Laju Penutupan Tanah dengan Tanaman Kacang- kacangan (Leguminous) pada Lahan Alang-Alang

(1)

LAJU PENUTUPAN TANAH DENGAN TANAMAN

KACANG-KACANGAN (LEGUMINOUS) PADA LAHAN ALANG-ALANG

SKRIPSI

OLEH

EFIANA D. MALAU 031202023/ BUDIDAYA HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Judul Skripsi : Laju Penutupan Tanah dengan Tanaman Kacang- kacangan (Leguminous) pada Lahan Alang-Alang Nama : Efiana D. Malau

NIM : 031202023

Program Studi : Budidaya Hutan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Ketua,

Dwi Endah Widyastuti, S.Hut, M.Si NIP. 132 259 568

Anggota,

Aswandi, S.Hut, M.Si NIP. 710 034 582

Mengetahui,

Ketua Departemen Kehutanan

Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS NIP. 132 287 853


(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Selama menjalani perkuliahan dan penelitian banyak tantangan dan hambatan yang penulis hadapi, namun penulis tetap dapat menyelesaikannya. Namun itu semua dapat dilalui dengan semangat karena Kasih, Karunia dari Tuhan Yesusku yang Maha Baik, Maha Kasih. Seperti apapun hidupku, Dia penuh Kasih tetap menyertaiku, Kasih-Nya sempurna untukku. Tuhan Yesus Kristus juga memberiku kehidupan yang begitu indah bersama:...

1. Ayahanda P. Malau dan Ibunda R.R. Sitanggang (Alm) atas segala doa, pengorbanan, motivasinya dan waktunya memperhatikan keluarga (I Love You...you are the best....).

2. Kakanda Togar, Juniar Morgan, Makmur, Canris, Rosita dan Adinda Roganda dan Eightko Malau serta iparku kakanda P. Sitanggang, N. Simbolon, T. Nainggolan dan M. Tambunan atas segala doa, motivasi, cerewetan manisnya. (aku bahagia banget bisa menjadi bagian dari keluargaku).

3. Ibu Dwi Endah Widyastuti, S.Hut, M.Si dan Bapak Aswandi, S.Hut, M.Si, selaku komisi pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing, mengoreksi dan memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Seluruh karyawan/i Departemen Kehutanan usu, terimakasih atas bantuannya. 5. Teman-temen seperjuangan di kampus Kehutanan USU tercinta, all stambuk

terkhusus buat stambuk 2003 program studi Teknologi Hasil Hutan, Manajemen Hutan n teristimewa buat Budidaya Hutan.


(4)

6. Temen-temen sepetualangan di KOMPAS-USU tercinta….. hidup dengan tantangan adalah hidup yang penuh arti….terkhusus angkatanku Sylva Dupa….. Lestari…bro..!!!!!

7. Tidak akan terlupakan temen-temen serumahku selama 5 tahun ini di Kost’77 teraman n teradem.

8. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.


(5)

ABSTRAK

Alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv. merupakan salah satu jenis vegetasi yang mencirikan lahan kritis. Dominansi alang-alang pada lahan kritis mengakibatkan berbagai upaya mengalami kegagalan karena lahan alang-alang rentan kebakaran dan dominansinya mengganggu suksesi alam. Salah satu upaya untuk mengurangi dominansi alang-alang adalah penanaman kacang-kacangan penutup tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan laju penutupan tanah tiga jenis tanaman kacang-kacangan yaitu Kara Benguk (Mucuna pruriens DC), Kacang Calopo (Calopogonium mucunoides Desv) dan Kacang Sentro (Centrosema pubescens Benth) yang diberi pupuk kandang dan yang tidak diberi pupuk kandang pada lahan alang-alang bekas penggembalaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang meningkatkan pertumbuhan panjang rata-rata ke tiga jenis tanaman, 12 Minggu Setelah Tanam (MST) berpengaruh meningkatkan riap rata-rata Mucuna pruriens DC dan Centrosema

pubescens Benth tetapi tidak mempengaruhi panjang riap rata-rata jenis Calopogonium mucunoides Desv. Pemberian pupuk kandang meningkatkan laju

penutupan tanah jenis Mucuna pruriens DC tetapi tidak meningkatkan jenis

Calopogonium mucunoides Desv dan Centrosema pubescens Benth. Laju

penutupan tanah jenis Mucuna pruriens DC hingga 12 MST lebih baik dibandingkan kedua jenis lainnya dijadikan sebagai tanaman penutup tanah pada lahan alang-alang. Untuk mengetahui pertumbuhan ketiga jenis secara lebih teliti dan tepat diperlukan waktu pengamatan yang lebih panjang.

Kata kunci : Alang-alang, lahan kritis, pupuk kandang, kacang-kacangan, tanaman penutup tanah.


(6)

ABSTRACT

Imperata cylindrica (L) Beauv. is one of kinds of vegetation which charatered the

critical land. The dominance of Imperata cylindrica (L) Beauv. at critical land cause many efforts have failed because the Imperata cylindrica (L) Beauv. field susceptible to burned and it dominance disturb nature succesion. One of the eforts to decrease the Imperata cylindrica (L) Beauv. dominance is planting the

leguminous cover crops. The purpose from this research is comparing the rate of

covering soil from the three kinds of Leguminous are Mucuna pruriens DC,

Calopogonium mucunoides Desv and Centrosema pubescens Benth which given

by green manure at Imperata cylindria (L) Beauv. field ex grasshand. The result of research show that the given of green manure increase the long rate average grow those up three kinds of plants,12 weeks after planting influence to increase the average of grow up rate Mucuna pruriens DC and Centrosema pubescens Benth but does not influence the average of grow up rate from kinds of

Calopogonium mucunoides Desv and Centrosema pubescens Benth kinds. The

covering soil rate Mucuna pruriens DC kinds until 12 weeks after planting is well comparing with the both of the others kinds can be as the vegetative cover crops at

Imperata cylindrica (L). To know the grow of three kinds of this plant is more

punctual and correct needs more long time research.

Key words :Imperata cylindrica (L) Beauv., critical land, green manure, Leguminuous, vegetative cover crops.


(7)

RIWAYAT HIDUP

Efiana Dewivita Malau dilahirkan di Pangururan pada tanggal 06 Oktober 1984, penulis merupakan anak ke enam dari delapan bersaudara dari Bapak P. Malau dan Ibu R.R. Sitanggang.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri No. 173751 Rianiate tahun 1997, lulus dari SLTP Sw. R.K. Budi Mulia Pangururan tahun 2000, lulus dari SMU Negeri 1 Pangururan tahun 2003 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Perguruan Tinggi Negeri Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Departemen Kehutanan, Program Studi Budidaya Hutan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) tahun 2006. Penulis aktif dalam Ikatan Mahasiswa Katolik Fakultas Pertanian sebagai Biro Kerohanian dan Biro Kaderisasi dan Keluarga Mahasiswa Katolik Universitas Sumatera Utara. Penulis aktif di Korps Mahasiswa Pencinta Alam dan Studi Lingkungan Hidup Universitas Sumatera Utara (KOMPAS-USU) sebagai sekretaris umum.

Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Taman Hutan Raya Bukit Barisan Kabupaten Karo dan di hutan mangrove Bandar Khalipah Sumatera Utara. Tahun 2007 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di HPHTI PT. Arara Abadi, Perawang- Riau. Bulan Desember 2007 sampai dengan April 2008 penulis melaksanakan penelitian di Desa Hutanamora Kecamatan Pangururan, Kabupaten. Samosir dengan judul ”Laju Penutupan Tanah dengan Tanaman Kacang-Kacangan (Leguminous) pada


(8)

Lahan Alang-Alang” dibimbing oleh Dwi Endah Widyastuti, S.Hut, M.Si dan Aswandi, S.Hut, M.Si.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Adapun judul penelitian ini adalah Laju Penutupan Tanah dengan Tanaman Kacang-kacangan (Leguminous) pada Lahan Alang-Alang.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dwi Endah Widyastuti, S.Hut, M.Si selaku ketua komisi pembimbing penulis dan kepada Bapak Aswandi S.Hut, M.Si selaku anggota komisi pembimbing penulis, atas semua bimbingan, masukan dan bantuan serta motivasi dalam penyelesaian penelitian ini. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun untuk penyempurnaan tulisan ini, semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang memerlukan.

Medan, Juni 2008


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesa Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Padang Alang-Alang ... 4

Perkembangan Padang Alang-Alang ... 5

Peranan Pupuk Kandang Bagi Tanaman ... 6

Pemilihan Tanaman Rehabilitasi Lahan Alang-Alang ... 8

METODOLOGI Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 16

Alat dan Bahan ... 16

Prosedur ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 22

Pembahasan ... 35

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 43

Saran ... 44 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Mucuna pruriens DC ... 11

2. Calopogonium mucunoides Desv ... 13

3. Centrosema pubescens Benth... 14

4. Lay Out (Tata Letak) Petak Contoh Penelitian ... 17

5. Grafik Panjang Rata-Rata Tanaman per Minggu ... 23

6. Grafik Laju Pertumbuhan Tanaman Secara Periodik ... 25

7. Grafik Laju Pertumbuhan Panjang Rata-Rata ... 27

8. Grafik Laju Penutupan Tanah ... 29

9. Tanaman Leguminous pada umur 2 MST ... 30

10. Mucuna pruriens DC pada umur 7 MST ... 30

11. Calopogonium mucunoides Desv pada umur 7 MST ... 30

12. Centrosema pubescens Benth pada umur 7 MST ... 31

13. Mucuna pruriens DC pada umur 12 MST ... 31

14. Calopogonium mucunoides Desv pada umur 12 MST ... 31

15. Centrosema pubescens Benth pada umur 12 MST... 32

16. Pengukuran Laju Penutupan Tanah dengan Metode Kertas Millimeter 32 17. Grafik Pengaruh Pupuk Terhadap Panjang Tanaman ... 33


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tally Sheet Panjang Penjalaran Tanaman ... 19

2. Panjang Rata-Rata Tanaman per Minggu pada Petak 1 ... 22

3. Panjang Rata-Rata Tanaman per Minggu pada Petak 2 ... 22

4. Laju Pertumbuhan Panjang Secara Periodik pada Petak 1 ... 24

5. Laju Pertumbuhan Panjang Secara Periodik pada Petak 2 ... 24

6. Laju Pertumbuhan Panjang Rata-Rata pada Petak 1 ... 26

7. Laju Pertumbuhan Panjang Rata-Rata pada Petak 2 ... 26

8. Laju Penutupan Tanah selama 12 MST pada Petak 1 ... 28

9. Laju Penutupan Tanah selama 12 MST pada Petak 2 ... 29

10. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang terhadap Panjang Tanaman ... 32

11. Nilai T hitung dan T tabel dengan uji “T” ... 33 12. Hasil Analisa Tanah Sebelum dan Sesudah Penanaman Leguminous . 34


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Panjang Pertumbuhan M. pruriens DC pada sub petak I di petak 1 .... 47

2. Panjang Pertumbuhan C. mucunoides Desv pada sub petak II di petak 1 47 3. Panjang Pertumbuhan C. pubescens pada sub petak III di petak 1 ... 47

4. Panjang Pertumbuhan Rata-Rata Tanaman pada Petak 1 ... 48

5. Laju Pertumbuhan Tanaman Secara Periodik pada Petak 1 ... 48

6. Laju Pertumbuhan Panjang Rata-Rata pada Petak 1 ... 48

7. Panjang Pertumbuhan M. pruriens pada sub petak I di petak 2... 48

8. Panjang Pertumbuhan C. mucunoides pada sub petak II di petak 2.... 49

9. Panjang Pertumbuhan C. pubescens pada sub petak III di petak 2 ... 49

10. Panjang Pertumbuhan Rata-Rata Tanaman pada Petak 2 ... 49

11. Laju Pertumbuhan Tanaman Secara Periodik pada Petak 2 ... 50

12. Laju Pertumbuhan Panjang Rata-Rata pada Petak 2 ... 50

13. Uji ”T” Panjang Rata-Rata Mucuna pruriens ... 51

14. Uji ”T” Panjang Rata-Rata Calopogonium mucunoides ... 52

15. Uji ”T” Panjang Rata-Rata Centrosema pubescens ... 53

16. Uji ”T” Riap Rata-Rata Mucuna pruriens ... 54

17. Uji ”T” Riap Rata-Rata Calopogonium mucunoides ... 55

18. Uji ”T” Riap Rata-Rata Centrosema pubescens ... 56

19. Uji ”T” Penutupan Tanah Mucuna pruriens ... 57

20. Uji ”T” Penutupan Tanah Calopogonium mucunoides ... 58

21. Uji ”T” Penutupan Tanah Centrosema pubescens ... 59

22. Hasil Analisis Tanah Sebelum Penanaman ... 60


(14)

ABSTRAK

Alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv. merupakan salah satu jenis vegetasi yang mencirikan lahan kritis. Dominansi alang-alang pada lahan kritis mengakibatkan berbagai upaya mengalami kegagalan karena lahan alang-alang rentan kebakaran dan dominansinya mengganggu suksesi alam. Salah satu upaya untuk mengurangi dominansi alang-alang adalah penanaman kacang-kacangan penutup tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan laju penutupan tanah tiga jenis tanaman kacang-kacangan yaitu Kara Benguk (Mucuna pruriens DC), Kacang Calopo (Calopogonium mucunoides Desv) dan Kacang Sentro (Centrosema pubescens Benth) yang diberi pupuk kandang dan yang tidak diberi pupuk kandang pada lahan alang-alang bekas penggembalaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang meningkatkan pertumbuhan panjang rata-rata ke tiga jenis tanaman, 12 Minggu Setelah Tanam (MST) berpengaruh meningkatkan riap rata-rata Mucuna pruriens DC dan Centrosema

pubescens Benth tetapi tidak mempengaruhi panjang riap rata-rata jenis Calopogonium mucunoides Desv. Pemberian pupuk kandang meningkatkan laju

penutupan tanah jenis Mucuna pruriens DC tetapi tidak meningkatkan jenis

Calopogonium mucunoides Desv dan Centrosema pubescens Benth. Laju

penutupan tanah jenis Mucuna pruriens DC hingga 12 MST lebih baik dibandingkan kedua jenis lainnya dijadikan sebagai tanaman penutup tanah pada lahan alang-alang. Untuk mengetahui pertumbuhan ketiga jenis secara lebih teliti dan tepat diperlukan waktu pengamatan yang lebih panjang.

Kata kunci : Alang-alang, lahan kritis, pupuk kandang, kacang-kacangan, tanaman penutup tanah.


(15)

ABSTRACT

Imperata cylindrica (L) Beauv. is one of kinds of vegetation which charatered the

critical land. The dominance of Imperata cylindrica (L) Beauv. at critical land cause many efforts have failed because the Imperata cylindrica (L) Beauv. field susceptible to burned and it dominance disturb nature succesion. One of the eforts to decrease the Imperata cylindrica (L) Beauv. dominance is planting the

leguminous cover crops. The purpose from this research is comparing the rate of

covering soil from the three kinds of Leguminous are Mucuna pruriens DC,

Calopogonium mucunoides Desv and Centrosema pubescens Benth which given

by green manure at Imperata cylindria (L) Beauv. field ex grasshand. The result of research show that the given of green manure increase the long rate average grow those up three kinds of plants,12 weeks after planting influence to increase the average of grow up rate Mucuna pruriens DC and Centrosema pubescens Benth but does not influence the average of grow up rate from kinds of

Calopogonium mucunoides Desv and Centrosema pubescens Benth kinds. The

covering soil rate Mucuna pruriens DC kinds until 12 weeks after planting is well comparing with the both of the others kinds can be as the vegetative cover crops at

Imperata cylindrica (L). To know the grow of three kinds of this plant is more

punctual and correct needs more long time research.

Key words :Imperata cylindrica (L) Beauv., critical land, green manure, Leguminuous, vegetative cover crops.


(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Luas lahan kritis Indonesia hasil inventarisasi tahun 2006 mencapai ± 77,8 juta ha, 61 % diantaranya berada ditingkat sangat kritis, 30 % kritis dan 9 % lainnya agak kritis. Luas lahan kritis untuk daerah Sumatera Utara ± 5,2 juta ha dan ± 3,2 juta ha diantaranya berada ditingkat sangat kritis yang rawan memicu berbagai bencana. Akibat pengolahan lahan yang tidak lestari, konversi hutan, kebakaran hutan, penebangan liar, luas lahan kritis meningkat setiap tahunnya.

Padang alang-alang merupakan salah satu jenis yang mendominasi terbentuknya lahan kritis. Pertumbuhan alang-alang merata terdapat di daerah Samosir dan sekitar Daerah Tangkapan Air Danau Toba. Akibat kebakaran lahan yang berulang upaya rehabilitasi mengalami kegagalan karena tanaman yang ditanam terbakar sehingga suksesi tidak berjalan dengan baik. Salah satu penyebab kebakaran lahan adalah kebiasaan membakar padang rumput untuk mendorong tumbuhnya tunas-tunas muda alang-alang yang disukai ternak gembala.

Rehabilitasi lahan diperlukan supaya lahan menjadi lebih produktif dan pemanfaatannya bukan hanya padang penggembalaan saja tetapi dapat difungsikan sebagai lahan pertanian dengan bentuk agroforestry tanpa mengabaikan kelestarian alam. Rehabilitasi lahan kritis dapat juga dengan vegetasi, tidak hanya dengan pohon, tetapi dengan kombinasi tanaman penutup tanah. Tanaman kacang-kacangan memiliki potensi untuk menyuburkan tanah dan pakan ternak. Penanaman tanaman kacang-kacangan penutupan tanah (LCCs=


(17)

Leguminous cover crops) sebagai mulsa hidup diyakini mampu memperbaiki kondisi tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanaman (Friday at al. 2000).

Penanaman kacang-kacangan dilakukan pada lahan alang-alang yang merupakan bekas lahan penggembalaan ternak masyarakat. Kotoran dari ternak masyarakat dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang. Oleh karena itu pupuk kandang tersebut dimanfaatkan dalam penanaman kacang-kacangan yang dapat memperbaiki produktivitas tanah serta menyuburkan tanaman karena menyediakan unsur hara bagi tanaman tersebut.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk membandingkan laju pertumbuhan dan penutupan tanah tiga jenis tanaman kacang-kacangan yaitu Kara Benguk(Mucuna pruriens DC), Kacang Calopo atau Kacang Asu (Calopogonium mucunoides

Desv) dan Kacang Sentro (Centrosema pubescens Benth) yang diberi pupuk kandang dan yang tidak diberi pupuk pada lahan alang-alang bekas penggembalaan di Samosir Sumatera Utara.

Hipotesa Penelitian

Pemberian pupuk kandang meningkatkan laju pertumbuhan dan penutupan tanah dengan tanaman kacang-kacangan.


(18)

Manfaat Penelitian

Diperoleh alternatif teknik pengurangan dominansi alang-alang dan peningkatan produktivitas lahan kritis. Pengurangan dominansi alang-alang diharapkan dapat mengurangi potensi resiko kebakaran lahan kritis.


(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Ekologi Alang-alang

Ciri utama lahan kritis adalah gundul, terkesan gersang dan produktivitasnya yang rendah. Umumnya lahan kritis didominasi vegetasi alang-alang. Alang-alang (Imperata cylindrica) adalah jenis rumput tahunan yang menyukai sinar matahari dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan

akar rimpang yang menyebar luas di bawah permukaan tanah (Friday at al., 2000). Ketika hutan terganggu, alang-alang sering mendominasi

lahan terdegradasi. Benih alang-alang dapat menyebar luas dan mampu tumbuh pada berbagai kesuburan tanah. Sekali tumbuh, alang-alang merupakan bahan bakar yang sangat mudah terbakar. Tiga hari tanpa hujan dapat mengeringkan

dedaunannya yang cukup untuk memicu kebakaran (Friday etal., 1999 dalam Aswandi etal,. 2005).

Alang-alang dapat berkembang biak melalui biji dan akar rimpang (rhizome), namun pertumbuhannya terhambat bila ternaungi. Oleh karena itu salah satu cara mengatasinya adalah dengan jalan menanam tanaman lain yang tumbuh lebih cepat dan dapat menaungi (Irwanto, 2006).

Pembukaan hutan menyebabkan perubahan lingkungan dari keadaan tertutup menjadi lingkungan yang terbuka, sehingga mendorong tumbuhnya alang-alang. Alang-alang termasuk tanaman C4 yang membutuhkan sinar matahari penuh untuk pertumbuhannya, dengan kata lain alang-alang dapat tumbuh dengan baik pada lahan yang terbuka. Lahan yang ditinggalkan petani (diberokan) akan ditumbuhi dengan alang-alang sehingga akan menurunkan


(20)

produksi tanaman pangan, yang disebabkan karena tidak adanya pengembalian bahan organik (Purnomosidhi dan Rahayu, 2002).

Perkembangan Padang Alang-alang

Di seluruh kawasan Asia Tenggara, hutan merupakan vegetasi klimaks yang asli dan alami, tetapi alang-alang pada saat ini sudah menyebar di mana-mana. Ketika hutan dirusak karena adanya penebangan kayu, perladangan berpindah atau kebakaran, seringkali alang menggantikannya. Biji alang-alang mudah tersebar pada wilayah yang sangat luas karena ditiup angin dan mampu tumbuh pada tempat yang basah maupun kering, pada tanah yang subur atau tandus sekalipun. Ketika sudah berkembang, maka alang-alang merupakan bahan bakar yang sangat mudah terbakar. Kebakaran ini mempercepat pembungaan dan pembentukan tunas akar rimpang. Pada saat yang sama, api merusak bahkan mematikan vegetasi hutan. Apabila sering terjadi kebakaran, maka secara bertahap alang-alang menjadi lebih dominan menutupi lahan (Friday at al., 2000).

Lahan alang-alang juga memiliki ketahanan tinggi, sehingga tanaman lain mengalami kesulitan ketika harus bersaing dengannya dalam memperoleh air, unsur hara dan cahaya. Beberapa jenis tanaman terganggu pertumbuhannya karena adanya zat beracun (allelopati) yang dikeluarkan oleh akar dan rimpang alang-alang sehingga vegetasi alang-alang murni sukar untuk digantikan oleh jenis yang lainnya. Tatkala pertumbuhan alang-alang tertekan, maka jenis-jenis tumbuhan lainnya akan lebih mudah tumbuh. Menurut Irwanto (2006) agroforestri mempercepat konversi lahan alang-alang melalui mekanisme:


(21)

1. melindungi seluruh wilayah dari bahaya kebakaran, 2. menanam pepohonan,

3. menekan alang-alang sehingga tidak mampu bersaing dengan tanaman lain akan cahaya dan air, dan/atau

4. mempercepat pertumbuhan pepohonan dengan memberi tambahan pupuk, kapur, atau bahan organik.

Tanaman penutup tanah merupakan suatu tindakan konservasi, baik pada saat bukan musim tanam maupun sebagai penutup tanah di bawah pepohonan. Tanaman penutup tanah biasanya dari jenis leguminous. Keberadaan tanaman penutup tanah di bawah tanaman perkebunan berguna untuk melindungi tanah dari jatuhnya butir-butir hujan, perlindungan terhadap tanah sehingga dapat menjaga kadar air tanah. Setelah mengalami kematian, tanaman penutup tanah membusuk dan dapat memperkaya kandungan bahan organik tanah. Tanaman penutup tanah yang umum digunakan adalah Poeraria phaseoloides,

Callopogonium muconoides dan Centrosema pubescens (Rahim, 2000).

Peranan Pemupukan Bagi Tanaman

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman ditentukan oleh berbagai faktor tanah dan iklim serta faktor-faktor yang terdapat di dalam tanah itu. Beberapa faktor dikendalikan oleh manusia, tetapi banyak juga yang tidak dapat dikendalikan. Misalnya, orang tidak dapat mengendalikan udara, cahaya dan suhu tetapi dapat mempengaruhi penyediaan unsur hara tanaman dalam tanah. Mereka meningkatkan persediaan hara yang tersedia dengan cara mengubah keadaan tanah atau melakukan penambahan dalam bentuk pupuk (Foth, 1994).


(22)

Pemupukan bertujuan untuk mencapai kondisi di mana tanah memungkinkan tanaman tumbuh dengan baik. Pertumbuhannya tidak saja tergantung dari tersedianya berbagai zat makanan dalam jumlah yang cukup, tetapi juga dari persyaratan lain seperti struktur dan kondisi derajat kemasaman tanah. Pemupukan mempengaruhi keadaan itu. Keadaan tanah yang baik mendorong tanaman dapat menyerap makanan melalui pertumbuhan akarnya yang kuat dengan lebih mudah (Rinsema, 1993).

Salah satu pembentuk tanah adalah bahan organik sehingga sangat penting dilakukan penambahan bahan organik ke dalam tanah melalui pupuk organik. Pupuk organik berasal dari kotoran hewan/ternak, sisa tanaman dan bangkai binatang dan limbah rumah tangga. Pupuk kandang, pupuk hijau, kompos dan guano termasuk pupuk organik. Pupuk kandang merupakan kotoran padat dan cair dari hewan ternak yang tercampur dengan sisa-sisa makanan ataupun alas kandang. Menurut Sutejo (2002) pupuk kandang mempunyai sifat yang lebih baik dibanding dengan pupuk alam lainnya maupun dengan pupuk buatan. Di dalam tanah pupuk kandang mempunyai pengaruh yang baik terhadap terhadap sifat fisis tanah, mempertinggi kadar humus, menjadikan tanah mudah diolah dan terisi oksigen yang cukup. Pupuk kandang dianggap sebagai pupuk lengkap karena selain menimbulkan tersedianya unsur-unsur hara bagi tanaman, juga mengembangkan kehidupan mikroorganisme (jasad renik) di dalam tanah. Dengan kata lain, pupuk kandang mempunyai kemampuan mengubah berbagai faktor dalam tanah, sehingga menjadi faktor-faktor yang menjamin kesuburan tanah.


(23)

Pemilihan Tanaman Rehabilitasi Lahan Alang-Alang

Untuk menghambat alang-alang sebelum tanaman atau pohon ditanam, dipilih spesies tanaman yang agresif. Jika jenis yang ditanam merupakan tanaman pangan, maka dipilih varietas tanaman penutup tanah yang berumur pendek sekitar 3-4 bulan (misalnya Mucuna pruriens DC). Jika diperlukan penutupan tanah dalam jangka waktu lebih lama, selain jenis yang berumur pendek tersebut, dicampur pula dengan beberapa spesies yang berumur lebih panjang (contoh:

Centrosema atau Pueraria). Jika terdapat musim kemarau, sebaiknya digunakan campuran jenis yang tahan kekeringan (Irwanto, 2006).

Penanaman tanaman kacang-kacangan penutup tanah (LCCs =Leguminous Cover Crops) dapat berfungsi sebagai mulsa hidup, untuk mengendalikan erosi dan mencegah tumbuhnya gulma. Banyak jenis tanaman ini merupakan pakan ternak yang bernilai gizi tinggi. Bila tanaman ini dibenamkan, akan menyumbang sejumlah besar bahan organik, nitrogen dan fosfor yang tersedia ke dalam tanah. Tanaman kacang-kacangan penutup tanah dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan dan perkembangan alang-alang yang ada. Tanaman ini umumnya sangat bermanfaat untuk mencegah alang-alang tumbuh kembali setelah dapat dikendalikan (Irwanto, 2006).

Menurut Irwanto (2006) tanaman kacang-kacangan sering ditanam sebagai tanaman sela, tanaman tumpang gilir (a relay crop), maupun sebagai tanaman bera. Sifat-sifat spesies yang baik dapat dipertimbangkan sebagai penutup tanah untuk menghambat alang-alang adalah sebagai berikut :

1. Penambat nitrogen


(24)

3. Toleran terhadap pengaruh alelopati alang-alang 4. Mudah dan cepat tumbuh secara alami

5. Tahan terhadap hama dan penyakit

6. Merambat dan mampu menghambat pertumbuhan alang-alang 7. Penghasil pakan ternak dan kayu bakar

8. Benihnya mudah tersedia

Menurut Mcilroy (1976) bila dibandingkan dengan pertanaman murni maka keuntungan dari pertanaman campuran (umumnya dengan leguminous) adalah sebagai berikut:

1. Pembentukan padang rumput yang lebih cepat dan penggunaan tanah yang lebih baik

2. Distribusi pertumbuhan musiman yang lebih baik

Musim merumput mungkin dapat diperpanjang dengan adanya species-species yang masak dini dan yang masak lambat

3. Meningkatkan produksi yang lebih tinggi

4. Leguminous dapat ditanam bersama dengan rumput-rumput untuk keuntungan rumput-rumput tersebut. Leguminous lebih kaya akan kandungan nitrogen dan kalsium (kapur) dibandingkan dengan rumput-rumput dan menaikkan nilai gizi padang rumput.

Padang rumput campuran antara rumput dengan leguminous lebih sempurna dan lebih disukai ternak daripada suatu pertanaman rumput murni.

1. Mucuna pruriens DC (Kara Benguk)

Kara benguk adalah liana, berbulu dengan panjang 2-18 m dengan batang menggalah. Berasal dari Asia Tenggara atau Selatan dan telah tersebar secara luas


(25)

di seluruh daerah tropika termasuk Indonesia. Tanaman ini telah dikenal secara luas oleh masyarakat di Pulau Jawa, Bali, Sumatra maupun Sulawesi Utara dan Maluku. Kacang ini tumbuh baik pada pasir berdrainase baik, tanah liat dan ultisols dengan pH 5-6.5, tetapi juga tumbuh dengan baik pada lahan berpasir asam, tidak toleran terhadap air yang berlebih. Perbanyakan tanaman biasanya dengan biji, tingkat perkecambahan pada benih adalah 90-100 %, perkecambahan akan terjadi dalam 4-7 hari. Biji berbentuk lonjong-menjorong, sedikit gepeng, warna beragam dengan panjang 1,5-2 cm dan ketika ditanam untuk pupuk hijau di Indonesia, benih ditaburkan dengan jarak 30 cm x 20-30 cm dengan 2 benih per lubang (Kehati, 2007).

Kara benguk ditanam sebagai tanaman penutup, pupuk hijau dan merupakan salah satu tanaman yang paling pantas untuk reklamasi tanah yang dipenuhi dengan rumput liar, terutama dengan Cynodon dactylon, Cyperus rotundus dan Imperata cylindrica. Di Pulau Jawa biji ini difermentasikan menjadi tempe benguk, sedangkan polongnya yang belum dewasa dan daun-daun muda kadang-kadang direbus untuk dijadikan sayur-mayur. Biji yang direbus adakalanya dimakan sebagai kacang-kacangan. Biji Mucuna pruriens DC yang direbus mempunyai suatu reputasi sebagai suatu aphrodisiak. Getah dari batang digunakan untuk menghentikan pendarahan dari luka kecil. Kemampuan kacang benguk dapat menutup lahan dengan cepat adalah sangat produktif, tahan pada kebanyakan penyakit dan hama serta dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang beragam. Ini adalah salah satu tanaman penutup dan pupuk hijau yang berharga, menarik petani untuk menanam kecil-kecilan. Ketahanannya


(26)

terhadap penyakit dan hama juga membuat kacang ini sebagai tanaman sayuran dan polong-polongan yang menarik.

Foto: internet

Gambar 1. Mucuna pruriens DC

2. Calopogonium mucunoides Desv (Kacang Calopo atau Kacang Asu)

Calopogonium adalah terna yang tumbuh cepat, dengan menjalar, membelit atau melata. Digunakan sebagai pupuk hijau dan tutup tanaman di Sumatera pada tahun 1922 dan kemudian di perkebunan karet dan perkebunan serat karung di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Calopogonium dapat tumbuh cepat pada semua tekstur tanah, walaupun dengan pH rendah (H2O) antara 4,5-5 namun

tidak dapat beradaptasi dengan naungan yang ditunjukkan dengan adanya penurunan pertumbuhan pucuk, akar dan pembentukan bintil akar dengan turunnya intensitas cahaya. Dapat menutupi tanah dengan daun-daunnya yang lebat dan biji-biji yang jatuh dapat tumbuh dengan sendirinya.

Perbanyakan calopogonium secara normal disebarkan oleh benih, berbentuk kecil memanjang dengan panjang 2-3 mm. Benih ditaburkan pada 1-3 kg/ha pada umumnya ditaburkan dalam lubang berderet atau disebar bebas untuk


(27)

Calopogonium mucunoides Desv 6-9 kg/ha. Walaupun batang calopogonium dapat berakar pada setiap bukunya, biasanya stek yang ditanam tidak dapat bertahan (Kehati, 2007).

Ketika ditanam sebagai penutup tanaman dalam perkebunan,

Calopogonium mucunoides pada umumnya ditaburkan dalam campuran dengan kacang polong lain seperti Centrosema pubescens Benth, Calopogonium caeruleum dan Pueraria phaseoloides dengan 1-3 kg/ha calopogonium dalam total campuran 12-15 kg/ha benih yang ditaburkan. Calopogonium dikenal sebagai satu jenis kacang polong pelopor untuk melindungi permukaan lahan, mengurangi temperatur lahan, memperbaiki kandungan nitrogen, meningkatkan kesuburan lahan dan mengendalikan pertumbuhan rumput liar. Tanaman ini merupakan satu tanaman penutup panen yang penting untuk tanaman perkebunan, terutama karet dan kelapa sawit, di mana tanaman ini sering ditanam bersama dengan sentro (Centrosema pubescens Benth) dan kacang ruji (Pueraria phaseoloides Roxb). Di Afrika penggabungan ini telah diuji perkebunan hutan muda, di mana hal itu akan mengurangi ongkos penyiangan. Calopogonium adalah juga digunakan sebagai suatu pupuk hijau untuk peningkatan kualitas lahan. Biasanya ditanam untuk makanan hewan, digunakan terutama sepanjang di akhir musim kering.


(28)

Foto: internet

Gambar 2. Calopogonium mucunoides Desv 3. Centrosema pubescens Benth (Sentro)

Sentro adalah terna tahunan (parennial) yang akan berkayu ketika usianya lebih dari 18 bulan, berdaun lebat, rebah dan menjalar. Saat ini Sentro telah dapat tumbuh alami di dataran-dataran rendah di Jawa. Sentro dapat tumbuh ketika tempat tumbuhnya tergenang air dan akan bertahan di musim kering yang berlangsung sekitar 3- 4 bulan, namun tidak untuk masa kekeringan yang lebih panjang. Pada kondisi suhu mencapai -3 0C daun akan mati, namun tumbuhan ini dapat tumbuh kembali pada titik-titik tumbuh terlindung dekat tanah. Sentro mudah ditanam dengan biji. Biji berbentuk kecil memanjang dengan panjang 4-5 mm menurut. Mcilroy (1976) kebutuhan benih Centrosema pubescens Benth 4-6 kg/ha. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman polong-polongan yang toleran terhadap naungan dan dapat tetap tumbuh di bawah naungan sebesar 80 %. Tumbuh pada beragam tipe tanah, yaitu dari tanah pasir berhumus hingga tanah liat dan dapat tumbuh baik pada tanah berumput. Pertumbuhan optimum dapat tercapai bila ditanam pada tanah dengan keasaman relatif, kisaran pH yang dapat


(29)

ditoleransi adalah 4,5 namun kisaran pH optimum yang dapat mendukung pertumbuhan nodul adalah 5,5-6 (Kehati, 2007).

Sejak tahun 1950, Sentro telah ditanam sebagai tumbuhan yang cepat menutupi tanah dan untuk pakan ternak di kawasan Asia Tenggara, Kepulauan Pasifik, daerah tropis Australia dan pada daerah tropis lembap. Tumbuhan pioner ini telah berhasil melindungi tanah bekas laharan dari pengaruh hujan dan aliran permukaan, serta banyak memproduksi biomassa dan sumber pupuk organik untuk memperkuat agregat tanah dan menyimpan ketersediaan air. Sentro merupakan salah satu tanaman yang digunakan untuk mereklamasi lahan kritis bekas letusan gunung berapi di Gunung Merapi Jawa Tengah.

Foto: internet

Gambar 3. Centrosema pubescens Benth

Upaya rehabilitasi tidak dapat hanya mengandalkan proses alami yang memakan waktu sangat lama. Dalam konsep pembangunan yang berkelanjutan, aspek teknologi menjadi sangat penting. Salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah dengan penanaman legum penutup tanah untuk memperbaiki kondisi tanah. Beberapa penelitian dalam Sullivan (2003) menunjukkan penggunaan


(30)

tanaman penutup tanah jenis leguminous mampu menggantikan penggunaan pupuk nitrogen sebesar 72-190 kg/ha. Penelitian di Hawai untuk mengetahui efek pemberian pangkasan cover crop ke dalam tanah terhadap mikroorganisme tanah dan level nitrogen menggunakan empat jenis cover crop, dua di antaranya termasuk jenis leguminous (Cajanus cajan dan Crotalaria juncea ). Hasilnya menunjukkan bahwa jenis legum menyumbangkan total N (NO3 + NH4) sampai 35 ppm (sangat tinggi) dibandingkan kedua jenis lainnya. Leguminous yang dapat digunakan sebagai tanaman penutup tanah cukup banyak jenisnya tetapi dalam penggunaannya perlu dipertimbangkan selain dapat bermanfaat memperbaiki kondisi tanah, juga bermanfaat langsung bagi masyarakat terutama bagi penyediaan hijauan pakan ternak maupun kayu bakar (Narendra dan Eka, 2006).

Di samping sebagai sumber bahan organik tanah, tanaman penutup tanah dapat berfungsi menetralisir daya rusak butir-butir hujan dan menekan aliran permukaan (run off) yang kemudian dapat menghambat erosi dan pencucian hara. Hal ini tercerminkan oleh adanya pengaruh positif tanaman penutup tanah terhadap sifat-sifat fisik tanah.


(31)

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian di lakukan pada lahan alang-alang bekas penggembalaan yang terdapat di Desa Hutanamora Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2007 sampai dengan Maret 2008.

Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tiga jenis kacang-kacangan yaitu Kara Benguk(Mucuna pruriens DC), Kacang Calopo atau Kacang Asu (Calopogonium mucunoides Desv) dan Kacang Sentro (Centrosema pubescens Benth), pupuk kandang (20 gram), tali plastik untuk pembuatan petak contoh percobaan, cangkul untuk membuat lubang tanam, meteran/ pita ukur 20 m, meteran/ pita ukur 1 m, pacak, kantong plastik untuk tempat sampel tanah,

tally sheet dan alat tulis menulis serta kamera.

Prosedur

a. Pembangunan petak penelitian

Penelitian diawali dengan pembangunan petak contoh penanaman untuk ketiga jenis kacang-kacangan yang diujikan. Tahapan yang digunakan dalam pembangunan petak contoh adalah sebagai berikut :

1. Lokasi pembangunan petak contoh dipilih pada lahan alang-alang bekas pengembalaan ternak masyarakat.


(32)

2. Bentuk petak contoh adalah persegi panjang yang dibangun sebanyak 2 buah petak dengan masing-masing petak berukuran 3 m x 5 m. Kemudian dibangun sub petak, dimana bagian lebar dibagi 3 sesuai dengan jumlah jenis yang diujikan. Setiap petak contoh menghasilkan 3 jalur sub petak penanaman untuk ketiga jenis kacang-kacangan tersebut dengan ukuran masing-masing 1 m x 5 m.

Petak 1 Tanpa Pemberian Pupuk U 1 Mp 2 Mp 3 Mp 4 Mp 5 Mp 1 Cm 2 Cm 3 Cm 4 Cm 5 Cm 1 Cp 2 Cp 3 Cp 4 Cp 5 Cp

Ket: - Mp = Mucuna pruriens; Cm = Calopogonium mucunoides; Cp = Centrosema pubescens - 1,2,3,4,5 = Anak Petak

15meter Petak 2 Dengan Pupuk Kandang 20 gram/lubang tanam

1 Mp 2 Mp 3 Mp 4 Mp 5 Mp 1 Cm 2 Cm 3 Cm 4 Cm 5 Cm 1 Cp 2 Cp 3 Cp 4 Cp 5 Cp

Ket: - Mp = Mucuna pruriens; Cm = Calopogonium mucunoides; Cp = Centrosema pubescens - 1,2,3,4,5 = Anak Petak


(33)

3. Sub petak dibagi lagi, bagian panjang dibagi 5 dan ditandai dengan tali plastik sehingga menghasilkan anak petak berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 1 m x 1 m. Masing-masing anak petak tersebut berbentuk grid-grid dengan ukuran 1 m x 1 m, pembuatan grid-grid petak tersebut dilakukan untuk mengetahui laju penutupan tanah dalam grid atau dalam anak petak tersebut.

4. Pada setiap bagian tengah anak petak dibuat lubang tanam sehingga jarak tanam antar anak petak adalah 1 m x 1 m. Sebagai kontrol petak contoh pertama tidak diberikan pupuk kandang sedangkan pada petak contoh kedua, lubang tanam diberi pupuk kandang berupa kotoran kerbau sebanyak 20 gram untuk masing-masing lubang tanam.

5. Pada sub plot jalur I ditanam 3 biji benih Mucuna pruriens, jalur II 3 biji benih Calopogonium mucunoides dan jalur III ditanam 3 biji benih

Centrosema pubescens. Penanaman ini dilakukan pada petak 1 dan petak 2.

b. Pengukuran parameter pertumbuhan 1. Laju penjalaran tanaman

Setelah tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (2 MST), dilakukan pengukuran pertumbuhan dilakukan dengan mengukur panjang penjalaran tanaman, yang dimulai dari permukaan tanah sampai ujung batang jalaran utama (titik tumbuh) dengan menggunakan pita ukur. Hasil pengukuran dicatat pada tally sheet. Pengukuran dilakukan sampai tanaman berumur 12 MST.


(34)

Tabel 1. Tally Sheet Panjang Penjalaran Tanaman Jenis

Tanaman

Panjang Penjalaran Tanaman (cm)

M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12 Mp

Cm Cp

Ket: Mi = Minggu ke-i; Mp = Mucuna pruriens; Cm = Calopogonium mucunoides; Cp = Centrosema pubescens

Pengukuran laju pertumbuhan (riap) panjang penjalaran tanaman diukur sebagai berikut:

Riap periodik = Pn+1 – Pn

(Pertumbuhan pada n+1 dikurangi pertumbuhan pada waktu n)

Riap rata-rata = (Pn+1 – Pn)/∆ t

Dimana : P = panjang penjalaran tanaman n = pertumbuhan pada waktu ke- n t = lama waktu pertumbuhan tanaman

2. Laju penutupan tanah

Pengukuran laju penutupan tanah oleh masing-masing jenis dilakukan dengan metode kertas millimeter dengan menghitung anak petak (1 m x 1 m) yang telah dijalari oleh tanaman. Anak petak diwakili oleh kotak atau petak pada kertas millimeter. Untuk mempermudah penghitungan luasan penutupan tanah, dibuat alat yang menyerupai kertas millimeter. Alat tersebut di letakkan di atas anak petak, kemudian dihitung berapa banyak petak yang ditutupi tanaman dalam petak


(35)

millimeter (Sitompul dan Bambang, 1995). Pengukuran luasan panjang penjalaran tanaman yang menutupi tanah dilakukan pada 12 Minggu Setelah Tanam.

Laju penutupan tanah dihitung berdasarkan jumlah petak yang ditutupi tanaman pada petak millimeter. Luas anak petak adalah 1 m x 1 m sedangkan luas masing-masing petak dalam petak millimeter adalah 6,25 cm2 , sehingga luas penutupan tanah (m2) adalah:

LD = n x Lk

Dimana : LD = Luas tanah yang tertutupi

n = jumlah petak dalam petak millimeter

Lk = luas setiap petak dalam petak millimeter

% Penutupan Tanah =

tak Luasanakpe

LD

x 100 %

c. Analisis tanah

Untuk mengetahui perubahan kondisi tanah lokasi petak contoh dilakukan pengambilan sampel tanah sebanyak dua kali, yaitu pada saat awal pembangunan petak dan setelah terjadi penutupan tanah oleh kacang-kacangan. Tanah diambil dari bawah vegetasi kacang-kacangan. Sifat kimia tanah yang dianalisis adalah pH, N % dan C %.


(36)

Analisa Data

Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk kandang sebanyak 20 gram, dilakukan pengujian statistik dengan ”uji T atau T test”dengan uji beda nyata pada taraf 5% terhadap panjang rata-rata, riap rata-rata dan laju penutupan tanah masing-masing jenis tanaman pada petak 1 dan petak 2. Hipotesa yang digunakan adalah:

Ho = Tidak dapat perbedaan pertumbuhan panjang tanaman yang signifikan antara petak 1 tanpa pemberian pupuk kandang dan petak 2 dengan pemberian pupuk kandang sebanyak 20 gram.

H1 = Ada perbedaan pertumbuhan panjang tanaman yang signifikan antara petak 1 tanpa pemberian pupuk kandang dan petak 2 dengan pemberian pupuk kandang sebanyak 20 gram.

Dimana bila :- to ≥ tt maka Ho ditolak; terima H1, ada perbedaan yang signifikan.

- to < tt maka Ho diterima; tolak H1, tidak ada perbedaan yang signifikan.


(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Laju Pertumbuhan Tanaman

Hasil pengamatan panjang rata-rata tanaman ketiga jenis leguminous tanpa pemberian pupuk dan dengan pemberian pupuk kandang sebanyak 20 gram/ lubang tanam (Petak 1 dan Petak 2) umur 2 sampai dengan 12 Minggu Setelah Tanam (MST) dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2. Panjang Rata-Rata Tanaman per Minggu pada Petak Tanpa Pupuk Jenis

Tanaman

Panjang Rata-Rata (cm)

M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12 Mp Cm Cp 6,46 0,96 1,04 14,68 1,26 1,76 22,52 1,5 1,96 36,2 1,7 2,16 44,8 1,76 2,18 48,2 1,9 2,42 49,78 2,034 2,62 50,2 2,32 2,74 50,56 2,52 3 50,98 2,8 3,2 51,3 3,08 3,46

Ket: Mi = Minggu ke-i; Mp = Mucuna pruriens DC; Cm = Calopogonium mucunoides Desv; Cp = Centrosema pubescens Benth

Tabel 3. Panjang Rata-Rata Tanaman per Minggu pada Petak dengan Pupuk Jenis

Tanaman

Panjang Rata-Rata (cm)

M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12

Mp Cm Cp 5,42 1,46 0,92 13,84 1,76 1,48 26 2,38 2,1 53,42 2,78 2,54 77,7 3,04 2,9 89,18 3,64 3,28 93,24 4,26 3,52 98,32 4,52 4,18 105,5 5,28 4,7 107,42 5,8 5,08 108,04 6,12 5,64 Ket: Mi = Minggu ke-i; Mp = Mucuna pruriens DC; Cm = Calopogonium mucunoides Desv;

Cp = Centrosema pubescens Benth

Tabel 2 menunjukkan pada umur 12 MST, rata-rata panjang jenis Mucuna pruriens DC adalah 51,3 cm, jenis Calopogonium mucunoides Desv 3,08 cm dan jenis Centrosema pubescens Benth 3,46 cm, tanpa pemberian pupuk. Hal yang serupa juga ditunjukkan Tabel 3 yaitu pada umur 12 MST, rata-rata panjang jenis


(38)

Mucuna pruriens DC adalah 108,04 cm, jenis Calopogonium mucunoides Desv adalah 6,12 cm dan jenis Centrosema pubescens Benth adalah 5,64 cm, dengan pemberian pupuk.

a. Tanpa Pupuk b. Dengan Pupuk

Gambar 5. Grafik Panjang Rata-Rata Tanaman per Minggu

Ket: Mi = Minggu ke-i; Mp = Mucuna pruriens DC; Cm = Calopogonium mucunoides Desv; Cp = Centrosema pubescens Benth

Gambar 5 menunjukkan adanya laju pertambahan panjang tanaman setiap minggu. Dari Tabel 2, Tabel 3 dan Gambar 5 menunjukkan bahwa perbedaan pertambahan panjang rata-rata tanaman ketiga jenis yang diujikan dan tanaman yang memiliki panjang rata-rata yang lebih tinggi pada pemberian pupuk maupun tanpa pupuk adalah jenis Mucuna pruriens DC.

Tabel 4 dan Tabel 5 menunjukkan laju pertumbuhan panjang secara periodik (riap periodik) masing-masing jenis tanaman tanpa pupuk dan dengan pupuk. Riap periodik tertinggi jenis Mucuna pruriens DC terjadi pada M5-M4 yakni 13,68 cm tanpa pemberian pupuk dan 27,42 cm dengan pemberian pupuk kandang 20 gram/ lubang tanam, terendah pada periode M12-M11 yakni 0,32 cm


(39)

tanpa pupuk dan 0,62 cm dengan pupuk. Calopogonium mucunoides Desv tanpa pemberian pupuk, riap periodik tertinggi terjadi pada periode M3-M2 yakni 0,3 cm, terendah terjadi pada M6-M5 yakni sebesar 0,1 cm, sedangkan dengan pupuk tertinggi pada M10-M9 yakni 0,76 cm, terendah pada periode M6-M5 yakni 0,26 cm. Riap periodik tertinggi Centrosema pubescens Benth terjadi pada M3-M2 yakni 0,72 cm, terendah pada M6-M5 yakni 0,02 cm, tanpa pemberian pupuk. Sedangkan dengan pemberian pupuk laju tertinggi terjadi pada M9-M8 yakni 0,66 cm, terendah pada periode M8-M7 yakni sebesar 0,24 cm.

Tabel 4. Laju Pertumbuhan Panjang Secara Periodik pada Petak Tanpa Pupuk Jenis

Tanaman

Riap Periodik (cm)

M3-M2 M4-M3 M5-M4 M6-M5 M7-M6 M8-M7 M9-M8 M10-M9 M11-M10 M12-M11 Mp Cm Cp 8,22 0,3 0,72 7,84 0,26 0,2 13,68 0,2 0,2 8,6 0,1 0,02 3,4 0,14 0,24 1,58 0,134 0,2 0,42 0,286 0,12 0,36 0,2 0,26 0,42 0,28 0,2 0,32 0,28 0,26 Ket: Mn-Mi = Minggu ke-n dikurang Minggu ke-i; Mp = Mucuna pruriens DC;

Cm = Calopogonium mucunoides Desv; Cp = Centrosema pubescens Benth

Tabel 5. Laju Pertumbuhan Panjang Secara Periodik pada Petak dengan Pupuk Jenis

Tanaman

Riap Periodik (cm)

M3-M2 M4-M3 M5-M4 M6-M5 M7-M6 M8-M7 M9-M8 M10-M9 M11-M10 M12-M11 Mp Cm Cp 8,42 0,3 0,56 12,16 0,62 0,62 27,42 0,4 0,44 24,28 0,26 0,36 11,48 0,6 0,38 4,06 0,62 0,24 5,08 0,26 0,66 7,18 0,76 0,52 1,92 0,52 0,38 0,62 0,32 0,56 Ket: Mn-Mi = Minggu ke-n dikurang Minggu ke-i; Mp = Mucuna pruriens DC;


(40)

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 M3 -M2 M4 -M3 M5 -M4 M6 -M5 M7 -M6 M8 -M7 M9 -M8 M10 -M9 M11 -M10 M12 -M11 Waktu P a n ja n g ( c m )

Mp Cm Cp

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 M3 -M2 M4 -M3 M5 -M4 M6 -M5 M7 -M6 M8 -M7 M9 -M8 M10 -M9 M11 -M10 M12 -M11 Waktu P a n ja n g ( c m )

Mp Cm Cp

a. Tanpa Pupuk b. Dengan Pupuk Gambar 6. Grafik Laju Pertumbuhan Tanaman Secara Periodik (Riap Periodik)

Ket: Mn-Mi = Minggu ke-n dikurang Minggu ke-i; Mp = Mucuna pruriens DC; Cm = Calopogonium mucunoides Desv; Cp = Centrosema pubescens Benth

Gambar 6 menunjukkan laju pertumbuhan panjang periodik (riap periodik) masing-masing tanaman. Tanpa pemberian pupuk pada 2 MST sampai dengan 5 MST, riap periodik Mucuna pruriens DC meningkat sampai dengan 13,68 cm dan 27,42 cm dengan pupuk, namun seiring dengan pertumbuhan tanaman, riap periodiknya menurun sampai 0,32 cm (M12-M11) tanpa pemberian pupuk dan 0,62 cm (M12-M11) dengan pemberian pupuk. Riap periodik jenis Calopogonium mucunoides Desv dan Centrosema pubescens Benth dari 2 MST sampai dengan 12 MST tidak begitu jauh berbeda dengan dan tanpa pemberian pupuk dengan pertambahan riap periodik di bawah 1,00 cm.

Laju pertumbuhan panjang rata-rata (riap rata-rata) tiap jenis tanaman pada kedua petak dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7 di bawah ini.


(41)

Tabel 6. Laju Pertumbuhan Panjang Rata-Rata pada Petak Tanpa Pupuk Jenis

Tanaman

Riap Rata-Rata (cm/minggu)

M3-M2 M4-M3 M5-M4 M6-M5 M7-M6 M8-M7 M9-M8 M10-M9 M11-M10 M12-M11 Mp Cm Cp 0,685 0,025 0,06 0,653 0,022 0,017 1,14 0,017 0,017 0,717 0,008 0,002 0,283 0,012 0,02 0,132 0,011 0,017 0,035 0,024 0,01 0,03 0,017 0,022 0,035 0,023 0,017 0,027 0,023 0,022 Ket: Mn-Mi = Minggu ke-n dikurang Minggu ke-i; Mp = Mucuna pruriens DC;

Cm = Calopogonium mucunoides Desv; Cp = Centrosema pubescens Benth

Tabel 7. Laju Pertumbuhan Panjang Rata-Rata pada Petak dengan Pupuk Jenis

Tanaman

Riap Rata-Rata (cm/minggu)

M3-M2 M4-M3 M5-M4 M6-M5 M7-M6 M8-M7 M9-M8 M10-M9 M11-M10 M12-M11 Mp Cm Cp 0,702 0,025 0,047 1,013 0,052 0,052 2,285 0,033 0,036 2,023 0,022 0,03 0,957 0,05 0,032 0,338 0,052 0,02 0,423 0,022 0,055 0,598 0,063 0,043 0,16 0,043 0,032 0,052 0,027 0,047 Ket: Mn-Mi = Minggu ke-n dikurang Minggu ke-i; Mp = Mucuna pruriens DC;

Cm = Calopogonium mucunoides Desv; Cp = Centrosema pubescens Benth

Riap rata-rata tertinggi jenis Mucuna pruriens DC terjadi pada periode munggu ke 4- ke 5 yakni 1,14 cm dan terendah pada M12-M11 yakni 0,027 cm tanpa pupuk. Dengan pupuk laju pertumbuhan tertinggi pada periode M5-M4 yakni 2,285 cm dan terendah di M12-M11 yakni 0,052 cm. Riap rata-rata tertinggi jenis Calopogonium mucunoides Desv tanpa pupuk, pada M3-M2 yakni 0,025 cm, terendah terjadi pada M6-M5 yakni 0,008 cm, sedangkan dengan pupuk tertinggi pada M10-M9 yakni 0,063 cm, terendah pada M6-M5 serta di M9-M8 yakni 0,022 cm.

Riap rata-rata tertinggi Centrosema pubescens Benthterjadi pada M3-M2 yakni 0,06 cm, terendah pada M6-M5 yakni 0,002 cm tanpa pemberian pupuk. Sedangkan dengan pupuk laju pertumbuhan panjang tertinggi terjadi pada periode


(42)

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2 2.4 M3 -M2 M4 -M3 M5 -M4 M6 -M5 M7 -M6 M8 -M7 M9 -M8 M10 -M9 M11 -M10 M12 -M11 Waktu P a n ja n g

Mp Cm Cp

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2 2.4 M3 -M2 M4 -M3 M5 -M4 M6 -M5 M7 -M6 M8 -M7 M9 -M8 M10 -M9 M11 -M10 M12 -M11 Waktu P a n ja n g

Mp Cm Cp

M9-M8 yakni 0,055cm, laju terendah pada periode M8-M7 yakni sebesar 0,02 cm.

a. Tanpa Pupuk b. Dengan Pupuk Gambar 7. Grafik Laju Pertumbuhan Panjang Rata-Rata Tanaman (Riap Rata-

Rata)

Ket: Mn-Mi = Minggu ke-n dikurang Minggu ke-i; Mp = Mucuna pruriens DC; Cm = Calopogonium mucunoides Desv; Cp = Centrosema pubescens Benth

Gambar 7 menunjukkan laju pertumbuhan panjang rata-rata (riap rata-rata) ketiga jenis yang diujikan. Jenis Mucuna pruriens DC memiliki riap rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan jenis lainnya. Riap rata-rata Mucuna pruriens DC pada periode 2 MST sampai dengan 5 MST meningkat sampai 1,4 cm, tanpa pemberian pupuk dan 2,285 cm dengan pupuk, tetapi pada 6 MST sampai dengan 12 MST riap rata-rata mengalami penurunan di tanpa pemberian pupuk. Penurunan riap rata-rata sangat cepat terjadi dari 0,283 cm sampai dengan 0,027 cm sedangkan dengan pemberian pupuk, penurunan riap rata-rata pada periode M8-M7 0,338


(43)

cm, tetapi mengalami peningkatan kembali sampai 0,598 cm pada periode M10-M9 dan mengalami penurunan kembali 0,052 cm pada periode M12-M11.

Riap rata-rata untuk jenis Calopogonium mucunoides Desv dan

Centrosema pubescens Benth dari 2 MST sampai dengan 12 MST tidak begitu jauh berbeda baik dengan pupuk ataupun tanpa pemberian pupuk.

2.Laju Penutupan Tanah

Tabel 8 dan Tabel 9 menunjukkan hasil pengukuran laju penutupan tanah diketahui bahwa yang paling luas menutupi tanah adalah jenis Mucuna pruriens

DC. Rata-rata laju penutupan tanah Mucuna pruriens DC mampu menutupi tanah 11,125%, Calopogonium mucunoides Desv menutupi 1,34% dan Centrosema pubescens Benth menutupi 0,43 %, tanpa pemberian pupuk. Dengan pemberian pupuk Mucuna pruriens DC menutupi 26,975%., Calopogonium mucunoides

Desv menutupi 6,05% dan Centrosema pubescens Benth menutupi 0,71%. Tabel 8. Laju Penutupan Tanah selama 12 MST pada Petak Tanpa Pupuk

Anak Petak

Jenis Tanaman (%)

Mucuna pruriens DC

Calopogonium mucunoides Desv

Centrosema pubescens Benth 1

2 3 4 5

11,125 11,375 12,625 10,75 9,75

1,09375 1,375 1,3125 1,5625 1,375

0,75 0,5625 0,375 0,1875 0,3125


(44)

0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 45.0

1 2 3 4 5

Anak Petak % p e n u tu p a n

Mp Cm Cp

0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 45.0

1 2 3 4 5

Anak Petak % p e n u tu p a n

Mp Cm Cp

Tabel 9. Laju Penutupan Tanah selama 12 MST pada Petak dengan Pupuk Anak

Petak

Jenis Tanaman (%)

Mucuna pruriens DC

Calopogonium mucunoides Desv

Centrosema pubescens Benth 1 2 3 4 5 20,625 17,5625 38,25 25,625 32,8125 2,6875 2,3125 5,625 2,75 16,875 0,9375 0,15625 1,4375 0,5 0,5625

Rata-Rata 26,975 6,05 0,7185

Ket: Mp = Mucuna pruriens DC; Cm = Calopogonium mucunoides Desv; Cp = Centrosema pubescens Benth

a. Tanpa Pupuk b. Dengan Pupuk

Gambar 8. Grafik Laju Penutupan Tanah

Ket: Mp = Mucuna pruriens DC; Cm = Calopogonium mucunoides Desv; Cp = Centrosema pubescens Benth

Gambar 8 menunjukkan perbandingan laju penutupan tanah di masing masing anak petak antara tanpa pupuk dan dengan pemberian pupuk. Penutupan tanah tertinggi, pada petak tanpa pupuk dan dengan pemberian pupuk didominasi


(45)

oleh jenis Mucuna pruriens. Dominansi ini dipengaruhi oleh kecepatan tumbuh dan laju pertambahan panjang dari jenis Mucuna pruriens DC.

Foto: Efiana Foto: Efiana Foto: Efiana

a. Mucuna pruriens DC b.C. mucunoides Desv c.C. pubescens Benth Gambar 9. Tanaman Leguminous pada umur 2 MST

Foto: Efiana Foto: Efiana

a. Tanpa Pupuk b. Dengan Pupuk

Gambar 10. Mucuna pruriens DC pada umur 7 MST

Foto: Efiana Foto: Efiana

a. Tanpa Pupuk b. Dengan Pupuk


(46)

Foto: Efiana Foto: Efiana

a. Tanpa Pupuk b. Dengan Pupuk

Gambar 12. Centrosema pubescens Benth pada umur 7 MST

Foto: Efiana Foto: Efiana

a. Tanpa Pupuk b. Dengan Pupuk

Gambar 13. Mucuna pruriens DC pada umur 12 MST

Foto: Efiana Foto: Efiana

a. Tanpa Pupuk b. Dengan Pupuk


(47)

Foto: Efiana Foto: Efiana

a. Tanpa Pupuk b. Dengan Pupuk

Gambar 15. Centrosema pubescens Benth pada umur 12 MST

Foto: Efiana Foto: Efiana Foto: Efiana

a. Mucuna pruriens DC b.C. mucunoides Desv c.C. pubescens Benth Gambar 16. Pengukuran Laju Penutupan Tanah dengan Metode Kertas Milimeter

2. Pengaruh Pemberian Pupuk

Pengaruh pemberian pupuk kandang 20 gram/ lubang tanam terhadap laju pertambahan panjang tanaman dapat dilihat pada Tabel 10 dan Gambar 17.

Tabel 10. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Terhadap Panjang Tanaman pada 12 MST

Jenis Tanaman Panjang Tanaman (cm) Tanpa Pupuk Dengan Pupuk

Mucuna pruriens DC 51,3 108,04

Calopogonium mucunoides Desv 3,08 6,12


(48)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120

Mucuna pruriens Calopogonium

mucunoides

Centrosema pubescens

Jenis Tanam an

P

a

n

ja

n

g

(

c

m

)

Tanpa Pupuk Dengan Pupuk

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa panjang penjalaran tanaman yang tertinggi adalah dengan pemberian pupuk yaitu jenis Mucuna pruriens DC 108,04 cm dan terendah 3,08 cm tanpa pupuk yaitu jenis Calopogonium mucunoides

Desv.

Gambar 17. Grafik Pengaruh Pupuk Terhadap Panjang Tanaman pada 12 MST Gambar 17 menunjukkan pengaruh pemberian pupuk terhadap panjang penjalaran tanaman. Pertambahan panjang penjalaran tanaman semakin meningkat dengan pemberian pupuk kandang 20 gram/ lubang tanam, yang mampu meningkatkan panjang Mucuna pruriens DC, Calopogonium mucunoides Desv dan Centrosema pubescens Benth.

Untuk mengetahui berpengaruh tidaknya pemberian pupuk kandang sebanyak 20 gram terhadap pertumbuhan panjang rata-rata, riap rata-rata, dan terhadap laju penutupan tanah ke tiga jenis tanaman leguminous dilakukan ” uji T”. Nilai T masing-masing jenis leguminous pada Tabel 11 di bawah ini.


(49)

Tabel 11. Nilai T hitung dan T tabel dengan Uji ”T” Variabel Uji Mucuna

pruriens DC

Calopogonium mucunoides Desv

Centrosema pubescens Benth T.hitung T.tabel T.hitung T.tabel T.hitung T.tabel Panjang Rata-Rata 4,57 > 2,23 6,03 > 2,23 3,57 > 2,23 Riap Rata-Rata 3,39 > 2,26 1,37 < 2,26 3,68 > 2,26 Penutupan Tanah 4,22 > 2,78 1,70 < 2,78 1,20 < 2,78 Pada taraf 5 %

Hasil uji ”T” perbandingan nilai to dengan tt (pada taraf signifikan 5%) panjang rata-rata masing-masing jenis adalah sebagai berikut; jenis Mucuna pruriens DC adalah to > tt (4,57 > 2,23); Calopogonium mucunoides Desv adalah to > tt (6,03 > 2,23) dan Centrosema pubescens Benth adalah to > tt (3,57 > 2,23). Dengan nilai to > tt maka Ho ditolak sehingga Ha diterima yang berarti bahwa ada perbedaan pertumbuhan panjang tanaman akibat pemberian pupuk kandang 20 gram untuk ketiga jenis yang diujikan.

Hasil uji ”T” riap rata-rata untuk jenis Mucuna pruriens DC adalah to > tt (3,39 > 2,26); Calopogonium mucunoides Desv adalah to < tt (1,37<2,26) dan

Centrosema pubescens Benth adalah to > tt (3,68>2,26). Dengan nilai to > tt, jenis

Calopogonium mucunoides Ho diterima sehingga Ha ditolak yang berarti bahwa pemberian pupuk kandang tidak memberikan pengaruh terhadap riap rata-rata. Sedangkan jenis Mucuna pruriens DC dan Centrosema pubescens Benth Ho ditolak sehingga Ha diterima yang menunjukkan pemberian pupuk kandang 20 gram berpengaruh nyata terhadap riap rata-rata tanaman tersebut.

Hasil uji ”T” penutupan tanah jenis Mucuna pruriens DC adalah to > tt (4,22>2,78); Calopogonium mucunoides Desv adalah to < tt (1,70<2,78) dan


(50)

Mucuna pruriens Ho ditolak sehingga Ha diterima yang menunjukkan pemberian pupuk kandang 20 gram dapat meningkatkan penutupan tanah. Karena to < tt jenis

Calopogonium mucunoides Desv dan Centrosema pubescens Benth Ho diterima sehingga Ha ditolak, yang berarti bahwa pemberian pupuk kandang tidak berpengaruh terhadap penutupan tanah.

4. Analisa Tanah

Hasil analisis tanah sebelum dan sesudah penanaman dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Hasil Analisa Tanah Sebelum dan Sesudah Penanaman Leguminous selama 12 Minggu

Parameter Jenis Penutupan Tanah

Sebelum Penanaman

& pemberian pupuk Sesudah Penanaman Petak 1 Petak 2 TP

(Mp) DP (Mp) TP (Cm) DP (Cm) TP (Cp) DP (Cp) pH N (%) C (%) C/N 5,91 0,07 1,05 15 5,87 0,07 1,05 15 6,24 0,02 1,21 60,50 6,47 0,10 1,25 12,50 5,87 0,08 1,38 17,25 6,20 0,10 5,23 52,30 6,24 0,12 1,56 13,00 6,45 0,11 1,21 11,00 Ket: Mp = Mucuna pruriens DC; Cm = Calopogonium mucunoides Desv; Cp = Centrosema

pubescens Benth; TP = Tanpa Pupuk, DP = Dengan Pupuk

Hasil analisa sampel tanah pada Tabel 12 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pH, % N dan C % tanah sebelum dan sesudah penanaman leguminous. Peningkatan pH terbesar berada pada petak yang diberi pupuk kandang 20 gram yaitu Mucuna pruriens DC dari 5,87 menjadi 6,47. Nilai peningkatan % N terbesar pada petak tanpa pupuk dengan Centrosema pubescens


(51)

Benth dari 0,07 % menjadi 0,12 %, peningkatan nilai C % pada petak dengan pupuk yaitu Calopogonium mucunoides Desv dari 1,05 % menjadi 5,23 %.

B. Pembahasan

Setelah 12 Minggu Setelah Tanam, secara umum semua jenis tanaman yang diujikan yaitu Kara Benguk (Mucuna pruriens DC), Kacang Calopo atau Kacang Asu (Calopogonium mucunoides Desv) dan Kacang Sentro (Centrosema pubescens Benth) mampu tumbuh pada lahan alang-alang bekas penggembalaan ternak. Semua jenis tanaman telah berkecambah dalam Satu Minggu Setelah Tanam (1 MST).

Hasil pengamatan panjang tanaman 2 MST tanpa pupuk, jenis M. pruriens

DC merupakan jenis yang lebih cepat tumbuh dan berkembang yaitu 6,46 cm, diikuti oleh jenis C. pubescens Benth 1,04 cm dan jenis C. mucunoides Desv 0,96 cm. Demikian juga halnya dengan pemberian pupuk M. pruriens DC 5,42 cm,

C. mucunoides Desv 1,46 cm dan jenis C. pubescens Benth 0,92 cm.

Ukuran benih ketiga jenis leguminous ini sedikit berbeda. Dalam Kehati (2007) benih C. mucunoides Desv dan C. pubescens Benth berbentuk kecil memanjang dengan panjang masing-masing 2-3 mm dan 4-5 mm. Benih

M. pruriens DC berukuran lebih besar, berbentuk lonjong-menjorong dengan panjang 1,5-2 cm. Ukuran benih ini dapat mempengaruhi pertumbuhan awal/ perkecambahan tanaman. Ukuran benih yang besar memiliki kotiledon yang besar juga, yang dapat menyediakan sumber makanan pada awal pertumbuhan, hal ini mengakibatkan perbedaan pertumbuhan awal tanaman, yang memicu keragaman pertumbuhan tanaman lebih lanjut.


(52)

Salah satu faktor yang menentukan kualitas bahan tanam (benih) adalah jumlah substrat seperti karbohidrat yang tersedia bagi metabolisme yang mendukung petumbuhan awal tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995). Hal ini menjadikan ukuran atau bobot bahan tanam sering digunakan sebagai tolak ukur untuk mendapatkan bahan tanam yang seragam. Dan keadaan biji yang dapat menghasilkan organ fotosintesis yang besar pada awal pertumbuhan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas biji sekalipun bukan merupakan hasil dari suatu faktor tunggal biji, ukuran embrio dapat menjadi suatu sifat utama apabila faktor lain tidak menjadi pembatas.

Laju awal pertumbuhan yang tinggi menjadi modal yang potensial bagi pertumbuhan tanaman pada lahan kritis. Tanaman yang mempunyai daun yang lebih luas pada awal pertumbuhan akan lebih cepat tumbuh karena kemampuan menghasilkan fotosintat yang lebih tinggi dari tanaman dengan luas daun yang lebih rendah. Hal ini akan mempengaruhi laju pertumbuhan panjang periodik (riap periodik) dan laju pertumbuhan panjang rata-rata (riap rata-rata). Jenis tanaman leguminous yang lebih cepat laju pertumbuhannya adalah jenis M. pruriens DC 27,42 cm dengan pemberian pupuk dan 13,68 cm tanpa pupuk. Sedangkan jenis

C. mucunoides Desv0,76 cm dengan pupuk dan 0,3 cm tanpa pupuk dan untuk jenis C. pubescens Benth laju pertumbuhannya adalah 0,66 cm dengan pemberian pupuk dan 0,72 cm tanpa pupuk.

Dari hasil ”uji T”, pemberian pupuk kandang sebanyak 20 gram terhadap pertumbuhan panjang ke tiga jenis tanaman leguminous dan terhadap laju penutupan tanah menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang meningkatkan panjang rata-rata ke tiga jenis tanaman, berpengaruh meningkatkan riap rata-rata


(53)

M. pruriens DC dan C. pubescens Benth tetapi tidak mempengaruhi riap rata-rata

C. mucunoides Desv. Pemberian pupuk kandang berpengaruh meningkatkan laju penutupan tanah pada jenis M. pruriens DC tetapi tidak mempengaruhi laju penutupan tanah pada jenis C. mucunoides Desv dan C. pubescens Benth. Laju pertumbuhan jenis M. pruriens DC lebih tinggi dari pada jenis lainnya sehingga dengan pemberian pupuk kandang laju pertumbuhannya lebih meningkat dan penutupan tanah oleh jenis M. pruriens DC lebih tinggi.

Menurut Sutejo (2002) pupuk kandang mempunyai sifat yang lebih baik dibanding dengan pupuk alam lainnya. Di dalam tanah pupuk kandang mempunyai pengaruh yang baik terhadap terhadap sifat fisis tanah, mempertinggi kadar humus dan terisi oksigen yang cukup. Pupuk kandang dianggap sebagai pupuk lengkap karena selain menimbulkan tersedianya unsur-unsur hara bagi tanaman, juga mengembangkan kehidupan mikroorganisme (jasad renik) di dalam tanah, pupuk kandang mempunyai kemampuan mengubah berbagai faktor dalam tanah, sehingga menjadi faktor-faktor yang menjamin kesuburan tanah.

Hasil pengukuran riap periodik, riap rata-rata dan laju penutupan tanah, jenis M. pruriens DC merupakan jenis leguminous yang lebih baik sebagai penutup tanah pada lahan alang-alang, karena kecepatan pertumbuhannya hingga 12 MST. Sedangkan dari segi bentuk penjalaran jenis C. mucunoides Desv layak untuk dipertimbangkan. Penjalaran M. pruriens DC paling luas tetapi mempunyai satu batang utama dengan bentuk batang menggalah, tidak menjalar dan membelit sehingga pertumbuhannya tidak langsung menyaingi pertumbuhan alang-alang, jenis ini setelah 10 MST pertumbuhannya mengalami penurunan (Gambar 6 dan Gambar 7).


(54)

Jenis C. mucunoides Desv mempunyai beberapa batang/cabang yang tumbuh dari batang utama dan setiap buku-bukunya mempunyai akar, tumbuh dengan menjalar dan menyebar, membelit atau melata di sela-sela alang-alang sehingga dapat menyaingi pertumbuhan alang-alang.

Apabila pengamatan ditingkatkan sampai 16 MST, jenis C. mucunoides

Desv menunjukkan peningkatan pertumbuhan panjang penjalaran maupun laju penutupan tanah sehingga jenis ini mampu menyaingi pertumbuhan M. pruriens

DC. Jenis C. pubescens Benth adalah terna tahunan (parennial) yang akan berkayu ketika usianya lebih dari 18 bulan, berdaun lebat, rebah dan menjalar. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman yang digunakan untuk mereklamasi lahan kritis namun, pada penelitian ini laju penutupan tanahnya adalah paling rendah.

C. pubescens Benth memang masih mampu bertahan hidup walaupun pertumbuhannya terlambat dari yang lain. Terkadang daun-daun tanaman ini gugur ataupun mati namun tumbuhan ini dapat tumbuh kembali pada titik-titik tumbuh terlindung dekat tanah. Jenis ini cocok untuk lahan kritis walaupun pertumbuhannya lambat.

Terdapat keragaman pertumbuhan ketiga jenis leguminous yang diujikan,

M. pruriens DC lebih cepat tumbuh pada awal pertumbuhan tetapi setelah 10 MST pertumbuhannya mulai menurun sedangkan jenis C. mucunoides Desv dan

C. pubescens Benth pertumbuhannya lambat tetapi bertahan hidup lebih lama dengan pertumbuhan yang semakin meningkat. Untuk itu, dalam pemanfaatannya sebagai tanaman penutup tanah diperlukan pola-pola pencampuran tanaman, sehingga pertumbuhannya saling mendukung. Menurut Kehati (2007) ketika


(55)

ditanam sebagai penutup tanaman dalam perkebunan, C. mucunoides Desv pada umumnya ditaburkan dalam campuran dengan kacang polong lain seperti

Centrosema pubescens, Calopogonium caeruleum dan Pueraria phaseoloides

dengan 1-3 kg/ha calopogonium dalam total campuran 12-15 kg/ha benih yang ditaburkan.

Laju penutupan tanah yang tertinggi pada penelitian ini adalah sekitar 26 % atau seperempat dari luasan anak petak (1 m2) oleh M. pruriens DC. Jika dilihat dari segi kebutuhan benih yang dibutuhkan untuk 1ha lahan, hal ini dimungkinkan. Menurut Mcilroy (1976) 1 ha lahan dibutuhkan C. mucunoides

Desv 6-9 kg/ha dan C. pubescens Benth 4-6 kg/ha dan menurut Kehati (2007) kebutuhan benih C. mucunoides Desv 1-3 kg/ha dan M. pruriens DC ketika ditanam untuk pupuk hijau di Indonesia, benih ditaburkan dengan jarak 30 cm x 20-30 cm dengan 2 benih per lubang. Sedangkan dalam penelitian, benih yang digunakan untuk masing-masing jenis pada petak tanpa pupuk dan petak dengan pupuk adalah 3 biji dalam luasan 1 m2.

Untuk aplikasi di lapangan, kebutuhan benih M. pruriens DC untuk 1 m2, jarak tanam 20 cm x 30 cm dengan lubang tanam 16 buah diperlukan 32 biji benih. Kebutuhan benih C. mucunoides Desv 3 kg/ha, 1kg menghasilkan 106.200 biji, maka 1m2 membutuhkan 0,3 gram atau 31 biji benih dan C. pubescens Benth 4 kg/ha, 1kg menghasilkan 56. 800 biji benih, maka 1m2 membutuhkan 0,4 gram atau 22 biji benih.

Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa setelah 12 Minggu penanaman, pada tanah dengan penutupan leguminous terdapat peningkatan kesuburan tanah. Analisa tanah menunjukkan terdapat peningkatan kadar N dalam tanah sebesar


(56)

0.05 %. Tanaman leguminous banyak digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah karena mempunyai kandungan N yang tinggi. Apabila pangkasannya dikembalikan ke dalam tanah akan merangsang aktivitas jasad renik.

Nilai C dalam tanah menunjukkan jumlah bahan organik dalam tanah. Nilai C di bawah pertanaman leguminous meningkat dalam 12 Minggu penanaman. Peningkatan kadar C tertinggi terdapat di bawah pertanaman

C. mucunoides Desv pada petak dengan pupuk dari 1,05 % menjadi 5,23 %. Hal ini menunjukkan bahwa selain berasal dari pemberian pupuk kandang, penanaman leguminous juga berperan dalam meningkatkan kadar C tanah. Apabila dibandingkan dengan petak sebelum perlakuan (lahan kosong) dan tanpa pupuk, kadar C di bawah pertanaman leguminous mengalami peningkatan.

Untuk menekan perluasan pertumbuhan alang-alang yang menyukai sinar matahari diperlukan tanaman yang dapat menyaingi dan menaungi pertumbuhan alang-alang. Padang alang-alang bekas penggembalaan memiliki tinggi tanaman alang-alang yang relatif pendek, maka sebelum penanaman jenis pohon sebagai naungan, dapat diawali dengan penanaman jenis Kara Benguk(M. pruriens DC), Kacang Calopo atau Kacang Asu (C. mucunoides Desv) dan kacang Sentro (C. pubescens Benth) sebagai tanaman penutup tanah dan berfungsi juga untuk memperbaiki struktur tanah, sehingga sifat tanah lebih baik dan penanaman jenis tanaman lainnya lebih berhasil cepat dan dapat menaungi.

Tanaman penutup tanah memberikan manfaat pada pertumbuhan yang

cepat dan tertahannya unsur hara di dalam tanah. Jenis M. pruriens DC,

C. mucunoides Desv dan C. pubescens Benth tidak hanya berfungsi sebagai tanaman penutup tanah tetapi dapat juga digunakan sebagai pakan ternak. Bahkan


(57)

M. pruriens DC dapat dikomsumsi masyarakat dimana daun-daun muda dapat dijadikan sayur dan bijinya dapat difermentasikan menjadi tempe. Menurut Mcilroy (1976) leguminous dapat ditanam bersama dengan rumput-rumput untuk meningkatkan pertumbuhan rumput tersebut. Leguminous kaya kandungan nitrogen dan kalsium dibandingkan dengan rumput-rumput sehingga akan menaikkan nilai gizi padang rumput. Padang rumput campuran antara rumput dengan leguminous lebih sempurna dan lebih disukai ternak daripada suatu pertanaman rumput murni.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak selamanya pemanfaatan tanaman penutup tanah membutuhkan biaya yang cukup besar dan menyita waktu. Dalam penanaman tiga jenis leguminous M. pruriens DC, C. mucunoides Desv dan C. pubescens Benth hanya dibutuhkan waktu luang untuk menebarkan benih-benih pada lahan alang-alang dan dengan penambahan pupuk kandang 20gr sudah mampu memberikan perbedaan pertumbuhan yang cukup nyata. Pada lahan alang-alang bekas atau masih lahan penggembalaan dapat memanfaatkan kotoran ternak yang ada di lapangan. Sehingga lahan lebih subur dan ternak masyarakat memiliki gizi dan protein yang lebih tinggi. Setelah mengalami kematian tanaman penutup tanah ini, biasanya membusuk dan memperkaya kandungan bahan organik tanah.


(58)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Laju pertumbuhan panjang rata-rata tertinggi selama 12 MST masing-masing jenis yaitu pada petak tanpa pupuk Mucuna pruriens DC 1,14 cm,

Calopogonium mucunoides 0,025 cm, Centrosema pubescens 0,06 cm, untuk petak dengan pemberian pupuk Mucuna pruriens DC 2,285 cm,

Calopogonium mucunoides 0,063 cm, Centrosema pubescens 0,055 cm. 2. Laju pertumbuhan panjang lebih tinggi pada petak yang diberi pupuk kandang

yaitu M. pruriens DC 108,04 cm, C. mucunoides Desv 6,12 cm, C. pubescens

Benth 5,64 cm, dari pada tidak diberi pupuk yaitu M. pruriens DC 51,3 cm,

C. mucunoides Desv 3,08 cm dan C. pubescens Benth 3,46 cm.

3. Laju penutupan tanah tertinggi oleh jenis Mucuna pruriens DC, petak tanpa pupuk rata-rata menutupi tanah 11,125%, petak dengan pupuk menutupi 26,975%. Calopogonium mucunoides petak tanpa pupuk menutupi 1,34%, petak dengan pupuk menutupi 6,05% dan Centrosema pubescens petak tanpa pupuk menutupi 0,43 % dan di petak dengan pupuk menutupi 0,71%.

4. Berdasarkan laju panjang periodik, laju rata-rata dan penutupan tanah, jenis

Mucuna pruriens DC lebih baik dijadikan sebagai tanaman penutup tanah pada lahan alang-alang pada.

5. Dari segi bentuk penjalaran, jenis Calopogonium mucunoides layak untuk dipertimbangan sebagai tanaman penutup tanah pada lahan alang-alang.


(59)

6. Pemberian pupuk kandang meningkatkan laju penutupan tanah jenis Mucuna pruriens DC tetapi tidak meningkatkan jenis Calopogonium mucunoides Desv dan Centrosema pubescens Benth

7. Penanaman leguminous dapat meningkatkan pH tanah, N % dan C %, sehingga dapat meningkatkan kesuburan lahan alang-alang.

Saran

Untuk penelitian selanjutnya disarankan jangka waktu pengamatan ditingkatkan untuk lebih mendapatkan laju penutupan tanah dan karakter pertumbuhan yang lebih lengkap dalam jangka panjang.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Aswandi., T. Amperawati dan R.M.S. Harahap. 2005. Teknik Silvikultur Rehabilitasi. Lahan Kritis Alang-alang: Tinjauan Ekologi dan Silvikultur. Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian Departemen Kehutanan. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Parapat, 6 Desember 2005

Departemen Kehutanan. 2006

Friday, K. S., M. E. Drilling dan D. P. Garrity. (2000). Rehabilitasi Padang Alang-alang Menggunakan Agroforestry dan Pemeliharaan Permudaan Alam. International Centre For Research In Agroforestry. Southeast Asian Regional Research Programme dan Universitas Brawijaya, Fakultas Pertanian. Malang. Bogor. Indonesia

Foth, H.D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Erlangga. Jakarta

Irwanto. 2006. Penggunaan Tanaman Actinorhizal Casuarina equisetifolia L.

Pada Rehabilitasi Lahan Alang-Alang dengan Sistem Agroforestri.

Kehati. 2007. dan

Mcilroy, R.J. 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradnya Paramita. Jakarta

Narendra, B. H. dan E. Multikaningsih. 2006. Pengaruh Penanaman Beberapa Jenis Legum Terhadap Kondisi Tanah Pada Areal Bekas Penambangan Batu Apung. Info Hutan. Vol. III Nomor 3 Tahun 2006

Purnomosidhi, P dan S. Rahayu. (2002). Pengendalian Alang-Alang dengan Pola Agroforestry.


(61)

Sitompul, S.M dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Rahim, S.E. 2000. Pengendalian erosi tanah dalam rangka pelestarian lingkungan hidup. Bumi Aksara. Jakarta

Rinsema, W.T. 1993. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bhratara. Jakarta

Sutejo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta


(62)

Lampiran 1. Panjang Pertumbuhan Mucuna pruriens (Mp) pada Sub Petak I di Petak 1 Tanpa Pupuk

Anak Petak

Panjang Pertumbuhan Per Minggu (cm)

M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12

1 7.8 16.0 28.5 49.5 64.5 68.5 69.8 70.1 70.2 70.3 70.3 2 6.7 17.5 24.7 39.5 49.0 51.0 51.9 52.5 53.0 53.2 53.7 3 6.1 15.9 24.5 42.0 55.8 65.5 69.3 69.9 71.0 72.4 73.0 4 6.2 11.5 16.0 23.5 25.6 26.0 27.0 27.5 27.6 27.8 28.0 5 5.5 12.5 18.9 26.5 29.1 30.0 30.9 31.0 31.0 31.2 31.5 Rata-rata 6.46 14.68 22.52 36.2 44.8 48.2 49.78 50.2 50.56 50.98 51.3

Lampiran 2. Panjang Pertumbuhan Calopogonium mucunoides (Cm) pada Sub Petak II di Petak 1 Tanpa Pupuk

Anak Petak

Panjang Pertumbuhan Per Minggu (cm)

M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12

1 0.8 1 1.2 1.4 1.5 1.6 1.7 2.1 2.7 3 3.2

2 0.8 1.1 1.3 1.5 1.5 1.6 1.7 1.9 1.9 2 2.1

3 1.4 1.8 2 2.2 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.9

4 0.6 0.6 0.8 1.1 1.2 1.4 1.6 2.1 2.3 2.8 3.5

5 1.2 1.6 2.2 2.3 2.4 2.6 2.7 3 3.1 3.5 3.7

Rata-rata 0.96 1.26 1.5 1.7 1.76 1.9 2.034 2.32 2.52 2.8 3.08

Lampiran 3. Panjang Pertumbuhan Centrosema pubescens (Cp) pada Sub Petak III di Petak 1 Tanpa Pupuk

Anak Petak

Panjang Pertumbuhan Per Minggu (cm)

M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12

1 1.1 2.1 2.3 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 3.4 4 4.4

2 0.9 1.8 1.9 2 2 2.2 2.6 2.7 3.2 3.4 3.4

3 0.8 1.2 1.6 1.9 1.9 2.6 2.7 2.7 2.8 2.8 3.2

4 0.9 1.5 1.6 1.9 1.9 2 2.3 2.4 2.5 2.5 2.8

5 1.5 2.2 2.4 2.5 2.5 2.6 2.7 3 3.1 3.3 3.5


(63)

Lampiran 4. Pertumbuhan Panjang Rata-Rata Tanaman Pada Petak 1

Jenis Tanaman

Panjang Rata-Rata Pertumbuhan Per Minggu (cm)

M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12

Mp Cm Cp

6.46 14.68 22.52 36.2 44.8 48.2 49.78 50.2 50.56 50.98 51.3 0.96 1.26 1.5 1.7 1.76 1.9 2.034 2.32 2.52 2.8 3.08 1.04 1.76 1.96 2.16 2.18 2.42 2.62 2.74 3 3.2 3.46

Lampiran 5. Laju Pertumbuhan Tanaman Secara Periodik pada Petak 1

Lampiran 6. Laju Pertumbuhan Tanaman Rata-Rata pada Petak 1 Jenis

Tanaman

Riap Rata-Rata

M3 - M2 M4 - M3 M5 - M4 M6 - M5 M7 - M6 M8 - M7 M9 - M8 M10 - M9 M11 - M10 M12 - M11

Mp 0.685 0.653 1.14 0.717 0.283 0.132 0.035 0.03 0.035 0.027

Cm 0.025 0.022 0.017 0.008 0.012 0.011 0.024 0.017 0.023 0.023

Cp 0.06 0.017 0.017 0.002 0.02 0.017 0.01 0.022 0.017 0.022

Lampiran 7. Panjang Pertumbuhan Mucuna pruriens (Mp) pada Sub Petak I di Petak 2 Dengan Pupuk

Anak Petak

Panjang Pertumbuhan Per Minggu (cm)

M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12

1 5.9 12 20.3 47.5 61.5 72 75 75.6 76 76.5 77

2 5 17.5 26.2 48.8 70 87 92 94.5 96 96.6 96.7

3 4.5 13.9 31.5 90.3 117 132 138.5 140.5 142 143 143.5

4 6.7 13.4 27.5 40.2 71.5 78.9 80.5 81 81.5 82 82.7

5 5 12.4 24.5 40.3 68.5 76 80.2 100 132 139 140.3

Rata-rata 5.42 13.84 26 53.42 77.7 89.8 93.24 98.32 105.5 107.42 108.04 Jenis

Tanaman

Riap Periodik

M3 - M2 M4 - M3 M5 - M4 M6 - M5 M7 - M6 M8 - M7 M9 - M8 M10 - M9 M11 - M10 M12 - M11

Mp Cm Cp

8.22 7.84 13.68 8.6 3.4 1.58 0.42 0.36 0.42 0,32

0.3 0.26 0.2 0.1 0.14 0.134 0.286 0.2 0.28 0.28


(64)

Lampiran 8. Panjang Pertumbuhan Calopogonium mucunoides (Cm) pada Sub Petak II di Petak 2 Dengan Pupuk

Anak Petak

Panjang Pertumbuhan Per Minggu (cm)

M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12

1 1.5 1.5 2.5 2.9 2.9 3.1 4 4.1 4.4 4.8 5

2 1.8 2 2.4 2.6 2.9 3.2 4.2 5 6 7.5 7.9

3 1.6 1.7 2.2 2.5 3 3.5 3.9 4 5 5.5 6

4 0.4 0.8 1.3 1.9 2.2 2.9 3.5 3.7 5 5.2 5.5

5 2 2.8 3.5 4 4.2 5.5 5.7 5.8 6 6 6.2

Rata-rata 1.46 1.76 2.38 2.78 3.04 3.64 4.26 4.52 5.28 5.8 6.2

Lampiran 9. Panjang Pertumbuhan Centrosema pubescens (Cp) pada Sub Petak III di Petak 2 Dengan Pupuk

Anak Petak

Panjang Pertumbuhan Per Minggu (cm)

M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12

1 0.7 1.3 1.5 1.7 1.9 2 2.1 2.2 2.6 3 3.3

2 0.5 0.7 1 1.4 1.6 2.3 2.5 3 3 3.1 3.4

3 1 1.9 3.3 4.1 4.7 5 5.5 7 7.8 8.5 10.3

4 0.6 1.5 2.2 2.6 2.7 2.9 3.1 3.7 4.4 4.6 4.8

5 1.8 2 2.5 2.9 3.6 4.2 4.4 5 5.9 6.2 6.4

Rata-rata 0.92 1.48 2.1 2.54 2.9 3.28 3.52 4.18 4.7 5.08 5.64

Lampiran 10. Pertumbuhan Panjang Rata-Rata Tanaman Pada Petak 2

Jenis Tanaman

Panjang Rata-Rata Pertumbuhan Per Minggu (cm)

M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12

Mp 5.42 13.84 26 53.42 77.7 89.18 93.24 98.32 105.5 107.42 108.04


(1)

Lampiran 16. Uji “T” Untuk Riap Rata-Rata Mucuna pruriens

Paired Samples Statistics

Mean N

Std. Deviation

Std. Error Mean

Pair 1 Tanpa pupuk .3737 10 .39643 .12536

20 gram pupuk

kandang .8551 10 .75393 .23841

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Tanpa pupuk & 20 gram pupuk kandang

10 .876 .001

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair 1 Tanpa pupuk -

20 gram pupuk kandang

-.48140 .44910 .14202 -.80267 -.16013

t df Sig. (2-tailed)


(2)

Lampiran 17. Uji “T” Untuk Riap Rata-Rata Calopogonium mucunoides

Paired Samples Statistics

Mean N

Std.

Deviation Std. Error Mean Pair 1 Tanpa pupuk .0182 10 .00612 .00194 20 gram pupuk

kandang .0857 10 .15326 .04846

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Tanpa pupuk & 20 gram pupuk kandang

10 -.422 .225

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair 1 Tanpa

pupuk - 20 gram pupuk kandang

-.06750 .15594 .04931 -.17905 .04405

t df Sig. (2-tailed)


(3)

Lampiran 18. Uji “T” Untuk Riap Rata-Rata Centrosema pubescens

Paired Samples Statistics

Mean N

Std. Deviation

Std. Error Mean

Pair 1 Tanpa pupuk .0204 10 .01515 .00479

20 gram pupuk

kandang .0394 10 .01114 .00352

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Tanpa pupuk & 20 gram pupuk kandang

10 .258 .471

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair 1 Tanpa

pupuk - 20 gram pupuk kandang

-.01900 .01632 .00516 -.03068 -.00732

t df Sig. (2-tailed)


(4)

Lampiran 19. Uji “T” Untuk Penutupan Tanah Mucuna pruriens

Paired Samples Statistics

Mean N

Std. Deviation

Std. Error Mean Pair 1 Tanpa pupuk 11.1250 5 1.04208 .46603 20 gram pupuk

kandang 26.9750 5 8.54316 3.82062

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Tanpa pupuk & 20 gram pupuk kandang

5 .198 .750

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair 1 Tanpa

pupuk - 20 gram pupuk kandang

-15.8500

0

8.39952 3.75638 -26.27938 -5.42062

t df Sig. (2-tailed)


(5)

Lampiran 20. Uji “T” Untuk Penutupan Tanah Calopogonium mucunoides

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean

Pair 1 Tanpa pupuk 1.3438 5 .16829 .07526

20 gram pupuk

kandang 6.0500 5 6.19529 2.77062

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Tanpa pupuk & 20 gram pupuk kandang

5 .085 .892

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair 1 Tanpa

pupuk - 20 gram pupuk kandang

-4.70625 6.18330 2.76526 -12.38383 2.97133

t df Sig. (2-tailed)


(6)

Lampiran 21. Uji “T” Untuk Penutupan Tanah Centrosema pubescens

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean

Pair 1 Tanpa pupuk .4375 5 .22097 .09882

20 gram pupuk

kandang .7188 5 .48814 .21830

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Tanpa pupuk & 20 gram pupuk kandang

5 .063 .919

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair 1 Tanpa

pupuk - 20 gram pupuk kandang

-.28125 .52291 .23385 -.93053 .36803

t df Sig. (2-tailed)