Pengelolaan Sumber Belajar Pada Moving Class di SMP IT Darul Abidin - Depok

PENGELOLAAN SUMBER BELAJAR PADA MOVING CLASS DI SMP IT DARUL
ABIDIN – DEPOK

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh:
Ismail
(109018200047)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016

ABSTRAK
Ismail, “ Pengelolaan Sumber Belajar Pada Moving Class Di SMP IT Darul
Abidin – Depok”. Skripsi Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016.

Penelitian ini mendeskripsikan pengelolaan sumber belajar pada moving
class dan manfaat sumber belajar dalam mendukung kegiatan pembelajaran.. Pada
model Moving class mutlak memerlukan semua komponen yang mendukung
kegiatan belajar megajar, tidak hanya guru, tetapi juga media, bahan, alat, metode
dan tentunnya lingkungan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif.
Pada umumnya alasan menggunakan metode kualitatif karena permasalahan
belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna. Teknik pengumpulan
data yang peneliti gunakan ialah metode triangulasi. Adapun metode yang penliti
gunakan pada penelitian ini ialah, wawancara, studi dokumen dan observasi. Dari
ketiga metode tersebut peneliti melakukan komparasi dengan menggunakan
trianggulasi. Teknik ini bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.
Hasil dari penelitian mengenai pengelolaan media dan sumber belajar di
SMP IT Darul abidin sudah terlaksana secara baik. Hal ini dibuktikan dengan
perencanaan media yang dikelola dengan baik, penempatan media pada posisi
yang tepat, pengunaan media dengan memanfaatkan
semua yang ada
dilingkungan sekolah, dan pengelolaan ruangan belajar yang bercirikan karakter
mata pelajaran sehingga kelas tersebut bisa mencerminkan mata pelajaran sesuai

dengan konsep moving class.

Kata kunci : Moving class, Sumber belajar

Abstrac
Ismail, “Management of Learning Resources On Moving Class In SMP Darul
Abidin- Depok.” Thesis Program studies Management Education Faculty of
Education and Science Teaching UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

This research describes the management of learning resources on moving
class and the benefits of learning resources to support learning activities. On Moving
class absolutely needs all the components that support learning activities, not only
teachers, but also the media, materials, tools, methods and environment.
In this study the authors used qualitative research methods. The general
reason to use qualitative methods because the problem is not clear holistic, complex,
and dynamic. In this research, data collection techniques that researchers use a
method of triangulation. Triangulation is defined as a technique combines various
techniques of data collection and data sources that already exist.
Results of research on media and learning resources management in IT SMP
Darul abidin already performing well. This is evidenced by a media planning

managed properly, media placement in the right position, use of media by utilizing all
existing school environment and management of learning spaces that characterized
the character of subjects. However, there are still some shortcomings in its
management, both in the management of media and design classes.

Key word : Moving class, learning resources

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
Rahmat, Hidayah serta kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan
judul “Pengelolaan Sumber Belajar Pada Moving class”. Terwujudnya skripsi ini tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik
tenaga, ide-ide maupun pemikiran. Oleh karna itu dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd Ketua Jurusan Managemen Pendidikan

3. Bapak Dr. Mu’arif SAM, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing skripsi, atas segenap
waktu, inspirasi, arahan dan bimbingannya kepada penulis hingga akhir penulisan
skripsi ini.
4. Nurdelima Waruwu, M.Pd Sebagai Dosen Pembimbing Akademik.
5. Segenap dosen-dosen Manajemen Pendidikan yang selalu memberikan ilmuilmunya sehingga penulis bisa menyelasaikan penulisan skripsi ini.
6. Ayah (Muhammad Nashir) dan Ibu(Maryuni) kedua orang tua tersayang, yang
selalu mendoakan, mendidik, mengarahkan, menasehati, sabar dan memberikan
kasih sayangnya serta dorongan moral maupun materil kepada penulis. Skripsi ini
khusus penulis persembahkan untuk kedua orang tuaku sebagai ungkapan bakti
dan cinta.

7. Keempat saudara yang luar biasa yang selalu sabar memberikan dukungan
sepenuh hati bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, Teta Muslina
Yeni, Abang Muslim Zen, Abang Dedi dan Uni Surya.
8. Kelima keponakan tersayang, Qotrunnada Jinan Athira, Naufa Lin fikria, Hasan,
Najmi dan Umeir.
9. Terima kasih sebesar – besarnya penulis ucapkan kepada segenap guru dan staff
Yayasan Darul Abidin – Depok yang telah bersedia menjadi objek penlitian dalam
penulisan skripsi ini khususnya kepada Bapak Hari selaku kepala staff HRD
Darul Abidin, Ibu Fitri widianingsih selaku kepala sekolah SMP Darul Abidin,

bpk. Dasep, Bpk. Ammar, Ibu Siti daniar, dan Ibu Vevi.
10. Sahabat – sahabat terbaik, Ahmad Amirudin Mukhlas, Andri priyatna, Ahmad
rifqi, Bayu widia prakoso, indipala mayosa, Eri Chandra, Wisnu Purbaya, Rizqi
Ramadhan, Rusyda, Rizki, Renal, Ari, Locoporta agung, Primasatya bangkit,
cengir marabunta, mulet, Ozan, Pak arif dan kang omen.
11. Keluarga besar Mas Ahmad Mukhtarul Huda, M.H yang telah banyak memberikan
dukungan selama penulisan skripsi ini.
12. Keluarga besar Bapak. Opan sopandi yang terus mendukung penulis.
13. Rekan-rekan Jurusan manajemen pendidikan, Aan, Azizatul fauziah, Muhammad
irfa’I muslim, Rizqi Ramadhan, Rizam Nuruzzaman, Mitsni khoiri, Siti
shofwatunnida, welvy, Nita Yuliana, Aria zakara, Devi rusmaningtiyas, M.
gunawan, Mahmud hidayat, Muhammad taufik, Ardi gunawan, yanwar firan
salam, Harianto, Muhammad zaki, Ruslan, lia alfiani, fika hikayah, siti zulaiha,

indah, subkhi, muhmmad labib, ardi gunawan dan semua rekan – rekan Jurusan
Manajemen yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
14. Teman satu almamater Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Ahmad Ammirudin
mukhlas, Ahmad rijal, Hanif Ahmad, Jundi, Nurmansyah, Resnu, Wawan, Syarif,
Abdul Romdona, Andri priyatna, Filly Nugraha, sultonika, iqbal tawakal, Fikri
Abdullah, Roy septian dan semua teman – teman satu pesantern yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu yang terus menerus memberikan dorongan dan
motivasi bagi penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.
15. Rekan – rekan guru dan staff Rumah belajar Berkemas, Ibu Yayah komariah,
Bpk. Budiono, Bpk. Joko, Bpk. Galih, Bpk. Wawan, ike listiani, ulfah hasanah,
Lia, Husnul, wulan dan semua rekan guru yang selalu memebreikan motivasi bagi
penulis.
16. Murid – murid SMP Berkemas yang terus menjadi inspirasi bagi penulis.
17. Murid – murid Pertamina Soccer School.
18. Murid – murid SMK Kharismawita Jurusan Pemasaran.
Semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini, mendapatkan balasan dari
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karna itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan,
demi perbaikan kedepanya. Amin YaaRabbal„ Alamin.
Jakarta, 22 Juli 2016
Penulis,

DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................

1


A. Latar belakang .......................................................................................

1

B. Identifikasi masalah............................................................................... 10
C. Batasan masalah ................................................................................... 11
D. Rumusan masalah ................................................................................. 11
E. Tujuan penelitian ................................................................................... 11
F. Kegunaan penlitian ................................................................................ 12
Bab II. LANDASAN TEORI ........................................................................ 13
A. Moving class .......................................................................................... 13
1. Pengertian moving class .................................................................. 14
2. Perbedaan moving class dan kelas menetap .................................... 15
3. Tujuan pelaksanaan moving class ................................................... 18
4. Kelebihan dan kekurangan moving class ........................................ 20
B. Sumber belajar moving class ................................................................. 24
1. Pengertian sumber belajar ............................................................... 24
2. Jenis – jenis sumber belajar ............................................................. 26
3. Tujuan dan fungsi sumber belajar .................................................. 29

4. Pemilihan sumber belajar ................................................................ 32
5. Pengelolaan sumber belajar moving class ....................................... 34
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 43
A. Tempat dan waktu penelitian................................................................. 43
B. Metodologi penelitian dan desain .......................................................... 43
C. Teknik dan instrumen pengumpulan data.............................................. 44
D. Teknik analisa data ................................................................................ 48
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 50
A.Gambaran umum SMP Darul Abidin ...................................................... 50
1.Sejarah singkat SMP Darul Abidin ................................................. 50

2. Visi, misi dan tujuan SMP Darul Abidin ....................................... 51
3.Data siswa ....................................................................................... 53
4.Data guru dan pegawai ................................................................... 54
5.Sarana dan prasarana ...................................................................... 55
B. Analisa data dan interpretasi data .......................................................... 56
1.Hasil penelitian .................................................................................... 56
A. Perencanaan media dan sumber belajar ............................................. 57
B. Penempatan media dan sumber belajar .............................................. 59
C. Penggunaan media dan sumber belajar .............................................. 61

D. Pemanfaatan media dan sumber belajar ............................................ 64
E. Perawatan media dan sumber belajar ................................................. 67
F. Pengelolaan ruang belajar .................................................................. 68
BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 72
A. Kesimpulan ........................................................................................ 72
B. Saran ................................................................................................. 73

DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1

penempatan media majalah dinding di depan ruangan. ........... 60

Gambar 4.2

penggunaan media menggunakan barang bekas ..................... 62

Gambar 4.3

penggunaan media menggunakan barang bekas ..................... 62


Gambar 4.4

hasil karya siswa di ruang matematika .................................... 65

Gambar 4.5

hasil karya diruang IPA ............................................................ 65

Gambar 4.6

mading dan hasil karya siswa di ruang matematika ….........

Gambar 4.7

lemari tempat penyimpanan media .......................................... 68

Gambar 4.8

lemari yang tersedia dalam ruangan ........................................ 68


Gambar 4.9

desain kelas IPA ...................................................................... 69

66

Gambar 4.10 desain kelas PAI ....................................................................... 70
Gambar 4.11 desain kelas matematika ........................................................... 70

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan

mengajar

pada

hakikatnya

adalah

proses

mengatur,

mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa. Semua komponen
pengajaran yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar-mengajar,
metode, alat dan sumber, serta evaluasi diperankan secara optimal guna mencapai
tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.
Pengelolaan kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik dan
rutinitas. Kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan dan
mempertahankan suasana dan kondisi kelas. Sehingga proses belajar mengajar
dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Misalnya memberi penguatan,
mengembangkan hubungan guru dengan siswa dan membuat aturan kelompok
yang produktif.
Pada saat ini banyak sekolah dan guru belum menyadari akan pentingnya
pengelolaan kelas. Baik itu dari sarana maupun pengadaan media. Media yang
tersedia hanyalah papan tulis, meja guru dan meja siswa. Tak ada alat peraga yang
tersedia di kelas ataupun media yang mendukung kegiatan pembelajaran dan
menunjang rasa ingin tahu siswa. Tak jauh berbeda dengan desain kelas pada
kelas konvensional lainnya. Suasana kelas yang seperti ini seringkali membuat
siswa jenuh.
Idealnya untuk mendukung kegiatan belajar mengajar, hendaknya guru
maupun pihak sekolah dapat menciptakan sumber belajar. Pengadaan sumber
belajar sendiri diharapkan dapat menjadi faktor penunjang dalam pengelolaan
kelas yang dapat mendukung proses belajar mengajar. Berbeda mata
pelajarannya,maka sumber belajar yang digunakan pasti akan berbeda, hal ini
dikarenakan untuk mencapai tujuan dari standar kompetensi yang ingin dicapai

1

2

berbeda antara satu dengan yang lainnya. Maka dari itu Moving class sebagai
model pembelajaran yang kelasnya yang bercirikan kepada mata pelajaran.
Moving class diharapkan dapat menjadi jawaban akan permasalahan dalam
pengelolaan kelas.
Menurut herbert simon (dick dan carey, 2006) mengartikan bahwa desain
atau model pembelajaran sebagai proses pemecahan masalah. Tujuan dari sebuah
desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam pemecahan masalah dengan
memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia.1 Dengan demikian, suatu model
atau desain muncul karena kebutuhan akan memecahkan suatu masalah.
Dari pendapat Herbert simon dapat kita ambil simpulkan bahwa tujuan
dari desain atau model pembelajaran ialah untuk mendapatkan solusi terbaik dari
suatu masalah. Moving class sendiri diharapkan bisa menjadi jawaban akan
masalah yang terjadi pada pengelolaan kelas dan sumber belajar. Tetapi Moving
Class tentunya bukan tidak memiliki kekurangan. Pasti ada kekurangan dalam
pelaksanaan pada model ini.Diantara beberapa kekurangan yang terdapat pada
Moving class ialah pada pengelolaan kelas dan pengelolaan sumber belajar.
Kompleksnya masalah pada pengelolaan sumber belajar tidak terbatas hanya pada
konteks yang penulis sebutkan, tetapi masih banyak kekurangan yang lain.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006 Tentang Standar Isi pada Lampiran Bab III Mengenai Beban Belajar
menyebutkan bahwa ”Satuan pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan
menyelenggarakan program pendidikan dengan menggunakan sistem paket atau
sistem kredit semester”.2Pada sistem kredit semester (SKS) diperlukan suatu
sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik lebih aktif seperti sistem
belajar kelas bergerak (moving class).

1

Wina sanjaya, perencanaan dan desain sitem pembelajaran, cetakan pertama,
Jakarta:Kencana prenada media grup. Hal 65
2
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, no. 22 tahun 2006, tentang
standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.

3

Model pembelajaran moving class lebih menekankan kepada siswa pada
proses

pembelajaran aktif (active learning).

Artinya pada tatanan ini kita

dapatmengambil kesimpulan bahwa tugas guru bukan hanya mengajar tetapi juga
menyiapkan sumber belajar yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya..
Moving class merupakan sistem belajar mengajar yang mencirikan kelas
berkarakter mata pelajaran, dengan demikian peserta didik akan berpindah tempat
sesuai dengan jadwal mata pelajaran yang telah ditentukan. Konsep moving class
mengacu pada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan memberikan
lingkungan yang dinamis sesuai dengan yang dipelajarinya.Sekalipun sistem
moving class lebih sesuai pada SKS namun tidak menutup kemungkinan
dilaksanakn pada sistem paket.
Moving class merupakan sistem belajar mengajar yang bercirikan siswa
yang mendatangi guru/pendamping di kelas. Konsep moving class mengacu pada
pembelajaran kelas yang berpusat pada anak untuk memberikan lingkungan yang
dinamis sesuai dengan pelajaran yang dipelajarinya. Dengan moving class, pada
saat subjek mata pelajaran berganti maka siswa akan meninggalkan kelas menuju
ruang kelas lain sesuai mata pelajaran yang dijadwalkan, jadi siswa yang
mendatangi guru/pendamping, bukan sebaliknya. Sementara para guru, dapat
menyiapkan materi pelajaran terlebih dahulu. Keunggulan sistem ini adalah para
siswa lebih punya waktu untuk bergerak, sehingga selalu segar untuk menerima
pelajaran. Dalam sistem moving class, ruang kelas didesain untuk mata pelajaran
tertentu dan akan pindah ke ruang kelas lain setiap ganti pelajaran. Dengan
demikian, ruang kelas akan difungsikan seperti laboratorium. Dengan moving
class, siswa akan belajar bervariasi dari satu kelas ke kelas lain sesuai dengan
bidang studi yang dipelajarinya.
Sistem belajar moving class mempunyai banyak kelebihan baik bagi
peserta didik maupun Guru. Bagi peserta didik, mereka lebih fokus pada materi
pelajaran, suasana kelas menyenangkan, dan interaksi peserta didik dengan guru
lebih intensif. Bagi guru mempermudah dalam berinovasi dan berkreasi dalam

4

proses pembelajaran tertutama dalam mendesain ruangan dan menyediakan sarana
prasaran yang mendukung pembelajaran sendiri tentunya.
Dalam pelaksanaan moving class tentunya dibutuhkan banyak ruangan.
Hal ini disebabkan karena moving class merupakan sistem pembelajaran yang
setiap ruangannya mempunyai ciri kepada setiap mata pelajaran. Maka dari itu
dibutuhkan banyak ruang ,ketersediaan alat peraga dan media guna mendukung
kegiatan belajar mengajar. Ketersediaan jumlah ruangan rasanya menjadi
permasalahan yang sangat krusial.Karena masih ada sekolah yang dalam
pelaksanaan moving class, para siswa harus antri dan menunggu giliran pada saat
pemakaian ruangan terentu.
Keterampilan guru dalam penyiapan kelas dan ruangan yang sesuai
dengan mata pelajaran yang diampunya tentu harus mendapat perhatian.Jika
seorang guru bisa menciptakan konsep ruangan yang sesuai dengan mata
pelajaran tentu akan menjadi nilai tambahan pada moving class. Tetapi bagaimana
jika guru tidak dapat kreatif dalam penataan ruangnya dan tak bisa memanfaatkan
semua media untuk menjadi sumber belajar, tentu konsep moving class tidak akan
terasa perbedaannya dengan konsep belajar pada umumnya. Realita yang terjadi
dilapangan banyak guru ataupun sekolah yang belum memahami konsep moving
class. Mereka menerapkan hanya sebisanya dan hal tersebut tidak sejalan dengan
konsep pembelajaran Active learning.
Keinginan guru dalam mengelola kelas sering terbentur oleh kebijakan
manajemen sekolah. Karena manajemen sekolah mempunyai peranan penting
dalam setiap kegiatan yang berlangsung di sekolah tersebut, terutama mengenai
rancangan proses pembelajaran. Kebijakan tersebut meliputi pengadaan sarana
dan prasarana, pengadaan media, alat peraga dan juga melengkapi koleksi pustaka
yang ada. Pengadaan sarana dianggap begitu penting dalam mendukung kegiatan
belajar mengajar.

5

Model moving class tentunya membutuhkan biaya yang besar dalam
pengelolaannya.karena moving class ialah kelas yang bercirikan mata pelajaran.
Maka dari itu dibutuhkan biaya yang besar dalam pengelolaan.biaya yang besar
dibutuhkan sebagai contoh dalam pengadaan sarana dan prasarana. Baik itu
ketersediaan ruang kelas, kelengkapan media, pengadaan alat peraga.
Selain pembiayaan yang besar pada moving class juga dibutuhkan alokasi
waktu dalam proses perpindahan kelas yang dilakukan oleh siswa. Guru
membutuhkan waktu untuk penyiapan kelas kembali untuk menyiapkan proses
pembelajaran, sedangkan murid butuh waktu untuk menyiapkan diri mereka
dalam menerima proses pembelajaran selanjutnya. Setidaknya butuh waktu 5
menit sampai 10 menit bagi siswa dan guru pada proses perpindahan kelas ini.
Akibatnya banyak waktu yang terbuang. Misalnya saja waktu yang 5 menit bisa
digunakan guru untuk mengulang materi yang telah disampaikan, tetapi pada
model moving class,
perpindahan ini juga

tentu hal ini tak bisa dilaksanakan. Karena proses
terkadang banyak memakan waktu pada proses

perpindahannya.
Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa
data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam
belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah
peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu
(AECT : 1977).
Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu: Sumber
belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang
secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem
instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.
Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu
sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan
keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran.

6

Pentingnya pengelolaan sumber belajar karena sebagai bagian dari unsur
kurikulum. Pengelolaan yang baik pada sumber belajar akan menjadikan proses
pembelajaran menjadi lebih efektif. Pengelolaan sumber belajar yang tepat guna
akan menjadikan pembelajaran yang disajikan lebih menarik untuk siswa dan juga
menjadikan guru akan lebih kreatif dalam pengadaan sumber belajar. Fungsi lain
yang tak kalah pentingnya dalam pengelolaan sumber belajar ialah, mempercepat
laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik.
mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak
membina dan mengembangkan gairah pada proses pembelajaran. Memberikan
dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara perancangan program
pembelajaran yang lebih sistematis; dan pengembangan bahan pengajaran yang
dilandasi oleh penelitian.Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan
meningkatkan kemampuan sumber belajar penyajian informasi dan bahan secara
lebih kongkrit.
Masalah pada pengelolaan sumber belajar ialah kurangnya perhatian akan
semua hal yang bisa mendukung kegiatan proses pembelajaran itu sendiri. Bisa
disimpulkan bahwa proses pembelajaran hanya tergantung kepada satu sumber
belajar yaitu guru sebagai objek tunggal. Hal ini sangat berbeda dengan apa yang
telah dijabarkan sebelumnya, bahwa semua hal yang mendukung kegiatan proses
pembelajaran baik itu berupa alat, media, data dan orang merupakan sumber
belajar. Fakta pada sebenarnya yang terjadi dilapangan bahwa hanya ada satu
objek tunggal. Pada permasalahan ini sekolah hanya menerapkan gaya
pembelajaran yang konvensional tanpa memanfaatkan segala sumber untuk
belajar yang tersedia.
Setidaknya ada enam komponen yang dapat dijadikan sebagai sumber
belajar yaitu, pesan (message), orang (man), bahan (material), alat (device),
metode dan lingkungan. Jika enam komponen tersebut dapat dimanfaatkan secara
maksimal dan optimal maka akan tercipta iklim yang kondusif dalam proses
pembelajaran. Guru tidak lagi menjadi objek tunggal, tetapi cukup sebagai
fasilitator yang mengarahkan siswa kepada sumber yang diprelukan untuk

7

mendukung kegiatan belajar. Sumber belajar dan kegiatan belajar mengajar tidak
hanya terbatas pada kelas saja, tetapi semua yang dapat mendukung proses
pembelajaran sendiri. Maka dari itu dalam iklim belajar yang berbasis pada pola
pembelajaranActive learning, pengelolaan sumber belajar sangat dibutuhkan.
Active learning sendiri ialah proses pembelajaran yang bercirikan proses
pembelajaran yang aktif dimana tugas guru sebagai fasilitator yang mendampingi
kegiatan belajar siswa. Dan konsep active learning sejalan dengan Moving class.
Pentingnya pengelolaan sumber belajar yang baik dalam rangka
mendukung kegiatan pembelajaran yang kondusif. Pada model Moving class
mutlak memerlukan semua komponen yang mendukung kegiatan belajar megajar,
tidak hanya guru, tetapi juga media, bahan, alat, metode dan tentunnya
lingkungan. Pengelolaan sumber belajar erat hubungannya dengan berbagai aspek
yang terdapat pada sumber belajar itu sendiri. Dan aspek pengelolaan kelas
sebagai bagian dan unsur penting dalam proses belajar mengajar.
Kegiatan belajar mengajar yang baik ialah adanya interaksi antara guru
dan murid. Guru dapat menghidupkan suasana kelas, guru bisa menerangkan
pelajarannya dan sang murid bisa mengerti palajaran yang disampaikan sehingga
terciptalah suasana belajar yang kondusif. Maka dari itu dengan adanya model
moving class yang mana setiap guru mempunyai kelas yang sesuai dengan mata
pelajarannya. Sehingga diharapkan guru dapat mengelola kelas yang mempunyai
ciri sesuai dengan mata pelajaran yang diampu.
Salah satu lembaga pendidikan yang menggunakan model moving class
dalam pembelajarannya adalah SMP Islam Terpadu Darul Abidin – Depok.
Sekolah ini sudah menerapkan model moving class sejak tahun 2007 dan
bersamaan dengan awal mula berdirinya sekolah. Latar belakang penerapan
moving class sendiri dalam rangka untuk memuliakan guru, karena agama islam

8

menganjurkan kepada murid untuk memuliakan kedudukan guru sebagai sumber
ilmu.3
Filosofi terhadap memuliakan guru inilah yang dicoba terapkan oleh
sekolah Darul abidin. Sebagai contoh penerapan adab memuliakan guru yang
sejalan dengan Moving Class sendiri ialah, dalam proses pembelajaran bukan lagi
guru yang mendatangi guru untuk belajar tetapi muridlah seharusnya yang
mendatangi guru. Setiap guru pada mata pelajaran diberikan tanggung jawab
untuk mengelola ruangan dan kelas. Posisi dan kedudukan guru pada sekolah ini
disebut sebagai manajer kelas. Disebut manajer kelas karena guru tersebut berhak
mengatur kelas tersebut sesuai dengan keinginannya. Dan pada kondisi ini sang
guru dituntut untuk kreatif, baik dalam penggunaan media dan penggunaan
sumber belajar yang mampu mendeskripsikan kelas berkarakter mata pelajaran.
Tantangan yang dialami oleh SMP Darul Abidin dalam penerapan model
Moving Class ialah pengelolaan waktu pada proses perpindahan kelas dan
pengkodisian kembali saat akan memulai proses pembelajaran.4 Pada proses
perpindahan ini setidaknya butuh 5 menit sampai 10 menit bagi guru dan siswa.
Bagi guru waktu ini dapat digunakan untuk pengkodisian kelas kembali dan
menunggu siswa datang dikelas masing masing sesuai mata pelajaran yang
diampunya. Sedangkan bagi siswa waktu ini digunakan sebagai proses
perpindahan dari satu kelas kepada kelas lainnya. Idealnya alokasi waktu yang
diberikan ini dapat dimanfaatkan oleh guru ataupun murid dengan sebaik baiknya,
tetapi fakta dilapangan ialah ketika proses perpindahan malah lebih banyak waktu
yang terbuang dari alokasi waktu sebenarnya.
“ Sekolah Darul Abidin memberikan alokasi waktu hingga 5 hingga 10
menit untuk proses perpindahan jam pelajaran. Jika dikalkulasikan dalam sehari
dengan empat kali pergantian mata pelajaran menjadi 20 menit. Terkadang waktu

3

Kutipan wawancara dengan Bapak hari (Staff HRD Darul abidin), pada tanggal 3
Desember 2015 pukul 10.51
4
Kutipan wawancara dengan Bapak syarif Hidayat, pada tanggal 12 Desember 2015,
pukul 20.30

9

yang diberikan masih terasa kurang karena beberapa faktor. Contohnya siswa
yang terlambat datang ke kelas karena jauhnya ruangan yang dituju dan juga
pengkodisian siswa dan kelas untuk memulai proses pembelajaran kembali. “5
Permasalahan lain dalam pengelolaan moving class yang dialami oleh
SMP IT Darul Abidin dalam penerapannya ialah bagaimana susahnya mengatur
jadwal pelajaran. Pengaturan jadwal menjadi sangat penting dirasakan karena
sistem moving class sangat berbeda dengan sistem belajar dikelas menetap.
Karena hal yang ingin dihindari pada penggunaan suatu ruangan ialah jadwal
yang bersamaan dalam penggunaan ruangan tersebut. 6 Total ada 17 jumlah
ruangan yang dimiliki SMP IT Darul Abidin dengan 12 rombongan belajar.
Jumlah ruangan yang dimiliki dibandingkan dengan rombongan belajar
sebenarnya cukup seimbang, tatapi fakta dilapangan yang terjadi masih ada
bentrokan dalam pengaturan jadawal penggunaan ruangan masih sering
bertabrakan.
Dari pengamatan yang peneliti lakukan dapat diketahui bahwa,
penggunaan sumber belajar dalam mendukung kegitan belajar masih kurang
dioptimalkan. Didalam ruangan kelas dilengkapi dengan meja guru, meja siswa,
papan tulis, sebuah proyektor ,rak buku dan gambar – gambar yang mencirikan
mata pelajaran tertentu. Peneliti dapat mengatakan bahwa sumber belajar yang
digunakan masih terasa kurang karena penggunaan sumber belajar masih bisa
ditambah lagi.Pengelolaan sumber belajar sangat penting kiranya. Karena Moving
Class ialah kelas yang bercirikan dan berkarakter mata pelajaran.7
Dalam rangka mewujudkan kelas yang berkarakter dan bercirikan mata
pelajaran. untuk menciptakan iklim seperti ini, guru dituntut dapat lebih
mengeksplorasi sumber belajar yang tersedia. Karena untuk menciptakan sumber
5

Kutipan wawancara dengan Bapak hari (Staff HRD Darul abidin), pada tanggal 3
Desember 2015 pukul 10.51
6
Kutipan wawancaradengan Ibu Ria (staff kurikulum Darul Abidin), pada tanggal 18
Desember 2015 pukul 09.40
7
Hasil observasi peneliti di SMP IT Darul Abidin Depok, pada tanggal 18 Desember 2015,
pukul 11.00

10

belajar kita dapat memanfaatkan semua hal yang ada disekitar lingkungan kita.
Dalam hal ini menjadi tantangan bagi para guru di Darul Abidin agar dapat lebih
kreatif menciptakan dan memanfaatkan semua hal yang bisa menjadi sumber
belajar.
Setiap kebijakan yang coba diambil dan diterapkan oleh suatu instansi
tentunya mempunyai konsekuensi tersendiri. Dan konsekuensi yang dihadapi
hendaknya dapat teratasi dengan baik dan sudah tahu cara mengatasinya. Dan
konsekuensi yang dihadapi pada penerapan kebijakan moving class terletak
bagaimana mengelola sumber belajar, pengaturan jadwal dan juga pengelolaan
kelas. Karena konsep yang ditawarkan ialah kelas yang berkarakter mata
pelajaran. Dan untuk menciptakan kelas yang berkarakter tentu dibutuhkan
kereatifitas guru untuk dapat mengelola sumber belajar.
Berdasarkan paparan di atas, maka timbul pertanyaan bagaimana
pengelolaan sumber belajar pada sekolah Darul Abidin, apakah sekolah ini sudah
bisa memanfaatkan semua hal yang bisa dijadikan sumber belajar dan bagaimana
pengelolaan pada moving class, apa saja tantangan dan hambatan yang dirasakan
oleh guru dan bagaimana tanggapan siswa ?. Mengacu pada pertanyaan tersebut,
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian berjudul “ Pengelolaan Sumber
Belajar Pada Moving Class “.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan apa yang di uraikan pada latar belakang maka permasalahan
dapat di identifikasi yaitu :
1. Guru belum dapat mengelola sumber belajar yang sesuai dengan model
moving class.
2. Guru belum dapat mengelola kelas yang bercirikan mata pelajaran
3. Banyak waktu terbuang pada pergantian jam mata pelajaran karena
proses perpindahan kelas.

11

4. Kurangnya pemanfaatan semua hal yang bisa dijadikan sebagai sumber
belajar.
5. Penataan kelas dengan model yang konvensional atau stagnan sehingga
membuat siswa jenuh.
6. Pengelolaan kelas yang belum bercirikan kepada kelas berkarakter
sehingga tidak ada nilai lebih yang ditampilkan.

C. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah, kita dapat membatasi masalah yang akan diteliti
batasannnya. Luasnya cakupan dari sumber belajar seperti yang telah penulis
uraikan pada latar belakang, maka dari itu penulis memberi batasan pada :
pengelolaan sumber belajar pada moving class
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengelolaan sumber belajar pada moving class di SMP
Darul Abidin ?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah untuk
1. Mendeskripsikan pengelolaan kelas dan pengelolaan sumber belajar pada
Moving class di SMP IT Darul Abidin.
2. Mendeskripsikan manfaat sumber belajar dalam mendukung kegiatan
pembelajaran di SMP IT Darul Abidini.

12

F. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik itu manfaat
secara praktis maupun teoritis :
I. Manfaat Praktis :
a. Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu
pendidikan
b. Acuan bagi pihak sekolah dalam menerapkan kebijakan pengelolaan
sumber belajar

II.

Manfaat Teoritis :
Secara teoritis hasil penelitian diharapkan :
a. Bermanfaat bagi pengembangan teori tentang pengelolaan kelas
b. Dapat dijadikan sebagai rujukan bagi peneliti lain untuk mengkaji
lebih dalam dan luas terkait pengelolaan sumber belajar dan
Moving class

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Moving Class
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.8
Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian
proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian
kompetensi lulusan9
Berdasarkan pada uraian yang dikutip dari salinan permendikbud
mengenai standar proses hendaknya pembelajaran diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif dan menyenangkan.

Dari salinan permendikbud tersebut

dapat disimpulkan bahwa stake holder diberikan keleluasaan untuk melakukan
pengembangan pada proses pembelajaran. Maka dari itu para ahli terus
melakukan inovasi untuk perkembangan bagi dunia pendidikan. Salah satu inovasi
pada pembelajaran ialah model moving class. model pembelajaran ini diharapkan
bisa menjadi salah satu jawaban bagi perkembangan dunia pendidikan.

8

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Salinan Permendikbud Tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, 2013, hal. 1
9
Ibid,.

13

14

1. Pengertian Moving Class
Moving Class terdiri dari dua kata, yaitu moving dan class. Moving berarti
pindah. Class dapat diartikan sebagai kelas atau tempat belajar. Jadi moving class
adalah pergerakan dari satu kelas ke kelas yang lain sesuai dengan pelajarannya
Moving class adalah manajemen kelas berbasis mata pelajaran atau sebuah sistem
pembelajaran yang bercirikan kelas berkarakter mata pelajaran. Dengan moving
class, pada saat mata pelajaran berganti maka peserta didik akan berpindah kelas
menuju ruang kelas lain sesuai mata pelajaran yang dijadwalkan.

Moving class merupakan sistem pembelajaran yang bercirikan peserta
didik yang mendatangi guru/pendamping di kelas. Dengan moving class, pada saat
mata pelajaran berganti maka peserta didik akan berpindah kelas menuju ruang
kelas lain sesuai mata pelajaran yang dijadwalkan, jadi peserta didik yang
mendatangi guru/pendamping, bukan sebaliknya. Sementara para guru, dapat
menyiapkan materi pelajaran terlebih dahulu.10

Konsep moving class mengacu pada pembelajaran yang berpusat pada
anak untuk memberikan lingkungan belajar yang dinamis sesuai dengan bidang
yang dipelajarinya. Dalam sistem moving class, ruang kelas didesain untuk mata
pelajaran tertentu dan akan pindah ke ruang kelas lain setiap ganti pelajaran.
Dengan demikian, ruang kelas akan difungsikan seperti laboratorium. Dengan
moving class, siswa akan belajar bervariasi dari satu kelas ke kelas lain sesuai
dengan bidang studi yang dipelajarinya
Dari uraian diatas penulis dapat menjabarkan bahwa konsep moving class
ialah model pembelajaran yang menekankan pada tercitptanya lingkungan belajar
yang dinamis. Artinya pada model ini diperlukan kreatifitas bagi semua
masyarakat pendidikan agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang
kondusif. Dengan moving class siswa diharapkan mampu melaksanakan proses
10

Hal. 35.

Direktorat Pembinaan SMA, Juknis sistem pembelajaran model moving class di SMA,

15

pembelajaran aktif. Karena pada model ini pola pembelajaran telah di desain
menurut mata pelajaran dan bidangnya. Tentunya untuk penerapan model moving
class tidak mudah, dibutuhkan biaya yang besar dan kreatifitas. Sebagai contoh
untuk pengadaan sumber belajar, desain kelas yang sesuai dengan mata pelajaran,
pengaturan jadwal, alokasi waktu pada saat pergantian mata pelajaran dan
pengadaan media belajar dengan konsep moving class yang bercirikan karakter
mata pelajaran.
Moving class dapat disamakan dengan proses pembelajaran aktif, dimana
segala bentuk pembelajarannya memungkinkan peserta didik berperan aktif dalam
semua proses pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran ini sangat efektif dalam
memberikan suasana pembelajaran yang interaktif.
2. Perbedaan Moving class dan kelas menetap
Proses pembelajaran pada model Moving class tentunya sangat berbeda
dengan kelas menetap. Tentunya terdapat perbedaan mencolok pada kedua model
tersebut. Baik dari segi desain kelas, pengelolaan kelas, pengaturan jadwal dan
pengelolaan sumber belajar, berikut ini adalah perbedaan yang ada pada model
Moving class dan kelas menetap.
Setiap model pembelajaran yang diterapkan pasti memiliki konsekuensi
tersendiri. kebijakan yang diambil seharusnya sudah dipertimbangkan baik dan
buruknya. Pengelolaan dan dan penerapan model moving class dan kelas menetap
mempunyai perbedaan yang sijgninfikan. Hal ini dikarenakan Moving class
merupakan model pembelajaran yang dinamis, dimana pada pembelajarannya
para siswa yang dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajarannya.
Dari petunjuk teknis mengenai sistem pelaksanaan moving class oleh
Direktorat pembinaan SMA, terdapat perbedaan mendasar pada pengelolaan kelas
menetap dan moving class. Adapun perbedaanya sebagai berikut ;

16

Perbedaan moving class dan kelas menetap. 11
Tabel perbedaan Moving class dan kelas menetap
No

Moving Class

1

Pendidik

Kelas menetap

menetap

dalam Peserta didik menetap dalam

ruang mata pelajaran, peserta kelas,
didik berpindah – pindah
2

guru

berpindah



pindah

Alat peraga/ alat bantu KBM Alat peraga / alat bantu KBM
berada di dalam ruang mata harus dibawa guru berpindah
– pindah kelas

pelajaran
3

Ruang

belajar

mencirikan Ruang

kekhasan mata pelajaran

belajar

mencirikan

kekhasan

tidak
mata

pelajaran
4

Identitas ruang belajar adalah Identitas ruang belajar adalah
ruang mata pelajaran.

5

ruangan kelas

Setiap pergantian pelajaran Suasana baru peseta didik
tercipta suasana baru bagi baru diperoleh sewaktu jam
peserta didik karena kondisi istirahat dan pulang sekolah.
mata

pelajaran

yang

suasananya berbeda – beda.

Berdasarkan tabel tersebut dapat diidentifikasi mengenai perbedaan
mendasar pada moving class dan kelas menetap. Perbedaan ini dapat menjadi
acuan dan sebagai tolok ukur dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Pada
poin pertama perbedaan mencolok jelas terlihat pada jalannya kegiatan
pembelajaran. Jika pada kelas menetap guru yang berpindah kelas untuk mengisi

11

Direktorat Pembinaan SMA, Juknis pelaksanaan sistem pembelajaran moving class
di SMA, hal. 38

17

kegiatan pembelajaran, hal sebaliknya terjadi pada model moving class yaitu
muridlah yang mendatangi guru pada kegiatan pembelajaran.
Pada poin kedua perbedaan kedua model ini terletak pada desain kelas.
Jika pada kelas menetap, kelas tersebut tak mempunyai denah dan desain kelas
yang pasti karena satu kelas digunakan untuk semua kegiatan mata pelajaran.
Jelas berbeda dengan kelas bergerak, yang mana denah dan desain kelas sudah
disesuaikan dengan masing – masing mata pelajaran. Dan manfaat yang dirasakan
dengan moving class, masing – masing guru dengan mata pelajaran yang berbeda
dapat berkreasi dengan sumber belajar dan media yang bisa dihadirkan dalam
kelas tersebut.
Ciri dan ualasan pada poin ketiga tidak berbeda jauh dengan poin nomor
dua. Keduanya poin pada tabel diatas membahas tentang ciri dan kekhasan mata
pelajaran yang diidentikan dengan suatu ruangan. Desain kelas pada model
moving class disesuaikan dengan mata pelajaran yang diajarkan oleh guru, dan
setiap guru bertanggung jawab akan kelas yang dikelolanya. Dan ruangan
bercirikan dengan mata pelajaran tidak kita temui pada kelas menetap. Karena
satu ruangan digunakan untuk berlangsungnya semua proses kegiatan belajar
mengajar.
Ulasan pada poin keempat menjelaskan bahwa identitas ruang adalah
ruang mata pelajaran pada model moving class sedangkan pada model kelas
menetap identitas ruangan adalah kelas. Perbedaannya jelas terlihat bahwa konsep
moving class menekankan pada setiap ruangan harus memiliki ciri dan kekhasan
yang mencerminkan mata pelajaran. Bisa disimpulkan konsep moving class
menjadikan setiap kelas sebagai laboratorium pada proses pembelajarannya. Ciri
laboratorium sendiri didalam satu ruangan terdapat semua hal yang dapat
mendukung kegiatan belajar. Baik itu alat peraga, media dan sumber belajar. dan
konsep ruangan yang sekaligus mencakup laboratorium tidak dimiliki oleh kelas
menetap. Karena satu ruangan dipakai oleh bergantian oleh setiap guru dengan
mata pelajaran yang berbeda – beda.

18

Poin kelima menyebutkan bahwa perbedaan kelas bergerak dan menetap
terletak pada suasana dan kondisi kelas pada saat pergantian mata pelajaran. Pada
moving class suasana yang baru terus tercipta ketika terjadi pergantian mata
palajaran hal ini karena sirkulasi udara pada satu ruangan terus berganti karena
dalam jangka waktu 5 – 10 menit ada jeda waktu kelas kosong karena proses
pergantian mata pelajaran. Dan ketika siswa memasuki kelas yang baru suasana
baru dan sirkulasi udara telah bertukar, bisa kita simpulkan ada jeda waktu bagi
guru dan siswa untuk melanjutkan proses pembelajaran. Hal ini tentu tidak
berlaku pada kelas menetap karena dari mulai pelajaran sampai bel tanda berakhir
pelajaran siswa akan terus belajar di dalam ruangan yang sama. Praktisnya pada
kelas menetap siswa mendapat suasana baru hanya ketika jam istirahat dan waktu
pelajaran berakhir.
Perbedaan mendasar yang dapat diidentifikasi dari model moving class
dan kelas menetap ialah, desain kelas pada model moving class dibuat lebih
dinamis. Desain ruangan disesuaikan dengan mata pelajaran. Hal yang berbeda
tentu akan dijumpai pada model kelas menetap, yang mana denah kelas tidak
mengikuti mata pelajaran. Pada model kelas menetap jarang ditemukan denah
kelas yang pasti. Perbedaan desain kelas inilah yang membedakan antara kelas
menetap dan berpindah. Perbedaaan lain yang menjadi ciri pada model moving
class ialah setiap proses pergantian pelajaran murid yang mendatangi guru bukan
sebaliknya. Sehingga ketika proses pergantian kelas akan ada suasana baru yang
dialami oleh siswa. Hal ini tentunya mengurangi kejenuhan siswa, yang terus
berada didalam ruangan yang sama selama seharian penuh.
3. Tujuan pelaksanaan Moving Class
Setiap sistem pembelajaran yang diterapkan oleh satuan pendidikan
tentunya mempunyai tujuan dalam proses pembelajarannya. Baik itu tujuan dalam
jangka panjang ataupun tujuan singkatnya. Kebijakan dan sistem yang diterapkan
tentu sudah dipertimbangkan baik buruknya. Ketika tujuan direncanakan dan
sistem diterapkan, tentu ada hasil yang ingin dicapai oleh lembaga tersebut. Maka

19

dari itu moving class juga mempunyai rancangan dan tujuan agar hasil
pembelajaran lebih terarah sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan petunjuk teknis mengenai sistem pembelajaran moving class
yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan SMA, bahwa penyelenggaraan
moving class bertujuan untuk ; 12
1. Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran ;
a. Proses pembelajaran melalui moving class akan lebih bermakna karena
setiap ruang/laboratorium mata pelajaran dilengkapi dengan perangkatperangkat pembelajaran sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Jadi
setiap siswa yang akan masuk suatu ruang/laboratorium mata pelajaran
sudah dikondisikan pemikirannya pada mata pelajaran tersebut.
b. Guru mata pelajaran dapat mengkondisikan ruang/laboratoriumnya sesuai
dengan kebutuhan setiap pertemuan tanpa harus terganggu oleh mata
pelajaran lain.
2. Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi Waktu Pembelajaran
Guru

mata

pelajaran

tetap

berada

di

ruang/laboratorium

mata

pelajarannya, sehingga waktu guru mengajar tidak terganggu dengan halhal lain.
3. Meningkatkan Disiplin Siswa dan Guru
a. Guru

akan

dituntut

datang

tepat

waktu,

karena

kunci

setiap

ruang/laboratorium dipegang oleh masing-masing guru mata pelajaran.
b. Siswa ditekankan oleh setiap guru mata pelajaran untuk masuk tepat waktu
pada pada saat pelajarannya.
4. Meningkatkan keterampilan guru dalam memvariasikan metode dan media
pembelajaran yang diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehari-hari.

12

Direktorat Pembinaan SMA, Juknis pelaksanaan sistem pembelajaran moving class di
SMA, hal. 35

20

5. Meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya, menjawab, mengemukakan
pendapat dan bersikap terbuka pada setiap mata pelajaran.
6. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian diatas enam poin yang menjadi dasar sebagai tujuan
moving class. Dari keenam poin tersebut kita bisa mengerucutkan menjadi tiga
poin. Adapun ketiga poin dar kesimpulan diatas ialah, Moving class bertujuan
untuk

meningkatkan

proses

pembelajaran,

kedisiplinan siswa dan guru, dan

Moving

class

meningkatkan

yang terakhir Moving class meningkatkan

motivasi dan hasil belajar siswa.
Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pembelajaran moving class
maka perlu ditetapkan strategi pelaksanaannya. Pengorganisasian Pelaksana, tugas,
kewajiban dan wewenang.
4. Kelebihan dan kekurangan Moving Class
Setiap model pembelajaran yang coba diterapkan pada satu institusi
pendidikan pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Semua faktor nilai
kelebihan dan kekurangan tersebut dapat kita analisis secara mendalam dengan
analisis SWOT (strength, weakness, opurtunity dan

threat). Kegunaan kita

menganalisis nilai kelebihan dan kekurangan berfungsi sebagai perbandingan
efektif atau tidaknya model pembelajaran dan kebijakan yang diambil.
Petunjuk teknis mengenai sistem pembelajaran moving class yang
dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan SMA menguraikan, moving class
mempunyai nilai lebih untuk mendukung kegiatan proses pembelajaran. Nilai
lebih yang ada pada moving class itu bisa dilihat dari keuntungannya bagi guru
dan nilai lebih bagi siswa. Adapun kelebihan yang dimiliki oleh moving class
adalah ;
a. kelebihan moving class
1. Mendekatkan siswa dengan kelas mata pelajaran.
2. Karakteristik mata pelajaran yang berbeda-beda

21

3. Bagi peserta didik, mereka lebih fokus pada materi pelajaran.
4. Suasana kelas lebih menyenangkan, dan interaksi peserta didik dengan
guru lebih intensif.
5. Moving class mempermudah guru dalam mengelola pembelajaran, lebih
kreatif dan inovatif untuk mendesain kelas.
6. Guru lebih maksimal dalam menggunakan berbagai media.
7. pemanfaatan waktu belajar lebih efesien, dan lebih mudah mengelola
suasana kelas.13
Poin – poin di atas dapat kita analisis tentang kelebihan moving class.
Hakikat dari pelaksanaan moving class ialah untuk menciptakan lingkungan
belajar yang aktif dan terintegrasi dengan mata pelajaran. Pada poin pertama
dapat kita kaji bahwa kelebihan moving class untuk mendekatkan siswa dengan
mata pelajaran. Artinya semua hal yang berhubungan dengan suatu mata pelajaran
bisa

dihadirkan di dalam kelas. Hal ini berkaitan erat bagaimana untuk

menciptakan lingkungan belajar yang dinamis guna mendukung keinginan belajar
siswa dan rasa ingin tahu pada suatu objek studi.
Kelebihan pada moving class bisa kita identikasi menjadi dua. Yang
pertama nilai lebih bagi guru dan yang kedua nilai lebih yang untuk siswa. Bagi
siswa nilai lebihnya ialah siswa lebih fokus pada mata pelajaran. Siswa bisa lebih
fokus pada mata pelajaran karena kondisi ruangan benar – benar dikonsikan
sesuai dengan mata pelajaran. Sehingga dengan kelas yang bercirikan karakter
mata pelajaran diharapkan bisa menambah rasa keingitahuan siswa akan mata
pelajaran tersebut. Kelebihan lain moving class bagi siswa ialah dengan kelas
bercirikan mata pelajaran suasana belajar akan lebih menyenangkan karena semua
sumber belajar telah tersedia dalam ruangan.
Sedangkan kelebihan moving class bagi guru, lebih mudah mengelola
pembelajaran, lebih kreatif dan inkovatif dalam mendesain kelas. Pada proses
pembelajaran moving class guru dituntut untuk lebih kreatif dalam mengelola
13

Direktorat Pembinaan SMA, Juknis pelaksanaan sistem pembelajaran moving class di
SMA, 2010, hal. 35

22

kelas. Dengan kelas yan