PENGARUH PENYEMPROTAN BORON TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BENIH PADI

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENYEMPROTAN BORON TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BENIH PADI

Oleh

AULIA DWI SAFITRI

Peningkatan produksi benih padi dapat dilakukan melalui pemberian pupuk yang tepat. Pemupukan boron dengan cara disemprotkan pada tanaman padi diharapkan dapat langsung digunakan tanaman untuk proses fisiolgis. Pemberian boron pada tanaman diharapkan dapat memperbaiki

pertumbuhan dan viabilitas serbuk sari tanaman sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan produksi benih padi.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui apakah boron mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi benih padi dan (2) mengetahui konsentrasi boron terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi benih padi.


(2)

Aulia Dwi Safitri Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca Lapangan Terpadu dan

Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung dari bulan Juni sampai Oktober 2014. Rancangan yang digunakan adalah rancangan teracak lengkap non faktorial dengan tiga ulangan dan masing-masing ulangan terdapat duplo. Homogenitas ragam antarperlakuan diuji dengan Uji Bartlet dan kemenambahan data diuji dengan Uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi, data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji polinomial ortogonal pada taraf α 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pemberian boron pada tanaman padi mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman padi yang ditunjukkan oleh variabel tinggi tanaman, tingkat kehijauan daun setelah aplikasi, persentase perkecambahan serbuk sari, bobot kering brangkasan, jumlah anakan total, dan jumlah anakan produktif. Pemberian boron juga mampu meningkatkan produksi benih padi yang ditunjukkan oleh variabel jumlah bulir bernas dan bobot bulir bernas dan (2) pemberian boron pada

konsentrasi 20 ppm merupakan konsentrasi boron terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produksi dan padi.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Baradatu Way Kanan pada 09 April 1992. Penulis merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Safrizal dan Ibu Maslena. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK/RA Islam Baradatu Way Kanan pada tahun 1998, Sekolah Dasar Negeri 3 Setia Negara Baradatu Way Kanan pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Baradatu Way Kanan pada tahun 2007, Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Bukit Kemuning Lampung Utara pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan

Agroteknologi , Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penulis diterima melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada bulan Januari – Februari 2013, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Hurun Kec. Padang Cermin Kab. Pesawaran selama 40 hari. Pada bulan Juli - Agustus 2013, penulis melaksanakan Praktik Umum di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) Propinsi Lampung. Selama perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten dosen pada mata kuliah Teknologi Benih semester ganjil tahun 2013/ 2014 dan 2014/ 2015.


(8)

Allah akan meninggikan orang-orang yang berilman di antaramu dan

orang-

orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”

(Q.S. Al-Mujadalah:11)

“Education is

by doing, not by lip

(George Savile)

Kemenangan adalah milik ia yang senantiasa bersungguh-sungguh

(Aulia Dwi Safitri)


(9)

Bismillahhirrohmanirrohim,

Alhamdulillahhirrobil’alamin, d

engan penuh rasa syukur dan bangga

ku persembahkan karya kecilku ini kepada :

Ibunda Maslena dan Ayahanda Safrizal,

Abang Maulana Julyandi , Ayuk Mika, Adik-adikku Tri Julio Samsi,

Fadhilah R. Saflisa, dan Keponakanku Safira Maulika

serta seluruh keluarga besarku

sebagai tanda bakti dan terimakasihku atas doa, semangat, dukungan

dan semua pengorbanan yang telah diberikan kepadaku selama ini

untuk menuju kesuksesan

dan almamaterku tercinta.

Universitas Lampung


(10)

i

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya untuk melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis

menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Agustiansyah, S.P., M.Si., selaku pembimbing utama yang telah memberikan pengarahan, motivasi dan nasehat dalam

melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Paul B. Timotiwu, M.S., selaku pembimbing kedua atas saran, bantuan, motivasi, nasehat, waktu dan pengetahuan yang

diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Ir. Eko Pramono, M.S., selaku pembahas atas nasihat,

bimbingan, dan sarannya untuk penulis.

4. Bapak Dr. Ir. Agus Karyanto, M.Sc., selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan.

5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Bapak Prof. Dr. Ir.Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.


(11)

ii

7. Bapak Prof. Dr. Setyo Dwi Utomo, S.P.,M.Si., selaku ketua bidang Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

8. Windi Eka Pratiwi, Heny Susanti, Dwi Rosalia, S.P., Desis Kurniyati, Maya M. Dewi, S.P., Rumiasih, S.Pd., Mutoharoh, S.P. Hixkia J. Marpaung, S.P., Evin L. Windiarti, Fadhilah A. Fitriyana, Debby C. Fragus, Adila Utamako, S.P., dan Immas N., S.P., terimakasih telah membantu selama penulis melakukan penelitian dan penyelesaian skripsi.

9. Sepupuku sekaligus sahabatku Esti Elsa, S.Pd., terimakasih untuk dukungan moril yang telah diberikan selama perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

10. Caraselo Ardi Prima, S.Pd., yang turut memberikan dukungan, semangat, dan perhatian kepada penulis.

11. Seluruh keluarga Agroteknologi 2010, terimakasih untuk kebersamaan, persahabatan, dan kenangan selama perkuliahan.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

SANWACANA ... i

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Kerangka Pemikiran... 4

1.4 Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Informasi Umum Botani Padi ... 7

2.2 Boron ... 8

III.BAHAN DAN METODE ... 11

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

3.2 Bahan dan Alat ... 11

3.3 Metode Penelitian ... 12

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 12

3.4.1 Pengolahan tanah ... 12

3.4.2 Penyemaian ... 13

3.4.3 Penanaman... 13


(13)

iv

...Halaman

3.4.5 Aplikasi Boron... 14

3.4.6 Persiapan media perkecambahan Serbuk Sari ... 15

3.4.7 Pengambilan serbuk sari tanaman padi ... 15

3.4.8 Penaburan serbuk sari pada media perkecambahan ... 16

3.4.9 Pemanenan ... 16

3.5 Pengamatan ... 17

3.5.1 Komponen pertumbuhan dan produksi benih padi ... 17

3.5.2 Perkecambahan serbuk sari ... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

4.1 Hasil Penelitian ... 21

4.1.1 Pertumbuhan tanaman ... 21

4.1.2 Produksi padi ... 28

4.1.3 Korelasi untuk variabel vegetatif dan generative terhadap produksi benih. ... 32

4.2 Pembahasan ... 34

4.2.1 Pertumbuhan tanaman ... 34

4.2.2 Produksi padi. ... 38

4.2.3 Korelasi untuk variabel vegetatif dan Generatif terhadap produksi benih. ... 39

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

5.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran ... 41

PUSTAKA ACUAN ... 42

LAMPIRAN ... 46 Tabel 4 – 56 ... 47–75


(14)

v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Rekapitulasi pengaruh penyemprotan boron terhadap

Pertumbuhan tanaman. ... 22

2. Rekapitulasi pengaruh penyemprotan boron terhadap Produksi tanaman. ... 28

3. Korelasi untuk karakter vegetatif dan generatif. ... 33

4. Deskripsi padi varietas Mekongga. ... 47

5. Koefisien perbandingan dan polinomial ortogonal untuk pengaruh pemberian boron terhadap pertumbuhan dan produksipadi. ... 48

6. Data pengamatan tinggi tanaman. ... 49

7. Uji homogenitas ragam tinggi tanaman. ... 49

8. Analisis ragam tinggi tanaman. ... 50

9. Tanggapan tinggi tanaman terhadap peningkatan konsentrasi boron. ... 50

10. Data tingkat kehijauan daun sebelum aplikasi. ... 51

11. Uji homogenitas tingkat kehijauan daun sebelum aplikasi. ... 51

12. Analisis ragam tingkat kehijauan daun sebelum aplikasi. ... 52


(15)

vi 13. Data tingkat kehijauan daun setelah

aplikasi. ... 53

14. Uji homogenitas ragam tingkat kehijauan daun setelah aplikasi. ... 53

15.Analisis ragam tingkat kehijauan daun setelah aplikasi. ... 54

16. Tanggapan tingkat kehijauan daun setelah aplikasi terhadap peningkatan boron. ... 54

17. Data sudut anakan. ... 55

18. Uji homogenitas sudut anakan. ... 55

19. Analisis ragam sudut anakan. ... 56

20. Data bobot kering berangkasan tanaman padi. ... 57

21. Uji homogenitas ragam bobot kering berangkasan tanaman padi. ... 57

22. Analisis ragam bobot kering berangkasan tanaman padi. ... 58

23. Tanggapan bobot kering berangkasan tanaman padi terhadap peningkatan konsentrasi boron. ... 58

24. Data perkecambahan serbuk sari. ... 59

25. Uji homogenitas perkecambahan serbuk sari. ... 59

26. Analisis ragam perkecambahan serbuk sari. ... 60

27. Tanggapan perkecambahan serbuk sari terhadap peningkatan konsentrasi boron. ... 60

28. Data jumlah anakan total tanaman padi. ... 61


(16)

vii

30. Analisis ragam jumlah anakan total. ... 62

31. Tanggapan jumlah anakan total terhadap peningkatan konsentrasi boron. ... 62

32. Data jumlah anakan produktif tanaman padi. ... 63

33. Uji homogenitas jumlah anakan produktif. ... 63

34. Analisis ragam jumlah anakan produktif. ... 64

35. Tanggapan jumlah anakan produktif terhadap peningkatan konsentrasi boron. ... 64

36. Data bobot 1000 butir benih. ... 65

37. Uji homogenittas bobot 1000 butir benih. ... 65

38. Analisis ragam bobot 1000 butir benih. ... 66

39. Tanggapan bobot 1000 butir benih terhadap peningkatan konsentrasi boron. ... 66

40. Data jumlah bulir bernas. ... 67

41. Uji homogrnitas jumlah bulir bernas. ... 67

42. Analisis ragam jumlah bulir bernas. ... 68

43. Tanggapan jumlah bulir bernas terhadap peningkatan konsentrasi boron. ... 68

44. Data bobot bulir bernas. ... 69

45. Uji homogenitas bobot bulir bernas. ... 69

46. Analisis ragam bobot bulir bernas. ... 70

47. Tanggapan bobot bulir bernas terhadap peningkatan konsentrasi boron. ... 70


(17)

viii

48. Data jumlah bulir hampa. ... 71

49. Uji homogenitas jumlah bulir hampa. ... 71

50. Analisis ragam jumlah bulir hampa. ... 72

51. Tanggapan jumlah bulir hampa terhadap peningkatan konsentrasi boron. ... 72

52. Data bobot bulir hampa. ... 73

53. Uji homogenitasbobot bulir hampa. ... 73

54. Analisis ragam bobot bulir hampa. ... 74

55. Tanggapan bobot bulir hampa terhadap peningkatan konsentrasi boron. ... 74

56. Pedoman pemberian interpretasi terhadap koefisien korelasi. ... 75


(18)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bunga tanaman padi. ... 8 2. Pengaruh peningkatan konsentrasi boron terhadap

tinggi tanaman. ... 23 3. Pengaruh peningkatan konsentrasi boron terhadap

tingkat kehijauan daun. ... 24 4. Pengaruh peningkatan konsentrasi boron terhadap

jumlah anakan total.. ... 25 5. Pengaruh peningkatan konsentrasi boron terhadap

jumlah anakan produktif. ... 25 6. Pengaruh peningkatan konsentrasi boron terhadap

bobot kering berangkasan. ... 26 7. Pengaruh peningkatan konsentrasi boron terhadap

perkecambahan serbuk sari. ... 27

8. Pengaruh peningkatan konsentrasi boron terhadap

jumlah bulir hampa. ... 29 9. Pengaruh peningkatan konsentrasi boron terhadap

bobot bulir hampa. ... 29 10. Pengaruh peningkatan konsentrasi boron terhadap

jumlah bulir bernas. ... 30 11. Pengaruh peningkatan konsentrasi boron terhadap

bobot bulir bernas. ... 31 12. Pengaruh peningkatan konsentrasi boron terhadap


(19)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Benih merupakan salah satu sarana produksi utama dalam kegiatan budidaya tanaman. Kebutuhan benih padi di Indonesia pada tahun 2013 cukup tinggi yaitu sebesar 345.881.300 kg benih bermutu tetapi Pemerintah Indonesia hanya mampu menyediakan 62% benih bermutu dari total

kebutuhan benih padi di Indonesia (Sang Hyang Sri, 2013). Sedangkan luas panen Indonesia panen pada tahun 2013 mencapai 13.835.252 ha (Badan Pusat Statistik, 2014). Kondisi ini menyebabkan petani Indonesia masih menggunakan benih hasil pertanaman sendiri dengan mutu benih yang tidak diketahui. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan penyediaan benih bermutu bagi petani padi.

Peningkatan produksi benih dapat dilakukan dengan mengoptimalkan kegiatan budidaya tanaman dengan pemilihan nutrisi yang dipergunakan

baik unsur makro maupun unsur mikro melalui pemupukan. Pemupukan

adalah kegiatan pemberian pupuk ke tanah dan atau ke tanaman untuk memenuhi kebutuhan suatu unsur hara. Selama masa pertumbuhan,


(20)

2 tanaman padi memerlukan nutrisi yang seimbang untuk menunjang

kelangsungan hidupnya. Selain unsur hara makro, terdapat juga unsur hara mikro yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman padi. Kebutuhan unsur hara mikro pada tanaman hanya sedikit, namun unsur mikro harus tersedia bagi tanaman. Penambahan unsur mikro dengan dosis yang tepat akan berpengaruh baik bagi tanaman tetapi akan bersifat toksik apabila

ditambahkan secara berlebihan (Hanafiah, 2007). Salah satu unsur mikro yang dibutuhkan oleh tanaman padi adalah boron (B).

Boron meski hanya merupakan salah satu unsur mikro yang diperlukan dengan jumlah yang sedikit namun keberadaannya harus tetap ada karena unsur ini memiliki fungsi tersendiri dalam pertumbuhan tanaman. Boron memiliki fungsi penting terhadap sintesis dan transport karbohidrat, pertumbuhan, dan perkembangan polen, serta aktivitas sel (Jones, 2005). Ketersediaan boron dalam tanah adalah sebesar 0,5 sampai dengan 2,0 ppm tetapi hanya 0,5 hingga 2,5% yang tersedia untuk tanaman (Kelling, 1999). Boron diserap tanaman dalam bentuk H3BO3 (Mutoh, 1997). Seperti halnya nutrisi mikro lainnya, pupuk boron dapat diberikan melalui penyemprotan daun, fertigasi, perlakuan benih dan pemupukan tanah.

Pemberian boron pada konsentrasi yang tepat diharapkan dapat

mengoptimalkan pertumbuhan tanaman dan perkecambahan serbuk sari sehingga proses penyerbukan akan menjadi lebih baik dan produksi benih


(21)

3 padi yang dihasilkan juga baik. Pemberian boron melalui daun dapat

langsung diserap oleh tanaman padi guna menunjang proses fisiologis. Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat mengetahui konsentrasi boron terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi benih padi.

Berdasarkan latar belakang sehingga mendorong penelitian ini untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan, sebagai berikut:

1. Apakah penambahan boron mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi benih padi?

2. Berapakah konsentrasi boron terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi benih padi?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian boron terhadap pertumbuhan

dan produksi benih padi.

2. Untuk mengetahui konsentrasi boron terbaik bagi pertumbuhan dan produksi benih padi.


(22)

4 1.3 Kerangka Pemikiran

Padi (Oryza sativa L.) adalah salah satu tanaman budidaya penting karena padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Kebutuhan benih padi setiap tahun terus meningkat seiring dengan

peningkatan konsumsi beras. Untuk memenuhi kebutuhan produksi benih padi yang terus meningkat perlu dilakukan upaya peningkatan produksi benih padi.

Upaya peningkatan produksi benih dapat dilakukan dengan penambahan unsur hara mikro pada tanaman melalui pemupukan. Salah satu unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman padi adalah boron (B). Pemupukan dapat diaplikasikan pada tanah atau daun tetapi pemupukan melalui tanah kurang efektif karena unsur hara yang diberikan tidak dapat langsung diserap oleh tanaman. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemupukan melalui daun dengan cara menyemprotkan unsur hara ke daun. Dalam jaringan tanaman, unsur boron ada yang larut dalam air dan ada yang tidak larut dalam air. Boron yang larut dalam air digunakan oleh tanaman dalam bentuk asam borat (B (OH)3 atau B(OH)4-).

Boron yang disemprotkan melalui daun dapat masuk ke jaringan tanaman melalui stomata, kutikula, dan eksodesmata. Dengan adanya perbedaan konsentrasi didalam dan diluar sitoplasma, boron akan melintasi membran plasma dengan bantuan saluran protein ke sitoplasma. Selanjutnya boron


(23)

5 ditranslokasikan ke bagian tanaman yang membutuhkan melalui xylem atau floem.

Boron berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Boron berperan dalam transportasi karbohidrat dalam tanaman. Selain itu boron juga berperan dalam pembelahan dan pembesaran serta pemanjangan sel meristem. Pembelahan sel yang optimal mampu memberikan pertumbuhan tanaman yang optimal.

Selain berperan dalam pertumbuhan tanaman, unsur Boron juga berperan dalam perkecambahan dan pertumbuhan tabung pollen. Pemberian boron pada tanaman dapat meningkatkan keberhasilan penyerbukan melalui perkecambahan serbuk sari sehingga dapat mempengaruhi pembentukan bulir bernas. Semakin banyak jumlah bulir bernas yang terbentuk maka akan semakin meningkatkan bobot bulir bernas, bobot 1.000 butir , dan produksi benih padi.

Unsur Boron penting tersedia bagi tanaman padi yang dibudidayakan. Apabila unsur ini kurang tersedia bagi tanaman maka akan menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Namun,

kelebihan Boron juga dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Boron yang berlebih diduga dapat merusak membran plasma sehingga dapat mengganggu proses fisiologis tanaman. Oleh karena itu,


(24)

6 pemberian boron ke tanaman harus dilakukan dengan tepat untuk mencegah tanaman teracuni Boron.

1.5 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pemberian boron pada tanaman padi mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi benih padi.

2. Terdapat konsentrasi boron terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi benih padi.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Informasi Umum Botani Padi

Padi tergolong tanaman Gramineae yang memiliki sistem perakaraan serabut. Sewaktu berkecambah, akar primer muncul bersamaan dengan akar lainnya yang disebut akar seminal. Selanjutnya, akar seminal akan digantikan dengan akar adventif yang tumbuh dari buku terbawah batang. Batang tanaman padi tersusun atas beberapa ruas. Pemanjangan beberapa ruas batang terjadi ketika tanaman padi memasuki fase reproduktif. Padi memiliki daun berbentuk lanset dengan urat tulang daun sejajar tertutupi oleh rambut yang halus dan pendek. Pada bagian teratas dari batang, terdapat daun bendera yang ukurannya lebih lebar dibandingkan dengan daun bagian bawah (Makarim dan Suhartatik, 2007).

Bunga tanaman padi secara keseluruhan disebut malai. Tiap unit bunga pada malai dinamakan spikelet. Bunga tanaman padi terdiri atas tangkai, bakal buah, lemma, palea, putik, dan benang sari serta beberapa organ lainnya yang bersifat inferior. Tiap unit bunga pada malai terletak pada cabang-cabang bulir yang terdiri atas cabang primer dan cabang sekunder.


(26)

8 Tiap unit bunga padi adalah floret yang terdiri atas satu bunga. Satu bunga terdiri atas satu organ betina dan 6 organ jantan (Makarim et al, 2007).

Gambar 1. Bunga tanaman padi (Makarim et al., 2007).

2.2 Boron

Boron terutama berasal dari mineral primer, seperti misalnya borosilikat. Boron terdapat dalam larutan tanah pada tingkatan yang sangat rendah sebagai asam borat dan diadsorbsi oleh partikel tanah sebagai borat (Gardner et al., 1991). Dalam lingkungan geologis larutan B kebanyakan terkandung dalam H3BO3 dan H2BO3- (Mortvedt et al., 1991). Boron diserap tanaman dalam bentuk H3BO3 (Mutoh, 1997).

Boron bagi tanaman berperan penting dalam sintesis salah satu dasar pembentukan RNA pada pembentuk sel misalnya pembelahan sel,


(27)

9 pertumbuhan (Mengel dan Kirby, 2001). Selain itu Boron juga berperan dalam perkecambahan serbuk sari dan pertumbuhan tabung polen (Feijo, Malho, dan Obermeyer, 1995).

Boron merupakan unsur mikro esensial dan kahat boron menyebabkan hambatan pertumbuhan tanaman. Kekurangan Boron dapat menyebabkan pertumbuhan pucuk-pucuk tanaman berhenti dan kemudian mati, daun muda berwarna hijau pucat dan jaringan pangkal daun rusak, serta terjadi kerusakan pada akar (Hanafiah, 2007). Huang, Pant, J., Bernie, dan

Richard (1999) menyatakan bila tanaman kekurangan unsur boron dapat menyebabkan pembentukan dinding sel serbuk sari terganggu, terjadi penghambatan transportasi karbohidrat sehingga kadar gula dan pati menurun, dan kekurangan boron juga cenderung menurunkan viabilitas serbuk sari.

Pemberian unsur mikro boron dapat meningkatkan B tersedia dalam tanah dan konsentrasi maupun serapan B dalam trubus. Boron merupakan salah satu unsur hara mikro yang esensial bagi tanaman karena peranannya dalam perkembangan dan pertumbuhan sel-sel baru di dalam jaringan

maristematik, pembungaan dan perkembangan buah (Syukur, 2005; dalam Ashari, 2008) karena boron merupakan unsur mikro yang berhubungan dengan metabolisme hormon auksin (Amanullah, Sekar, dan Vincent, 2010).


(28)

10 Boron dianggap mempengaruhi perkembangan sel dengan mengendalikan transpor gula dan pembentukan polisakarida (Gardner et al., 1991). Selain itu, Boron juga berperan dalam penggabungan dan struktur dinding sel, metabolisme asam nukleat, karbohidrat, protein, fenol, dan auksin. Di samping itu Boron juga berperan dalam pembelahan, pemanjangan, dan diferensiasi sel, permeabilitas membran, dan perkecambahan serbuk sari (Ginta, 2005). Hal ini terkait dengan perannya dalam sintetis RNA yaitu bahan dasar pembentukan sel (Salisbury and Ross, 1995).

Boron juga berpengaruh pada pembentukan dan proliferasi sel kambium dan gangguan diferensiasi xilem. Xilem bertanggung jawab untuk peningkatan penyerapan nutrisi dan berkontribusi terhadap mobilitas nutrisi. Boron juga mempengaruhi pembuahan dengan meningkatkan kapasitas produksi serbuk sari dari kepala sari dan viabilitas serbuk sari biji-bijian. Boron secara tidak langsung berperan pada penyerbukan bunga dengan meningkatkan konsentrasi gula dalam nektar tanaman (A and L Canada Laboratories, 2002).


(29)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih padi varietas Mekongga, serbuk sari tanaman padi, urea, KCl, TSP, larutan sukrosa, asam borak (H3BO3), kalsium nitrat (Ca(NO3)2.2H2O), magnesium sulfat (MgSO4.7H2O), pottasium mitrat (KNO3), Puanmur 50 SP, Dharmabas 500 EC, aquades, dan tanah.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut alat tulis, meteran, gelas ukur, timbangan, ember, botol kultur, mikroskop, hand sprayer, pinset, alat penghitung benih (seed counter), cawan petri, dan kamera.


(30)

12 3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap non faktorial dengan 6 perlakuan 3 ulangan. Setiap ulangan terdapat duplo.

Perlakuan tersebut antara lain : B0= Boron 0 ppm

B1= Boron 5 ppm B2= Boron 10 ppm B3= Boron 15 ppm B4= Boron 20 ppm B5= Boron 25 ppm

Homogenitas ragam antarperlakuan diuji dengan Uji Bartlet dan

kemenambahan data diuji dengan Uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi, data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji polinomial ortogonal pada taraf α 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Pengolahan tanah

Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis tanah latosol yang dilumpurkan sehingga strukturnya menyerupai tanah sawah. Tanah

dilumpurkan selama 4 minggu dengan cara dicampur dengan air hingga membentuk struktur tanah berlumpur. Setelah dilumpurkan, tanah siap


(31)

13 untuk digunakan sebagai media tanam dalam ember plastik berwarna hitam dengan diameter 28 cm.

3.4.2 Penyemaian

Benih yang digunakan adalah benih padi varietas Mekongga. Sebelum disemai benih terlebih dahulu direndam dalam air selama 24 jam

selanjutnya benih diperam menggunakan kain kasa selama 48 jam untuk menyerempakkan perkecambahan benih kemudian benih disemai di media persemaian selama 14 hari.

3.4.3 Penanaman

Pindah tanam dilakukan setelah bibit berumur sekitar 14 hari dengan cara membenamkan bibit pada kedalaman 3__5 cm. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm dengan satu bibit pada setiap ember.

3.4.4 Pemeliharaan

Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 3__7 hst. Penyiangan gulma secara manual dilakukan pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah pindah tanam.

Sebagai pupuk dasar adalah 300 kg Urea/ha (1,5 g/ember), 150 kg TSP/ha (0,75 g/ember), dan 150 kg KCl/ha (0,75 g/ember) yang diberikan pada saat padi berumur 14 hst dan 42 hst dengan cara ditugal.


(32)

14 Pengairan dilakukan dengan cara menyiram air sekitar 2 L setiap hari

dengan menggunakan gelas ukur.

Pengendalian hama pada fase vegetatif dilakukan dengan menggunakan insektisida Sidabas 500 EC sesuai dengan dosis anjuran, yaitu 0,25__0,50 l/ha.

3.4.5 Aplikasi Boron

Aplikasi boron dilakukan sejak tanaman berumur 34 hari setelah tanam. Aplikasi dilakukan sebanyak tiga kali dengan selang waktu aplikasi selama 7 hari. Boron diaplikasikan pada tanaman padi pada 34, 41, dan 48 hari setelah pindah tanam. Boron diaplikasikan pada tanaman padi dengan konsentrasi 0 ppm, 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, dan 25 ppm. Boron diberikan dengan cara disemprot ke permukaan daun bagian bawah menggunakan hansprayer.

Setiap akan melakukan aplikasi penyemprotan, sebelumnya dilakukan kalibrasi untuk menentukan volume semprot. Volume semprot yang digunakan adalah sebesar 10 ml/tanaman pada saat aplikasi pertama, 25 ml/tanaman pada aplikasi kedua, dan 40 ml/tanaman pada saat aplikasi ketiga.


(33)

15

3.4.6 Persiapan media perkecambahan serbuk sari

Media yang digunakan adalah media perkecambahan serbuk sari

Brewbaker’s. Langkah membuat media perkecambahan Brewbake’s adalah sebagai berikut :

a. Pembuatan larutan stok Brewbaker’s (untuk 100 ml)

Pembuatan larutan stok Brewbaker’s yaitu dengan melarutkan 100 mg asam borak 354 mg kalium nitrat, 200 mg magnesium sulfat, dan 100 mg potassium nitrat kedalam 100 ml air.

b. Pembuatan larutan siap pakai Brewbake’s dan 10% sukrosa (untuk 100 ml)

10 gram sukrosa dilarutkan ke dalam 10 ml larutan stok Brewbaker’s kemudian ditambahkan air hingga volume mencapai 100 ml.

3.4.7 Pengambilan serbuk sari dari tanaman padi

Serbuk sari diambil pada saat malai sudah keluar atau pada saat tanaman berumur sekitar 55 hari setelah tanam dengan menggunting malai. Serbuk sari diambil pada pagi hari. Serbuk sari yang telah diberi boron diambil kemudian diletakkan pada cawan petri untuk dikecambahkan pada media perkecambahan.


(34)

16 3.4.8 Penaburan serbuk sari pada media perkecambahan

Serbuk sari yang telah diambil diletakkan ke dalam cawan petri yang telah berisi media. Cara penaburannya adalah dengan membuka bunga padi kemudian mengambil serbuk sari dengan pinset dan diletakkan ke cawan petri. Serbuk sari tersebut yang telah ditabur pada media, kemudian cawan petri diketuk-ketuk beberapa kali agar serbuk sari tersebar merata pada permukaan media.

Saat pengetukan cawan petri, cara memegang cawan petri diusahakan miring sambil diketuk-ketuk. Hal ini dimaksudkan agar serbuk sari tersebar merata ke seluruh permukaan media dan tidak menggerombol di satu

bagian saja, selain itu hal ini juga memudahkan dalam perhitungan serbuk sari.

Serbuk sari yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 25 serbuk sari per ulangan sehingga didapatkan jumlah total serbuk sari yang

dikecambahkan untuk masing-masing perlakuan adalah sebanyak 75 serbuk sari.

3.4.9 Pemanenan

Panen dilaksanakan pada saat tanaman berumur sekitar 126 hari. Pada umur ini tanaman telah mencapai masak fisiologis yang ditandai dengan


(35)

17 bulir padi dan daun bendera yang sudah menguning. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong batang tanaman padi dengan sabit.

Perontokan calon benih padi dilakukan dengan cara manual, yaitu memukul berangkasan padi. Pengeringan calon benih padi dilakukan secara manual, yaitu dengan menjemur calon benih padi di bawah sinar matahari untuk menurunkan kadar air benih padi hingga 11%. Setelah itu, calon benih yang sudah kering dibersihkan dengan menggunakan alat pemisah benih (seed blower) untuk memisahkan benih hampa dan kotoran yang masih tertinggal pada pembersihan sebelumnya.

3.5 Pengamatan

3.5.1 Komponen pertumbuhan dan produksi benih padi

a)Tinggi Tanaman

Tanaman diukur dari permukaan tanah sampai dengan ujung

daun bendera yang dilakukan saat tanaman berumur 12 minggu setelah tanam. Pengukuran dilakukan menggunakan meteran dalam satuan sentimeter.

b)Tingkat Kehijauan Daun

Tingkat kehijauan daun diukur dengan cara mengambil 3 sampel daun pada setiap tanaman. Tingkat kehijauan daun diamati pada saat sebelum dan


(36)

18 setelah aplikasi boron dilakukan. Pengamatan Pengamatan dilakukan

dengan menggunakan klorofilmeter dalam satuan SPAD.

c) Jumlah anakan total

Jumlah anakan total dihitung dari setiap rumpun tanaman dengan menghitung jumlah seluruh anakan dalam rumpun. Jumlah anakan total dihitung pada saat tanaman berumur 8 minggu setelah tanam (mst).

d)Jumlah anakan produktif

Jumlah anakan produktif dihitung dari jumlah anakan total yang mampu menghasilkan malai. Jumlah anakan produktif dihitung pada saat tanaman padi berumur 13 mst.

e) Bobot Kering Berangkasan

Berangkasan tanaman padi segera dikeringkan pada saat tanaman berumur sekitar 55 hari. Berangkasan dikeringkan dengan menggunakan oven dengan suhu 80o C selama 3 x 24 jam. Setelah kering, berangkasan diukur dengan timbangan Ohaus sensitivitas 0,1 gram. Pengukuran dilakukan dengan satuan gram.

f) Jumlah gabah bernas

Jumlah gabah bernas ditentukan dengan cara menghitung seluruh gabah isi di masing-masing tanaman. Perhitungan jumlah gabah bernas dilakukan dengan menggunakan alat penghitung benih (seed counter).


(37)

19 g)Jumlah gabah hampa

Jumlah gabah hampa ditentukan dengan cara menghitung seluruh gabah yang hampa di masing-masing tanaman. Jumlah gabah hampa dihitung secara manual.

h)Bobot gabah bernas

Bobot gabah bernas dihitung dengan cara menimbang semua gabah bernas pada setiap tanaman. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan

timbangan elektirk dengan sensitivitas 0,1 gram.

i) Bobot gabah hampa

Bobot gabah hampa dihitung dengan cara menimbang semua gabah hampa pada setiap tanaman. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan

timbangan elektrik.

3.5.2 Persentase perkecambahan serbuk sari

Pengamatan dilakukan dengan mengamati serbuk sari yang berkecambah pada setiap media di bawah mikroskop kemudian difoto. Pengamatan dilakukan setelah satu jam serbuk sari dikecambahkan dan dilakukan sebanyak lima kali selama lima jam.


(38)

20 Serbuk sari yang telah berkecambah dihitung untuk mengetahui persen perkecambahannya. Menurut Shivana dan Rangaswany (1992), yang dimaksud perkecambahan serbuk sari adalah munculnya tabung serbuk sari (pollen tube) dengan panjang yang sama atau lebih panjang dari diameter serbuk sari. Persen perkecambahan (dalam satu bidang pandang pada mikroskop) dihitung dengan rumus :


(39)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Pemberian boron pada tanaman padi mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman padi yang ditunjukkan oleh variabel tinggi tanaman, tingkat kehijauan daun setelah aplikasi, persentase

perkecambahan serbuk sari, bobot kering berangkasan, jumlah anakan total, dan jumlah anakan produktif. Pemberian boron juga mampu meningkatkan produksi benih padi yang ditunjukkan oleh variabel jumlah bulir bernas dan bobot bulir bernas.

2. Pemberian boron pada konsentrasi 20 ppm merupakan konsentrasi boron terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produksi dan padi.

5.2 Saran

Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan pemberian boron melalui tanah dan melakukan pengujian mutu benih.


(40)

42

PUSTAKA ACUAN

A and L Laboratories. 2002. Boron as a plant nutrient.www.alcanada.com. Diakses pada tanggal 25 Desember 2013.

Amanullah, M. M., S. Sekar., S. Vincent. 2010. Plant Growth Substance in Crop Production: A review. Asian J. Plant Sci. 9 (4): 215-222. Ashari, P. R. 2008. Peningkatan Kualitas Anthurium hookeri melalui

Pemberian Unsur Boron (B). Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 45 Hlm.

Bamzai, D. Raj., S. Randhawa. 1967. Effects of Certain Growth Substances and Boric Acid on Germination, Tube Growth and Storage of Grape Pollen (Vitis ssp.). J. vitis. 6: 269-277.

Biro Pusat Statistik. 2013. Luas Panen, Produktivitas, dan produksi

Tanaman Padi.http://www.bps.go.id//tnmn_pgn_php?eng=0 Diakses pada tanggal 28-10-2013

Badan Pusat Statistik.http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?eng=0. Diakses pada tanggal 14 September 2014 pukul 16.45 WIB

Dewi, I. R. A. 2008. Makalah Fitohormon. Universitas Padjadjaran. Bandung. 36 hlm.

Feijo, J. A., Malho, R., Obermeyer, G. 1995. Ion Dynamics and its Possible Role During In Vitro Pollen Germination and Tube Growth.

Protoplasma. 187:155-167.

Gardner, F. , R. Brent Pearce, R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya (terjemahan). UI Press. Jakarta.


(41)

43 Garg, O. K., Sharma, A. N., Kona, R. S. S. 1979. Effect of Boron on the

Pollen Vitality and Yield of Rice Plant (Oryza sativa L. Var. Jaya). Plant and Soil. 52(4): 591-594.

Ginta, J. 2005. Unsur Hara Mikro Yang Dibutuhkan Tanaman.

www.nasih.staff.ugm.ac.id/pnt3404/4%209417.doc. Diakses tanggal 23 Oktober 2013.

Guilford, J.P. Psychometric Methods. Second edition. Tokyo: Kogakusha Company Ltd., 1956.

Hanafiah, K. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 355 Hlm.

Huang, L. J. Pant. Bernie Dell, and Richard W. Bell. 1999. Effects of Boron Deficiency on Anther Development and Floret Fertility in Wheat (Triticum aestivum L. `Wilgoyne'). Annals of Botany. 85 : 493-500. Jones, J. B. 2005. Hidroponics: a practical guide for the soilles grower

second edition. CRC Press. Boca Raton. London. Pp 449.

Kelling, K.A. 1999. Soil and Applied Boron. In Understanding Plant and Nutrition. http://www.soils.wisc.edu/extension/pubs/A2522.pdf. Diakses pada tanggal 29 Januari 2014

Makarim, A. K.,dan E. Suhartatik. 2007. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 330 Hlm. Makarim, A. K., E. Suhartatik, dan A. Kartohardjono. 2007. Silikon: Hara

penting pada sistem produksi padi. Iptek Tanaman Pangan. 2 (2):195 – 204.

Matoh, Toru. 1997. Boron in Plant Cell Walls. Plant and Soil. 193 (5) : 59-70.

Mengel, K. Kirby, E. A. 2001. Principles of Plant Nutrition. Kluwer Academic Publisher Edition 5th. Pp 849.


(42)

44 Mortvedt , J.J. , F.R. Cox , L.M. Shuman and R.M. Welch . 1991.

Micronutriens in Agriculture. Soil Science Society of America, Inc. Madison, USA.

Pradnyawan, S. W. H., Widya, M., Marsusi. 2005. Pertumbuhan,

Kandungan Nitrogen, Klorofil dan Karotenoid Daun Gynura procumbens [Lour] Merr. pada Tingkat Naungan Berbeda. Biofarmasi 3(1): 7-10.

Puslittan.2013. Deskripsi Varietas Mekongga.

http://www.puslittan.bogor.net/index.php?bawaan=varietas/

erbagi&komoditas=05021&sql=&kriteria=&pageid=1&tampilan=t mpilkan&arietas=1. Diakses pada tanggal 28 November 2013. Power, P. P. P., William, G. W. 1997. The Chemistry of boron and its

Speciation in Plant. Plant and Soil. 193 (1): 1-13.

Rahma, E. D. 2014. Pengaruh Pemberian Boron terhadap Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Melon (Cucumis melo L.) pada sistem

hidroponik media padat. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 53 Hlm.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi (terjemahan). ITB. Bandung. 289 hlm.

Rosliani, R., E. R. Palupi., dan Y. Hilman. 2012. Penggunaan Benzil Amino Purin dan Boron untuk Meningkatkan Produksi dan Mutu Benih True Shallos Seed Bawang Merah ( Allium cepa var. Ascalonicum) di Dataran Tinggi. J. Hort. 22 (3) : 242-250.

Sahari, P. 2012. Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Krokot Landa (Talinum triangulare Willd.). J. Agrineca.7 (1): 1-7.

Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Diterjemahkan oleh Diah R. Lukman dan Sumaryono dari buku Plant Physiology. ITB. Bandung. 241 Hlm.


(43)

45 Sang Hyang Sri (2013).http//www.sanghyangsri.co.id. Berita: Produksi

Benih Bermutu diIndonesia. Diakses pada tanggal l4 september 2014 pukul 16.45 WIB.

Shivanna, K.R. dan N. S. Rangaswamy, 1992. Pollen Biology A laboratory Manual. Berlin, Springs-Verlag. 119 Hlm.

Tinto, R. 2012. Boron applications for increased soybean yields.

http://www.riotintominerals.com. Diakses pada tanggal 6 September 2014.

Wang, Q., Lu, L, Wu, X, Li, Y, dan Lin. 2003. Boron Influences Pollen Germination and Pollen Tube Growth in Picea meyeri. Tree Physiology 23: 345-351.


(1)

20 Serbuk sari yang telah berkecambah dihitung untuk mengetahui persen perkecambahannya. Menurut Shivana dan Rangaswany (1992), yang dimaksud perkecambahan serbuk sari adalah munculnya tabung serbuk sari (pollen tube) dengan panjang yang sama atau lebih panjang dari diameter serbuk sari. Persen perkecambahan (dalam satu bidang pandang pada mikroskop) dihitung dengan rumus :


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Pemberian boron pada tanaman padi mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman padi yang ditunjukkan oleh variabel tinggi tanaman, tingkat kehijauan daun setelah aplikasi, persentase

perkecambahan serbuk sari, bobot kering berangkasan, jumlah anakan total, dan jumlah anakan produktif. Pemberian boron juga mampu meningkatkan produksi benih padi yang ditunjukkan oleh variabel jumlah bulir bernas dan bobot bulir bernas.

2. Pemberian boron pada konsentrasi 20 ppm merupakan konsentrasi boron terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produksi dan padi.

5.2 Saran

Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan pemberian boron melalui tanah dan melakukan pengujian mutu benih.


(3)

42

PUSTAKA ACUAN

A and L Laboratories. 2002. Boron as a plant nutrient.www.alcanada.com. Diakses pada tanggal 25 Desember 2013.

Amanullah, M. M., S. Sekar., S. Vincent. 2010. Plant Growth Substance in Crop Production: A review. Asian J. Plant Sci. 9 (4): 215-222. Ashari, P. R. 2008. Peningkatan Kualitas Anthurium hookeri melalui

Pemberian Unsur Boron (B). Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 45 Hlm.

Bamzai, D. Raj., S. Randhawa. 1967. Effects of Certain Growth Substances and Boric Acid on Germination, Tube Growth and Storage of Grape Pollen (Vitis ssp.). J. vitis. 6: 269-277.

Biro Pusat Statistik. 2013. Luas Panen, Produktivitas, dan produksi

Tanaman Padi.http://www.bps.go.id//tnmn_pgn_php?eng=0 Diakses pada tanggal 28-10-2013

Badan Pusat Statistik.http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?eng=0. Diakses pada tanggal 14 September 2014 pukul 16.45 WIB

Dewi, I. R. A. 2008. Makalah Fitohormon. Universitas Padjadjaran. Bandung. 36 hlm.

Feijo, J. A., Malho, R., Obermeyer, G. 1995. Ion Dynamics and its Possible Role During In Vitro Pollen Germination and Tube Growth.

Protoplasma. 187:155-167.

Gardner, F. , R. Brent Pearce, R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya (terjemahan). UI Press. Jakarta.


(4)

Garg, O. K., Sharma, A. N., Kona, R. S. S. 1979. Effect of Boron on the Pollen Vitality and Yield of Rice Plant (Oryza sativa L. Var. Jaya). Plant and Soil. 52(4): 591-594.

Ginta, J. 2005. Unsur Hara Mikro Yang Dibutuhkan Tanaman.

www.nasih.staff.ugm.ac.id/pnt3404/4%209417.doc. Diakses tanggal 23 Oktober 2013.

Guilford, J.P. Psychometric Methods. Second edition. Tokyo: Kogakusha Company Ltd., 1956.

Hanafiah, K. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 355 Hlm.

Huang, L. J. Pant. Bernie Dell, and Richard W. Bell. 1999. Effects of Boron Deficiency on Anther Development and Floret Fertility in Wheat (Triticum aestivum L. `Wilgoyne'). Annals of Botany. 85 : 493-500. Jones, J. B. 2005. Hidroponics: a practical guide for the soilles grower

second edition. CRC Press. Boca Raton. London. Pp 449.

Kelling, K.A. 1999. Soil and Applied Boron. In Understanding Plant and Nutrition. http://www.soils.wisc.edu/extension/pubs/A2522.pdf. Diakses pada tanggal 29 Januari 2014

Makarim, A. K.,dan E. Suhartatik. 2007. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 330 Hlm. Makarim, A. K., E. Suhartatik, dan A. Kartohardjono. 2007. Silikon: Hara

penting pada sistem produksi padi. Iptek Tanaman Pangan. 2 (2):195 – 204.

Matoh, Toru. 1997. Boron in Plant Cell Walls. Plant and Soil. 193 (5) : 59-70.

Mengel, K. Kirby, E. A. 2001. Principles of Plant Nutrition. Kluwer Academic Publisher Edition 5th. Pp 849.


(5)

44 Mortvedt , J.J. , F.R. Cox , L.M. Shuman and R.M. Welch . 1991.

Micronutriens in Agriculture. Soil Science Society of America, Inc. Madison, USA.

Pradnyawan, S. W. H., Widya, M., Marsusi. 2005. Pertumbuhan, Kandungan Nitrogen, Klorofil dan Karotenoid Daun Gynura procumbens [Lour] Merr. pada Tingkat Naungan Berbeda. Biofarmasi 3(1): 7-10.

Puslittan.2013. Deskripsi Varietas Mekongga.

http://www.puslittan.bogor.net/index.php?bawaan=varietas/

erbagi&komoditas=05021&sql=&kriteria=&pageid=1&tampilan=t mpilkan&arietas=1. Diakses pada tanggal 28 November 2013. Power, P. P. P., William, G. W. 1997. The Chemistry of boron and its

Speciation in Plant. Plant and Soil. 193 (1): 1-13.

Rahma, E. D. 2014. Pengaruh Pemberian Boron terhadap Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Melon (Cucumis melo L.) pada sistem

hidroponik media padat. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 53 Hlm.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi (terjemahan). ITB. Bandung. 289 hlm.

Rosliani, R., E. R. Palupi., dan Y. Hilman. 2012. Penggunaan Benzil Amino Purin dan Boron untuk Meningkatkan Produksi dan Mutu Benih True Shallos Seed Bawang Merah ( Allium cepa var. Ascalonicum) di Dataran Tinggi. J. Hort. 22 (3) : 242-250.

Sahari, P. 2012. Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Krokot Landa (Talinum triangulare Willd.). J. Agrineca.7 (1): 1-7.

Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Diterjemahkan oleh Diah R. Lukman dan Sumaryono dari buku Plant Physiology. ITB. Bandung. 241 Hlm.


(6)

Sang Hyang Sri (2013).http//www.sanghyangsri.co.id. Berita: Produksi Benih Bermutu diIndonesia. Diakses pada tanggal l4 september 2014 pukul 16.45 WIB.

Shivanna, K.R. dan N. S. Rangaswamy, 1992. Pollen Biology A laboratory Manual. Berlin, Springs-Verlag. 119 Hlm.

Tinto, R. 2012. Boron applications for increased soybean yields.

http://www.riotintominerals.com. Diakses pada tanggal 6 September 2014.

Wang, Q., Lu, L, Wu, X, Li, Y, dan Lin. 2003. Boron Influences Pollen Germination and Pollen Tube Growth in Picea meyeri. Tree Physiology 23: 345-351.