13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelaksanan Pengawasan Pendidikan
Setiap organisasi melakukan kegiatan pengawas- an, dengan maksud agar perilaku karyawan mengarah
ke tujuan organisasi, bukan semata-mata ke tujuan individual masing-masing, serta agar tidak terjadi
penyimpangan antara rencana dengan pelaksanaan. Menurut Pidarta 2004: 158, sasaran pengawasan ada
dua yaitu: perilaku individu sebagai orang-orang yang memproses input menjadi output organisasi, serta
ouput organisasi itu sendiri. Perilaku individu diarah- kan agar berperilaku organisasi, sedangkan output
organisasi diusahakan agar tidak menyimpang dari rencana semula. Dengan demikian penyelasan menu-
rut Robbins seperti dikutip oleh Pidarta 2004: 158
adalah:
Proses memonitor aktivitas-aktivitas untuk me- ngetahui apakah individu-individu dan organisasi itu
sendiri memperoleh dan memanfaatkan sumber- sumber pendidikan secara efektif dan efesien dalam
rangka mencapai
tujuannya, serta
memberikan koreksi apabila tidak tecapai.
Menurut Akdon 2007: 120, pengawasan di- selenggarakan secara sistematis dan objektif untuk
menentukan apakah: a informasi-informasi jalannya
14 kegiatan atau program dan keuangan telah dilakukan
secara akurat dan dapat dipercaya; b resiko terhadap organisasi sudah dapat diidentifikasi dan dilakukan
tindakan-tindakan untuk meminimalisir; c peraturan yang berlaku maupun ketentuan organisasi masih
layak; d prosedur organisasional standar yang ada telah dijalankan; e sumberdaya organisasi digunakan
secara efesien dan bertanggung jawab; dan f tujuan dan sasaran rencana kerja telah dicapai.
Pengawasan sebaiknya dilakukan oleh unit organisasi yang berdiri bebas dengan orang-orang
yang kompeten, yang sanggup memberikan saran dan jalan keluar terhadap suatu masalah, baik yang ber-
sifat koreksi maupun pencegahan. Indikator dari pengawasan dikatakan berhasil apabila mempunyai
dampak: kreativitas dan kompetensi meningkat, pela- yanan menjadi lebih baik, outcome organisasi ber-
kualitas, kepuasan terhadap pelanggan, terjadi pe- ningkatan terus menerus, fleksibel menghadapi peru-
bahan, ada standar dalam setiap kegiatan, akunta- bilitas dan tidak terjadi pemborosan. Monitoring harus
dilakukan dengan hati-hati, untuk memastikan agar tujuan yang telah ditetapkan bisa dicapai tanpa mem-
buat guru merasa apatis karena selalu dipantau. Berdasarkan definisi yang dijelaskan oleh
Akdon 2007: 120, bahwa pengawas sekolah adalah guru pegawai negeri sipil yang diangkat dalam jabatan
pengawas sekolah PP 74 Tahun 2008. Pengawasan
15 adalah kegiatan pengawas sekolah dalam menyusun
program, melaksanakan program, evalusai hasil pelak- sanaan program, dan melaksanakan pembimbingan
dan pelatihan profesional guru. Pengawas sekolah memiliki peran yang signifikan dan strategis dalam
proses dan hasil pendidikan yang bermutu di sekolah. Dalam konteks ini peran pengawas sekolah meliputi
empat komponen yaitu; pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut pengawas yang
harus dilakukan secara teratur dan berkesinambung- an PP 19 Tahun 2005, pasal 55. Peran tersebut
berkaitan dengan tugas pokok pengawas dalam melakukan supervisi manajerial dan akademik serta
pembinaan peran, pemantauan dan penilaian. Peran pengawas sekolah dalam pembinaan setidaknya
sebagai teladan bagi sekolah dan sebagai rekan kerja yang serasi dengan pihak sekolah dalam memajukan
sekolah binaannya. Peranan pengawas tersebut dilaksanakan dengan
pendekatan supervisi yang bersifat ilmiah, klinis, manusiawi, kolaboratif, artistik, interfretatif, dan ber-
basis kondisi sosial budaya. Pendekatan ini bertujuan meningkatkan mutu pembelajaran. Pengawas profesi-
onal adalah pengawas sekolah yang melaksanakan tugas pokok pengawasan yang terdiri dari melaksa-
nakan kegiatan pengawasan akademik dan manajerial serta kegiatan bimbingan dan pelatihan profesional
dengan optimal yang didukung olah standar dimensi
16 kompetensi prasyarat yang dibutuhkan yang berkaitan
dengan: 1 pengawas sekolah; 2 pengembangan pro- fesi; 3 teknis operasional, dan wawasan kependi-
dikan. Selain itu untuk meningkatkan profesionalisme pengawas sekolah melakukan pengembangan profesi
secara berkelanjutan dengan tujuan untuk menjawab tantangan dunia pendidikan yang semakin kompleks
dan untuk lebih mengarahkan sekolah ke arah pencapaian tujuan pendidikan nasional yang efektif,
efisien dan produktif Hammer dan Kogan, 1973: 107. Menurut Sahertian 2000, seorang pengawas
profesional dalam melakukan tugas pengawas harus memiliki:
1 kecermatan melihat kondisi sekolah, 2 keta- jaman analisis dan sintesis, 3 ketepatan dan
kreativitas dalam memberikan treatment yang di- perlukan, serta 4 kemampuan berkomunikasi yang
baik dengan setiap individu di sekolah.
2.2 Peran Pengawas Pendidikan