PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM KOLOID BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 SUNGAI RAYA

Vol. 6 No. 1, Februari 2018

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

ISSN. 2503-4448

PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM KOLOID BERBASIS
INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA DI KELAS XI IPA
SMA NEGERI 1 SUNGAI RAYA
Tika Pratiwi*, Dedeh Kurniasih, dan Rizmahardian Ashari Kurniawan
Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak
Jalan Ahmad Yani No. 111 Pontianak Kalimantan Barat
*Email: atiqahpratiwi25@gmail.com
ABSTRAK
Materi koloid merupakan materi kimia yang dapat disampaikan dengan metode praktikum. Akan
tetapi, penuntun praktikum yang ada pada guru tidak sesuai dengan karakteristik siswa dan
peralatan laboratorium yang ada di SMA Negeri 1 Sungai Raya. Oleh karena itu, tujuan penelitian
ini adalah mengembangkan penuntun praktikum koloid berbasis inkuiri terbimbing dengan
menggunakan model pengembangan Borg and Gall. Penelitian dilakukan pada siswa kelas XI IPA
1 dan XI IPA 2 SMA Negeri 1 Sungai Raya. Data penelitian dikumpulkan menggunakan metode
angket respon dan posttest. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penuntun

praktikum koloid telah valid, praktis, dan efektif untuk digunakan. Uji kevalidan terhadap tiga
aspek (materi,media, dan bahasa) diperoleh nilai koefisiennya masing-masing sebesar 1,00 atau
dapat dikategorikan “sangat valid”. Uji kepraktisan melalui angket respon yang diberikan kepada
guru dan siswa diperoleh masing-masing nilai rata-rata sebesar 91,6% atau dapat dikategorikan
“sangat praktis”. Untuk uji keefektifan berdasarkan nilai rata-rata posttest siswa diperoleh angka
sebesar 94 dengan ketuntasan secara klasikal yaitu 100% atau dapat dikategorikan “sangat
efektif”. Dengan hasil analisis tersebut dapat dinyatakan bahwa penuntun praktikum koloid
berbasis inkuiri terbimbing dapat digunakan sebagai bahan ajar untuk siswa kelas XI IPA SMA
semester II di SMA Negeri 1 Sungai Raya.
Kata Kunci : Berbasis Inkuiri Terbimbing, Koloid, Penelitian dan Pengembangan, Penuntun
Praktikum
ABSTRACT
Colloid is chemistry material which can be teached by experiment method. However, teacher’s
practical guide didn’t match with the students characteristics and laboratory equipment in SMA
Negeri 1 Sungai Raya. Therefore, this research aimed to develope the colloid practical guide based
on guide inquiry. This research method was used Borg and Gall’s development model. Sampling
technique used in this research was purposive sampling technique. Samples are students at eleventh
grade in IPA 1 and IPA 2 SMA Negeri 1 Sungai Raya. The data was collected by using
questionnaires and posttest sheet. The results of the research showed that the colloid practical
guide are valid, practice, and effective. Validity test consists of three aspects (content, media, and

language) were obtained coefficient validity with the average 1.00 or can be categorized "very
valid". The practicality test used questionnaires for teacher and students which obtained the
average percentage is 91.6% or can be categorized "very practice". Meanwhile, the effectiveness
test obtained the average of posttest is 94, with the completeness classical is 100% or can be
categorized "very effective". Based on the results, the colloid practical guide based on guide
inquiry can be used as learning materials for students at eleventh grade in the second semester
of IPA SMA Negeri 1 Sungai Raya.
Keywords: Based on Guide Inquiry, Colloid, Practical Guide, Research and Development
123

Vol. 6 No. 1, Februari 2018

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

PENDAHULUAN
Koloid merupakan materi yang harus
dipelajari oleh siswa kelas XI IPA
semester II SMA Negeri 1 Sungai Raya.
Dalam silabus Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), kompetensi dasar

pokok
bahasan
koloid
adalah
mengelompokkan sifat-sifat koloid serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
dan membuat berbagai sistem koloid
dengan bahan-bahan yang ada di sekitar.
Karakteristik pada materi ini lebih banyak
menunjukkan aspek mikroskopis dan
makroskopis dibandingkan aspek simbolik
(Rohma, dkk, 2013: 1).
Aspek mikroskopik (sifat abstrak)
pada materi koloid berupa zat pendispersi
dan zat terdispersi dalam sistem koloid.
Sedangkan aspek makroskopik atau
kontekstualnya koloid, dapat dilihat dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya santan,
dan air susu. Pembelajaran koloid
cenderung tidak melibatkan perhitungan

matematika seperti materi lainnya,
misalnya stoikiometri, kesetimbangan
kimia, kimia larutan, dan termokimia.
Walaupun hanya berisi konsep-konsep
yang harus dipahami, namun materi koloid
tergolong sulit dipahami oleh siswa.
Karena pada materi ini siswa hanya lebih
cenderung menghapal (Rohma, dkk, 2013:
2).
Konsep koloid yang telah dihapal
oleh siswa tidak disertai memahami materi
koloid. Hal ini juga dialami oleh siswa
SMA Negeri 1 Sungai Raya. Berdasarkan
KTSP, materi ini diajarkan pada siswa
kelas XI IPA di semester genap. Rata-rata
nilai siswa pada materi koloid lebih rendah
dari standar nilai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yaitu 78. Materi koloid
termasuk ke dalam kategori materi yang


ISSN. 2503-4448

sulit, dengan rata-rata ketidaktuntasan
paling besar yaitu 92,41%.
Hasil wawancara dengan 15 orang
siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Sungai
Raya, yang berkemampuan tinggi, sedang,
dan rendah diketahui bahwa kesulitan
siswa dalam memahami materi koloid
terletak pada jenis-jenis koloid dan sifatsifat koloid, serta membedakan antara fase
pendispersi dan fase terdispersi. Menurut
siswa, salah satu kesulitan dalam
memahami materi koloid disebabkan
karena: 1) tidak pernah dilakukan metode
praktikum. 2) siswa tidak mengetahui
aplikasinya materi ini dalam kehidupan
sehari-hari, dan 3) materi koloid cenderung
untuk menghafal teori, sehingga guru
cukup menjelaskan secara singkat tentang
materi ini, dan selebihnya siswa dibiarkan

untuk membaca dan belajar sendiri dalam
memahami materi koloid.
Berdasarkan uraian tersebut, maka
diperlukan
suatu
solusi
berupa
pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing
dengan bantuan penuntun praktikum untuk
materi koloid. Penuntun praktikum
berbasis inkuiri terbimbing adalah
penuntun
praktikum
yang
pada
komponennya
memuat
tahapan
pembelajaran inkuiri, meliputi kegiatan
seperti orientasi, merumuskan masalah,

merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data,
menguji
hipotesis,
hingga
merumuskan kesimpulan (Amelia, 2016:
3).
Pengembangan bahan ajar kimia
materi koloid berbasis inkuiri terbimbing
telah dilakukan sebelumnya oleh Gazali
(2015: 417). Bahan ajar berbasis inkuiri
terbimbing telah membantu siswa untuk
menemukan dan memahami konsep materi
koloid dengan pengalaman siswa sendiri.
124

Vol. 6 No. 1, Februari 2018

Ar-Razi Jurnal Ilmiah


ISSN. 2503-4448

kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
adalah sebagai berikut:
a. Analisis Kebutuhan
Analisis dilakukan pada silabus Kimia
dan Kompetensi Dasar (KD) pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) kelas XI IPA semester genap
materi koloid.
b. Kajian Literatur
Hal-hal yang menjadi kesulitan dalam
memahami materi ini adalah pada saat
mempelajari fase terdispersi dan fase
pendispersi,
serta
mengelompokkan
koloid. Siswa mengalami kebingungan
dalam mengklasifikasikan berbagai macam
koloid. Salah satu pembelajaran yang dapat

diaplikasikan dalam menyampaikan materi
koloid adalah pembelajaran kimia berbasis
inkuiri terbimbing.
Langkah-langkah pembelajaran berbasis
inkuiri terbimbing meliputi orientasi,
merumuskan masalah, mengumpulkan
data,
membuat
hipotesis,
menguji
hipotesis, dan menarik kesimpulan.
c. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan dengan
menganalisis nilai siswa pada materi
koloid dan penuntun praktikum koloid
sebagai pedoman dan pegangan guru.
d. Tujuan Pembelajaran
Berikut adalah rumusan tujuan
pembelajaran materi koloid yang telah
dikembangkan dalam penuntun praktikum

berbasis inkuiri terbimbing, yaitu:
1) Siswa dapat membuat sistem koloid
dengan bahan-bahan yang ada
disekitarnya.
2) Siswa dapat mengelompokkan jenis
koloid berdasarkan fasa terdispersi
dan
fasa
pendispersi
melalui
praktikum kimia.

Bahan ajar kimia materi koloid ini bersifat
kontekstual dan berisi gambar-gambar
yang dapat mempermudah siswa dalam
memahami konsep yang disajikan. Hasil
uji validasi ahli dan hasil uji coba lapangan
menunjukkan bahwa bahan ajar kimia
koloid ini sangat layak (88,9%) dan sangat
efektif (91%) untuk digunakan.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut,
maka peneliti mengembangkan penuntun
praktikum
koloid
berbasis
inkuiri
terbimbing di kelas XI IPA SMA Negeri 1
Sungai Raya. Adapun tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui kevalidan,
kepraktisan, dan keefektifan penuntun
praktikum.
Melalui
penelitian
ini
diharapkan dapat menghasilkan sumber
belajar alternatif yang dapat memfasilitasi
siswa melakukan penemuan dengan
mengikuti tahap-tahap yang ada pada
penuntun praktikum berbasis inkuiri
terbimbing ini, sehingga diharapkan
pengetahuan yang diperoleh siswa dapat
lebih bermakna.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian dan pengembangan (Research
And Development) penuntun praktikum ini
adalah model pengembangan Borg and
Gall. Adapun tahapan-tahapan penelitian
dan pengembangan model Borg and Gall
terdiri dari 7 tahapan sebagai berikut
(Pratiwi, dkk, 2014: 6).
1. Penelitian dan Pengumpulan Data
(Research and Data Collecting)
Pada tahap ini peneliti melakukan
analisis kebutuhan, kajian literatur, dan
mengidentifikasi
faktor-faktor
yang
menimbulkan permasalahan sehingga perlu
ada
pengembangan
produk
baru
(Mulyatiningsih, 2012: 163). Adapun

125

Vol. 6 No. 1, Februari 2018

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

ISSN. 2503-4448

(merumuskan hipotesis) terkait jenis-jenis
koloid. Agar siswa dapat melakukan uji
hipotesis, maka hal-hal yang harus
dipersiapkan yaitu alat, bahan, dan cara
kerja seperti yang tercantum dalam
penuntun praktikum koloid.
f. Menganalisis
atau
Mengkomunikasikan Data
Pada tahap ini, siswa menganalisis data
hasil percobaan seperti yang telah
dilakukan pada tahap uji hipotesis. Siswa
dapat membuktikan rumusan hipotesis
melalui tahap uji hipotesis, lalu
mendiskusikannya bersama kelompok.
g. Membuat Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh diharapkan
mampu menjawab permasalahan siswa
dalam memahami materi koloid, dan siswa
mampu mencapai pembelajaran yang baik.

2. Perencanaan (Planning)
a. Orientasi
Orientasi pada penuntun praktikum
koloid yang dikembangkan berisi apersepsi
dan dasar teori. Apersepsi adalah
pengondisian
untuk
membangun
pemahaman siswa terkait subpokok materi
jenis-jenis koloid. Selain itu, dasar teori
penuntun praktikum koloid akan diisi
dengan materi relevan terkait jenis-jenis
koloid dan contoh-contohnya dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada pengembangan
penuntun praktikum koloid ini berisi
pertanyaan-pertanyaan atau permasalahan
yang harus dipecahkan terkait materi
koloid. Rumusan masalah yang dirancang
akan disesuaikan dengan apa yang akan
dipraktikumkan. Contoh-contoh dari jenisjenis koloid akan ditampilkan pada
rumusan masalah.
c. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis yang dibuat pada penuntun
praktikum
koloid
adalah
jawaban
sementara untuk memecahkan masalah
yang sudah dibuat sebelumnya oleh siswa.
Hipotesis yang disajikan berupa perkiraan
sementara yang dihasilkan dari apa yang
dipraktikumkan pada jenis-jenis koloid.
d. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan
data
merupakan
aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang
diajukan. Dalam hal ini, siswa dipersilakan
untuk mencari sumber belajar dan literatur
terkait materi. Sumber belajar dapat
diambil dari buku paket, atau LKS
terutama yang ada di sekolah.
e. Menguji Hipotesis
Pada tahap ini, siswa melakukan uji
hipotesis untuk membuktikan perkiraan
sementara
pada
langkah
ketiga

3. Pengembangan
Draft
Produk
(Development Preliminary Form of
Product)
Pada tahap ini mulai disusun rancangan
awal penuntun praktikum berbasis inkuiri
terbimbing dan instrumen yang dibutuhkan
dalam penelitian. Sebelum diujicobakan
pada siswa, penuntun praktikum harus
divalidasi terlebih dahulu dengan merujuk
pada ketentuan validasi isi menurut
Gregory (Hairida dan Astuti, 2012: 29).
Validasi dilakukan oleh ahli materi,
ahli media, dan ahli bahasa, yang masingmasing aspek divalidasi oleh 2 orang ahli.
Proses ini dilakukan untuk mengoreksi
penuntun praktikum yang telah disusun
sebelumnya dan hasilnya digunakan
sebagai acuan dalam proses revisi
berikutnya.
4. Uji
Coba
Lapangan
Awal
(Preliminary Field Testing)
Uji coba lapangan awal dilakukan untuk
mengetahui
kepraktisan
penuntun
126

Vol. 6 No. 1, Februari 2018

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

ISSN. 2503-4448

kelas XI IPA 2. Dalam menguji
keefektifan suatu produk, digunakan
penelitian
pre-experimental
dengan
rancangan one-shot case study design, X
adalah perlakuan dan O adalah nilai
sesudah perlakuan, seperti pada pada
Gambar 1 (Sugiyono, 2015: 498).

praktikum. Borg and Gall (Mulyatiningsih,
2012: 163) membatasi jumlah sampel
dalam uji coba lapangan awal melibatkan
sekitar 6-12 orang sampel. Selain itu, pada
uji coba lapangan awal akan diuji cobakan
soal untuk melihat valid atau tidaknya soal
tersebut. Pada uji coba lapangan awal, guru
dan siswa diberi angket respon untuk
menilai seberapa jauh kepraktisan dari
penuntun praktikum yang digunakan.
Berdasarkan pertimbangan, diperoleh
jumlah sampel untuk uji coba lapangan
awal sebanyak 6 orang siswa. Uji coba
lapangan awal melibatkan siswa kelas XI
IPA 1 karena kelas tersebut merupakan
kelas yang direkomendasi guru kimia
untuk dijadikan sampel penelitian dan akan
mempelajari materi koloid. Sampel yang
dipilih merupakan siswa berkemampuan
tinggi, sedang, dan rendah yang berjumlah
masing-masing 2 orang.

7. Penyempurnaan Produk Hasil Uji
Coba Lapangan Utama (Operational
Product Revision)
Revisi produk selalu dilakukan setelah
produk diterapkan atau diuji cobakan. Hal
ini dilakukan terutama apabila ada
kendala-kendala
baru
yang
belum
terpikirkan pada saat perancangan.
Masukan dan saran dalam uji coba
lapangan utama dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam merevisi produk
penuntun praktikum berbasis inkuiri
terbimbing.
Nieveen (dalam Putranto, 2015: 25)
menyampaikan bahwa kualitas bahan ajar
yang dikembangkan haruslah memenuhi
kriteria valid, praktis, dan efektif.
a. Aspek Validitas
Kevalidan
penuntun
praktikum
berbasis inkuiri terbimbing didasarkan
menurut penilaian para validator yang ahli
pada bidangnya. Data skor yang diperoleh
akan diubah dalam bentuk persentase dan
dirata-ratakan . Penuntun praktikum
berbasis inkuiri terbimbing dikatakan valid
jika koefisien validitas penuntun praktikum
lebih besar dari 75% atau 0,75 (x > 0,75)
(Jusniar, dkk, 2014:38). Aspek yang akan
divalidasi adalah materi, media, dan
bahasa
dengan
masing-masing

5. Merevisi Hasil Uji Coba (Preliminary
Product Revision)
Revisi produk dilakukan berdasarkan
hasil ujicoba penuntun praktikum pada
tahap pertama dan uji kepraktisan
penuntun praktikum. Dengan menganalisis
kekurangan yang ditemui selama uji coba
produk, maka kekurangan tersebut dapat
segera diperbaiki. Selain itu, pada tahap ini
dilakukan revisi pada soal yang telah
dikerjakan oleh siswa pada tahap uji coba
lapangan awal.
6. Uji Coba Lapangan Utama (Main
Field Testing)
Borg and Gall ( Mulyatiningsih, 2012:
164) menyebutkan dalam uji coba
lapangan utama disarankan mengambil
sampel yang lebih banyak yaitu melibatkan
sekitar 30-100 orang sampel. Pada uji coba
lapangan utama dipilih 30 orang siswa
127

Vol. 6 No. 1, Februari 2018

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

validatornya adalah 2 orang validator
(Amelia, 2016: 28).
Penilaian ahli meliputi beberapa aspek,
yaitu tampilan, isi, dan bahasa. Penentuan
koefisien validasi hasil penilaian dari
kedua pakar dimasukkan dalam tabulasi
silang 2 2 yang terdiri dari kolom A, B,
C dan D. Rekapitulasi validasi instrumen
penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
(Hairida dan Astuti, 2012: 29).
Tabel 1. Rekapitulasi Validasi
Instrumen Penelitian

ISSN. 2503-4448

Hasil validitas kemudian dicocokkan
dengan kriteria kevalidan instrumen
penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 3
(Ningsih, dkk, 2017: 61).
Tabel 3. Kriteria Kevalidan Instrumen
Penelitian

b. Aspek Kepraktisan
Apabila terdapat kekonsistenan antara
kurikulum dengan proses pembelajaran,
maka perangkat pembelajaran dapat
dikatakan praktis. Dalam penelitian ini,
perangkat pembelajaran dikatakan praktis
jika para responden menyatakan bahwa
perangkat pembelajaran dapat digunakan
dalam pembelajaran yang ditunjukkan oleh
hasil angket respon siswa dan penilaian
oleh guru. Penuntun praktikum berbasis
inkuiri terbimbing dikatakan praktis jika
diperoleh nilai respon dengan kriteria
minimal persentase nilai sebesar 70%
(Suryani, dkk, 2014:20).
Tabel 4. Skor Pilihan Jawaban Angket
Respon Guru dan Siswa

Setelah instrumen penelitian divalidasi
oleh dua orang pakar dan direkapitulasi,
selanjutnya digunakan tabulasi silang 2
2 dapat dilihat pada Tabel 2 (Hairida dan
Astuti, 2012: 29).
Tabel 2. Tabulasi Silang

Kriteria
perhitungan validasi
akan
dianalisis menggunakan rumus Gregory
seperti Persamaan ke-1 (Hairida dan
Astuti, 2012: 29):

Keterangan :
A= Sel yang menunjukkan kedua penilai
menyatakan tidak relevan
B= Sel yang menunjukkan penilai I
relevan dan penilai II tidak relevan
C= Sel yang menunjukkan penilai I tidak
relevan dan penilai II relevan
D= Sel yang menunjukkan kedua penilai
menyatakan relevan

Sebelum menganalisis data respon,
mula-mula dihitung jumlah responden
melalui pilihan jawaban pada setiap butir
pernyataan. Kemudian akan dicari nilai
skor angket per item dengan mengalikan
jumlah responden dan skor pilihan
jawaban sesuai kriteria pernyataan positif
128

Vol. 6 No. 1, Februari 2018

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

dan negatif. Karena ada empat pilihan
jawaban, maka skor setiap pilihan jawaban
untuk menghitung nilai skor angket per
item dapat dilihat pada Tabel 4.
Jumlah keseluruhan dari nilai skor
angket per item ditentukan terlebih dahulu,
kemudian dicari nilai dengan rumus yang
dimodifikasi dari Masriyah (2006:41)
seperti Persamaan 2.

ISSN. 2503-4448

keefektifan yang dapat dilihat pada Tabel 6
(Widoyoko, 2009:242):
Tabel 6. Kriteria Keefektifan



HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
1. Analisis
Kevalidan
Penuntun
Praktikum
a. Validasi Ahli Materi
Hasil validasi pada ahli materi yang
dilakukan oleh 2 orang validator, diperoleh
bahwa penuntun praktikum berbasis inkuiri
terbimbing dapat digunakan untuk uji coba
lapangan dengan syarat revisi sesuai
saran/masukan. Ahli materi menyatakan
bahwa penuntun praktikum berbasis inkuiri
terbimbing layak digunakan setelah
dilakukan revisi sesuai saran/perbaikan
dari kedua validator. Hasil rekapitulasi
validasi ahli materi dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7. Rekapitulasi Validasi Ahli
Materi

Skor maksimum dapat dicari dengan
mengalikan jumlah responden dan skor
pilihan terbaik dari pernyataan positif dan
negatif yaitu 4. Kemudian menghitung
banyaknya kriteria sangat lemah, kuat,
sangat kuat dari seluruh butir pernyataan.
Selanjutnya membuat kategori untuk
seluruh butir pernyataan yang dapat dilihat
pada Tabel 5. (Purwanto, dkk, 2017:146):
Tabel 5. Kriteria Nilai Respon Guru
dan Siswa

c. Aspek Keefektifan
Penuntun praktikum berbasis inkuiri
terbimbing yang dikembangkan dikatakan
efektif jika setelah mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan penuntun praktikum
berbasis inkuiri terbimbing, siswa tuntas
secara klasikal atau lebih besar sama
dengan 65% dari jumlah siswa yang ada di
kelas tersebut (Astuti, dkk, 2012: 54).
Siswa dikatakan tuntas jika mendapatkan
nilai lebih besar atau sama dengan KKM
yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 78,
setelah mengerjakan soal posttest terkait
subpokok materi jenis-jenis koloid.
Selanjutnya membuat kategori untuk
129

Vol. 6 No. 1, Februari 2018

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

Hasil akhir analisis penilaian ahli
materi menunjukkan nilai rata-rata
validitas sebesar
1,00 atau dengan
persentase sebesar 100%. Sesuai dengan
kriteria kevalidan (Tabel 3), maka nilai
tersebut berada pada kriteria “sangat valid”
tanpa revisi, sehingga dari segi validasi
materi dinyatakan bahwa penuntun
praktikum layak untuk digunakan.
b. Validasi Ahli Media
Hasil validasi pada ahli media yang
dilakukan oleh 2 orang validator, diperoleh
bahwa penuntun praktikum berbasis inkuiri
terbimbing dapat digunakan untuk uji coba
lapangan dengan syarat revisi sesuai
saran/masukan. Ahli media menyatakan
bahwa penuntun praktikum berbasis inkuiri
terbimbing layak digunakan setelah
dilakukan revisi sesuai saran/perbaikan
dari kedua validator. Hasil rekapitulasi
validasi ahli media dapat dilihat pada
Tabel 8.
Tabel 8. Rekapitulasi Validasi Ahli
Media

ISSN. 2503-4448

dinyatakan bahwa penuntun praktikum
layak untuk digunakan. Validasi ini hanya
dilakukan sekali saja.
c. Validasi Ahli Bahasa
Hasil validasi pada ahli bahasa yang
dilakukan oleh 2 orang validator, diperoleh
bahwa penuntun praktikum berbasis inkuiri
terbimbing dapat digunakan untuk uji coba
lapangan dengan syarat revisi sesuai
saran/masukan. Ahli bahasa menyatakan
bahwa penuntun praktikum berbasis inkuiri
terbimbing layak digunakan setelah
dilakukan revisi sesuai saran/perbaikan
dari kedua validator. Hasil rekapitulasi
validasi ahli bahasa dapat dilihat pada
Tabel 9.
Tabel 9. Rekapitulasi Validasi Ahli
Bahasa

Hasil akhir analisis penilaian ahli
bahasa diperoleh persentase rata-rata
validitas sebesar 1,00 atau dengan
persentase sebesar 100%. Sesuai dengan
kriteria kevalidan (Tabel 3), maka nilai
tersebut berada pada kriteria “sangat valid”
tanpa revisi, sehingga dari segi validasi
bahasa bahwa penuntun praktikum layak
digunakan. Validasi bahasa dilakukan
hanya sekali saja.
Secara umum penuntun praktikum
berbasis
inkuiri
terbimbing
yang

Hasil akhir analisis penilaian ahli
media memiliki nilai rata-rata validitas
sebesar 1,00 atau dengan persentase
sebesar 100%. Sesuai dengan kriteria
kevalidan (Tabel 3), maka nilai tersebut
berada pada kriteria “sangat valid” tanpa
revisi, sehingga dari segi validasi media
130

Vol. 6 No. 1, Februari 2018

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

ISSN. 2503-4448

praktikum dapat dikategorikan ”sangat
praktis” berdasarkan Tabel 5.
3. Analisis
Keefektifan
Penuntun
Praktikum
Analisis keefektifan dilakukan dengan
menganalisis nilai sesudah pembelajaran
menggunakan
penuntun
praktikum
berbasis inkuiri terbimbing pada siswa
yang dijadikan sampel uji coba lapangan
utama. Rekapitulasi hasil belajar siswa
dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Rekapitulasi Hasil
Post-test Siswa

dikembangkan telah memenuhi aspek
kevalidan dengan nilai rata-rata dari 3
aspek kevalidan sebesar 1,00 atau dengan
persentase sebesar 100% yang tergolong
dalam kriteria ”sangat valid”, dan dapat
digunakan dalam pembelajaran pada uji
coba lapangan awal.
2. Analisis Kepraktisan Penuntun
Praktikum
Aspek kepraktisan dapat diketahui dari
analisis angket respon guru dan siswa
terhadap penggunaan penuntun praktikum
berbasis inukiri terbimbing. Adapun hasil
akhir uji kepraktisan penuntun praktikum
diambil berdasarkan hasil analisis angket
respon guru dan siswa pada uji coba
lapangan utama yang dapat dilihat pada
Tabel 10.
Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Angket
Respon Guru dan Siswa

Melalui data pada Tabel 11 dapat
disimpulkan bahwa penuntun praktikum
berbasis
inkuiri
terbimbing
yang
dikembangkan telah memenuhi aspek
keefektifan. Hal ini ditunjukkan melalui
persentase ketuntasan dari 30 orang siswa
kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Sungai
Raya pada posttest siswa sebesar 100%
dengan rata-rata nilai postes siswa yaitu
94. Penuntun praktikum berbasis inkuiri
terbimbing yang dikembangkan dikatakan
sebagai sumber belajar yang “efektif”, jika
setelah
mengikuti
pembelajaran
menggunakan
penuntun
praktikum
berbasis inkuiri terbimbing, siswa tuntas
secara klasikal atau lebih besar sama
dengan 65% dari jumlah siswa yang ada di
kelas tersebut dengan KKM yaitu 78
(Astuti, dkk, 2012:54). Dengan demikian,
penuntun praktikum yang digunakan
dikategorikan “sangat efektif” sesuai
dengan Tabel 6.

Berdasarkan Tabel 10 diperoleh nilai
rata-rata respon guru dan siswa pada uji
coba lapangan utama terhadap penggunaan
penuntun praktikum dengan nilai sebesar
91,6%, atau lebih besar dari 80%.
Penuntun praktikum berbasis inkuiri
terbimbing dikatakan praktis jika diperoleh
nilai respon dengan kriteria minimal
persentase nilai sebesar 70% (Suryani,
dkk, 2014:20). Berdasarkan hasil dari uji
coba lapangan utama, penuntun praktikum
yang telah diuji kepraktisan melalui angket
respon yang diberikan kepada guru dan
siswa diperoleh nilai rata-rata terhadap
respon guru dan siswa sebesar 91,6%. Oleh
karena
itu,
kepraktisan
penuntun
131

Vol. 6 No. 1, Februari 2018

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

ISSN. 2503-4448

inkuiri terbimbing pada penelitian
selanjutnya.

SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
1. Penuntun praktikum berbasis inkuiri
terbimbing pada materi koloid untuk
siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1
Sungai Raya yang dikembangkan pada
penelitian
ini
dinyatakan
telah
memenuhi kriteria sangat layak untuk
digunakan sebagai bahan ajar dalam
praktikum
pembuatan
jenis-jenis
koloid.
2. Penuntun praktikum telah dinyatakan
“sangat valid”, dari segi aspek materi,
media, dan bahasa dengan nilai ratarata validitas sebesar 1,00 atau dengan
perolehan persentase sebesar 100%.
3. Penuntun praktikum telah dinyatakan
“sangat praktis” dengan perolehan
nilai kepraktisan sebesar 91,6% yang
diperoleh berdasarkan nilai rata-rata
respon guru dan siswa pada uji coba
lapangan utama.
4. Penuntun praktikum telah dinyatakan
“sangat efektif” dengan perolehan nilai
keefektifan yang diperoleh sebesar 100
% dan rata-rata nilai posttest siswa
sebesar 94 pada analisis hasil belajar
siswa setelah menggunakan penuntun
praktikum berbasis inkuiri terbimbing.

DAFTAR PUSTAKA
Amelia. (2016). Pengembangan Penuntun
Praktikum Kelarutan dan Hasil Kali
Kelarutan Berbasis Inkuiri Terbimbing
Siswa Kelas XI IPA MAN 2
Pontianak. Skripsi. Hal: 3. FKIP UM
Pontianak.
Astuti,
N,
dan
Rahayu.
(2012).
Pengembangan
Perangkat
Pembelajaran Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Melalui Pelatihan
Strategi Belajar Membaca pada Pokok
Bahasan Sistem Pencernaan Darah di
SMA. Pendidikan Sains Pascasarjana
Universitas Negeri Surabaya, Vol. 1:
1, 52-59.
Gazali. (2015). Pengembangan Bahan Ajar
Kimia Materi Koloid untuk SMA
Kelas XI IPA Semester II Berdasarkan
Pendekatan
Inkuiri
Terbimbing.
Jurnal Kependidikan 14 (4): 417-425.
e-ISSN: 2442-7667. Hairida, dan
Astuti. (2012). Self Efficacy dan
Prestasi
Belajar
Siswa
dalam
Pembelajaran
IPA-Kimia. Jurnal
Pendidikan Matematika dan IPA.
Vol.3.No.1.
Masriyah. (2006). Evaluasi Pembelajaran
Matematika (Modul 9: Alat Ukur
Nontes). Jakarta: Universitas Terbuka.
Mulyatiningsih, E. (2012). Metode
Penelitian
Terapan
Bidang
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Ningsih, Muldayanti, dan Kahar. (2017).
Pengembangan Instrumen Penilaian
Menggunakan Wondershare Quiz.
Jurnal Bioeducation. Vol. 4. No. 1.
Hal : 61.

SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan antara
lain:
1. Penuntun praktikum yang telah
dikembangkan dalam penelitian ini
dapat digunakan oleh guru dan
mahasiswa calon guru sebagai
alternatif sumber belajar dalam
menyampaikan pembelajaran kimia
khususnya materi koloid.
2. Sebaiknya
dilakukan
tahap
penyebarluasan
atau
diseminasi
terhadap penuntun praktikum berbasis
132

Vol. 6 No. 1, Februari 2018

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

Pratiwi, Suriatno, dan Pujiastuti. (2014).
Pengembangan Bahan Ajar Biologi
Berbasis Pendekatan SAVI (Somatic,
Auditory, Visual, Intellectual) pada
Pokok Bahasan Sistem Pernapasan
Kelas XI SMA dalam Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar Siswa.
Jurnal Edukasi UNEJ, I (2): 5-9.
Purwanto, dan Rahmawati. (2017).
Pengembangan Handout untuk Siswa
Kelas V SDN 14 Kota Baru pada
Materi Bermain Drama. Jurnal
Tarbiyah. Vol. 24. No.1. Hal:146.
Putranto, S. (2015). Pengembangan
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada
Materi Perbandingan Menggunakan
Pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik (PMR) Bagi Siswa SMP
Kelas VIII Sesuai Kurikulum 2013.
Skripsi.
Universitas
Negeri
Yogyakarta.
Rohma, Muntholib, dan Munzil. (2013).
Pengembangan Bahan Ajar Sistem
Koloid Berbasis E-Learning. Jurnal
Pendidikan. Vol 4. No.1.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian dan
Pengembangan.
Bandung:
PT.
Alfabet.
Suryani, Suhery, dan Ibrahim. (2014).
Pengembangan Modul Kimia Reaksi
Reduksi Oksidasi Kelas X SMA.
Jurnal Penelitian Pendidikan Kimia.
Vol.1. No.1. Hal: 20.
Suryati,
dan
Permatasary.
(2014).
Pengembangan
Pembelajaran
Termokimia
Berbasis
Inkuiri
Terbimbing
untuk
Meningkatkan
Literasi Sains Siswa. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Kimia “Hydrogen”. Vol. 2,
No. 2. ISSN:2338-6480.
Widoyoko, E. P. (2009). Evaluasi Program
Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
133

ISSN. 2503-4448