AKU-LIRIK YANG RELIGIUS PADA KUMPULAN SAJAK AKU INI BINATANG JALANG KARYA CHAIRIL ANWAR DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMA/MA

Tri Adhitya

ABSTRAK

AKU-LIRIK YANG RELIGIUS PADA KUMPULAN SAJAK
AKU INI BINATANG JALANG KARYA CHAIRIL ANWAR DAN
KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMA/MA
Oleh

TRI ADHITYA

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah Aku-lirik pada kumpulan sajak
Aku Ini Binatang Jalang Karya Chairil Anwar dan Kelayakannya sebagai bahan
ajar sastra di SMA/MA. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan
Aku-lirik yang religius pada kumpulan sajak Aku Ini Binatang Jalang karya
Chairil Anwar dan kelayakannya sebagai bahan ajar sastra di SMA/MA.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah kumpulan sajak Aku Ini
Binatang Jalang Karya Chairil Anwar yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.


Berdasarkan hasil penelitian delapan puisi dalam kumpulan sajak Aku Ini
Binatang Jalang dapat ditemukan penggunaan akulirik dalam puisi menampilkan
wajah subjek lirik yang religius dengan manifestasi yang berbeda di antaranya

Tri Adhitya

adalah aku-lirik yang religius menampilkan penghambaan manusia kepada
Tuhannya, aku-lirik yang siap untuk menghadapi kematian, dan aku-lirik yang
merasa berdosa karena telah berpaling dari Tuhannya.

Berdasarkan hasil penelitian ini, delapan puisi yang diteliti dalam kumpulan sajak
Aku Ini Binatang Jalang karya Chairil Anwar layak diadikan sebagai bahan ajar
sastra khususnya pada keterampilan membaca dan menulis dan menunjang
pembelajaran sastra di SMA/MA.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 02 November 1991, anak ketiga dari
delapan bersaudara, puteri dari pasangan Bapak Deddy Daryan DB dan Ibu Widya

Suri.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah yayasan Ibnu Rusyd Kotabumi
yang diselesaikan tahun 2003. Sekolah Menengah Pertama Madrasah Tsanawiyah
Negeri 1 Kotabumi, diselesaikan tahun 2006. Sekolah Menengah Atas Negeri 3
Kotabumi, diselesaikan tahun 2009.

Pada 2009 penulis diterimamenjadi mahasiswa pada Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran
Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB).

Pengalaman

mengajar

didapatkan

penulis


ketika

melaksanakan

Praktik

Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Negeri 01 Gedong Wani, Lampung Timur
pada Tahun Pelajaran 2012/2013.

MOTO

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan.”
(Q.S. Ar-Rahman:13)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan untuk
Ayahanda dan Ibunda tercinta
Terima kasih untuk segala cintamu, kasihmu sayangmu seluruh hidupmu, kalian
adalah orang tua terbaik.

Kakak dan Adikku tercinta
Ya Allah, jadikanlah kami anak-anak yang pandai bersyukur kepada-Mu dan
pandai berterima kasih pada orang tua kami.

Sahabat, teman seangkatan dan seperjuangan
Tiada kisah paling indah selain bersama kalian

Seluruh Keluarga Besarku
Terima kasih atas dukungan kalian
dan Almamaterku tercinta Universitas Lampung.

SANWACANA

Segala puji hanya milik Allah Subhana Wata’ala, Tuhan semesta alam, yang
memiliki kerajaan langit dan bumi, Yang Kekal disaat yang lain binasa, Maha
Mengetahui segala apa-apa yang dilahirkan maupun yang disembunyikan
makhlik-Nya. Berkat limpahan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Aku-lirik pada kumpulan sajak Aku Ini Binatang Jalang
karya Chairil Anwar dan Kelayakannya sebagai bahan ajar sastra di SMA.


Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan memberi dukungan dalam penulisan skripsi ini, antara
lain:
1.

Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum., selaku pembimbing I skripsi, dan selaku
ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
memberikan saran, bimbingan dan nasihat kepada penulis.

2.

Dr. Munaris, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah banyak membantu,
membimbing dengan cermat, penuh kesabaran, mengarahkan, dan memberi
nasihat kepada penulis.

3.

Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., sebagai dosen pembahas, dan selaku Ketua
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu


Pendidikan, Universitas Lampung yang telah begitu baik kepada penulis
selama ini, memberikan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
4.

Drs. Imam Rejana M.Si., selaku pembimbing akademik.

5.

Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung,
beserta stafnya.

6.

Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
dan Daerah yang telah memberi penulis dengan berbagai ilmu yang bermanfaat.

7.

Orang tuaku tercinta Papah dan Mam yang selalu memberikan kasih sayang,
motivasi, dukungan dalam bentuk moral maupun material dan untaian doa

yang tiada terputus untuk keberhasilanku.

8.

Kakakku terkasih dan adik-adikku tersayang yang selalu memberikan
semangat.

9.

Sahabat-sahabatku seperjuangan yang selalu mendampingiku, Ika Agustina
Pratiwi, Maryani, Yanti Jelita, dan Emi Risma. Semoga Tuhan membalas
budi baik sahabat dan berkah pada kita semua, amin.

10. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan Candra, Wini, Windi, Vicha,
Anis, Yeni, Valen, Maryani, Andari, Emi, Ika, Heni, Merta, Desi, Mira, Ria
L, Vivi Valida, Ratu, Sariyah, Kiki, Ana, Mira, Roron, Yanti, Anita, Yunida,
Yulia, Irul, Agung, Heri, Bayu, Edi, Julianto, Teguh dan Purnawan yang telah
melewati dan bersama-sama dalam susah dan senang atau suka dan duka
penulis tidak akan pernah melupakan kalian semua.
11. Teman-teman sekelompok KKN dan PPL Ricky, Rindi, Husni, Ade, Wiwit,

Riska di SD Negeri 1 Gedong Wani, Desa Gedong Wani, Kecamatan Marga
TIga, Kabupaten Lampung Timur.

12. Keluargaku di Gedung wani, Bapak Marin dan Ibu, Mas Puput, Mba Nur,
Mas Pul, Mas din, Kevin, Ica, Selvi dan keluarga besar Gedong Wani
terimakasih atas doanya.
13. Teman-teman kosan Dhila, Mb Reni, Dewi, Intan, Afrin, dan Yumna, harihari di kosan tidak lengkap tanpa kalian.
14. Teman-teman di Kotabumi Ajo Riko, Ayuk Dita, Arman, Arif, Fadli, dan Eja.
15. Buat saudara-saudaraku yang telah membantu dalam banyak hal. Terimakasih
atas dukungan kalian.

Bandarlampung, Juni 2014
Penulis,

Tri Adhitya

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................. ii
RIWAYAT HIDUP.............................................................................. iii
MOTO ................................................................................................ iv
PERSEMBAHAN.................................................................................. v
SANWACANA..................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................

ix

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................
1.5 Ruang Lingkup Penelitian...............................................................
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sastra….......................................................................
2.2 Pengertian Puisi….....………………...........................................
2.3 Pengertian Puisi Lirik dan Aku-Lirik............................................
2.4 Pengertian Religiuitas……………………………………………

2.5 Pengertian dan Unsur Semantik…………..……………………..
2.5.1 Tema……………………………………………...….……
2.5.2 Perasaan………………………………………….………..
2.5.3 Nada dan Suasana………………………….……………..
2.5.4 Amanat………………………………….…………………
2.6 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA......................................

1
8
8
9
9

10
11
13
14
16
17
19

20
21
25

III.METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian…...................................................................... 27
3.2 Sumber Data……………………………………..…………….... 27
3.4 Teknik dan Analisis Data.............................................................. 28

ii

IV. PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan…………………………………………………….
4.2 Analisis Akulirik yang Religius dalam Kumpulan Puisi
Aku Ini Binatang Jalang………………………….…………….
4.2.1 Puisi “Doa”.....................…………………….…………...
4.2.2 Puisi “Derai-Derai Cemara”……………………………...
4.2.3 Puisi “Di Mesjid” ...…………………………………........
4.2.4 Puisi “Isa”………………………………….......................
4.2.5 Puisi “Nisan”.......................................................................
4.2.6 Puisi “Nuctorno”.................................................................
4.2.7 Puisi “Puisi Yang Terampas dan Yang Putus.....................
4.2.8 Puisi “Kepada Peminta-minta”...........................................
4.3 Analisis Kelayakan Kumpulan Puisi Aku Ini Binatang Jalang
Karya Chairil Anwar sebagai Bahan Ajar………………………
4.3.1 Kelayakan Puisi “Doa” sebagai Bahan Ajar Sastra……….
4.3.2 Kelayakan Puisi “Derai-Derai Cemara”
sebagai Bahan Ajar……………………………………….
4.3.3 Kelayakan Puisi “Di Mesjid” sebagai Bahan Ajar Sastra....
4.3.4 Kelayakan Puisi “Isa” sebagai Bahan Ajar Sastra................
4.3.5 Kelayakan Puisi “Nisan” sebagai Bahan Ajar Sastra...........
4.3.6 Kelayakan Puisi “Nuctorno” sebagai Bahan Ajar Sastra.....
4.3.7 Kelayakan Puisi “Puisi Yang Terampas dan Yang Putus”
sebagai Bahan Ajar Sastra..................................................
4.3.8 Kelayakan Puisi “Kepada Peminta-minta”
sebagai Bahan Ajar Sastra..................................................

30
31
32
37
41
48
53
57
61
63
68
70
71
72
73
74
75
76
77

V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan……………………………………………………………... 79
5.2 Saran…………………………………………………………………. 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii

1

BAB I
PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang
penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup
penelitian.

1.1 Latar Belakang
Puisi merupakan salah satu genre sastra yang makin lama makin berkembang dari
waktu ke waktu, baik dari segi bentuk maupun jumlah peminatnya. Sebagai sebuah
karya sastra, puisi tentunya memiliki hakikat dan fungsi yang disebut dulce et utile.
Dulce artinya menyenangkan, sedangkan utile artinya bermanfaat. Jika menyoroti
hakikat dulce, penyair berusaha sebisa mungkin menggunakan berbagai cara untuk
membuat puisinya memiliki kesan yang menyenangkan.

Puisi merupakan bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan
mempertimbangkan efek keindahan. Puisi bersifat emosional merupakan jelmaan dari
perasaan dan cita rasa penyair tersebut. Ekspresi penyair ini baru bernilai sastra jika
penyair mampu mengungkapkannya dalam bentuk bahasa yang cermat dan tepat. Ini
berarti puisi hendaknya mengemukakan kritik tentang kehidupan. Jadi, puisi adalah
bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara

2

imajinatif dan disusun dengan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian
struktur fisik dan struktur batinnya.

Puisi yang berbahasa monolog, artinya hanya ada satu pembicara atau pencerita yang
membawakan seluruh teks, pembicara ini memiliki tempat utama. Pembicara atau
pencerita ini dinamakan si aku, si aku lirik atau subjek lirik. Sajak atau puisi yang
bersifat monolog ini memiliki ciri tematik. Ciri tematik atau struktur batin tersebut
terdiri dari tema, perasaan penyair, nada atau sikap penyair terhadap pembaca dan
amanat. Situasi bahasa yang bersifat monolog dikembangkan menJadi ungkapan si
aku-lirik yang ditujukan kepada seorang pendengar, seorang kekasih, gejala alam
yang dipersonifikasikan penyair sendiri atau pembaca (Luxemburg, 1986:176). Setiap
puisi selalu berhubungan dengan penyairnya karena puisi diciptakan dengan
mengungkapkan diri penyair sendiri.

Dalam kumpulan puisi Aku Ini Binatang Jalang karya Chairil Anwar yang bersifat
monolog atau menggunakan ungkapan aku-lirik memiliki ciri tematis yaitu
1. aku-lirik sebagai pengungkap ekspresi dari eksistensi diri sang penyair atau
sebagai tanda adanya individualisme yang menonjol.
2. aku-lirik melukiskan kehidupan batin manusia melalui peneropongan batin penyair
sendiri.
3. aku-lirik dapat menyampaikan pesan moral yang berwujud nilai religius.

3

Religiusitas sebagai suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang
mendorongnya bertingkah laku, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran-ajaran
agama yang dianutnya. Nilai sangat mempengaruhi perilaku dan tindakan manusia
baik yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok. Nilai religiusitas dalam
karya sastra khususnya puisi sangat diperlukan karena sebagai pendorong pembangun
iman sehingga memberi kesadaran batin untuk berbuat kebaikan.

Religi berarti keagamaan, perasaan atau pengikatan terhadap Tuhan (Atmosuwito,
1989). Perasaan keagamaan ini dapat dijelaskan sebagai perasaan batin yang ada
hubungannya dengan Tuhan. Perasaan ketuhanan, cinta akan Tuhan merupakan salah
satu kepekaan emosi yang harus selalu dikembangkan pada diri siswa. Apresiasi puisi
tentunya berpotensi untuk meningkatkan kepekaan emosi siswa karena pada
hakikatnya puisi itu berwahana bahasa serta puisi itu adalah bentuk seni dan
setiap bentuk kesenian pasti melibatkan faktor emultif.

Melalui media puisi, kesadaran religiusitas dapat tersentuh. Kesadaran religiusitas itu
bisa berupa kecintaan dan ketaqwaan pada Tuhan, kesadaran akan kebesaran Tuhan,
kesadaran akan takdir, kesadaran hidup tak pernah abadi, dan lainnya. Semuanya
bentuk kesadaran di atas dapat diwadahi dalam bentuk puisi. Puisi yang bisa
membangkitkan perasaan religius serta menumbuhkan penghayatan nilai-nilai sikap
spiritual, penghayatan akan nilai filosofis ketuhanan. Tumbuhnya penghayatan
tersebut dapat menambah nilai – nilai kesadaran religius, mempertebal rasa iman dan
taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

4

Jadi, dapat diambil kesimpulan dari pengertian dan ciri puisi yang bersifat monolog
atau menggunakan ungkapan aku-lirik berfungsi sebagai pengungkap gagasan pribadi
sang penyair melalui karyanya. Dalam puisi, aku-lirik mengungkapkan struktur batin
yang terdiri atas tema, nada, perasaan, dan amanat. Struktur inilah yang diJadikan
sebagai pengungkap rahasia sang penyair. aku-lirik yang religius dapat digunakan
untuk membentuk sikap moral dan kepribadian yang religi bagi peserta didik
sehingga membentuk kesadaran dan penghayatan tentang nilai-nilai kemanusiaan
secara mendalam.

Terdapat peneliti yang meneliti tentang unsur tanda atau makna pada puisi. Misalnya
penelitian mengenai makna pernah dilakukan oleh skripsi Agung Dwi Ertanto dengan
judul Analisis Aspek Monolog dan Tipografik pada Kumpulan Sajak Deru Campur
Debu karya Chairil Anwar. Sebuah penelitian sebelumnya inilah yang menJadi acuan
pada penelitian dan sekaligus menJadi bahan rujukan dalam penelitian berikutnya.
Perbedaan penelitian ini dengan skripsi terdahulu Agung Dwi Ertanto, penulis hanya
menekankan aspek monolog dan tipografik aku-lirik pada puisi Doa karya Chairil
Anwar. Peneliti saat ini melakukan analisis terhadap pendeskripsian Aku-lirik yang
religius pada kumpulan puisi Aku Ini Binatang Jalang karya Chairil Anwar dan
kelayakannya sebagai bahan ajar Sastra di SMA/MA.

Berkaitan dengan pembelajaran sastra di SMA/MA, karya sastra yang akan
digunakan sebagai bahan ajar dapat memberikan sumbangan secara maksimal apabila
membantu pendidikan secara utuh yang mencakup empat manfaat, yaitu membantu

5

keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta
dan rasa, dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16). Secara umum
tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah sebagai berikut
1. memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk
berbagai tujuan.
2. menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa.
3. menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan
intelektual manusia Indonesia.

Pembelajaran sastra untuk aku-lirik dalam puisi di sekolah terdapat dalam silabus,
pembelajaran membaca sastra SMA/MA kelas X. Kompetensi Inti mengembangkan
perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan,
gotongroyong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif, dan menunjukan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Kompetensi Dasar mengapresiasi
sastra Indonesia untuk menemukan nilai-nilai kehidupan dan menerapkannya untuk
memperhalus budi pekerti.

Pembelajaran biasanya dikaitkan dengan kegiatan apresiasi sastra. Hal itu dapat
dilakukan dengan cara menganalisis unsur tematik atau stuktur batin yang terdapat
dalam puisi. Kegiatan apresiasi sastra di sekolah juga dikaitkan dengan nilai-nilai

6

pendidikan karakter, terdapat delapan belas butir nilai-nilai pendidikan karakter, yaitu
religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin
tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial, dan tanggungjawab.

Siswa sebagai calon intelektual yang diberi pembelajaran tentang karya sastra selain
memiliki pengetahuan secara umum dituntut pula dapat mengapresiasi karya sastra
terutama puisi sehingga siswa dapat mengungkapkan ide serta melatih kepekaan rasa
dalam menginterpretasikan maksud dan tujuan serta amanat dalam sebuah puisi.
Sebagai salah satu alternatif untuk menunjang pendidikan karakter yang dikaitkan
dengan pembelajaran sastra, maka peneliti tertarik untuk mendeskripsikan stuktur
batin aku-lirik yang religius pada puisi Aku Ini Binatang Jalang karya Chairil Anwar.

Chairil Anwar lahir di Medan, Sumatera Utara, pada tanggal 26 Juli1922
dan meninggal di Jakarta, 28 April1949 pada umur 26 tahun. Ia dijuluki sebagai "Si
Binatang Jalang" (dari karyanya yang berjudul Aku), adalah penyair terkemuka
Indonesia. Ia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi, bersama Asrul
Sani dan Rivai Apin. Chairil dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan
'45 sekaligus bapak puisi modern Indonesia.

7

Chairil lahir dan dibesarkan di Medan, sebelum pindah ke Batavia (sekarang Jakarta)
dengan ibunya pada tahun 1940, saat itu ia mulai menggeluti dunia sastra. Setelah
mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942, Chairil terus menulis. Puisinya
menyangkut berbagai tema, mulai dari pemberontakan, kematian, religius,
individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak jarang multi-interpretasi.

Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti sosok aku-lirik yang religius
dalam kumpulan Puisi Aku Ini Binatang Jalang karya Chairil Anwar sebagai objek
penelitian karena merupakan kumpulan puisi dengan penggunaan bahasa monolog.
Sebagaimana diketahui poin utama dari pendidikan karakter adalah religuitas maka
peneliti memanfaatkan puisi-puisi aku-lirik yang mengamanatkan pesan-pesan religi
sehingga dapat membangun sikap moral dan religi peserta didik. Anwar dalam karyakaryanya berusaha memanfaatkan efek aku-lirik dalam membungkus dan
menciptakan makna. Pilihan kata atau diksi, kelompok kata, kalimat-kalimat, dan
wacana saling mendukung untuk mengungkapkan struktur batinnya. Penggunaan
bahasa dalam karya Chairil Anwar membawa dampak pada kekuatan bahasa dan
makna dalam karyanya.

Alasan memilih kumpulan sajak Aku Ini Binatang Jalang sebagai objek yang akan
diteliti adalah
1. tema yang diangkat oleh Chairil Anwar pada puisinya merupakan tema religi yang
dapat membangun sikap religius dan moral peserta didik sehingga memudahkan

8

siswa dalam mengambil amanat yang terkandung di dalam puisi pada
pembelajaran.
2. struktur batin yang tertuang dalam puisi Chairil Anwar berdasarkan pengalaman
hidup sehingga lebih realistik.
3. kumpulan Puisi Aku Ini Binatang Jalang juga menggunakan sosok aku-lirik yang
memiliki kedalaman makna sehingga cocok untuk diJadikan bahan penelitian.

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Bagaimanakah sosok aku-lirik yang religius pada kumpulan sajak Aku Ini Binatang
Jalang karya Chairil Anwar dan kelayakannya sebagai bahan ajar Sastra di
SMA/MA?

1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
Mendeskripsikan aku-lirik yang religius pada pada kumpulan puisi Aku Ini Binatang
Jalang karya Chairil Anwar dan kelayakannya sebagai bahan ajar Sastra di SMA/MA.

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam bidang keilmuan dan bagi
pembelajaran bahasa. Manfaatnya adalah sebagai berikut

9

A. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan tentang sosok aku-lirik pada puisi
untuk membelajarkan siswa.

B. Manfaat Praktis
1. Bagi guru bidang studi dapat memberikan pengetahuan mengenai sosok aku-lirik
kumpulan puisi Aku Ini Binatang Jalanng karya Chairil Anwar.
2. Bagi peneliti, khususnya bagi guru Bahasa Indonesia sebagai masukan
memberikan alternatif bahan pengajaran sastra di SMA/MA dengan
memperhatikan aspek-aspek pendidikan dan sebagai masukan untuk peneliti lain
untuk meneliti puisi yang sama dari aspek yang berbeda.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Subjek penelitian ini adalah delapan puisi dalam kumpulan puisi Aku Ini Binatang
Jalanng karya Chairil Anwar. Objek penelitian adalah struktur batin yang menyoroti
aku-lirik yang religious pada kumpulan puisi Aku Ini Binatang Jalanng karya Chairil
Anwar dengan menganalisis dua poin yaitu
1. aku-lirik dengan menggunakan teori struktur batin, (Waluyo, 1987: 102);
2. pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas, (Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006).

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini menjabarkan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa teori tersebut
diantaranya pengertian sastra, pengertian puisi, pengertian puisi lirik, pengertian aku-lirik, pengertian
religius, serta pengertian dan unsur semantik.

2.1 Pengertian Sastra
Kata ‘sastra’ berasal dari bahasa Sansekerta akar kata Sas, dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan,
mengajar, memberikan petunjuk atau instruksi. Akhiran kata tra- biasanya menunjukkan alat, suasana.
Maka dari sastra dapat berarti, alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi dan pengajaran;
misalnya silpasastra, buku arsitektur, kemasastraan, buku petunjuk mengenai seni cerita. Awalan suberarti baik, indah sehingga susastra dapat dibandingkan dengan berbagai belles letter (Teeuw, 1984:23).
Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan semi kreatif yang objeknya adalah manusia dan
kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1984:8).

Kutipan di atas menyatakan bahwa sastra diartikan sebagai alat untuk mengajar, memberi instruksi dan
petunjuk kepada pembaca karena sastra adalah suatu kajian kreatif, sebuah karya seni. Sastra

11
menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu adalah merupakan suatu kenyataan sosial yang
merupakan ekspresi kehidupan manusia.

2.2 Pengertian Puisi
Puisi adalah karya sastra. Semua karya sastra bersifat imajinatif. Bahasa sastra bersifat konotatif karena
banyak digunakan makna kias dan makna lambang (majas). Dibandingkan dengan bentuk karya sastra
yang lain, puisi lebih bersifat konotatif. Bahasanya lebih memiliki banyak kemungkinan makna. Hal ini
disebabkan terJadinya pengonsentrasian atau pemadatan segenap kekuatan bahasa di dalam puisi. Stuktur
fisik dan stuktur batin puisi juga padat. Keduanya bersenyawa secara padu bagaikan telur dalam adonan
roti (Reevers dalam Waluyo, 1987: 26).

Puisi adalah peluapan spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya, ia bercakap dengan emosi yang
berpadu kembali dalam kedamaian (Tarigan, 1967: 28). Puisi merupakan bentuk prngucapan bahasa yang
ritmis, yang mengungkapkan pengalaman intelektual yang bersifat imajinatif dan emosional (Waluyo,
1987: 27).

Puisi merupakan bentuk kesusastraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya
(Slametmuljana 1951: 58). Pengulangan kata itu menghasilkan rima, ritma, dan musikalitas. Batasan ini
hanya berkaitan dengan stuktur fisiknya saja.

12
Puisi merupakan bentuk permukaan yang berupa larik, bait, dan pertalian makna larik dan bait (S. Effendi
dalam Herman 1982: xi). Penyair berusaha mengongkretkan pengertian-pengertian dan konsep-konsep
abstrak dengan menggunakan pengimajian, pengiasan, dan perlambangan. Hakikat puisi berupa bentuk
batin atau isi puisi dan metode puisi untuk menggantikan bentuk fisik puisi. Bentuk batin yang diperinci
meliputi perasaan, tema, nada, dan amanat. Bentuk fisik atau metode puisi terdiri atas diksi, kata konkret,
majas atau bahasa figuratif, bunyi yang menghasilkan rima dan ritma. Dari beberapa definisi di atas
ditemukan data sebagai berikut
1. dalam puisi terjadi pengonsentrasian atau pemadatan segala unsur kekuatan bahasa.
2. dalam penyusunannya, unsur-unsur bahasa itu dirapikan, diperbaiki, diatur sebaik-baiknya dengan
memperhatikan irama dan bunyi.
3. puisi adalah ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang berdasarkan mood atau pengalaman jiwa dan
bersifat imajinatif.
4. bahasa yang dipergunakan bersifat konotatif, hal ini ditandai dengan kata konkret lewat pengimajian,
pelambangan, dan pengiasan.
5. bentuk fisik dan bentuk batin puisi merupakan kesatuan yang bulat dan utuh menyatu raga tidak dapat
dipisahkan dan merupakan kesatuan yang padu. Bentuk fisik dan bentuk batin tersebut dapat ditelaah
unsur-unsurnya hanya dalam kaitannya dengan keseluruhan.

Jadi, dapat ditarik kesimpulan puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
penyair secara imajinatif dan disusun dengan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian stuktur
fisik dan stuktur batinnya.

13

2.3 Pengertian Puisi Lirik dan Aku-Lirik
Dalam puisi lirik penyair mengungkapkan aku-lirik sebagai juru bicara dalam puisinya. Jenis puisi lirik
seperti elegi, serenada, dan ode ( Waluyo, 1987:135). Elegi adalah puisi yang mengungkapkan perasaan
duka, contohnya dalam puisi Asrul Sani “Elegi Jakarta” yang mengungkapkan duka terhadap kota Jakarta.
Serenada adalah puisi atau sajak percintaan yang dapat dinyanyikan. Kata “serenada” berarti nyanyian
yang tepat dinyanyikan di waktu senja, contohnya dalam sajak Rendra “Serenada Hitam”, “Serenada
Biru”, “Serenada Merah Jambu”, dan “Serenada Ungu”.Warna-warna di belakang serenada tersebut
melambangkan sifat nyanyian cinta itu, ada yang bahagia, sedih, kecewa, dan sebagainya. Ode adalah
puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang, suatu hal atau keadaaan, contohnya pada puisi pemujaan
terhadap tokoh yang dikagumi. Contoh ode antara lain “Teratai” (Sanusi Pane), “Diponegoro” (Chairil
Anwar), dan “Ode Buat Proklamator” (Leon Agusta).

Aku-lirik merupakan pembicara dalam teks puisi yang ditujukan kepada seorang pendengar, seorang
kekasih, gejala alam yang dipersonifikasikan penyair sendiri atau pembaca (Luxemburg, 1986: 176).

Dalam puisi lirik, penyair mengungkapkan aku-lirik sebagai juru bicara dalam puisinya. Jenis puisi lirik
seperti elegi, serenada, dan ode (Waluyo, 1987: 135).

14
Puisi yang bersituasi bahasa monolog, artinya hanya ada satu pembicara atau pencerita yang
membawakan seluruh teks, pembicara atau pencerita ini dinamakan si aku, si aku lirik atau subjek lirik
(Luxemburg, 1989: 74).
Pembicara dalam sebuah teks puisi dinamakan si aku, aku-lirik atau subyek lirik (Ikram, 1989: 74).

1.4 Pengertian Religiutas
Religi berarti keagamaan, perasaan atau pengikatan terhadap Tuhan (Atmosuwito, 1989). Perasaan
keagamaan ini dapat dijelaskan sebagai perasaan batin yang ada hubungannya dengan Tuhan. Perasaan
ketuhanan, cinta akan Tuhan merupakan salah satu kepekaan emosi yang berpotensi untuk meningkatkan
kepekaan emosi dan pada hakikatnya puisi itu berwahana bahasa serta puisi itu adalah bentuk seni dan
setiap bentuk kesenian pasti melibatkan faktor emultif.

Religiusitas disebut sebagai inti kualitas hidup manusia karena ia adalah dimensi yang berada di dalam
lubuk hati sebagai riak getaran nurani pribadi dan menempas intimitas jiwa (Mangunwijaya 1981: 11).

Kriteria-kriteria religius sebuah karya sastra (1) penyerahan diri, tunduk dan taat kepada sang pencipta,
(2) kehidupan yang penuh kemuliaan, (3) perasaan batin yang ada hubungannya dengan Tuhan, (4)
perasaan berdosa, (5) perasaan takut, dan (6) mengakui kebesaran Tuhan (Atmosuwito, 1987: 124).

Religiusitas dimaksudkan sebagai pembuka jalan agar kehidupan orang yang beragama makin intens
Semakin orang religius, hidup orang itu makin nyata atau merasa makin ada dengan hidupnya sendiri

15
Bagi orang yang beragama, intensitas itu tidak dapat dipisahkan dari keberhasilannya untuk membuka diri
terus menerus terhadap pusat kehidupan.

Segala sastra adalah religious (Mangunwijaya dalam Lathief, 2008: 175). Religius diambil dari bahasa
Latin relego, dimaksudkan dengan menimbang kembali atau prihatin tentang (sesuatu hal). Seorang yang
religius dapat diartikan sebagai manusia yang berarti, yang berhati nurani serius, saleh, teliti, dan penuh
dengan pertimbangan spiritual (Lathief, 2008: 175)

Jadi, religiusitas lebih melihat aspek yang ‘di dalam lubuk hati’. Dengan demikian, sikap religius ini lebih
mengajuk pada pribadi seseorang dengan Khaliqnya, bertata laku sesuai dengan karsa Tuhan. Religius
dalam karya sastra menuntun pembaca lebih memahami hubungan antara manusia dengan Tuhannya,
mempertajam perasaan, penalaran, daya khayal, serta kepekaan terhadap hubungan manusia dengan
Tuhan.

2.4 Pengertian dan Unsur Struktur Semantik
Berhubungan dengan puisi, tanda atau makna disebut dengan struktur semantik atau batin. Bentuk batin
puisi meliputi perasaan, tema, nada, dan amanat. Bahasa yang digunakan dalam puisi adalah bahasa
konotatif yang “multiinterpretasi”. Makna yang dilukiskan dalam puisi menekankan pada makna kias
melalui lambang. Makna tersebut diperinci lagi menJadi tema dan amanat yang didasarkan atas perasaan
dan nada (suasana batin) penyairnya. Tema berhubungan dengan arti karya sastra, sedangkan amanat

16
berhubungan dengan makna karya sastra. Tema bersifat lugas, objektif, dan khusus, sedangkan amanat
bersifat kias, subjektif, dan umum (S. Effendi dalam Herman, 1982 : xi).

Terdapat dua struktur penting dalam puisi yaitu struktur semantik atau tematik dan struktur sintaktik puisi.
Struktur semantik terdiri atas tema, nada, perasaan, dan amanat. Sedangkan struktur fisik puisi terdiri atas
diksi, pengimajian, kata konkret, majas, versifikasi, dan tipografi puisi (I.A. Richards dalam Herman,
1976: 129).

Struktur semantik yang akan dijadikan acuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan bagaimanakah
sosok Aku-lirik yang relegius pada kumpulan puisi Aku Ini Binatang Jalang karya Chairil Anwar
dijabarkan sebagai berikut

1.4.1 Tema
Tema merupakan gagasan pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau
pokok permasalahan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menJadi landasan utama
pengucapannya. Jika desakan yang kuat berupa hubungan antara penyair dengan Tuhan maka puisinya
bertema ketuhanan.Tema puisi yang bersifat lugas, objektif, dan khusus harus dihubungkan dengan
penyairnya. Karena itu tema bersifat khusus (penyair), tetapi objektif (bagi semua penafsir), dan lugas
(tidak dibuat-buat).
a. Tema Ketuhanan

17
Puisi dengan tema ketuhanan biasanya akan menunjukan “religion experience” atau pengalaman religi
penyair. Pengalaman religi didasarkan atas tingkat kedalaman pengalaman ketuhanan seseorang. Dapat
juga dikatakan sebagai tingkat kedalaman iman seseorang terhadap agamanya atau lebih luas terhadap
Tuhannya.

Pengalaman religi seorang penyair didasarkan atas pengalaman hidup penyair secara konkret. Jika
penyairnya bukan seorang religius yang khusyu dalam hal religi, maka sulit diharapkan ia akan
menghasilkan puisi yang bertema ketuhanan cukup mendalam. Bahkan sebaliknya, jika penyair itu orang
yang ragu-ragu akan Tuhan, ragu-ragu akan kekuasaan gaib, mungkin puisinya akan bersifat
mempermainkan Tuhan karena penggunaan nama Tuhan secara tidak terhormat.

Berikut merupakan contoh puisi dengan penggunaan Aku-lirik dalam tema puisi ketuhanan.
Doa
Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasihku?
Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama
meningkat naik, setelah menghalaukan panas
payah terik.
Angin malam menghembus lemah, menyejuk badan,
melambung rasa, menanyang pikir, membawa angan
ke bawah kursimu.
Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang
memasang lilinnya.
Kalbuku terbuka menunggu kasihmu,
bagai sedap malam menyirak kelopak.
Aduh, kasihku, isi hatiku dengan katamu,
penuhi dadaku dengan cayamu, biar bersinar mataku sendu,

18
biar berbinar galakku rayu!
(Amir Hamzah, Nyanyian Sunyi)

Dalam puisi Amir Hamzah ini didapat kedalaman rasa ketuhanan yang terlahir dalam pemilihan kata,
ungkapan, lambang, kiasan, dan sebagainya. Penggunaan Aku-lirik pada bait Aduh, kasihku, isi hatiku
dengan katamu, penuhi dadaku dengan cayamu, biar bersinar mataku sendu, biar berbinar galakku rayu!
menunjukan betapa berat hubungan penyair dengan Tuhannya. Juga menunjukkan betapa sungguhsungguh penyair menyerahkan diri secara total, dapat kita rasakan secara nyata dalam sajak ini.

1.4.2 Perasaan
Dalam menciptakan puisi suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh
pembaca. Untuk mengungkapkan tema yang sama, penyair yang satu dengan perasaan yang berbeda dari
penyair yang lainnya sehingga puisi yang diciptakan berbeda pula. Dalam menghadapi tema keadilan atau
kemanusiaan, penyair banyak menampilkan kehidupan pengemis atau orang gelandangan. Perasaan
Chairil Anwar berbeda dengan perasaan Toto Sudarto Bachtiar dan berbeda pula dengan Rendra dan
Arifin C. Noer dalam menghadapi pengemis.

Toto Sudarto Bachtiar menghadapi gadis kecil berkaleng kecil dengan perasaan iba hati karena rasa belas
kasihan. Sementaraitu, Rendra berperasan benci dan bersikap memandang rendah pengemis karena
pengemis tidak berusaha keras untuk menopang kehidupannya. Dalam puisi-puisi tersebut nampak
perbedaan sikap penyair yang menyebabkan perbedaan perasaan penyair menghadapi objek tertentu.

19
Sikap simpati dan antipasi, rasa senang dan tidak senang, rasa benci, rindu, setia kawan dapat dijumpai
dalam berbagai puisi yang perasan dituang di dalamnya.

Contoh puisi dengan penggunaan Aku-lirik yang mengandung suasana perasaan yang berbeda walau
dengan satu tema yakni tema ketuhanan, dapat dijumpai pada sajak “Doa” karya Chairil Anwar dan
“PadaMu Jua” karya Amir Hamzah.
Doa
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
……………………………...
PadaMu Jua
Aku manusia
Punya rasa
Rindu rupa
Di mana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati
……………………………
Karena sikap para penyair terhadap Tuhan pada saat itu berbeda, maka perasan yang dihasilkan juga
berbeda. Rasa ketuhanan dalam “doa” penuh kepasrahan dan kekhusyuan. Dalam “Padamu Jua”rasa
ketuhanan penuh dengan keraguan, penasaran, dan kekecewaan.

2.4.3 Nada dan Suasana
Dalam menulis puisi, penyair memiliki sikap tertentu terhadap pembaca apakah ia ingin bersikap
menggurui, mengejek, menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca.

20
Sikap penyair kepada pembaca ini disebut nada puisi. Sering kali puisi bernada santai karena penyair
bersikap santai kepada pembaca.

Jika nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, maka suasana adalah keadaan jiwa pembaca
setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Jadi, nada
dan suasana puisi saling berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya.
Nada duka yang diciptakan penyair dapat menimbulkan suasana iba hati penyair. Nada kritik yang
diberikan penyair dapat menimbulkan suasana penuh pemberontakan bagi pembaca. Berikut merupakan
contoh puisi aku-lirik dengan melibatkan nada dan suasana.
Menyesal
Pagiku hilang sudah melayang,
Hari mudaku sudah pergi,
Sekarang petang datang membayang,
Batang usiaku sudah tinggi,
Aku lalai di pagi hari,
Beta lengah di masa muda,
Kini hidup meracun hati,
Miskin ilmu, miskin harta.
………………………….
(Ali Hasjmy, 1954)

Dalam puisi ini penyair mensugesti pembaca untuk tidak mencontoh sosok tokoh (aku-lirik) yang
dikisahkan dalam puisi ini. Sosok aku-lirik pada bait-bait puisi “Menyesal” memperdalam nada dan
suasana yang menyiratkan agar pembaca tidak menyia-nyiakan waktu untuk terus berkarya.

1.4.4 Amanat

21
Amanat yang hendak disampaikan penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada
puisi itu. Tujuan/amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat
tersirat dibalik kata-kata yang disusun, dan juga berada di balik tema yang diungkapkan.

Puisi yang mengandung amanat harus sesuai dengan tema yang dikehendaki. Namun, dalam merumuskan
amanat itu tema harus dilengkapi dengan perasaan dan nada yang dikemukakan penyair. Contohnya tema
ketuhanan akan mengandung amanat yang berbeda karena penyair memiliki perasaan, nada, dan suasana
hati yang berbeda pula. Tema berbeda dengan amanat. Tema berhubungan dengan arti karya sastra,
sedangkan amanat berhubungan dengan makna karya sastra. Arti karya sastra bersifat lugas, objektif, dan
khusus. Makna karya sastra bersifat kias, subjektif dan umum. Makna berhubungan dengan orang
perorangan, konsep seseorang, dan situasi saat penyair mengimajinasikan karyanya. Rumusan tema harus
obyektif dan sama untuk semua pembaca puisi, namun amanat sebuah puisi dapat bersifat interpretatif,
artinya setiap orang memiliki penafsiran makna yang berbeda dengan yang lain.

Contoh dalam puisi-puisi protes sosial, makna karya sastra yang tinggi sering dibungkus dengan wujud
pengucapan bahasa yang kasar atau berlebih-lebihan. Kritik yang diberikan dalam puisi protes bertujuan
untuk memperbaiki kehidupan. Karya-karya protes sering pula begitu lembut, walaupun tujuan yang
dikemukakan adalah kritik yang cukup keras, namun dibungkus dengan wujud pengucapan bahasa yang
lembut dan halus. Hanya pembaca yang benar-benar merenung secara mendalam yang mampu
menangkap maksud puisi seperti itu. Misalnya, puisi-puisi Goenawan Mohamad, Subagio Satro Wardoyo,
dan Abdul Hadi W.M. adalah puisi lembut yang bertujuan memberikan kritik yang cukup keras.

22

Sajak-sajak cinta Rendra juga mengandung amanat yang berhubungan dengan perasaan cinta luhur.
Saling menghargai antara dua kekasih merupakan landasan lestarinya cinta mereka. Cinta tersebut bukan
dorongan jasmani dan nafsu seksual belaka, namun merupakan panggilan Tuhan. Sebab itu, percintaan
masa remaja harus diteruskan ke jenjang perkawinan untuk meningkat martabat kemanusian.

Berikut merupakan contoh puisi aku-lirik dengan melibatkan amanat yang terdapat pada puisi “PadaMu
Jua” karya Amir Hamzah.

Padamu Jua
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu
Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
Satu kekasihku
Aku manusia
Punya rasa
Rindu rupa
Di mana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas

23
Nanar aku gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menusuk ingin
Serupa dara di balik tirai
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu – bukan giliranku
Matahari – bukan kawanku
(Amir hamzah: Nyanyi Sunyi)
Padamu Jua adalah puisi yang mengisahkan tentang pertemuan dua orang kekasih yang telah lama
terpisah, yaitu antara aku lirik dengan kekasihnya. Puisi ini menerangkan tentang sebuah pertemuan yang
abadi, yaitu setelah kematian aku lirik. Pulang kembali aku padamu dalam baris ini menerangkan bahwa
aku lirik merasakan bahwa ia tidak bisa menghindar dari kekasihnya,Tuhannya.Walaupun cinta itu sampai
habis terkikis oleh masa dan hilang terbang ke tempat yang antah-berantah, aku lirik tetap tidak bisa
melepaskan diri dari kekasihnya.

Dalam puisi ini kekasih yang dimaksud adalah Tuhan aku lirik yang selalu mencintainya walupun aku
lirik telah berpaling dari-Nya. Bahkan untuk menguatkan keteguhan cinta kekasih aku lirik tersebut, Amir
Hamzah menambahkan seperti dahulu. Ini menandakan bahwa memang cinta yang diberikan oleh kekasih
aku lirik tidak dapat berubah dan dirasakan aku lirik ketika ia melakoni “pulang kembali” tersebut.
Amanat dalam puisi ini manusia harus berjalan menuruti jalan yang ditunjukkan jalan oleh Tuhan dan
selalu berusaha dekat dengan-Nya.

24
Demikianlah contoh-contoh amanat yang disampaikan penyair lewat puisinya. Ketajaman apresiasi kita
dalam menetukan amanat penyair ditentukan oleh pengalaman kita bergulat membaca dan terlibat secara
penuh dengan puisi. Pembaca harus berasumsi, setiap penyair ingin mengungkapkan suatu makna yang
mempertinggi martabat kemanusiaan. Setiap penyair ingin membeberkan rahasia dunia agar ciptaan
Tuhan dapat lebih jauh mengikuti jalan yang diajarkan Tuhan. Dengan asumsi seperti ini, pembaca tidak
hanya terpikat oleh kulit bahasa yang membungkus puisi itu dan lupa mencari makna yang tersirat di balik
kata-kata yang tersurat.

2.4 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA)
Berkaitan dengan pembelajaran sastra di SMA, karya sastra yang akan digunakan sebagai bahan ajar
dapat memberikan sumbangan secara maksimal apabila membantu pendidikan secara utuh yang
mencakup empat manfaat, yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya,
mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16).
Secara umum tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (BNSP, 2006: 16) adalah sebagai berikut
1. memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.
2. menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa.
3. menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia
Indonesia.

25
Pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi
karakter siswa sehingga membantu siswa untuk dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilainilai etika yang inti. Pembelajaran sastra untuk Aku-lirik dalam puisi di sekolah terdapat dalam silabus,
pembelajaran membaca sastra SMA kelas X. Kompetensi Inti mengembangkan perilaku (jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotongroyong, kerjasama, cinta damai, responsif dan
proaktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

Kompetensi Dasar mengapresiasi sastra Indonesia untuk menemukan nilai-nilai kehidupan dan
menerapkannya untuk memperhalus budi pekerti. Pembelajaran biasanya dikaitkan dengan kegiatan
apresiasi sastra, hal itu dapat dilakukan dengan cara menganalisis unsur tematik atau stuktur batin yang
terdapat dalam puisi. Kegiatan apresiasi sastra di sekolah juga dikaitkan dengan nilai-nilai pendidikan
karakter adalah religuitas maka peneliti memanfaatkan puisi-puisi aku-lirik yang mengamanatkan pesanpesan religi sehingga dapat membangun sikap moral dan religi peserta didik.

26

BAB III
METODE PENELITIAN

Bab ini menerangkan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini,
pendekatan penelitian, data dan sumber data dalam penelitian, serta teknik
pengumpulan data dan analisis data dalam penelitian ini.

3.1 Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian
kualitatif bersifat mendeskripsikan makna data atau fenomena yang dapat ditangkap
oleh peneliti dengan menunjukkan dengan bukti-buktinya. Menurut Arikunto (2006:
3) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki
keadaan, kondisi atau lain-lain yang sudah disebutkan yang hasilnya dipaparkan
dalam bentuk laporan penelitian.

3.2 Data dan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini berupa kumpulan puisi Aku Ini Binatang Jalang
karya Chairil terdiri dari 131 halaman, tebal buku 20 x 15 cm, dan diterbitkan oleh
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Puisi dalam buku ini berjumlah 73 buah puisi dan

27

2 buah puisi saduran dan data dalam penelitian ini adalah penggalan teks puisi akulirik yang religius karya Chairil Anwar.

3.3 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini dengan
mengumpulkan bahan pustaka, membaca, memilah data, mencatat, mengidentifikasi
dan memantapkan kebenaran data untuk kemudian digunakan sebagai bahan
analisis. Pengumpulan data dilakukan untuk menjaga kealamiahan data yang
diperoleh. Dalam karya tulis ini, pengumpulan data dilakukan dengan teknik pustaka
yaitu dengan mengumpulkan berbagai sumber pustaka seperti kumpulan puisi Aku
Ini Binatang Jalang karya Chairil Anwar, serta pustaka-pustaka penunjang berupa
teori-teori mengenai stuktur batin. Untuk menganalisis, menafsir, dan menilai karya
sastra diperlukan orientasi karya sastra.

Orientasi tersebut berdasarkan keseluruhan situasi karya sastra: alam (kehidupan),
pembaca, penulis, dan karya sastra. Teknik analisis data dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan objektif. Pendekatan objektif adalah pendekatan yang
mendasarkan pada suatu karya sastra secara keseluruhan. Pendekatan yang dilihat
dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang berlaku. Konvensi
tersebut misalnya, aspek-aspek intrinsik sastra yang meliputi kebulatan makna, diksi,
rima, struktur kalimat, tema, plot, setting, karakter, dan sebagainya (Abrams dalam
Sutopo1981: 36—37).

28

Teknik analisis data adalah proses mengatur urutan data dengan menggolongkannya
ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Teknik analisis data yang
digunakan dalam karya tulis ini antara lain dengan identifikasi, interpretasi, analisis
dan pemberian kesimpulan. Dalam proses analisis kualitatif, terdapat tiga komponen
utama yang harus benar-benar dipahami oleh setiap peneliti kualitatif. Tiga
komponen utama analisis tersebut adalah (1) reduksi data, (2) sajian data, dan (3)
penarikan simpulan (Miles dan Huberman dalam Sutopo, 1984).

Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses
seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi. Sajian data merupakan suatu
rakitan informasi, deskripsi dalam bentuk narasi lengkapyang untuk selanjutnya
memungkinkan simpulan penelitian. Terakhir penarikan simpulan dan verifikasi.
Berangkat dari teori ini dapat diambil prosedur langkah-langkah yang dilakukan
dalam menganalisis data adalah sebagai berikut
1. membaca kumpulan puisi Aku Ini Binatang Jalang karya Chairil Anwar secara
keseluruhan dan berulang-ulang.
2. menggarisbawahi setiap kata sosok aku-lirik.
3. mengklasifikasikan sosok aku-lirik religius yang terdapat dalam kumpulan sajak
tersebut.
4. mengelompokkan data berdasarkan stuktur batin.
5. menyimpulkan hasil analisis data untuk menentukan penggunaan sosok aku-lirik
yang religus yang terdapat dalam kumpulan puisi Aku Ini Binatang Jalang karya
Chairil Anwar serta kelayakannya sebagai bahan ajar sastra dalam pembelajaran
bahasa Indonesia di SMA/MA.

78

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan simpulan dalam penelitian ini serta saran dari peneliti terkait
penggunaan puisi dalam pembelajaran.

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap kumpulan puisi Aku Ini Binatang Jalang karya
Chairil Anwar, dapat ditarik simpulan sebagai berikut

1. Puisi Doa mengangkat tema ketuhanan yang menunjukan pengalaman religi sang
penyair sendiri. Puisi ini menunjukan sebuah keteguhan hati terhadap Tuhannya,
walau dalam keadaan termangu sekalipun. Kedekatan dengan Tuhan si “aku” terlihat
jelas dengan pemakaian diksi mengingat Kau penuh seluruh, menekankan hanya
Tuhanlah yang sanggup memberi petunjuk dari permasalahan yang ia hadapi. Puisi
ini menunjukan tingkat intensitas kereligiusan yang tinggi, meski aku-lirik pernah
merasa sentimen ditunjukan dengan diksi “aku” menggembara di negeri asing. akulirik tersadar bahwa tidak ada tempat kembali selain Tuhan, aku tak bisa berpaling.

Puisi Doa merupaka puisi penuh pengharapan, keyakinan, dan sikap pasrah seorang
hamba kepada Tuhannya. Penyair menggunakan kata ‘penuh seluruh’ membuat efek

79

pada pembaca tentang sesuatu yang bersifat penuh, bulat, dan tidak kurang
sedikitpun. Jadi, dalam puisi doa penyair menuangkan daya saran yang mengingatkan
pembaca bahwa sejauh apa pun melangkah, hanya Tuhan tempat kembali.

Puisi Derai-derai Cemara merupakan manifestasi atau perwujudan dari sifat
kereligiusan. Tema puisi ini adalah kesadaran akan perjalanan hidup yang selalu akan
berakhir, puisi ini membuat efek pada pembaca tentang kepastian kematian, bahwa
setiap yang bernyawa pasti akan mati. Diksi yang sangat menonjol pada puisi ini
adalah hidup hanya menunda kekalahan, bukankah seharusnya hidup hanya menunda
kemenangan. Kekalahan dalam puisi ini bermakna si