20
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Tetapi factor pemaksa itu tidak hanya psikologis semata. Dia dapat juga dapat berupa sesuatu yang kita pelajari. Kita telah belajar
membutuhkan berbagai
jenis barang.
Sekali kita
belajar membutuhkannya maka barang tersebut akan menjadi pemaksa bila
kita kehilangan barang tersebut.
3
2. Pertukaran Sosial
Geroge ritzer menjelaskan gagasan George C Homans tentang teori pertukaran sebagai berikut :
Homans memandang bahwa perilaku adalah pertukaran
aktivitas ternilai ataupun tidak dan kurang lebih menguntungkan atau mahal bagi dua orang yang saling berinteraksi. Teori pertukaran ini
berusaha menjelaskan tentang perilaku dasar berdasarkan imbalan dan biaya. Homans mengakui bahwa sosiologi ilmiah memerlukan
kategori dan skema konseptual namun sosiologi pun juga memerlukan proposisi tentang hubungan antar kategori, tanpa proposisi Homans
tidak menyangkal bahwa panangan Durkheimian bahwa sesuatu yang baru dapat muncul dari interaksi.
Namun, Dia berargumen bahwa hal-hal yang baru muncul tersebut dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip psikologi. Dalam
karya teoritisnya, Homans membatasi dirinya pada interaksi social sehari-hari. Namun, Dia juga sangat percaya bahwa sosiologi yang
3
George ritzer, sosiologi ilmu pengetahuan berparadigma ganda, jakarta;rajagrafindo. 2014 Hal.73
21
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
terbangun dari prinsip-prinsip ini padan akhirnya aakan mampu menjelaskan semua perilaku social, menurut ritzer Teori Homans ini
berangkat dari asumsi ekonomi dasar pilihan rasional, yaitu individu memberi apa dan mendapatkan apa, apakah menguntungkan atau
tidak
.
4
Berdasarkan pada temuan-temuan B.F. Skinner, homans lalu mengembangkan beberapa proposisi yang merupakan inti dari dari
teori pertukaran social. Proposisi-proposisi tersebut antara lain sebagai berikut:
a Proposisi Sukses
Jika seseorang sering melakukan suatu tindakan dan orang tersebut mendapatkan imbalan dari apa yang ia lakukan,
maka makin besar kecenderungan ia akan melakukannya pada
waktu yang akan datang.
Secara umum perilaku yang selaras dengan proposisi sukses meliputi 3 tahap yaitu pertama tindakan seseorang,
kedua hasil yang diberikan dan ketiga pengulangan tindakan asli atau minimal tindakan yang dalam beberapa hal
menyerupai tindakan asli
4
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi, dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Posmodern. Penerbit Kreasi Wacana, 2009, hal
458
22
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Homans mencatat bahwa ada beberapa hal khusus terkait dengan poroposisi sukses. Pertama meskipun secara
umum benar bahwa imbalan yang semakin sering dilakukan mendorong peningkatan frekuensi tindakan. Situasi timbal
balik ini mungkin berlangsung tanpa batas. Dalam beberapa hal individu sama sekali tidak dapat terlalu sering berbuat
seperti itu. kedua semakin pendek interval antara perilaku dan imbalan, semakin besar kecenderungan seseorang melakukan
perilaku tersebut. Sebaliknya semakin panjang interval antara perilaku
dan imbalan memperkecil kecenderungan melakukan perilaku tersebut. Intinya adalah imbalan tidak teratur yang diberikan
kepada seseorang menyebabkan berulangnya perilaku, sedangkan imbalan yang teratur justru membuat masyarakat
menjadi bosan dan muak melakukan hal yang sama pada waktu yang akan datang.
b Proposisi Nilai
Semakin bernilai hasil tindakan bagi seseorang, semakin semakin cenderung ia melakukan tindakan serupa.
Dalam proposisi ini Homans memperkenalkan imbalan adalah tindakan yang bernilai positif. Meningkatnya imbalan
23
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
lebih cenderung melahirkan sesuatu yang diinginkan. Hukuman adalah tindakan yang bernilai negatif. Meningkatnya
hukuman berarti bahwa actor kurang cenderung menampilkan perilaku-perilaku yang tidak dinginkan. Homans menganggap
bahwa hukuman sebagai cara yang tidak memadai untuk menggiring orang mengubah perilaku mereka.
c Proposisi Stimulus
Jika pada masa lalu tertentu,atau serangkaian stimulus adalah situasi dimana tindakan seseorang diberikan imbalan,
maka semakin mirip stimulus saat ini dengan stimulus yang lalu tersebut semakin besar kecenderungan orang tersebut
mengulangi tindakan yang sama atau yang serupa. Homans tertarik pada proses Generalisasi yaitu
kecenderungan untuk memperbanyak perilaku pada situasi serupa. Namun, dia juga berpendapat bahwa proses
diskriminasi juga penting. Seorang actor akan dapat merespon rangsangan yang tidak relevan, paling tidak sampai situasinya
dibenahi oleh kegagalan yang berulang. Semua itu dipengaruhi oleh kewaspadaan individu atau perhatian mereka terhadap
rangsangan.
d Proposisi Agresi-pujian
24
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Proposisi A : ketika tindakan seseorang tidak
mendapatkan imbalan yang diharapkan, atau menerima hukuman yang tidak ia harapkan, ia akan marah. Ia cenderung
berperilaku agresif dan akibat dari perilaku tersebut menjadi lebih bernilai untuknya.
Proposisi B :
ketika tindakanseseorang
menerima imbalan yang diharapkannya, khususnya imbalan yang
lebih besar dari yang diharapkannya. Atau tidak mendapatkan hukuman yang diharapkannya ia akan
senang.ia lebih cenderung berperilaku menyenangkan dan hasil dai tindakan ini lebih bernilai baginya.
Kini kita akan terkejut ketika menemukan konsep frustasi dan amarah dalam karya Homans karna dua konsep
tersebut nampaknya merujuk pada kondisi mental. Sebaliknya Homans mengakui bahwa ketika seseorang tidak mendapatkan
apa yang ia harapkan, ia dikatakan sebagai frustasi dari harapan-harapan t
ersebut tidak harus “hanya” merujuk pada kondisi internal, namun bisa merujuk pada “peristiwa-
peristiwa yang sepenuhnya eksternal” yang tidak hanya dapat diamati oleh individu tersebut namun juga oleh orang luar.
25
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
e Proposisi Kelebihan dan Kekurangan
Jika pada saat tertentu orang miskin sering mendapat imbalan tertentu, maka makin kurang bernilai imbalan yang
selanjutnya diberikan kepadanya. Dalam hal ini Homans mendefinisikan dua konsep
kritis lain yaitu ongkos dan keuntungan. Ongkos didefinisikan sebagai imbalan yang hilang dalam alur tindakan alternative
yang sedang berlangsung. Keuntungan dalam pertukaran social dipandang sebagai jumlah imbalan yang lebih besar daripada
biaya yang dikeluarkan. Keuntungan menggiring Homans mengubah proposisi kelebihan-kekurangan
menjadi “semakin besar keuntungan yang diterima sebagai akibat dari tindakan,
semakin cenderung seseorang melakukan tindakan tersebut”.
f Proposisi Rasionalitas
Ketika seseorang
memilih tindakan
alternative seseorang akan memilih tindakan sebagaimana yang
dipersepsikannya kala itu jika nilai hasilnya dikalikan dengan probabilitas keberhasilan, maka hasilnya adalah lebih besar.
Jika proposisi sebelumnya banyak bersandar dari behaviourisme perilaku sosial. Proposisi rasionalitas secara
gambling menunjukkan pengaruh teori pilihan rasional
26
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
pendekatan homans. Pada dasarnya, orang menelaah melakukan kalkulasi atas berbagai tindakan alternative yang
tersedia baginya. Mereka membandingkan jumlah imbalan yang diasosiasikan dengan setiap tindakan.
Merekapun mengkalkulasikan kecenderungan bahwa mereka benar-benar akan menerima imbalan. Imblan yang
bernilai tinggi akan hilang nilainya jika actor menganggap bahwa semua itu cenderung tidak akan mereka peroleh.
Sebaliknya, imbalan yang bernilai rendah akan mengalami pertambahan nilai jika semua itu dipandang sangat mungkin
diperoleh. Maka terjadi interaksi antara nilai imbalan dengan kecenderungan yang diperolehnya imbalan.
Imbalan yang paling diinginkan adalah imbalan yang sangat bernilai dan sangat mungkin tercapai, sedangkan
Imbalan yang paling tidak di inginkan adalah imbalan yang paling tidak bernilai dan cenderung tidak dapat diperoleh.
Homans juga berargumen bahwa struktur skala besar dapat dipahami jika kita memahami secara baik perilaku social dasar.
Menurut Homans proses pertukaran identik pada level masyarakat yang terdapat proses kombinasi fundamental yang
lebih kompleks.
5
5
George ritzer, teori sosiologi, Bantul;kreasi wacana offset. 2011 Hal.450-457
27
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Sedangkan menurut khairul yahya, teori pertukaran melihat tatanan social sebagai hasil yang tidak direncanakan
dari tindakan pertukaran antara anggota masyarakat. Teori pertukaran secara eksklusif menunjukkan upaya untuk
menjelaskan kehidupan dengan metode pilihan rasional. Teori pertukaran tumbuh dari fakta bahwa pasar lembaga non
industri masyarakat biasa lebih sederhana dari pada yang ditemukan dalam ekonomi modern.
6
Dari beberapa uraian tentang proposisi diatas, ada dua jenis proposisi yang mennurut peneliti sesuai untuk meneliti tentang perilaku
penerima bantuan JALIN MATRA BRTSM yang ada di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme kabupaten Gresik. Dua jenis proposisi tersebut adalah
proposisi sukses dan proposisi nilai. Proposisi sukses menganalisis bagaimana perilaku masyarakat penerima bantuan Program Jalin Matra
BRTSM terkait dengan pengulangan tindakan yang akan dilakukan pada waktu selanjutnya karena memandang bahwa saat ini mempunyai sesuatu
yang berharga untuk dilakukan ulang. Sementara itu, dalam konteks pertukaran sosial analisis proposisi
nilai, tindakan atau perilaku yang ditunjukkan penerima bantuan Program Jalin Matra BRTSM semakin memberikan nilai dalam kehidupannya
6
Khairul yahya,Dkk,. Teori politik, Surabaya:IAIN sunan ampel press,2013, Hal.138- 141
28
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
cenderung akan diulangi pada waktu selanjutnya untuk hal yang bernilai bagi kehidupan mereka.
29
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah satu cara atau proses yang digunakan di dalam melakukan penelitian. Sebagaimana metode penelitian dibutuhkan
oleh peneliti untuk tahapan di dalam melakukan penelitian. Menurut Dedy Mulyana metode adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan
untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan kata lain, metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik
penelitian.
1
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif karena, peneliti ingin
menggambarkan realita dibalik fenomena secara mendalam dan terperinci. Menurut Keirl dan Miller dalam Moleong yang
dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung pada pengamatan, manusia, kawasannya sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan
peristilah annya”.
1
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Sosial Lainnya Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008, 145.
30
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti
berperan sebagai instrument kunci dengan analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian yang lebih menekankan makna dari
pada kesimpulan generalisasi. metode ini digunakan untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang dianggap berasal dari
masalah sosial atau kemanusiaan, berfokus pada makan individual, dan menterjemahkan kompleksitas suatu persoalan.
2
Jenis penelitian baru-baru ini memiliki dua pendekatan kualitatif, yakni
pengamatan melibat dan penelitian tindakan partisipatif.
3
Strauss dan Corbin dalam buku Basics of Qualitative Research menyebutkan bahwa penelitian kulitatif adalah jenis
penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Contohnya dapat
berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat, dan perilaku seseorang, di samping juga tentang peranan organisasi, pergerakan
sosial, atau hubungan timbal-balik.
4
2
Definisi mengenai penelitian kualitatif ini diambil dari makalah: Dr Rr. Suhartini, Dra., M.Si berjudul: Bahan Perkuliahan Metode Penelitian Kualitatif, yang disampaikan di kelas pada
25 Maret 2014
3
Penelitian dengan pendekatan kualitatif ini sering dilakukan dalam penelitian sosiologi dan antropologi, di mana pendekatan kualitatif ini diperkaya oleh masuknya dua pendekatan
motodologis yakni: interaksionisme simbolik dan pendekatan etnografi. Lebih jelas lihat: Dr. Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006, hal. viii
4
Prosedur penelitian kualitatif terletak pada analisa non-matematis. Prosedur ini menghasilkan
temuan yang
diperoleh dari
data-data yang
dikumpulkan dengan
menggunakanberagam sarana. Sarana itu meliputi pengamatan dan wawancara, namun bisa juga mencakup dokumen, buku, kaset vidio, dan bahkan data yang telah dihitung untuk tujuan lain,
31
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Metode penelitian kualitatif sering juga dinamakan sebagai metode baru, karena popularitasnya belum lama, dinamakan
metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Filsafat postpositivisme sering juga disebut
sebagai paradigma interpretatif dan konstruktif, yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistikutuh., kompleks,
dinami, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif. Dalam penelitian ini biasanya dilakukan pada obyek yang alamiah.
Obyek yang alamiah adalah byekyang berkembang apa adanya., tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak
mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut. Dalam penelitian kualitatif, instrumennya adalah orang atau
human instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrume,makapeneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan
yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkostruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan
bermakna. Metode ini disebut juga sebagai metode artistik, karena
proses penelitian lebih bersifat seni kurang terpola, dan disebut sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih
berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di
misalnya data sensus. Lihat Anselm Strauss Juliet Corbin, Basics of Qualitative Research; Grounded Theory Procedures and Techniques, Penj. Muhammad Shodiq Imam Muttaqien,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, hal. 4-5
32
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
lapangan. Selain itu, metode penelitian ini juga disebut sebagai metode naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi
yang alamiah; sering juga disebut sebagai metode ethnografi karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk
penelitian bidang antropologi budaya; namun juga sering disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisis
yang dilakukan lebih bersifat kualitatif. Oleh sebab itulah, metode ini biasanya digunakan dalam
metode penelitian
di mana
pendekatan-pendekatannya menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini sesuai dengan
tema yang dilakukan oleh peneliti karena obyek penelitian atau permasalahan yang diteliti oleh peneliti merupakan situasi sosial di
mana di dalamnya memiliki keadaan yang natural tanpa ada rekayasa dari peneliti.
Sementara itu, pendekatan kualitatif ini juga memiliki jenis- jenis
penelitian. Jenis-jenis
metode peenlitian
biasanya diklasifikasikan berdasarkan tujuan dan tingkat kealamiahan obyek
yang diteliti. Jika ditinjau dari tujuan penelitian, maka metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi tiga; penelitian dasar,
penelitian terapan dan penelitian pengembangan. Dalam penelitian mengenai perilaku penerima bantuan
Progam Jalin Matra di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme
33
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Kabupaten Gresik jika ditinjau dari tujuannya, maka dapat disimpulkan bahwa jenis penelitian yang digunakan adalah jenis
penelitian terapan. Disebut jenis penelitian terapan karena jenis penelitian yang digunakan bertujuan untuk mempraktikan teori
yang sudah diakui atau disepakati sebelumnya. Selain itu, sifatnya yang semi sistematis di dalam obyek penelitian yang sedang
diteliti, maka penelitian terapan applied research sangat cocok. Namun demikian, jenis penelitian biasanya juga dapat
ditinjau dari tingkat kealamiahan penelitian. Pada tingkat ini, terdapat tiga jenis penelitian yang masing-masing memiliki
kekhasannya masing-masing
yaitu: penelitian
eksperimen, penelitian survey, dan penelitian naturalistik. Ketiga jenis
penelitian ini biasanya digunakan dalam rangka sejauh mana tingkat kealamiahan obyek penelitian atau permasalahan yang
sedang diteliti. Dalam konteks penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
perilaku masyarakat penerima bantuan Program Jalin Matra di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik, jika
ditinjau dari tingkat kealamiahan penelitian adalah termasuk jenis penelitian naturalistik. Karena, jenis penelitian naturalistik
cenderung meneliti situasi sosial yang berjalan apa adanya secara natural tanpa ada campur tangan maupun rekayasa dari peneliti.