PENGEMBANGAN PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING KELAS X SMA DI KOTABUMI LAMPUNG UTARA

(1)

ABSTRACT

DEVELOPMENT OF GUIDE PRACTICUM CHEMICAL BASED ON GUIDED INQUIRY IN TENTH GRADE SENIOR HIGH SCHOOL

IN KOTABUMI NORTH LAMPUNG

By Indah Nofiana

The purpose of this study were (1) to analyze the condition and potential for development chemistry laboratory manual, (2) describe the chemistry laboratory guide the development process, (3) produce a chemistry laboratory manual, (4) analyze the effectiveness of chemistry laboratory manual, (5) analyze the efficiency of manual chemistry laboratory and (6) to analyze the attractiveness of the chemistry laboratory manual. Research and development research approach Borg and Gall. The study was conducted in senior high school Kemala Bhayangkari Kotabumi, SMAN 1 and SMAN 4 Kotabumi. Data collection using the instrument test, questionnaire, and observation sheet. Data were analyzed by descriptive quantitative. Conclusions of research are: (1) the condition of the used chemistry laboratory guide not support practical activities and characteristics of students most have kinesthetic learning style. (2) The process of guideline development involves a chemistry laboratory test materials experts, media expert test, test and test instructional design expert linguists. (3) Specifications practicum guide chemical material class tenth senior high school chemical bonds, made up of the first part (introduction), the core (practicum) and the final section (bibliography). (4) The effective chemistry laboratory manual, with an average gain of 0.71. (5) Efficient practicum guide chemical used in the study, with the efficiency of 1.12. (6) Practicum guide chemical attractive for students, with total percentage of 81.33%.

Key Word: practicum guide, chemical, guided inquiry.


(2)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING KELAS X SMA DI KOTABUMI

LAMPUNG UTARA

Oleh Indah Nofiana

Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis kondisi dan potensi untuk pengembangan panduan praktikum kimia, (2) mendeskripsikan proses pengembangan panduan praktikum kimia, (3) menghasilkan panduan praktikum kimia, (4) menganalisis efektifitas panduan praktikum kimia, (5) menganalisis efisiensi panduan praktikum kimia dan (6) menganalisis kemenarikan panduan praktikum kimia. Penelitian menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan Borg and Gall. Penelitian dilakukan di SMA Kemala Bhayangkari Kotabumi, SMA Negeri 1 Kotabumi dan SMA Negeri 4 Kotabumi. Pengumpulan data menggunakan instrumen tes, angket, dan lembar observasi. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Kesimpulan penelitian adalah: (1) kondisi panduan praktikum kimia yang digunakan belum mendukung kegiatan praktikum dan karakteristik siswa sebagian besar memiliki gaya belajar kinestetik. (2) Proses pengembangan panduan praktikum kimia melibatkan uji ahli materi, uji ahli media, uji ahli desain pembelajaran dan uji ahli bahasa. (3) Spesifikasi panduan praktikum kimia materi ikatan kimia SMA kelas X, terdiri dari bagian awal (pengenalan), bagian inti (kegiatan praktikum) dan bagian akhir (daftar pustaka). (4) Panduan praktikum kimia efektif, dengan rata-rata gain 0,71. (5) Panduan praktikum kimia efisien digunakan dalam pembelajaran, dengan nilai efisiensi 1,12. (6) Panduan praktikum kimia menarik bagi siswa, dengan persentase 81,33%.


(3)

PENGEMBANGAN PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING KELAS X SMA DI KOTABUMI

LAMPUNG UTARA

Oleh

INDAH NOFIANA

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(4)

PENGEMBANGAN PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING KELAS X SMA DI KOTABUMI

LAMPUNG UTARA (Tesis)

Oleh

INDAH NOFIANA

PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(5)

(6)

(7)

(8)

MOTO

Di atas langit masih ada langit, di bawah tanah masih ada

tanah. Terpenting selalu bersyukur kepada Alloh SWT.


(9)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Alloh SWT dan junjungan ku Nabi Muhammad SAW. Karya ini kupersembahkan untuk :

Mami dan papi ku yang selalu sabar, mendoakan, mencintai, memotivasi, menyemangati, dan mendukung dalam segala hal untuk keberhasilanku dan kebaikan hidupku di dunia dan akhirat.

Mbak ku dan kakak ku yang selalu membantu ku.

Abang ian, n.s yang selalu sabar menemaniku dan membantuku. Almamater ku tercinta, Universitas Lampung.


(10)

Penulis bernama Indah Nofiana dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 03 November 1990, merupakan anak dari pasangan Bapak Sukarman dan Ibu Pidayah.

Taman Kanak-Kanak (TK) diselesaikan di TK Kemala Bhayangkari pada tahun 1995, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 2 Rejosari Kotabumi Lampung Utara tahun 2002, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP Kemala Bhayangkari Kotabumi diselesaikan tahun 2005, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Kemala Bhayangkari Kotabumi diselesaikan pada tahun 2008.

Pada tahun 2008, penulis melanjutkan studi di Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sriwijaya. Penulis memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada tahun 2012. Pada tahun 2013, penulis melanjutkan studi di Progam Pascasarjana Teknologi Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Penulis bekerja di SMA Kemala Bhayangkari sejak tahun 2012.


(11)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas ridho dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini disusun sebagai syarat untuk mencapai gelar magister pendidikan pada jurusan Ilmu pendidikan program studi Pacasarjana Teknologi Pendidikan.

Tesis ini terselesaikan dengan bimbingan, dukungan, bantuan, dan doa dari orangtua, keluarga, sahabat dan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dengan tulus dan penuh hormat kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung. 2. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas

Lampung.

3. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Dr. Riswanti Rini, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Dr. Herpratiwi, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pascasarjana Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 6. Dr. Dwi Yulianti, M.Pd selaku Pembimbing I dalam penyusunan tesis ini 7. Dr. Riswandi, M.Pd. selaku Pembimbing II dalam penyusunan tesis ini.


(12)

Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 9. Dr. Adelina Hasyim, M.Pd., Drs. Tasviri Efkar, M.S., Drs. Eko Suyanto,

M.Pd., Drs. Imron A. Hakim., M.S, Rodiasari Pane., M.Pd, Tugiman, M.Pd., dan Sepriyanti S.Pd selaku penguji ahli produk yang dikembangkan dalam tesis ini.

10. Kepala SMA Kemala Bhayangkari Kotabumi, SMA Negeri 1 Kotabumi, dan SMA Negeri 4 Kotabumi.

11. Rekan sejawat, staf, dan seluruh karyawan SMA Kemala Bhayangkari Kotabumi.

12. Sepriyanti., S.Pd., Koniah., S.Pd., Anggun Sucitra., S.Pd dan Desi Anggraini S.Pd., selaku guru mitra dalam penelitian.

13. Siswa-siswi kelas X SMA Kemala Bhayangkari Kotabumi, SMA Negeri 1 Kotabumi, dan SMA Negeri 4 Kotabumi.

14. Teman-teman pada Program Studi Pascasarjana Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung angkatan 2013.

15. Semua pihak yang telah mendukung, membantu,dan mendoakan.

Penulis mendoakan semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak di atas, dan semoga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis,


(13)

xi DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Identifikasi Masalah ...6

1.3 Batasan Masalah ...7

1.4 Rumusan Masalah ...7

1.5 Tujuan Penelitian ...8

1.6 Manfaat Penelitian ...9

1.7 Penjelasan Istilah ...10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran ...11

2.2 Model Desain Pengembangan Pembelajaran ...20

2.3 Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Dalam Kurikulum 2013 ...24

2.4 Karakteristik Mata Pelajaran Kimia ...26

2.5 Keterampilan Proses Sains ...29

2.6 Kegiatan Pembelajaran Kimia di Laboratorium ...30

2.7 Panduan Praktikum Kimia ...33

2.8 Efektivitas, Efisiensi, dan Daya Tarik Pembelajaran ...35

2.9 Inkuiri Terbimbing ...37

2.10 Penelitian Relevan ...40

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ...43

3.2 Tempat danWaktu Penelitian ...44

3.3 Langkah-langkah Pengembangan ...45

3.4 Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ...52

3.5 Instrumen Penelitian ...56

3.6 Validitas dan Reliabilitas ...65

3.7 Teknik Pengumpulan Data ...67


(14)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ...71

4.1.1 Kondisi dan Potensi untuk Pengembangan Panduan Praktikum Kimia...71

4.1.2 Proses Pengembangan Panduan Praktikum Kimia ...75

4.1.3 Karakteristik Panduan Praktikum kimia yang Dihasilkan ...79

4.1.4 Efektivitas Penggunaan Panduan Praktikum Kimia ...92

4.1.5 Efisiensi Penggunaan Panduan Praktikum Kimia ...98

4.1.6 Kemenarikan Penggunaan Panduan Praktikum Kimia ...103

4.2 Pembahasan ...106

4.2.1 Efektivitas ...109

4.2.2 Efisiensi ...111

4.2.3 Kemenarikan ...112

4.3 Kelebihan Produk Hasil pengembangan ...113

4.4 Keterbatasan Penelitian ...114

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan ...115

5.2 Implikasi ...116


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Rata-Rata Uji Blok Kelas X Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014 .. 3

2.1 Sintak Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 38

3.1 Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Materi ... 56

3.2 Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Media ... 58

3.3 Kisi-Kisi Instrumen Uji Desain Pembelajaran ... 58

3.4 Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Bahasa ... 60

3.5 Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest Ikatan Ion dan Ikatan Kovalen ... 61

3.6 Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest Kepolaran Senyawa ... 62

3.7 Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest Bentuk Molekul... 63

3.8 Kisi-Kisi Instrumen Uji Kemenarikan ... 64

3.9 Nilai Rata-Rata Gain Ternormalisasi dan Klasifikasinya ... 68

3.10Nilai Efisiensi Pembelajaran dan Klasifikasinya ... 69


(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Teori Pembelajaran ... 17

3.1 Diagram Kerangka Berfikir Langkah-Langkah Pengembangan Panduan Praktikum Kimia ... .45

3.2 Desain Eksperimen One–Group Pretest –Posttest Design ... .50

4.1 Model desain pembelajaran ASSURE yang dikombinasikan dengan desain penelitian pengembangan Brog & Gall ...78

4.2 Cover Panduan Praktikum Kimia Sebelum Revisi ... .87

4.3 Cover Panduan Praktikum Kimia Setelah Revisi ... .87

4.4 Gambar Tampak belakang Cover Panduan Praktikum ... .90

4.5 Grafik Nilai Pretest dan Posttest Uji Perorangan ... .93

4.6 Grafik Efektivitas Uji Perorangan (Gain) ... .94

4.7 Grafik Nilai Pretest dan Posttest Uji Kelompok Kecil ... .95

4.8 Grafik Efektivitas Uji Kelompok Kecil (Gain) ... .96

4.9 Grafik Efisiensi Uji Perorangan ... .99

4.10 Gambar Efisiensi Uji Kelompok Kecil ...101

4.11 Grafik Efisiensi Uji Lapangan...102

4.12 Grafik Kemenarikan Uji Perorangan ... 104


(17)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Analisis Hasil Belajar Siswa Kelas X1 dan X2 ... 122

2. Lembar Wawancara Kepada Guru ... 124

3. Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Materi Panduan Praktikum Kimia 125 4. Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Media Panduan Praktikum Kimia 127 5. Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Bahasa Panduan Praktikum Kimia 129 6. Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli desain Pembelajaran ... 130

7. Angket Uji Ahli Materi ... 132

8. Angket Uji Ahli Media ... 133

9. Angket Uji Ahli Bahasa ... 136

10.Penelaahan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 138

11.Angket Gaya Belajar Siswa ... 141

12.Penilaian Angket gaya Belajar ... 144

13.Data Karakteristik Umum Siswa SMA K.Bhayangkari ... 145

14.Data Karakteristik Umum Siswa Negeri 1 Kotabumi ... 146

15.Data Karakteristik Umum Siswa Negeri 4 Kotabumi ... 147

16.Silabus Mata Pelajaran Kimia ... 148

17.RPP Ikatan Ion dan Ikatan Kovalen ... 155

18.RPP Kepolaran Senyawa ... 171

19.RPP Bentuk Molekul ... 185

20.Soal Pretest dan Posttest Materi Ik.Ion dan Ik. Kovalen ... 200

21.Soal Pretest dan Posttest Materi Kepolaran Senyawa ... 201

22.Soal Pretest dan Posttest Materi Bentuk Molekul ... 202

23.Uji Coba Soal Validitas dan Reliabilitas Soal Ik.ion dan Ik kovalen Soal .. ... 203

24.Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Soal Kepolaran Senyawa 205

25.Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Bentuk Molekul ... 207

26.Analisis Data Uji Perorangan ... 208

27.Analisis Data Uji Kelompok Kecil ... 210

28.Analisis Data Uji Lapangan ... 212

29.Uji Perorangan dan Kelompok Kecil Efektivitas di SMA BK . 214 30.Uji Perorangan dan Kelompok Kecil Efektivitas di SMA N 1 215 31.Uji Perorangan dan Kelompok Kecil Efektivitas di SMA N 4 216 32.Rekapitulasi Uji Lapangan Efektivitas di SMAN 4 ... 217

33.Rekapitulasi Uji Lapangan Efektivitas di SMA BK ... 218


(18)

xvi

Lapangan ... 220

36.Rekapitulasi Uji Perorangan dan Kelompok Kecil Kemenarikan di SMA BK ... 222

37.Rekapitulasi Uji Perorangan dan Kelompok Kecil Kemenarikan di SMA N 1 ... 223

38.Rekapitulasi Uji Perorangan dan Kelompok Kecil Kemenarikan di SMA N 4 ... 224

39.Rekapitulasi Uji Lapangan Kemenarikan di SMA Kemala Bhayangkari ... 225

40.Rekapitulasi Kemenarikan di SMA Negeri 1 ... 226

41.Rekapitulasi Kemenarikan di SMA Negeri 4 ... 227

42.Petunjuk Angket Instrumen Uji Ahli Materi Terhadap Panduan Praktikum ... 228

43.Petunjuk Angket Instrumen Uji Ahli Desain Pembelajaran Terhadap Panduan Praktikum ... 229

44.Petunjuk Angket Instrumen Uji Ahli Media Terhadap Panduan Praktikum ... 230

45.Surat Telah Melakukan Penelitian di SMA BK ... 231

46.Surat Telah Melakukan Penelitian di SMA N 4 ... 232


(19)

I.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kegiatan praktikum di laboratorium merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya mata pelajaran kimia. Kimia merupakan ilmu pengetahuan yang berkembang melalui proses kerja praktikum di laboratorium untuk menghasilkan sikap ilmiah siswa. (Kurniati dan Wahyuningrum, 2011: 1) menyatakan bahwa

“ilmu kimia tumbuh dan berkembang melalui eksperimen, sehingga pembelajaran kimia di sekolah perlu dilakukan pembelajaran dengan kegiatan praktikum. Melalui kegiatan praktikum dapat memberikan pengalaman langsung sebagai hasil pembelajaran bermakna dan membangkitkan minat belajar serta memberikan bukti-bukti bagi kebenaran teori yang telah dipelajari siswa. Sehingga, keberadaan laboratorium di sekolah dibutuhkan untuk menunjang proses pembelajaran dan dapat membentuk sikap ilmah siswa (Anderson, 2001: 97).

Menurut (Miarso, 2013: 648) beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah siswa, yaitu:

“(1) sikap ilmiah harus ditanamkan dan diberikan sejak awal sekolah, (2) dalam perspektif sains, kegagalan merupakan suatu bukti keberhasilan, (3) guru harus mampu dan diberi peluang untuk


(20)

mengelola tugas belajar yang berbeda,(4) tersedia sarana dan anggaran yang cukup,(5) tujuan belajar harus diarahkan pada kemampuan belajar untuk belajar ( learning to learn)”.

Sesuai dengan kurikulum 2013 yang telah diterapkan, proses pembelajaran harus dapat membimbing siswa agar mencapai standar kompetensi yang diharapkan. Pembelajaran kurikulum 2013 menekankan perubahan paradigma. Menurut (Kemendikbud, 2013: 5) pelaksanaan pembelajaran kimia antara lain:

”(1) siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu, (2) guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar, (3) pendekatan tekstual menjadi pendekatan proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah, dan (4) pembelajaran berbasis konten menjadi pembelajaran berbasis kompetensi. Salah satu kompetensi yang di tingkatkan yaitu keterampilan baik fisikal maupun mental.

Pemanfaatan laboratorium untuk proses pembelajaran di sekolah sebagai sarana pembelajaran tidak berjalan optimal, hal ini disebabakan beberapa faktor. Hasil wawancara guru mengatakan bahwa tidak pernah melakukan praktikum. Hal ini disebabkan karena panduan praktikum yang terdapat pada buku kimia guru dan siswa tidak sesuai dengan kegiatan praktikum di laboratorium. Berdasarkan penelaahan panduan praktikum yang terdapat dibuku panduan praktikum yang menerapkan kurikulum 2013, prosedur praktikum materi ikatan kimia alat yang akan digunakan tidak terdapat di laboratorium kimia sekolah. Praktikum materi ikatan kimia hanya untuk sub materi mengetahui perbedaan antara ikatan ionik dan ikatan kovalen. Sedangkan pada sub materi kepolaran senyawa dan sub materi teori domain elektron untuk menentukan bentuk molekul tidak ada prosedur praktikum.


(21)

Tampilan warna pada gambar pengenalan bahan-bahan kimia berbahaya, pengenalan alat-alat praktikum, dan contoh rangkaian alat untuk praktikum berwarna hitam putih. Sehingga kurang menarik digunakan untuk kegiatan praktikum. Terdapat gambar alat yang terdapat dibuku panduan praktikum kurang jelas.

Berdasarkan penelaahan kualitas buku kimia guru dan siswa kegiatan praktikum belum menumbuhkan sikap ilmiah siswa, menampilkan kemenarikkan, dan menjelaskan langkah–langkah kerja yang dilakukan untuk praktikum. Hal ini menyebabkan buku paket sekolah belum dapat menjadikan kegiatan praktikum berjalan dengan optimal. Berdasarkan hasil analisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran kimia kelas X semester 1 dapat dilihat bahwa rata-rata hasil uji blok siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70. Rata-rata nilai uji blok dapat dilihat pada Tabel 1. 1.

Tabel 1.1. Rata – rata uji blok kelas X semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014

No. Materi Pokok

Nilai Rata-Rata Rata-Rata Kelas

X 1

Kelas X 2

1. Struktur atom 69,67 71,77 70,72 2. Sistem periodik 62,20 64,35 63,27 3. Konfigurasi elektron 62,74 62,41 63,57

4.

Ikatan kimia 55,96 56,61 56,28 5. Stokiometri 57,09 61,77 59,43


(22)

Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa hasil uji blok terendah terdapat pada materi pokok ikatan kimia dengan rata– rata 56,28 dengan persentase 6,45% siswa yang mencapai KKM. Data ini diambil dengan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), karena sekolah menerapakan kurikulum 2013 mulai tahun 2014.

Kurikulum 2013 materi ikatan kimia memiliki kompetensi inti, yaitu KI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.


(23)

Materi ikatan kimia terdapat pada KD 3.5. Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi dan ikatan logam serta interaksi antar partikel (atom, ion, molekul) materi dan hubungannya dengan sifat fisik materi, KD 3.6. Menganalisis kepolaran senyawa, KD 3.7. Menganalisis teori jumlah pasangan elektron di sekitar inti atom (teori domain elektron) untuk menentukan bentuk molekul. KD 4.5. Mengolah dan menganalisis perbandingan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi, dan ikatan logam serta interaksi antar partikel (atom, ion, molekul) materi dan hubungannya dengan sifat fisik materi. KD 4.6. Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan kepolaran senyawa, KD 4.7. Meramalkan bentuk molekul berdasarkan teori jumlah pasangan elektron di sekitar inti atom (teori domain elektron).

Pemahaman belajar mengenai materi ikatan kimia tidak hanya mempelajari teori, maka dibutuhkan praktik untuk menambah dan memperkuat pemahaman konsep yang dimiliki siswa terutama materi ikatan kimia. Panduan praktikum kimia yang digunakan berbasis inkuiri terbimbing karena memiliki beberapa langkah yang sesuai dengan kegiatan praktikum. Inkuiri terbimbing menjadikan siswa melakukan proses dan menemukan dengan bantuan guru sebagai fasilitator (Sulistina, 2010: 7). Mata pelajaran kimia SMA, perlu bimbingan guru agar pemahaman yang dimiliki siswa dapat tersusun secara sistematis. Hal ini, menjadikan inkuiri terbimbing lebih tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran.


(24)

(Dimyati dan Mudjiono, 2006: 173-174) mengatakan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari cara menemukan fakta, konsep, dan prinsip melalu keterampilan berfikir dan ilmiah. Kegiatan praktikum berbasis inkuiri terbimbing merupakan kegiatan laboratorium yang membangun pengetahuan kognitif siswa, mengembangkan sikap afektif siswa dan melatih kemampuan aspek psikomotorik siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar secara langsung.

Berdasarkan analisis kebutuhan yang telah dilakukan, maka perlu adanya pengembangan yang dilakukan sesuai dengan prosedur penelitian. Pentingnya panduan praktikum kimia untuk membimbing praktikum selama proses pembelajaran di laboratorium. Penelitian pengembangan panduan praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing yang akan dikembangkan akan menjadi salah satu sumber belajar.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar berlakang masalah dalam penelitian pengembangan panduan praktikum kimia, maka identifikasi masalah adalah :

1. Panduan praktikum yang terdapat pada buku kimia guru dan siswa belum dapat menjadikan kegiatan praktikum secara optimal. 2. Siswa kesulitan memahami isi buku paket kimia untuk kebutuhan


(25)

3. Panduan yang ada di buku panduan praktikum kimia tidak sesuai dengan ketersediaan alat dan bahan yang ada dilaboratorium kimia sekolah . 4. Buku panduan praktikum kimia tidak menarik.

5. Siswa membutuhkan panduan praktikum untuk kegiatan praktikum di laboratorium.

6. Hasil belajar kimia siswa materi ikatan kimia rata–rata 56,28.

1.3.Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka batasan masalah pada penelitian pengembangan ini adalah

1. Adanya kondisi dan potensi sekolah melakukan pengembangan panduan praktikum kimia pada siswa SMA kelas X.

2. Hasil pengembangan panduan praktikum kimia pada siswa SMA kelas X. 3. Spesifikasi panduan praktikum kimia pada siswa SMA kelas X.

4. Efektivitas pada panduan praktikum kimia pada siswa SMA kelas X 5. Efisiensi pada panduan praktikum kimia pada siswa SMA kelas X. 6. Kemenarikan panduan praktikum kimia pada siswa SMA kelas X.

1.4.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah pada penelitian pengembangan ini adalah

1. Bagaimana kondisi dan potensi sekolah untuk melakukan pengembangan panduan praktikum kimia pada siswa SMA kelas X?


(26)

2. Bagaimana proses pengembangan panduan praktikum kimia pada siswa SMA kelas X

3. Bagaimanakah spesifikasi panduan praktikum kimia pada siswa SMA kelas X?

4. Bagaimana efektifitas penggunaan panduan praktikum kimia pada siswa SMA kelas X

5. Bagaimana efisiensi penggunaan panduan praktikum kimia pada siswa SMA kelas X?

6. Bagaimana kemenarikan panduan praktikum kimia pada siswa SMA kelas X?

1.5.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian pengembangan ini adalah

1. Mendeskripsikan kondisi dan potensi sekolah untuk dilakukan pengembangan panduan praktikum kimia pada siswa SMA kelas X.

2. Mendeskripsikan proses pengembangan panduan praktikum kimia pada siswa SMA kelas X.

3. Mendeskripsikan spesifikasi panduan praktikum kimia pada siswa SMA kelas X.

4. Menganalisis efektivitas penggunaan panduan praktikum kimia pada siswa SMA kelas X.


(27)

5. Menganalisis efisiensi penggunaan panduan praktikum kimia pada siswa SMA kelas X.

6. Menganalisis kemenarikan panduan praktikum kimia pada siswa SMA kelas X.

1.6.Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka manfaat penelitian pengembangan ini adalah:

1. Secara Teoritis

1.1 Mengembangkan pemikiran dalam rangka membangun khasanah prosedur, prinsip, konsep, dan teori teknologi pendidikan khususnya penyediaan panduan praktikum kimia termasuk dalam kawasan pengembangan desain teknologi cetak.

1.2 Menjadi sumbangan pengetahuan pada desain bahan ajar cetak.

2. Secara Praktis

2.1 Bagi siswa panduan praktikum kimia sebagai produk hasil penelitian yang dikembangkan dapat menjadi panduan praktikum yang menarik dan bermanfaat dengan melakukan praktikum yang dilakukan siswa sehingga hasil belajar meningkat dan pembelajaran menjadi semakin efektif, efisien dan menarik.

2.2 Bagi guru panduan praktikum materi ikatan kimia yang dikembangkan dapat digunakan sebagai bahan ajar yang memudahkan penyampaian materi ikatan kimia.


(28)

2.3 Bagi sekolah panduan praktikum materi ikatan kimia yang dikembangkan dapat menjadi salah satu bahan ajar yang menjadi pilihan guru dalam menyajikan pembelajaran melalui praktikum. 2.4 Bagi penulis tesis dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan

menambah wawasan tentang penelitian pengembangan.

1.7. Penjelasan Istilah

1. Penelitian & pengembangan (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut sehingga menghasilkan produk tertentu berdasarkan analisis kebutuhan (Sugiyono, 2010: 407).

2. Panduan praktikum sebagai bahan ajar yang membantu proses pembelajaran dengan melaksanakan proses pembelajaran melalui kegiatan pratikum.

3. Laboratorium kimia merupakan tempat berlangsungnya proses pembelajaran kimia secara praktik untuk memecahkan masalah, mendalami fakta, melatih keterampilan proses, berfikir ilmiah serta menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah.

4. Pendekatan scientific merupakan pendekatan yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. 5. Kegiatan praktikum menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing

merupakan kegiatan proses pembelajaran di laboratorium yang memberikan pengalaman langsung sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(29)

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1. Teori Belajar dan Pembelajaran 2.1.1. Teori Belajar

Teori belajar memberikan banyak pemahaman yang digunakan untuk mengkaji antara hubungan variabel–variabel yang menentukan hasil belajar dan bagaimana sesorang itu belajar. Melalui proses belajar seseorang akan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk melakukan tugas dan pekerjaan. Sehingga, individu akan memperoleh kemampuan dan kompetensi yang diinginkan (Pribadi, 2011: 12). Belajar tidak hanya aktivitas organ berpikir, otak, tetapi belajar bertujuan meningkatkan kualitas seseorang dengan meningkatnya kompetensi yang dimilikinya. Sehingga, belajar berlanjut dari generasi ke generasi dan menjadi salah satu peradaban manusia (Prawiradilaga, 2012: 67).

Dikatakan oleh (Budiningsih, 2005: 12) terdapat teori belajar deskriptif dan teori belajar preskriptif. Teori belajar deskriptif yaitu membuat rangkuman tentang isi buku teks yang dibaca, maka retensi terhadap isi buku teks itu akan lebih baik. Sedangkan teori belajar preskriptif yaitu agar mengingat isi


(30)

buku teks yang dibaca secara lebih baik, maka bacalah isi buku teks itu berulang–ulang dan buatlah rangkumannya.

Teknologi pendidikan memandang proses belajar sebagai suatu faktor internal karena terjadi didalam diri siswa. Teknologi pendidikan yang bersifat konkret yaitu menciptakan atau rancangan lingkungan belajar yaitu faktor eksternal belajar dan dianggap berpengaruh banyak terhadap proses belajar (Prawiradilaga, 2012: 66). Dengan begitu, belajar merupakan suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, orang belajar maka responnya menjadi lebih baik dan sebaliknya jika tidak belajar maka responnya akan menurun (Skinner dalam Sagala, 2012: 14).

Belajar dapat dilakukan secara psikologis maupus fisiologis. Aktifitas psikologis merupakan proses mental, misalnya berfikir, memahami, menyimpulkan, menyimak, dan sebagainya. Aktifitas yang bersifat fisiologis merupakan proses penerapan atau praktik, misalnya melakukan eksperimen, latihan, praktikum, membuat produk, dan sebagainya (Rusman, 2012: 85).

Salah satu tanda bahwa seseorang belajar ditunjukkan dengan adanya perubahan tingkah laku pada diri orang tersebut yang disebabkan oleh perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikapnya. Menurut (Gagne, 1985: 13), belajar merupakan suatu kegiatan yang kompleks, hasil belajar berupa kemampuan. Setelah belajar seseorang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Adanya kapabilitas dari


(31)

stimulus yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh setiap individu. Sehingga proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru.

Menurut (Thorndike dikutip Herpratiwi, 2009: 7-8) belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi (koneksi) antara peristiwa stimulus (S) dan Respon (R). Stimulus adalah perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk bekerja. Respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang, supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respon, perlu adanya kemampuan untuk memilih respon yang tepat serta terlebih dahulu melalui percobaan (trial) dan kegagalan (error). Bentuk paling dasar dari belajar

adalah “ trial and error learning atau selecting and conecting learning” dan berlangsung menurut hukum–hukum tertentu. Thorndike menemukan tiga hukum belajar, yaitu hukum kesiapan (law of readness) dimana semakin siap organisme memperoleh perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan keputusan individu sehingga asosiasi cendrung diperkuat. Hukum latihan (law of exercise) yaitu semakin sering tingkah laku di ulang/dilatih, maka asosiasi tersebut semakin kuat. Hukum akibat (law of effect) yaitu hubungan stimulus respon akan cendrung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan sebaliknya cendrung melemah jika akibatnya tidak memuaskan.


(32)

Dikatakan menurut (Cronbach, Spears dan Geoch dalam Sardiman, 2004: 20): “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”.

“Belajar ditunjukkan dengan adanya perubahan tingkah laku yang

dihasilkan dari pengalaman”. Spears mendefinisikan bahwa “Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction”. “Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti arahan”. Geoch menyatakan“Learning is a change in performance as a result of practice”.

“Belajar merupakan suatu perubahan dalam unjuk kerja sebagai hasil

praktek”.

Belajar merupakan serangkaian kegiatan yang melibatkan jiwa raga, psikofisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, serta ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas seseorang dalam berbagai bidang (Sardiman, 2004: 21). Perubahan tingkah laku berkaitan dengan keterampilan yang dimiliki individu. Keterampilan merupakan kemampuan untuk mengerjakan atau melaksanakan sesuatu dengan baik yang dimiliki oleh seseorang untuk menguasai suatu keahlian yang dimilikinya sejak lahir. Keterampilan (skill) berkaitan dengan ranah psikomotorik. Dalam arti sempit yaitu kemudahan, kecepatan, dan ketepatan dengan kegiatan yang memerlukan manipulasi serta koordinasi informasi yang dipelajari.


(33)

(Anderson, 2001: 35) mengemukakan bahwa suatu proses perubahan yang terjadi akibat dari belajar akan bersifat menetap dalam tingkah laku potensial sebagai hasil dari pengalaman. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotor (Sardiman, 2004: 21). Belajar akan memberikan pengalaman belajar dimana menurut (Bruner, 1966: 36) mengemukakan bahwa pengalaman belajar siswa diperoleh dari proses pembelajaran yang menjadi motivasi siswa untuk belajar. Menurutnya, pengalaman belajar yang seperti itu dapat dicontohkan oleh pengalaman belajar penemuan yang intuitif.

2.1.2. Teori Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, proses pembelajaran berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran (Jihad dan Haris, 2012: 12). Proses pembelajaran terjadi apabila siswa bekerja atau belajar untuk mengerjakan tugas yang belum dipelajari namun tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau berada dalam zone of proximal development (zona pembangunan proksimal), yaitu jarak antara tingkat perkembangan aktual seperti yang ditentukan oleh pemecahan masalah independen dan tingkat perkembangan potensial yang ditentukan melalui pemecahan masalah di


(34)

bawah bimbingan orang dewasa atau bekerjasama dengan rekan-rekan yang lebih mampu (Vygotsky 1978: 33).

Menurut (Jihad dan Haris, 2012: 13) mengatakan bahwa rancangan pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Pembelajaran diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan lingkungan otentik, karena hal ini diperlukan untuk memungkinkan seseorang berproses dalam belajar (belajar untuk memahami, belajar untuk berkarya, dan melakukan kegiatan nyata) secara maksimal.

2. Isi pembelajaran harus didesain agar relevan dengan karakteristik siswa karena pembelajaran difungsikan sebagai mekanisme adaptif dalam proses kontruksi, dekontruksi dan rekontruksi pengetahuan, sikap, dan kemampuan.

3. Menyediakan media dan sumber belajar yang dibutuhkan.

4. Penilaian hasil belajar terhadap siswa dilakukan secara formatif sebagai diagnosis untuk menyediakan pengalaman belajar secara berkesinambungan dan dalam bingkai belajar sepanjang hayat (life long contiuning education).

Pembelajaran suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur–unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi tujuan pembelajaran. Unsur manusiawi yaitu guru dan siswa, material yaitu buku–buku penunjang, fasilitas dan perlengkapan yaitu ruang kelas, prosedur yaitu jadwal penyampaian materi belajar, dan sebagainya. Jika kegiatan pembelajaran sudah lengkap dan tersusun dengan baik, maka


(35)

kegiatan pembelajaran harus dilaksanakan dengan baik dan optimal (Hamalik, 2010: 57).

Kegiatan proses pembelajaran, seorang guru dituntut merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat yang menggambarkan tingkah laku atau kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah berakhirnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran berpusat pada siswa artinya langsung menunjuk pada kepentingan siswa, menunjuk pada kondisi atau situasi tertentu dalam kondisi apa tujuan yang dimaksud dapat tercapai serta menunjuk pada suatu tingkat atau ukuran yang telah ditentukan.

Reigeluth (1983: 19) berpendapat bahwa pembelajaran sebaiknya didasarkan pada teori pembelajaran yang bersifat prespektif, yaitu teori yang

memberikan “resep” untuk mengatasi masalah belajar. Reigeluth membagi

pembelajaran menjadi tiga variabel seperti dalam rangka instruktusional dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Karakteristik mata pelajaran

Karakteristik Siswa

Tujuan Kendala

Strategi Pengorganisasian/ pengemasan materi

Strategi penyajian

Strategi pengelolaan

Kesesuaian, efektivitas, efisiensi dan daya tarik pembelajaran

Kondisi

Metode

Hasil


(36)

2.1.3. Hasil Belajar

Menurut (Hamalik, 2010: 30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan pengukuran dan penilaian. Tujuan hasil belajar adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan berupa tes hasil belajar. Tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala huruf atau kata atau simbol (Dimyati dan Mudjiono, 2010: 200).

Menurut (Sardiman, 2004: 28–29), pencapaian tujuan pembelajaran menghasilkan hasil belajar. Terdapat tiga hasil belajar yang secara perencanaan dan programatik terpisah, tetapi pada kenyataanya pada diri siswa merupakan satu kesatuan yang bulat. Hasil belajar itu meliputi: 1. Kognitif (keilmuan dan pengetahuan), yang merupakan konsep atau

fakta.

2. Afektif (personal), yang merupakan kepribadian atau sikap.

3. Psikomotorik (kelakuan), yang merupakan keterampilan atau penampilan.

Menilai hasil belajar siswa melalui kegiatan pengukuran dan penilaian. Tujuan hasil belajar adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang


(37)

dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan. Tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala huruf atau kata atau simbol.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Penilaian hasil belajar mengisyaratkan hasil belajar sebagai program menjadi sasaran penilaian. Hasil belajar sebagai objek penilaian pada hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan instruksional (Sudjana, 2006: 22).

(Sunhaji, 2009: 21) menyatakan bahwa tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran adalah manakala tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan oleh guru dapat tercapai. Mengetahui tercapai tidaknya tujuan tersebut, guru perlu mengadakan evaluasi setiap selesai menyajikan satu satuan bahan pelajaran. Penilaian sangat penting untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, dan sekaligus sebagai umpan balik (feed back) bagi guru dalam rangka memperbaiki dan untuk melaksanakan program remedial (perbaikan) bagi siswa yang belum berhasil.

Adapun indikator yang dijadikan tolak ukur keberhasilan proses belajar mengajar adalah :

1. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.

2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran khusus telah dicapai siswa, baik secara individual maupun kelompok.


(38)

Menurut (Djamarah, 2006: 121) adapun mengenai tingkat keberhasilan belajar siswa dan sekaligus untuk mengetahui tingkat keberhasilan mengajar guru itu sendiri adalah sebagai berikut:

“(1) istimewa/maksimal, yakni apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai siswa. (2) baik sekali/optimal, yakni apabila sebagian besar bahan pelajaran yang diajarkannya dikuasai siswa 85% sampai 94%, (3) baik/minimal, yakni apabila bahan pelajaran yang diajarkannya hanya 75% sampai 85% dikuasai siswa, (4) kurang, yakni apabila bahan pelajaran yang diajarkannya kurang dari 75% yang dikuasainya”.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari aktivitas belajar yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam diri siswa. Hasil belajar merupakan bukti keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar untuk memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar yang diperoleh siswa dari hasil tes.

2.2. Model Desain Pengembangan Pembelajaran

Suatu produk pembelajaran memilih model desain pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran tidak tergantung pada model pembelajaran yang paling baik. Pemilihan model tergantung pada kondisi atau karakteristik bidang studi. Dalam penelitian pengembangan panduan praktikum kimia ini, menggunakan model desain pembelajaran ASSURE, karena model ASSURE dikembangkan sebagai alat untuk membantu memastikan teknologi dan media, serta menyediakan proses


(39)

sistematikuntuk menciptakan pengalaman belajar (Smaldino, Lowther, dan Russel, 2012: 110).

Model desain pengembangan pembelajaran yang akan digunakan dalam pengembangan panduan praktikum kimia adalah model ASSURE, dengan menempuh langkah-langkah seperti gambar 2.2.

Gambar 2.2 Model desain pembelajaran ASSURE ANALISIS PEMELAJAR

MENGEVALUASI DAN MEREVISI

MENENTUKAN STANDAR DAN TUJUAN

SELEKSI METODE, MEDIA DAN MATERI

MENGGUNAKAN MEDIA DAN MATERI

MENGHARUSKAN PARTISIPASI PEMELAJAR


(40)

Penjabaran langkah-langkah pengembangan panduan praktikum kimia pada Gambar 3.1 dijelaskan sebagai berikut.

1) Analyze Learners (Menganalisis Pembelajar)

Langkah pertama dalam merencanakan mata pelajaran dengan mengindentifikasi dan menganlisis karakteristik pemelajar yang disesuaikan dengan hasil-hasil belajar. Imformasi ini akan memandu pengambilan keputusan anda saat anda merancang mata pelajaran anda. Area-area kunci yang harus dipertimbangkan selama analisis pembelajaran meliputi :

1. Karakteristik umum

2. Kompetensi dasar Spesifik (Pengetahuan, Kemampuan dan sikap tentang Topik)

3. Gaya belajar.

2) State of Obyjectives (Menyatakan Standar dan Tujuan)

Standard dan tujuan belajar spesifik mungkin dinyatakan dengan baik, perilaku yang harus ditampilkan, kondisi yang perilaku atau kinerja akan diamati, dan tingkat pengetahuan atau kemampuan baru harus dikuasai siswa. Kondisi pengembangan panduan praktikum akan meliputi penggunaan teknologi dan media yang sederhana untuk menilai pencapaian dari standar atau tujuan belajar.


(41)

3) Select Methods, Media and Material (Memilih Metode, Media, dan Materi)

Setelah menganalisis para pemelajar dan menyatakan standar dan tujuan belajar, maka telah membuat titik permulaan (pengetahuan, kemampuan, dan sikap terkini para siswa) dan titik akhir (tujuan belajar) dari proses pembelajaran. Hal yang perlu dilakukan selanjutnya, membangun jembatan antara kedua titik tersebut dengan memilih strategi pembelajaran, teknologi dan media yang sesuai, kemudian memutuskan materi untuk menerapkan pilihan-pilihan tersebut.

4) Utilyze Media and Material (Menggunakan Media, dan Material)

Tahap ini melibatkan perencanaan peran guru untuk menggunakan teknologi, media dan material, untuk membantu para siswa mencapai tujuan belajar dengan mengikuti proses “5P”: Mengulas (Preview) teknologi, media, dan material; menyiapkan (Prepare) para pemelajar; dan memberikan (Provide) pengalaman belajar.

5) Require Learner Participation (Mengharuskan Partisipasi Pembelajar)

Proses pembelajaran mengharuskan ketertiban aktif mental para pemelajar. Sebaiknya terdapat aktifitas mereka yang menerapkan pengetahuan atau kemampuan baru dan menerima umpan balik mengenai kesesuaian usaha mereka sebelum dinilai secara formal.


(42)

6) Evaluate and Revise (Mengevaluasi dan Merevisi)

Setelah melaksanaka materi pelajaran, adalah penting untuk mengevaluasi dampaknya kepada siswa. Penilaian sebaiknya tidak hanya memeriksa tingkat dimana para siswa telah mencapai tujuan belajar, tetapi juga memeriksa keseluruhan prosespembelajaran dan dampak penggunaan teknologi dan media. Jika terdapat ketidak cocokan antara tujuan belajar dan hasil-hasil siswa, sebaiknya merevisi rencana mata pelajaran untuk membahas area-area pertimbangan tersebut.

2.3. Pendekatan Ilmiah (Scientifiic Approach) Dalam Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan pembelajaran kompetensi dengan memperkuat proses proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penguatan dengan pendekatan scientific yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya, mencoba/menyimpulkan data, mengasosiasi/menalar, dan mengkomunikasi (Kemendikbud, 2013: 5). Menurut peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 tahun 2013 rumusan standar kompetensi lulusan untuk tingkat SMA adalah sebagai berikut:

(1) Sikap, kualifikasi kemampuan memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam beriteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. (2) Pengetahuan, kualifikasi kemampuan memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi,


(43)

seni, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian. (3) Keterampilan, kualifikasi kemampuan yaitu memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.

Pelaksanaan pendekatan ilmiah (scientifiic approach) oleh kurikulum 2013 diharapkan siswa akan memiliki pemahaman yang baik menuju topik yang sedang dibahas. Namun, para guru dan sekolah perlu meningkatkan dukungan kepada mereka untuk memastikan proses belajar siswa sesuai dengan pelaksanaan pendekatan ilmiah. Menggunakan pendekatan ilmiah untuk pendidikan yaitu, memanfaatkan penelitian tentang bagaimana otak belajar, melakukan penelitian yang cermat atas apa yang telah dipelajari siswa, dan menyesuaikan praktik instruktusional (Edi, 2014: 605).

Menurut (Wieman, 2007: 12) menggunakan pendekatan ilmiah akan lebih efektif karena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan (Bruning, 2004: 349) yang menyatakan bahwa untuk mengembangkan kompetensi dalam ilmu pengetahuan, siswa harus diajarkan untuk berpikir seperti ahli. (Wieman, 2007: 12 ) juga menekankan bahwa siswa belajar dengan menciptakan pemahamannya sendiri dengan terlibat langsung dalam berfikir tentang subjek pada tingkat yang sesuai dan kemudian berpikir seperti ahli.


(44)

2.4. Karakteristik Mata Pelajaran Kimia

Menurut (Hofstein, 2004: 13) bahwa kimia adalah kegiatan multifaset yang melakukan pengamatan, mengajukan pertanyaan, memeriksa buku-buku dan sumber informasi lain untuk melihat apa yang sudah diketahui, investigasi perencanaan, meninjau apa yang sudah diketahui dalam bukti eksperimen, menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data, mengusulkan jawaban, penjelasan dan prediksi, dan mengkomunikasikan hasilnya.

Berdasarkan Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

“(1) membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, (2) memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerjasama dengan orang lain, (3) memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, dimana peserta didik melakukan pengujian hipotesis dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis, (4) meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat, (5) memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi”.

Mata pelajaran kimia perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah


(45)

kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Tujuan mata pelajaran kimia dicapai oleh peserta didik melalui berbagai pendekatan, antara lain pendekatan induktif dalam bentuk proses inkuiri ilmiah pada tataran inkuiri terbuka. Proses inkuiri ilmiah bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Pembelajaran kimia dapat terlaksana dengan baik dengan adanya interaksi pembelajaran yang menarik antara guru dan siswa. Keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Misalnya, strategi belajar mengajar, metode dan pendekatan pembelajaran, serta sumber belajar yang digunakan baik dalam bentuk buku, panduan praktikum, lembar kerja, media, dan lain-lain. Kualitas pembelajaran juga dipengaruhi oleh perbedaan individu siswa, baik perbedaan gaya belajar, perbedaan kemampuan, perbedaan kecepatan belajar, latar belakang, dan sebagainya.

Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori. Ilmu Kimia yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam


(46)

yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di SMA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran.

Mata pelajaran kimia perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali siswa pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung.

Menurut (Rutherford dan Ahlgren dikutip Liliasari, 2007: 13) bahwa kerangka berfikir sains sebagai wahana pengembangan berfikir meliputi; (1) di alam terdapat pola yang konsisten dan berlaku universal. (2) sains merupakan proses memperoleh pengetahuan untuk menjelaskan fenomena. (3) sains selalu berubah dan bukan kebenaran akhir. (4) sains hanyalah pendekatan terhadap yang “mutlak” karena itu tidak bersifat “bebas nilai dan (5) sains bersifat terbatas, sehingga tidak dapat menentukan baik atau buruk.

Dengan demikian, apabila guru kimia hanya menguasai kimia sebagai sains secara hafalan, maka hakekat berfikir sains tidak dimiliki oleh guru tersebut. Akibatnya pembelajaran kimia berlangsung secara monoton, membosankan, dan tidak menarik minat siswa dalam belajar kimia. Pembelajaran dengan


(47)

orientasi pada keterampilan siswa dapat dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan dengan mengedepankan pada keterampilan sains yang meliputi keterampilan dasar sains dan keterampilan proses sains melalui kegiatan penemuan.

2.5. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains bertujuan membuat siswa lebih aktif dalam memahami, menguasai rangkaian yang telah dilakukannya. Rangkaian kegiatan tersebut seperti kegiatan mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan (Djamarah, 2006: 88).

(Rustaman, 2003:191) menyatakan bahwa keterampilan proses adalah keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah dari aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Dengan keterampilan proses dapat menemukan suatu konsep atau prisnip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan. Pengembangan keterampilan proses siswa dapat dilatihkan melalui suatu kegiatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan keterampilan proses sains. Antara lain pendekatan induktif dalam bentuk proses model inkuiri. Pendekatan model inkuiri didasarkan atas suatu pengamatan, proses-proses ini dijabarkan dari pengamatan terhadap apa yang dilakukan oleh seorang guru disebut pendekatan


(48)

keterampilan proses. Dalam keterampilan proses ini guru diharapkan bisa memaksimalkan perannya, diupayakan agar siswa terlibat langsung dan aktif. Sehingga siswa dapat mencari dan menemukan konsep serta prinsip berdasarkan dari pengalaman belajarnya.

2.6. Kegiatan Pembelajaran Kimia di Laboratorium

Menurut (Arifin, 2005: 110), sebelum melakukan kegiatan praktikum, siswa harus memiliki persiapan dan kegiatan yang meliputi:

1.Mempelajari tujuan dari prosedur praktikum yang ada dalam petunjuk praktikum.

2.Menggunakan alat dan bahan yang ada dalam percobaan. 3.Mencari persamaan reaksi dari percobaan yang dilakukan. 4.Mengamati percobaan.

5.Mengambil, menyajikan, dan menganalisis data. 6.Menyimpulkan hasil percobaan.

7.Mengkomunikasikan hasil percobaan.

Ilmu kimia merupakan pengetahuan yang berdasarkan eksperimen, sehingga perlu dilakukan praktik atau demonstrasi untuk kegiatan pembelajaran. Praktikum yang dilakukan saat proses pembelajaran di laboratorium salah satu kegiatan pokok dalam pembelajaran yang bertujuan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam segi pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Praktikum dilakukan untuk menunjang pemahaman konsep kimia yang dikembangkan sekolah. Kegiatan praktikum


(49)

di sekolah, diharapkan siswa menguasai materi dan memiliki keterampilan dalam menggunakan alat dan bahan untuk melakukan percobaan dengan aman sesuai dengan tujuan.

Menurut (Farikhayati, 2009: 14-15), terdapat empat hal kegiatan praktikum yang diperlu diperhatikan, yaitu:

1. Persiapan praktikum

Kegiatan praktikum, perlu adanya suatu aturan yang harus ditaati oleh praktikan yaitu siswa, maupun oleh guru sebagai pengampu praktikum sendiri. Siswa sudah memiliki bekal dalam berpraktikum, antara lain bagaimana siswa menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan saat praktikum. Kebutuhan panduan praktikum dapat membantu siswa berkaitan dengan apa yang akan dilakukan dilaboratorium.

2. Pelaksanaan praktikum

Melaksanakan praktikum, siswa perlu hati-hati menggunakan alat yang benar, melakukan pengamatan, dan pencatatan hasil pengamatan. Pengamatan harus dilakukan secara teliti agar semua informsi dapat terekam dengan baik. Siswa dituntut untuk memiliki rasa tanggung jawab saat melaksanakan praktikum.

3. Penyususnan laporan praktikum

Siswa melaksanakan kegiatan praktikum, siswa harus membuat laporan. Laporan praktikum, peserta didik harus melaporkan apa yang telah didapatkan sewaktu praktikum dan data yang diperoleh, sebab dari data, praktikan dapat membahas hasil praktikum.


(50)

4. Penilaian praktikum

Penilaian dilakukan dalam serangkaian kegiatan praktikum. Dengan penilaian, siswa akan mengetahui kekurangan dalam melaksanakan praktikum. Penilaian praktikum tidak hanya dilakukan untuk menilai laporan praktikum saja, tetapi juga penilaian terhadap kemampuan dalam berpraktikum seperti keterampilan langkah–langkah proses praktikum.

2.6.1. Laboratorium Kimia SMA

Laboratorium merupakan tempat melakukan percobaan dan penyelidikan. Tempat ini dapat merupakan suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka. Dalam pengertian yang terbatas laboratorium adalah suatu ruangan yang tertutup tempat melakukan percobaan dan penyelidikan. Menurut (Widyarti, 2005: 1), laboratorium adalah suatu ruangan tempat melakukan kegiatan praktik atau penelitian yang ditunjang oleh adanya seperangkat alat-alat Laboratorium serta adanya infrastruktur laboratorium yang lengkap. Kemudian, menurut (Wirjosoemarto dkk, 2004: 40) pada konteks proses belajar mengajar sains di sekolah seringkali istilah laboratorium diartikan dalam pengertian sempit yaitu suatu ruangan yang didalamnya terdapat sejumlah alat-alat dan bahan praktikum.

Ruangan yang cocok untuk laboratorium dipisah dari bangunan kelas. Hal ini perlu dihindari agar tidak terganggu proses pembelajaran di kelas. Pengelola laboratorium sekolah yang sering disebut sebagain analis harus mengetahui dan memiliki pengetahuan menangani bahan kimia khususnya


(51)

potensi bahaya yang ditimbulkan. Informasi pengetahuan setiap bahan kimia itu berbahaya, karena dapat menyebabkan kebakaran, mengganggu kesehatan, menyebabkan sakit atau luka, merusak dan menyebabkan korosif.

2.7. Panduan Praktikum Kimia

Mengembangkan ranah afektif dan psikomotorik tidak cukup hanya mengandalkan pembelajaran di kelas, tetapi perlu dilakukan dengan pembelajaran di luar kelas seperti praktikum maupun eksperimen. Menurut (Surianto, 2010: 17) panduan praktikum kimia dalam proses pembelajaran digunakan sebagai bahan ajar untuk melakukan praktikum di laboratorium. Kegiatan praktikum dapat berlangsung secara optimal dalam suatu proses pembelajaran, sehingga panduan praktikum dijadikan suatu pedoman untuk melaksanakan kegiatan praktikum. Sehingga tujuan dan pelaksanaan praktikum dapat terlihat melalui hasil praktikum yang diperoleh.

Prosedur dalam melaksanakan praktikum di laboratorium kimia haruslah diperhatikan. Menurut (Surianto, 2010: 17),

“prosedur ini haruslah mencakup: (a) tujuan percobaan, (b) peralatan dan bahan–bahan yang digunakan dalam percobaan, (c) tahap–tahap dalam prosedur haruslah mudah diikuti dalam pengamatan dan pengumpulan data, (d) pertanyaan yang diajukan dan akan dijawab haruslah relevan dengan percobaan yang dapat membantu mengontrol siswa, (e) laporan umum harus disiapkan siswa setelah menyelesaikan percobaan, dan (f) diskusi dan saran diajukan yang terkait dengan percobaan laboratorium”.


(52)

Panduan praktikum yang dikembangkan secara umum layak untuk digunakan di sekolah dan hasil uji keterlaksanaan menunjukkan bahwa siswa dapat melaksanakan percobaan. Adapun panduan praktikum yang dikembangkan. Bagian praktikum terdiri dari:

A. Bagian awal (pengenalan)

 Halaman judul dalam panduan praktikum  Prakata

 Daftar isi

 Kompetensi inti dan kompetensi dasar I. Karakteristik panduan praktikum

II. Tata tertib di laboratorium kimia yang terdiri dari: 1. Perlengkapan keamanan di laboratorium kimia, 2. Sikap di laboratorium kimia

3. Penanganan kecelakaan di laboratorium kimia. III. Simbol Bahan Kimia Berbahaya

IV. Peralatan di Laboratorium Kimia

V. Petunjuk Penyusunan Laporan Praktikum B. Bagian inti (kegiatan praktikum)

VI. Praktikum

1. Ikatan ion dan ikatan kovalen 2. Kepolaran senyawa

3. Bentuk Molekul

Bagian ini berisikan langkah-langkah penulisan dari setiap judul percobaan terdiri dari:


(53)

I. Tujuan II. Pendahuluan III. Alat dan bahan IV. Prosedur kerja

V. Tabel Pengamatan dan Hasil Praktikum VI. Pembahasan

VII. Kesimpulan

C. Bagian Akhir

Daftar pustaka berisi daftar buku dan berbagai sumber literatur yang dirujuk oleh penulis. Sampul belakang bergambarkan sistem periodik unsur untuk membantu siswa dalam belajar.

Panduan praktikum di laksanakan dengan berbasis inkuiri terbimbing, sehingga siswa dapat belajar secara berkelompok dan berdiskusi. Dalam kegiatan praktikum guru tetap memberikan bimbingan dan pengawasan kepada siswa agar siswa tidak mengalami cedera dan merusak alat praktikum.

2.8. Efektivitas, Efisiensi, dan Daya Tarik Pembelajaran

Menurut (Miarso, 2013: 530), bahwa setiap metode pembelajaran harus merumuskan pengorganisasian bahan pelajaran, strategi penyampaian, dan pengelolaan kegiatan, dengan memperhatikan faktor tujuan belajar,


(54)

hambatan belajar, karakteristik siswa agar dapat diperoleh efektivitas, efisiensi, dan daya tarik pembelajaran.

2.8.1. Indikator Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas berkaitan dengan sejauh mana siswa mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan disekolah dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diinginkan oleh para stakeholder (Januszewski dan Molenda, 2008: 57).

Dikatakan oleh (Sugiyono 2010: 413) mengukur efektivitas media pembelajaran diukur dari mudahnya pembelajaran tersebut diimplementasikan, suasana belajar menjadi kondusif, dan hasil pembelajaran yang meningkat.

2.8.2. Indikator Efisiensi Pembelajaran

Efisiesi dalam konteks pendidikan dan pelatihan bisa dilihat sebagai desain, pengembangan, dan pelaksanaan pembelajaran dengan cara menggunakan sumber daya paling sedikit untuk hasil yang sama atau lebih ( Januszewski dan Molenda, 2008: 58).

Efisiensi berkenaan dengan proses pencapaian hasil belajar. Terdapat media yang dipandang sangat efektif untuk mencapai tujuan namun proses pencapaiannya tidak efisien baik dalam pengadaannya maupun di dalam penggunaannya, demikian sebaliknya ada media yang efisien dalam pengadaannya atau penggunaannya, namun tidak efektif dalam pencapaian


(55)

hasilnya. Indikator efisiensi meliputi penggunaan waktu, tenaga dan biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut (Miarso, 2013: 517).

2.8.3. Indikator Daya Tarik Pembelajaran

Menurut (Perkins dikutip Reigeluth, 2009: 77), “Appeal is the degree to which learns enjoy the instruction, and it can be especially effective in motivating students to stay engaged and on task ”. pernyataan tersebut menyatakan membandingkan sejauh mana belajar menikmati instruksi, dan bisa sangat efektif dalam memotivasi siswa untuk tetap terlibat dan pada

tugas”. Lebih lanjut Reigeluth menyatakan efek samping efektifitas dan efisiensi, aspek daya tarik adalah salah satu kriteria utama pembelajaran yang baik.

Menurut (Januszewki dan Molenda, 2008: 56), pembelajaran yang memiliki daya tarik yang baik memiliki satu atau lebih dari kualitas ini, yaitu :

“a) menyediakan tantangan, membangkitkan harapan yang tinggi, b) memiliki relevansi dan keaslian dalam hal pengalaman masa lalu siswa dan kebutuhan masa depan, c) memiliki aspek humor atau elemen menyenangkan, d) menarik perhatian melalui hal–hal yang bersifat baru, e) melibatkan intelektual dan emosional, f) menghubungkan dengan kepentingan dan tujuan siswa, dan g) menggunakan berbagai bentuk representasi (misalnya, audio dan visual)”.

2.9. Inkuiri Terbimbing

Model pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan oleh guru sehingga dapat menjalankan fungsinya, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran pemrosesan informasi menekankan pada


(56)

bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengelola informasi. Menurut (Downey (1967) dalam Trianto, 2011: 165) menyatakan:

The core of good thinking is the ability to solve problems. The essence of problem solving is the ability to learn in puzzling situations. Thus, in the school of these particular dreams, learning how to learn pervades what is the thoght, how it is taught, and the kind of place in which it is taught”.

Pernyataan diatas menyatakan bahwa inti berfikir yang baik adalah kemampuan untuk memecahkan masalah. Dasar dari pemecahan masalah adalah kemampuan untuk belajar dalam situasi proses berfikir. Sehingga dapat diterapkan kepada siswa dan diajarkan bagaimana belajar meliputi apa yang diajarkan, jenis kondisi belajar dan memiliki pandangan baru. Model pembelajaran inkuiri menjadi salah satu model yang digunakan untuk proses informasi.

Menurut (Sanjaya, 2008: 196) inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berfikir dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Pada model pembelajaran ini menetapkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreatifan dalam pemecahan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran ikuiri adalah pembimbing dan fasilitator belajar. Selanjutnya, pembelajaran inkuiri terbimbing itu sendiri merupakan suatu model pembelajaran inkuiri yang didalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang luas kepada siswa. Berikut sintaks model


(57)

pembelajaran inkuiri terbimbing menurut (Eggen dan Kauchak dalam Trianto, 2011: 172) dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Sintak Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Fase Tingkah Laku Guru

Menyajikan pertanyaan atau masalah

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dengan menunjukkan benda, gambar, video, atau demonstrasi.

Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas dalam penyelidikan.

Merancang percobaan Guru memberi kesempatan pada siswa untuk menetukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan.

Melakukan percobaan Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan.

Mengumpulkan dan menganalisis Data

Guru memberikan kesempatan pada tiap kelompok untuk menyajikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.

Berdasarkan sintaks pembelajaran inkuiri terbimbing siswa diprogram agar selalu aktif secara mental ataupun fisik. Proses pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing akan melibatkan siswa untuk aktif sehingga belajar menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Keaktifan siswa yang dimaksud antara lain aktif dalam menganalisis data, aktif bekerja sama dalam tim yang diatur sendiri oleh


(58)

siswa untuk memahami suatu konsep maupun memecahkan masalah, aktif untuk merefleksikan atas pengetahuan yang telah diperoleh, serta aktif untuk mengembangkan konsep yang telah dipahami (Lestari, 2009: 57-58).

Inkuiri terbimbing tidak hanya menuntut siswa untuk dapat melakukan proses investigasi secara mandiri, tetapi juga menuntut siswa untuk mampu memahami implikasi suatu hasil eksperimen, hal tersebut secara rinci dijelaskan oleh MMC tahun 2007. Menurut (Michigan Merit Curiculum

atau MMC dalam Carlson, 2008: 9) “...Inquiry require students not only to conduct their own investigations, but also to understand their implications”.

2.10. Penelitian Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah

1. Penelitian oleh Elina, E dengan judul “Pengembangan bahan ajar buku penuntun praktik preventive dentistry di jurusan keperawatan gigi politeknik kesehatan kementrian kesehatan Tanjung Karang”. Hasil yang diperoleh dengan buku penuntun praktik preventive densintry mampu meningkatkan efektivitas dalam keterampilan perawatan dengan nilai gain 0,57 dikategorikan sedang, dan memiliki efisiensi waktu dengan rasio perbandingan 1,60 dan memiliki daya tarik sebesar 70,6% yaitu merupakan kategori menarik.


(59)

2. Penelitian oleh Surianto dengan judul “Pengembangan buku petunjuk praktikum kimia SMA kelas XI semester ganjil berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)”. Petujuk praktikum yang telah dikembangkan terdiri dari judul, kompetensi petunjuk umum praktikum, gambar macam-macam alat laboratorium, label/simbol bahaya, serta praktikum yang terdiri dari judul praktikum, SK/KD, tujuan praktikum, dasar teori, alat dan bahan, langkah kerja, hasil pengamatan, pertanyaan, kesimpulan, dan lembar penilaian. Buku petunjuk praktikum yang telah dikembangkan mempunyai kualitas sangat baik dan layak untuk digunakan sebagai acuan dalam berpraktikum dan sebagai sumber belajar.

3. Penelitian dalam jurnal berjudul “ pengembangan buku petunjuk

praktikum kimia SMA berbasis inkuiri terbimbing pada materi asam basa”

oleh Wijayanto,D, Sulistina, O, Zakia, N, dari Universitas Negeri Malang menyatakan bahwa tujuan pengembangan buku petunjuk praktikum kimia pada materi asam basa adalah menghasilkan buku petunjuk praktikum berbasis inkuiri terbimbing serta mengetahui kelayakannya. Hasil uji coba dilakukan melalui validasi dosen dan guru masing-masing didapatkan nilai rata-rata 3,28 dengan kriteria sangat valid, nilai rata-rata uji keterbacaan terhadap 10 peserta didik 3,23 dengan kriteria valid, dan hasil uji keterlaksanaan menunjukkan bahwa 92% praktikum dapat terlaksana. Hasil tersebut menunjukkan bahwa buku petunjuk praktikum yang dikembangkan layak digunakan di sekolah.


(60)

4. Zawadzki, R, dari Asian Jurnal On Education and Learning 2010, 1(2), 66-74 oleh berjudul “is Process–Oriented– Guided–Inquiry Learning (POGIL) suitable as a teaching method in Thailand’s higher education? . Menyatakan bahwa Proses berorientasi pembelajaran inkuiri terbimbing), siswa bekerja dalam kelompok (tim belajar disebut) dari tugas dengan tujuan penguasaan konten. Tugas ditugaskan berusaha untuk mengembangkan keterampilan tempat kerja dihargai seperti berpikir tingkat tinggi level dan metakognisi, komunikasi, kerja tim, manajemen, dan penilaian. Siswa mengandalkan ingatan dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk sukses dalam program kerja, kuliah, dan karir. Instruktur mengasumsikan peran pelatih daripada otoritas ahli. Sebuah diskusi tentang kelas berorientasi pembelajaran inkuiri terbimbing dan demonstrasi akan diberikan untuk menentukan apakah filosofi ini dan strategi cocok untuk kelas Asia.

5. Jurnal Internasional oleh Hofstein, A, dari The Wizmann Institute Of Science, Departement Of Science Teaching (Israel) 2004, Vol. 5, No. 3, pp. 247-264 dengan judul “The Laboratory In Chemistry Education: Thirty Years Of Experince With Developments, Implementaion, and Research” mengemukakan bahwa kelas laboratorium memberikan pengalaman ilmiah yang membuat siswa menjadi pengamat yang lebih baik, lebih hati-hati dan berpikir kritis.


(61)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian dan pengembangan (Research and Development) menggunakan model prosedural dari model Borg and Gall yang terdapat 10 (sepuluh) langkah. Langkah model pengembangan menurut (Borg and Gall, 1983: 573) yaitu penelitian awal dan pengumpulan informasi, perencanaan, pengembangan produk awal, uji coba produl awal, revisi produk utama, uji coba produk utama, revisi produk operasional, uji coba produk operaional, revisi produk final, dan diseminasi dan implementasi.

Langkah-langkah pengembangan Borg and Gall dijelaskan sebagai berikut: 1) Melakukan penelitian pendahuluan (pra survei) dan pengumpulan data

awal termasuk literatur, observasi kelas, identifikasi permasalahan, dan merangkum permasalahan.

2) Melakukan perencanaan, hal penting dalam perencanaan adalah pernyataan tujuan yang harus dicapai produk yang akan dikembangkan. 3) Mengembangkan jenis/bentuk produk awal meliputi: penyiapan materi


(62)

4) Melakukan uji coba tahap awal, yaitu evaluasi pakar bidang desain pembelajaran, teknologi informasi, dan multimedia.

5) Melakukan revisi terhadap produk utama, berdasarkan masukan dan saran-saran dari hasil uji lapangan awal.

6) Melakukan uji coba lapangan, digunakan untuk mendapatkan evaluasi atas produk. Angket dibuat untuk mendapatkan umpan balik dari siswa yang menjadi objek uji coba penelitian.

7) Melakukan revisi terhadap produk operasional, berdasarkan masukan dan saran-saran hasil uji lapangan dan praktisi pendidikan.

8) Melakukan uji lapangan operasional.

9) Melakukan perbaikan terhadap produk akhir, berdasarkan pada uji lapangan.

10)Melakukan desiminasi dan implementasi produk, serta menyebarluaskan produk.

Keperluan penelitian tesis ini merupakan penelitian dengan skala kecil sehingga dapat menghentikan penelitian pada langkah ke 7 (tujuh), karena untuk langkah kedelapan, sembilan, dan sepulu membutuhkan biaya yang mahal dan cakupan yang sangat luas dalam waktu yang lama.

3.2.Tempat dan Waktu Penelitian

Pengambilan data dilakukan di SMA Kemala Bhayangkari Kotabumi, SMA Negeri 1 Kotabumi dan SMA Negeri 4 Kotabumi pada semester ganjil tahun pelajaran 2014-2015.


(1)

5.2 Implikasi

Panduan praktikum kimia dalam proses pembelajaran digunakan untuk memandu kegiatan praktikum di laboratorium kimia. Kegiatan praktikum dapat berlangsung secara optimal dalam suatu proses pembelajaran, sehingga panduan praktikum dijadikan suatu pedoman untuk melaksanakan kegiatan praktikum agar tercapainya tujuan.

Panduan praktikum kimia memiliki manfaat, yaitu (1) sebagai pemandu kegiatan praktikum sehingga bisa meminimalkan peran pendidik namun lebih mengaktifkan siswa, (2) membuat siswa dapat mengaitkan antara konsep teori dan praktik, (3) membantu siswa untuk saling bekerja sama dalam kegiatan praktikum (4) membantu guru dalam membimbing siswa dalam kegiatan praktikum, (5) adanya panduan praktikum, pembelajaran dapat menjadi lebih efektif, efisien, dan menarik, (6) membantu memperkuat pemahaman siswa mengenai materi yang terdapat pada ikatan kimia, (7) melatih keterampilan siswa menggunakan alat dan bahan di laboratorium, (8) mengembangkan sikap ilmiah sehingga siswa terbiasa untuk melakukan praktikum.


(2)

5.3 Saran

Saran berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan adalah:

1. panduan praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing materi ikatan dapat menciptakan proses pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. 2. panduan praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing, menjadikan guru

untuk mengarahkan dan membimbing siswa aktif.

3. laboratorium kimia sebaiknya dibuat jadwal, sehingga guru lebih sering melakukan kegiatan praktikum.

4. siswa sebelum melakukan praktikum harus memiliki pengetahuan awal mengenai materi yang akan dipraktikumkan.

5. panduan praktikum kimia dapat dikembangkan dengan menggunakan materi kimia yang lain dengan menyesuaikan teori yang telah dipelajari.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W. Et al. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing, A Revison of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives.New York: Addison Wesley Logman. Inc.

Arifin, M. 2005. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.

BNSP . 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah: Jakarta.

Borg, W dan Gall, M. 1983. Educational Research: An Introduction (4th ed.). New York & London: Longman.

Bruner, J. S. 1966. Toward a Theory of Instruction. Cambridge: Harvard University Press.

Bruning R. H., Schra., G. J., Norby, M.M., Ronning, R.R. 2004. Cognitive

Psychology and Instruction. Upper Saddle River, N.J: Pearson Education

Inc.

Budiningsih, A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Carlson, J.L. 2008. Effect of Theme-Based, Guided Inquiry Instruction on Science

Literacy in Ecology. Tesis: Michigan Technological University.

Edi, R. 2014. The Implementation of Scientific Approach in Science Education:

Challenges and Opportunities: palembang, May 16-18, 2014, 600-606.

Degeng, I Nyoman. 2013. Ilmu Pembelajaran: Klasifikasi Variabel Untuk

Pengembangan Teori dan Penelitian. Bandung: Kalam Hidup.

Dimyati dan Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Z. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.


(4)

Elina,E.2012. Pengembangan Bahan Ajar Buku Penuntun Praktik Preventive Dentistry di Jurusan keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kementrian

Kesehatan Tanjung Karang. Tesis FKIP Magister Teknologi Pendidikan:

Universitas Lampung.

Farikhayati. 2009. Pengembangan Buku Petunjuk Praktikum Kimia untuk SMP/MTs Kelas VII Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Yogyakarta: Skripsi Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi

pendidikan Kimia Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Gagne, R. 1985. The Conditions of Learning (4th ed.). New York: Holt, Rinehart & Winston.

Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hake, R.R. 1998. Interactive-Engagement Versus Tradisional Methods: A Six- Thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics

Courses. American Journal Physics. Departmen of Physics. Indiana

University. Indiana. http://www.physics.indiana.edu/~sdi/ajpv3i.pdf. (28 Juli 2012, pukul 04:12.

Hamalik, O. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Herpratiwi. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Lampung: Penerbit Universitas Lampung.

Hofstein, A. 2004. The Laboratory In Chemistry Education. Thirty Years Of

Experience With Developments, Implementation, And Research. Chemistry

Education: Research And Practice 2004, Vol. 5, No. 3, PP. 247-264. Januszewski dan Molenda. 2008. Educational Technologi A Definition with

Commentary. USA:Taylor and Farcis Group, LLC.

Jihad, A dan Haris, A. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Kemendikbud. 2013. Pembelajaran Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Kimia

Melalui Pendekatan Saintifik. Jakarta: Direktorat PSMA.

Kurniati & Wahyuningrum, D. 2011. Pengembangan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing di SMA/MA melalui Penyusunan Modul Praktikum Isolasi dan Identifikasi Senyawa dalam Daun Tanaman Mint (Mentha cordifolia

opiz).Prosiding Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains


(5)

Lestari,T. 2009. Pembelajaran Kimia dengan Inkuiri Terbimbing melalui Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Sikap

Ilmiah Siswa. Surakarta: Tesis Program Studi Pendidikan Sains Universitas

Sebelas Maret.

Liliasari. 2007. Sciencetific Concept and Generic Science Skill Relationship in

The 21th Century Science Education. Makalah Kunci pada Seminar

Internasional Pendidikan IPA ke-1 SPs UPI, Bandung. 27 Oktober 2007. Miarso, Y. 2013. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Prawiradilaga, D.S. 2012. Wawasan Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Pribadi, B, A.. 2011. Model-Model Desain Sistem Pembelajaran. Prodi PPS. Jakarta: Teknologi Pendidikan UNJ.

Purwono, U. 2010. Metode dan Prosedur Adaptasi Tes Psikologi. 50 Tahun HIPMSI-Redefinisi Psikologi Indonesia dalam Keberagaman, 347- 373. Jakarta: Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI).

Reigeluth,M.C. 1983. Instructional-Design Theories and Models, An Overview of

Their Current Status. New Jersey: London.

Rusman. 2012. Model – Model Pembelajaran. Bandung: Rajawali Pers. ________. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung: Alfabeta.

Rustaman, N.Y, dkk. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Jurusan Pendidikan Biologi UPI. Bandung.

Sagala, S. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Smaldino, Sharon E., Deborah L. L, James D. R. 2012. Instructional Technology

& Media for Learning – Teknologi Pembelajaran dan Media untuk

Belajar: Edisi Kesembilan. Jakarta: KencanaPredana Media Group.

Sudjana, N. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(6)

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sunhaji. 2009. Strategi Pembelajaran Konsep Dasar, Metode, dan Aplikasi dalam

Proses dalam Proses Belajar Mengajar. Yogyakarta: Grafindo Litera

Media.

Sulistina, O. 2010. Pengembangan Pembelajaran Kimia dengan Model Inkuiri

Terbimbing. Buku tidak diterbitkan. Malang. Jurusan Kimia FMIPA

Universitas Negeri Malang.

Surianto. 2010. Pengembangan Buku Petunjuk Praktikum Kimia SMA Kelas XI semester ganjil berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Tesis Program Pascasarjana: Universitas Negeri Medan.

Tegeh, I. M& Kirna I. M. 2010. Metode Penelitian Pengembangan

Pendidikan. Buku Ajar (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas

Pendidikan Ganesha.

Trianto. 2011. Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivitis. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Vygotsky L.S. 1978. Mind in Society: The Development of Higher Psychological

Processes. Cambridge : Harvard University Press.

Widyarti.2005. “Pusat Laboratorium Sental Hayati” (dalam

http://www.scribd.com/doc/90475386-format-laporan-pengleb) diakses hari Minggu Tanggal 26 Juni 2014 jam 13:00 WIB

Wieman, C. 2007. A Scientific Approach to Science Education – Reducing

Cognitive Load. (http://www.

science20.com/carl_wieman/scientific_approach_science_education_reduc ing_cognitive_load).

Wijayanto, D., Sulistina,O , dan Zakia N. 2012. Artikel dalam Jurnal

Pengembangan Buku Petunjuk Praktikum Kimia SMA Berbasis Inkuiri

Terbimbing pada materi Asam Basa. Malang: Universitas Negeri malang

Wirjosoemarto.K, dkk. 2004. Teknik Laboratorium. Jica. IMSTEP.

Zawadzki,R. 2010. Asian Journal On Education and Learning, Is Process- Oriented-Guided-Inquiry Learning ( POGIL) Suitble As A Teaching Method in Thailand’s Higher Education? No.1(2) 66 -74.