Inovasi Pendidikan

(1)

MODUL 1

KONSEP DASAR INOVASI PENDIDIKAN

PENDAHULUAN

Modul ini merupakan landasan penting bagi Anda untuk mempelajari inovasi pendidikan. Anda tentu telah memahami bahwa kemajuan dan perubahan kehidupan sosial yang serba cepat ini merupakan tantangan dan atau masalah dalam pendidikan. Bagaimana kita harus menyiapkan bahkan mampu mengembangkan anak didik agar mereka mampu menghadapi kehidupan modern ini?. Bagaimana kurikulum sekolah harus disusun agar rekevan dengan tantangan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan?. Bagaimana mendayagunakan fasilitas peralatan teknologi untuk mengefektifkan proses belajar?. Metodologi apa yang tepat digunakan sesuai dengan perubahan pola kehidupan dewasa ini?. Masih banyak lagi permasalahan dalam bidang pendidikan yang tidak akan pernah habis karena tantangan kehidupan yang selalu berubah dan berkembang.

Dalam modul ini, Anda akan mempelajari konsep dasar inovasi pendidikan. Dengan memahami inovasi pendidikan, Anda diharapkan dapat memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Dapat menjelaskan perbedaan pengertian antara diskoveri, invensi, dan inovasi.


(2)

Kemampuan tersebut sangat penting bagi Anda untuk mengembangkan wawasan dan pemahaman tentang inovasi pendidikan, yang dapat menjadi bahan analisis Anda.

Agar Anda berhasil dengan baik dalam mempelajari modul ini, ikuti petunjuk belajar sebagai berikut:

1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda memahami betul apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini. 2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-kata

yang Anda anggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci dalam daftar kata-kata sulit modul ini atau dalam kamus yang ada.

3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan dengan tutor Anda.

4. Terapkan pengertian-pengertian inovasi pendidikan secara imajiner (dalam pikiran) dan dalam situasi terbatas melalui simulasi sejawat (peer-group simulation) pada saat tutorial.

5. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi mengenai pengalaman simulasi dalam kelompok kecil atau klasikal pada saat tutorial.


(3)

URAIAN MATERI

Kata ”innovation” (bahasa Inggris) sering diterjemahkan segala hal yang baru atau pembaharuan (S. Wojowasito, 1972), tetapi ada yang menjadikan kata innovation menjadi kata Indonesia yaitu ”inovasi”. Inovasi kadang-kadang juga dipakai untuk menyatakan penemuan, karena hal yang baru itu hasil penemuan. Kata penemuan juga sering digunakan untuk menterjemahkan kata dari bahasa Inggris ”discovery” dan ”invention”. Ada juga yang mengkaitkan antara pengertian inovasi dan modernisasi, karena keduanya membicarakan usaha pembaharuan.

Untuk memperluas wawasan serta memperjelas pengertian inovasi pendidikan, maka perlu dibicarakan dulu tentang pengertian discovery, invention, innovation, dan modernisasi sebelum membicarakan tentang pengertian inovasi pendidikan

A. Pengertian Discovery, Invention, dan Innovation

”Discovery”, ”invention”, dan ”innovation” dapat diartikan dalam bahasa Indonesia ”penemuan”, maksudnya ketiga kata tersebut mengandung arti ditemukannya sesuatu yang baru, baik sebenarnya barangnya itu sendiri sudah ada lama kemudian baru diketahui atau memang benar-benar baru dalam arti sebelumnya tidak ada. Demikian pula mungkin hal yang baru itu diadakan dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu. Inovasi dapat menggunakan diskoveri


(4)

atau invensi. Untuk jelasnya marilah kita bicarakan ketiga pengertian tersebut satu persatu.

Diskoveri (discovery) adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada, tetapi belum diketahui orang. Misalnya penemuan benua Amerika. Sebenarnya benua Amerika itu sudah lama ada, tetapi baru ditemukan oleh Columbus pada tahun 1492, maka dikatakan Columbus menemukan benua Amerika, artinya orang Eropa yang pertama menjumpai benua Amerika.

Invensi (invention) adalah suatu penemuan sesuatu yang benar-benar baru, artinya hasil kreasi manusia. Benda atau hal yang ditemui itu benar-benar sebelumnya belum ada, kemudian diadakan dengan hasil kreasi baru. Misalnya penemuan teori belajar, teori pendidikan, teknik pembuatan barang dari plastik, mode pakaian, dan sebagainya. Tentu saja munculnya ide atau kreativitas berdasarkan hasil pengamatan, pengalaman, dari hal-hal yang sudah ada, tetapi wujud yang ditemukannya benar-benar baru.

Inovasi (innovation) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invention maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu.


(5)

Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang pengertian inovasi dan juga guna memperluas wawasan perhatian, beberapa definisi inovasi yang dibuat para ahli dikemukakan di bawah ini:

1. An innovation is an idea for accomplishing some recognition social and in a new way or for a means of accomplishing some social (Donald P. Ely 1982, Seminar on Educational Change).

2. An innovation is any idea, practice, or mate artifact perceived to be new by the relevant unit of adopt. The innovation is the change object. A change is the altera in the structure of a system that requires or could be required relearning on the part of the actor (s) in response to a situation. The requirements of the situation often involve a res to a new requirement is an inventive process producing an invention. However, all innovations, since not everything an individual or formal or informal group adopt is perceived as new. (Zaltman, Duncan, 1977:12)

3. The term innovation is usually employed in three different contexts. In one context it is synonymeus with invention; that is, it refers to a creative process whereby two or more existing concepts or entities are combined in some novel way to produce a configuration not previously known by the person involved. A person or organization performing this type of activity is usually said to be innovative. Most of the literature on creativity treats the term innovation in this fashion. (Zaltman, Duncan, Holbek, 1973:7)


(6)

4. Innovation is ….. the creative selection, organization and utilization of human and material resources in new and unique ways which will result in the attainment of a higher level of achievement for the defined goals and objectives. (Huberman, 1973:5)

5. Innovation is a species of the genus “change”. Generally speaking it seems useful to define an innovation as a deliberate, novel, specific change, which is thought to be more efficacious in accomplishing the goal of system. From the point of view of this book (innovation in education), it seem helpful to consider innovations as being willed and planned for rather than as accruing haphazardly. (Matthew B. Miles, 1964:14).

6. An innovation is an idea, practice, or object that is perceived as new by an individual or other unit of adoption. It matters little, so far as human behavior is concerned, whether or not an idea is “objectively” new as measured by the lapse of time since its first use or discovery. The perceived newness of the idea for the individual determines his or her reaction to it. If the idea seems new to the individual, it is an innovation. (M. Rogers, 1983:11).

Dari beberapa definisi inovasi yang dibuat para ahli tersebut, dapat diketahui bahwa tidak terjadi perbedaan yang mendasar tentang pengertian inovasi antara satu dengan yang lain. Jika terjadi ketidaksamaan hanya dalam susunan kalimat atau penekanan maksud, tetapi pada dasarnya pengertiannya sama. Semua definisi tersebut menyatakan bahwa inovasi adalah suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara, barang-barang buatan manusia, yang diamati atau


(7)

dirasakan sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau kelompok orang (masyarakat). Hal yang baru itu dapat berupa hasil invensi atau diskoveri, yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah.

B. Inovasi dan Modernisasi

Pada waktu membicarakan inovasi sering orang mengajukan pertanyaan tentang modernisasi, karena antara keduanya tampak persamaan yaitu kedua-duanya merupakan perubahan sosial. Agar dapat mengetahui apa perbedaan dan juga kaitan antara inovasi dan modernisasi, perlu dipahami apa inovasi dan apa modernisasi, baru kemudian dicari kaitan antara keduanya. Inovasi telah dibicarakan maka sekarang dibicarakan modernisasi.

Istilah (term) “modern” mempunyai berbagai macam arti dan juga mengandung berbagai macam tambahan arti (connotations). Istilah moden ini digunakan tidak hanya untuk orang-orang tetapi juga untuk bangsa, sistem politik, ekonomi lembaga seperti rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, perumahan, pakaian, serta bebagai macam kebiasaan. Pada umumnya kata modern digunakan untuk menunjukkan terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik, lebih maju dalam arti lebih menyenangkan, lebih meningkatkan kesejahteraan hidup. Dengan cara baru (modern) sesuatu akan lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Misalnya dalam perkembangan transportasi, karena kuda lebih modern daripada gerobak yang ditarik orang, tetapi mobil lebih modern daripada kereta kuda,


(8)

diartikan sesuatu yang baru dalam arti lebih maju atau lebih baik daripada yang sudah ada. Baik dalam arti lebih memberikan kesejahteraan atau kesenangan bagi kehidupan.

Eissentadt menjelaskan bahwa menurut sejarahnya modernisasi adalah proses perubahan sistem sosial, ekonomi, dan politik, yang telah berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara dari abad ke 17 sampai abad ke 19, dan kemudian telah berkembang pula di berbagai Negara di Eropa. Dalam abad ke 19 dan 20 berkembang pula ke Amerika Selatan, Asia, dan Afrika. Proses perkembangan atau perubahan itu berlangsung secara bertahap, dan tidak semua masyarakat berkembang dalam tahap urutan yang sama. Jadi modernisasi pada dasarnya merupakan proses perkembangan, secara kebetulan Eropa Barat dan Amerika Utara telah berkembang lebih dahulu, dan sekarang bangsa dari dunia ketiga sedang berjuang untuk menyamakan diri mencapai status kehidupan modern. Dengan kata lain modernisasi adalah bekerja sama dengan dunia dengan maksud agar dapat meningkatkan hal-hal yang esensial dalam kehidupan, walaupun mungkin juga terjadi kekacauan atau perpecahan. (M. Francais Abraham, 1980:4). Agar lebih jelas dan lebih luas wawasan serta pemahaman kita tentang pengertian, batasan atau definisi modernisasi, perhatikan beberapa definisi atau pengertian modernisasi yang dikemukakan para ahli berikut ini.

1. Moore. What is involved in modernization is a “total transformation of a traditional or pre-modern society into the types of technology and associated social organization that characterize the “advanced” economically


(9)

prosperous, and relatively politically stableations of the western world. But what exactly does (or should) modernization mean?. Unquestionably, the people of the third world nations tend to know very well that people in industrialized societies have a higher standard of living, and they tend to want better services (such as education, and medical care) and more material wealth. Unquestionably, too, the masses and the leaders in these countries want political and economic equality with the other nations of the world. (Donald P Ely, 1982, Seminar on Educational Change)

2. Everett Rogers. Modernization in the process by which individuals change from a traditional way of life to a more complex, technologically advanced, and rapidly changing style of life. (Francis Abraham, 1980:5).

3. Black. Modernization is the process by which historically evolved institutions are adapted to the rapidly change functions that reflect the unprecedented increase in man’s knowledge, permitting control over his environment, that accompanied the scientific revolution (Francis Abraham, 1980:5).

4. Lerner. Modernization is simply “ a secular trend unilateral direction from traditional to participant life ways”. (Francis Abraham, 1980:5)

5. Marion Levy, takes “the measure of modernization the rational inanimate to animate source of power. The higher that ratio, higher is the degree of modernization”. (Francis Abraham, 1980:5)


(10)

modernization which is the creation of semi-developmental, buffer culture, which result from the super-position of the foreign culture on the traditional culture; (3) Induced modernization which consists of organized effort aimed at infrastructure building and planned socio-economy development. (Francis Abraham, 1980:5)

7. Inkeles, described modernity in terms of a number of psychological variables that constitute a kind of mentality characteristic the typical modern man (Francis Abraham, 1980:5)

Dari beberapa definisi atau pendapat tentang modernisasi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa semuanya sependapat modernisasi adalah proses perubahan sosial dari masyarakat tradisional (yang belum modern) ke masyarakat yang lebih maju (masyarakat industri yang sudah modern). Di antara tanda-tanda masyarakat yang sudah maju (modern) ialah bidang ekonomi telah makmur, bidang politik sudah stabil, terpenuhi pelayanan kebutuhan pendidikan dan kesehatan.

Perbedaan rumusan definisi modernisasi antara para ahli tersebut hanya perbedaan penekanan. Ada yang menekankan pada perubahan sosial secara menyeluruh, seperti yang dikemukakan More, Black, and Chodak, mereka ini mengartikan modernisasi sebagai proses perubahan kehidupan masyarakat. Sedangkan Rogers, Lerner, dan Inkeles menekankan pada perubahan pribadi (individu), artinya perubahan individu dari gaya atau pola hidup tradisional ke gaya atau pola hidup modern. Perubahan sikap, sifat atau gaya hidup individu


(11)

terjadi sebagai akibat terjadinya perubahan kehidupan masyarakat yakni dari masyarakat tradisional ke masyarakat yang sudah maju (industri).

Inkeles mengemukakan secara detail tentang ciri-ciri manusia modern, berdasarkan penelitiannya pada masyarakat yang industrinya sudah maju. Antara lain ia mengemukakan bahwa ada 12 aspek yang menjadi tanda (karakteristik) manusia modern yaitu:

1. Bersikap terbuka trehadap pengalaman baru, artinya jika menghadapi tawaran atau ajakan hal-hal yang baru yang lebih menguntungkan untuk kehidupannya akan selalu mau memikirkan dan kemudian mau menerimanya, tidak menutup diri terhadap perubahan.

2. Selalu siap menghadapi perubahan sosial, artinya siap untuk menerima perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, misalnya partisipasi dalam bidang politik, peningkatan kesempatan kerja bagi wanita, perpindahan penduduk, pergaulan atau hubungan orang tua dengan pemuda dan sebagainya. Manusia modern siap untuk memahami perubahan yang terjadi di sekitarnya.

3. Berpandangan yang luas, artinya pendapat-pendapatnya tidak hanya berdasarkan apa yang ada pada dirinya, tetapi mau menerima pendapat yang datang dari luar dirinya serta dapat memahami adanya perbedaan pandangan dengan orang lain. Ia dapat memahami sikap orang lain yang berbeda dengan dirinya.


(12)

4. Mempunyai dorongan ingin tahu yang kuat. Manusia modern akan selalu berusaha memperoleh informasi tentang apa yang terjadi di lingkungannya dan juga informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan kehidupannya. 5. Manusia modern lebih berorientasi pada masa sekarang dan masa yang akan

datang daripada masa yang lampau. Manusia modern tidak hanya akan mengenang kejayaan atau kegagalan masa lalu, tetapi lebih aktif untuk berfikir bagaimana masa sekarang dan yang datang.

6. Manusia modern berorientasi dan juga percaya pada perencanaan baik jangka panjang maupun jangka pendek. Kehidupan manusia moden selalu direncanakan sebelumnya melalui perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang.

7. Manusia modern lebih percaya pada hasil perhitungan manusia dan pemikiran manusia daripada takdir atau pembawaan. Ia percaya bahwa manusia dapat mengontrol kejadian di sekitarnya.

8. Manusia modern menghargai ketrampilan teknik dan juga menggunakannya sebagai dasar pemberian imbalan.

9. Wawasan pendidikan dan pekerjaan. Manusia modern memiliki wawasan yang lebih maju tentang pendidikan dan pekerjaan. Pendidikan di sekolah formal lebih ditekankan untuk menguasai ketrampilan membaca, menulis dan berhitung daripada untuk melaksanakan pendidikan agama atau moral, karena ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan dapat dipakai untuk memecahkan masalah kehidupan. Demikian pula manusia modern akan memiliki pekerjaan


(13)

yang dapat memberi keuntungan walaupun mungkin melanggar sangsi kepercayaan tradisional.

10. Manusia modern menyadari dan menghargai kemuliaan orang lain terutama orang yang lemah seperti wanita, anak-anak, dan bawahannya.

11. Memahami perlunya produksi. Manusia modern dalam mengambil keputusan akan mempertimbangkan juga sejauh mana dampak terhadap hasil produksi dari suatu industri (ia sebagai pegawai perusahaan ikut menyadari akan kepentingan perusahaan).

Berdasarkan uraian tersebut kini tiba saatnya untuk membicarakan kaitan antara inovasi dan modernisasi. Inovasi dan modernisasi keduanya merupakan perubahan sosial, perbedaannya hanya pada penekanan ciri dari perubahan itu. Inovasi menekankan pada ciri adanya sesuatu yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi individu atau masyarakat sedangkan modernisasi menekankan pada adanya proses perubahan dari tradisional ke modern, atau dari yang belum maju ke yang sudah maju. Jadi dapat disimpulkan bahwa diterimanya suatu inovasi sebagai tanda adanya modernisasi. Misalnya untuk meningkatkan kesejahteraan perlu diadakan transmigrasi. Transmigrasi merupakan hal yang baru bagi masyarakat, maka transmigrasi adalah suatu inovasi. Masyarakat yang sudah mau menerima ide transmigrasi dan mau melaksanakan transmigrasi berarti sudah memenuhi ciri masyarakat modern yang siap menghadapi perubahan dan meninggalkan pola pikir tradisi yang bersemboyan (bahasa Jawa) ”mangan ora


(14)

mangan yen kumi” artinya meskipun tidak makan asal tetap berkumpul dengan sesama saudara.

C. Pengertian Inovasi Pendidikan

Inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi inovasi pendidikan ialah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil invensi atau diskaveri, yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan.

Pendidikan adalah suatu sistem, maka inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan komponen sistem pendidikan, baik sistem dalam arti sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain, maupun sistem dalam arti yang luas misalnya sistem pendidikan nasional. Mattew B. Miller menjelaskan pengertian inovasi pendidikan sebagai berikut: ”To give more concreteness the universe called ”educational innovations” some samples are described billow. They are organized according to the aspect of a social system which they appear to be most clearly associated. In most cases social system involved should be taken to be that of a school or cell although some innovations take place within the context of many larger systems.”

Berikut ini contoh-contoh inovasi pendidikan dalam setiap komponen pendidikan atau komponen sistem sosial sesuai dengan yang dikemukakan oleh B.


(15)

Miles, dengan perubahan isi disesuaikan dengan perkembangan pendidikan dewasa ini.

- Pembinaan personalia. Pendidikan yang merupakan bagian dari sistem sosial tentu menentukan personal (orang) sebagai komponen sistem. Inovasi yang sesuai dengan komponen personel misalnya: peningkatan mutu guru, sistem kenaikan pangkat, aturan tata tertib siswa, dan sebagainya.

- Banyaknya personal dan wilayah kerja. Sistem sosial tentu menjelaskan tentang berapa jumlah personalia yang terikat dalam sistem serta dimana wilayah kerjanya. Inovasi pendidikan yang relevan dengan aspek ini misalnya: berapa ratio guru siswa pada satu sekolah dalam sistem PAMONG pernah diperkenalkan ini dengan ratio 1 : 200 artinya satu guru dengan 200 siswa). Sekolah Dasar di Amerika satu guru dengan 27 siswa, perubahan besar wilayah kepenilikan, dan sebagainya.

- Fasilitas fisik. Sistem sosial termasuk juga sistem pendidikan mendayagunakan berbagai sarana dan hasil teknologi untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan yang sesuai dengan komponen ini misalnya: perubahan bentuk tempat duduk (satu anak satu kursi dan satu meja), perubahan pengaturan dinding ruangan (dinding batas antar ruang dibuat yang mudah dibuka, sehingga pada diperlukan dua ruangan dapat disatukan), perlengkapan perabot laboratorium bahasa, penggunaan CCTV (TVCT- Televisi Stasiun Terbatas), dan sebagainya.


(16)

- Penggunaan waktu. Suatu sistem pendidikan tentu memiliki perencanaan penggunaan waktu. Inovasi yang relevan dengan komponen ini misalnya: pengaturan waktu belajar (semester, catur wulan, pembuatan jadwal pelajaran yang dapat memberi kesempatan mahasiswa untuk memilih waktu sesuai dengan keperluannya, dan sebagainya.

- Perumusan tujuan. Sistem pendidikan tentu memiliki rumusan tujuan yang jelas. Inovasi yang relevan dengan komponen ini, misalnya: perubahan tujuan tiap jenis sekolah (rumusan tujuan TK, SD disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan tantangan kehidupan), perubahan rumusan tujuan pendidikan nasional dan sebagainya.

- Prosedur. Sistem pendidikan tentu mempunyai prosedur untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan yang relevan dengan komponen ini misalnya: penggunaan kurikulum baru, cara membuat persiapan mengajar, pengajaran individual, pengajaran kelompok, dan sebagainya.

- Peran yang diperlukan. Dalam sistem sosial termasuk sistem pendidikan diperlukan kejelasan peran yang diperlukan untuk melancarkan jalannya pencapaian tujuan inovasi yang relevan dengan komponen ini, misalnya: peran guru sebagai pemakai media (maka diperlukan keterampilan menggunakan berbagai macam media), peran guru sebagai pengelola kegiatan kelompok, guru sebagai anggota team teaching, dan sebagainya.

- Wawasan dan perasaan. Dalam interaksi sosial biasanya berkembang suatu wawasan dan perasaan tertentu yang akan menunjang kelancaran pelaksanaan


(17)

tugas. Kesamaan wawasan dan perasaan dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan pendidikan yang sudah ditentukan akan mempercepat tercapainnya tujuan. Inovasi yang relevan dengan bidang ini misalnya: wawasan pendidikan seumur hidup, wawasan pendekatan keterampilan proses, perasaan cinta pada pekerjaan guru, kesediaan berkorban, kesabaran sangat diperlukan untuk menunjang pelaksanaan kurikulum SD yang disempurnakan, dan sebagainya.

- Bentuk hubungan antar bagian (mekanisme kerja). Dalam sistem pendidikan perlu ada kejelasan hubungan antara bagian atau mekanisme kerja antara bagian dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan. Inovasi yang relevan dengan komponen ini misalnya: diadakan perubahan pembagian tugas antara seksi di kantor departemen pendidikan dan mekanisme kerja antar seksi, di perguruan tinggi diadakan perubahan hubungan kerja antara jurusan, fakultas, dan biro registrasi tentang pengadministrasian nilai mahasiswa, dan sebagainya.

- Hubungan dengan sistem yang lain. Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam beberapa hal harus berhubungan atau bekerja sama dengan sistem yang lain. Inovasi yang relevan dengan bidang ini misalnya: dalam pelaksanaan usaha kesehatan sekolah bekerjasama atau berhubungan dengan Departemen Kesehatan, data pelaksanaan KKN harus kerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat, dan sebagainya.


(18)

- Strategi. Yang dimaksud dengan strategi dalam hal ini ialah tahap-tahap kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan inovasi pendidikan. Adapun macam dan pola strategi yang digunakan sangat sukar untuk diklasifikasikan, tetapi secara kronologis biasanya menggunakan pola urutan sebagai berikut:

1) Desain. Ditemukannya suatu inovasi dengan perencanaan penyebarannya berdasarkan suatu penelitian dan obeservasi atau hasil penilaian terhadap pelaksanaan sistem pendidikan yang sudah ada.

2) Kesadaran dan perhatian. Suatu potensi yang sangat menunjang berhasilnya inovasi ialah adanya kesadaran dan perhatian sasaran inovasi (baik individu maupun kelompok) akan perlunya inovasi. Berdasarkan kesadaran itu mereka akan berusaha mencari informasi tentang inovasi. 3) Evaluasi. Para sasaran inovasi mengadakan penilaian terhadap inovasi

tentang kemampuannya untuk mencapai tujuan, tentang kemungkinan dapat terlaksananya sesuai dengan kondisi situasi, pembiayaannya dan sebagainya.

4) Percobaan. Para sasaran inovasi mencoba menerapkan inovasi untuk membuktikan apakah memang benar inovasi yang dinilai baik itu dapat diterapkan seperti yang diharapkan. Jika ternyata berhasil maka inovasi akan diterima dan terlaksana dengan sempurna sesuai strategi inovasi yang telah direncanakan.


(19)

LATIHAN

Sebagai bahan latihan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut. Lakukanah melalui diskusi bersama teman Anda agar menjadi lebih mantap dalam memahami materi tentang Konsep Dasar Inovasi Pendidikan..

1. Jelaskan pengertian tentang discovery? 2. Jelaskan pengertian tentang invention? 3. Jelaskan pengertian tentang innovation?

4. Apa persamaan dan perbedaan pengertian antara discovery, invention, dan innovation?

5. Jelaskan pula pengertian modernisasi?

6. Apa persamaan dan perbedaan modernisasi dan inovasi? 7. Jelaskan dan berilah contoh pengertian inovasi pendidikan?

PETUNJUK JAWABAN LATIHAN

1. Diskoveri (discovery) adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada, tetapi belum diketahui orang.

2. Invensi (invention) adalah suatu penemuan sesuatu yang benar-benar baru, artinya hasil kreasi manusia.

3. Inovasi (innovation) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat).


(20)

4. Semua definisi tersebut menyatakan bahwa diskoveri, invensi, dan inovasi adalah suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara, barang-barang buatan manusia, yang diamati atau dirasakan sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau kelompok orang (masyarakat).

5. Modernisasi adalah proses perubahan sosial dari masyarakat tradisional (yang belum modern) ke masyarakat yang lebih maju (masyarakat industri yang sudah modern).

6. Inovasi dan modernisasi keduanya merupakan perubahan sosial, perbedaannya hanya pada penekanan ciri dari perubahan itu. Inovasi menekankan pada ciri adanya sesuatu yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi individu atau masyarakat sedangkan modernisasi menekankan pada adanya proses perubahan dari tradisional ke modern, atau dari yang belum maju ke yang sudah maju.

7. Inovasi pendidikan ialah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil invensi atau diskaveri, yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan. Contoh-contoh inovasi pendidikan dalam setiap komponen pendidikan, diantaranya: pembinaan personalia, banyaknya personal dam wilayah kerja, fasilitas fisik, penggunaan waktu, perumusan tujuan, prosedur, peran yang dierplulan, wawasan dan perasaan, bentuk hubungan antar bagian, hubungan dengan sistem yang lain, dan strategi.


(21)

RANGKUMAN

Kata inovasi sering diterjemahkan segala hal yang baru atau pembaharuan dan kadang-kadang juga dipakai untuk menyatakan penemuan, karena hal yang baru itu hasil penemuan. Kata penemuan juga sering digunakan untuk menterjemahkan kata dari bahasa Inggris ”discovery” dan ”invention”. Ada juga yang mengkaitkan antara pengertian inovasi dan modernisasi, karena keduanya membicarakan usaha pembaharuan.

Pendidikan adalah suatu sistem, maka inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan komponen sistem pendidikan, baik sistem dalam arti sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain, maupun sistem dalam arti yang luas misalnya sistem pendidikan nasional, antara lain: pembinaan personalia, banyaknya personal dan wilayah kerja, fasilitas fisik, penggunaan waktu, perumusan tujuan, prosedur, peran yang diperlukan, wawasan dan perasaan, bentuk hubungan antar bagian, hubungan dengan sistem yang lain, serta strategi.

TES FORMATIF

Setelah selesai melakukan berbagai kegiatan mempelajari konsep dasar inovasi pendidikan, jawablah pertanyaan berikut sebagai gambaran sampai dimana anda menguasai materi tersebut.


(22)

1. Suatu penemuan yang benar-benar baru hasil kreasi manusia merupakan arti dari:

a. diskoveri

b. invensi

c. inovasi d. modernisasi

2. Suatu penemuan yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada hanya belum diketahui orang disebut:

a. diskoveri

b. invensi c. inovasi d. modernisasi

3. Penemuan yang diadakan untuk memecahkan masalah dalam mencapai tujuan tertentu disebut:

a. diskoveri b. invensi

c. inovasi

d. modernisasi

4. Proses perubahan sosial dari masyarakat tradisional ke masyarakat maju disebut:

a. diskoveri b. invensi


(23)

c. inovasi

d. modernisasi

5. Merupakan karakteristik manusia modern ialah

a. dorongan kuat ingin tahu

b. bersikap ramah c. menghargai leluhur d. menunggu perubahan

6. Contoh inovasi dalam pendidikan: a. peningkatan mutu guru

b. penggunaan kurikulum tingkat satuan pendidikan

c. pemanfaatan laboratorium bahasa d. pengajaran kelompok

7. Yang bukan termasuk bentuk inovasi yaitu: a. ide

b. barang c. metode

d. tujuan

8. Kaitan antara inovasi dan modernisasi ialah a. merupkan perubahan sosial

b. penerapan inovasi sebagai tanda terjadinya modernisasi


(24)

9. Sistem pendidikan mempunyai prosedur untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan yang relevan dengan komponen ini yaitu:

a. penggunaan kurikulum baru

b. system kenaikan pangkat c. pemakaian media pemebeljaran d. aturan tata tertib siswa

10. Yang tidak termasuk tanda-tanda masyarakat yang modern adalah: a. ekonomi telah makmur

b. politik stabil

c. terpenuhinya pelayanan pendidikan

d. perubahan ke arah westernisasi

Cocokanlah jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif pada bagian modul ini. Hitunglah jawaban anda yang benar kemudian untuk mengetahui tingkat penguasaan terhadap modul 1:

Rumusnya:

Jumlah Jawaban yang Benar

Tingkat Penguasaan = --- x 100 % 10

Arti tingkatan penguasaan yang anda capai: 90 % - l00 % = baik sekali

80 % - 89 % = baik 70 % - 79 % = cukup


(25)

Bila anda telah mencapai tingkat kemampuan 80 % atau lebih, maka saudara bisa dengan mempelajari modul berikutnya. Tetapi bila saudara masih tingkat penguasaan di bawah 80 %, maka harus mengulangi kegiatan belajar mengajar terutama yang saudara belum pahami.

GLOSARIUM

1. Inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invensi maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu.

2. Invensi adalah suatu penemuan yang benar-benar baru hasil kreasi manusia. 3. Diskoveri adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal

yang ditemukan itu suadah ada, hanya belum diketahui orang.

4. Inovasi penemuan yang diadakan untuk memecahkan masalah auntuk mencapai tujuan tertentu.

5. Modernisasi adalah proses perubahan sosial dari masyarakat tradisional (yang belum modern) ke masyarakat yang lebih maju (masyarakat industri yang sudah modern).

6. Inovasi pendidikan adalah inovasi yang dipakai untuk memecahkan masalah pendidikan atau untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.


(26)

DAFTAR PUSTAKA

Alex Inkeles and David H. Smith, (1974), Becoming Modern, Individual Change in Six Development Countries. Massachusett: Harvard University Press Cambridge

Roger M & Shoemaker F. Floyd. (1971). Communication of Innovation. New York: The Free Press A Division of Macmillan Publishing Co. Inc.

Everett M. Rogers. (1983). Diffusion of Innovation. New York: The Free Press A Division of Macmillan Publishing Co. Inc

Francis Abraham (1980). Perspective on Modernization toward General Theory of Third World Development. Washington: University Press of America Gerald Zaltman, Philip Kolter, Ira Kaufman, (1977). Creating Social Change.

Holt Rinehart and Winston, Inc New York, Chicago, San Francisco, Atlanta, Dallas, Toronto.

Gerald Zaltman and Robert Duncan (1977). Strategies for Planned Change. A Wiley-Interscience Publication John Wiley and Sons, New York. London, Sydney, Toronto.

Gerald Zaltman, Rober Duncan, Johny Holbek. (1973). Innovation and Organization. A Wiley-Interscience Publication John Wiley and Sons, New York. London, Sydney, Toronto.

Gerald Zaltman, David H. Florio, Linda a Sikorski. (1977). Dynamic Educational Change. New York: The Free Press A Division of Macmillan Publishing Co. Inc

R.G. Havelock & A.M. Huberman. (1978). Solving Educational Problems, Praegar Publisher, A Division of Holt, Rinehart and Winston, CBS, Inc, New York.

Mattew B. Miles (1964). Innovation in Education, Bureau of Publication Teachers College. Columbia University New York


(27)

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF 1. B

2. A 3. C 4. D 5. A 6. B 7. D 8. B 9. A 10. D


(28)

MODUL 2

PROSES INOVASI PENDIDIKAN

PENDAHULUAN

Nicocolo Machiavelli berkata: “Tiada pekerjaan yang lebih susah merencanakannya, lebih meragukan akan keberhasilannya, lebih berbahaya dalam mengelolanya, daripada menciptakan suatu pembaharuan …. Apabila lawan telah merencanakan untuk menyerang inovator dengan mengerahkan kemarahan pasukannya sedangkan yang lain hanya bertahan dengan kemalasan, maka inovator beserta kelompoknya seperti dalam keadaan terancam. (The Prince (1513) dikutip Rogers, 1983).

Pernyataan Machiavelli tersebut menunjukkan betapa berat tugas inovator dan betapa sukarnya menyebarkan inovasi. Banyak orang mengetahui dan memahami sesuatu yang baru tetapi belum mau menerima apalagi melaksanakannya. Bahkan banyak pula yang menyadari bahwa sesuatu yang baru itu bermanfaat baginya, tetapi belum juga mau menerima dan mau menggunakan atau menerapkannya. Contohnya untuk mengefektifkan proses belajar mengajar para guru diminta membuat persiapan mengajar dengan menggunakan model desain pembelajaran kompetensi. Para guru ditatar dan dilatih membuat persiapan mengajar dengan model pembelajaran kompetensi. Tapi ternyata juga belum semua guru yang telah tahu dan dapat membuat persiapan mengajar dengan cara baru itu mau menggunakannya dalam kegiatan mengajar sehari-hari.


(29)

Ternyata memang ada jarak antara proses mengetahui dan mau menerapkannya serta menggunakan atau menerapkan ide yang baru tersebut. Maka dalam proses penyebaran inovasi timbul masalah yakni bagaimana caranya untuk mempercepat diterimanya suatu inovasi oleh masyarakat (sasaran penyebaran inovasi). Untuk memecahkan masalah tersebut maka difusi inovasi menarik perhatian para ahli pengembangan masyarakat dan dipelajari secara mendalam.

Dalam modul ini, Anda akan mempelajari proses inovasi dalam pendidikan Dengan memahami proses inovasi pendidikan, Anda diharapkan dapat memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Dapat menjelaskan pengertian difusi dan diseminasi inovasi 2. Dapat menjelaskan proses keputusan inovasi

3. Dapat menjelaskan proses inovasi pendidikan

Kemampuan tersebut sangat penting bagi Anda untuk mengembangkan wawasan dan pemahaman tentang inovasi pendidikan, yang dapat menjadi bahan analisis Anda.

Agar Anda berhasil dengan baik dalam mempelajari modul ini, ikuti petunjuk belajar sebagai berikut:

1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda memahami betul apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini.


(30)

2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-kata yang Anda anggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci dalam daftar kata-kata sulit modul ini atau dalam kamus yang ada.

3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan dengan tutor Anda.

4. Terapkan pengertian-pengertian inovasi pendidikan secara imajiner (dalam pikiran) dan dalam situasi terbatas melalui simulasi sejawat (peer-group simulation) pada saat tutorial.

5. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi mengenai pengalaman simulasi dalam kelompok kecil atau klasikal pada saat tutorial.

URAIAN MATERI

A. DIFUSI DAN DISEMINASI INOVASI 1. Pengertian Difusi dan Diseminasi Inovasi

Difusi ialah proses komunikasi inovasi antara warga masyarakat (anggota sistem sosial), dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu tertentu. Komunikasi dalam definisi ini ditekankan dalam arti terjadinya saling tukar informasi (hubungan timbal balik), antar beberapa individu baik secara memusat (konvergen) maupun memencar (divergen) yang berlangsung


(31)

secara spontan. Dengan adanya komunikasi ini akan terjadi kesamaan pendapat antar warga masyarakat tentang inovasi.

Jadi difusi dapat merupakan salah satu tipe komunikai yakni komunikasi yang mempunyai ciri pokok, pesan yang dikomunikasikan adalah hal yang baru (inovasi).

Rogers membedakan antara sistem difusi sentralisasi dan sistem difusi desentralisasi. Dalam sistem difusi sentralisasi, penentuan tentang berbagai hal seperti: kapan dimulainya difusi inovasi, dengan saluran apa, siapa yang akan menilai hasilnya, dan sebagainya, dilakukan oleh sekelompok kecil orang tertentu atau pimpinan agen pembaharu. Sedangkan dalam sistem difusi desentralisasi, penentuan itu dilakukan oleh klien (warga masyarakat) bekerja sama dengan beberapa orang yang telah menerima inovasi. Dalam pelaksanaan sistem difusi desentralisasi yang secara ekstrim tidak perlu ada agen pembaharu. Warga masyarakat itu sendiri yang bertanggungjawab terjadinya difusi inovasi.

Diseminasi adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelola. Jadi kalau difusi terjadi secara spontan, maka diseminasi dengan perencanaan. Dalam pengertian ini dapat juga direncanakan terjadinya difusi. Misalnya dalam penyebaran inovasi penggunaan pendekatan ketrampilan proses dalam proses belajar mengajar. Setelah diadakan percobaan ternyata dengan pendekatan keterampilan proses


(32)

Maka hasil percobaan itu perlu didesiminasikan. Untuk menyebarluaskan cara baru tersebut, dengan cara menatar beberapa guru dengan harapan akan terjadi juga difusi inovasi antar guru di sekolah masing-masisng. Terjadi saling tukar informasi dan akhirnya terjadi kesamaan pendapat antara guru tentang inovasi tersebut.

2. Elemen Difusi Inovasi

Rogers mengemukakan ada 4 elemen pokok difusi inovasi, yaitu: (1) inovasi, (2) komunikasi dengan saluran tertentu, (3) waktu, dan (4) warga masyarakat (anggota sistem sosial). Untuk jelasnya setiap elemen diurakan sebagai berikut:

1. Inovasi

Inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik berupa hasil invensi atau diskoveri yang diadakan untuk mencapai tujuan tertentu. Baru di sini diartikan mengandung ketidak tentuan (uncertainty), artinya sesuatu yang mengandung berbagai alternatif. Sesuatu yang tidak tentu masih terbuka berbagai kemungkinan bagi orang yang mengamati, baik mengenai arti, bentuk, manfaat, dan sebagainya. Dengan adanya informasi berarti mengurangi ketidak tentuan tersebut, karena dengan informasi itu berarti memperjelas arah pada satu alternatif tertentu.


(33)

Rogers membedakan dua macam informasi, pertama informasi yang berkaitan dengan pertanyaan “ Apa inovasi (hal yang baru) itu?”, “Bagaimana menggunakannya?”, “Mengapa perlu hal yang baru itu?”. Informasi yang kedua berkaitan dengan penilaian inovasi atau berkaitan dengan pertanyaan “Apa manfaat menerapkan inovasi?”. “Apa konsekuensinya menggunakan inovasi?.”

Jika anggota sistem sosial (warga masyarakat) yang menjadi sasaran inovasi dapat memperoleh informasi yang dapat menjawab berbagai pertanyaan tersebut dengan jelas, maka akan hilanglah ketidak tentuan terhadap inovasi. Mereka telah memperoleh pengertian yang mantap apa inovasi itu. Mereka akan menerima dan juga menerapkan inovasi. Cepat lambatnya proses penerimaan inovasi dipengaruhi juga oleh atribut dan karakteristik inovasi.

2. Komunikasi dengan saluran tertentu

Komunikasi dalam difusi inovasi ini diartikan sebagai proses pertukaran informasi antara anggota sistem sosial, sehingga terjadi saling pengertian antara satu dengan yang lain. Difusi adalah salah satu tipe komunikasi yang menggunakan hal yang baru sebagai bahan informasi. Inti dari pengertian difusi ialah terjadi komunikasi (pertukaran informasi) tentang sesuatu hal yang baru (inovasi). Kegiatan komunikasi dalam proses difusi mencakup hal-hal sebagai berikut: (1) suatu inovasi, (2) individu atau


(34)

individu atau kelompok yang lain yang belum mengenal inovasi, (4) saluran komunikasi yang menggabungkan antara kedua pihak tersebut.

Saluran komunikasi merupakan alat untuk menyampaikan informasi dari seorang ke orang lain. Kondisi ke dua pihak yang berkomunikasi akan mempengaruhi pemilihan atau penggunaan saluran yang tepat untuk mengefektifkan proses komunikasi. Misalnya saluran media massa seperti radio, televisi, suratkabar, dan sebagainya telah digunakan untuk menyampaikan informasi dari seorang atau seklompok orang kepada orang banyak (massa). Biasanya media massa digunakan untuk menyampaikan informasi kepada audien dengan maksud agar audien (peneriam informasi) mengetahui dan menyadari adanya inovasi. Sedangkan saluran interpersonal (hubungan secara langsung antar individu), lebih efektif untuk mempengaruhi atau membujuk seseorang agar mau menerima inovasi, terutama antara orang yang bersahabat atau mempunyai hubungan yang erat. Dalam penggunaan saluran interpersonal dapat juga terjadi hubungan untuk beberapa orang, dengan kata lain saluran interpersonal dapat dilakukan dalam suatu kelompok.

Dari hasil kajian para ahli ternyata dalam proses difusi banyak orang tidak menilai inovasi secara obyektif berdasarkan karya ilmiah, tetapi justru mereka menilai inovasi secara subyektif berdasarkan informasi yang diperoleh dari kawannya yang telah lebih dahulu mengetahui dan menerima inovasi. Proses komunikasi interpersonal ini akan efektif jika sesuai dengan prinsip homophily (kesamaan) yaitu: komunikasi akan lebih efektif jika dua orang


(35)

yang berkomunikasi itu memiliki kesamaan seperti: asal daerah, bahasa, kepercayaan, tingkat pendidikan, dan sebagainya. Seandainya seseorang diberi kebebasan untuk berinteraksi dengan sejumlah orang, ada kecenderungan orang itu akan memilih orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Proses komunikasi antar orang yang homophily akan lebih terasa akrab dan lancar, gangguan komunikasi kecil sehingga kemungkinan terjadinya pengaruh individu satu terhadap yang lain lebih besar. Tetapi dalam kenyataannya apa yang banyak dijumpai dalam proses difusi justru keadannya berlawanan dengan homophily yaitu heterophily. Misalnya seorang agen pembaharu yang bertugas di luar daerahnya. Maka dia harus berkomunikasi dengan orang yang mempunyai banyak perbedaan dengan dirinya (heterophily), berbeda tingkat kemampuannya, mungkin juga beda tingkat pendidikan, bahasa, dan sebagainya, akibatnya komunikasi kurang efektif.

Kesulitan dengan adanya perbedaan-perbedaan antara individu yang berkomunikasi itu dapat diatasi jika ada emphaty (empati) yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya (mengandaikan dirinya) sama dengan orang lain. Dengan kata lain empati ialah kemampuan untuk menyamakan dirinya dengan orang lain. Heterophily yang memiliki kemampuan empati yang tinggi, sebenarnya jika ditinjau dari psikologi sosial sudah merupakan homophily.


(36)

3. Waktu

Waktu adalah elemen yang penting dalam proses difusi, karena waktu merupakan aspek utama dalam proses komunikasi. Tetapi banyak peneliti komunikasi yang kurang memperhatikan aspek waktu, dengan bukti tidak menunjukkannya secara eksplisit variabel waktu. Mungkin hal ini terjadi karena waktu tidak secara nyata berdiri sendiri terlepas dari suatu kejadian, tetapi waktu merupakan aspek dari setiap kegiatan.

Peranan dimensi waktu dalam proses difusi terdapat pada tiga hal sebagai berikut: (1) proses keputusan inovasi, (2) kepekaaan seseorang terhadap inovasi, dan (3) kecepatan penerimaan inovasi.

(1) Proses keputusan inovasi ialah proses sejak seseorang mengetahui inovasi pertama kali sampai ia memutuskan untuk menerima atau menolak inovasi. Ada 5 langkah (tahap) dalam proses keputusan inovasi yaitu (a) pengetahuan tentang inovasi, (b) bujukan atau imbauan, (c) penetapan atau keputusan, (d) penerapan (implementasi), dan (e) konfirmasi (confirmation).

(2) Kepekaan seseorang terhadap inovasi. Tidak semua orang dalam suatu sistem sosial menerima inovasi dalam waktu yang sama. Mereka menerima inovasi dari urutan waktu, artinya ada yang dahulu ada yang kemudian. Orang yang menerima inovasi lebih dahulu secara reletif lebih peka terhadap inovasi daripada yang menerima inovasi lebih akhir. Jadi kepekaan inovasi ditandai dengan lebih dahulunya seseorang menerima


(37)

inovasi dari yang lain dalam suatu sistem sosial (masyarakat). Berdasarkan kepekaan terhadap inovasi dapat dikategorikan menjadi 5 kategori penerima inovasi yaitu: (a) inovator, (b) pemula, (c) mayoritas awal, (d) mayoritas, (e) terlambat (tertinggal)

(3) Kecepatan penerimaan inovasi ialah kecepatan relatif diterimanya inovasi oleh warga masyarakat. Kecepatan inovasi biasanya diukur berdasarkan lamanya waktu yang diperlukan untuk mencapai prosentase tertentu dari jumlah waktu masyarkat yang telah menerima inovasi. Oleh karen itu pengkuran kecepatan inovasi cenderung diukur dengan berdasarkan tinjauan penerimaan inovasi oleh keseluruhan warga masyarakat bukan penerimaan inovasi secara individual.

(4) Warga Masyarakat (anggota sistem sosial) ialah hubungan (interaksi antar individu atau orang dengan bekerja sama untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan tertentu. Anggota sistem sosial dapat individu, kelompok-kelompok informal, organisasi, dan sub sistem yang lain. Contohnya: petani di pedesaan, dosen, dan pegawai di perguruan tinggi, kelompok dokter di rumah sakit, dan sebagainya. Semua anggota sistem sosial bekerja sama untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan bersama. Dengan demikian maka sistem sosial merupakan ikatan bagi anggotanya dalam melakukan kegiatan artinya anggota tentu saling pengertian dan hubungan timbal balik. Jadi sistem sosial akan


(38)

dalam sistem sosial. Proses difusi melibatkan hubungan antar individu dalam sistem sosial, maka jelaslah bahwa individu akan terpengaruh oleh sistem sosial dalam menghadapi suatu inovasi. Berbeda sistem sosial akan berbeda pula proses difusi inovasi, walaupun mungkin dikenalkan dan diberi fasilitas dengan cara dan perlengkapan yang sama.

B. PROSES KEPUTUSAN INOVASI 1. Pengertian Proses Keputusan Inovasi

Proses keputusan inovasi ialah proses yang dilalui (dialami) individu (unit pengambil keputusan yang lain), mulai dari pertama tahu adanya inovasi, kemudian dilanjutkan dengan keputusan setuju terhadap inovasi, penetapan keputusan menerima atau menolak inovasi, implementasi inovasi, dan konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang telah diambilnya. Proses keputusan inovasi bukan kegiatan yang dapat berlangsung seketika, tetapi merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu, sehingga individu atau organisasi dapat menilai gagasan yang baru itu sebagai bahan pertimbangan untuk selanjutnya akan menolak atau menerima inovasi dan menerapkannya. Ciri pokok keputusan inovasi dan merupakan perbedaannya dengan tipe keputusan yang lain ialah dimulai dengan adanya ketidak tentuan (uncertainty) tentang sesuatu (inovasi).

Misalnya kita harus mengambil keputusan antara menghadiri rapat atau bermain olah raga, maka kita sudah tahu apa yang akan dilakukan jika


(39)

oleh raga begitu pula apa yang akan dilakukan jika menghadiri rapat. Rapat dan olah raga bukan hal yang baru. Pertimbangan dalam mengambil keputusan mana yang paling menguntungkan sesuai dengan kondisi saat itu. Keputusan ini bukan keputusan inovasi.

Tetapi jika kita harus mengambil keputusan untuk mengganti penggunaan kompor minyak dengan kompor gas, yang sebelumnya belum pernah tahu tentang kompor gas, maka keputusan ini adalah keputusan inovasi. Proses pengambilan keputusan mau atau tidak mau menggunakan kompor gas, dimulai dengan adanya serba ketidak tentuan tentang kompor gas. Masih terbuka berbagai alternatif, mungkin lebih bersih, lebih hemat, lebih tahan lama, tetapi juga mungkin berbahaya, dan sebagainya. Untuk sampai pada keputusan yang mantap menerima atau menolak kompor gas perlu informasi. Dengan kejelasan informasi akan mengurangi ketidak tentuan dan berani mengambil keputusan.

2. Model Proses Keputusan Inovasi

Menurut Roger, proses keputusan inovasi terdiri dari 5 tahap, yaitu (a) tahap pengetahuan, (b) tahap bujukan, (c) tahap keputusan, (d) tahap implementasi, dan (e) tahap konfirmasi.

a. Tahap Pengetahuan (Knowledge)


(40)

bagaimana fungsi inovasi tersebut. Pengertian menyadari dalam hal ini bukan memahami tetapi membuka diri untuk mengetahui inovasi.

Seseorang menyadari atau membuka diri terhadap suatu inovasi tentu dilakukan secara aktif bukan secara pasif. Misalnya pada acara siaran televisi disebutkan berbagai macam acara, salah satu menyebutkan bahwa pada jam 19.30 akan ada siaran tentang metode baru cara mengajar berhitung di Sekolah Dasar. Guru A yang mendengar dan melihat acara tersebut kemudian sadar bahwa ada metode baru tersebut, maka pada diri Guru A tersebut sudah mulai proses keputusan inovasi pada tahap pengetahuan. Sedangkan Guru B walaupun mendengar dan melihat acara TV, tidak ada keinginan untuk tahu, maka belum terjadi proses keputusan inovasi.

Seseorang menyadari perlunya mengetahui inovasi biasanya tentu berdasarkan pengamatannya tentang inovasi itu sesuai dengan kebutuhan, minat atau mungkin juga kepercayaannya. Seperti contoh Guru A tersebut, berarti ia ingin tahu metode baru berhitung karena ia memerlukannya. Adanya inovasi menumbuhkan kebutuhan karena kebetulan ia merasa butuh. Tetapi mungkin juga terjadi bahkan karena seseorang butuh sesuatu maka untuk memenuhinya diadakan inovasi. Dalam kenyataan di masyarakat hal yang kedua ini jarang terjadi, karena banyak orang tidak tahu apa yang diperlukan. Apalagi dalam bidang pendidikan, yang dapat merasakan perlunya ada perubahan biasanya orang yang ahli, sedang guru sendiri belum tentau mau menerima perubahan atau inovasi yang sebenarnya diperlukan untuk


(41)

mengefektifkan pelaksanan tugasnya. Sebagaimana halnya menurut dokter, kita perlu makan vitamin, tetapi kita tidak menginginkannya, dan sebaliknya sebenarnya kita ingin sate tetapi menurut dokter justru sate membahayakan kita.

Setelah seseorang menyadari adanya inovasi dan membuka dirinya untuk mengetahui inovasi, maka keaktifan untuk memenuhi kebutuhan ingin tahu tentang inovasi itu buka hanya berlangsung pada tahap pengetahuan saja tetapi juga pada tahap yang lain bahkan sampai tahap konfirmasi masih ada keinginan untuk mengetahui aspek-aspek tertentu dari inovasi.

b. Tahap Bujukan (Persuation)

Pada tahap persuasi dari proses keputusan inovasi, seseorang membentuk sikap menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi. Jika pada tahap pengetahuan proses kegiatan mental yang utama bidang kognitif, maka pada tahap persuasi yang berperan utama bidang afektif atau perasaan. Seseorang tidak dapat menyenangi inovasi sebelum ia tahu lebih dulu tentang inovasi.

Dalam tahap persuasi ini lebih banyak keaktifan mental yang memegang peran. Seseorang akan berusaha mengetahui lebih banyak tentang inovasi dan menafsirkan informasi yang diterimanya. Pada tahap ini berlangsung seleksi informasi disesuaikan dengan kondisi dan sifat pribadinya. Di sinilah peranan karakteristik inovasi dalam mempengaruhi


(42)

Dalam tahap persiasi ini juga sangat penting peran kemampuan untuk mengantisipasi kemungkinan penerapan inovasi di masa datang. Perlu ada kemampuan untuk memproyeksikan penerapan inovasi dalam pemikiran berdasarkan kondisi dan situasi yang ada. Untuk mempermudah proses mental itu, perlu adanya gambaran yang jelas tentang bagaimana pelaksanaan inovasi, jika mungkin sampai pada konsekuensi inovasi.

Hasil dari tahap persuasi yang utama ialah adanya penentuan menyenangi atau tidak menyenangi inovasi. Diharapkan hasil tahap persuasi akan mengarahkan proses keputusan inovasi atau dengan dengan kata lain ada kecenderungan kesesuaian antara menyenangi inovasi dan menerapkan inovasi. Namun perlu diketahui bahwa sebenarnya antara sikap dan aktivitas masih ada jarak. Orang menyenangi inovasi belum tentu ia menerapkan inovasi. Ada jarak atau kesenjangan antara pengetahuan-sikap, dan penerapan (praktek). Misalnya seorang guru tahu tentang metode diskusi, tahu cara menggunaknnya, dan senang seandainya menggunakan, tetapi ia tidak pernah menggunakan, karena beberapa faktor: tempat duduknya tidak memungkinkan, jumlah siswanya terlalu besar, dan takut bahan pelajarannya tidak akan dapat disajikan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan. Perlu ada bantuan pemecahan masalah.

c. Tahap Keputusan (Decision)


(43)

menolak inovasi. Menerima inovasi berarti sepenuhnya akan menerapkan inovasi. Menolak inovasi berarti tidak akan menerapkan inovasi.

Sering terjadi seseorang akan menerima inovasi setelah ia mencoba lebih dahulu. Bahkan jika mungkin mencoba sebagian kecil lebih dahulu, baru kemudaian dilanjutkan secara keseluruhan jika sudah terbukti berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Tetapi tidak semua inovasi dapat dicoba dengan dipecah menjadi beberapa bagian. Inovasi yang dapat dicoba bagian demi bagian akan lebih cepat diterima.

Dapat juga terjdai percobaan cukup dilakukan sekelompok orang dan yang lain cukup mempercayai dengan hasil percobaan temannya.

Perlu diperhatikan bahwa dalam kenyataannya pada setiap tahap dalam proses keputusan inovasi dapat terjadi penolakan inovasi. Misalnya penolakan dapat terjadi pada awal tahap pengetahuan, dapat juga terjadi pada tahap persuasi, mungkin juga terjadi setelah konfirmasi, dan sebagainya.

Ada dua macam penolakan inovasi yaitu: (a) penolakan aktif artinya penolakan inovasi setelah melalui proses mempertimbangkan untuk menerima inovasi atau mungkin sudah mencoba lebih dahulu, tetapi keputusan akhir menolak inovasi, dan (2) penolakan pasif artinya penolakan inovasi dengan tanpa pertimbangan sama sekali.

Dalam pelaksanaan difusi inovasi antara: pengetahuan, persuasi, dan keputusan inovasi sering berjalan bersamaan. Satu dengan yang lain saling


(44)

berkaitan. Bahkan untuk jenis inovasi tertentu dan dalam kondisi tertentu dapat terjadi uruatan: pengetahuan – keputusan inovasi – baru persuasi.

d. Tahap Implementasi (Implementation)

Tahap implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila seseorang menerapkan inovasi. Dalam tahap impelemntasi ini berlangsung keaktifan baik mental maupun perbuatan. Keputusan penerima gagasan atau ide baru dibuktikan dalam praktek. Pada umumnya impelementasi tentu mengikuti hasil keputusan inovasi. Tetapi dapat juga terjadi karena sesuatu hal sudah memutuskan menerima inovasi tidak diikuti implementasi. Biasanya hal ini terjadi karena fasilitas penerapan yang tidak tersedia.

Kapan tahap implementasi berakhir? Mungkin tahap ini berlangsung dalam waktu yang sangat lama, tergantung dari keadaan inovasi itu sendiri. Tetapi biasanya suatu tanda bahwa taraf implementasi inovasi berakhir jika penerapan inovasi itu sudah melembaga atau sudah menjadi hal-hal yang bersifat rutin. Sudah tidak merupakan hal yang baru lagi.

Hal-hal yang memungkinkan terjadinya re-invensi antara inovasi yang sangat komplek dan sukar dimengerti, penerima inovasi kurang dapat memahami inovasi karena sukar untuk menemui agen pembaharu, inovasi yang memungkinkan berbagai kemungkinan komunikasi, apabila inovasi diterapkan untuk memecahkan masalah yang sangat luas, kebanggaan akan inovasi yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu juga dapat menimbulkan


(45)

re-e. Tahap Konfirmasi (Confirmation)

Dalam tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan yang telah diambilnya, dan ia dapat menarik kembali keputusannya jika memang diperoleh informasi yang bertentangan dengan informasi semula. Tahap konfirmasi ini sebenarnya berlangsung secara berkelanjutan sejak terjadi keputusan menerima atau menolak inovasi yang berlangsung dalam waktu yang tak terbatas. Selama dalam konfirmasi seseorang berusaha menghindari terjadinya disonansi paling tidak berusaha menguranginya.

Terjadinya perubahan tingkah laku seseorang antara lain disebabkan karena terjadinya ketidakseimbangan internal. Orang itu merasa dalam dirinya ada sesuatu yang tidak sesuai atau tidak selaras yang disebut disonansi, sehingga orang itu merasa tidak enak. Jika seseorang merasa dalam dirinya terjadi disonansi, maka ia akan berusaha untuk menghilangkannya atau paling tidak menguranginya dengan cara mengubah pengetahuannya, sikap atau perbuatannya. Dalam hubungannya dengan difusi inovasi, usaha mengurangi disonansi dapat terjadi:

(1) Apabila seseorang menyadari akan sesuatu kebutuhan dan berusaha mencari sesuatu untuk memenuhi kebutuhan misalnya dengan mencari informasi tentang inovasi. Hal ini terjadi pada tahap penegtahuan dalam proses keputusan inovasi.


(46)

inovasi. Maka ia akan berusaha untuk menerimanya, guna mengurangi adanya disonansi antara apa yang disenangi dan diyakini dengan apa yang dilakukan. Hal ini terjadi pada tahap keputusan inovasi, dan tahap implementasi dalam proses keputusan inovasi.

(3) Setelah seseorang menetapkan menerima dan menerapkan inovasi, kemudian diajak untuk menolaknya. Maka disonansi ini dapat dikurangi dengan cara tidak melanjutkan penerimaan dan penerapan inovasi (discontinuing). Ada kemungkinan lagi seseorang telah menetapkan untuk menolak inovasi, kemudian diajak untuk menerimanya. Maka usaha mengurangi disonansi dengan cara menerima inovasi (mengubah keputusan semula). Perubahan ini terjadi (tidak meneruskan inovasi atau mengikuti inovasi terlambat pada tahap konfirmasi dari proses keputusan inovasi.

Ketiga cara mengurangi disonansi tersebut, berkaitan dengan perubahan tingkah laku seseorang sehingga antara sikap, perasaan, pikiran, perbuatan sangat erat hubungannya bahkan sukar dipisahkan karena yang satu mempengaruhi yang lain. Sehingga dalam kenyataan kadang-kdanag sukar orang akan mengubah keputusan yang sudah terlanjur mapan dan disenangi, walaupun secara rasional diketahui ada kelemahannya. Oleh karena sering terjadi untuk menghindari timbulnya disonansi, maka itu hanya berubah mencari informasi yang dapat memperkuat keputusannya. Dengan kata lain


(47)

orang itu melakukan seleksi informasi dalam tahap konfirmasi (selective exposure).

Untuk menghindari terjadinya dropout dalam penerimaan dan implementasi inovasi (discontinu) peranan agen pembaharu sangat dominan. Tanpa ada monitoring dan penguatan orang akan mudah terpengaruh pada informasi negatif tentang inovasi.

3. Tipe Keputusan Inovasi

Inovasi dapat diterima atau ditolak oleh seseorang (individu) sebagai anggota sistem sosial, atau oleh keseluruhan anggota sistem sosial, yang menentukan untuk menerima inovasi berdasarkan keputusan bersama atau berdasarkan paksaan (kekuasaan). Dengan dasar kenyataan tersebut maka dapat dibedakan adanya beberapa tipe keputusan inovasi:

a. Keputusan inovasi opsional., yaitu pemilihan menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang ditentukan oleh individu (seseorang) secara mandiri tanpa tergantung atau terpengaruh dorongan anggota sistem sosial yang lain. Meskipun dalam hal ini individu mengambil keputusan itu berdasarkan norma sistem sosial atau hasil komunikasi interpersonal dengan anggota sistem sosial yang lain. Jadi hakekat pengertian keputusan inovasi opsional ialah individu yang berperan sebagai pengambil keputusan untuk menerima atau menolak suatu inovasi.


(48)

berdasarkan kesepakatan anatar anggota sistem sosial. Semua anggota sistem sosial harus mentaati keputusan bersama yang telah dinuatnya. Misalnya, atas kesepakatan waraga masyarakat di setipa RT untuk tidak membuang sampah di sungai, yang kemudian disahkan pada rapat antar ketua RT dalam satu wialyah RW. Maka konsekuensinya semua warga RW tersebut harus mentaati keputusan yang telah dibuat tersebut, walaupun mungkin secara pribadi masih ada beberapa individu yang masih berkeberatan.

c. Keputusan inovasi otoritas, ialah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai kedudukan, status, wewenang atau kemampuan yang lebih tinggi daripada anggota yang lain dalam suatu sistem sosial. Para anggota sama sekali tidak mempunyai pengaruh atau peranan dalam membuat keputusan inovasi. Para anggota sistem sosial tersebut hanya melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh unit pengambil keputusan. Misalnya seorang pimpinan perusahaan memutuskan agar sejak tanggal 1 Januari semua pegawai harus memakai seragam biru putih. Maka semua pegawai sebagai anggota sistem sosial di perusahaan itu harus tinggal melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh atasannya.

Ketiga tipe keputusan inovasi tersebut merupakan rentangan (continuum) dari keputusan opsional (individu dengan penuh tanggung jawab


(49)

secara mandiri mengambil keputusan), dilanjutkan dengan keputusan kolektif (individu memeproleh sebagian wewenang untuk mengambil keputusan), dan yang terakhir keputusan otoritas (individu sama sekali tidak mempunyai hak untuk ikut mengambil keputusan). Keputusan kolektif dan otoritas banyak digunakan dalam organisasi formal, seperti peruasahaan, sekaolah, perguruan tinggi, organisasi pemerintahan, dan sebagainya. Sedangkan keputusan opsional sering digunakan dalam penyebaran inovasi kepada petani, konsumen, atau inovasi yang sasarannya anggota masyarakat sebagai individu bukan sebagai anggota organisasi tertentu.

Biasanya yang paling cepat diterimanya inovasi dengan menggunakan tipe keputusan otoritas, tetapi masih juga tergantung pada bagaimana pelaksanaannya. Sering terjadi juga kebohongan dalam pelaksanaan keputusan otoritas. Dapat juga terjadi bahawa keputusan opsional lebih cepat dari keputusan kolektif, jika ternyata untuk membuat kesepakatan dalam musyawarah antara anggota sistem sosial mengalami kesukaran. Cepat lambatnya difusi inovasi tergantung pada berbagai faktor.

Tipe keputusan yang digunakan untuk menyebarluaskan suatu inovasi dapat juga berubah dalam waktu tertentu. Rogers memberi contoh inovasi penggunaan tali pengaman bagi pengendara mobil (automobil seat belts). Pada mulanya pemasangan seatbelt di mobil diserahkan kepada pemiliki kendaraan yang mampu membiayai pemasangannya. Jadi menggunakan keputusan


(50)

mempersyaratkan semua mobil baru harus dilengkapi dengan tali pengaman. Jadi keputusan inovasi pemasangan tali pengaman dibuat secara kolektif. Kemudian banyak reaksi terhadap peraturan ini, sehingga pemerintah kembali kepada peraturan lama keputusan menngunakan tali pengaman diserahkan kepada tiap individu (tipe keputusan opsional).

d. Keputusan inovasi kontingensi (contingent) yaitu pemilihan menerima atau menolak suatu inovasi, baru dapat dilakukan hanya setelah ada keputusan inovasi yang mendahuluinya. Misalnya di sebuah perguruan tinggi, seorang dosen tidak mungkin untuk memutuskan secara opsional untuk memakai komputer sebelum didahului keputusan oleh pimpinan fakultasnya untuk melengkapi peralatan fakultas dengan komputer. Jadi ciri pokok dari keputusan inovasi kontingen ialah digunakannya dua atau lebih keputusan inovasi secara bergantian untuk menangani suatu difusi inovasi, terserah yang mana yang akan digunakan dapat keputusan opsional, kolektif atau otoritas.

Sistem sosial terlibat secara langsung dalam proses keputusan inovasi kolektif, otoritas dan kontingen, dan mungkin tidak secara langsung terlibat dalam keputusan inovasi opsional.


(51)

C. PROSES INOVASI PENDIDIKAN 1. Pengertian Proses Inovasi Pendidikan

Proses inovasi pendidikan adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh individu atau organisasi, mulai sadar tahu adanya inovasi sampai menerapkan (implementasi) inovasi pendidikan. Kata proses mengandung arti bahwa aktivitas itu dilakukan dengan memakan waktu dan setiap saat tentu terjadi perubahan. Berapa lama waktu yang dipergunakan selama proses itu berlangsung akan berbeda antara orang atau organisasi satu dengan yang lain tergantung pada kepekaan orang atau organisasi terhadap inovasi. Demikian pula selama proses inovasi itu berlangsung akan selalu terjadi perubahan yang berkesinambungan sampai proses itu dinyatakan berakhir.

2. Beberapa Model Proses Inovasi Pendidikan

Dalam mempelajari proses inovasi para ahli mencoba mengidentifikasi kegiatan apa saja yang dilakukan individu selama proses itu berlangsung serta perubahan apa yang terjadi dalam proses inovasi, maka hasilnya diketemukan pentahapan proses inovasi seperti berikut:

a. Beberapa Model Proses Inovasi Yang berorientasi pada Individual, antara lain:

(1) Lavidge & Steiner (1961): - Menyadari

- Mengetahui - Menyukai - Memilih


(52)

(2) Colley (1961): - Belum menyadari - Menyadari

- Memahami - Mempercayai

- Mengambil tindakan (3) Rogers (1962):

- Menyadari

- Menaruh perhatian - Menilai

- Mencoba

- Menerima (Adoption) (4) Robertson (1971):

- Persepsi tentang masalah - Menyadari

- Memahami - Menyikapi - Mengesahkan - Mencoba - Menerima - Disonansi

(5) Rogers & Shoemakers (1971):

Pengetahuan a Persuasi

(Sikap) Keputusan

Konfirmasi

Menolak Menerima


(53)

(6) Klonglan & Coward (1970):

(7) Zaltman & Brooker (1971): Menyadari

Informasi Evaluasi Menerima

Simbolik Mencoba Percobaan

Diterima Menggunakan

Menolak Simbolik

Percobaan Ditolak

Persepsi Memotivasi

Menyikapi Legitimasi Mencoba

Resolusi Evaluasi

Menerima Menolak


(54)

b. Beberapa Model Proses Inovasi Yang Berorientasi pada Organisasi, antara lain:

(1) Milo (1971): - Konseptualisasi - Tentatif adopsi - Penerimaan Sumber - Implementasi - Institusionalisasi (2) Shepard (1967):

- Penemuan ide - Adopsi - Implementasi (3) Hage & Aiken (1970):

- Evaluasi - Inisiasi - Implementasi - Routinisasi (4) Wilson (1966):

- Konsepsi perubahan - Pengusulan perubahan - Adopsi dan Implementasi (5) Rogers (1983):

Tahap-Tahap Proses Inovasi

Kegiatan pokok pada tiap tahap proses inovasi

I. Inisiasi (permulaan) Kegiatan pengumpulan informasi, konsep-aktualisasi, dan perencanaan untuk menerima inovasi, semuanya diarahkan untuk membuat keputusan menerima inovasi

1. Agenda setting Semua permasalahan umum organisasi diru-muskan guna menentukan kebutuhan inovasi, dan diadakan studi lingkungan untuk menentukan nilai potensial inovasi bagi organisasi

2.Penyesuaian (matching)

Diadakan penyesuain antara masalah organisasi dengan inovasi yang akan digunakan,


(55)

ken-penerapan inovasi yang sudah sesuai dengan masalah yang dihadapi

Keputusan untuk menerima inovasi

II. Implementasi Semua kejadian, kegiatan, dan keputusan dilibatkan dalam penggunaan inovasi

3. Re-definisi/Re-strukturisasi 1) Inovasi dimodifikasi dan re-invensi disesuaikan situasi dan masalah organisasi

2) Struktur organisasi disesuaikan dengan inovasi yang telah dimodifikasi agar dapat menunjang inovasi.

4. Klarifikasi Hubungan antara inovasi dan organisasi dirumuskan dengan sejelas-jelasnya sehingga inovasi benar-benar dapat diterapkan sesuai yang diharapkan 5. Rutinisasi Inovasi kemungkinan telah kehilangan

sebagian identitasnya, dan menjadi bagian dari kegiatan rutin organisasi (6) Zaltman, Duncan & Holbek (1973):

- Tahap Permulaan (Inisiasi)

(1) Langkah pengetahuan dan kesadaran

(2) Langkah pembentukan sikap terhadap inovasi - Tahap Implementasi

(1) Langkah awal implementasi (2) Langkah kelanjutan pembinaan

Berikut ini diberikan uraian secara singkat proses inovasi dalam organisasi menurut Zaltman, Duncan, dan Holbek (1973).


(56)

implementasi (implementation stage). Tiap tahap dibagi lagi menjadi beberapa langkah (sub stage).

I. Tahap Permulaan (Intiation Stage) (1) Langkah pengetahuan dan kesadaran

Jika inovasi dipandang sebagai suatu ide, kegiatan, atau material yang diamati baru oleh unit adopsi (penerima inovasi), maka tahu adanya inovasi menjadi masalah yang pokok. Sebelum inovasi dapat diterima calon penerima harus sudah menyadari bahwa ada inovasi, dan dengan demikian ada kesempatan untuk menggunakan inovasi dalam organisasi. Sebagaimana telah kita bicarakan pada waktu membicarakan proses keputusan inovasi, maka timbul masalah mana yang dulu tahu dan sadar ada inovasi atau merasa butuh inovasi. Maka Rogers dan Shoemakers mengemukakan seperti mana dulu ayam atau telur, tergantung situasinya. Mungkin dapat tahu dan sadar inovasi baru merasa butuh atau sebaliknya.

Jika kita lihat kaitannya dengan organisasi, maka adanya kesenjangan penampilan (performance gaps) mendorong untuk mencari cara-cara baru atau inovasi. Tetapi juga dapat terjadi sebaliknya karena sadar akan adanya inovasi, maka pimpinan organisasi merasa bahwa dalam organisasinya ada sesuatu yang ketinggalan. Kemudian merubah hasil yang diharapkan, maka terjadi sejenjangan penampilan.


(57)

(2) Langkah pembentukan sikap terhadap inovasi

Dalam tahap ini anggota organisasi membentuk sikap terhadap inovasi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap terhadap inovasi memegang peranan yang penting untuk menimbulkan motivasi untuk ingin berubah atau mau menerima inovasi. Paling tidak ada dua hal dari dimensi sikap yang dapat ditunjukkan anggota organisasi terhadap adanya inovasi yaitu:

(a) sikap terbuka terhadap inovasi, yang ditandai dengan adanya: - kemauan anggota organisasi untuk memeprtimbangkan inovasi. - mempertanyakan inovasi (skeptic)

- merasa bahwa inovasi akan dapat meningkatkan kemampuan organisasi dalam menjalankan fungsinya.

(b) memiliki persepsi tentang potensi inovasi yang ditandai dengan adanya pengamatan yang menunjukkan:

- bahwa ada kemampuan bagi organisasi untuk menggunakan inovasi.

- organisasi telah pernah mengalami keberhasilan pada masa lalu dengan menggunakan inovasi.

- adanya komitmen atau kemauan untuk bekerja dengan menggunakan inovasi serta siap untuk menghadapi kemungkinan timbulnya masalah dalam penerapan inovasi.


(58)

Dalam mempertimbangkan pengaruh dari sikap anggota organisasi terhadap proses inovasi, maka perlu dipertimbangkan juga perubahan tingkah laku yang diharapkan oleh organisasi formal. Jika terjadi perbedaan antara sikap individu terhadap inovasi dengan perubahan tingkah laku yang diharapkan oleh pimpinan organisasi, maka terjadi disonansi inovasi. Ada dua macam disonansi yaitu penerimaan disonan dan penolak disonan.

Empat macam tipe disonan-konsonan berdasarkan sikap individu terhadap inovasi dan perubahan tingkah laku yang diharapkan oleh organisasi,dapat ditunjukkan dengan bagan sebagai berikut: Sikap anggota

terhadap inovasi

Perubahan tingkah laku yang diharapkan oleh organisasi formal

Menolak Menerima

Tidak Menyukai I. Penolak konsonan II. Penerima disonan Menyukai III. Penolak disonan IV. Penerima konsonan (Rogers and Shoemaker, 1971:31)

Penerima disonan terjadi jika anggota tidak menyukai inovasi, tetapi organisasi mengharapkan menerima inovasi. Sedangkan penolak disonan terjadi jika anggota menyenangi inovasi tetapi organisasi menolak inovasi. Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), lama-lama disonansi dapat terkurangi dengan dua cara yaitu:

(a) Anggota organisasi merubah sikapnya menyesuaikan dengan kemauan organisasi.


(1)

sebagai langkah awal yang penting dalam pengembangan dan penilaian pembelajaran, karena tujuan dan hambatan dijelaskan dalam langkah ini.

Penilaian sebagai komponen terakhir dalam pembelajaran berfungsi untuk mengukur sejauhmana tujuan pembelajaran telah tercapai dan tindakan apa yang harus dilakukan apabila tujuan tersebut belum tercapai. Melalui pendekatan pembelajaran e-learning, kegiatan evaluasi untuk mengetahui hasil dapat dilakukan secara bervariasi, setiap siswa dapat melihat dan mengikuti suruhan-suruhan yang berada pada halam web. Bisa berupa pertanyaan, tugas-tugas dan latihan yang harus dikerjakan siswa.

LATIHAN

Petunjuk: Jawablah pertanyaan di bawah ini secara jelas dan tepat

1. Jelaskan pengertian kemasan dan pengemasan bahan ajar dalam teknologi informasi!

2. Diskusikan dengan temanmu, apa perbedaan antara bahan ajar yang termasuk printed materials dan bahan ajar non printed materials!

3. Langkah-langkah yang ditempuh dalam prosedur pengembangan bahan ajar! 4. Kemukakan kawasan teknologi pembelajaran menurut Seels, (l994)!

Rambu-Rambu Jawaban

Untuk menjawab soal latihan secara lengkap, anda dapat mengacu pada uraian materi Kemasan bahan dan teknologi pembelajaran:

1. Kemasan berarti bungkusan, sedangkan pengemasan berarti membungkus atau mengepak, maksudnya kemasan dan pengemasan merupakan bagian dari proses perancangan yang berkaitan dengan fungsi dan penampilan produk bahan ajar, mudah didistribusikan secara ekonomis, efektif biaya dan daya jual.

2. Bahan ajar printed material atau bahan tercetak yaitu bahan tercetak antara lain berupa buku, modul, paket berprograma, komik, cergam, poster, dan leaflet. Sedangkan bahan ajar non printed material yaitu bahan ajar yang termasuk bahan tidak melalui cetak antara lain berupa kaset audio, kaset video, cd, vcd dan film. 3. Prosedur pengembangan bahan ajar meliputi: Persiapan, penulisan draft bahan ajar, pendiskusian isi draft bahan ajar dan tahap penyelesaian.

4. Seels (l994) menjelaskan tentang kawasan teknologi pembelajaran meliputi kawasan desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian. RANGKUMAN

Bahan belajar merupakan seperangkat material yang digunakan seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Bahan belajar dapat berupa dikemas

sedemikian rupa agar menarik pembelajar sehingga mudah didistribusikan dengan efektif dan efesien dalam mencapai sasaran belajar. Bahan belajar dapat

dikatahorikan menjadi dua kelompok, yaitu bahan ajar tercetak atau printed materials dan kelompok bahan belajar tidak tercetak atau non printed materials.

Bahan belajar yang dikembangkan dapat digunakan sebagai sumber utama pembelajaran dan bahan belajar yang sifatnya penunjang untuk pengayaan atau kategori suplemen. Dua kelompok ini dapat dilihat dari penggunaan bahan ajar dalam proses pembelajaran, yaitu bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran dengan bimbingan langsung dari guru, dan bahan ajar yang digunakan siswa


(2)

untuk belajar mandiri tanpa bimbingan langsung guru. Kaitannya dengan e-learning, ada kecenderungan bahan ajar itu cocok untuk kepentingan belajar jarak jauh, seperti modul.

Langkah-langkah pengembangan bahan ajar diawali persiapan yang dipelajari adalah kurikulum/GBPP mata pelajaran tertentu yang berkaitan dengan tujuan, struktur materi, strategi/metode dan evaluasi. Langkah berikutnya

penulisan bahan ajar sesuai karakteristik yang telah dirancang, disusul dengan diskusi isi draft bahan ajar pada kelompok sejenis misalkan KKG yang

melibatkan ahli yang berbeda. Setelah itu, perhatikan sistematika, penulisan, dan kelengkapan bahan penunjang seperti gambar, tabel dsb. Pendekatan dalam perancangan bahan ajar adalah kawasan teknologi pembelajaran meliputi desain, pengembangan, pemanfaatan, penglolaan dan penilaian. Kelima kawasan ini kait mengkait dalam praktek pembelajaran yang berbasis e-learning.

TES FORMATIF 3

Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat. 1. Menurut Richard Weiner, teknologi informasi adalah:

a. Bagian unsur dinamis dalam proses belajar b. Menyimpan dan mengolah informasi

c. Pemrosesan, pengolahan dan penyebaran data melalui komputer

d. Bagaimana data diolah dan diproses dengan menggunakan telekomunikasi 2. Konsep kemasan dalam pembelajaran lebih dititikberatkan pada:

a. Produk yang dihasilkan dari proses pengemasan b. Produk yang berkaitan dari konsumsi dan industri

c. Bagian dari proses perancangan yang berkaitan dengan penampilan produk d. Bagian dari proses perancangan yang berkaitan dengan bahan belajar 3. Instrumental input dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan: a. Bahan ajar harus disesuaikan dengan kurikulum

b. Bahan ajar memiliki peran sebagai penopang dari kegiatan pembelajaran c. Kesesuaian bahan ajar dengan tujuan pembelajaran

d. Suplemen yang dikembangkan menjadi berbagai jenis bahan ajar 4. Salah satu bahan ajar yang termasuk kelompok non printed materials: a. Cergam

b. Leaflet c. Kaset video d. Modul

5. Salah satu karakteristik bahan ajar yang dikembangkan termasuk pada kelompok bahan cetak, kecuali adalah:

a. Bahan ajar ditujukan untuk kepentingan kurikuler b. Bahan ajar mengoptimalkan belajar mandiri c. Bahan ajar dapat memberikan bahan pengayaan

d. Bahan ajar yang dikembangkan pembaca utamanya tidak hanya siswa 6. Langkah terakhir dari persiapan untuk menyusun suatu bahan ajar adalah: a. Mempelajari kurikulum suatu bidang studi


(3)

c. Mengumpulkan berbagai sumber belajar yang diperlukan d. Memperhatikan aspek metodologis dan psikologis anak didik

7. Prosedur langkah pembelajaran setelah penulisan draft bahan ajar adalah: a. Mendiskusikan isi draf bahan ajar

b. Menyusun bahan ajar suatu bidang studi

c. Mengumpulkan berbagai sumber belajar yang diperlukan d. Memperhatikan aspek kebahasaan dan keterbacaan

8. Dalam teknologi pembelajaran, kawasan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian dan supervisi dikatagorikan:

a. Kawasan pemanfaatan b. Kawasan pengelolaan c. Kawasan penilaian d. Kawasan pengembangan

9. Kawasan teknologi pembelajaran yang berkaitan dengan kawasan desain, kecuali meliputi:

a. Strategi pembelajaran b. Pengelolaan informasi c. Karakteristik pembelajaran d. Pemanfatan media pembelajaran

10. Kemasan evaluasi lebih menitikberatkan pada: a. Kemasan yang berhasil dibuat kemudian dipasarkan b. Bahan masukan untuk diadakan perbaikan

c. Mengetahui kecenderungan pengguna bentuk d. Memahami bagaimana kecenderungan selera pasar BALIKAN DAN TINDAK LANJUT

Cocokanlah hasil jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif I yang ada pada bagian belakang modul ini, Hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi kegiatan pembelajaran I.

Jumlah Jawaban Anda yang Benar

Tingkat Penguasaan = --- X 100 % 10

Arti Tingkat Penguasaan:

90 % - 100 % = Baik Sekali 80 % - 89 % = Baik 70 % - 79 % = Cukup

- 69 % = Kurang

Kalau anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, anda dapat meneruskan dengan kegiatan pembelajaran 2, Bagus! Akan tetapi apabila tingkat penguasaan anda masih di bawah 80 % anda harus mengulang kegiatan pembelajaran I, terutama bagian yang belum anda kuasai. Selamat Mencoba.

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF I: 1. B


(4)

2. D 3. A 4. D 5. A 6. D 7. A 8. A 9. C 10. B

TES FORMATIF 2: 1. A

2. A 3. C 4. C 5. A 6. D 7. C 8. C 9. C 10. C

TES FORMATIF 3: 1. C

2. C 3. B 4. C 5. D 6. C 7. A 8. B 9. D 10. A GLOSARIUM

1. E-learning pada hakekatnya adalah pembelajaran melalui pemanfaatan teknologi komputer dan atau internet. Teknologi belajar seperti itu disebut pembelajaran berbasis web (Web-Based Instruction)

2. Web Course adalah penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran dimana seluruh kegiatan belajar sepenuhnya disampaikan melalui internet. 3. Web Centric Course adalah sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi,

dan latihan disampaikan melalui internet, sedangkan ujian dan sebagaian kegiatan lain disampaikan secara tatap muka.

4. Web Enhanced Course adalah pemanfaatan internet untuk pendidikan yang menunjang peningkatan kualitas kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga pembelajaran utamanya tatap muka di kelas.


(5)

5. Kemasan adalah produk yang dihasilkan oleh kegiatan atau proses pengemasan, sedangkan pengemasan bertalian erat dengan proses desain dan pembuatan barang dimana kemasan merupakan hal penting dari proses pendistribusian dari produk.

6. Teknologi pembelajaran merupakan pendekatan yang digunakan guru dalam merancang kemasan bahan belajar yang disampaikan kepada siswa. 7. Peningkatan produktivitas adalah melalui e-learning waktu untuk

perjalanan dapat direduksi sehingga produktivitas seseorang tidak kehilangan karena proses pendidikan.

8. Efisiensi merupakan proses pembangunan kompetensi dapat dilakukan dalam waktu relatif lebih singkat dan mencakup jumlah lebih besar. 9. Fleksibel dan interaktif maksudnya kegiatan e-learning dapat dilakukan

dari lokasi mana saja selama ia memiliki koneksi pengetahuan tersebut. 10. Printed model adalah media yang dapat digunakan untuk menyampaikan

bahan ajar yang tercetak dan non printed materials bertalian dengan materi bahan ajar tidak tercetak.

Daftar Pustaka

Boettcher Judith V. (l999). Faculty Guide for Moving Teaching and Learning to the Web. USA: Leage for Innovation in the Community College. Cronin Mary J. (1996). The Internet Strategy Hanbook: Lessons from the New

Frontier Business. USA: Library of Congress.

Coburn, P.,et al. (1985). Practical Guide to Computer in Education. California: Addison-Wisley Publication C ompany Inc.

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Pedoman Umum Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Keterampilan Hidup (Life Skill) Melalui

Pendidikan Broad Based Education Dalam Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda. Jakarta: Ditjen PLS dan Pemuda.

Hardjito. (2001). Pola Hubungan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Pemanfaatan Internet: Studi Survai Motif Pemanfaatan Internet Siswa SMU dan SMK DKI Jakarta. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Heinich Robert. (1996). Instructional Media and Technologies for Learning. New Jersey: Prentice-Hall Inc..

Kasali Rhenald. (1999). Membidik Pasar Indonesia. Segmentasi, Targeting dan Postioning. Cetakan ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Nina W. Syam. 2004. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Dunia

Pendidikan. Makalah. Disajikan pada Diskusi Panel. UPI Bandung. Oos Anwar, 2003. Internet: Peluang dan tantangan Pendidikan Nasional Jurnal

teknodik, Jakarta Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan Depniknas.

Porbowono, 1996. Internet untuk dunia Pendidikan. Makalah, Bandung: Institut Teknologi Bandung.


(6)

Rahmi, Rivalina. 2004 Pola Pencarian Informasi di Internet. Jurnal Teknodik Jakarta : Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan,

Depniknas.

Vriens, Dirk 2004. Information and Communication Technology for Competitive Intellegence University of Nijmegen the Netherlands: Idea group Publishing.