16 Tabel 2.1. Konsumsi kopi per kapita ICO 2011
Rangking Negara
Konsumsi per kapita Kgtahun
1 Finlandia
12,0 2
Norway 9,9
3 Islandia
9,0 data 2006
4 Denmark
8,7 5
Belanda 8,4
12 Jerman
6,4 17
Brasilia 5,8
data 2009 26
Amerika Serikat 4,2
58 Kolombia
1,8 69
Ethiopia 1,3
92 Vietnam
0,7 104
Indonesia 0,5
146 Burkina Faso
0,1 data 2006
2.2. Masalah Perkopian Sumatera Utara
Produktivitas kopi Sumatera Utara lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas kopi di negara-negara lain. Produktivitas Kopi Arabica Sumatera Utara hanya 1.154
kghatahun sedangkan Costa Rica 1.610 kghatahun. Produktivitas Robusta 649 kghatahun dibandingkan Laos 738 kghatahun Tabel 2.2. Produktivitas yang rendah tersebut bisa
disebabkan oleh kurangnya pemahaman petani kopi tentang budidaya kopi, seperti rendahnya masukan pupuk, kurangnya pemeliharaan tanaman, tidak adanya tanaman penaung, tuanya
umur tanaman, dan tingginya serangan hama Penggerek Buah Kopi PBKo.
17 Tabel 2.2. Produktivitas kopi Sumatera Utara dan beberapa negara di
dunia untuk kopi Arabica dan Robusta BPS 2011, ICO 2011
Jenis Negara
Produktivitas kgha
Arabica A Cota Rica A
1.810 Brasilia AR
1.259 Sumatera Utara A
1.130 El Salvador A
920 Kolombia A
938 Guatemala AR
690 Hoonduras A
690 Robusta R
Laos R 738
Vietnam R 2.734
di Provinsi Daklok, 2004 Sumatera Utara R
670
Di berbagai Kabupaten penghasil kopi di Sumatera Utara, intensitas serangan PBKo beberapa tahun terakhir ini sangat tinggi. Hama PBKo yang hidup di dalam buah
memakan biji kopi. PBKo ini telah dicoba dikendalikan dengan teknik Good Agriculture Practice
seperti penggunaan hypotan, naungan, jamur, pupuk organik, tindakan teknik manual, dan peremajaan tanaman. Nampaknya tindakan-tindakan tersebut belum cukup
berhasil terbukti dari masih tingginya serangan PBKo. Hasil penelitian Malau 2010 menunjukkan serangan PBKo di Sumatera Utara dapat menyebabkan penurunan produksi
hingga 92 dengan modus 31-35 dan rata-rata 28,4 sehingga diperkirakan telah menimbulkan kerugian bagi Sumatera Utara hingga Rp. 837 milyar pada tahun 2010.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah telah berupaya untuk membantu mengatasi tersebut dengan cara membagikan hypotan kepada petani. Hypotan adalah campuran dari
senyawa kimia methanol dan etanol. Hypotan diproduksi oleh Pusat Penelitian Kakao dan
18 Kopi Jember Astuti 2011. Kedua senyawa tersebut diproduksi di pabrik melalui proses
fabrikasi. Bagi PBKo betina, hypotan ini berbau seperti bau-bau yang dikeluarkan jantan PBKO sehingga PBKo betina akan mendekati hypotan tersebut. Dengan demikian hypotan
dapat digunakan sebagai pemancing masuknya PBKo betina kedalam perangkap. Akan tetapi, upaya melalui penggunaan hypotan tersebut nampaknya belum berhasil diterapkan
secara meluas dan berkesinambungan oleh petani kopi. Salah satu yang mungkin menjadi penyebabnya adalah ketidaktersediaan hypotan secara terus menerus di lapang karena harus
didatangkan dari dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember, Jawa Timur. Petani kopi juga kesulitan dalam menjangkau atraktan dari bahan buatan methanol dan etanol karena
kedua bahan tersebut dijual hanya di apotik atau toko-toko kimia yang umumnya berada di kota-kota Kabupaten.
Mengingat kesulitan tersebut, maka perlu dicari atraktan alternatif yang berasal dari bahan-bahan nabati alami yang ada disekitar petani. Bahan-bahan nabati alami tersebut
diharapkan dapat berfungsi sebagai atraktan pada perangkap PBKo. Dengan cara tersebut petani dapat terus menerus memasang perangkap bagi PBKo. Mengacu kepada Kucel,
Kangire dan Egonya 2012, perilaku petani kopi di Sumatera Utara mungkin dapat menjadi penyebab tingginya intensitas serangan PBKo di Sumatera Utara. Para ahli tersebut
menekankan bahwa untuk mencari penyebab tingginya intensitas serangan PBKo dan untuk menemukan teknik pengendalian PBKo diperlukan pemahaman tentang sistem budidaya kopi
serta peranan petani kopi dalam perkembangan PBKo.
2.3. Penggerek Buah Kopi