Konsep Cinta Dalam Pandangan Al Alusi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 59 dalam hiruk pikuknya modernitas mengalami kehampaan karena kehilangan orentasi dan makna dalam kehidupannya. Sebangai pelampiasan kehampaan ruhani itu, manusia cendrung larut dalam gaya hidup hedonis dan tindak kekerasan dalam menghadapi gemerlap materi duniawi. 22 Gaya hidup ini mengakibatkan degradasi moral. Pendapat al- Alusi bahwa kecintaan hamba kepada allah suatu kecintaan yang murni di tujukan hanya kepadanya memberikan makna ruhani dengan adanya tujuan hidup di tengah pegapnya hiruk-pikuk modernitas. Dia juga menawarkan pembebasan manusia dari pemujaan materi. Kehidupan dunia di bolehkan selama tidak menjrumuskan manusia pada penghambaan selain allah. Selain itu al-Alusi juga berdendapat bahwa untuk mendapatkan ridha Allah seorang mukmin harus senatiasa berakhlak mulia. Dengan menghudupkan sikap-sikap mulia yang di cintai Allah dan memasung sikap-sikap tidak terpuji yang tidak di cintai Allah niscaya, dengan ketetapan iman, godaan-godaan nafsu duniawi yang bersifat negatif dapat di tanggulangi. Kepribadian mulia yang tertanam dalam jiwa seorang muslim akan dapat dijadikan bekal dalam menghadapi kenyataan hidup. Cinta dalam pandangan Al Alusi adalah merupakan iradah Tuhan yang maha kuasa yang di berikan kepada manusia, tidak lain adalah untuk melakukan ritual ibadah kepada_Nya. Seseoang harus melakukan pengorbanan jika ia benar benar mencitai Allah dan Rasulnya, karena menurutnya cinta yang tanpa pengorbanan hanya 22 Wahib, perspektif tafsir shufi isyari atas pemikiran al alusi dalam tafsir ruhul ma’ani, yoqyakarta: iain sunan kalijaga, 1997 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 60 kepalsuan, dan Allah sama sekali tidak menyukai kepalsuan 23 . Sesuai dengan konsep cinta yang di bangun oleh Al Alusi, bahwa kepada manusia Hablum Min An nas haruslah berlandaskan cinta kepada Allah. Dalam hal ini, prioritas cinta yang di bangun oleh Al Alusi adalah cinta kepada Tuhan. Sedikit berbeda dengan konsep cinta yang di bangun oleh Rabi’ah Al Adawiyah bahwa cinta kepada manusia hanya sebagai penghabat kerinduannya kepada Allah, sementara cinta yang dibangun oleh Al Alusi cinta kepada manusia adalah iradah dari Tuhan, karena makna dasar dari cinta adalah penyatuan diri dari seseorang yang mencintai dan orang yang di cintai. Singkatnya, Al Alusi memberikan satu konsep bahwa cinta kepada Allah tidak harus menafikan cinta kepada manusia, karena cinta kepada manusia adalah sebagian dari kekuaasaan Tuhan kepada manusia. 23 Al Alusi, Abu al Sana Shihab al Din al Sayyid Mahmud, Ruh al Ma’ani Fi Tafsir al Qur’an al Azim wa al Sab’ al Masani, Juz 1 Beirut: Dar al Kutub al ‘Ilmiyah, 1994, hal 4-5 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 61

BAB IV ANALISIS

A. Penafsiran QS. Ali Imran Ayat 31 Dalam Kitab Tafsir Ruhul Ma’ani

a. Terjemahan Ayat ِحَر ٌروُفَغ ُهللاَو ْمُكَبوُنُذ ْمُكَل ْرِفْغَ يَو ُهللا ُمُكْبِبُُْ ِِوُعِبتاَف َهللا َنوبُُِ ْمُتْنُك ْنِإ ْلُق ٌمم.  Katakanlah: jika kamu cinta kepada allah, maka turutkanlah aku, niscaya cinta pula allah kepda kamu dan diampuni dosa-dosamu dan allah adalah maha pengampun lagi penyayang.” Ayat 31 1 b. Tafsir Ayat ِوُعِبتاَف َها َنوبُُِ ْمُتْنُك ْنِإ ْلُق ‏ : Katakanlah, jika kamu mencintai Allah Ta’ala maka ` ikutlah denganku. Dalam tafsir yang di tulis oleh Al ALusi ayat di atas di berikan tafsir sebagai berikut; “Mayoritas mutakallimin berpendapat bahwa seseungguhnya ‘cinta’adalah salah satu bagian dari keinginan. Yang hanya berhubungan dengan maksud 1 Al-Alusi, Ruh} al- Ma‘ani fi Tafsir al-Qur’an al-‘Az}im wa Sab‘i Mathani, juz 3 Beirut: Dar al-Ih}ya, tth, 129. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 62 dan manfaat dan mustahil berhubungan langsung dengan Allah Ta’ala dan sifat- Nya”. 2 Sementara yang dimaksud di sini adalah keinginan seorang hamba yang hanya mengkhususkan untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Adapun dalam bab Ithlaqu al Malzum wa Iradati al Lazim atau dalam bab Majaz Isti’arah yang mengikutinya bahwa sesungguhnya menyerupai keinginan seorang hamba pada hal tersebut dan mencintainya akan cenderung membawa si pecinta kepada yang dicintainya. Dengan sebuah kecenderungan yang tidak menoleh kepada selainnya. Atau dari bab Majaz Naqshi yakni jika kamu suka taat kepada Allah Ta’ala atau kembali kepada Allah maka ikutlah denganku dalam segala hal yang aku perintahkan dan aku larang. Dikatakan, ini adalah perbedaan madzhab ulama-ulama Hadits dan beberapa kelompok. Dan mereka berkata: Hakikat cinta adalah berhubungan dengan dzat Allah. Dan orang yang sempurna imannya hendaknya mencintai Alah murni karena dzat-Nya. Dan adapun cinta karena pahala-Nya maka baginya derajat yang rendah. Imam Ghazali berkata dalam kitab ‘Al-Ihya’’: “Cinta diibaratkan seperti kecenderungan watak seseorang terhadap sesuatu yang berlawanan. Maka ketika kecenderungan tersebut semakin kokoh dan kuat maka dinamakan ‘rindu’. Dan kebencian diibaratkan seperti menjauhnya watak dari hal-hal yang menyakiti. Dan ketika sema kinkuat maka dinamakan ‘sangat benci’. Dan tidak disangka-sangka bahwa cinta tidak dibatasi oleh kelima panca indera. Dikatakan bahwa Allah Ta’ala 2 Ibid .., 129