PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP KANDUNGAN C-ORGANIK TANAH DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max L) PADA LAHAN BEKAS ALANG-ALANG (Imperata cylindrica) MUSIM TANAM KEDUA

ABSTRAK

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP KANDUNGAN
C-ORGANIK TANAH DAN PRODUKSI KEDELAI PADA LAHAN
BEKAS ALANG-ALANG (Imperata cylindrica) YANG DITANAMI
KEDELAI (Glycine max L) MUSIM TANAM KEDUA

Oleh

MELKI SANDRO SAMOSIR

Lahan marginal membutuhkan olah tanah konservasi, karena dapat meningkatkan
kandungan C-organik didalam tanah dan menahan laju emisi CO2 ke udara.
Kandungan C-organik tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan cara
memperbaiki sifat fisik, kimia maupun biologi tanah yang merupakan faktor
utama kesuburan tanah. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian dengan tujuan
untuk mempelajari pengaruh sistem olah tanah terhadap kandungan C-organik
tanah pada lahan bekas alang-alang (Imperata cylindrica) yang ditanami kedelai
(Glycine max) musim tanam kedua. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan perlakuan 3 sistem olah
tanah, TOT = Tanpa Olah Tanah, OTM = Olah Tanah Minimum, OTI = Olah

Tanah Intensif, dengan 6 ulangan. Variabel utama adalah C-organik tanah dan
produksi kedelai, sedangkan variabel pendukung adalah N-total, pH, KTK, suhu
dan kelembaban tanah. Pengambilan sampel tanah dilakukan sebelum olah tanah

dan satu hari sebelum panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan
sistem olah tanah pada musim tanam kedua tidak berpengaruh terhadap
kandungan C-organik tanah tetapi berpengaruh pada produksi biji kering, bobot
berangkasan kering dan bobot polong kering kedelai.

Kata kunci : Alang-alang (Imperata cylidrica), C-organik tanah ,kedelai (Glycine
max L), sistem olah tanah.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pematang Siantar, pada tanggal 14 Mei 1990. Penulis adalah
anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Sirman Samosir dan Ibu
Bertha Manurung.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Advent Kota Pematang
Siantar, pada tahun 2002, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMP
Negeri 9 Kota Pematang Siantar, dan diselesaikan pada tahun 2005. Penulis

menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 3 Kota
Pematang Siantar pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai
Mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung
melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Harapan Jaya,
Kecamatan Simpang Pematang, Kabupaten Mesuji pada bulan Juni-Juli 2011.
Penulis juga melaksanakan Praktik Umum di PT. GGP Terbanggi Besar,
Lampung Tengah pada bulan Januari-Februari 2012. Selama menjadi mahasiswa
penulis aktif dalam organisasi ekstra kampus, sejak tahun 2009 tergabung dalam
Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Bandar Lampung,
dipercaya sebagai ketua Komisariat Pertanian-Teknik UNILA 2009-2010, Ketua
Bidang Organisas Badan Pengurus Cabang 2010-2012, kemudian dipercaya
sebagai Ketua Uumum GMKI Cabang Bandar Lampung periode 2012-2014.

Tanpa mengurangi rasa syukurku pada
“Yesus Kristus”
kupersembahkan karyaku untuk:

Keluargaku tercinta
Mamak, Kakak, Abang, Adik dan seluruh keluarga besarku yang selalu

mendoakan dan mengharapkan keberhasilanku atas kasih sayang, perhatian, dan
dorongan semangat yang takkan aku lupa.

Teman-temanku
Atas dukungan dan bantuannya sehingga karya ini dapat selesai.

Serta
Almamater tercinta
Fakultas Pertanian
Universitas Lampung

SANWACANA

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan
segala berkat, anugerah, dan perlindungan-Nya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.S. M.Agr.Sc. selaku pembimbing pertama,

yang telah memberikan bimbingan, motivasi, ide-ide cemerlang, dan pengorbanan
baik moril maupun materil selama penulis menjalankan kuliah, melaksanakan
penelitian hingga penulisan skripsi ini.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Dermiyati, M.Agr.Sc, selaku pembimbing kedua, atas segala
motivasi, ide-ide cemerlang, dan bimbingan yang tiada tars selama penulis
menjalankan kuliah, penelitian hingga penulisan skripsi ini berakhir.
3. Bapak Dr. Ir. Henrie Buchari, M.Si. selaku pembahas, atas segala petunjuk,
saran, Berta pengarahan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Ir. Sunyoto, M.Agr. selaku pembimbing akademik yang telah menuntun
dan membimbing penulis selama menyelasaikan pendidikan di Universitas
Lampung.
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.

6. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. selaku Ketua Jurusan Agroteknologi.
7. Seluruh dosen-dosen Program Studi Agroteknologi dan Fakultas Pertanian pada
umumnya yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama
menempuh pendidikan di Universitas Lampung.
8. Ibu Penulis Bertha Manurung, kakaku Marsaulina Gultom, Abangku Rony
Gultom, adekku Juanda Gultom dan Grace Pardosi, Tante Dosmaria atas

semangat, dorongan, doa, dan nasehat hingga aku dapat menyelesaikan
pendidikan ini.
9. Rekan-rekan Agroteknologi 2008 ; Firmanda, Destra, Ardy, Yures, Sella dan
rekan-rekan seangkatan atas kebersamaan selama berkuliah.

Dan semua pihak yang telah membantu baik secara langsung dan tidak langsung
sehingga penelitian skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan teteapi
sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat memberikan kits semua.
Amin.

Bandar Lampung, 10 November 2014
Penulis,

Mello Sandro Samosir

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................

DAFTAR GAMBAR .................................................................................

iii
vi

I.... PENDAHULUAN .................................................................................

1

1.1
1.2
1.3
1.4

Latar Belakang Dan Masalah ..................................................................
Tujuan Penelitian .....................................................................................
Kerangka Pemikiran .................................................................................
Hipotesis ...................................................................................................

1

3
4
5

II. . TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................

6

2.1 Pengolahan Tanah dan Pemanasan Global .............................................
2.2 Olah Tanah Konservasi dan Penyerapan Karbon ...................................
2.3 Pengaruh Olah Tanah Konservasi Terhadap Penyerapan Karbon ..........

6
8
10

III. BAHAN DAN METODE .....................................................................

12


3.1
3.2
3.3
3.4

12
12
13
13
13
14
16
16

Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................
Bahan dan Alat .....................................................................................
Metode Penelitian ...................................................................................
Pelaksanaan Penelitian ..........................................................................
3.4.1 Sejarah Lahan ..............................................................................
3.4.2 Persiapan Lahan dan Penanaman ...............................................

3.4.3 Pengamatan ...................................................................................
3.4.3.1 Variabel Utama ......................................................................
3.4.3.1.1 C-organik dengan Metode Walkey dan Black pada
Tanah ............................................................................
3.4.3.1.2 Daya Simpan C-organik ...............................................
3.4.3.1.3 Berangkasan Tanaman dan Produksi Kedelai .............
3.4.3.2 Variabel Pendukung ...............................................................

16
17
17
17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................

18

4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................
4.1.1 C-organik ....................................................................................
4.1.2 Daya Simpan C-organik ..............................................................

4.1.3 Produksi Biji Kering Kedelai ......................................................
4.1.4 Bobot Berangkasan Tanaman Kedelai ......................................
4.1.5 Berang Kering Polong .................................................................
4.1.6 Korelasi antara Produksi Kedelai, Bobot Berangkasan,
dan Berat Polong dengan C-organik, N-total, pH dan Kapasitas
Tukar Kation ( KTK) tanah .....................................................
4.2 Pembahasan ...........................................................................................

18
18
19
19
20
20

V. KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................

27

5.1

5.2

Kesimpulan .........................................................................................
Saran ...................................................................................................

27
27

PUSTAKA ACUAN .....................................................................................

28

LAMPIRAN

31

...............................................................................................

21
22

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Pengaruh sistem olah tanah terhadap perubahan kandungan
C-organik tanah yang ditanami kedelai (Glycine max L)
selama 3 bulan .........................................................................................

18

2. Daya simpan dan perbedaan C-organik pada masing-masing
olah tanah .................................................................................................

19

3. Pengaruh sistem olah tanah terhadap produksi biji kering panen
tanaman kedelai (Glycine max ) ..............................................................

20

4. Pengaruh sistem olah tanah terhadap bobot berangkasan tanaman
kedelai (Glycine maxL) ...........................................................................

20

5. Pengaruh sistem olah tanah terhadap berat polong kering tanaman
kedelai (Glycine max L) ..........................................................................

21

6. Hasil uji korelasi antara Produksi, bobot berangkasan, dan berat
polong dengan C-organik, N-total, pH dan KTK tanah dengan
pH, dan N-total ..........................................................................................

22

7. Hasil analisis pengaruh sistem olah tanah terhadap kandungan
C-organik tanah setelah ditanami kedelai selama 3 bulan .........................

33

8. Uji Homogenitas pengaruh sistem olah tanah terhadap kandungan
C-organik tanah setelah ditanami kedelai selama 3 bulan .......................

33

9. Analisis ragam pengaruh sistem olah tanah terhadap kandungan
C-organik tanah setelah ditanami kedelai selama 3 bulan .......................

33

10. Hasil analisis pengaruh sistem olah tanah terhadap kandungan
N-total tanah setelah ditanami kedelai selama 3 bulan ...........................

34

11. Uji Homogenitas pengaruh sistem olah tanah terhadap kandungan
N-Total tanah setelah ditanami kedelai selama 3 bulan .........................

34

12. Analisis ragam pengaruh system olah tanah terhadap kandungan
N-total tanah setelah ditanami kedelai selama 3 bulan .............................

34

13. Hasil analisis pengaruh sistem olah tanah terhadap kandungan
pH tanah setelah ditanami kedelai selama 3 bulan ..................................

35

14. Uji Homogenitas pengaruh sistem olah tanah terhadap kandungan
pH tanah setelah ditanami kedelai selama 3 bulan .................................

35

15. Analisis ragam pengaruh sistem olah tanah terhadap kandungan
pH tanah setelah ditanami kedelai selama 3 bulan ..................................

35

16. Hasil analisis pengaruh sistem olah tanah terhadap kandungan
KTK tanah setelah ditanami kedelai selama 3 bulan ..............................

36

17. Uji Homogenitas pengaruh sistem olah tanah terhadap kandungan
KTK tanah setelah ditanami kedelai selama 3 bulan .............................

36

18. Analisis ragam pengaruh sistem olah tanah terhadap kandungan
KTK Tanah setelah ditanami kedelai selama 3 bulan .............................

36

19. Hasil analisis pengaruh sistem olah tanah terhadap kelembaban
tanah setelah ditanami kedelai selama 3 bulan ....................................

37

20. Uji Homogenitas pengaruh sistem olah tanah terhadap kelembaban
tanah setelah ditanami kedelai selama 3 bulan .......................................

37

21. Analisis ragam pengaruh sistem olah tanah terhadap kelembaban
tanah setelah ditanami kedelai selama 3 bulan .........................................

37

22. Hasil analisis pengaruh sistem olah tanah terhadap suhu tanah setelah
ditanami kedelai selama 3 bulan .............................................................

38

23. Uji Homogenitas pengaruh sistem olah tanah terhadap suhu tanah
setelah ditanami kedelai selama 3 bulan .................................................

38

24. Analisis ragam pengaruh sistem olah tanah terhadap suhu tanah
setelah ditanami kedelai selama 3 bulan ...............................................

38

25. Hasil analisis pengaruh sistem olah tanah terhadap produksi biji
Kering (kg ha-1) yang ditanami kedelai selama 3 bulan .........................

39

26. Uji Homogenitas pengaruh sistem olah tanah terhadap produksi
biji kering (kg ha-1) tanaman yang ditanami kedelai selama
3 bulan ......................................................................................................

39

27. Analisis ragam pengaruh system olah tanah terhadap produksi
biji kering (kg ha-1) tanaman yang ditanami kedelai selama
3 bulan ....................................................................................................

39

28. Hasil analisis pengaruh system olah tanah terhadap bobot
berangkasan kering (kg ha-1) tanaman yang ditanami kedelai
selama 3 bulan ........................................................................................

40

29. Uji homogenitas pengaruh sistem olah tanah terhadap bobot
berangkasan kering (kg ha-1) tanaman yang ditanami kedelai
selama 3 bulan ........................................................................................

40

30. Analisis ragam pengaruh sistem olah tanah terhadap bobot
berangkasan kering (kg ha-1) tanaman yang ditanami kedelai
selama 3 bulan ........................................................................................

40

31. Hasil analisis pengaruh sistem olah tanah terhadap bobot polong
kering (kg ha-1) tanaman yang ditanami kedelai selama 3 bulan ...........

41

32. Uji homogenitas pengaruh sistem olah tanah terhadap bobot
polong kering (kg ha-1) tanaman yang ditanami kedelai
selama 3 bulan ........................................................................................

41

33. Analisis ragam pengaruh sistem olah tanah terhadap bobot polong
kering (kg ha-1) tanaman yang ditanami kedelai selama 3 bulan ...........

41

34. Uji korelasi antara C-organik tanah dengan produksi kedelai ................

42

35. Uji korelasi antara C-organik tanah dengan bobot berangkasan .............

42

36. Uji korelasi antara C-organik tanah dengan berat polong ......................

42

37. Uji Korelasi antara N-total tanah dengan produksi kedelai .....................

42

38. Uji Korelasi antara N-total tanah dengan bobot berangkasan .................

43

39. Uji Korelasi antara N-total tanah dengan berat polong ...........................

43

40. Uji Korelasi antara pH tanah dengan produksi kedelai ...........................

43

41. Uji Korelasi antara pH tanah dengan bobot berangkasan ........................

43

42. Uji Korelasi antara pH tanah dengan berat polong ..................................

44

43. Uji Korelasi antara KTK tanah dengan produksi Biji kering
kedelai ......................................................................................................

44

44. Uji Korelasi antara KTK tanah dengan bobot berangkasan kering .........

44

45. Uji Korelasi antara KTK tanah dengan berat polong kering ....................

44

46. Uji korelasi antara kelembaban tanah dengan produksi biji
kering kedelai .........................................................................................

45

47. Uji korelasi antara kelembaban tanah dengan berangkasan
kering tanaman kedelai ............................................................................

45

48. Uji korelasi antara kelembaban tanah dengan polong kering
tanaman Kedelai ....................................................................................

45

49. Uji korelasi antara suhu tanah dengan produksi biji kering
kedelai ......................................................................................................

45

50. Uji korelasi antara suhu tanah dengan berangkasan kering
tanaman kedelai .......................................................................................

46

51. Uji korelasi antara kelembaban tanah dengan polong kering
tanaman kedelai ......................................................................................

46

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Denah Petak Penelitian ............................................................................

i

32

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dan Masalah
Sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang mempunyai peranan strategis
dalam pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini kurang diperhatikan oleh
pemerintah, karena masih banyak potensi sumber daya alam (SDA) yang dapat
digerakkan sektor ini yang tidak dimanfaatkan secara maksimal. Seharusnya hal
ini menjadi perhatian khusus, karena sektor ini banyak menyerap tenaga kerja.
Lahan alang-alang merupakan salah satu potensi SDA yang kurang dimanfaatkan
(BPP ISMPI, 2009). Lahan alang-alang menjadi salah satu alternatif yang baik
untuk memperluas lahan pertanian jangka panjang, mengingat luas lahan
pertanian produktif di Indonesia semakin berkurang karena alih fungsi menjadi
tempat pemukiman penduduk.
Luas lahan alang-alang non produktif di Indonesia telah mencapai 8,5 juta hektar
(Marufah, 2008). Di Lampung luas lahan alang-alang sekitar 75.921 ha, artinya
jika lahan tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik tentunya peningkatan
produksi pertanian akan lebih optimal (Anny, 2005). Alang-alang umumnya
tumbuh di wilayah pertanaman tahunan seperti karet, kelapa sawit; pertanaman
pangan seperti padi, jagung, dan kedelai; pertanaman industri seperti kapas
(Suryaningtyas et al., dalam Buchari, 2002).

2

Pendayagunaan lahan memerlukan pengolahan tanah yang tepat guna untuk
mencegah dan mengurangi kerusakan tanah. Pengolahan tanah merupakan
tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan untuk menyiapkan tempat
persemaian, mengendalikan gulma, memperbaiki kondisi tanah untuk penetrasi
akar, peredaran udara (aerasi), dan menyiapkan tanah untuk irigasi permukaan
(Hakim dkk; 1986). Pertanian dengan olah tanah intensif di lahan kering merusak
agregat tanah sehingga partikel-partikel tanah menjadi lepas dan karbon tanah
hilang terbawa erosi, serta memacu oksidasi bahan organik tanah sehingga
menurunkan cadangan karbon tanah dan meningkatkan emisi gas CO2 (Utomo,
2004), sehingga berdampak pada pemanasan global.

Pemanasan global sendiri terjadi akibat dari makin meningkatnya gas rumah kaca
(GRK) di atmosfer yaitu CO2, CH4 dan N2O baik yang di hasilkan dari ekosistem
alami maupun ekosistem buatan, termasuk sektor pertanian (MAF, 2006).
Kehilangan karbon di sektor pertanian disebabkan oleh cara praktik budidaya
yang tidak berkelanjutan.

Pengolahan tanah yang kurang tepat akan menyebabkan lahan atau tanah tersebut
menjadi rusak (kritis) dan kehilangan fungsinya. Hilangnya fungsi produksi dari
sumber daya tanah dapat terus menerus diperbaharui, karena diperlukan waktu
puluhan bahkan ratusan tahun untuk pembentukan tanah tersebut (Hasnudi dan
Eniza, 2004). Oleh karena itu, diperlukan pertanian alternatif yang mampu
menjawab permasalahan tersebut. Dengan memanfaatkan residu tanaman dan
mengurangi pengolahan tanah, olah tanah konservasi (OTK) mempunyai potensi

3

untuk mengurangi pemanasan global melalui penyerapan karbon ke dalam tanah
dan pengurangan emisi CO2 serta menjaga kualitas tanah (Tjitrosemito, 2005).
Penggunaan Sistem Olah Tanah Konservasi (OTK) dapat memperbaiki sifat fisik,
kimia maupun biologi tanah, selain itu sifat biologi tanah penting, karena yang
menentukan baik atau tidaknya produktivitas lahan, yaitu keberadaan organisme
tanah. Hasil penelitian Utomo (2006) dengan sistem olah tanah konservasi (OTK)
jangka panjang dapat meningkatkan keanekaragaman biota tanah, baik di dalam
tanah maupun di permukaan tanah, hal ini dipengaruhi oleh semakin membaiknya
kondisi agroklimat akibat penggunaan mulsa.

Peralihan dari praktik olah tanah konvensional menuju olah tanah konservasi
secara meluas akan memberikan sumbangan yang besar dalam peningkatan
deposit karbon di dalam tanah, yang secara langsung akan meningkatkan
kesuburan tanah, serta mengurangi emisi gas CO2 di atmosfer. Hal ini dapat
menjadi suatu kontribusi sektor pertanian yang sangat berarti dalam upaya
mitigasi resiko dari perubahan iklim akibat pemanasan global (Johanis, 2008).

B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh sistem olah tanah pada lahan
bekas alang-alang (Imperata cylidrica) terhadap kandungan C-organik tanah dan
produksi tanaman kedelai (Glycine max L) pada musim tanam kedua.

4

C. Kerangka Pemikiran
Sektor pertanian menyumbang 13,5 % emisi gas rumah kaca ke atmosfir (Info
pemanasan global, 2009). Widiyono (2005) mengatakan bahwa sistem olah tanah
intensif dapat meningkatkan emisi gas CO2 ke udara. Hal ini terjadi karena tanah
yang diolah secara intensif memiliki bongkahan yang kecil sehingga luas
permukaan tanah menjadi lebih tinggi dan pori-pori makro lebih banyak.
Keadaan tanah tersebut dapat meningkatkan oksigen dalam tanah, sehingga
oksidasi bahan organik menjadi lebih tinggi, akibatnya pelepasan CO2 ke udara
semakin meningkat.
Daya simpan karbon dapat diketahui dengan menghitung jumlah C-organik dari
tiap sistem olah tanah dan membandingkan sehingga diketahui angka selisih dari
masing-masing sistem olah tanah. Selisih angka tersebut menunjukkan besarnya
daya simpan karbon yang berbeda pada tiap sistem olah tanah. Karbon menyusun
lebih kurang 45-50 % dari bobot kering tanaman dan hewan, bila jaringan
dirombak oleh mikroorganisme, O2 digunakan dan CO2 dilepaskan. Pembukaan
hutan menjadi areal pertanian akan meningkatkan laju dekomposisi bahan organik
tanah. Perubahan ekosistem hutan menjadi areal pertanian juga mengakibatkan
penurunan produksi C-organik dan jumlah C yang masuk kedalam tanah sehingga
terjadi penurunan karbon tanah secara drastis pada tahun-tahun awal konservasi
(Febrizzi dan Rice, 2007).
Sarno dkk. (1998) melaporkan bahwa kadar C-total pada tanpa olah tanah sangat
nyata lebih tinggi daripada olah tanah intensif dan minimum, tetapi kadar C-total
antara olah tanah minimum dan tanpa olah tanah tidak berbeda nyata. Hasil

5

tersebut sesuai dengan pendapat Gonggo, Hermawan dan Anggraeni (2005) yang
menyatakan bahwa pengolahan tanah secara minimum menyebabkan penurunan
C-organik tanah sebesar 12,85 % dan pengolahan tanah secara intennsif sebesar
51,62 %. Penurunan tersebut diduga karena pengolahan tanah mengakibatkan
tingginya proses pelapukan bahan organik.
Penggunaan olah tanah konservasi dapat menahan kurang lebih 3,0 ton C-organik
tanah per hektar per tahun untuk tetap berada dilapisan olah. Berarti dengan
penggunan sistem olah tanah konservasi, peningkatan gas rumah kaca ke atmosfer
dapat dihambat, sehingga membantu mengurangi pemanasan global (Utomo,
2004). Dalam dokumen Protokol Kyoto tahun 1997 menyebutkan bahwa,
walaupun tanaman mempunyai keterbatasan dalam menyerap karbon karena
siklus panennya singkat dan produksi biomasanya lebih rendah dibandingkan
dengan ekosistem hutan, tetapi sektor ini mempunyai peran besar dalam menyerap
karbon jika diikuti dengan manajemen lahan yang dapat menigkatkan karbon
dalam tanah seperti pada pertanian olah tanah konservasi (Sedjo dkk, 1998).

D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Kandungan C-organik pada lahan Tanpa Olah Tanah (TOT) lebih tinggi
daripada Olah Tanah Minimum (OTM) dan Olah Tanah Intensif (OTI).
2. Produksi kedelai pada lahan Tanpa Olah Tanah (TOT) lebih tinggi
daripada Olah Tanah Minimum (OTM) dan Olah Tanah Intensif (OTI).

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengolahan Tanah dan Pemanasan Global
Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan
untuk menyiapkan tempat persemaian, memberantas gulma, memperbaikai tanah
untuk penetrasi akar, infiltrasi air dan peredaran udara serta menyiapkan tanah
untuk irigasi permukaan. Pengolahan tanah juga ditujukan secara khusus seperti
pengendalian gulma, menghilangkan sisa-sisa tanaman yang mengganggu
permukaan tanah, pengendalian erosi, pencampuran pupuk, kapur dan pestisida ke
dalam tanah (Hakim, dkk, 1986).
Menurut Arsyad (2006) pengolahan fisik tanah dapat memperbaiki aerasi tanah
dan meningkatkan infiltrasi tanah sehingga akar tanaman dapat tumbuh dan air
relatif tersedia. Pengolahan tanah secara mekanis meliputi pengolahan tanah
secara intensif (OTI), minimum (OTM), dan tanpa olah tanah (TOT). Pengolahan
tanah intensif (OTI) yaitu pengolahan tanah yang meliputi (1) pembajakan, yang
betujuan untuk menggemburkan tanah, memperbaiki siklus udara, memberantas
gulma, dan menghancurkan lapisan tanah yang tidak bisa ditembus akar ; (2)
penggaruan, bertujuan untuk membuat kondisi tanah baik bagi pertumbuhan
tanaman, terutama masa perkecambahan ; (3) perataan tanah, yang bertujuan

7

untuk membuat permukaan tanah berkemiringan teratur, sehingga tidak dijumpai
lekukan yang dapat digenangi air ; dan (4) pembuatan bedengan, yang bertujuan
untuk penanaman (Sartono, 1995).
OTM adalah yang dilakukan secara terbatas atau seperlunya tanpa melakukan
pengolahan tanah pada seluruh areal lahan. Pengolahan minimum merupakan
cara pengolahan tanah yang lebih sedikit dibandingkan dengan OTI dan TOT
merupakan cara pertanian tanpa dilakukan pengolahan kecuali penugalann atau
pencangkulan untuk menanam benih (Yunus, 2004)
Keutungan mengurangi pengolahan tanah diantaranya yaitu : (1) menghemat
waktu, tenaga dan biaya sehingga produksi lebih efisien dan masa tanam
diperpanjang, (2) sisa-sisa tanaman yang terhampar dipermukaan tanah
melindungi tanah dari pukulan butir-butir hujan dan daya perusak aliran
permukaan sehingga menurunkan erosi, (3) lebih banyak areal yang ditanami
dalam waktu yang singkat, (4) lebih banyak air tersimpan dalam daerah perakaran
karena infiltrasi meningkat sedangkan penguapan menurun dan sangat sesuai bagi
sistem pertanian lahan kering (Hakim, dkk., 1986).
Pemanasan global yang kini terjadi adalah akibat dari makin meningkatnya gas
rumah kaca (GRK) di atmosfer, baik secara alami maupun secara buatan termasuk
sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah
karbon dioksida (CO2), metan (CH4) dan nitrous oksida (N2O). Potensi kekuatan
dalam pemanasan global CH4 21 kali dan N2O 290 kali lebih besar dibanding
dengan CO2 (Walter, 2002). Kehilangan karbon dari sektor pertanian tersebut
terjadi melalui penggunaan langsung energi fosil dalam proses produksi,

8

penggunaan tidak langsung dari input pertanian dan kehilangan bahan organik
tanah melalui dekomposisi dan erosi (Ball dan pretty, 2002).

B. Olah Tanah Konservasi dan Penyerapan Karbon
Menurut Utomo (1995) sistem olah tanah konservasi (OTK) adalah sistem olah
tanah yang berwawasan lingkungan. Pada percobaan jangka panjang pada tanah
Ultisol di Lampung menunjukkan bahwa sistem OTK (olah tanah minimum dan
tanpa olah tanah) mampu memperbaiki kesuburan tanah lebih baik daripada
sistem olah tanah intensif. Pada sistem olah tanah konservasi, tanah diolah
seperlunya saja, atau bila perlu tidak sama sekali, dan mulsa dari residu tanaman
sebelumnya dibiarkan menutupi permukaan lahan minimal 30%. Sistem olah
tanah yang masuk dalam rumpun OTK antara lain olah tanah bermulsa (OTB),
olah tanah minimum (OTM) dan tanpa olah tanah (TOT) (Utomo, 1990)
Pada OTB, pengolahan tanahnya sama dengan olah tanah intensif (OTI), yaitu
dibajak minimal dua kali, tetapi pada permukaan tanahnya ditutupi mulsa. Pada
sistem OTM tanah dibersihkan gulmanya saja, sedangkan pada sistem TOT, tanah
dibiarkan tidak terganggu kecuali alur kecil atau lubang tugalan untuk
penempatan benih agar cukup kontak dengan tanah. Tumbuhan pengganggu
dikendalikan dengan cara kimia (herbisida) dan bersama-sama dengan sisa-sisa
tanaman musiman sebelumnya, biomassa dapat dimanfaatkan sebagai mulsa
(Utomo, 2006).
Walaupun potensi penyerapan karbon dalam biomasa pertanian tanaman pangan
lebih rendah dibandingkan dengan kehutanan, tetapi dengan penerapan sistem

9

olah tanah konservasi jangka panjang, penyerapan dan penyimpanan karbon
dalam tanah lebih besar. Karbon yang tersimpan di dalam tanah merupakan
bagian dari siklus karbon, yaitu hasil bersih dari penambahan tanah hasil
dekomposisi residu tanaman dan pengurangan karbon tanah akibat emisi gas CO2
akibat dekomposisi bahan organik tanah atau akibat erosi (Ball dan pretty (2002)
dalam FAO, 2007).
Biomasa tanaman yang dikembalikan ke lahan sebagai mulsa, akan segera
didekomposisi oleh biota tanah yang dalam prosesnya akan melepas CO2 ke
udara. Tidak semua CO2 hilang ke udara, masih ada yang tinggal di dalam tanah
terkonversi menjadi karbon organik. Adanya tambahan residu tanaman dan
kurangnya manipulasi permukaan tanah pada OTK akan menghasilkan akumulasi
bersih karbon dalam tanah lebih tinggi dari OTI (USDE, 2005).
Penyerapan karbon dalam tanah merupakan penyimpanan karbon dalam bentuk
yang relatif stabil, baik melalui fiksasi CO2 atmosfir secara langsung dan tidak
langsung. Pengikatan karbon secara langsung terjadi karena reaksi senyawa
anorganik kalsium dan magnesium karbonat, sedangkan secara tidak langsung
melalui fotosintesis tanaman yang mampu merubah CO2 atmosfir menjadi
biomassa tanaman. Secara berangsur dan tidak langsung biomassa tanaman ini
tersimpan dalam bentuk bahan organik tanah selama proses dekomposisi. Jumlah
karbon yang tersimpan pada tanah merupakan refleksi keseimbangan yang telah
dicapai dalam jangka panjang antara mekanisme pengambilan dan pelepasan
karbon (Effendi dan Utomo, 1993).

10

Untuk meningkatkan penyimpanan karbon dalam tanah, metode pengolahan tanah
yang dapat dilakukan adalah meningkatkan jumlah karbon masuk kedalam tanah
dalam bentuk residu tanaman atau dapat menekan kecepatan dekomposisi bahan
organik tanah. Penyimpanan karbon dalam tanah dapat berubah karena erosi,
yang menyebabkan redistribusi karbon pada lanskap. Pemecahan agregat
menyebabkan peningkatan mineralisasi bahan organik organik yang sebelumnya
dilindungi oleh agregat (Susanti, 1994).

C. Pengaruh Olah Tanah Konservasi terhadap Penyerapan Karbon
OTI berperan dalam memasok gas CO2 keatmosfer dan penyimpanan merupakan
salah satu cara unutk mengurangi emisi CO2 keatmosfer. Pengolahan tanah
merupakan salah satu faktor yang memepengaruhi laju pertukaran CO2. Laju
pertukaran CO2 yang paling besar ada dipermukaan tanah dimana terdapat
konsentrasi sisa tanaman yang paling tinggi. Semakin dalam keprofil tanah laju
produksi CO2 menurun, dan pada kedalaman 50 cm atau lebih laju pertukaran CO2
sudah sangat terbatas, sehingga perusakan atau perubahan tata guna lahan dapat
dianggap sebagai penyebab pelepasan CO2 yang tersimpan ditanah keatmosfer
(Utomo, 1990).

11

Praktik pengolahan tanah secara efektif melalui aktivitas konservasi tanah dan air
merupakan awal terjadinya penyerapan karbon (C-sequestration) tanah dengan
meningkatnya karbon organic tanah. Peningkatan karbon organic tanah juga
terkait dengan peningkatan produktivitas tanaman dan kualitas lingkungan.
Peningkatan karbon organik tanah umumnya dapat meningkat karena faktor
struktur tanah, porositas tanah dan kapasitas pengikatan air dalam tanah (Buchari,
2002).

12

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan daribulan Juli sampai dengan Oktober 2012 di daerah
Blora Indah Kelurahan Segala Mider, Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung
dengan posisi koordinat 105014’24 5” - 105014’24 3” BT dan 05023’35 5’’ 05023’35 3” LS dan ketinggian tempat berkisar antara 166 – 173 meter di atas
permukaan laut. Pengukuran C-organik dilakukan dengan mengambil sampel
tanah di Lapangan dan analisis C-organikdilakukan dilaboratorium Ilmu Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 BahanDanAlat
Bahan-bahan yang digunakan antara lain aquades, pupuk kimia (Urea, SP-18 dan
KCl), benih kedelai Varietas Tanggamus, dan herbisida berbahan aktif
glifosat.Penetapan C-organik dilakukan dengan metode (Walkey and Black), Ntotal (metode Kjeldahl) dan pH tanah (metode elektrometrik). Alat-alat yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain cangkul, bor tanah, tali plastik,
meteran, kantong pelastik, timbangan, soil moisture (mengukur kelembaban
tanah), soil thermometer(mengukur suhu tanah), alat titrasi dan taster laboratorium
lainnya.

13

3.3 Metode Penelitian
Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok lengkap (RAKL)
dengan enam ulangan. Sebagai perlakuan adalah tiga macam sistem olah tanah,
yaitu :
T0= Sistem tanpa olah tanah (TOT)
T1= Sistem olah tanah minimum (OTM)
T2= Sistem olah tanah intensif (OTI)
Data yang diperoleh diuji dengan menggunakan analisis ragam. Sebelum analisis
ragam, homogenitas data diuji dengan uji Barlet dan aditifitas data dengan uji
Tukey. Setelah itu dilakukan uji lanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
taraf 5 %.Kemudian dilakukan juga uji korelasi antara variabel utama dengan
variabel pendukung.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1

Sejarah Lahan

Lahan yang digunakan untuk pertanaman kacang kedelai pada musim
keduaadalah lahan alang-alang yang berumur lebih dari 10 tahun. Selama 10
tahun, pengelolaan dilakukan hanya dengan memotong alang-alang setiap dua
sampai empat minggu sekali dan serasahnya dibiarkan hingga menjadi bahan
organik. Lahan tersebut tidak pernah dilakukan pengolahan tanah dan penanaman
tanaman, hingga penelitian periode satu pada bulanDesember 2010 – Maret 2011.
Penelitian musim pertama dengan menggunakan sistem pengelolaan lahan dengan
penggunaan tiga sistem olah tanah, yaitu tanpa olah tanah, olah tanah minimum

14

dan olah tanah intensif. Hasil penelitian yang ditanami jagung (Zea mays) pada
musim pertama terhadap kandunganC-organik memberikan pengaruh nyata
sedangkan untuk produksi tidak memberikan pengaruh nyata (Cristanti,2011).
Penelitianmusimpertamaselesai, lahandibiarkanselamasatutahun. Menindaklanjuti
hal tersebut dilakukan penelitian musim tanam kedua dengan menggunakan
tanaman kedelai(Glycine max L).

3.4.2

Persiapan Lahan dan Penanaman

Persiapan awal sebelum pelaksanaan penelitian dilakukan pengukuran lahan dan
pembuatan plot percobaan dengan tali plastik. Pada plot yang sama dengan
sebelumnyadibuat secara kelompok, tiga perlakuan dan enam ulangan maka total
petak adalah 18. Ukuran tiap petak adalah 4m × 2m dan jarak antar petakan 0,5 m.
Tanah diambil pada kedalaman 20 cm dan diambil secara acak pada lima titik
kemudian dikompositkan, hal ini dilakukan untuk mengetahui C-organik awal.
Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Imu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
Pada petak olah tanah intensif (OTI), pengolahan tanah dimulai dengan
pembabatan alang-alang, kemudian tanah diolah sebanyak 2 kali. Mula-mula
tanah dicangkul sedalam lebih kurang 20 cm secara merata, kemudian dilakukan
penghancuran bongkahan pertama. Tanah diratakan dan sisa alang-alang dibuang
dikeluarkan dari petak percobaan. Pada olah tanah minimum (OTM) lahan tidak
disemprot menggunakan herbisida tetapi hanya dilakukan pembabatan gulma, dan
pengolahan tanah seperlunya yaitu hanya setebal 10 cm, kemudian sisa tanaman

15

gulma (alang-alang) digunakan sebagai mulsa. Sedangkan pada petak tanpa olah
tanah (TOT), pengolahan tanah tidak dilakukan,namun dilakukan pembuatan
lubang tanam untuk peletakan benih. Selanjutnya gulma yang tumbuh,
dikendalikan dengan menggunakan herbisida, kemudian sisa gulma dikembalikan
ke lahan sebagai mulsa.Setiap petakan dibuat lubang tanam dengan jarak 25 x 25
cm sampai kedalaman 3-5 cm setelah itu ditanami benih kedelai. Benih ditanam
secara tugal sebanyak dua benih tiap lubang. Setelah tanaman tumbuh (7 HST)
disisakan satu tanaman pada tiap lubang.
Pupuk diberikan secara tugal dikiri-kanan lubang tugalan benih, dengan jarak 1015 cm di samping tanaman selanjutnya ditutup kembali dengan tanah. Pada setiap
plot percobaan diberikan pupuk yaitu pupuk urea (45%N) diberikan dengan dosis
120 kg ha-1, TSP (46% P2O5) dengan dosis sebanyak 45 kg ha-1, dan KCL (50%
K2O) sebanyak 25 kg ha-1 (Pulung, 2009). Pemberian pupuk diberikan secara
bertahap, 1/3 pupuk urea ditambah 1/3 pupuk KCL dan seluruh pupuk TSP
diberikan pada awal tanam. Sedangkan sisanya diberikan pada 1 bulan setelah
tanam dan pada pertumbuhan vegetatif maksimum.
Penyiangan gulma pertama dilakukan dua minggu setelah tanam dan penyiangan
selanjutnya dilakukan 2 minggu kemudian. Penyulaman dilakukan pada saat
tanaman berumur 1 minggu melalui sulam benih. Untuk mencegah hama dan
penyakit dilakukan penyemprotan pestisida yang memiliki bahan aktif fipronil
dengan konsentrasi 4 ml liter-1 air. Penyemprotan pestisida bertujuan untuk
mencegah tanaman dari serangan hama dan penyakit. Tanaman disiram 1 x 2 hari
dengan 40 liter air per plot.Panen kedelai dilakukan pada umur 90 hari dan apabila
warna polong masak telah berwarna coklat muda. Proses pemanenan dilakukan

16

dengan mencabut tanaman hingga akar tanaman untuk mengetahui berat
berangkasan tanaman dan produksi (ton ha-1), kemudian diambil sampel tanah
utuk mengetahui C-organik akhir.

3.4.3

Pengamatan

3.4.3.1 Variabel Utama

3.4.3.1.1 C-organik dengan metode Walkey dan Black pada tanah
C-organik diukur dengan menggunakan metode Walkley dan Black (Thom dan
Utomo, 1991), dengan prosedur sebagai berikut : tanah sebanyak 0,5 gr
dimasukkan ke dalam labu erlenmayer 250 ml dan ditambahkan 5 ml kalium
bikromat 1 N, 10 ml asam sulfat pekat dan diamkan selama 30 menit.
Ditambahkan air destilata sebanyak 100 ml dan biarkan hingga dingin. Kemudian
ditambahkan 5 ml asam fosfat pekat 2,5 ml larutan NaF 4% dan 5 tetes indikator
difenilamin. Setelah itu larutan dititrasi dengan fero amonium sulfat 0,5 N hingga
warna larutan berubah dari coklat kehijauan menjadi biru keruh sampai warna
berubah tajam menjadi hijau terang.
Setelah diperoleh jumlah ml titrasi C-organik dihitung menggunakan rumus :

%� −





ℎ=

Keterangan : T = ml titrasi sampel
S = ml titrasi blangko

�2 � 2 �7 � 1 −


� (�)

� 0,4

17

3.4.3.1.2 Daya Simpan C-organik

Menghitung daya simpan karbon, dilakukan dengan mengukur jumlah karbon Corganik dari masing-masing sistem olah tanah (Fabrizezi dan Rice, 2007).

Perbedaan Corganik = CorganikTOT - CorganikOTM selama 3 bulan
Perbedaan Corganik = CorganikTOT - CorganikOTI selama 3 bulan
Perbedaan Corganik = CorganikOTM - CorganikOTI selama 3 bulan

Daya Simpan C-Organik
TOT terhadap OTI



=







� −�




TOT Terhadap OTM =







OTM Terhadap OTI





� � � −�

=





� −�





� � �

x 100%



� � �

x 100%



� � �

x100%









� � �

3.4.3.1.3Brangkasan Tanaman dan Produksi Kedelai

Brangkasan Tanaman dan biji kedelai diukur kadar airnya. Berat dengan kadar air
yang dikehendakai yaitu 14% dapat dihitung menggunakan rumus :
Berat kedelai dengan kadar air 14% =

(100− )
(100− )

x berat total biji saat panen

Keterangan : a = Nilai kadar air saat panen
b = Nilai kadar air yang dikehendaki (14%)
100 = angka persentase maksimum

3.4.3.2VariabelPendukung
Variabelpendukung yang diamatiadalah : N-total, pH, KTK, SuhudanKelembabantanah

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan :
1. Perlakuan sistem olah tanah konservasi (TOT atau OTM) dan olah tanah
intensif (OTI) tidak berpengaruh terhadap kandungan C-organik tanah.

2. Perlakuan sistem olah tanah konservasi (TOT atau OTM) meningkatkan
produksi biji kering, berangkasan kering dan polong kering tanaman
dibandingkan TOT, namun TOT lebih tinggi dibandingkan dengan OTM.

3. Tidak terdapat korelasi antara N-total, pH, C-organik, KTK dan kelembababan
tanah dengan produksi biji kering, berangkasan kering dan berat polong kering
tanaman, sedangkan suhu terdapat korelasi nyata.

5.2 Saran

Olah tanah konservasi (Tanpa Olah Tanah) baik diterapakan dalam budidaya
tanaman kedelai karena meningkatkan produksi. Karena proses dekomposisi
alang-alang membutuhkan waktu yang lama maka penelitian tentang kandungan
C-Organik pada lahan tersebut perlu dilakukan secara berkelanjutan

28

PUSTAKA ACUAN

Anny. 2005. Teknologi Untuk Menyulap Lahan Alang-Alang Menjadi Lahan
Pertanian. Pusat Penilitian dan Pengembangan Tanaman dan
Agroklimat. Bogor.
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor, IPB Press. 154-155.
Ball, A.S., dan J.N. Pretty. 2002. Agricultural Influences on Carbon Emissions
and Sequestration. University of Essex. Wivenpark, Colchester, UK.
BPP ISMPI (Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia). 2009. KondisiPertanian-Indonesia-saat-ini-Berdasarkan-Pandangan-MahasiswaPertanian-Indonesia.php.htm. Diakses tanggal 15 September 2012.
Buchari, H. 2002. Kajian Lumbung Karbon dan Nitrogen Labil pada Lahan
Alang-Alang di Tanah Ultisol. Ringkasan Disertasi Program Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor. 47 hlm.
Cristianti. 2011. Pengaruh Sistem Olah Tanah Terhadap Kandungan C-Organik
Pada Lahan Bekas Alang-Alang (Imperata cylindrica) Yang Ditanami
Jagung (Zea mays L). Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung,
Bandarlampung. 53 hlm.
Dermiyati. 1997. Pengaruh Mulsa terhadap Aktivitas Mikroorganisme Tanah dan
Produksi Jagung Hibrida C-1. J. Tanah Trop. 5 : 63-68.
Effendi, I. dan M. Utomo. 1993. Analisis Perbandingan Tenaga Kerja, Produksi
dan Penetapan Usahatani kedelai pada Sistem Tanpa Olah Tanah dan
Olahan Tanah Biasa di Rawa Sragi, Lampung. Pres. OTK V : 247-253
hlm.
Fabrizezi, K. and C. Rice. 2007. Soil Carbon Sequestration In Kansas Long Term
Effect Tillage, N Fertilization and Crop Rotation. Departement of
Agronomy, Kansas State University.
FAO (Food and Agriculture Organization). 2007. Carbon Sequestration in Dry
Land Soil. Natural Resources Management and Environment
Department.

29

Gonggo, B. M., B. Hermawan dan D. Anggraeni. 2005. Penngaruh Jenis Tanaman
Penutup dan Pengolahan Tanah Terhadap Sifat Fisika Tanah pada lahan
Alang-alang. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (7) 1 : 45-50.
Hakim, N., Y. Nyakpa, A.M Lubis, S.G Nugroho, M.R Saul, M.A Diha, B.H Go
dan H.H Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.
Bandar Lampung. 490 hlm
Hasnudi dan Eniza, S. 2004. Rencana Pemanfaatan Lahan Kering Untuk
Pengembangan Usaha Peternakan Ruminansia dan Usaha Tani Terpadu
Di Indonesia. Bogor
Hierra, 2012. Olah Tanah Konservasi. http://blog.ub.ac.id. Diakses pada tanggal
22 September 2012.
Info Pemanasan Global. 2009. http:/www.infopemnasanglobal.wordpress.com.
Diaksek pada tangal 24 Mei 2013.
Johannis, M. L. 2012. Pemanasan Global Dan Pertanian Konservasi.
http://sinarharapan.go.id. Diakses 22 September 2012.
MAF (Ministry of Agriculture and Forestry) New Zealand. 2006. Sustainable
Land Management and Climate Change. Option for Plan of Action. New
Zealand Gorvernment Initiative on Sustainability.
Marufah, D. 2008. Pengolahan Gulma Alang-Alang Pada Lahan Perkebunan.
Diakses tanggal 25 September 2012. http://marufah.blog.uns.ac.id.
Megasari, D. 2009. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemupukan Nitrogen
Jangka Panjang Terhadap Laju Respirasi Tanah Pada Tanaman Jagung
di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung. Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Lampung. 42 hlm
Sarief, E. S. 1985. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. 157 hlm.
Sarno, S. Yusnaini, Dermiyati dan M. Utomo. 1998. Pengaruh Sistem Olah Tanah
dan Pemupukan Nitrogen Jangka Panjang Terhadap Kandungan Asam
Humik dan Fulvik. J. Tanah Trop. 7 : 35-42.
Sartono, 1995. Pengaruh Sistem Olah Tanah dann Mulsa Terhadap Produksi Tebu
(Saccharum officinarum L.) Lahan Kering pada Ultisol Gunung Madu.
Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. 54 hlm.
Sedjo, R., B. Sohngen., dan P. Jagger. 1998. Carbon Sinks in Post-Kyoto Wolrd.
Internet Edition. Resources for the Future. Washington DC.
Susanti, B. 1994. Produksi CO2 yang Diinduksi Substrat Karbon Pada Tanah
Ultisol Taman Bogo Akibat Pemberian Pupuk Hijua dan Kombinasinya

30

dengan Pupuk Kimia Setelah Pertanaman Padi Gogo Musim Tanam
Kelima. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 67 hlm.
Tjitroseodirdo, S. dan E. Suryatna. 1983. Pengelolaan Alang-alang ke arah Sistem
yang Produktif. Pertemuan Teknis Pengelolaan Padang AlangAlang di Daerah Perkebunan. Balai Penelitian Perkebunan Sumbawa,
Sumatra Selatan. 97 hlm.
USDE (United State Departement of Energy). 2005. Less is More : No-till
Agriculture Helps Mitigate Global Warming. US Department of
Research News. Office of Science of US Department of Energy.
Utomo, M. 1990. Budidaya Pertanian Tanpa Olah Tanah, teknologi untuk
pertanian berkelanjutan.
Direktorat produksi Padi dan Palawija,
Dapartemen Pertanian. Jakarta.
Utomo, M. 1994. Peranan Olah Tanah Konservasi Dalam Pemugaran Tanah Di
Lahan Kering. Seminar HIMITI, Bandar Lampung, 26 Mei 1994.
Utomo, M. 1995. Kekerasan Tanah dan Serapan Hara Tanaman Jagung pada Olah
Tanah: Konservasi Jangka Panjang. J. Tanah Trop. 1:1-7.
Utomo, M. 2004. Olah Tanah Konservasi untuk Budidaya Jagung Berkelanjutan.
Prosiding Seminar Nasional IX Budidaya Pertanian Olah Tanah
Konservasi. Gorontalo. 28 hlm
Utomo, M. 2006. Bahan Buku Pengelolaan Lahan Kering Berkelanjutan.
Universitas Lampung. Bandar Lampung. 25 hlm.
Walters, D. 2002. Is the Conservation tillage Answer to Global Warming?.
Institute of Agriculture and Natural Resources. University of Nebraska,
Lincoln, USA
Widiyono, H. 2005. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pertanaman Terhadap
Erosi Tanah. J. Akta-Agrosia. 8(2) : 74-79.
Yunus, Y. 2004. Tanah dan Pengolahan. Alfabeta. Bandung. 163 hlm.

Dokumen yang terkait

Respons Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L. (Merill)) di Lahan Kering Terhadap Pemberian Berbagai Sumber N

0 48 104

Uji Ketahanan Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.) Di Luar Musim Tanam Terhadap Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi Syd.) Di Lapangan

3 63 80

Laju Penutupan Tanah dengan Tanaman Kacang- kacangan (Leguminous) pada Lahan Alang-Alang

3 31 74

Seleksi Massa Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L. Meril) Terhadap Radiasi Sinar Gamma Pada Turunan Kedua

7 121 76

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.) Terhadap Jarak Tanam Di Lahan Sawah

0 32 97

PENGARUH SISTEM PENGOLAHAN TANAH TERHADAP KANDUNGAN BIOMASSA NITROGEN MIKROORGANISME (N-mik) LAHAN BEKAS ALANG-ALANG (Imperata cylindrica L.) UMUR LEBIH DARI 10 TAHUN YANG DITANAMI JAGUNG (Zea mays L.)

3 21 43

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP TOTAL BAKTERI TANAH PADA PERTANAMAN KEDELAI MUSIM TANAM KEDUA SETELAH PERTANAMAN JAGUNG DI LAHAN BEKAS ALANG-ALANG(Imperata cylindrica. L)

3 22 56

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP POPULASI DAN BIOMASSA CACING TANAH PADA LAHAN BEKAS ALANG-ALANG (Imperata cylindrica L.) YANG DITANAMI KEDELAI (Glycine max L.) MUSIM KEDUA

1 46 58

PEMAKAIAN KOMPOS ALANG-ALANG (Imperata cylindrica L. BEAUV) PADA TANAH ULTISOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP KETERSEDIAAN P DAN PRODUKSI KEDELAI(Composed Alang-alang (Imperata cylindrica L. BEAUV) used to P-aviable and Soybean yield on Ultisol soil).

2 3 4

PENGARUH pH MEDIA TANAM TERHADAP SENYAWA ALELOPATI YANG DIKELUARKAN OLEH ALANG-ALANG (Imperata cylindrica).

0 0 24