duncan's, Matriks Korelasi

dan Regresi Berganda.
Penelitian tahap kedua dilakukan menggunakan metode
"Net

Protein

Utilization Operative (NPU

OPS

)

dengan


teknik

nitrogen tubuh tikus putih
Rancangan Acak Lengkap.

dan dirancang menurut model

Tikus putih

yang

digunakan

adalah

Lembaqa Makanan Rakyat-Strain, Wistar Derived berumur 23 hari
sebanyak

45 ekor ( 9 ulangan dan 5


perlakuan).

Tikus-tikus ditempatkan secara acak dalam kandang individual,
dan diberi makanan secara ad libitum

.

Makanan yang diuji

adalah :
A : Makanan kontroll PPH (Suhardjo, 1990)
B : Pola Pangan Suku Tetun
C : Pola Pangan Suku Kemak
D : Pola Pangan Suku Marae
E : Makanan Bebas Protein (AOAC, 1984)
Peubah yang diukur

adalah


"Net Protein Utilization",

"Protein Enerqi Percent", dan #'Net Dietary Protein Energy
Percent. Dilakukan analisis sidik ragam sesuai dengan
prosedur Rancangan Acak Lengkap yang digunakan dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda

Duncan's.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat hidup dari
rumahtangga ketiga suku masih rendah dan bergantung pada
-

faktor lingkungan ekologi (biofisik) yang dikuasai dan
dimanfaatkan sehubungan dengan penyediaan pangan dalam
rumahtangga.

Dengan demikian pangan yang diproduksi adalah

jenis pangan lokal yang dibudidayakan sendiri dan merupakan
bahan


makanan yang dikonsumsi sehari-hari.

iii

Peranan

faktor

lingkungan sosia1,ekonomi dan teknologi belum nampak berperan
meningkatkan produksi dan konsumsi pangan rumahtangga ketiga
suku .
Pola makanan rumahtangga k e tigsa suku berdasarkan
mayoritas jumlah rumahtangga dan kontribusi konsumsi energi
tiap jenis pangan sebagai berikut :
Suku Tetun : Jagung, Sorgum, Beras, Ikan, Kacang Ijo, Daun
Singkong, Pucuk Lanu dan Buah Labu.
Suku Kemak

: Jagung,


Beras, Kacang Tunggak,

Buah Labu dan

Ikan
Suku Marae

:

Jagung, Beras, Singkong, Kacang Tunggak, Kacang
Tanah, Ikan, Daun Singkong, Pucuk Labu dan Buah
Labu

.

Raqam konsumsi jenis pangan dari rumahtangga suku Tetun
dengan suku Kemak relatif sama, dan keduanya nyata lebih baik
dari suku Marae.


Faktor yang paling menentukan ragam

konsumsi jenis pangan suku Tetun adalah luas lahan yang
diusahakan, dan jumlah pendapatan; suku Kemak : luas lahan
yang diusahakan, jumlah pendapatan, jumlah pengeluaran bukan
pangan dan tingkat pendidikan kepala keluarga; dan suku Marae
adalah tingkat pendidikan kepala keluarga.
Jumlah konsumsi Energi per kapita suku Kemak dengan
suku Marae relatif sama dan keduanya nyata lebih rendah dari
suku Tetun.

Namun tingkat konsumsi energi per kapita ketiga

suku masih di bawah norma kecukupan energi 2100 Kalori.
iv

Faktor yanq berhubunqan dan paling menentukan jumlah konsumsi
enerqi per kapita

rumahtangqa ketiqa suku adalah besar ke

luarqa .
Jumlah konsumsi protein per kapita dari rumahtangqa
suku Tetun tertinggi, diikuti suku Marae dan suku Kemak.
Tingkat konsumsi protein per kapita ketiqa suku telah
memenuhi

norma kecukupan protein 55 gram.

Secara kualitatif

berdasarkan komposisi konsumsi protein hewani sebanyak 18
gram per kapita, maka tipoloqi konsumsi protein per kapita
dari sebagian besar rumahtangqa suku Kemak adalah kuantitas
protein kuranq dan kualitas cukup.

Sedanqkan suku Tetun dan

suku Marae mempunyai tipoloqi konsumsi protein denqan
kuantitas cukup dan kualitas kuranq.

Faktor besar keluarga

mempunyai hubungan yang cukup kuat positip dengan jumlah
konsumsi protein ketiqa suku. Sedangkan faktor yang paling
menentukan jumlah konsumsi protein suku Tetun adalah : Besar
keluarga dengan pangan penciri sumber protein adalah kacanqkacangan ; Suku Kenak : Besar keluarqa ; jumlah pendapatan
dan penqeluaran bukan panqan, serta penciri sumber protein
--

adalah ikan; dan suku Marae: besar keluarga denqan penciri
pangan sumber protein adalah ikan.
Jumlah jenis panqan yanq dikonsumsi rumahtangqa ketiqa
suku telah beragam dan diqolongkan dalam kategori sedanq
sampai

baik; namun mutu bioloqi protein dari beraqam

panqan

yang dikonsumsi tersebut, sangat nyata lebih rendah dari pola
pangan harapan yang dianjurkan untuk Indonesia. Diantara
ketiga suku, jumlah jenis pangan yang dikonsumsi suku Kemak
berada dalam kategori cukup sampai sedang, tetapi mutu
biologi proteinnya nyata lebih tinggi dari suku Tetun dan
suku Marae. Antara suku Tetun dan suku Marae, jumlah jenis
pangan yang dikonsumsinya berada dalam kategori sedang sampai
baik dan mutu biologi proteinnya tidak berbeda nyata.

POLA DAN MUTU BIOLOGI -AN

SUKU TETUN

SUKU KEMAK DAN SUKU MARAE DI KABUPATEN BELU
PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

TESIS

Oleh
STEFANUS PIETER MANONGGA
GMK 89208

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Sains dalam Bidang Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga pada Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM. PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1992

J u d u l

: POLA

DAN

MUTU

B I O L O G I MAKANAN SUKU

TETUN,

SUKU KEMAK DAN SUKU MARAE D I KABBUPATEN BELU
P R O P I N S I NUSA TENGGARA T I M U R
N a m a

: STEFANUS P I E T E R MANONGGA

Nornor P o k o k

: 89208

Program Studi:

Gizi

Masyarakat

dan

Sumberdaya

Keluarga

Menyetujui
1.

(Prof.

Kornisi Pembimbing

I r . ~ u h a r d j o ,M - P h i l . )

Dr.

Ketua

(Dr.

Ig.

2.

Djoko Susanto,
Anggota

SKM)

(Dr.

I r . Deddy

Muchtadi)

Ketua Program Studi

(Prof .Dr.Ir

T a n g g a l ~ u l u s:

jo,

M-Phil.

3 1 JuL 1992

r. Ir. Edi G u h a r d j a )

RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah anak terakhir dari sembilan bersaudara
Bapak D. Manongga (almarhum) dan Ibu L. C. Manongga.
Dilahirkan di Kupang, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT),
tanggal 17 Agustus 1959.
Jenjang pendidikan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama dan Sekolah Menengah Atas serta Perguruan Tinggi di
selesaikan di Kupang

-

NTT, yakni SD Negeri OEtete No. 1

tahun 1972, SMP Negeri I1 tahun 1975, SMA Negeri I tahun 1979
dan memperoleh gelar kesarjanaan dari Fakultas Peternakan
Universitas Nusa Cendana tahun 1983.
Tahun 1983 sampai tahun 1985 bekerja sebagai staf
Kantor Wilayah Koperasi Nusa Tenggara Timur, yakni pada
Proyek Pusat Pelayanan Koperasi/Perwakilan PUSKUD Kabupaten
Timor Tengah Utara.

Tahun 1986 diangkat sebagai Staf Dosen

UNDANA dan ditempatkan di Fakultas Pertanian; selanjutnya
tahun 1987 ditempatkan pada Fakultas Peternakan

-

UNDANA.

Tahun 1989 mendapat kesempatan melanjutkan studi pada Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor dengan mengambil
Program studi : Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.
Penulis menikah dengan W. M. Akerina pada tahun 1981
dan kini dikarunia dua orang anak putri, yakni Yeyen dan
Astry Manongga

POLA DAW MUTU BlOLOGl MAKANAN SUKU YETUR,
SUKU KEMAK DA19 SUKU MARAE Dl KABUPATEM BELU
PROPIWSI NUSA TEBGGARA TlMUE

Oleh
STEFANUS PIETER MANONGGA

PROGRAM PASCA SAR JANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1992

RINGKASAN
STEFANUS PIETER MAN0NGGA.- Pola dan MUtU Biologi Makanan Suku

Tetun, Suku Kemak Dan Suku Marae di Kabupaten Belu, Propinsi
Nusa Tenggara Timur (Di bawah
ketua; SUSANT0,Ig. D. dan

bimbingan SUHARDJO sebagai

MUCHTADI, D. sebagai anggota).

Tujuan Penelitian adalah (1) mempelajari ciri-ciri pola
makanan, (2) mempelajari beragam faktor yang mempengaruhi
pola makanan, dan 3

menilai mutu biologi protein makanan

dari rumahtangga ketiga suku di Kabupaten Belu.
Penelitian dilakukan dalam dua tahap kegiatan, yakni
melakukan survei pada kelompok rumahtangga suku Tetun, suku
Kemak, dan suku Marae di Kabupaten Belu. Dimaksudkan untuk
memperoleh data dan informasi tentang pola makanan dan ragam
faktor yang mempengaruhinya. Kegiatan tahap pertama tersebut
berlangsung selama tiga bulan, yakni dari bulan Maret sampai
dengan bulan Mei 1991.

Kegiatan

penelitian tahap kedua,

dimaksudkan untuk mengevaluasi mutu biologi protein makanan
yang dikonsumsi rumahtangga ketiga suku pada tikus putih.
Kegiatan

ini

berlangsung di Laboratorium Kimia Makanan

Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya keluarga
Institut Pertanian Bogor dari tanggal 10 Oktober sampai 21
November 1991.
Lokasi penelitian ditentukan

secara

purposive

berdasarkan distribusi populasi tiap suku terbanyak dan
terpadat, diambil satu kecamatan contoh untuk tiap suku.
Selanjutnya dari tiap kecamatan terpilih, diambil tiga desa

contoh dengan tetap memperhatikan distribusi populasi
terbanyak dan terpadat serta tingkat

perkembangan sosial

ekonomi tinggi, sedang dan rendah. Unit analisis adalah
rumahtangga yang diambil secara proportional stratified
random sampling atas

dasar luas penguasaan lahan

pertanian;

dengan demikian diambil 60 rumahtangga untuk tiap suku dan
atau 180 rumahtangga contoh yang dilibatkan

dalam penelitian

ini. Data yang dikumpulkan meliputi data makro dan mikro;
data makro mencakup informasi keadaan sumberdaya bio-fisik,
sosial, ekonomi

dan budaya ditingkat kabupaten sampai desa.

Data mikro mencakup

informasi ditingkat rumahtangga, yakni

identitas rumahtangga, tata pemanfaatan sumberdaya pertanian
bagi proses produksi usahatani, produksi pangan, tehnologi
pangan, pendapatan dan pengeluaran, tingkat pengetahuan gizi
ibu, sistem sosial-budaya berkenaan dengan makan dan makanan,
pola dan konsumsi makanan. Khusus data konsumsi makanan
diambil atas dasar ingatan satu hari yang lalu (one day
recall) dan dikumpulkan secara acak selama 4 hari dalam dua
minggu. Data yang terkumpul dilakukan analisis secara
deskriptif dan

statistik. Analisis

varians/Eka Arah, Jarak Berganda

statistik meliputi uji

Duncan's, Matriks Korelasi

dan Regresi Berganda.
Penelitian tahap kedua dilakukan menggunakan metode
"Net

Protein

Utilization Operative (NPU

OPS

)

dengan

teknik

nitrogen tubuh tikus putih
Rancangan Acak Lengkap.

dan dirancang menurut model

Tikus putih

yang

digunakan

adalah

Lembaqa Makanan Rakyat-Strain, Wistar Derived berumur 23 hari
sebanyak

45 ekor ( 9 ulangan dan 5

perlakuan).

Tikus-tikus ditempatkan secara acak dalam kandang individual,
dan diberi makanan secara ad libitum

.

Makanan yang diuji

adalah :
A : Makanan kontroll PPH (Suhardjo, 1990)
B : Pola Pangan Suku Tetun
C : Pola Pangan Suku Kemak
D : Pola Pangan Suku Marae
E : Makanan Bebas Protein (AOAC, 1984)
Peubah yang diukur

adalah

"Net Protein Utilization",

"Protein Enerqi Percent", dan #'Net Dietary Protein Energy
Percent. Dilakukan analisis sidik ragam sesuai dengan
prosedur Rancangan Acak Lengkap yang digunakan dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda

Duncan's.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat hidup dari
rumahtangga ketiga suku masih rendah dan bergantung pada
-

faktor lingkungan ekologi (biofisik) yang dikuasai dan
dimanfaatkan sehubungan dengan penyediaan pangan dalam
rumahtangga.

Dengan demikian pangan yang diproduksi adalah

jenis pangan lokal yang dibudidayakan sendiri dan merupakan
bahan

makanan yang dikonsumsi sehari-hari.

iii

Peranan

faktor

lingkungan sosia1,ekonomi dan teknologi belum nampak berperan
meningkatkan produksi dan konsumsi pangan rumahtangga ketiga
suku .
Pola makanan rumahtangga k e tigsa suku berdasarkan
mayoritas jumlah rumahtangga dan kontribusi konsumsi energi
tiap jenis pangan sebagai berikut :
Suku Tetun : Jagung, Sorgum, Beras, Ikan, Kacang Ijo, Daun
Singkong, Pucuk Lanu dan Buah Labu.
Suku Kemak

: Jagung,

Beras, Kacang Tunggak,

Buah Labu dan

Ikan
Suku Marae

:

Jagung, Beras, Singkong, Kacang Tunggak, Kacang
Tanah, Ikan, Daun Singkong, Pucuk Labu dan Buah
Labu

.

Raqam konsumsi jenis pangan dari rumahtangga suku Tetun
dengan suku Kemak relatif sama, dan keduanya nyata lebih baik
dari suku Marae.

Faktor yang paling menentukan ragam

konsumsi jenis pangan suku Tetun adalah luas lahan yang
diusahakan, dan jumlah pendapatan; suku Kemak : luas lahan
yang diusahakan, jumlah pendapatan, jumlah pengeluaran bukan
pangan dan tingkat pendidikan kepala keluarga; dan suku Marae
adalah tingkat pendidikan kepala keluarga.
Jumlah konsumsi Energi per kapita suku Kemak dengan
suku Marae relatif sama dan keduanya nyata lebih rendah dari
suku Tetun.

Namun tingkat konsumsi energi per kapita ketiga

suku masih di bawah norma kecukupan energi 2100 Kalori.
iv

Faktor yanq berhubunqan dan paling menentukan jumlah konsumsi
enerqi per kapita

rumahtangqa ketiqa suku adalah besar ke

luarqa .
Jumlah konsumsi protein per kapita dari rumahtangqa
suku Tetun tertinggi, diikuti suku Marae dan suku Kemak.
Tingkat konsumsi protein per kapita ketiqa suku telah
memenuhi

norma kecukupan protein 55 gram.

Secara kualitatif

berdasarkan komposisi konsumsi protein hewani sebanyak 18
gram per kapita, maka tipoloqi konsumsi protein per kapita
dari sebagian besar rumahtangqa suku Kemak adalah kuantitas
protein kuranq dan kualitas cukup.

Sedanqkan suku Tetun dan

suku Marae mempunyai tipoloqi konsumsi protein denqan
kuantitas cukup dan kualitas kuranq.

Faktor besar keluarga

mempunyai hubungan yang cukup kuat positip dengan jumlah
konsumsi protein ketiqa suku. Sedangkan faktor yang paling
menentukan jumlah konsumsi protein suku Tetun adalah : Besar
keluarga dengan pangan penciri sumber protein adalah kacanqkacangan ; Suku Kenak : Besar keluarqa ; jumlah pendapatan
dan penqeluaran bukan panqan, serta penciri sumber protein
--

adalah ikan; dan suku Marae: besar keluarga denqan penciri
pangan sumber protein adalah ikan.
Jumlah jenis panqan yanq dikonsumsi rumahtangqa ketiqa
suku telah beragam dan diqolongkan dalam kategori sedanq
sampai

baik; namun mutu bioloqi protein dari beraqam

panqan

yang dikonsumsi tersebut, sangat nyata lebih rendah dari pola
pangan harapan yang dianjurkan untuk Indonesia. Diantara
ketiga suku, jumlah jenis pangan yang dikonsumsi suku Kemak
berada dalam kategori cukup sampai sedang, tetapi mutu
biologi proteinnya nyata lebih tinggi dari suku Tetun dan
suku Marae. Antara suku Tetun dan suku Marae, jumlah jenis
pangan yang dikonsumsinya berada dalam kategori sedang sampai
baik dan mutu biologi proteinnya tidak berbeda nyata.

POLA DAN MUTU BIOLOGI -AN

SUKU TETUN

SUKU KEMAK DAN SUKU MARAE DI KABUPATEN BELU
PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

TESIS

Oleh
STEFANUS PIETER MANONGGA
GMK 89208

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Sains dalam Bidang Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga pada Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM. PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1992

J u d u l

: POLA

DAN

MUTU

B I O L O G I MAKANAN SUKU

TETUN,

SUKU KEMAK DAN SUKU MARAE D I KABBUPATEN BELU
P R O P I N S I NUSA TENGGARA T I M U R
N a m a

: STEFANUS P I E T E R MANONGGA

Nornor P o k o k

: 89208

Program Studi:

Gizi

Masyarakat

dan

Sumberdaya

Keluarga

Menyetujui
1.

(Prof.

Kornisi Pembimbing

I r . ~ u h a r d j o ,M - P h i l . )

Dr.

Ketua

(Dr.

Ig.

2.

Djoko Susanto,
Anggota

SKM)

(Dr.

I r . Deddy

Muchtadi)

Ketua Program Studi

(Prof .Dr.Ir

T a n g g a l ~ u l u s:

jo,

M-Phil.

3 1 JuL 1992

r. Ir. Edi G u h a r d j a )

RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah anak terakhir dari sembilan bersaudara
Bapak D. Manongga (almarhum) dan Ibu L. C. Manongga.
Dilahirkan di Kupang, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT),
tanggal 17 Agustus 1959.
Jenjang pendidikan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama dan Sekolah Menengah Atas serta Perguruan Tinggi di
selesaikan di Kupang

-

NTT, yakni SD Negeri OEtete No. 1

tahun 1972, SMP Negeri I1 tahun 1975, SMA Negeri I tahun 1979
dan memperoleh gelar kesarjanaan dari Fakultas Peternakan
Universitas Nusa Cendana tahun 1983.
Tahun 1983 sampai tahun 1985 bekerja sebagai staf
Kantor Wilayah Koperasi Nusa Tenggara Timur, yakni pada
Proyek Pusat Pelayanan Koperasi/Perwakilan PUSKUD Kabupaten
Timor Tengah Utara.

Tahun 1986 diangkat sebagai Staf Dosen

UNDANA dan ditempatkan di Fakultas Pertanian; selanjutnya
tahun 1987 ditempatkan pada Fakultas Peternakan

-

UNDANA.

Tahun 1989 mendapat kesempatan melanjutkan studi pada Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor dengan mengambil
Program studi : Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.
Penulis menikah dengan W. M. Akerina pada tahun 1981
dan kini dikarunia dua orang anak putri, yakni Yeyen dan
Astry Manongga