PENGGUNAAN TOKEN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PERCAYAAN DIRI DALAM BERAKTIVITAS DI SEKOLAH PADA SISWA DI TK AT-TAQWA BANDAR JAYA BARAT TAHUN AJARAN 2014/2015

(1)

ABSTRAK

PENGGUNAAN TOKEN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN

PERCAYAAN DIRI DALAM BERAKTIVITAS DI SEKOLAH PADA SISWA DI TK AT-TAQWA BANDAR JAYA BARAT TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh

ANNISA FITRIANA

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya kepercayaan diri siswa dalam beraktivitas di sekolah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah token ekonomi dapat meningkatkan percaya diri dalam beraktivitas di sekolah pada siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam beraktivitas di sekolah menggunakan token ekonomi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra eksperimental dengan desain one-group pre-test and post-test design. Subjek dalam penelitian ini adalah 6 anak yang memiliki kepercayaan diri dalam beraktivitas di sekolah yang rendah. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik observasi.

Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan percaya diri dalam beraktivitas di sekolah setelah diterapkan token ekonomi, hal ini ditunjukkan dari hasil analisis data dengan menggunakan uji Wilcoxon, berdasarkan hasil perhitungan skor antara pre-test dan post-test diperoleh Zhitung< Ztabel (-2,214 < 0) maka, Ho ditolak dan Ha diterima,

yang artinya penggunaan token ekonomi dapat meningkatkan kepercayaan diri dalam beraktivitas di sekolah pada siswa di TK At-Taqwa Bandar Jaya Barat Tahun Ajaran 2014/2015.

Saran yang diberikan adalah : (1) Kepada guru, hendaknya senantiasa menciptakan situasi yang penuh penghargaan dalam setiap pencapaian yang diperolah anak. (2) Kepada orang tua, hendaknya menjalin komunikasi aktif terhadap pihak sekolah agar dapat bekerjasama secara efektif guna memantau dan mengoptimalkan perkembangan anak. (3) Kepada para peneliti, hendaknya dapat mengembangkan penelitian terkait pengoptimalan perkembangan anak lainya dengan menggunakan token ekonomi maupun pendekatan behavioral lainnya.


(2)

PENGGUNAAN TOKEN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DALAM BERAKTIVITAS DI SEKOLAH PADA SISWA DI TK AT-TAQWA BANDAR JAYA BARAT TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh

ANNISA FITRIANA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(3)

PENGGUNAAN TOKEN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DALAM BERAKTIVITAS DI SEKOLAH PADA SISWA DI TK AT-TAQWA BANDAR JAYA BARAT TAHUN AJARAN 2014/2015

(Skipsi)

Oleh

ANNISA FITRIANA

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian ... 11

Gambar 2. One-Group Pre-test and Post-test Design ... 52

Gambar 3. Grafik peningkatan percaya diri anak ... 76

Gambar 4. Grafik peningkatan skor pre-test hingga post-test akhir ... 78

Gambar 5. Grafik peningkatan skor pre-test hingga post-test akhir ... 79

Gambar 6. Grafik peningkatan skor pre-test hingga post-test akhir ... 81

Gambar 7. Grafik peningkatan skor pre-test hingga post-test akhir ... 83

Gambar 8. Grafik peningkatan skor pre-test hingga post-test akhir ... 84


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

SANWACANA ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 5

C.Batasan Masalah ... 6

D.Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

G.Kerangka Pikir ... 8

H.Hipotesis ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Percaya Diri dalam Bimbingan Pribadi ... 12

1. Bidang Bimbingan Pribadi ... 14

2. Pengertian Percaya Diri ... 16

3. Pembentukan Percaya Diri ... 19

4. Pengaruh Percaya Diri terhadap Tugas Perkembangan ... 21

5. Ciri-ciri Anak yang Percaya Diri dan Kurang Percaya Diri ... 23

6. Upaya Mengembangkan Percaya Diri pada Anak ... 28

B.Token Ekonomi ... 31

1. Token Ekonomi dalam Layanan Bimbingan dan Konseling ... 31

2. Pengertian Token Ekonomi ... 32

3. Langkah-langkah dalam Mendirikan Token Ekonomi ... 34

4. Implementasi Program Token Ekonomi ... 44

5. Kelebihan dan Kelemahan Token Ekonomi ... 46

C.Penggunaan Token Ekonomi Untuk Meningkatkan Percaya Diri Pada Anak ... 47


(6)

III. METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 51

B.Metode Penelitian ... 51

C.Subjek Penelitian ... 53

D.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 54

1. Variabel Penelitian ... 54

2. Definisi Operasional Variabel ... 55

E. Metode Pengumpulan Data ... 56

F. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 58

1. Uji Validitas ... 58

2. Uji Reliabilitas ... 59

G.Teknik Analisis Data ... 60

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 62

1. Gambaran Hasil Pra Token Ekonomi ... 62

2. Pelaksanaan Kegiatan Token Ekonomi ... 64

3. Data Hasil Penelitian ... 68

4. Deskripsi Hasil Penelitian ... 74

5. Uji Hipotesis ... 86

B.Pembahasan ... 88

V. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 92

1. Kesimpulan Statistik ... 92

2. Kesimpulan Penelitian ... 92

B.Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Blue Print observasi percaya diri dalam beraktivitas ... 94

Lampiran 2. Hasil penilaian para ahli terhadap indikator, deskripsi, dan kompetensi dari kisi-kisi instrumen observasi percaya diri dalam beraktivitas di Sekolah ... 98

Lampiran 3. Hasil uji validitas ... 101

Lampiran 4. Uji coba koefisien kesepakatan ... 103

Lampiran 5. Lembar observasi percaya diri anak ... 107

Lampiran 6. Desain program token ekonomi ... 109

Lampiran 7. Tahap pelaksanaan penelitian ... 114

Lampiran 8. Pre-test ... 115

Lampiran 9. Post-test ... 116


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Subyek penelitian ... 54

Tabel 2.Kisi-kisi checklist ... 57

Tabel 3. Data anak yang memiliki kepercayaan diri rendah ... 63

Tabel 4. Kriteria tingkat percaya diri ... 74

Tabel 5. Hasil pre-test dan post-test dalam penerapan token ekonomi ... 75

Tabel 6. Tabel kerja perhitungan pre-test dan post-test ... 75

Tabel 7. Pengurutan data hasil pre-test dan post-test ... 87


(9)

(10)

(11)

(12)

MOTO

Alloh tidak akan memberi cobaan diluar kemampuan hamba-Nya Tapi mungkin Alloh akan memberi cobaan diluar dugaan hamba-Nya

Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka pasti azab-Ku

sangat berat (QS. Ibrahim : 7)


(13)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmaanirrohiim

Dengan penuh rasa syukur atas terselesaikannya penulisan skripsi ini

Kupersembahkan karya ini kepada :

Kedua orang tuaku tersayang

yang selalu mendukung dan mendoakan langkahku

Adik-adikku yang selalu menjadi motivasiku

untuk selalu berusaha menjadi contoh yang baik


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir tanggal 06 April 1993 di Kota Metro, Provinsi Lampung. Anak pertama dari empat bersaudara, dari Bapak Ahmad Pata Yulianto dan Ibu Siti Mulyani.

Penulis menempuh pendidikan formal yang diawali dari : TK Pertiwi Metro diselesaikan tahun 1999; SD Kristen Bandar Jaya diselesaikan tahun; SMP Negeri 1 Terbanggi Besar diselesaikan tahun 2005; kemudian melanjutkan ke SMA Negeri 1 Terbanggi Besar lulus tahun 2011.

Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selanjutnya, pada tahun 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktik Layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah (PLBK-S) di SMA Negeri 1 Sumberejo, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus.


(15)

SANWACANA

Alhamdulillahirrabbil’aalamin, Puji syukur kehadirat Alloh SWT atas rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”Penggunaan Token Ekonomi untnuk Meningkatkan Percaya Diri dalam Beraktivitas di Sekolah pada Siswa di TK At-Taqwa Bandar Jaya Barat Tahun Ajaran 2014/2015”. Adapun maksud penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Lampung. Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung yang telah memberikan izin bagi penulis untuk mengadakan penelitian.

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan Konseling sekaligus selaku dosen pembahas pada penulisan skripsi ini, yang telah banyak memberikan masukan, kritik dan saran yang membangun.

4. Bapak Drs. Giyono, M.Pd., selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan masukan dan mengarahkan demi terselesaikannya skripsi ini. .


(16)

Terima kasih atas masukan dan saran-saran pada seminar terdahulu sampai menuju ujian akhir.

5. Ibu Ranni Rahmayanthi Z, S.Pd., M.A. selaku Pembimbing Dua yang telah memberikan masukan dan mengarahkan demi terselesaikannya skripsi ini. . Terima kasih atas masukan dan saran-saran pada seminar terdahulu sampai menuju ujian akhir, serta selamat melanjutkan pendidikan ke jenjang S3 semoga ilmu yang diperoleh kelak senantiasa bermanfaat bagi kami.

6. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling, terimakasih atas didikannya selama kurang lebih empat tahun perkuliahan. Semoga apa yang bapak dan ibu berikan dapat bermanfaat bagi kehidupan peneliti di masa depan.

7. Bapak dan Ibu staf dan karyawan FKIP Unila, terimakasih atas bantuannya selama ini dalam menyelesaikan segala keperluan administrasi kami.

8. Ibu Suliyem, S.Pd., selaku kepala TK At-Taqwa Bandar Jaya Barat yang telah berkenan memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 9. Kepada Mbak Hikmah, Mbak Lela, Mbak Tum, Mbak Eva serta semua guru

di TK At-Taqwa Bandar Jaya Barat yang selalu membantu dan berbagi keceriaan selama penelitian.

10. Kepada Deva, Kevin, Rendi, Selfi, Afgan, Faran, serta siswa-siswi kelas B3 yang telah banyak membentu.

11. Kepada Ayah yang selalu berusaha memberikan dukungan dan kepercayaannya kepadaku. Mama yang selalu menjadi teladan, tempat berbagi cerita, dan pendidik yang luar biasa. Terima kasih atas segala dukungan dan doa yang selalu tercurahkan.


(17)

12. Untuk Wahyu, Dinda, dan Zahra adik-adikku yang selalu menjadi motivasiku untuk selalu berusaha agar dapat menjadi contoh yang baik, yang selalu menjadi tempatku berbagi.

13. Untuk Aa terima kasih untuk kesabaran, dukungan dan do’anya.

14. Sahabat-sahabatku : Mamah, Melly, Jeje, Ika, Nindy, Liana. Kalian saudaraku teman terimaksaih atas semua warna warni kebersamaan kita.

15. Seluruh teman-teman seperjuangan angkatan 2011 yang selalu menjadi tempat berbagi suka duka selama kuliah.

16. Mbak Ana uhibuki fillah, denganmu aku merasa menjadi seorang adik. Terima kasih banyak untuk semuanya.

17. Teman-teman PPL dan KKN Sumberejo. Pipain, Selemet, Azhar, Ajeng, Emak, Ipeh, Susai, Arvai, Mas Jivi, Kalian membuat semuanya terasa indah , mudah dan berwarna kawan, kebersamaan itu tak kan terlupa.

18. Gengs Asrama Andika : Leha, Fitri bumil, Terrr, Erni, Mbak Wenda, Siti, Ayu oke. Terima kasih banyak untuk kebersamaannya selama 3 tahun tanpa ribut sekalipun.

19. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga ALLAH SWT akan memberikan balasan terbaik.

Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis


(18)

1. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Taman Kanak-kanak merupakan suatu media peralihan bagi anak antara lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat yang lebih luas, yaitu sekolah dasar dan lingkungan lainnya. Sebutan “Taman” pada Taman Kanak-kanak mengandung makna “tempat yang indah, aman, nyaman, dan menggembirakan” untuk bermain dan bersosialisasi dengan teman sebayanya, sehingga pelaksanaan kegiatannya harus mampu menciptakan lingkungan bermain yang indah, aman dan nyaman, serta menggembirakan sebagai wahana tumbuh kembang anak.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 14 menyatakan pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membentuk pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan dari diri seorang anak adalah seberapa jauh anak diberi kebebasan atau kesempatan untuk mengekspresikan ide-idenya, dihargai hasil karya atau prestasinya, didengar isi hatinya, tidak ada paksaan


(19)

atau tekanan terhadap dirinya, dan mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan tingkat usia dan perkembangan jiwanya.

Adapun pendidikan dalam masa anak-anak bukanlah pendidikan yang menekankan pada belajar mengenai akademik, tetapi lebih diarahkan pada dunia bermain. Sebab, anak-anak belajar dari segala kegiatan yang mereka lakukan. Keberhasilan proses pembelajaran pada anak usia TK ini ditandai dengan tercapainya pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal dan dengan hasil yang mampu menjembatani anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan perkembangan berikutnya.

Untuk dapat dikatakan mencapai perkembangan yang optimal, seorang anak harus dapat melakukan tugas perkembangannya dengan baik. Erikson (Santrock, 1995:40) menjelaskan mengenai tahap-tahap perkembangan psikososial manusia, yaitu : (a) trust versus mistrust; (b) autonomy versus shame and doubt; (c) initiative versus guilt; (d) industry versus inferiority; (e) identity versus identity confusion; (f) intimacy versus isolation; (g) generativity versus stagnation; (h) integrity versus despair.

Pada usia prasekolah, tugas perkembangan yang harus diemban seorang anak adalah belajar untuk mandiri sekaligus memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu, serta punya gagasan (inisiative) tanpa terlalu banyak melakukan kesalahan. Mandiri berarti anak mulai merasa mampu untuk bertindak sendiri, serta berani bereksplorasi terhadap lingkungannya, dan inisiatif berarti memiliki tanggapan positif terhadap tantangan dunia luar, bertanggung jawab serta mempelajari kemampuan-kemampuan baru, dan merasa punya tujuan.


(20)

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan di TK at- Taqwa Bandar Jaya Barat, terdapat beberapa kendala yang terjadi pada anak dalam proses melewati fase tersebut, seperti anak tidak mau ditinggal saat bersekolah (selalu lekat pada orang tua atau pengasuhnya), menolak saat diminta untuk maju ke depan kelas seorang diri (untuk menyanyi / bercerita), kurang kreatif, anak terlihat kurang bersemangat atau antusias saat mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), bahkan ada yang enggan berkomunikasi dengan anak lain (tampak malu-malu).

Menurut Adywibowo (2010), permasalahan tersebut merupakan ciri dari rendahnya percaya diri pada anak. Padahal melalui rasa pecaya diri yang tinggi, anak belajar untuk berpandangan positif terhadap sesuatu, tidak mudah menyerah, siap dengan segala sesuatu yang akan terjadi, yakin mampu menyelesaikan masalah, yakin mampu mencapai target yang ditentukan serta mampu bangkit kembali setelah jatuh.

Hal ini didukung oleh pendapat Rahayu (2013 : 8) yang menyatakan bahwa : “Sesungguhnya anak usia TK merupakan sosok individu psikososiobudaya, yakni masa dimana anak sedang mengalami proses perkembangan yang fundamental bagi kehidupan selanjutnya dan memiliki berbagai potensi serta karakteristik tertentu untuk dioptimalkan. Masa ini merupakan masa terpenting untuk membentuk kepercayaan diri”.

Dari pemaparan diatas, dapat terlihat betapa pentingnya percaya diri untuk dimiliki oleh anak. Hal tersebut dikarenakan anak yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi akan merasa nyaman dengan dirinya sendiri, merasa yakin akan potensi yang ada dalam dirinya, memandang dunia dari sudut pandang positif dan tumbuh menjadi sosok individu yang kreatif. Dengan


(21)

demikian, anak dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik kepada orang lain, tidak akan merasa ragu dalam bereksplorasi terhadap lingkungannya serta senang mempelajari kemampuan-kemampuan baru. Sedangkan anak yang kurang percaya diri akan merasa minder dalam bersosialisasi, takut untuk mengungkapkan gagasannya, tampak malu-malu saat berinteraksi dengan orang lain, serta kurang kreatif.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan guna meningkatkan kepercayaan diri anak (peserta didik) adalah dengan melakukan layanan bimbingan berupa pemberian penguatan (reinforcement) pada anak dengan menggunakan token ekonomi. Token ekonomi merupakan metode yang dirasa tepat guna mendorong anak mengembangkan percaya dirinya, karena token ekonomi merupakan suatu wujud modifikasi perilaku yang dirancang dalam rangka membimbing anak guna meningkatkan perilaku yang diinginkan yaitu kepercayaan diri dan pengurangan terhadap perilaku yang tidak diinginkan yaitu rendahnya kepercayaan diri, dengan menggunakan token (tanda-tanda) sebagai penguatan terhadap perilaku yang diinginkan pada anak. Sebab, pada usia ini anak menganggap semua hal yang baik akan mendapatkan hadiah dan membuat orang lain senang. Oleh karena itu, anak senang jika diberikan pujian atau hadiah (Hurlock, 1980 : 123).

Hal ini didukung oleh pendapat Nuryanti (2008 : 66) yang menyatakan bahwa salah satu peran guru di sekolah yaitu menciptakan situasi yang penuh penghargaan sehingga anak mengembangkan rasa percaya diri dan konsep diri tentang diri dan kemampuannya. Tujuan dalam prosedur token ekonomi adalah


(22)

untuk mengubah motivasi eksterinsik menjadi motivasi interinsik. diharapkan dengan menggunakan prosedur ini, perolehan tingkah laku yang diinginkan akhirnya dengan sendirinya dapat menjadi cukup mengganjar bagi anak untuk memelihara tingkah laku yang baru tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian menggunakan token ekonomi untuk membantu meningkatkan percaya diri dalam beraktivitas di sekolah pada siswa di TK At-Taqwa Bandar Jaya Barat tahun ajaran 2014/2015, mengingat pentingnya percayaan diri bagi pemenuhan tugas perkembangan anak dalam fase peralihan dari lingkungan keluarga menuju lingkungan masyarakat yang lebih luas (sekolah dan teman sebaya).

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka identifikasi masalah yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu:

1. Adanya siswa yang tampak malu untuk bermain dengan temannya.

2. Ditemukan siswa yang tidak mau dan menangis saat ditinggalkan orang tuanya ketika bersekolah.

3. Adanya siswa yang mudah menangis saat kesulitan dalam melakukan instruksi yang diberikan oleh guru.

4. Ada siswa yang suka meniru hasil karya temannya.

5. Ditemukan siswa yang menolak dan berbicara dengan terbata-bata ketika mengungkapkan pendapat.


(23)

7. Adanya siswa yang enggan berkomunikasi dengan guru ataupun temannya (tampak malu).

C.Batasan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah “Pengunaan token ekonomi untuk meningkatkan percaya diri dalam beraktivitas di sekolah pada siswa di TK At-taqwa Bandar Jaya Barat tahun pelajaran 2014/2015”

D.Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian adalah rendahnya kepercayaan diri siswa dalam beraktivitas di sekolah. Adapun permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah “Apakah penggunaan token ekonomi dapat meningkatkan percaya diri dalam beraktivitas di sekolah pada siswa di TK At-Taqwa Bandar Jaya Barat tahun pelajaran 2014/2015?”.

E.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam beraktivitas di sekolah menggunakan token ekonomi pada siswa di TK At-Taqwa Bandar Jaya Barat Tahun Ajaran 2014/2015.

2. Manfaat Penelitian


(24)

1. Secara teoritis

Sebagai bahan kajian dalam mengembangkan ilmu pendidikan terutama dalam bimbingan dan konseling tentang pelaksanaan metode token ekonomi.

2. Secara praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi para guru kelas

dalam memberikan bantuan yang tepat terhadap para siswa untuk meningkatkan percaya dirinya.

b. Dapat di jadikan suatu sumbangan informasi, pemikiran bagi guru kelas, peneliti selanjutnya dan tenaga kependidikan lainnya dalam penggunaan token ekonomi untuk meningkatkan percaya diri siswa dalam beraktivitas.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini agar penelitian ini lebih jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan, diantaranya adalah: 1. Ruang lingkup ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu bimbingan dan konseling.

2. Ruang lingkup objek

Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah penggunaan token ekonomi dalam meningkatkan percaya diri siswa dalam beraktivitas di sekolah yang diberikan oleh guru pembimbing (guru kelas).


(25)

3. Ruang lingkup subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa TK At-Taqwa Bandar Jaya Barat Tahun 2014/2015 yang rendah percaya diri dalam beraktivitas di sekolah. 4. Ruang lingkup wilayah

Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah TK At-Taqwa Bandar Jaya Barat.

5. Ruang lingkup waktu

Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilakukan pada tahun pelajaran 2014/2015.

G.Kerangka Pikir

Percaya diri merupakan aspek yang harus menjadi prioritas untuk dikembangkan pada masa kanak-kanak. Sebab, melalui kepercayaan diri yang mantap akan menimbulkan keyakinan dan keberanian anak untuk dapat beraktivitas, seperti bermain dan mecoba berbagai hal baru guna bereksplorasi terhadap lingkungannya, serta mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya.

Adywibowo (2010:40) menyatakan bahwa percaya diri (self confidence) adalah keyakinan seseorang akan kemampuan yang dimiliki untuk menampilkan perlaku tertentu atau untuk mencapai target tertentu. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, maka anak akan dapat mempelajari kemampuan-kemampuan yang harus dikuasai sesuai dengan target tugas perkembangannya tanpa halangan yang berarti.


(26)

Adapun kepercayaan diri bukanlah hal yang dibawa anak sejak lahir, melainkan merupakan hasil dari proses belajar lingkungan. Jika lingkungan mendukung dan mengapresiasi anak untuk belajar mengembangkan potensi dan menghargai dirinya sendiri, maka anak akan tumbuh menjadi individu yang percaya diri. Untuk itu, diperlukan adanya suatu upaya berupa pemberian layanan bimbingan bagi pribadi anak untuk dapat meningkatkan kepercayaan dirinya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Prayitno (1994 : 49) bahwa :

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri; dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Melalui pemberian layanan bimbingan, maka akan dapat dilakukan proses pengkondisian berupa pembentukan lingkungan yang dapat disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Kholberg (Hurlock, 1980 : 123) menyatakan bahwa tahap perkembangan yang terjadi pada masa awal kanak-kanak adalah moralitas prakonvensional, yaitu pada tahap pertama anak berorientasi patuh-dan-hukuman dalam arti ia menilai benar dan salahnya perbuatan berdasarkan akibat-akibat fisik dari perbuatan itu. Dalam tahap kedua, anak-anak akan menyesuaikan diri dengan harapan sosial agar memperoleh pujian.

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa pada tahap moralitas prakonvensional anak akan mengalami fase pengenalan dan pengertian terhadap dirinya dan orang lain (lingkungannya). Ia akan menanggapi apa yang didengar, dilihat, dan dirasakan, senang melanggar aturan, memamerkan diri,


(27)

dan memaksa keinginan. Namun anak mudah didorong untuk berbuat baik, karena ia mengharapkan hadiah (pujian) dan menghindari hukuman.

Berdasarkan pernyataan diatas, maka token ekonomi merupakan suatu metode yang sangat tepat untuk digunakan dalam rangka mengembangkan kepercayaan diri anak. Sebab, token ekonomi atau tabungan kepingan adalah pemberian satu kepingan (satu tanda) sesegera mungkin setiap kali setelah perilaku sasaran muncul. Kepingan-kepingan ini nantinya dapat ditukar dengan benda atau aktivitas pengukuh yang diingini oleh subyek (Santrock, 1995:128).

Melalui penerapan metode token ekonomi, dengan memanfaatkan hadiah (reinforcer) yang diinginkan oleh anak, diharapkan anak dapat memotivasi dirinya untuk menumbuhkan keyakinan akan segenap potensi yang dimilikinya sehingga anak akan tumbuh menjadi sosok yang percaya diri.

Penelitian terdahulu yang membahas mengenai penerapan token ekonomi untuk meningkatkan perilaku yang diharapkan pada anak telah sering dilakukan. Salah satunya adalah penelitian Melinda (2012) yang telah membuktikan bahwa token ekonomi dapat meningkatkan kepercayaan diri dalam belajar pada anak usia dini.

Dari penjabaran tersebut, maka dapat dikatakan bahwa penggunaan metode token ekonomi dapat meningkatkan percaya diri siswa. Berdasarkan uraian di atas kerangka pikir dalam penelitian ini sebagai berikut :


(28)

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

H.Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, dan kerangka pikir, maka hipotesis statistik penelitian ini sebagai berikut :

Ha : Penggunaan token ekonomi dapat meningkatkan percaya diri dalam beraktivitas di sekolah pada siswa di TK At-Taqwa Bandar Jaya Barat tahun ajaran 2014/2015.

Ho : Penggunaan token ekonomi tidak dapat meningkatkan percaya diri dalam beraktivitas di sekolah pada siswa di TK At-Taqwa Bandar Jaya Barat tahun ajaran 2014/2015.

Percaya diri anak dalam beraktivitas di

sekolah rendah

Percaya diri anak dalam beraktivitas di

sekolah meningkat Diterapkan token


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Percaya Diri dalam Bimbingan Pribadi

Layanan bimbingan dan konseling merupakan suatu bentuk layanan oleh manusia, dari manusia dan untuk manusia. Dalam arti penyelenggara kegiatan tersebut adalah manusia dengan segenap derajat, martabat dan keunikan masing-masing yang terlibat di dalamnya, adapun pelayanan tersebut diselenggarakan berdasarkan hakikat keberadaan manusia dengan segenap dimensi kemanusiaannya, dengan tujuan menjadikan manusia seutuhnya yang dapat berperan dengan baik dalam kehidupan pribadinya maupun berkelompok.

Peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sebab, keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah memegang peranan penting guna mengembangkan segenap aspek potensi yang ada dalam diri peserta didik, serta membantu pesarta didik dalam mengatasi kelemahan, hambatan, serta masalah yang dihadapinya.

Chiskolm (Prayitno, 1994 : 94) menyatakan bahwa bimbingan membantu setiap individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri.


(30)

Pernyataan tersebut selaras dengan pendapat Smith (Prayitno, 1994 : 94) yang mengungkapkan bahwa:

Bimbingan sebagai proses layanan yang diberikan kepada individu-individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana, dan intepretasi-intepretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang baik.

Jadi, melalui pemberian layanan bimbingan, peserta didik diharapkan mampu untuk menjadi individu yang dapat memahami potensi dirinya dengan baik, serta dapat tumbuh menjadi sosok pribadi yang mandiri. Mandiri dalam hal ini berarti peserta didik mampu memahami dan mengembangkan segenap aspek potensi yang ada dalam dirinya, sehingga dapat menentukan dan menjalani perannya dengan baik dalam berkehidupan secara individu maupun bermasyarakat.

Berdasarkan penjelasan mengenai bimbingan dan konseling, maka dapat terlihat betapa pentingnya peranan bimbingan dalam kehidupan individu, terutama pada masa prasekolah (kanak-kanak) dalam pembentukan percaya dirinya. Sebab, pada masa ini seorang individu untuk pertama kalinya mulai beralih dari lingkungan keluarga menuju lingkungan bermasyarakat yang lebih luas. Apabila sorang anak tidak dibimbing untuk dapat mengembangkan kepercayaan dirinya, tentu ia akan mengalami hambatan dalam mengenali dan mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, serta mengalami kesulitan dalam berinteraksi terhadap lingkungan sosialnya.


(31)

1. Bidan Bimbingan

Secara khusus, pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi, sosial, belajar, dan kerier. Dengan demikian, terdapat empat bidang yang menjadi pusat garapan konselor dalam upaya membantu konseli mengembangkan segenap potensi dalam dirinya serta membantu konseli menemui arah pemecahan masalah yang dialaminya.

Bilamana isi pelayanan bimbingan terutama mengenai hal-hal menyangkut studi akademik, digunakan istilah bimbingan belajar. Bilamana isi pelayanan bimbingan terutama mengenai hal-hal yang menyangkut perencanaan jabatan, digunakan istilah bimbingan karier. Bila isi pelayanan bimbingan terutama mengenai hal-hal yang menyangkut keadaan batinnya sendiri dan kejasmaninannya sendiri, atau mengenai hal-hal yang menyangkut hubungan dengan orang lain digunakan istilah bimbingan pribadi-sosial. Kalau perhatian khusus diberikan pada hal-hal yang menyangkut keadaan dirinya sendiri, dapat digunakan istilah bimbingan pribadi, kalau perhatian khusus diberikan pada hal yang menyangkut hubungan dengan orang lain, dapat digunakan istilah bimbingan sosial. Winkel (Sukardi, 2008 : 52-53)

Selaras dengan pendapat Winkel (Sukardi, 2008 : 45) menjelaskan tujuan khusus dari berbagai aspek bidang bimbingan dan konseling sebagai berikut :

a. Dalam aspek tugas perkembangan pribadi sosial

1) Memiliki kesadaran diri, yaitu menggambarkan penampilan dan mengenal kekhususan yang ada pada dirinya.

2) Dapat mengembangkan sikap positif, seperti menggabarkan orang-orang yang mereka senangi.

3) Membuat pilihan secara sehat. 4) Mampu menghargai orang lain. 5) Memiliki rasa tanggung jawab.

6) Mengembangkan keterampilan antarpribadi. 7) Dapat menyelesaikan konflik.

8) Dapat membuat keputusan secara efektif. b. Dalam aspek tugas perkembangan belajar

1) Dapat melaksanakan keterampilan atau teknik belajar secara efektif.


(32)

3) Mampu belajar secara efektif.

4) Memiliki keterampilan dan kemampuan dalam menghadapi evaluasi/ujian.

c. Dalam aspek tugas perkembangan karier

1) Mampu membentuk identitas karier, dengan cara mengenali pekerjaan didalam lingkungan kerja.

2) Mampu merencanakan masa depan.

3) Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karier.

4) Mengenal keterampilan, kemampuan, dan minat.

Berdasarkan ulasan dari berbagai pendapat para ahli, maka diketahui bahwa pelayanan bimbingan dan konseling dalam bidang bimbingan pribadi-sosial dapat digunakan untuk meningkatkan percaya diri anak. Sebab dalam bidang bimbingan tersebut menekankan pada upaya pengembangan kemampuan anak dalam mengeksplorasi dan memahami segenap potensi yang ada pada dirinya serta mengembangkan kemampuannya untuk dapat beradaptasi berinteraksi terhadap lingkungan sosial bermasyarakatnya dengan baik.

Fungsi Bimbingan

Fungsi dapat diartikan sebagai kegunaan ataupun manfaat dan keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh melalui diselenggarakannya pelayanan bimbingan dan konseling. Prayitno (1994 : 194) menjelaskan berbagai fungsi bimbingan dan konseling sebagai berikut :

a. Fungsi pemahaman

Memungkinkan pihak-pihak yang berkepentingan dengan peningkatan perkembangan dan kehidupan klien memahami berbagai hal yang esensial berkenaan dengan pengembangan dan kehidupan klien. b. Fungsi pencegahan

Memungkinkan terhindarnya individu dari akibat yang tidak menguntungkan, yaitu akibat dari hal-hal yang berpotensi sebagai sumber permasalahan.

c. Fungsi pengentasan

Memungkinkan teratasinya masalah klien, sehingga masalah-masalah itu tidak lagi menjadi hambatan ataupun menimbulkan kerugian tertentu atas perkembangan dan kehidupan klien.


(33)

d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan

Merupakan fungsi untuk mencapai tujuan umum pelayanan, yaitu memelihara dan memperkembangkan potensi individu dalam keempat dimensi kemanusiaannya.

Setiap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan haruslah secara langsung mengacu pada salah satu atau beberapa fungsi tersebut, hal ini sangat bermanfaat agar hasil yang hendak dicapai dari pelaksanaan kegiatan tersebut secara jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi.

Adapun guna meningkatkan percaya diri anak, maka fungsi utama yang berperan dalam kegiatan bimbingan ini adalah fungsi pemeliharaan dan pengembangan. Sukardi (2008 : 43) menyatakan bahwa dalam fungsi ini hal-hal positif dijaga agar tetap baik dan mantap. Dengan demikian, melalui fungsi ini anak akan terbantu untuk dapat memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan, sehingga anak akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri.

2. Pengertian Percaya Diri

Percaya diri merupakan hal utama yang harus dikembangkan pada masa kanak-kanak. Sebab, pada usia 4 hingga 6 tahun perkembangan anak ditandai dengan usaha untuk mencapai kemandirian dan sosialisasi, serta sudah memiliki rentang konsentrasi yang lebih lama. Dengan demikian, awal masa kanak-kanak merupakan masa yang ideal untuk mempelajari keterapilan tertentu. Hurlock (1980 : 111) menyatakan bahwa awal masa kanak-kanak dapat dianggap sebagai “saat belajar”, untuk belajar keterampilan. Adapun Rahayu (2013 : 18) mengungkapkan bahwa :


(34)

“Dalam perkembangan sosio-emosionalnya, anak sudah mengetahui diri sendiri dan berhubungan dengan orang lain yaitu teman sebaya dan orang dewasa, bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun orang lain, dan berprilaku sesuai dengan perilaku prososial”.

Untuk itu, dapat terlihat betapa pentingnya kepercayaan diri guna menunjang pelaksanaan tugas perkembangan anak, sebab kepercayaan diri merupakan salah satu modal dasar baginya untuk dapat bereksplorasi terhadap diri dan lingkungannya serta memelajari berbagai keterampilan-keterampilan baru. Sebelum berbicara lebih jauh mengenai percaya diri dan berbagai aspek yang ada di dalamnya, ada baiknya bagi kita untuk mengetahui arti dari percaya diri terlebih dahulu. Terdapat banyak ahli yang mendefinisikan mengenai kepercayaan diri. Diantaranya adalah Angelis (Rahayu, 2013 : 63) yang menyatakan bahwa:

“kepercayaan diri merupakan hal yang dengannya anak mampu menyalurkan segala sesuatu yang diketahui dan dikerjakannya. Kepercayaan diri juga dapat diartikan sebagai sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya”.

Berdasarkan pendapat diatas, percaya diri merupakan keyakinan dalam diri individu terhadap potensi yang dimilikinya. Adapun keyakinan individu akan segenap potensi yang dimiliki dapat terlihat dari sikap positif individu dalam menghadapi lingkungan dan situasi yang dialami individu tersebut.

Pendapat diatas didukung oleh Hasan dkk, (Iswidharmanjaya, 2004 : 13), mengatakan bahwa percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat memanfaatkannya secara tepat. Hakim (2005 : 6) juga memberikan pengertian


(35)

mengenai percaya diri sebagai suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.

Dengan demikian individu yang percaya diri akan selalu memandang hidupnya dari sudut pandang yang positif, optimis dalam melakukan semua aktivitasnya dan mempunyai tujuan yang realistik. Artinya, individu tersebut akan membuat tujuan hidup yang mampu untuk dilakukan, sehingga apa yang direncanakan dan dilakukan dengan keyakinan akan berhasil, atau akan mencapai tujuan yang ditetapkannya.

Selain itu, Maslow (dalam Iswidharmanjaya, 2004 : 14) menyatakan bahwa: “Percaya diri merupakan modal dasar untuk pengembangan dalam akulturasi diri (eksplorasi segala kemampuan dalam diri). Dengan percaya diri seseorang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Sementara itu, kurang percaya diri dapat menghambat pengembangan potensi diri. Jadi orang yang kurang percaya diri seorang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu dalam menyampaikan gagasan, bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membandingkan dirinya dengan orang lain.”

Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa percaya diri merupakan modal dasar dalam pengembangan diri individu, sebab dengan percaya diri individu akan optimis dalam menjalani hidupnya, mampu mengembangkan sikap positif terhadap diri dan lingkungannya, serta mengaktualisasikan dirinya.

Adapun kepercayaan diri dapat terlihat serta diamati dari sikap dan perilaku individu tersebut dalam menghadapi lingkungan dan situasi yang dialaminya. Dalam hal ini, bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten


(36)

dalam melakukan segala sesuatu seorang diri, tetapi ia memiliki kompetensi, yakin, mampu, dan percaya bahwa ia bisa. Sehingga individu berani untuk mencoba dan menghadapi berbagai situasi maupun hal baru yang diharapinya karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.

3. Pembentukan Percaya Diri

Percaya diri tidak mungkin terjadi begitu saja, melainkan terdapat suatu proses dalam pribadi seseorang sehingga terjadi pembentukan percaya diri. Fitri (2007) menyatakan bahwa pada usia 2-4 tahun merupakan masa pembentukan rasa percaya diri, kebanggaan dan dasar-dasar kemandirian pada anak. Dengan demikian, tugas utama orang tua, para pendidik, serta lingkungan bagi anak adalah membantu anak dalam upaya mengoptimalkan pembentukan kepercayaan dirinya melalui berbagai strategi dan pengkondisian.

Hurlock (1987 : 204) menyatakan bahwa penerimaan orang tua merupakan faktor mendasar bagi pembentukan percaya diri. Hal ini senada dengan pendapat Rini (2002) yang menyatakan bahwa meskipun banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, tetapi faktor pola asuh dan interaksi di usia dini merupakan faktor yang amat mendasar bagi pembentukan percaya diri.

Dengan demikian orang tua yang menunjukkan sikap penuh kasih, penerimaan, perhatian, serta kelekatan emosional yang tulus pada anak akan sangat membantu dalam pembentukan percaya diri anak. Berbeda dengan orang tua yang kurang memberikan perhatian pada anak, suka mengkritik, sering


(37)

memarahi, tidak memuji perbuatan baik anak, serta menunjukkan ketidakpercayaan terhadap kemampuan dan kemandirian anak dengan bersikap over-protective maka akan menghambat pembentukan percaya diri anak.

Selain dilatarbelakangi dari faktor dalam lingkungan keluarga, pembentukan percaya diri juga bersumber dari pengalaman-pengalaman pribadi yang dilalui sejak kecil. Keberhasilan dalam mengatasi suatu rintangan serta permasalahan, kesuksesan yang dicapai, dan kegembiraan akan sangat bermanfaat guna pembentukan percaya diri anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Lindenfield (Rahayu 2013 : 76) yang menyatakan bahwa beberapa faktor yang membangun kepercayaan diri anak, yakni cinta, rasa aman, model, peran, hubungan, kesehatan, sumber daya, dukungan, upah, dan hadiah.

Secara garis besar, Hakim (2005 : 6) menyebutkan bahwa terbentuknya percaya diri yang kuat terjadi melalui proses sebagai berikut :

a. Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai proses perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu.

b. Pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihannya.

c. Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan-kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau sulit menyesuaikan diri.

d. Pemahaman di dalam menjalani aspek kehidupan dengan menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua, interaksi sosial, serta permasalahan dan keberhasilan di usia dini merupakan faktor yang sangat mendasar dalam pembentukan percaya diri anak. Selain itu penilaian, pemahaman, serta reaksi anak terhadap segenap potensi maupun kelemahan yang ada pada dirinya akan berdampak pada perkembangan konsep


(38)

diri anak, sehingga hal ini juga akan sangat mempengaruhi pembentukan percaya dirinya.

4. Pengaruh Percaya Diri terhadap Tugas Perkembangan Anak

Periode awal masa kanak-kanak dimulai sebagai penutup masa bayi, yaitu usia dimana ketergantungan secara praktis telah dilewati diganti dengan tumbuhnya kemandirian dan berakhir di sekitar usia masuk sekolah dasar. Dengan demikian masa kanak-kanak awal atau yang biasa disebut dengan masa anak usia dini berlangsung mulai sekitar usia dua tahun dan berakhir hingga sekitar usia enam tahun. Hal ini selaras dengan pendapat Hurlock (1980 : 140) yang menyatakan bahwa awal masa kanak-kanak berlangsung dari dua sampai enam tahun.

Pada masa ini, terdapat berbagai tugas perkembangan yang harus diemban oleh anak. Erikson (Boeree, 2008) menjelaskan tugas perkembangan anak usia dini adalah sebagai berikut :

a) Otonomi vs perasaan malu dan ragu-ragu (berlangsung mulai usia 2 hingga 3 atau 4 tahun)

Pada tahap ini, jika anak diizinkan untuk mengeksplorasi dan mengubah lingkungannya, maka anak akan mengembangkan rasa mandiri dan ketidaktergantungan. Di lain pihak, anak dapat berkembang menjadi pemalu dan ragu-ragu jika terlalu dibatasi ruang eksplorasi lingkungan dan kemandirian. Anak akan cepat menyerah karena menganggap tidak mampu atau tidak seharusnya bertindak sendirian. Hal lain yang dapat menyebabkan anak jadi pemalu dan ragu adalah jika anak diberi kebebasan tanpa batas atau anak senantiasa dibantu untuk melakukan apa yang seharusnya dia pelajari sendiri sampai bisa.

b) Inisiatif vs kesalahan (berlangsung mulai usia 3 hingga 5 atau 6 tahun) Inisiatif berarti memiliki tanggapan positif terhadap tantangan dunia luar, bertanggung jawab dan mempelajari kemampuan-kemampuan baru, dan merasa punya tujuan. Anak-anak pada usia ini mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya sehingga menimbulkan


(39)

rasa ingin tahu terhadap segala hal yang dilihatnya. Mereka mencoba mengambil banyak inisiatif dari rasa ingin tahu yang mereka alami. Akan tetapi bila anak-anak pada masa ini mendapatkan pola asuh yang salah, mereka cenderung merasa bersalah dan akhirnya hanya berdiam diri. Sikap berdiam diri yang mereka lakukan bertujuan untuk menghindari suatu kesalahan-kesalahan dalam sikap maupun perbuatan.

Alport (Boere, 2008 : 379-398) dalam teori perkembangannya menjelaskan mengenai fungsi perkembangan yang muncul pada usia dini, yaitu:

1) Harga diri (berkembang di usia 2 sampai 4 tahun)

Pada tahap ini anak mulai menyadari bahwa dirinya bernilai bagi orang lain dan dirinya sendiri. Masalah ini sangat terkait dengan perkembangan kompetensi anak.

2) Citra diri (berkembang di usia 4 hingga 6 tahun)

Pada tahap ini anak beranggapan bahwa dirinya sebagaimana orang lain memandangnya. Pada tahap ini hati nurani, diri ideal dan persona juga mulai berkembang.

Berdasarkan berbagai pendapat diatas, diketahui bahwa terdapat berbagai aspek tugas perkembangan yang harus diemban oleh anak, seperti mengembangkan rasa mandiri dan ketidaktergantungan serta memiliki tanggapan positif terhadap tantangan dunia luar, bertanggung jawab dan mempelajari kemampuan-kemampuan baru dengan bereksplorasi terhadap diri dan lingkungannya. Pada anak usia dini, harga diri, hati nurani, diri ideal dan persona juga mulai berkembang.

Dengan demikian, dapat terlihat betapa pentingnya percaya diri untuk dimiliki oleh anak. Hal tersebut dikarenakan apabila anak tidak/kurang percaya diri maka ia tidak dapat melewati tugas perkembangannya dengan baik, sehingga akan tumbuh menjadi individu yang kuran mandiri dan bertanggung jawab, ragu-ragu dalam bertindak, memiliki tanggapan negatif terhadap tantangan, merasa rendah diri dan merasa memiliki citra diri negatif. Jika hal ini


(40)

dibiarkan, maka anak akan mengalami berbagai hambatan-hambatan dalam menghadapi tugas perkembangan berikutnya dan akan berdampak pada ketidakoptimalan dalam mengembangkan potensinya.

5. Ciri-ciri Anak yang Percaya Diri dan Kurang Percaya Diri

Percaya diri pada individu perlu dikenali sedini mungkin, sebab percaya diri merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi individu dalam menjalani tugas perkembangannya. Lie (Rahayu, 2013 : 68) menyatakan bahwa ciri-ciri anak yang percaya diri adalah sebagai berikut :

a. yakin pada diri sendiri

b. tidak terlalu bergantung kepada orang lain c. tidak ragu-ragu

d. merasa diri berharga e. tidak menyombongkan diri

f. memiliki keberanian untuk bertindak

Berdasarkan pendapat Lie tersebut, bahwa anak yang percaya diri akan merasa yakin terhadap kemampuan yang dimiliki, sehingga tidak mudah bergantung kepada orang lain dalam menyelesaikan tugas yang sesuai dengan tahap perkembangannya. Sebab anak merasa bahwa dirinya mampu, anak akan melaksanakan tugas dan aktivitasnya dengan penuh rasa tanggung jawab, serta merasa bangga terhadap hasil tugas yang telah diselesaikannya. Apabila anak mengalami kendala dalam menyelesaikan tugasnya, maka anak tidak akan takut dan ragu untuk bertanya kepada orang lain untuk belajar menyelesaikan tugasnya tersebut. Sebab, anak yang percaya diri akan memandang kelemahan sebagai hal yang wajar dimiliki oleh setiap individu, sehingga dirinya akan mengubah kelemahan yang dimiliki menjadi menjadi motivasi untuk mengembangkan kelebihannya dan tidak akan membiarkan kelemahannya


(41)

tersebut menjadi penghambat dalam mengaktualisasikan kelebihan yang dimilikinya.

Sedangkan menurut Rahayu (2013 : 63) yang mengungkapkan mengenai ciri-ciri anak yang percaya diri, yaitu :

a. berani melakukan sesuatu hal yang baik bagi dirinya sesuai dengan pengetahuan dan kemampuannya sendiri

b. mampu bertindak tanpa ragu

c. mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan tahap perkembangannya dengan baik

d. tidak tergantung pada orang lain

Berani dalam hal ini bukan berarti anak bertindak nekat dalam melakukan suatu perbuatan perbutan tanpa memikirkan konsekuensi dan bahaya yang akan timbul pada dirinya. Tetapi pada masa ini anak mengalami fase inisiatif, yakni anak memiliki tanggapan positif terhadap tantangan dunia luar, sehingga dalam menjalani aktivitasnya anak akan senantiasa mempelajari kemampuan-kemampuan baru serta bertanggung jawab terhadap perbuatanya, sebab anak merasa punya tujuan dengan menyadari segala potensi yang ada pada dirinya. Adapun depdiknas (2007 : 18) menuliskan indikator percaya diri pada anak usia 2 hingga 5 tahun, diantaranya berani dalam mengungkapkan perasaan, berani menampilkan kemampuan, menunjukkan kebanggaan atas hasil kerja, berani mengungkapkan pertanyaan atau pendapat, dan beraktivitas secara mandiri.

Rahayu (2013 : 70) juga menambahkan bahwa anak-anak yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi, umumnya adalah pribadi yang bisa dan mau


(42)

belajar, dapat mengendalikan perilaku mereka sendiri, dan berhubungan dengan orang lain secara efektif.

Dengan demikian anak yang percaya diri akan menunjukkan kemampuan dan keberaniannya dalam menyelesaikan tugas dan aktivitasnya sehari-hari. Kemampuan ini dapat terlihat dari perilakunya yang menunjukkan keberaniannya dalam mengungkapkan perasaan, pendapat, hasil kerja, serta kemampuannya. Anak yang percaya diri juga akan memiliki sikap peduli terhadap individu lain atau toleransi, mandiri, dan menjadi diri sendiri. Anak yang percaya diri bukan berarti hanya memahami dirinya sendiri sehingga mengabaikan individu lain, melainkan anak dapat menghargai dan memiliki kepedulian terhadap individu lain.

Selain ciri-ciri anak yang percaya diri, tentu terdapat pula ciri-ciri anak yang kurang percaya diri. Iswidharmanjaya (2004 : 31) menyebutkan bahwa

anak yang kurang percaya diri memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. tidak bisa menunjukkan kemampuan diri

b. kurang berprestasi dalam studi c. malu-malu canggung

d. tidak berani mengungkapkan ide-ide

e. cenderung hanya melihat dan menunggu kesempatan f. membuang-buang waktu dalam membuat keputusan g. rendah diri bahkan takut dan merasa tidak aman

h. apabila gagal cenderung untuk menyalahkan orang lain i. suka mencari pengakuan dari orang lain

Kurangnya percaya diri dapat menyebabkan anak kurang berprestasi dalam studi. Hal ini kemungkinan dikarenakan anak tidak menggali lebih jauh kemampuan yang dimiliki, dan tidak yakin dapat mengembangkan potensinya


(43)

dengan baik. Selain itu dapat pula disebabkan karena anak mudah menyerah terhadap hambatan yang ada.

Adapun Hakim (2005 : 8) menambahkan ciri-ciri siswa yang kurang percaya diri. Siswa yang kurang percaya diri biasanya menampakkan gejala merasa tidak yakin akan kemampuannya sehingga sering mencontek pekerjaan teman pada saat diberi tugas atau saat ujian, mudah cemas dalam situasi tertentu, dan grogi saat tampil di depan kelas.

Kurangnya rasa percaya diri juga dapat dilihat dari kecenderungan menarik diri. Kecenderungan menarik diri ini sudah dimulai sejak masa kanak-kanak, bahkan sejak bayi. Swallow (Hasan, 2012 : 166-167) membuat daftar tentang hal-hal yang biasanya dilakukan atau dirasakan oleh anak yang kurang percaya diri, yaitu sebagai berikut :

a. menghindari kontak mata b. tidak mau melakukan apa-apa

c. terkadang memperlihatkan perilaku mengamuk/temper tantrum. Hal ini dilakukan untuk melepaskan kecemasannya

d. tidak banyak bicara dan menjawab secukupnya saja e. tidak mau mengikuti kegiatan-kegiatan di kelas

f. tidak mau meminta pertolongan atau bertanya pada orang yang tidak dikenal

g. mengalami demam panggung

h. menggunakan alasan sakit agar tidak perlu berhubungan dengan orang lain, misalnya agar tidak perlu pergi ke sekolah

i. mengalami psikososmatik

j. merasa tidak ada yang menyukainya

Berdasarkan pendapat dari para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa anak yang memiliki keperayaan diri akan selalu bersikap optimis dalam segala hal, selalu bersikap tenang dalam menghadapi permasalahan, serta selalu bersikap positif juga berpikir positif terhadap dirinya dan orang lain. Anak yang percaya diri


(44)

juga akan memiliki kesadaran bahwa kegagalan dan kesalahan merupakan hal yang biasa dalam hidup dan tidak perlu untuk terlalu menyesali kegagalannya. Sedangkan ciri-ciri anak yang kurang percaya diri adalah tidak menunjukkan kemampuan diri, mudah cemas, gugup, malu-malu, menghindari kontak mata, mengalami demam panggung, dan cenderung bersikap pasif dalam berbagai kegiatan, serta mengalami psikosomatik. Selain itu, anak yang kurang percaya diri juga mudah putus asa, tidak menjadi diri sendiri, tergantung pada orang lain, berpandangan negatif, suka menyendiri dari kelompok yang dianggapnya lebih dari dirinya, dan kurang berinisiatif.

Liendenfield (Rahayu, 2013 : 65-66) membagi dua jenis kepercayaan diri, yaitu kepercayaan diri batin dan kepercayaan diri lahir. Adapun ciri-ciri dari kepercayaan diri batin dan kepercayaan diri lahir menurut Liendenfield adalah sebagai berikut :

1) Empat ciri utama kepercayaan diri batin yang sehat meliputi :

a) Citra diri, yaitu orang memiliki kepercayaan diri untuk mencintai diri sendiri dan cinta diri yang tidak dirahasakan. Dengan unsur kepercayaan diri batin ini, anak-anak menjadi bangga dengan sifat baik mereka dan memusatkan diri untuk memanfaatkannya sebaik mungkin.

b) Pemahaman diri, yaitu anak yang memiliki pemahaman diri yang baik akan menyadari kekuatan mereka, tumbuh dengan kesadaran yang mantap tentang identitas sendiri, dan terbuka untuk menerima umpan balik dari orang lain.

c) Tujuan yang jelas, yaitu orang yang memiliki kepercayaan diri selalu mengetahui tujuan hidupnya karena mereka mempunyai pikiran yang jelas mengapa melakukan tindakan tertentu dan mereka tahu hasil apa yang bisa diharapkan.

d) Berpikir positif, yaitu orang yang memiliki kepercayaan diri merupakan teman yang menyenangkan karena mereka bisa melihat kehidupan dari sisi yang cerah dan mereka mengharap serta mencari pengalaman dengan hasil yang bagus.


(45)

2) Empat ciri bidang kepercayaan diri lahir meliputi :

a) Komunikasi, yaitu anak yang memiliki kepercayaan diri lahir dapat melakukan komunikasi dengan setiap orang dari segala usia.

b) Ketegasan, yaitu anak yang memiliki kepercayaan diri lahir akan menyatakan kebutuhan mereka secara langsung dan terus terang.

c) Penampilan diri, yaitu anak akan menyadari pengaruh gaya hidupnya terhadap pendapat orang lain mengenai dirinya tanpa terbatas pada keinginan untuk selalu ingin menyenangkan orang lain.

d) Pengendalian perasaan, yaitu anak akan berani menghadapi tantangan dan risiko karena mereka dapat mengendalikan rasa takut, khawatir, dan frustasi.

Dengan demikian, kepercayaan diri batin adalah kepercayaan diri yang memberi anak perasaan dan anggapan bahwa anak dalam keadaan baik. Contohnya, anak tidak mudah murung dan selalu bahagia saat mendapat tugas dari guru dan saat sedang tidak mendapat tugas. Sedangkan kepercayaan diri lahir memungkinkan anak untuk tampil dan berprilaku dengan cara menunjukkan kepada dunia luar bahwa ia yakin akan dirinya. Adanya kepercayaan diri lahir yang mantap pada anak ini dapat dengan mudah diamati dari perilaku yang ditampilkan anak dalam kegitannya sehari-hari. Contohnya, anak berani bertanya pada temannya maupun pada orang dewasa mengenai sesuatu yang ingin diketahuinya. Adapun dalam penelitian ini, hal yang akan diteliti adalah mengenai peningkatan kepercayaan lahir pada anak.

6. Upaya Mengembangkan Percaya Diri pada Anak

Percaya diri bukanlah seperti bakat yang merupakan faktor bawaan individu, tetapi percaya diri merupakan hasil dari belajar lingkungan melalui proses pengalaman-pengalaman pada pribadi seseorang sejak masa kecilnya. Untuk itu diperlukan adanya upaya dari guru dan orang tua guna membentuk dan


(46)

mengembangkan percaya diri pada anak. Sebab percaya diri merupakan modal dasar bagi individu dalam menjalani tugas perkembangan dan mengaktualisasikan dirinya guna mencapai kesuksesan dalam hidupnya.

Rahayu (2013 : 77) memberikan kiat pada orang tua agar anak lebih percaya diri, antara lain :

1) Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman di rumah. 2) Ajarkan kemandirian sejak dini pada anak

3) Ajak anak utuk mengenal orang baru dengan mengajaknya bermain di luar sejak usia balita sehingga anak terbiasa mengenal orang baru. 4) Berikan pernyataan positif dalam setiap kegiatan yang anak lakukan

sekalipun ada hal yang perlu diperbaiki dalam kegiatan tersebut. 5) Berikan kegiatan positif yang sesuai dengan kebutuhan dan

karakteristik anak.

6) Berikan kasih sayang pada anak namun jangan berlebihan.

Jadi, untuk mengembangkan percaya diri pada anak, orang tua perlu menghindari sikap over-protective, dalam hal ini bukan berarti orang tua boleh bersikap cuek dan tidak perduli pada anak, melainkan mengijinkan anak untuk dapat bereksplorasi terhadap dunia dan lingkungannya serta menunjukkan keyakinan dan kepercayaan terhadap anak untuk memutuskan hal tertentu. Orang tua juga perlu untuk memberikan pujian terhadap keberhasilan yang diraih anak, dan menanamkan pada diri anak bahwa kegagalan dan kesalahan merupakan hal yang biasa dan wajar dialami oleh setiap orang.

Senada dengan hal diatas, Hasan (2012 : 156-157) juga memberikan saran bagi orang tua guna meningkatkan kepercayaan diri anak, yaitu :

a) Mengikuti kegiatan-kegiatan kelompok yang membangkitkan minat dan bakat anak. Sebab, terkadang anak ingin mempelajari lebih banyak aktivitas, tetapi ia takut untuk bergabung dengan suatu kelompok.

b) Mencoba kegiatan-kegiatan sukarela. Kegiatan-kegiatan seperti ini akan membawa anak pada kehidupan orang lain, apalagi jika anak mampu membuat senang hati orang lain. Hal ini akan mengubah anak


(47)

yang tadinya merasa tidak berarti menjadi satu pribadi yang sangat penting dan dibutuhkan.

c) Aturlah waktu bagi anak untuk bermain. Anak harus mempunyai waktu bermain dalam setiap minggu. Biarkan mereka bermain sendiri untuk saling mengenal satu dengan lain. Sebab, bila anak melihat ada orang yang menyenanginya dan mau bermain dengannya saja, maka anak akan merasa istimewa.

d) Bicaralah dengan guru/pembimbing play group/taman bermain. Mintalah guru untuk dapat membantu dalam mendorong anak meningkatkan percaya dirinya. Sebab, guru yang baik tidak akan membiarkan suatu suasana buruk menjadi busuk, tetapi mereka akan mencari masalah yang sebenarnya, sebelum mereka dapat melakukan sesuatu. Seorang guru yang baik, selalu ingin membuat setiap orang merasa dilibatkan.

Dengan demikian, orang tua juga perlu mendorong anak untuk mengikuti berbagai kegiatan sosial guna membantu anak mengembangkan kepercayaan dirinya. Mendorong disini bukan berarti memaksakan anak dalam melakukan suatu kegiatan tertentu, sebab apabila anak dipaksakan maka anak akan merasa tertekan dalam melakukan aktifitasnya.

Selain orang tua, guru juga memiliki peran yang sangat penting guna menumbuhkan percaya diri anak. Izzaty (2005 : 207) menunjukkan bagaimana peran guru dalam menumbuhkan percaya diri pada anak, yaitu :

1) Memberikan dorongan serta pujian yang tepat pada anak atas perilakunya. Dengan mengatakan hebat, bagus, pintar, dan terima kasih, karena hal tersebut sangat membantu.

2) Setiap hari memberikan susana yang akrab pada anak pemalu dengan kontak mata dan senyuman.

3) Ketika ingin membantu, dekatilah anak untuk mengerjakan tugas jika anak tidak mau bicara.

4) Sekali waktu dimulai dengan sebuah lagu atau permainan dengan menggunakan nama kepada setiap anak yang ada di kelas. Hal seperti ini akan membuat anak menambah perasaan yang lebih percaya diri. 5) Membuat kelompok dan merencanakan sebuah permainan yang

membutuhkan kerja sama kelompok, sehingga anak dapat memberikan untuk dapat membuat kelompoknya menjadi berhasil.


(48)

Pendapat diatas juga didukung oleh Hastoro (2001 : 13) yang menyatakan bahwa bila anak masih malu cobalah untuk memberikan rangsangan padanya. Dalam hal ini rangsangan (stimulus) dapat dilakukan dengan penerapan token ekonomi, sehingga anak akan menjadi termotivasi untuk melakukan hal yang diharapkan (menunjukkan potensinya).

Berdasarkan berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk mengembangkan percaya diri pada anak maka orang tua dan guru perlu memberikan kesempatan, dukungan (dorongan), serta pujan dan penghargaan kepada anak terhadap hasil pencapaiannya. Penghargaan dan pujian ini dapat diwujudkan dengan pemberian penguatan (reinforcement) dalam teknik token ekonomi.

B.Token Ekonomi

1. Token Ekonomi dalam Layanan Bimbingan dan Konseling

Bimbingan merupakan bagian dalam pendidikan dan perkembangan yang ditekankan pada proses belajar. Melalui pemberian layanan bimbingan, maka anak akan mengalami sendiri proses belajar tersebut. Dengan demikian, anak akan mampu memproses, menemukan, dan mengembangkan segenap potensi yang ada pada dirinya.

Dasar pemberian layanan bimbingan guna meningkatkan percaya diri anak adalah berlandaskan pada bidang bimbingan pribadi-sosial dalam fungsi pemeliharaan dan pengembangan.


(49)

Dalam upaya membimbing anak untuk menjadi pribadi yang percaya diri, tentunya diperlukan suatu metode yang tepat. Behavioral therapy menawarkan berbagai metode untuk menolong individu dalam mengambil langkah untuk melakukan perubahan terhadap apa yang sedang mereka rasakan, pikirkan, dan lakukan. Salah satu teknik dari terapi ini yang dirasa sangat cocok untuk untuk meningkatkan percaya diri pada anak adalah dengan melakukan modivikasi perilaku. Dalam memodivikasi perilaku, diperlukan adanya pengkondisian lingkunga. Adapun pengkondisian ini dapat dilakukan dengan cara pemberian penguatan (ganjaran).

Skinner (Corey, 2009 : 219) menyatakan bahwa jika suatu tingkah laku diganjar, maka probabilitas kemunculan kembali tingkah laku tersebut di masa mendatang akan tinggi. Dengan demikian, lingkungan mempunyai peran yang strategis guna memodivikasi perilaku, sebab lingkungan menyediakan menyediakan pengukuhan (reinforce).

Pada penelitian ini, akan dideskripsikan sebuah program modivikasi perilaku yang pada program ini, reinforce terkondisi digunakan secara sistematis guna memperoleh perilaku yang diharapkan dari indvidu dalam keikutsertaannya pada program treatment yang mendidik. Peneliti akan menggunakan token ekonomi dalam upaya meningkatkan percaya diri anak.

2. Pengertian Token Ekonomi

Token ekonomi merupakan suatu bentuk modifikasi perilaku yang dirancang bagi individu guna meningkatkan perilaku yang harapkan dan mengurangi perilaku yang tidak diharapkan dengan menggunakan tokens (tanda-tanda).


(50)

Individu menerima token cepat setelah mempertunjukkan perilaku yang diinginkan. Token tersebut dikumpulkan dan nantinya dipertukarkan dengan suatu obyek atau kehormatan yang penuh arti.

Menurut Garry (1999) token ekonomi merupakan suatu sistem reinforcement untuk perilaku yang dikelola dan diubah, seseorang mesti dihadiahi/diberikan penguatan untuk meningkatkan atau mengurangi perilaku yang diinginkan.

Berdasarkan pendapat diatas, token ekonomi merupakan suatu wujud modifikasi perilaku dengan menggunakan token (tanda) yang dapat ditukan dengan hadiah yang bermakna.

Pendapat di atas didukung oleh Latif (2007 : 65) yang menyatakan bahwa token ekonomi adalah sebuah program dimana sekelompok individu bisa mendapatkan token untuk beberapa perilaku yang diharapkan muncul, dan token yang dihasilkan bisa ditukar denga back up reinforcer.

Dalam metode token ekonomi tingkah laku yang layak bisa diperkuat dengan penguatan-penguatan yang dapat diraba dalam bentuk token (tanda-tanda seperti chip poker) yang nantinya dapat ditukarkan dengan objek-objek atau hak istimewa lainnya.

Senada dengan pendapat di atas, A’isah (2009) menyatakan bahwa token ekonomi merupakan salah satu bentuk penguatan (reinforcement) positif yang berasal dari dasar operant conditioning. Dalam operant conditioning respon terjadi tanpa didahului stimulus, melainkan merupakan efek dari reinforcer. Reinforcer itu sendiri sesungguhnya merupakan stimulus yang dapat meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respon tertentu.


(51)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa token ekonomi adalah suatu program pemberian penguatan berupa token (tanda) dengan segera setelah individu menunjukkan perilaku yang diharapkan. Token dikumpulkan dan ditukar dengan hadiah yang diinginkan oleh individu.

3. Langkah-langkah dalam Mendirikan Token Ekonomi

Dalam token ekonomi, perilaku yang hendak diperkuat harus jelas, agar dalam penerapannya tidak salah sasaran, begitu juga dengan prosedur serta aturannya. Menurut Walker (1981 : 162) prosedur token ekonomi antara lain :

1) Mencapai dukungan administrasi

Perencanaan atau pencapaian dari sistem token ekonomi yang wajib dicapai adalah dukungan administrasi. Dukungan administrasi ini mengharapkan terapis dapat membuka dan mengatur komunikasi dengan aturan yang ada. Program token ekonomi mengharapkan dukungan yang luas dari berbagai profesi seperti guru pendidikan khusus, recreational therapist, dan berbagai konsultan profesional yang ahli di bidangnya.

Dengan demikian, sebelum memulai menerapkan program token ekonomi perlu adanya dukungan administrasi dari seseorang yang ahli untuk memberikan saran atau hal-hal yang harus dilakukan saat melaksanakan program token ekonomi sehingga program ini dapat berjalan dengan baik. 2) Perencanaan sistem pengembangan pengurus

Peran penting dalam suksesnya penerapan program token ekonomi berasal dari pengurus, karena pengurus berada bersama klien setiap harinya.


(52)

Sehingga pengurus dianggap sebagai model tingkah laku dan sumber penguatan bagi klien.

Dalam hal ini pengurus terdiri dari peneliti dan guru, karena peneliti dan guru selalu bersama anak selama di sekolah. Peneliti dan guru menjadi model bagi anak dalam meningkatkan percaya dirinya.

3) Memilih dan merencanakan target tingkah laku serta tujuan treatment

Langkah selanjutnya untuk melaksanakan program token ekonomi adalah target tingkah laku dan tujuan dari treatment yang akan dicapai oleh klien. Hal ini sangat berguna untuk menentukan secara tepat arah dan tujuan yang hendak dicapai dari pemberian program token ekonomi.

4) Mengembangkan sistem untuk menilai dan memantau program

Setelah menentukan target dan tujuan, langkah berikutnya adalah menilai dan memantau. Penilaian dilakukan secara akurat dan menyeluruh dari setiap perilaku anak seperti perkembangan anak selama program dilaksanakan.

Dalam hal ini perlu dibentuk adanya rancangan sistem penilaian dan pemantauan terhadap perkembangan yang terjadi dalam pemberian program token ekonomi agar program ini dapat berjalan dengan efektif serta terlihat sejauh mana keberhasilan program yang terjadi.

5) Memilih token atau media penukar

Dalam pemilihan token harus disesuaikan dengan kebutuhan, keefektifan dan fungsinya serta klien yang akan diberikan program token ekonomi.


(53)

Dengan demikian, pemilihan jenis token harus disesuaikan dengan harapan dan ketertarikan klien terhadap token yang akan diberikan. Perlu juga diperhatikan tingkat keamanan token terhadap klien, seperti pada anak-anak. 6) Memperkenalkan program

Pengenalan ini dapat berupa pemberitahuan mengenai tujuan dan aturan dalam program token ekonomi. Hal ini sangat penting dilakukan agar klien dapat memahami peraturan serta target yang hendak dicapai dalam pelaksanaan program, agar program dapat berjalan dengan baik.

7) Penghapusan bagian dari program token ekonomi

Penghapusan ini dilakukan secara perlahan dengan cara ditunda pemberian tokennya atau juga diganti dengan penguatan sosial seperti pujian dan senyuman. Hal ini dilakukan guna mengurangi ketergantungan klien terhadap hadiah, sehingga dapat mengubah motivasi eksterinsiknya menjadi motivasi interinsik.

Sedangkan menurut Latif (2007 : 65) menyatakan bahwa dalam menerapkan token ekonomi secara efektif aturan dan pertimbangan yang perlu diperhatikan antara lain :

1) Pemberian token harus segera dilakukan

Meskipun pengukuh yang sebenarnya baru dapat diberikan kemudian, tetapi kepingan-kepingan yang mewakili atau menandai merupakan isyarat bahwa sebagian pengukuh idaman telah ada di tangan klien. Jangan biarkan klien menunggu lama untuk mendapatkan kepingan itu. Karena jika ditunda, klien akan menjadi kecewa dan tidak mempercayai program


(54)

ini. Jadi, token harus segera diberikan segera setelah perilaku yang diharapkan terjadi.

2) Pemberian token dilakukan dengan konsisten

Pemberian token yang terus-menerus (continuous) mempercepat peningkatan perilaku sasaran. Hal ini dikarenakan dengan mendapatkan token, maka klien akan semakin termotivasi untuk meningkatkan perilaku yang diharapkan guna mendapatkan reinforcer yang diidamkannya.

3) Memperhitungkan kuantitas pengukuh

Perlu direncanakan agar banyaknya token yang akan diterima cukup untuk ditukar dengan pengukuh idaman. Token yang terlalu banyak atau dihargai terlalu tinggi akan menimbulkan kejenuhan. Begitu juga token yang terlalu sedikit atau dihargai terlalu rendah akan membuat klien merasa mudah atau tidak tertarik. Dengan demikian diperlukan adanya rancangan sistem penilaian yang tepat untuk menentukan perilaku yang diharapkan, serta jumlah token yang dapat ditukar dengan pengukuh idaman.

4) Persyaratan dan aturan hendaknya jelas

Aturan yang jelas akan mudah untuk diikuti oleh klien, terlebih jika aturan dan persyaratan untuk memperoleh token didiskusikan terlebih dahulu dengan klien. Kejelasan mengenai persyaratan dan aturan memegang peran penting dalam pelaksanaan program. Oleh karena itu, kesukaran program perlu disesuaikan dengan kemampuan klien untuk memahami peraturan agar tidak terjadi kekeliruan-kekeliruan pada saat pelaksanaan program.


(55)

5) Memilih token yang kualitasnya memadai

Semua hal yang dapat dihitung dan terlihat dapat digunakan sebagai suatu token. Token diutamakan yang disukai, menarik, mudah untuk dibawa dan dibagikan, serta sulit untuk dipalsukan dan tidak mudah rusak. Biasanya token berupa chip poker, sticker, kelereng, potongan puzzle yang akan diakumulasikan menjadi sebuah puzzle bergambar, atau uang permainan.

6) Kelancaran pengadaan pengukuh idaman

Untuk mengadakan pengukuh idaman yang berharga diperlukan cara-cara tertentu, misalnya mengumpulkan dana dari dermawan atau berbagai pihak jika program ini dilakukan untuk sekelompok individu.

7) Pemasaran pengukuh idaman

Pengukuh idaman yang banyak peminatnya diperlukan token yang banyak untuk mendapatkannya, begitu sebaliknya jika pengukuh idaman tidak banyak peminatnya maka diperlukan token sedikit saja untuk mendapatkannya. Hal ini sangat perlu diperhatikan, karena tingkat minat klien terhadap pengukuh idaman akan akan sangat mempengaruhi motivasinya melakukan perilaku yang diharapkan guna memperoleh pengukuh idaman.

8) Selalu sertakan pengukuhan sosial positif

Pemberian token terhadap klien yang mampu melakukan perilaku yang diharapkan sebaiknya disertai dengan pengukuhan sosial positif, seperti pujian dan senyuman. Sebab, salah satu tujuan yang harus dicapai dalam penggunaan metode token ekonomi adalah agar klien tidak tergantung


(56)

pada token saat melakukan perilaku yang diharapkan melainkan akan berpindah pada pengukuhan sosial. Klien juga harus mampu mengubah motivasi eksterinsiknya (mendapat pengukuh idaman) menjadi motivasi interinsik dalam melakukan perilaku yang diharapkan. Sehingga pada akhirnya klien akan menjadi mandiri dan terus melakukan perilaku yang diharapkan meski tanpa diberikan token maupun pengukuhan sosial.

9) Perhitungan efeknya terhadap orang lain

Penggunaan metode token ekonomi pada suatu kelompok dan pemberian maupun penukaran token di hadapan klien lain kemungkinan akan membuat iri klien yang tidak mendapatkannya. Namun, dengan hal ini klien akan terpacu bersaing untuk mendapatkan token dengan cara melakukan perilaku yang diharapkan.

10) Perlu persetujuan berbagai pihak

Sebelum penerapan program token ekonomi dilakukan, perlu adanya persetujuan dari berbagai pihak terdekat klien (seperti guru dan orang tua), karena kemungkinan gangguan yang akan timbul adalah klien terlalu mencurahkan perhatian pada program token ekonomi, sehingga tugas-tugas yang lain terabaikan. Pemberian pengukuh idaman sebagai imbalan juga sering tidak disetujui, dengan anggapan mendidik klien untuk mengharap imbalan dalam melakukan perilaku yang diharapkan.

11) Perlu kerjasama dari klien

Berhasil tidaknya program dilaksanakan tergantung pada klien. Semakin jelas peraturan dan semakin besarnya persetujuan klien terhadap program


(57)

yang akan dilaksanakan, maka pelaksanaan program akan dapat berjala dengan lancar dan efektif.

12) Perlu latihan bagi pelaksanaan

Bila pelaksanaan program diembankan pada guru, orang tua, atau pihak lain, maka pengemban program ini perlu mendapatkan pelatihan, pengetahuan, serta pemahaman yang baik mengenai program ini.

13) Perlu dilakukan pencatatan

Pencatatan mengenai perubahan frekuensi perilaku yang diharapkan dan perilaku pendukung lain perlu dilakukan. Hal ini sangat bermanfaat guna pertanggung jawaban mengenai keefektifan program untuk dilaksanakan atau ketidak efektifan program untuk dilaksanakan sehinggga diperlukan adanya perubahan atau penghentian program.

14) Kombinasi dengan prosedur lain

Program token ekonomi ini dapat dikombinasikan dengan teknik modifikasi perilaku lain, seperti modeling dimana klien diminta untuk meniru perilaku (percaya diri) orang lain yang dikaguminya sehingga pengukuh idaman tidak diperlukan. Dengan demikian klien akan mulai terbiasa untuk melakukan perilaku yang diharapkan tanpa mendapatkan suatu pengukuh idaman.

15) Follow up : penundaan pengukuh


(58)

diharapkan, namun pengukuh sosial belum dapat menggantikan keseluruhan dari program token ekonomi, maka perlu diadakan latihan penundaan pemberian token atau token dihargai lebih tinggi dan pengukuh sosial lebih sering dilakukan.

Dengan memperhatikan berbagai hal diatas, maka dapat dilakukan penyusunan langkah-langkah dalam mendirikan token ekonomi adalah sebagai berikut : 1) Mengenali dengan jelas perilaku yang akan diubah menggunakan token

ekonomi

Tentukan sasaran spesifik perilaku akan dimodifikasi serta tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang yang ingin dicapai, sehingga perubahan perilaku dapat diamati dan terukur guna menjaga konsistensi dalam implementasinya. Perlu diperhatikan pula jenis anak yang akan diberikan perlakuan, setidaknya token disesuaikan dengan dengan jenis tingkatan prilaku dan jenis kelompok yang akan diberikan perlakuan.

2) Mengambil baseline

Sebelum memulai prosedur yang akan diberikan, diperlukan adanya perolehan data dasar mengenai anak dan sasaran spesifik perilaku. Hal ini sangat berguna untuk memahami karakteristik anak dan potensi yang bisa dimanfaatkan serta diperoleh guna efisisensi berbagai hal (seperti waktu, tenaga, dan biaya) dalam melakukannya. Setelah program dimulai, perlu dilakukan pembandingan antara data dari pelaksanaan program dengan data dasar untuk menentukan efektivitas program yang dilakukan.


(59)

3) Memilih pengutan

Tentukan pengukuh idaman yang dapat ditukar dengan token yang telah dkumpulkan anak. Pengukuh idaman perlu disesuaikan dengan apa yang diharapkan anak. Pengukuh idaman ini tidak perlu mahal, mungkin seperti uang saku tambahan atau waktu santai/istimewa (privilage). Misalnya dengan memberikan atau membuatkan makanan kesukaan atau boleh menonton acara kesukaan di televisi. Reinforcer diberikan kepada anak segera setelah respon perilaku yang diharapkan terjadi.

4) Memilih jenis token

Banyak benda yang dapat dijadikan sebagai token, seperti uang, kerang, chip poker, menandai pada grafik di dinding, bintang atau perangko yang akan disisipkan dalam buku, dan banyak kemungkinan lain disesuaikan dengan kebutuhan token ekonomi tertentu, tergantung pada jenis anak yang terlibat.

Pada umumnya, token harus menarik, ringan, aman digunakan, tahan lama, dan tidak mudah dipalsukan. Apabila menghadapi anak yang lebih kecil (usia dini) perlu diperhatikan keamanan token supaya tidak terjadi anak menelan token atau memasukan dalam hidung atau telinga.

5) Penghitungan nilai token untuk suatu perilaku

Perlu adanya aturan mengenai berapa nilai token untuk suatu perilaku yang diinginkan. Misalnya saja apabila di kelas tidak menangis saat ditinggal ibunya maka bernilai 1 token, apabila berani menjawab pertanyaan yang diajukan bernilai 2 token dan 3 token untuk berani bernyanyi di depan kelas.


(1)

G.Teknik Analisis Data

Penelitian eksperimental bertujuan untuk mengetahui hasil dari suatu perlakuan yaitu mencobakan sesuatu, lalu dicermati hasil dari perlakuan tersebut. Dalam penelitian ini akan dilakukan pre-test yaitu hasil data anak sebelum diberikan program token ekonomi dan post-test yaitu hasil data anak setelah diberikan program token ekonomi.

Karena subjek penelitian < 25, maka distribusi datanya dianggap tidak normal (Sudjana, 2002 : 455) dan data yang diperoleh merupakan data ordinal, maka statistik yang digunakan adalah non parametric (Martono, 2010 : 6) dengan menggunakan Wilcoxon Matched Pairs Test.

Adapun rumus uji Wilcoxon ini adalah sebagai berikut :

Keterangan :

T = jumlah rank dengan tanda paling kecil n = jumlah data

Rumus diatas digunakan untuk desain penelitian uji sampel berpasangan, yaitu subjek yang diukur sama, namun diberi dua macam perlakuan (pre-test dan post-test). Hasil data inilah yang kemudian dianalisis menggunakan rumus Zhitung kemudian hasil yang diperoleh dapat menunjukkan apakah perlakuan

yang diberikan efektif atau tidak serta apakah terjadi peningkatan perilaku yang diinginkan saat sebelum dan sesudah perlakuan atau tidak.

Pada pengujian ini, pengujian hipotesis menggunakan rumus Wilcoxon dengan hipotesis statistik :


(2)

61

Ha : Penggunaan token ekonomi dapat meningkatkan percaya diri dalam beraktivitas di sekolah pada siswa di TK At-Taqwa Bandar Jaya Barat tahun ajaran 2014/2015.

Ho : Penggunaan token ekonomi tidak dapat meningkatkan percaya diri dalam beraktivitas di sekolah pada siswa di TK At-Taqwa Bandar Jaya Barat tahun ajaran 2014/2015.

Pengambilan keputusan analisis data akan didasarkan pada hasil uji Wilcoxon, dengan kriteria :

Jika zhitung≤ ztabel, maka Ha diterima


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di TK At-Taqwa Bandar Jaya Barat tahun ajaran 2014/2015, maka dapat diambil kesimpulan yaitu :

1. Kesimpulan Statistik

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan token ekonomi dapat meningkatkan percaya diri dalam beraktivitas di sekolah pada siswa di TK At-Taqwa Bandar Jaya Barat tahun ajaran 2014/2015. Hal ini terbukti dari perolehan Zhitung = -2,214 dan

dibandingkan dengan Ztabel 0,05 = 0. Karena Zhitung ≤ Ztabel maka, Ho ditolak dan

Ha diterima. Artinya terdapat perbedaan signifikan dengan taraf signifikansi

5% antara skor percaya diri dalam beraktivitas di sekolah sebelum dan setelah diterapkan token ekonomi.

2. Kesimpulan Penelitian

Berdasarkan hasil analisis statistik dan pembahasan, maka dapat disimpulkan Penggunaan token ekonomi dapat meningkatkan percaya diri dalam beraktivitas di sekolah pada siswa di TK At-Taqwa Bandar Jaya Barat tahun ajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukkan dari perubahan perilaku anak dalam setiap pertemuan. Anak semakin aktif dan terlibat dalam segenap kegiatan di sekolah serta mau menunjukkan kemampuan dihadapan teman-temannya, hal


(4)

92

ini menunjukkan terjadinya peningkatan percayaan diri anak dalam beraktivitas di sekolah.

B.Saran

Saran yang dapat dikemukakan dari penelitian yang telah dilakukan di TK At-Taqwa Bandar Jaya Barat adalah :

1. Kepada guru

Hendaknya guru senantiasa menciptakan situasi yang penuh penghargaan dalam setiap pencapaian yang diperolah anak, sehingga anak dapat senantiasa termotivasi guna mengembangkan segenap potensi dalam dirinya, sehingga anak dapat tumbuh menjadi sosok yang percaya diri. 2. Kepada orang tua

Orang tua hendaknya menjalin komunikasi aktif terhadap pihak sekolah agar dapat bekerjasama secara efektif guna memantau dan mengoptimalkan perkembangan anak. Hendaknya orang tua dapat menerapkan serta mendukung upaya peningkatan kepercayaan diri anak pada saat anak berada di rumah.

3. Kepada para peneliti

Hendaknya dapat melakukan dan mengembangkan penelitian terkait pengoptimalan perkembangan anak lainya seperti kreativitas ataupun dalam upaya mengurangi perilaku negarif anak seperti agresifitas dengan menggunakan token ekonomi maupun pendekatan behavioral lainnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

A’isah, Anita., Prasetyo Budi Widodo dan Imam Setyawan. 2009. Pengaruh Penerapan Metode Modivikasi Perilaku Token Ekonomy Terhadap Regulasi Diri Siswa Peserta Mata Pelajaran Matematika (Jurnal). Semarang : Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.

Adywibowo, Inge Pudjiastuti. 2010. Memperkuat Kepercayaan Diri Anak Melalui Percakapan Referensial. Jakarta : Jurnal (tidak diterbitkan).

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. 2000. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Boeree, C. George. 2008. Personality Theories. Jogjakarta : Prismasophie.

Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung : Refika Aditama.

Depdiknas. 2007. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan : Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Fitri, Rahma, dan Lia. 2007. Awal Masa Kanak-kanak.

(https://tafany.wordpress.com/2007/10/30/awal-masa-kanak-kanak-by-fitri-rahma-lia/). Diambil pada 20 Februari 2015.

Garry, M. 1999. Behavior Modification : What It Is and How to Do It. New Jersey : Prentice-Hall.

Hakim, Thursan. 2005. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta : Puspa Swara.

Hasan, Maimunah. 2012. Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta : DIVA Press. Hastoro, Indriyani. 2001. Mengatasi Problem Psikologi Balita. Jakarta : Puspa


(6)

Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Iswidharmanjaya, Derry dan Gregorius Agung. 2004. Satu Hari Menjadi Lebih Percaya Diri. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Izzaty, Rita Eka. 2005. Mengenali Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Latif, Syaifuddin. 2007. Modivikasi Perilaku Buku Ajar. Lampung : Universitas Lampung.

Martono, Nanang. 2010. Statistik Sosial Teori dan Aplikasi Program SPSS. Yogyakarta : Gava Media.

Melinda, Priesda Dhita. 2012. Penggunaan Penggunaan Token Economy Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri dalam Belajar Pada Anak Usia Dini di PAUD An-Nur Kecamatan Kemiling Tahun Pelajaran 2011/2012(skripsi). Lampung : Universitas Negri Lampung.

Miltenberger, Raymon G. 2004. Behavior Modivication : Principle and Procedures Third Edtion. United States of America : Wadsworth.

Nuryati, Lusi. 2008. Psikologi Anak. Jakarta : PT Indeks.

Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.

Prayitno dan Erman Amti. 1994. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta

Rahayu, Apriyanti Yofita. 2013. Menumbuhkan Kepercayaan Diri Melalui Kegiatan Bercerita. Jakarta : PT Indeks.

Rini, Jacinta F. 2002. Memupuk Rasa Percaya Diri (www.e-psikologi.com).Diambil pada 29 April 2014.

Santrock, John W. 1995. Life-Span Development Jilid I Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.

Walker, C. Eugene., Clement, Paul W., Hedberg, Allan G., Wright, Logan. 1981. Clinical Procedures for Behavior Therapy. New Jersey : Prentice-Hall.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN LKS UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI I DI SMU NEGERI I RAMBIPUJI JEMBER TAHUN AJARAN 2000/2001

0 4 73

PENGGUNAAN TOKEN ECONOMY UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI DALAM BELAJAR PADA ANAK USIA DINI DI PAUD AN-NUR KECAMATAN KEMILING TAHUN PELAJARAN 2011/2012

8 119 100

PENGGUNAAN KONSELING SEBAYA DALAM MENINGKATKAN PENYESUAIAN SOSIAL DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI 9 BANDARLAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012

1 19 79

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DALAM BERKOMUNIKASI DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS VII SMP TUNAS HARAPAN BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

1 11 89

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 77

PENGGUNAAN TOKEN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PERCAYAAN DIRI DALAM BERAKTIVITAS DI SEKOLAH PADA SISWA DI TK AT-TAQWA BANDAR JAYA BARAT TAHUN AJARAN 2014/2015

0 15 82

PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI DI SMK NEGERI 1 WAY TENONG LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 8 70

PEMBELAJARAN GERAK TARI BEDANA MENGGUNAKAN METODE IMITASI DI TK FRANSISKUS 01 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

1 24 55

HUBUNGAN KEGIATAN MERONCE DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI TK AT-TAQWA LAMPUNG TENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015

23 160 68

PENGGUNAAN TOKEN ECONOMY UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK USIA DINI DI PAUD SEHATI KECAMATAN WAY LIMA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

7 25 85