Hubungan persepsi siswa tentang moving class dan hasil tes prestasi belajar sosiologi pada siswa kelas XI IPS di MAN 4 Jakarta

(1)

i

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG

MOVING CLASS

DAN HASIL TES PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA

SISWA KELAS XI IPS DI MAN 4 JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Annezsa Fauziah NIM : 1110015000096

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/ 2014 M


(2)

(3)

(4)

(5)

iv

ABSTRAK

Annezsa Fauziah. Jurusan Pendidikan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Hubungan Persepsi Siswa tentang Moving Class dan Hasil Tes Prestasi Belajar Sosiologi pada Siswa Kelas XI IPS di MAN 4 Jakarta. Skripsi program studi Sosiologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan moving class dan hasil tes prestasi belajar sosiologi pada siswa kelas XI MAN 4 Jakarta. Responden dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPS sebanyak 50 siswa. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode korelasi dengan penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan korelasi product moment. Dari hasil perhitungan korelasi product moment diperoleh sebesar 0,912 maka Ha diterima. Dengan demikian terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang moving class

dan hasil tes prestasi belajar sosiologi pada siswa kelas xi IPS MAN 4 Jakarta.


(6)

v ABSTRACT

Annezsa Fauziah. The department of education social class (social science), Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Perception of Relationships Student about The Moving Class and Test Results Learning Achievements of Students of Sociology Class at XI Social Class in MAN 4 Jakarta. Program Essay the study of sociology. This research has purpose knowing the relation of the moving class and test results achievement study of sociology at grade students xi MAN 4 Jakarta. Respondents in this research was learners classes xi social class as many as 50 students. In this research method used is a method of the correlation with quantitative research. This research using correlation product moment. From the result of the correlation calculations product moment receive is 0,912 then ha accepted. It means there is a positive relationship and significant between perception students about the moving class and test result learning achievements to their students sociology class xi social class MAN 4 Jakarta.


(7)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Segala puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan sahabatnya, serta kepada seluruh umat islam baik muslimin dan muslimat. Alhamdulillahirabbil alamin, senantiasa penulis persembahkan kepadanya karena dengan ridhonya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan persepsi siswa tentang moving class dan hasil tes prestasi belajar sosiologi pada siswa kelas xi ips di MAN 4 Jakarta”.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa didirinya hanyalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri, begitu pula dengan proses pelaksanaan penyusunan skripsi ini, penulis membutuhkan bimbingan, bantuan, dukungan, perhatian dan doa dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun materil. Karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Disamping itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Ibu Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D serta para pembantu dekan

2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(8)

vii

3. Bapak Drs. H. Syaripulloh, M.Si selaku Sekretaris jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Muhamad Noviadi Nugroho, M.Pd selaku Sekretaris Lab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk bimbingan, pengarahan, dan saran-sarannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan Allah SWT. Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat dikemudian hari.

6. Ibu Dra. Hj. Isnadiar Dekok, M. M sebagai Kepala Sekolah MAN 4 Jakarta yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Guru-guru MAN 4 Jakarta, khususnya Ibu Aisah, S.Pd yang telah memberikan banyak motivasi, dukungan serta dorongan semangatnya kepada penulis.

8. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis berikan dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua orang tua penulis yang tercinta, (Alm) Ayahanda tercinta Sam Suryadi dan Mama tercinta Hamidah. Berkat kasih sayang dan kesabarannya telah membesarkan, membimbing dan memahami keadaan penulis serta ketulusan doanya yang tiada henti beliau ucapkan. Penulis tidak dapat membalas segala pengorbanan dan perjuangan mama tercinta. Hanya bakti dan doa setulus hati yang dapat penulis berikan. Selesainya skripsi ini adalah bakti awal penulis yang dapat diberikan.


(9)

viii

9. Adik-adikku tersayang Fathur dan Reyhan, terimakasih untuk pengertiannya, perhatian serta doa dan menghibur penulis dengan canda tawa kalian berdua.

10.Hafiz Firdaus sahabat/teman dekat/orang spesial untuk penulis yang selalu sabar, setia menemani dan mendukung penulis baik dalam suka maupun duka.

11.Sahabat-sahabat tercinta Jeanny Oktavin, Amrullah Arif, Alfian Regusto, dan Adji Budi Susilo yang selalu menemani serta memberi dukungan semangat dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

12.Teman-teman mahasiswa FITK angkatan 2010 khususnya mahasiswa IPS kelas A konsentrasi Sosiologi-Antropologi keluarga kedua ku yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu yang selalu mengisi hari-hari penulis dalam canda tawa. terutama amaliah dan ade robiatu syarfah terimakasih untuk tumpangan tidur dikosan sama dirumah. Kalian teman terbaik.

13.Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun semua yang kalian berikan sangat berarti bagi penulis

Penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala dari rahmat Allah SWT. Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisi-Nya, amin.

Wassalamualaikum wr. Wb

Jakarta, September 2014 Penulis


(10)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 5

C.Pembatasan Masalah ... 5

D.Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A.Landasan Teori ... 8

1. Persepsi ... 8

a. Pengertian Persepsi... 8

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi... 9

2. Konsep Moving Class ... 11

a. Pengertian Moving Class... 11

b. Tujuan Moving Class ... 12

c. Strategi Moving Class ... 15

3. Konsep Belajar ... 18

a. Pengertian Belajar ... 18

b. Teori-teori Belajar ... 19


(11)

x

d. Ciri-ciri Belajar ... 24

e. Tahapan-tahapan dalam Belajar ... 25

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Belajar ... 26

g. Tujuan Belajar ... 27

4. Hasil Tes Prestasi Belajar Sosiologi... 28

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 30

C.Kerangka Berpikir ... 32

D.Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

A.Tempat Dan Waktu Penelitian ... 34

B. Metode Penelitian ... 34

C.Desain Penelitian ... 35

D.Populasi dan Sampel ... 35

E. Teknik Pengumpulan dan Instrumen Penelitian ... 36

F. Definisi Konseptual dan Operasional ... 38

G.Uji Coba Instrumen ... 40

H.Teknik Pengolahan Data ... 42

I. Teknik Analisis Data ... 43

1. Uji Kualitas Data ... 43

2. Analisis Pengujian Hipotesis . ... 45

J. Hipotesis Statistik ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 49

A. Gambaran Umum MAN 4 Jakarta ... 49

1. Sejarah Singkat Sekolah ... 49

2. Visi, Misi, Kurikulum, Tujuan, Alokasi Jam Belajar ... 50

3. Guru dan Tenaga Kependidikan ... 52

4. Data Siswa ... 58

5. Sarana dan Prasarana ... 60

6. Lainnya yang relevan ... 61

B. Data Hasil Penelitian ... 62


(12)

xi

a. Mean, Varian, dan Simpangan Baku ... 66

2. Data Hasil Tes Prestasi Belajar ... 67

a. Mean, Varian, dan Simpangan Baku ... 71

C. Uji Prasyarat ... 72

1. Uji Kualitas Data ... 72

a. Hasil Uji Validitas ... 72

b. Hasil Uji Reliabilitas ... 74

D. Pengujian Hipotesis ... 75

1. Koefisien Korelasi ... 75

2. Uji Hipotesis terhadap Koefisien Korelasi dengan Uji-t ... 78

E. Interprestasi Hasil Penelitian ... 80

F. Keterbatasan Penelitian ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... . ... 82

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rancangan Kegiatan ... 34

Tabel 3.2 Tingkatan dan Skor Skala Likert ... 38

Tabel 3.3 Kisi-kisi variabel x ... 39

Tabel 3.4 Kisi-kisi variabel y ... 40

Tabel 3.5 Interprestasi Nilai Reliabilitas ... 42

Tabel 3.6 Skor Alternatif Jawaban Responden ... 43

Tabel 3.7 Interprestasi Nilai Reliabilitas ... 45

Tabel 3.8 Tabel Interprestasi Perhitungan Korelasi ... 46

Tabel 4.1 Daftar Nama Guru PNS MAN 4 ... 52

Tabel 4.2 Daftar Jumlah Nama Guru Honor MAN 4... 55

Tabel 4.3 Daftar Nama Karyawan Negeri MAN 4 ... 56

Tabel 4.4 Daftar Nama Karyawan Honor MAN 4 ... 57

Tabel 4.5 Daftar Jumlah Siswa Kelas X Tahun Ajaran 2013/2014 ... 58

Tabel 4.6 Daftar Jumlah Siswa Kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014 ... 58

Tabel 4.7 Daftar Jumlah Siswa Kelas XII Tahun Ajaran 2013/2014 ... 59

Tabel 4.8 Prestasi Non Akademik ... 59

Tabel 4.9 Data hasil angket variabel x ... 63

Tabel 4.10 Tabel Distribusi Frekuensi ... 65

Tabel 4.11 Interprestasi Kategori variabel x ... 67

Tabel 4.12 Data hasil variabel y ... 68

Tabel 4.13 Tabel Distribusi Frekuensi ... 69

Tabel 4.14 Interprestasi Kategori variabel y ... 72

Tabel 4.15 Keseluruhan data validitas ... 73

Tabel 4.16 Reliability Statistic ... 74


(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Histogram 4.1 Data Variabel Moving Class ... 66 Histogram 4.2 Data Variabel Hasil Belajar... 71


(15)

1

Era globalisasi merupakan era persaingan yang kompetitif. Untuk dapat bersaing, dan meraih sukses salah satunya dengan mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Apabila kita tinjau lebih dalam, bahwa sekolah itu adalah sebuah amanat dari masyarakat. Mengingat sekolah itu berada di tengah masyarakat dan kita ingin mencari dukungan dari masyarakat, dalam artian secara singkat bahwa pendidikan itu dari masyarakat untuk masyarakat, maka untuk membentuk sekolah yang ideal tentu kita harus mencari tahu kebutuhan apa saja yang sesuai dengan lingkungan masyarakat setempat itu sendiri. Kesadaran untuk melakukan inovasi-inovasi di bidang pendidikan perlu dikembangkan dan diperluas. Pada dasarnya, hakikat pembelajaran dan tujuan pembelajaran dapat dicapai melalui program dan strategi pembelajaran yang terarah, terpadu, dan disertai dengan semangat tinggi untuk selalu memperbarui mekanisme dan pola pembelajaran ke arah tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman.

Terdapat banyak masalah yang sedang terjadi di pendidikan Indonesia. Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam dunia pendidikan kita adalah rendahnya kualitas hasil belajar yang dicapai siswa. Ini disebabkan oleh banyak faktor di antaranya karena pembelajaran yang masih sering kita temui bersifat tradisional yaitu bahwa dalam proses pembelajaran bukan siswa yang lebih banyak berperan tetapi justru yang lebih dominan aktif adalah guru sedangkan siswa hanya duduk, diam dan dengar. Pemerintah menetapkan standar nasional pendidikan untuk setiap sekolah di Indonesia dan untuk menjadikan sekolah di Indonesia bisa setara dengan sekolah unggulan.

Dalam pengelolaan strategi pembelajaran perlu adanya variasi dan metode yang baru atau tidak monoton disertai dengan kenyamanan ruang belajar yang akan ditempati para peserta didik. Salah satu penyebab kurangnya hasil pembelajaran adalah faktor kejenuhan peserta didik dalam pembelajaran karena 42 jam pelajaran dalam satu minggu, dengan materi yang sangat padat para


(16)

peserta didik belajar di ruang yang sama tanpa adanya penyegaran suasana. Pembelajaran yang dilakukan guru disekolah hendaknya dapat memberikan situasi dimana peserta didik menjadi subyek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri, dan professional pada bidang pelajarannnya masing-masing. Situasi ini dapat terwujud jika guru diberikan keleluasaan mengelola kelas sesuai dengan karakteristik mata pelajarannya masing-masing. Dalam situasi belajar di kelas, seorang guru harus mampu melakukan berbagai inovasi dan kreatifitas pembelajaran, mengelola kelas, menata ruang, dan menata tempat duduk sesuai dengan karakteristik mata pelajaran masing-masing dan sebagainya. Dimana hal ini dilakukan untuk menghilangkan kejenuhan atau kebosanan terhadap posisi kelas yang itu-itu saja.

Karena pendidikan mempunyai peran penting dalam upaya mencapai kesejahteraan dan kemakmuran bangsa Indonesia, maka berbagai bentuk pembaharuan perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, diantaranya adalah strategi pembelajaran dengan menggunakan konsep moving class. Konsep moving class belum banyak digunakan oleh sekolah-sekolah, dikarenakan penerapan konsep ini secara infrastruktur jauh lebih mahal dari sekolah konvensional. Dalam sekolah konvensional pihak yayasan atau komite sekolah cukup menyediakan beberapa ruang kelas, satu lab komputer, satu laboratorium untuk mata pelajaran Fisika, Kimia, dan Biologi. Tetapi dalam

moving class setiap kelas harus dilengkapi dengan fasilitas keilmuan sesuai dengan bidang studinya dan memungkinkan terjadinya suasana belajar yang nyaman dan kondusif, fasilitas belajar yang memadai, kesiapan guru dalam menyiapkan materi pembelajaran serta guru menemukan kreasi dan inovasi pengelolaan kelas dengan menunjang proses belajar mengajar yang lebih efektif.

Moving class merupakan sistem pembelajaran yang bercirikan siswa yang mendatangi guru di kelas. Pada saat mata pelajaran berganti maka peserta didik akan berpindah kelas menuju ruang kelas lain sesuai mata pelajaran yang dijadwalkan, jadi siswa yang mendatangi guru, Sementara para guru, dapat menyiapkan materi pelajaran terlebih dahulu.


(17)

Inti kegiatan suatu sekolah atau kelas adalah kegiatan belajar mengajar (KBM). Kualitas belajar peserta didik serta para lulusan banyak ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan KBM tersebut atau dengan kata lain banyak ditentukan oleh fungsi dan peran guru. Pada dewasa ini masih banyak permasalahan yang terkait dengan KBM. Sering kali muncul berbagai keluhan atau kritikan para siswa, orang tua siswa maupun guru berkaitan dengan pelaksanaan KBM tersebut.

Keluhan-keluhan seperti ketidaknyamanan peserta didik dalam kelas seperti: bosan dengan ruang kelas, ngantuk, tidak paham dengan apa yang disampaikan guru, sebenarnya tidak perlu terjadi atau setidak-tidaknya dapat diminimalisasikan, apabila semua pihak dapat berperan, terutama guru sebagai pengelola kelas dalam fungsi yang tepat. Sementara ini pemahaman mengenai pengelolaan kelas nampaknya masih keliru. Seringkali pengelolaan kelas dipahami sebagai pengaturan ruangan kelas yang berkaitan dengan sarana seperti tempat duduk, lemari buku, dan alat-alat mengajar saja. Padahal pengaturan sarana belajar mengajar di kelas hanyalah sebagian kecil, yang terutama adalah pengkondisian kelas, artinya bagaimana merencanakan, mengatur, melakukan berbagai kegiatan di kelas, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dan berhasil dengan baik. Pengelolaan kelas menurut penulis adalah upaya yang dilakukan guru untuk mengkondisikan kelas dan mengoptimalkan berbagai sumber (potensi yang ada pada diri guru, sarana dan lingkungan belajar di kelas) yang ditujukan agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan perencanaan dan tujuan.

Penyelenggaraan pendidikan di sekolah dilakukan melalui kegiatan belajar mengajar. Di dalam pelaksanaannya tidak selalu berjalan dengan baik, karena sering terdapat hambatan. Namun hambatan itu masih dapat diatasi apabila dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan disiplin. Untuk mencapai prestasi yang baik diperlukan banyak faktor terutama kemampuan dasar yang dimiliki tiap-tiap siswa serta teknik atau metode yang baik dilakukan oleh guru didalam kelas. Di samping faktor kemampuan siswa juga terdapat faktor lain yaitu faktor seorang guru diantaranya kemampuan guru dalam membentuk jiwa dan watak anak didik. Salah satu kemampuan itu adalah kemampuan pribadi seorang guru.


(18)

Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok. Untuk mengetahui bahwa seorang peserta didik telah mengalami perubahan dalam memiliki pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap maka dapat dilihat dari hasil belajarnya. Hasil tes prestasi belajar siswa adalah perwujudan dari usaha belajar seorang peserta didik setelah melakukan proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan proses belajar mengajar merupakan hasil penilaian atas kemampuan, kecakapan, keterampilan tertentu yang dipelajari selama masa belajar.

Keberhasilan siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal ini berasal dari diri sendiri, sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri sendiri (lingkungan). Faktor yang berasal dari luar meliputi faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, serta lingkungan masyarakat. Sedangkan faktor yang timbul dari dalam diri peserta didik berupa faktor biologis seperti kesehatan misalnya cacat mental, dan faktor psikologisnya seperti kecerdasan, bakat, minat, perhatian serta motivasi belajar.

Pada umumnya seorang siswa dalam proses pembelajaran akan dilakukan pada suatu kelas dari pagi sampai siang secara rutin. Salah satunya dalam pelajaran Sosiologi, pelajaran Sosiologi memuat semua pengetahuan mengenai masyarakat mulai dari pengetahuan umum dan sederhana sampai pengetahuan masyarakat yang lebih mendalam. Melalui Sosiologi peserta didik dapat mempelajari tentang kelompok masyarakat, perilaku sosial, strata sosial, struktur sosial, kemasyarakatan, dan sebagainya yang menurut mereka hal-hal tersebut mudah dipahami, sehingga ada siswa yang merasa bosan dengan suasana kelasnya pada saat pelajaran Sosiologi berlangsung, kemudian keluar masuk kedalam kelas baik dari kamar kecil atau sekedar keluar ruangan kelas untuk mengurangi kebosanan. Oleh karena itu, untuk menciptakan suatu lingkungan belajar yang baru, MAN 4 Jakarta telah menerapkan kelas bergerak (moving class) dalam strategi pembelajarannya.


(19)

Kegiatan moving class di MAN 4 Jakarta dilaksanakan ketika pergantian jam pelajaran, dan diberlakukan kepada semua siswa, baik kelas X, XI, dan XII serta diberlakukan untuk semua mata pelajaran, jadi ketika jam pergantian mata pelajaran tiba, maka seluruh siswa bergegas meninggalkan kelas dan menuju ke kelas mata pelajaran berikutnya sesuai dengan jadwalnya masing-masing. Dengan diterapkannya sistem moving class tersebut, diharapkan siswa menjadi tidak bosan dan jenuh dalam belajar serta merasa senang karena setiap pergantian jam tiba mereka bisa berjumpa dengan teman-temannya yang dari kelas lain.

Dari latar belakang yang penulis uraikan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang ditulis dalam bentuk skripsi dengan judul Hubungan Persepsi Siswa Tentang Moving Class dan Hasil Tes Prestasi Belajar Sosiologi pada Siswa Kelas XI IPS di MAN 4 Jakarta.

B. Identifikasi Masalah

Dari masalah yang telah dijelaskan di atas maka dapat diidentifikasi masalahnya, yaitu :

1. Pengelolaan strategi moving class di MAN 4.

2. Kompetensi belajar peserta didik di MAN 4 Jakarta.

3. Perkembangan pola belajar peserta didik di MAN 4 Jakarta.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan kemampuan penulis dan luasnya permasalahan yang akan dibahas, serta untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka masalah hanya dibatasi pada yaitu hubungan persepsi siswa tentang moving class dan hasil tes prestasi belajar siswa kelas XI di MAN 4 Jakarta.

D. Perumusan Masalah

Dari uraian identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang ada, maka masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah persepsi siswa tentang penerapan moving class di MAN 4 Jakarta?


(20)

2. Bagaimanakah prestasi belajar siswa kelas xi MAN 4 Jakarta tahun ajaran 2014 pada pelajaran sosiologi?

3. Adakah hubungan persepsi siswa tentang moving class dan hasil tes prestasi belajar sosiologi kelas xi di MAN 4 Jakarta?

E. Tujuan penelitian

Mengacu pada rumusan permasalahan di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran mengenai:

1. Ingin mengetahui persepsi siswa tentang penerapan moving class di MAN 4 Jakarta.

2. Ingin mengetahui prestasi belajar siswa kelas xi di MAN 4 Jakarta tahun ajaran 2014 pada pelajaran sosiologi.

3. Untuk mengetahui hubungan persepsi siswa tentang moving class dan hasil tes prestasi belajar sosiologi kelas xi di MAN 4 Jakarta.

F. Manfaat Penelitian

Adapun hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat di manfaatkan untuk hal-hal berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Peneliti: Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan moving class

disekolah-sekolah saat ini.

b. Bagi Pembaca: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara tertulis maupun referensi mengenai hubungan persepsi siswa tentang moving class dan hasil tes prestasi belajar siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa: Sebagai sebuah acuan dan motivasi para siswa yang menuntut ilmu di bangku sekolah agar dapat berperan aktif dalam kelas.


(21)

b. Bagi Guru: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk lebih berinovasi dalam kelasnya.

c. Bagi Sekolah: Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi sekolah agar lebih berperan dalam mengatur pelaksanaan pembelajaran dalam sekolah.

d. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(22)

8

1. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Kehidupan seseorang tidak dapat terlepas dari lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial. Sejak individu lahir, maka sejak saat itu pula dia berhubungan dengan dunia luarnya. Individu dalam mengenali stimulus merupakan soal persepsi. Persepsi dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah pesan oleh benda yang semata-mata menggunakan pengamatan pengindraan.

Dalam Psikologi, persepsi secara umum merupakan proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi.1 Menurut Walgito menyatakan bahwa persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya.2

Dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses psikologis yaitu bagaimana individu menerima stimulus yang terdapat di inderanya, dan kemudian bagaimana seseorang membedakan, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan suatu obyek sehingga individu dapat menyadari tentang apa yang didapat oleh inderanya. Dengan demikian, persepsi dapat dilihat dengan adanya tanggapan atau penilaian seseorang atas obyek atau stimulus yang diterimanya.

1

Sarlito W. Sarwono dan Eko A. Meinarno, Psikologi Sosial, (Jakarta: Salemba Empat, 2012), h. 24

2

http://ahmadroihan8.blogspot.com/2013/10/persepsi-dalam-psikologi-lengkap.html diakses pada tanggal 17 Januari 2015 pukul 11.15


(23)

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Secara sederhana dapat dikatakan proses persepsi dimulai dengan diterimanya stimulus lewat indera, kemudian diorganisasikan dengan pengalaman-pengalaman masa lalu yang ada dalam diri seseorang dan membentuk penilaian atas suatu hal tertentu. Karena persepsi lebih bersifat psikologis dari pada proses penginderaan saja, maka ada dua faktor yang mempengaruhinya yaitu:

1. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain:

a. Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.

b. Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.

c. Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.

d. Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.


(24)

e. Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.

f. Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

2. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah:

a. Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.

b. Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.

c. Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.

d. Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari


(25)

stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.

e. Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.3

2. Konsep Moving Class

a. Pengertian Moving Class

Moving Class terdiri dari dua kata, yaitu moving dan class. Moving

berarti pindah. Class dapat diartikan sebagai kelas atau tempat belajar. Jadi

moving class adalah pergerakan dari satu kelas ke kelas yang lain sesuai dengan pelajarannya.

Menurut Hadi,moving class merupakan sistem belajar mengajar yang bercirikan siswa yang mendatangi guru dikelas. Konsep moving clas mengacu pada pembelajaran kelas yang berpusat pada anak untuk memberikan lingkungan yang dinamis sesuai dengan bidang yang dipelajarinya. Dengan moving class, siswa akan belajar bervariasi dari satu kelas ke kelas lain sesuai dengan bidang studi yang dipelajarinya.4

Moving class merupakan suatu model pembelajaran yang diciptakan untuk belajar aktif dan kreatif. Dengan sistem belajar mengajar bercirikan peserta didik mendatangi guru di kelas, bukan sebaliknya. Dalam sistem ini guru mempunyai kelas pribadi, untuk mengikuti setiap pelajaran peserta didik harus berpindah dari satu kelas ke kelas lain yang sudah ditentukan. Sehingga terdapat penamaan kelas berdasarkan bidang studi. Misalnya, kelas Biologi, kelas Fisika, kelas Matematika dan kelas Bahasa. Lewat sistem ini, para peserta didik dapat menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar di setiap kelas yang ada. Kegiatan pembelajaran

3

http://ahmadroihan8.blogspot.com/2013/10/persepsi-dalam-psikologi-lengkap.html diakses pada tanggal 17 Januari 2015 pukul 11.15

4

Anim Hadi, Mengapa harus menggunakan moving class, diakses dari

https://animhadi.wordpress.com/2008/11/16/mengapa-harus-menggunakan-sistem-moving-class/ pada tanggal 18 Maret 2014 pukul. 20:30


(26)

sistem moving class peserta didik berpindah sesuai pelajaran yang diikutinya5.

Agar pelaksanaan dengan sistem kelas berpindah dapat terlaksana dengan baik dan memberi peningkatan yang signifikan terhadap mutu pembelajaran dan lulusan siswa maka perlu disusun strategi pelaksanaan, perangkat peraturan dan administrasi yang dibutuhkan dalam kegiatan tersebut. Jadi, moving class tidak terbatas pada tempat ruang kelas, bisa diluar kelas, lingkungan sekolah, masjid, dan perpustakaan.

Dengan demikian perpindahan tempat belajar dari satu tempat ke tempat lain dapat mengurangi tingkat kejenuhan, siswa dapat lebih bersemangat menerima pelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajarnya. Jadi, moving class adalah perpindahan dari satu kelas ke kelas yang sesuai dengan pelajarannya.

b. Tujuan Moving Class

Secara umum sistem moving class diciptakan untuk mengoptimalkan fungsi kelas. Sehingga kelas tidak hanya dipahami secara sempit sebagai tempat berkumpulnya peserta didik untuk mempelajari suatu mata pelajaran. Tetapi kelas merupakan elemen penting dalam dunia pendidikan yang memiliki peran untuk menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Oleh karena itu kelas harus dikelola dengan baik supaya dapat memberikan efek positif bagi peserta didik dalam proses belajar mengajar.

Menurut Hadi moving class mempunyai tujuan yang terdiri dari enam bagian yaitu sebagai berikut:

1. Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran. Proses pembelajaran melalui moving class akan lebih bermakna karena setiap ruang atau laboratorium mata pelajaran dilengkapi dengan perangkat-perangkat pembelajaran sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Guru mata pelajaran dapat mengkondisikan ruang atau

5

Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung : Alfabeta, 2009), h. 183


(27)

laboratoriumnya sesuai dengan kebutuhan setiap pertemuan tanpa harus terganggu oleh mata pelajaran lain. Jadi, setiap siswa yang akan masuk suatu ruang atau laboratorium mata pelajaran sudah dikondisikan pemikirannya pada mata pelajaran tersebut.

2. Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi Waktu Pembelajaran. Guru mata pelajaran tetap berada di ruang atau laboratorium mata pelajaranya, sehingga setiap waktu guru mengajar tidak terganggu dengan hal-hal lain.

3. Meningkatkan Disiplin Siswa dan Guru. Guru akan dituntut datang tepat waktu, karena kunci setiap ruang atau laboratorium dipegang oleh masing-masing guru mata pelajaran. Siswa ditekankan oleh setiap guru mata pelajaran untuk masuk tepat waktu pada saat pelajarannya.

4. Meningkatkan keterampilan guru dalam memvariasikan metode dan media pembelajaran yang diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehari-hari.

5. Meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dan bersikap terbuka pada setiap mata pelajaran.

6. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.6

Di dalam belajar mengajar, kelas merupakan tempat yang mempunyai ciri khas yang digunakan untuk belajar. Belajar memerlukan konsentrasi, oleh karena itu perlu menciptakan suasana kelas yang dapat menunjang kegiatan belajar yang efektif. Adapun tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib, sehingga tujuan pengajaran tercapai secara efektif dan efisien.7

Kegiatan mengelola kelas menyangkut kegiatan sebagai berikut:

6

Anim Hadi, Mengapa harus menggunakan moving class, diakses dari

https://animhadi.wordpress.com/2008/11/16/mengapa-harus-menggunakan-sistem-moving-class/ pada tanggal 18 Maret 2014 pukul. 20:30

7

B. Suryobroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1997), h. 49


(28)

1. Mengatur tata ruang kelas, misalnya mengatur meja dan tenpat duduk, menempatkan papan tulis, dan sebagainya.

2. Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi, dalam arti guru harus mampu menangani dan mengarahkan tingkah laku anak didik agar tidak merusak suasana kelas.8

3. Disamping itu semua, kelas harus selalu dalam keadaan bersih.9 Kaitannya dengan penerapan strategi moving class, keunggulan yang dapat dicapai adalah para peserta didik lebih punya waktu untuk bergerak, sehingga selalu dalam kondisi segar untuk menerima pelajaran. Seperti sistem pembelajaran lainnya, sistem ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain:

Kelebihan dari sistem moving class yaitu pertama, belajar tidak membosankan karena setiap pergantian jam harus berpindah ke ruang kelas lain dimana suasana belajar dari ruang satu dengan ruang lainnya berbeda. Kedua, setiap siswa dituntut untuk belajar lebih giat dan aktif karena kalau tidak aktif siswa akan ketinggalan pelajaran. Ketiga, guru berupaya untuk menghitung mengajar dengan sebaik-baiknya. Keempat,

guru berupaya untuk mendesain ruangan sesuai dengan karakter mata pelajaran sehingga siswa akan merasakan suasana pelajaran sesuai dengan mata pelajaran tersebut. kelima, mendidik para siswa untuk lebih disiplin dalam menggunakan waktu.

Kelemahan dari sistem moving class yaitu pertama, dalam perpindahan ruangan diperlukan waktu apalagi jika ruangan yang satu dengan ruangan yang lainnya berjauhan. Kedua, terdapat siswa yang membolos pada saat perpindahan jam mata pelajaran berlangsung. Ketiga,

kehadiran siswa dalam jam tertentu sulit diawasi apalagi jika seorang guru jarang mengabsen siswanya di kelas karena siswa duduk dikursi yang dia inginkan dan tidak sesuai dengan denah tempat duduk. Jika guru dan siswa

8

Ibid., h. 49

9

Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 169


(29)

tidak disiplin dalam menggunakan waktu maka akan berakibat proses KBM (kegiatan belajar mengajar) bagi pelajaran lainnya.

Untuk mengurangi kelemahan dari moving class tersebut dilakukan upaya antara lain yaitu

1. Mebudayakan peserta didik untuk disiplin waktu pada saat perpindahan jam pelajaran

2. Membudayakan peserta didik jalan cepat 3. Menekankan agar guru lebih disiplin 4. Menjaga agar jadwal tidak berubah-ubah

5. Selalu memonitoring kehadiran guru di sekolah.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari strategi penerapan moving class adalah untuk membentuk peserta didik berfikir dewasa dan melatih kemandirian, kedisplinan, serta merangsang perkembangan dan kecerdasan peserta didik agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

c. Strategi penerapan moving class

Menurut Hadi, strategi pengelolaan atau penerapan moving class

diklasifikasikann menjadi lima yaitu :

1) Pengelolaan perpindahan peserta didik. Peserta didik berpindah ruang belajar sesuai mata pelajaran yang diikuti berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan, waktu perpindahan antar kelas adalah 5 menit, peserta didik diberi kebebasan untuk menentukan tempat duduknya sendiri, peserta didik perlu ditegaskan peraturan tentang penggunaan ruang dan tata tertib dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran serta konsekuen-sinya, bel tanda perpindahan suatu kegiatan pembelajaran dibunyikan pada saat pelajaran kurang 5 menit, sebelum tersedia loker, peserta didik diperkenankan membawa tas masuk dalam ruang belajar. Kegiatan pembelajaran di Laboratorium dibuat peraturan tersendiri hasil kesepakatan guru dengan laboran, peserta didik diberi toleransi keterlambatan 10 menit, diluar waktu tersebut


(30)

peserta didik tidak diperkenankan masuk kelas sebelum melapor kepada guru piket atau Penanggung Jawab Akademik, keterlambatan berturut-turut lebih dari 3 (tiga) kali diadakan tindakan pembinaan yang dilakukan Penanggung Jawab akademik bersama dengan Guru Pembimbing.

2) Pengelolaan ruang belajar-mengajar. Guru diperkenankan untuk mengatur ruang belajar sesuai karakteristik mata pelajarannya, ruang belajar setidak-tidaknya memiliki sarana dan media pembelajaran yang sesuai jadwal mengajar guru, tata tertib peserta didik dan daftar inventaris yang ditempel di dinding, ruang belajar dapat dilengkapi dengan perpustakaan referensi dan sarana lainnya yang mendukung proses pembelajaran, tiap rumpun mata pelajaran telah disediakan prasarana multimedia, penggunaan prasarana diatur oleh penanggung jawab rumpun mata pelajaran, guru bertanggungjawab terhadap ruang belajar yang ditempatinya, dengan demikian setiap guru memiliki kunci untuk ruang masing-masing.

3) Pengelolaan administrasi guru dan peserta didik. Guru berkewajiban mengisi daftar hadir peserta didik dan guru, guru membuat catatan-catatan tentang kejadian-kejadian di kelas brerdasarkan format yang telah disediakan, guru mengisi laporan kemajuan belajar peserta didik, absensi peserta didik, keterlambatan peserta didik dan membuat rekapan sesuai format yang disediakan, guru membuat laporan terhadap hal-hal khusus yang memerlukan penanganan kepada penanggung jawab akademik, guru membuat jadwal topik/materi yang diajarkan kepada peserta didik yang ditempel di ruang belajar.

4) Pengelolaan remedial dan pengayaan. Remedial dan pengayaan dilaksanakan diluar jam kegiatan tatap muka dan praktik, remedial dan pengayaan dilaksanakan secara TIM Teaching, dimana kolaboran dapat menjadi guru utama pada materi tertentu, kegiatan remedial dan pengayaan dapat menggunakan waktu


(31)

dalam kegiatan Pembelajaran Tugas Terstruktur (25 menit) maupun Tak terstruktur (25 menit), remedial dan pengayaan dilaksanakan dalam waktu berbeda maupun secara bersamaan jika memungkinkan, misal : Guru utama memberi pengayaan, sedangkan kolaboran memberi remedial. Remedial dan pengayaan dilaksanakan secara berkelanjutan berdasarkan hasil analisis postest, ulangan harian dan ulangan mid semester.

5) Pengelolaan penilaian. Penilaian dilakukan untuk mengukur proses dan produk hasil pembelajaran, proses penilaian dilakukan setiap saat untuk menilai kemajuan belajar peserta didik, sedangkan penilaian produk/hasil belajar dilakukan melalui ulangan harian, mid semester maupun ulangan semester, penilaian meliputi Kognitif, Praktik dan Sikap yang disesuaikan dengan peraturan yang telah ditetapkan serta mengacu pada karakteristik mata pelajaran, hasil penilaian dimasukkan sesuai dengan format yang telah disediakan dalam bentuk file exel yang kemudian diserahkan kepada Penanggung Jawab Akademik, untuk memudahkan pengelolaan hasil penilaian maka hasil-hasil penilaian harian yang telah dilaksanakan segera diserahkan kepada Penanggung Jawab Akademik agar dapat dimasukkan ke dalam Pengelolaan SIM Sekolah oleh TIM TIK, tidak diadakan remedial untuk ujian/ulangan semester. Remedial dilakukan sesuai dengan ketentuan pengelolaan remedial dan pengayaan, guru mata pelajaran bertanggungjawab dan memiliki kewenangan penuh terhadap hasil penilaian terhadap mata pelajaran yang diampunya. Segala perubahan terhadap hasil penilaian hanya dapat dilakukan oleh guru yang bersangkutan.10

10

Anim Hadi, Mengapa harus menggunakan moving class, diakses dari

https://animhadi.wordpress.com/2008/11/16/mengapa-harus-menggunakan-sistem-moving-class/ pada tanggal 18 Maret 2014 pukul. 20:30


(32)

3. Konsep Belajar

a. Pengertian Belajar

Menurut Khodijah bahwa belajar merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat. Hampir semua kecakapan, keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap manusia terbentuk, dimodifikasi dan berkembang karena belajar.11 Disadari atau tidak, setiap individu tentu pernah melakukan aktivitas belajar, karena aktivitas belajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang sepanjang hidupnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), belajar adaah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Berikut ini beberapa definisi belajar menurut para ahli.12

1) Menurut Gage, belajar adalah proses di mana suatu organisme berubah perilakunya akibat dari pengalaman.

2) Menurut Skinner, belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, jika ia tidak belajar, responnya turun. Dengan demikian, belajar diartikan sebagai suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respons.

3) Menurut Gagne, belajar adalah suatu proses yang kompleks dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar.13

4) Menurut Suryabrata menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang memiliki tiga ciri, yaitu (1) proses tersebut membawa perubahan (baik aktual maupun potensial), (2) perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru, dan (3)

11

Nyanyu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), Cet 1, h. 47 12

Isriani Hardini, Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep, & Implementasi), (Yogyakarta: Familia, 2012), h. 3

13


(33)

perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja). Definisi ini menekankan pada hasil belajar berupa perubahan pada diri seseorang.14

Dari berbagai pengertian belajar di atas, para ahli mendefinisikan belajar secara berbeda-beda. Akan tetapi, jika dicermati lebih lanjut ada beberapa titik kesamaannya dan bias dipadukan untuk memperoleh sebuah pemahaman tentang belajar. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa:

1) Belajar adalah sebuah proses yang memungkinkan seseorang memperoleh dan membentuk kompetensi, keterampilan, dan sikap yang baru;

2) Proses belajar melibatkan proses-proses mental internal yang terjadi berdasarkan latihan, pengalaman dan interaksi social; 3) Hasil belajar ditunjukkan oleh terjadinya perubahan perilaku

(baik actual maupun potensial); dan

4) Perubahan yang dihasilkan dari belajar bersifat relatif permanen.15

b. Teori-teori Belajar

Beberapa teori belajar menurut para ahli sesuai dengan tujuan alirannya masing-masing:

1. Teori Belajar B.F. Skinner

Menurut pandangan Skinner, belajar merupakan suatu proses atau penyesuain tingkah laku yang berlangsung secara progressif. Pengertian belajar ialah suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respons. Skinner berpendapat bahwa ganjaran merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar, hanya istilahnya perlu diganti dengan penguatan. Ganjaran adalah sesuatu yang menggembirakan, sedangkan penguatan adalah sesuatu yang mengakibatkan meningkatnya suatu respon tertentu. Penguatannya

14

Nyanyu, op. cit., h. 50

15


(34)

tidak selalu hal yang menggembirakan, tetapi bisa juga sebaliknya. Skinner membedakan adanya dua macam respon, yaitu respondent conditioning dan operant conditioning. Respondent conditioning

adalah respon yang diperoleh dari beberapa stimulus yang teridentifikasi, jadi menimbulkan respon yang relatif tetap. Seorang siswa diberi soal sederhana dan siswa dapat merasa yakin atas kemampuannya, sehingga timbul respon mempelajari hal-hal berikutnya yang sesuai atau lanjutan apa yang dapat dia selesaikan tadi.16

2. Teori Piaget

Piaget adalah seorang tokoh psikolog kognitif yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran para pakar kognitif lainnya. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif di dalam struktur kognitifnya. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat diidentifikasikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pual secara kualitatif.17

3. Teori Belajar Kurt Lewin

Lewin mengembangkan teori belajar medan kognitif dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi sosial. Lewin memandang bahwa setiap individu berada dalam medan kekuatan yang bersifat psikologis, yang disebut ruang hidup (life space). Life space meliputi manifestasi di mana siswa bereaksi, misalnya bereaksi

16

Makmun Khairani, Psikologi Belajar, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013), h. 35 17


(35)

terhadap orang-orang yang dijumpai, objek material yang dihadapi, serta fungsi kejiwaan yang dimilikinya. Belajar berlangsung sebagai akibat perubahan struktur kognitif. Perubahan struktur kognitif itu merupakan hasil dari dua macam kekuatan, satu dari struktur medan kognitif itu sendiri, yang lain dari kebutuhan motivasi internal individu.18

c. Bentuk-bentuk Belajar

Sebagai proses pembentukan dan/atau modifikasi segala bentuk kecakapan, keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap, maka belajar dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Menurut Syah, bentuk-bentuk belajar yang umum dijumpai dalam proses pembelajaran antara lain adalah:

1. Belajar abstrak

Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat disamping penguasaan atas prinsip, konsep, dan generalisasi. Termasuk dalam jenis ini misalnya Belajar Matematika, Kimia, Kosmografi, Astronomi, dan juga sebagian materi Bidang Studi Agama seperti tauhid.

2. Belajar Keterampilan

Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf. Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan-latihan intensif dan teratur amat diperlukan. Termasuk belajar dalam jenis ini misalnya belajar olahraga, musik, menari, melukis, memperbaiki benda-benda

18

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 81


(36)

elektronik, dan juga sebagian materi pelajaran agama, seperti gerakan shalat dan tata cara ibadah haji.

3. Belajar Sosial

Belajar sosial pada dasarnya adalah memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok, dan masalah-masalah lain yang bersifat kemasyarakatan.19 Selain itu, belajar sosial juga bertujuan untuk mengatur dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan memberi peluang kepada orang lain atau kelompok lain untuk memenuhi kebutuhannya secara berimbang dan proporsional. Bidang-bidang studi yang termasuk bahan belajar sosial antara lain pelajaran Agama dan PPKN.

4. Belajar Pemecahan Masalah

Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode ilmiah atau berfikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Untuk itu, kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi serta insight sangat diperlukan.

5. Belajar Rasional

Belajar rasional ialah belajar dengan menggunakan kemampuan berfikir secara logis dan sistematis. Tujuannya ialah untuk memperoleh berbagai kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini sangat erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah. Bidang-bidang studi yang dapat digunakan sebagai sarana belajar rasional sama dengan belajar pemecahan masalah. Bedanya, belajar rasional tidak memberi tekanan khusus

19


(37)

penggunanya pada bidang eksakta. Artinya, bidang-bidang non eksakta pun dapat memberi efek yang sama dengan bidang studi eksakta dalam belajar rasional.

6. Belajar Kebiasaan

Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan-kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri tauladan, dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras secara kontekstual, serta selaras dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku. Belajar kebiasaan akan lebih tepat dilaksanakan dalam konteks pendidikan keluarga. Namun demikian, tentu tidak tertutup kemungkinan penggunaan pelajaran agama sebagai sarana kebiasaan bagi para siswa.

7. Belajar Apresiasi

Belajar apresiasi adalah belajar pertimbangan arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah afektif yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu, misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, dan sebagainya. Bentuk belajar ini biasanya diterapkan dalam bidang studi bahasa, sastra, kerajinan tangan, kesenian, dan menggambar, juga seni baca Al-Qur’an.

8. Belajar Pengetahuan

Belajar pengetahuan ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih


(38)

rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitian lapangan.20

d. Ciri-ciri Belajar

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai belajar nampak adanya beberapa ciri-ciri belajar yaitu,

1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change of behaviour). Ini berarti bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dan lain sebagainya. Tanpa pengamatan dari tingkah laku hasil belajar orang tidak dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar. Karena perubahan hasil belajar hendaknya dinyatakan dalam bentuk yang dapat diamati. 2) Perubahan perilaku relative permanent, ini diartikan bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-berubah, akan tetapi dilain pihak tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup. 3) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial. Artinya hasil belajar tidak selalu sertamerta terlihat segera setelah selesai belajar. Hasil belajar dapat berproses setelah kegiatan belajar selesai.

4) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman. Artinya belajar itu harus dilakukan secara aktif, sengaja,terencana, bukan karena peristiwa yang insendental.

5) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.21

20

Ibid., h. 54

21


(39)

e. Tahapan-tahapan dalam Belajar

Sebagai suatu proses perubahan, aktivitas belajar mengandung tahapan-tahapan yang satu sama lain bertalian secara berurutan dan fungsional. Menurut Bandura, dalam proses belajar siswa menempuh empat tahapan, yaitu:

1. Tahapan perhatian (attentional phase). Pada tahap perhatian, siswa memusatkan perhatian pada objek materi. Pada umumnya siswa lebih memusatkan perhatian mereka pada stimulus yang menonjol atau menarik bagi mereka. Tahap ini penting karema jika siswa tidak dapat memfokuskan perhatian mereka pada materi yang disajikan, maka mereka akan kesulitan untuk melanjutkan ke tahap selanjutanya. Karena itu, guru perlu mencari cara untuk menarik perhatian siswa, misalnya dengan menggunakan intonasi suara yang dinamis dan tidak monoton, mengekspresikan mimik tertentu, atau bila mungkin membawa media pembelajaran yang bisa menarik perhatian siswa.22

2. Tahapan penyimpanan dalam ingatan (retention phase). Pada tahap penyimpanan dalam ingatan, informasi materi yang disajikan ditangkap, diproses, dan kemudian disimpan dalam memori. Mengingat struktur memori manusia memiliki tiga lapisan masing-masing memiliki lama penyimpanan dan kapasitas yang berbeda-beda, maka proses ini membutuhkan strategi khusus dari siswa-siswa. Di samping itu, setiap siswa juga memiliki kemampuan dan strategi penyimpanan informasi yang berbeda-beda, tergantung pada modelitas belajar masing-masing. Guru juga dapat membantu siswa dalam tahapan ini, misalnya ddengan memberikan visualisasi atau pengulangan terhadap informasi yang dianggap penting.23

22

Nyanyu Khodijah, op. cit., h. 56

23


(40)

3. Tahapan reproduksi (reproduction phase). Pada tahap reproduksi, semua informasi dalam bentuk kode-kode simbolis yang tersimpan dalam memori diproduksi atau muncul kembali. Sulit atau mudahnya pemunculan kembali memori ini bukan hanya bergantung pada strategi penyimpanan yang digunakan pada tahap penyimpanan, akan tetapi juga bergantung pada stimulus yang digunakan untuk memunculkan informasi tersebut. Untuk itu, dalam hal ini guru perlu menggunakan “isyarat” yang memungkinkan siswa mampu memunculkan informasi materi yang telah disimpan dalam memorinya.24

4. Tahapan motivasi (motivation phase). Pada tahap motivasi, semua informasi yang telah tersimpan dalam memori diberi penguatan. Untuk itu, guru dianjurkan memberikan pujian, hadiah atau nilai tertentu pda siswa yang berprestasi, sebaliknya bagi siswa yang kurang berprestasi perlu diberi kesadaran tentang pentingnya penguasaan materi, dan jika memang diperlukan guru dapat memberikan hukuman yang bersifat edukatif dengan memberikan tugas tambahan yang mendorong mereka untuk mempelajari kembali.25

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku belajar mengajar

Secara fundamental Dollar dan Miller menegaskan bahwa kefektivan perilaku belajar itu dipengaruhi oleh empat hal, yaitu: Adanya motivasi, siswa harus menghendaki sesuatu; Adanya perhatian dan mengetahui sasaran, siswa harus memperhatikan sesuatu; adanya usaha, siswa harus melakukan sesuatu; adanya evaluasi dan pemantapan hasil siswa harus memperoleh sesuatu.26

24

Ibid., h. 58

25

Ibid., h. 59

26

Abin Syamsuddin Makmun. Psikologi kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009. Hal 164


(41)

g. Tujuan Belajar

Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan mengajar. Mengajar diartikan sebagai suatu usaha penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan belajar ini sensiri terdiri atau dipengaruhi oleh berbagai komponen yang masing-masing akan saling mempengaruhi. Komponen-komponen itu misalnya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang ingin diajarkan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana prasarana belajar mengajar yang tersedia.27

Secara umum, maka tujuan belajar itu ada tiga jenis: 1) Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengajar lebih menonjol.

2) Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Jadi soal keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmaniah adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Termasuk dalam hal ini masalah-masalah “teknik” dan “pengulangan”. Sedangkan

27

Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2007), h. 25


(42)

keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, dan keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep. Jadi semata-mata bukan soal “pengulangan”, tetapi mencari jawab yang cepat dan tepat. Keterampilan memang dapat dididik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan.

3) Pembentukan sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku, dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk ini dibutuhkan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model. Pembentukkan sikap mental da perilaku anak didik, tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai,

transfer of values. Oleh karena itu, guru tidak sekedar “pengajar”,

tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, anak didik/siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk mempraktikkan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya.

Jadi pada intinya, tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental/ nilai-nilai. Pencapain tujuan belajar berarti akan menghasilkan, hasil belajar.28

4. Hasil Tes Prestasi Belajar Sosiologi

Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok. Menurut Gagne, belajar adalah suatu proses yang kompleks dan hasil belajar berupa

28


(43)

kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar.29

Prestasi belajar dapat dicapai melalui proses belajar. Namun belajar tidak hanya mendengarkan dan memperhatikan guru yang sedang memberikan pengajaran di dalam kelas, dan juga bukan hanya siswa yang membaca buku pelajaran saja. Akan tetapi lebih luas dari kedua aktifitas di atas. Pengertian prestasi belajar menurut beberapa ahli:

1) Abu Ahmadi menjelaskan pengertian prestasi belajar sebagai berikut: Secara teori bila sesuatu kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka ada kecenderungan besar untuk mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan) dan dapat secara ekstrinsik (kegairahan untuk menyelidiki, mengartikan situasi).

2) Winkel dalam Sunarto yang menyatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.

3) Sukmadinata, prestasi atau hasil belajar (achievement) merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Di sekolah, hasil belajar atau prestasi belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang telah ditempuhnya. Alat untuk mengukur prestasi/hasil belajar disebut tes prestasi belajar atau achievement test yang disusun oleh guru atau dosen yang mengajar mata kuliah yang bersangkutan.

Istilah Sosiologi berasal dari kata socius dan logos. Kata tersebut berasal dari dua bahasa yang berbeda. Kata socius yang berarti kawan berasal dari Bahasa Latin. Adapun logos yang berarti ilmu berasal dari

29


(44)

Bahasa Yunani. Jadi, Sosiologi bisa didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat. Menurut pendapat beberapa orang, Sosiologi hanya memusatkan perhatiannya pada kelompok-kelompok sosial dan perilaku masyarakat. Sementara, sebagian orang berpendapat bahwa Sosiologi juga memperhatikan perilaku-perilaku individu yang dipengaruhi oleh kelompok sosial atau masyarakat. Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan karena memenuhi beberapa unsur pengetahuan. Di antaranya, memenuhi unsur pengetahuan (knowledge), unsur sistematis, yaitu urutan-urutan yang bisa menggambarkan apa yang ada dalam pengetahuan.

Tes prestasi hasil belajar (kognitif) adalah tes tertulis yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.30 Tujuan dari tes prestasi belajar yaitu untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap konsep tertentu setelah dilakukan pembelajaran. Jadi, hasil tes prestasi hasil belajar sosiologi adalah keseluruhan hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti pelajaran atau mengerjakan soal pelajaran sosiologi dalam waktu tertentu dan kemudian akan diukur dan dinilai dalam angka atau pernyataan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan yang peneliti lakukan, juga telah dilakukan oleh :

Penelitian Siti Amaliah Hidayah, dengan judul Pengaruh Penerapan Pembelajaran Sistem Moving Class Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran sistem moving class terhadap motivasi belajar siswa kelas X pada mata pelajaran ekonomi di SMA Santu Petrus Pontianak tahun 2012. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran sistem moving class berpengaruh terhadap motivasi belajar

30

Riduwan. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. (Bandung: ALFABETA, 2004). h. 77


(45)

siswa kelas X pada mata pelajaran ekonomi di SMA Santu Petrus Pontianak.31

Penelitian Asriyadin, dengan judul Efektivitas Moving Class dalam Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Fisika SMA Piri 1 Yogyakarta. Bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar fisika dengan menerapkan sistem moving class pada proses pembelajaran fisika pada materi pokok suhu dan kalor. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung sebesar 5,11 lebih besar dari Ftabel senilai 4,06 dengan taraf signifikan 5%. Pembelajaran dengan menerapkan sistem moving class juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini terlihat dari angket motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkan sistem moving class sebesar 68,48 % dan 8,09%. Jadi kenaikan rata-rata motivasi belajar siswa sebesar 15,61%.32

Penelitian Ria Aprillia Nugraheni. 2011. Pengaruh Sistem Moving Class dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Diklat Menerapkan Prinsip Kerjasama Dengan Kolega Dan Pelanggan (Studi Kasus Pada Siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 9 Semarang). Tujuan penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui adakah pengaruh sistem moving class terhadap prestasi belajar, (2) untuk mengetahui adakah pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar, (3) untuk mengetahui adakah pengaruh sistem moving class dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar. Simpulan penelitian ini adalah moving class dan motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar baik secara simultan maupun parsial.33

31

Siti Amaliah Hidayah. “Pengaruh Penerapan Pembelajaran Sistem Moving Class

Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X” Skripsi Universitas TanjungPura Pontianak

32

Asriyadin. “Efektivitas Moving Class dalam Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Fisika SMA 1 Piri Yogyakarta” Skripsi UIN Kalijaga

33

Ria Aprilia Nugraheni.”Pengaruh Sistem Moving Class dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Diklat Menerapkam Prinsip Kerjasama Dengan Kolega dan Pelanggan (Studi Kasus Pada Siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 9


(46)

C. Kerangka Berpikir

Menurut Hadi, moving class merupakan sistem belajar mengajar yang bercirikan siswa yang mendatangi guru dikelas. Konsep moving clas mengacu pada pembelajaran kelas yang berpusat pada anak untuk memberikan lingkungan yang dinamis sesuai dengan bidang yang dipelajarinya. Dengan moving class, siswa akan belajar bervariasi dari satu kelas ke kelas lain sesuai dengan bidang studi yang dipelajarinya.34

Moving class merupakan suatu model pembelajaran yang diciptakan untuk belajar aktif dan kreatif. Dengan sistem belajar mengajar bercirikan peserta didik mendatangi guru di kelas, bukan sebaliknya. Dalam sistem ini guru mempunyai kelas pribadi, untuk mengikuti setiap pelajaran peserta didik harus berpindah dari satu kelas ke kelas lain yang sudah ditentukan. Sehingga terdapat penamaan kelas berdasarkan bidang studi. Misalnya, kelas Biologi, kelas Fisika, kelas Matematika dan kelas Bahasa. Lewat sistem ini, para peserta didik dapat menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar di setiap kelas yang ada. Kegiatan pembelajaran sistem moving class peserta didik berpindah sesuai pelajaran yang diikutinya.35

Prestasi belajar dapat dicapai melalui proses belajar. Namun belajar tidak hanya mendengarkan dan memperhatikan guru yang sedang memberikan pengajaran di dalam kelas, dan juga bukan hanya siswa yang membaca buku pelajaran saja. Sosiologi bisa didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat. Jadi, hasil tes prestasi hasil belajar sosiologi adalah keseluruhan hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti pelajaran atau mengerjakan soal pelajaran sosiologi dalam waktu tertentu dan kemudian akan diukur dan dinilai dalam angka atau pernyataan.

34

Anim Hadi, Mengapa harus menggunakan moving class, diakses dari

https://animhadi.wordpress.com/2008/11/16/mengapa-harus-menggunakan-sistem-moving-class/ pada tanggal 18 Maret 2014 pukul. 20:30

35

Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung : Alfabeta, 2009), h. 183


(47)

D. Hipotesis

Hipotesis menurut Arikunto didefinisikan sebagai alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitiannya.36 Maka penulis mengajukan hipotesis penelitian bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang

moving class dan hasil tes prestasi hasil belajar sosiologi pada siswa kelas xi ips di MAN 4 Jakarta. Dengan kata lain menerima hipotesis alternatif (Ha).

36

Nurul Zuriah. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 162

Persepsi siswa tentang moving class

Hasil tes prestasi belajar sosiologi pada


(48)

34

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di MAN 4 Pondok Pinang Jakarta khususnya pada siswa-siswi kelas XI IPS. Pemilihan tempat tersebut di dasarkan pada kebutuhan penelitian.

2. Waktu penelitian

Tabel 3.1 Rancangan Kegiatan

B. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.37

37

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet. 8, h. 8

No Bulan dan Tahun Kegiatan

1 Desember 2013 Pengajuan judul 2 Januari - Februari 2014 Proposal

3 Maret - Mei 2014 Bimbingan skripsi dan Penelitian

4 Juni - juli 2014 Mengolah data 5 November 2014 Uji referensi 6 Januari 2015 Sidang Munaqasah


(49)

Dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode penelitian korelasional memberikan informasi secara kuantitatif tentang seberapa besar derajat hubungan antara dua variabel atau lebih pasangan variabel.38 Teknik ini digunakan untuk mengukur kuat lemahnya hubungan persepsi siswa tentang moving class dan hasil tes prestasi belajar sosiologi kelas xi.

Adapun alasan penulis menggunakan penelitian korelasional karena sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat hubungan antara dua variabel, yaitu antara persepsi tentang moving class dan hasil tes prestasi belajar sosiologi kelas XI.

C. Desian Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel. Variabel dapat diartikan sebagai pengelompokkan yang logis dari dua atribut atau lebih.39 Ditinjau dari fungsinya dalam penelitian yaitu terdapat variabel bebas (independent variable) dan variabel tak bebas atau terikat (dependent variable) yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel bebas atau variabel X (independent variable) adalah persepsi tentang kelas bergerak (moving class).

b. Variabel terikat atau variabel Y (dependent variable) adalah hasil tes prestasi belajar sosiologi pada siswa kelas XI ips.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Sugiyono mengatakan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan

38

Suprapto, Metodologi Penelitian Ilmu Pendidikan dan Ilmu-ilmu Pengetahuan Sosial, (Yogyakarta: CAPS, 2013), h. 18

39

Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 144


(50)

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.40

Adapun menurut Arifin populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, maupun hal-hal yang terjadi.41 Yang menjadi populasi dalam penelitian adalah siswa kelas XI IPS MAN 4 Jakarta yang berjumlah 50 siswa.

2. Sampel

Menurut Arikunto sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.42 Hal yang sama diungkapkan oleh Sugiyono bahwa, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. 43Teknik pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan

sampel random atau sampel acak karena di dalam teknik pengambilan sampelnya, peneliti “mencapur” subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama.44 Dari teknik ini kemudian yang memenuhi kriteria untuk menjadi sampel atau responden pada penelitian ini, di antaranya :

1) Siswa/siswi baik laki-laki atau perempuan yang masih belajar di MAN 4 Jakarta

2) Siswa/siswi kelas XI IPS.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang akurat, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian yaitu:

a) Kuesioner adalah seperangkat pertanyaan yang disusun secara logis, sistematis tentang konsep yang menerangkan

40

Sugiyono, Op. cit, h. 80

41

Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 215

42

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 174

43

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), Cet. VII. H. 81

44


(51)

variabel yang diteliti.45 Penulis membuat suatu daftar yang berisikan pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan pengaruh

moving class terhadap hasil belajar. Untuk memperoleh data tersebut maka penulis menyebar angket ini yang berisi 10 pernyataan yang berkaitan dengan moving class.

b) Tes hasil belajar merupakan tes penguasaan, karena tes ini mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru dan dipelajari oleh siswa. Tes diujikan setelah siswa memperoleh sejumlah materi sebelumnya dan pengujian dilakukan untuk mengetahui penguasaan siswa atas materi tersebut. Tes hasil belajar dilakukan untuk mengkur hasil belajar yakni sejauh mana perubahan perilaku yang diinginkan dalam tujuan pembelajaran yang telah dicapai oleh para siswa. Dalam mengukur hasil belajar siswa di dorong untuk menunjukkan penampilan maksimalnya. Dari penampilan yang ditunjukkan dalam jawaban atas THB dapat diketahui penguasaaan siswa terhadap materi yang diajarkan dan dipelajari.46

c) Skala likert. Penelitian ini menggunakan Skala likert dalam melakukan pengukuran suatu variabel. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena atau gejala social yang terjadi, hal ini secara spesifik telah ditetapkan oleh peneliti, yang selanjutnya disebut variabel penelitian.47 Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item - item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

45

Ibid., h. 77

46

http://kumpulan-makalah-7.blogspot.com/2014/04/bentuk-bentuk-instrumen-penilaian.html. diakses pada tanggal 20 Januari 2015 pukul 19.00

47


(52)

Tabel 3.2

Tingkatan dan Skor Skala Likert

No Rentang Positif Negatif

1 Sangat Setuju 5 1

2 Setuju 4 2

3 Ragu-ragu 3 3

4 Tidak Setuju 2 4

5 Sangat Tidak Setuju 1 5

F. Definisi Konseptual dan Operasional

1. Variabel Persepsi siswa tentang moving class (Variabel X)

a. Definisi Konseptual

Persepsi merupakan suatu proses psikologis yaitu bagaimana individu menerima stimulus yang terdapat di inderanya, dan kemudian bagaimana seseorang membedakan, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan suatu obyek sehingga individu dapat menyadari tentang apa yang didapat oleh inderanya. Moving class

merupakan suatu model pembelajaran yang diciptakan untuk belajar aktif dan kreatif. Dengan sistem belajar mengajar bercirikan peserta didik mendatangi guru di kelas, bukan sebaliknya. Dalam sistem ini guru mempunyai kelas pribadi, untuk mengikuti setiap pelajaran peserta didik harus berpindah dari satu kelas ke kelas lain yang sudah ditentukan.

b. Definisi Operasional

Persepsi dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah pesan oleh benda yang semata-mata menggunakan pengamatan pengindraan. Penerapan moving class adalah keefektifan kelas bergerak terhadap hasil belajar peserta didik dalam memahami setiap pelajaran yang diberikan oleh guru. Unsur-unsur dalam penerapan moving class yaitu peserta didik tidak merasa jenuh dalam


(53)

kelas, disiplin dalam penggunaan waktu, mampu berperan aktif dan selalu siap menerima setiap pelajaran.

c. Kisi-kisi Persepsi Siswa tentang Moving Class Tabel 3.3

Kisi-kisi Persepsi Siswa tentang Moving Class

No Variabel Indikator Item

1 moving class - Disiplin, datang tepat waktu dalam kelas - Berkurangnya kejenuhan dalam kelas - Karakteristik ruang kelas

- Efekktifitas kegiatan belajar mengajar - Pengelolaan ruang kelas

1, 4, 8 2, 3

5 6, 7, 9

10

2. Variabel Hasil Tes Prestasi Belajar Sosioogi (Variabel Y)

a. Definisi Konseptual

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok. Sosiologi bisa didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat.

b. Definisi Operasional

Tes prestasi hasil belajar (kognitif) adalah tes tertulis yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Ilmu sosiologi memperhatikan perilaku-perilaku individu yang dipengaruhi oleh kelompok sosial atau masyarakat.


(54)

c. Kisi-kisi Hasil Tes Prestasi Belajar Sosiologi

Tabel 3.4

Kisi-kisi Hasil Tes Prestasi Belajar Sosiologi

No Variabel Indikator Item

1 Hasil tes prestasi belajar sosiologi

- Langkah awal dalam metodologi penelitian

- Sistematis penulisan laporan

- Bagian-bagian dalam BAB pendahuluan - Bentuk penelitian kuantitatif dan

kualitatif

- Jenis metode penelitian

- Pengertian dalam metode penelitian

1, 4, 5, 11 2 3 6,8 7, 9, 12,14, 15 10, 13

G. Uji Coba Instrumen 1. Uji Validitas

Menurut Syaodih, validitas instrumen menunjukkan hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur.48 Jadi dengan kata lain pengujian validitas dilakukan untuk membuktikan sejauh mana datayang terdapat dalam angket dapat mengukur tingkat kevaliditasan suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan kuesioner mampu mengungkapkan sesutua yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Perhitungan validitas dilakukan dengan menggunakan rumus product moment sebagai berikut49 :

48

Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. II, h. 228

49

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. X, h. 72


(55)

Keterangan :

r xy : Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment

N : Number of Cases (Jumlah data)

XY : Jumlah hasil perkiraan antara skor X dan skor Y X : Jumlah seluruh skor X

Y : Jumlah seluruh skor Y

2. Uji Reliabilitas

Menurut Syaodih, realibilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran.50 Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui keterpercayaan hasil tes. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen dengan tes pernyataaan, rumus yang digunakan adalah rumus

Alpha (alpha cronbach) sebagai berikut51:

α = 

  

 

S x

j S k

k

2 2

1

1

Keterangan :

α = Koefisien reliabilitas alpha k = Jumlah item

Sj = Varians responden untuk item I Sx = Jumlah varians skor total

Hasil penelitian dengan menggunakan rumus tersebut digolongkan dalam pedoman interprestasi koefisien korelasi menurut Sugiyono

sebagai berikut:

50

Nana Syaodih Sukamdinata, op. cit., h. 229 51


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

BIODATA PENULIS

Nama lengkap penulis adalah Annezsa Fauziah biasa dipanggil “Nesa”, lahir di Jakarta pada 22 Januari 1992, putri dari pasangan Alm Bpk. Sam Suryadi dan Ibu Hamidah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Alamat email penulis Nannezsa@yahoo.com.

Penulis mengenyam pendidikan diantaranya di SDN 12 Pagi Lubang Buaya tahun 1998-2004, SMPN 157 Lubang Buaya tahun 2004-2007, MAN 6 Jakarta tahun 2007-2010, dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2010-2014) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan IPS, Program Studi Sosiologi-Antropologi.

Skripsi yang penulis buat berjudul “Hubungan Persepi Siswa Tentang Moving Class dan Hasil Tes Prestasi Belajar Sosiologi pada Siswa Kelas XI IPS di MAN 4 Jakarta”. Skripsi ini dibuat melalui berbagai arahan dan bimbingan dari Bapak Mochammad Noviadi Nugroho, M.Pd.


Dokumen yang terkait

Hubungan persepsi siswa tentang pengelompokan kelas IPA-IPS dan minat belajar Siswa di MAN 4 Jakarta

0 6 166

Pengaruh persepsi siswa tentang keterampilan guru dalam mengelola kelas terhadap hasil belajar IPS kelas VIII di MTs Nuurul Bayan Kecamatan Kalapanunggal Kabupaten Sukabumi

1 15 0

Hubungan komunikasi guru-siswa dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MAN 15 Jakarta

2 46 130

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI KELAS XI IPS Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Dan Minat Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Kelas XI IPS

0 3 13

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MOVING CLASS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN PRESTASI BELAJAR EKONOMI Pengaruh Model Pembelajaran Moving Class Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dan Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas X, XI IPS SMA Muhammadiyah 2 Surakar

0 2 19

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MOVING CLASS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN PRESTASI BELAJAR Pengaruh Model Pembelajaran Moving Class Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dan Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas X, XI IPS SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun

0 1 14

STUDI TENTANG PRESTASI BELAJAR EKONOMI DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA TENTANG KOMUNIKASI SISWA DAN KREATIFITAS GURU DI XI IPS Studi Tentang Prestasi Belajar Ekonomi Ditinjau Dari Persepsi Siswa Tentang Komunikasi Siswa Dan Kreatifitas Guru Di XI IPS Sekola

0 1 12

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESIONALISME GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS PADA Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Profesionalisme Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS Pada Mata Pelajaran Akuntansi Sekolah Menengah Atas N

0 0 16

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESIONALISME GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS PADA Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Profesionalisme Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS Pada Mata Pelajaran Akuntansi Sekolah Menengah Atas N

0 2 12

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 20152016

0 0 11