15
A. Konsep Tangung Jawab Hukum
Ada dua istilah yang menunjuk pada pertanggungjawaban dalam kamus hukum, yaitu liability dan responsibility. Pertanggung jawaban berasal dari kata
tanggung jawab, yang berarti keadaan wajib menanggung segala sesuatunya kalau ada sesuatu hal, boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya
.
Dalam kamus hukum ada dua istilah menunjuk pada pertanggungjawaban, yakni liability
the state of being liable dan responsibility the state or fact being responsible. Liability merupakan istilah hukum yang luas a broad legal term yang di dalamnya
mengandung makna bahwa menunjuk pada makna yang paling komprehensif, meliputi hampir setiap karakter risiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang
bergantung, atau yang mungkin. Liability didefinisikan untuk menunjuk semua karakter hak dan kewajiban
.
Secara etimologis, liability merupakan istilah hukum yang luas yang menunjuk hampir semua karakter risiko atau tanggung jawab, yang
pasti, yang bergantung atau mungkin meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara aktual atau potensial seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya atau kondisi
yang menciptakan tugas untuk melaksanakan undang-undang. Sedangkan, kaitan dengan liability ada responsibility, berarti hal yang dapat di pertanggungjawabkan
atas suatu kewajiban, dan termasuk putusan, keterampilan, kemampuan dan kecakapan meliputi juga kewajiban bertanggung jawab atas undang-undang yang
dilaksanakan. Dalam pengertian dan penggunaan praktis, istilah liability menunjuk pada pertanggungjawaban hukum, yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang
16
dilakukan oleh subyek hukum, sedangkan istilah responsibility menunjuk pada pertanggungjawaban politik.
Dari responsibility ini muncul istilah responsible government yang menunjukan bahwa istilah ini pada umumnya menunjukan bahwa jenis- jenis
pemerintahan dalam hal pertanggungjawaban terhadap ketentuan atau undang- undang public dibebankan pada departemen atau dewan eksekutif, yang harus
mengundurkan diri apabila penolakan terhadap kinerja mereka dinyatakan melalui mosi tidak percaya, di dalam majelis legislatif, atau melalui pembatalan terhadap
suatu undang-
undang penting
yang dipatuhi.
Dalam pengertian dan penggunaan praktis, istilah liability menunjuk pada pertanggungjawaban hukum yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang dilakukan
oleh subjek hukum, sedangkan responsibility menunjuk pada pertanggungjawaban politik. Dalam ensiklopedi administrasi, responsibility adalah keharusan seseorang
untuk melaksanakan secara selayaknya apa yang telah diwajibkan kepadanya. Disebutkan juga bahwa pertanggungjawaban mengandung makna; meskipun
seseorang mempunyai kebebasan dalam melaksanakan sesuatu tugas yang dibebankan kepadanya, namun ia tidak dapat membebaskan diri dari hasil atau akibat
kebebasan perbuatannya, dan ia dapat dituntut untuk melaksanakan secara layak apa yang diwajibkan kepadanya.
19
19
Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal 335-337.
17
Suatu prinsip terkait dengan konsep kewajiban hukum adalah konsep tanggung jawab hukum liability. Seseorang dikatakan secara hukum bertanggung
jawab untuk suatu perbuatan tertentu adalah bahwa dia dapat dikenakan sanksi dalam kasus perbuatan yang berlawanan. Normalnya, dalam kasus sanksi dikenakan
terhadap deliquent adalah karena perbuatannya sendiri yang membuat seseorang tersebut harus bertanggung jawab. Dalam kasus ini subyek responsibility dan subyek
kewajiban hukum adalah sama dengan teori tradisional pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan based on fault dan pertanggungjawaban mutlak absolute
responsibility.
20
Hukum melihat bahwa hubungan antara perbuatan dan efeknya memiliki kualifikasi psikologis. Apakah tindakan individu telah diantisipasi atau dilakukan
dengan maksud menimbulkan akibat atau tidak adalah tidak relevan. Adalah cukup bahwa perbuatannya telah membawa efek yang dinyatakan oleh legislator sebagai
harmful, yang berarti menunjukan hubungan eksternal antara perbuatan dan efeknya. Tidak dibutuhkan adanya sikap mental pelaku dan efek dari perbuatan tersebut.
Pertanggungjawaban semacam ini disebut dengan pertanggungjawaban absolute.
21
Suatu sikap mental deliquent, atau disebut mens rea, adalah suatu elemen delik. Elemen ini disebut dengan terma kesalahan fault dalam arti lebih luas disebut
dollus atau culpa. Ketika sanksi diberikan terhadap delik kualifikasi psikologis ini disebut dengan pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan responsibility based on
20
Jimly Asshiddiqie M. Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Sekretariat Jenderal Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 2006, hal 61.
21
Ibid.
18
fault atau cupability. Dalam hukum juga dikenal bentuk lain dari kesalahan yang dilakukan tanpa maksud atau perencanaan, yaitu kealpaan negligance. Kealpaan
adalah suatu delik omisi, dan pertanggungjawaban terhadap kealpaan lebih merupakan pertanggungjawaban absolute daripada culpability.
22
Secara umum prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Unsur Kesalahan Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan fault liability atau
liability based on fault adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan perdata. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata khususnya Pasal
1365, 1366, dan 1367, prinsip ini menyatakan, seseorang baru dapat dimintakan pertanggungjawabannya secara hukum jika ada unsur kesalahan yang dilakukannya.
Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang lazim dikenal sebagai pasal tentang perbuatan melawan hukum onrechtsmatigdaad, mengharuskan terpenuhinya
empat unsur pokok, yaitu: a
Adanya perbuatan; b
Adanya unsur kesalahan; c
Adanya kerugian yang diderita; d
Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian
22
Ibid, hal 62-63
.
19
Kesalahan adalah unsur yang bertentangan dengan hukum. Pengertian hukum tidak hanya bertentangan dengan Undang-Undang tetapi juga kepatutan dan
kesusilaan dalam masyarakat. Menurut Pasal 1367 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata , tanggung jawab
hukum terhadap orang yang menderita kerugian tidak hanya terbatas pada perbuatannya sendiri, melainkan juga perbuatan karyawan, pegawai, agen,
perwakilannya apabila menimbulkan kerugian kepada orang lain, sepanjang orang tersebut bertindak sesuai dengan tugas dan kewajiban yang dibebankan kepada orang
tersebut.
23
2. Prinsip Praduga Untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab Prinsip ini menyatakan bahwa tergugat selalu dianggap bertanggung jawab
presumption of liability principle, sampai ia dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah. Kata “dianggap” pada prinsip “presumption of liability” adalah penting,
karena ada kemungkinan tergugat membebaskan diri dari tanggung jawab, yaitu dalam hal ia dapat membuktikan bahwa ia telah “mengambil” semua tindakan yang
diperlukan untuk menghindarkan terjadinya kerugian.
24
Dalam prinsip ini, beban pembuktiannya ada pada si tergugat. Dalam hal ini tampak beban pembuktian terbalik omkering van bewijslast. Hal ini tentu
23
Amad Sudiro, Hukum Angkutan Udara, Raja Grafindo Persada, Jakata, 2009, hal 220.
24
E. Suherman, Masalah Tanggung jawab Pada Charter Pesawat Udara dan Beberapa Masalah Lain Dalam Bidang Penerbangan kumpulan karangan, Cet. II, Alumni, Bandung, 1979, hal
21
.
20
bertentangan dengan asas hukum praduga tidak bersalah presumption of innocence. Namun jika diterapkan dalam kasus konsumen akan tampak asas demikian cukup
relevan. Jika digunakan teori ini,maka yang berkewajiban untuk membuktikan kesalahan itu ada pada pihak pelaku usaha yang digugat. Tergugat harus
menghadirkan bukti-bukti bahwa dirinya tidak bersalah. Tentu saja konsumen tidak dapat sekehendak hati mengajukan gugatan. Posisi konsumen sebagai penggugat
selalu terbuka untuk digugat balik oleh pelaku usaha, jika ia gagal menunjukan kesalahan tergugat.
3. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak Prinsip strict liability sering diidentikan dengan prinsip tanggung jawab
absolute absolute liability. Kendati demikian ada pula para ahli yang memebdekan kedua terminologi di atas. Ada pendapat yang menyatakan, strict liability adalah
pinsip tanggung jawab yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan. Namun ada pengecualian-pengecualian yang memungkinkan untuk
dibebaskan dari tanggung jawab. Sebaliknya absolute liability adalah prinsip tanggung jawab tanpa kesalahan dan tidak ada pengecualiannya.
Menurut E. Suherman, strict liability disamakan dengan absolute liability, dalam prinsip ini tidak ada kemungkinan untuk membebaskan diri dari tanggung
jawab, kecuali apabila kerugian yang timbul karena kesalahan pihak yang dirugikan sendiri. Adalah tanggung jawab mutlak.
25
25
Ibid, hal 23
.
21
B. Strict Liability VS Liability Based On Fault