PERILAKU PENERIMA BANTUAN JALIN MATRA BRTSM : STUDI PENGENTASAN KEMISKINAN DI DESA DADAPKUNING KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK.

(1)

Kabupaten Gresik)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos) dalam Bidang

Sosiologi

Oleh:

Moh. Ibnu Zakaria Al-Ansor B55212053

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

PRODI SOSIOLOGI


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Moh. Ibnu Zakaria Al-Ansor, 2017, Perilaku Penerima Bantuan Program Jalin Matra BRTSM (Jalan Lain Menuju Mandiri dan Sejahtera Bantuan Rumah Tangga Sangat Miskin); Studi Kasus Pengentasan Kemiskinan di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik, Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Perilaku Sosial, Jalin Matra BRTSM

Penelitian ini membahas mengenai pengentasan kemiskinan melalui Program Jalan Lain Menuju Mandiri dan Sejahtera Bantuan Rumah Tangga Sangat Miskin (Jalin Matra BRTSM). Titik tekan penelitian ini terdapat pada perilaku penerima bantuan Program Jalin Matra BRTSM tersebut. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: Bagaimana perilaku penerima bantuan Jalin Matra BRTSM dalam konteks peningkatan taraf hidup masyarakat di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik?

Tujuan penelitian ini adalah untuk: Mengetahui perilaku penerima bantuan Jalin Matra BRTSM dalam konteks peningkatan taraf hidup masyarakat di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, di mana data-data tersebut diperoleh melalui cara observasi, wawancara dan studi literatur serta dokumentasi. Data-data yang diperoleh tersebut kemudian diolah dan dianalisis menggunakan Teori Pertukaran (Exchange Theory) yang dikemukakan oleh George C. Homans yang dalam teori tersebut mengambil dua proposisi yaitu: proposisi sukses dan proposisi nilai.

Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa: 1) Penerima bantuan Program Jalin Matra BRTSM merasa sangat beruntung dengan adanya bantuan tersebut dan sangat memberikan kontribusi pada kehidupan ekonomi mereka sehingga usaha yang dijalankan dapat lebih maju, mandiri dan berkembang. 2) Penerima bantuan Program Jalin Matra merasa lebih optimis karena bantuan tersebut sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik bagi pelanggan-pelanggannya. 3) Kontribusi nilai yang diperoleh dari bantuan Program Jalin Mitra BRTSM menghasilkan tindakan positif dari masyarakat penerima karena usaha-usaha yang dijalankan menjadi lebih terpola dan terkendali.


(7)

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Konseptual ... 8

F. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II : TEORI PERTUKARAN GORGE CASPAR HOMANS SEBAGAI ANALISA ... 12

A. Penelitian Terdahulu ... 12

B. Kerangka Teori ... 16

1. Konsep Perilaku Sosial ... 18

2. Pertukaran Sosial ... 20

BAB III : METODE PENELITIAN ... 29

A. Pendekatan dan Jenis Penellitian ... 29

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

C. Pemilihan Subyek Penelitian ... 35

D. Tahap – Tahap Penelitian... 36

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Teknik Analisis Data... 41

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 43

BAB IV : PERILAKU PENERIMA BANTUAN PROGRAM JALIN MATRA BRTSM DI DESA DADAPKUNING MENURUT PERSPEKTIF TEORI PERTUKARAN SOSIAL GEORGE C. HOMANS ... 40

A. Deskripsi Umum Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik ... 47


(8)

Dadapkuning ... 62

C. Analisis Perilaku Penerima Bantuan Program Jalin Matra BRTSM Perspektif Teori Pertukaran George C. Homans ... 72

1. Proposisi Sukses dalam Konteks Perima Bantuan Program Jalin Matra BRTSM ... 74

2. Proposisi Nilai dalam Konteks Perima Bantuan Program Jalin Matra BRTSM ... 75

BAB V : PENUTUP ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 82 LAMPIRAN-LAMPIRAN

Pedoman Wawancara Dokumentasi


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan masalah multi dimensional, kemiskinan bukan hanya di pandang dari segi ketidakmampuan memenuhi kebutuhan pokok seperti sandang dan pangan saja, terlebih pada keterbatasan akses terhadap pendidikan kesehatan dll. Ini menjadi permasalahan yang urgent bagi pemerintah karena kemiskinan merupakan hulu dari segala permasalahan sosial dinegeri ini. menjadi tugas bagi pemerintah untuk mengentaskan masyarakatnya dari problema kemiskinan sebab kita tahu bahwa disamping sumber daya manusia yg minim juga tingkat perekonomian Indonesia yg lemah menjadi tolak ukur kesejahteraan masyarakat.

Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, kesenjangan antarwilayah. Sedangkan persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di pedesaan. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi disiplin yang berdimensi pemberdayaan. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan


(10)

kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjan1

Sebagaimana dijelaskan oleh perkembangan pemikiran dan perhatian terhadap aspek kemiskinan menunjukkan perubahan mendasar dimana konsep kemiskinan semakin luas (bukan hanya physiological deprivations, namun hingga mencakup social deprivations), penyebab kemiskinan semakin luas (termasuk sosial, politik, budaya, kekerasan dan sumber daya alam), dan fokus kemiskinan semakin dalam (mencakup hingga strategi perlindungan sosial, mitigasi dan pengurangan resiko).2

Robert chambers juga menguraikan tentang masalah kemiskinan pada intinya yatiu apa yang disebut perangkap (Deprivation Trap) secara rinci perangkap kemiskinan ini dibagi menjadi 5 unsur yaitu

1. Kemiskinan itu sendiri 2. Kelemahan fisik

3. Keterasingan atau kadar isolasi 4. Kerentanan

5. Dan ketidakberdayaan

1

Hadi Prayitno, Pembangunan Ekonomi Desa (Yogyakarta: BPFE, 1987), 79.

2

Paul Shaffer, New thinking of property: implications of globalitation and property reduction strategies. (University of Toronto, Canada, RER, ISSUE, 2008) no 47.


(11)

Hal tersebut selaras dengan pemikiran peraih Nobel Amartya Sen yang mengungkapkan bahwa seseorang yang miskin menderita akibat keterbatasan kemampuan (capabilities), kesempatan (opportunities) dan kebebasan (freedoms) yang juga didefinisikan ulang kemiskinan sebagai berikut: “Poverty is pronounced deprivation in well-being, and comprises many dimensions. It includes low income and the inability to acquire the basic goods and services necessary for survival with dignity. Poverty also encompasses low level of health and education, poor access to clean water and sanitation, inadequate physical

security, lack of voice and insufficient capacity and opportunity to better one’s

life”.3

Dari sekian upaya pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan, Penulis menyoroti salah satu kebijakan yang di buat oleh pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui BAPEMAS (Badan Pemberdayaan Masyarakat) Provinsi JATIM tentang program pengentasan kemiskinan yaitu JALIN MATRA (Jalan Lain Menuju Mandiri dan sejahtera)

Secara umum kemiskinan di jawa timur dapat di golongkan menjadi 3 golongan

Penduduk miskin yang hidup dibawah garis kemiskinan

3

Robert chambers, Pembangunan Desa: Mulai dari Belakang, penerjemah pepep sudrajat, (Jakarta: LP3ES, 1987)


(12)

Penduduk rentan (vurnerable) yakni penduduk yang hidup diatas garis kemiskinan akan tetapi mudah jatuh pada kemiskinan

Penduduk kesenjangan (inequality) yakni ketimpangan jumlah penduduk miskin dan tingkat kemiskinan antar kabupaten/kota, desa dengan kota atau gender

Berdasarkan hasil hasil survey badan pusat statistic nasional bulan September 2015 data kemiskinan di Indonesia sebesar 27,73 juta jiwa atau setara 11,13% dari penduduk Indonesia, sedangkan data tingkat kemiskinan di propinsi jawa timur pada bulan September 2015 oleh badan pusat staistik isa di propinsi jawa timur sebssar 4,78 juta jiwa atau setara 12,28% dari penduduk jawa timur. Pada bulan Maret 2015 jumlah penduduk miskin di jawatimur 4.789.120 jiwa (12,34%) dan pada bulan September 2015 sebesar 4.775.970 jiwa (12,28%). Artinya telah terjadi penurunan kemiskinan sejumlah 13.150 jiwa (0,06%).4

Kemudian bisa kita lihat berdasarkan data yang tertulis diatas di Provinsi Jawa Timur angka kemiskinan yang berkurang 0,06 persen dari bulan maret sampai September saja. Ini menunjukkan bahwa program-program yang telah dilakukan oleh pemerintah Provinsi Jawa Timur mampu memberikan kontribusi pada penurunan angka kemiskinan di Indonesia meskipun tidak terlalu tinggi angka penurunannya, selain Program Jalin Matra, Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga melaksakan program-program yang berkontribusi menurunkan

4


(13)

angka kemiskinan, program-program tersebut antara lain adalah Koprasi wanita, Bntuan untuk siswa (BOS SLTA, BOSDA MADIN), Jaminan Kesehatan daerah, Pengembangan Pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes), Bantuan keuangan Desa untuk pembangunan infrastruktur pedesaan, Pengembangan dana bergulir, perbaikan Rumah tidak layak huni, dan lain-lain.

Berdasarkan pendataan Program Perlindungan Program Perlindungan Sosial tahun 2011 (PPLS) yang bersumber dari basis data terpadu Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemikskinan (TNP2K) memuat data mikro propinsi jawa timur yang diperoleh melalui sensus berdasarkan nama dan alamat (by name by adress) rumah tangga dengan status kesejahteraan terendah menunjukkan hasil sebagai berikut:

Desil 1 (rumah tangga dengan status kesejahteraan 10% terendah) sebesar 1.230.042 rumah tangga atau 5.174.675;

Desil 2 (rumah tangga dengan status kesejahteraan 11%-20% terendah) sebesar 1.189.670 rumah tangga atau 3.932.347 jiwa;

Desil 3 (rumah tangga dengan status kesejahteraan 21%-30% terendah) sebesar 1.189.652 rumah tangga atau 3.527.666 jiwa

Rumah tangga dengan klasifikasi desil 1 inilah yang dapat diartikan rumah tangga miskin. dari 1.230.042 rumah tangga ini ditemukan kesejahteraan 5% terendah sejumlah 619.902 atau diklasifikasikan sebagai rumah tangga sangat miskin.


(14)

Kelompok rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan 5% relatif belum pernah menjadi target prioritas berbagai penanggulangan kemiskinan secara eksklusif. Kendalanya memang pada data yang sangat sulit dan dalam pendataannya pun susah mengklasifikasikannya. Akibatnya, kemiskinan seringkali diperlakukan secara homogen (disamaratakan). Padahal kebutuhan rumah tangga strata sangat miskin sangat berbeda jauh dengan kebutuhan rumah tangga miskin atau hampir miskin. Berdasarkan program Jalinkesra yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010 hingga tahun 2013 telah menjangkau rumah tangga sangat miskin sejumlah 309.807 RTSM dari target 493.003 atau masih tersisa yang layak dieksekusi 163.039 RTSM. Kemudian untuk kelanjutan pengentasan kemiskinan di wilayah Jawa Timur Pemerintah Provinsi Jawa Timur membangun kemitraan kerja dengan Pemerintah Kabupaten Jawa Timur yang kemudian menetapkan program baru yaitu program Jalin Matra Bantuan Rumah Tangga Sangat Miskin (BRTSM) yang direncanakan mulai tahun 2014-2015. Pilot project Jalin Matra BRTSM akan dilakukan semaksimal mungkin di seluruh wilayah Jawa Timur berdasarkan data (by name by address).5

Daerah Dadapkuning juga merupakan target dimana program jalin matra, dimana ada 61 RTSM yang menerima program JALIN MATRA. Menurut peneliti sangan perlu adanya penelitian di daerah Dadapkuning dengan

5


(15)

mengamati perilaku penerima program Jalin Matra lebih khususnya Jalin Matra BRTSM.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan atas latar belakang sebagaimana tersebut di atas, maka dapat diambil sebuah fokus masalah, yaitu:

1. Bagaimana Perilaku Penerima Bantuan Jalin Matra BRTSM (Bantuan rumah tangga sangat miskin) Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik?.

C. Tujuan Penelitian

Dengan melihat latar belakang penelitian serta rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka tujuan penelitian ini sebagi berikut:

1. mengetahui bagaimana perilaku penerima bantuan Jalin Matra BRTSM. 2. Mengidentifikasi bagaimana pengelolaan bantuan program Jalin Matra

BRTSM.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, diharapkan dapat memenuhi, antara lain:

1. Manfaat teoritis

a. Penelitian ini akan memberikan informasi kepada penulis bahwa ada permasalahan sosial yang harus disikapi dalam masyarakat.


(16)

b. Penelitian ini akan memberikan pengalaman kepada penulis bagaimana cara peneliti dan bagaimana cara menggunakan teori sebagai kacamata untuk melakukan penelitian.

c. Penelitian ini juga merupakan kesempatan bagi penulis untuk belajar mengaplikasikan teori-teori yang telah penulis dapatkan selama ini dibangku perkuliahan, khususnya di prodi Sosiologi. 2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi atau bahan rujukan bagi pihak yang akan melakukan penelitian sejenis secara mendalam sebagai alternatif dalam memecahkan masalah yang relevan.

b. Dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai solusi alternatif untuk daerah lain.

Hasil penelitian ini akan memberikan keyakinan kepada mahasiswa bahwa mereka dapat mengaplikasikan keilmuannya dalam dunia nyata yaitu pada kehidupan bermasyarakat .

E. Definisi Konseptual

Penjelasan konsep yang mendasari pengambilan judul di atas sebagai bahan penguat sekaligus spesifikasi mengenai penelitian yang akan dilakukan.


(17)

Perilaku Sosial dapat didefinisikan sebagai perilaku dari dua orang atau lebih yang saling terkait atau bersama dalam kaitannya. Perbedaan antara perilaku dan tindakan adalah jika perilaku dipengaruhi oleh sesuatu kemudian tindakan tidak dipengaruhi oleh sesuatu, Artinya judul yang dipilih ini tepat karna ada pola sebab dan akibatnya atau dapat disederhanakan karna ada stimulus kemudian ada perilaku atau respon dari masyarakat untuk menggunakan bantuan dari program pemerintah. Juga tentang bagaimana dampak dari bantuan Jalin Matra terhadap perekonomian masyarakat Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme .

2. Jalin matra BRTSM

Jalin matra BRTSM (bantuan rumah tangga sangat miskin) merupakan salah satu program penanggulangan kemiskinan yang digagas oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai sebuah jawaban daripada problema kemiskinan dijawa timur program ini ditargetkan pada kelompok rumah tangga yang tingkat kesejahteraannya dibawah 5% menurut data PPLS (pendataan program perlindungan sosial) yang termuat dalam data by name by adress

Maksud dan tujuan program ini adalah

Membantu meningkatkan ketahanan sosial dan ekonomi rumah tangga sangat miskin untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup.


(18)

Meningkatrkan motivasi usaha (need for achievement) rumah tangga sangat miskin dengan maksud mengeluarkan mereka dari kemiskinan Memperluas akses rumah tangga sangat miskin terhadap usaha produktif

A. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan skripso ini, maka penulis akan menyajikan pembahasan kedalam beberapa bab yang sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Merupakan tahapan awal dasar dari skripsi penelitian ini yang meliputi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konseptual, Sistematika Pembahasan.

Bab II : Kerangka teori (teori Behaviour B.F.skinner)

Dalam bagian ini materi menjelaskan tentang Penelitian Terdahulu dan Kajian Teori serta objek kajian yang dikaji,

penjelasannya meliputi: “Perilaku Penerima bantuan Jalin Matra BRTSM studi kasus di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik”.


(19)

Metode penelitian yang dituangkan pada bab ini adalah kegiatan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di lapangan. Adapun urutan pembahasannya yakni Jenis Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian, Tahap-tahap Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data dan yang terakhir Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data. Bab IV : Penyajian Data dan Analisis Data

Pembahasan pada bab ini meliputi deskripsi umum penelitian, dan deskripsi hasil penelitian. Bab ini berisikan

tentang laporan hasil penelitian, meliputi “Perilaku Penerima bantuan Jalin Matra BRTSM studi kasus di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik”.

Bab V : Penutup

Bab ini merupakan bab akhir yang di dalamnya berisi tentang kesimpulan dan saran-saran atau rekomendasi.


(20)

BAB II

Teori pertukaran George Caspar Homans sebagai Analisa

A. Peneliti Terdahulu

Penelitian sebelumnya menjadi penting untuk dikemukakan pada halaman ini, mengingat dari segi manfaat akademik, penelitian ini dimaksudkan untuk memberi sumbangsih pengetahuan pada khazanah ilmu-ilmu sosial, disamping itu dapat menjadi rujukan penelitian sosial. Adapun penelitian terdahulu yang dianggap cukup relevan dengan penelitian ini diantaranya:

1. Titin Hamidah, Pengentasan Kemiskinan oleh Penyuluh Pertanian di Desa Mentaras, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik (Studi Dakwah dengan Pendekatan Pekerjaan Sosial). Skripsi tahun 1999. Fokus kajian penelitian ini membahas tentang upaya penyuluhan pertanian bapak Agus Pamudji dalam mengentaskan kemiskinan pada sepuluh keluarga yang tergolong dalam kelompok petani di Desa Mantras, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik. Penelitian ini memiliki beberapa kesimpulan yaitu: peran dakwah yang dilakukan oleh bapak agus pamudji dalam memberikan penyuluhan kepada sepuluh keluarga miskin agar bisa meningkatkan perekonomian keluarga. Penyuluhan tersebut dalam bidang pertanian berupa cara memilih bibit unggul, irigasi, pemupukan,


(21)

pemeliharaan serta panen yang sesuai untuk tanaman, sehingga tanaman bisa di produksi secara bertahap. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan deskriptif.

2. Niken Setyaningsih, Implementasi Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) (Studi Kasus di Kelurahan Pudak Payung Kecamatan Banyumanik Semarang Tahun 2003 - 2005), Skripsi tahun 2007. Fokus penelitiannya Implementasi Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Kesimpulan penelitian ini adalah Implementasi P2KP di Kelurahan Pudak Payung lancar karena semakin bertambahnya jumlah KSM yang pada awal pelaksanaan proyek ini berjumlah 25 KSM dapat berkembang menjadi 102 KSM. Dengan kemampuan mengembalikan angsuran yang tergolong lancar, dengan jumlah KSM yang tergolong lancar lebih banyak SM) dibandingkan dengan jumlah KSM yang tergolong macet (17 KSM) dan pencapaian target dari perencanaan dan realisasi di BKM yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.

3. Suhartatik, Peranan Dakwah dalam Penanggulangan Kemiskinan (Studi Peran Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat Perdesaan atau LPPMD dalam Menanggulangi Kemiskinan di Desa Randengansari Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik), skripsi tahun 2007. Fokus penelitiannya pada peranan LPPMD dalam menanggulangi kemiskinan di Perdesaan. Kesimpulan penelitian ini adalah LPPMD mempunyai tugas untuk pengembangan masyarakat desa sehingga ekonomi masyarakat


(22)

desa semakin berkembang. Selain itu LPPMD juga memberikan pemahaman dan pendidikan kepada masyarakat miskin akan pentingnya nilai pendidikan, pada hidup sehat maupun peluang membuka usaha agar masyarakat miskin kelak dapat mengangkat harkat dan martabat dirinya sendiri, tanpa mempunyai ketergantungan pada bantuan pihak lain. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan deskriptif.

4. Mahira Yunani Abika, Upaya LSM SpeKtra dalam Mengentaskan Kemiskinan (Studi tentang Pelaksanaan Program Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan (Gerdu Taskin) dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa Grobogan, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang). Skripsi tahun 2007. Fokus penelitian ini adalah pelaksanaan program gerakan terpadu pengentasan kemiskinan (gerdu taskin) di desa grobogan, kecaatan mojowarno, kabupaten jombang. Kesimpulan penelitian ini adalah Gerdu Taskin memiliki beberapa program untuk mengentaskan kemiskinan yaitu memberikan pemberdayaan masyarakat berupa kerajianan, ketarampilan sehingga dapat mendirikan usaha home industri untuk menambah penghasilan masyarakat Desa Grobogan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan deskriptif.

Berdasarkan beberapa penelitian diatas, maka terdapat persamaan diantara beberapa penelitian dengan penelitian yang sekarang yaitu menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan sama-sama mengambil tema tentang penanggulangan kemiskinan. Sedangkan beberapa perbedaan secara mendasar dengan penelitian ini. Perbedaan mendasar


(23)

tersebut terletak pada judul penelitian, rumusan masalah, sasaran penelitian maupun lokasi penelitian. Selain itu, penelitian Titin Hamidah yang berjudul Pengentasan Kemiskinan oleh Penyuluh Pertanian di Desa Mentaras, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik (Studi Dakwah dengan Pendekatan Pekerjaan Sosial) lebih menekankan pada penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh bapak Agus Pamudji terhadap sepuluh masyarakat petani miskin di Desa Mataras.

Mahira Yunani Abika yang berjudul Upaya LSM SpeKtra Dalam Mengentaskan Kemiskinan (Studi tentang Pelaksanaan Program Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan (Gerdu Taskin) dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa Grobogan, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang) lebih menekankan pada pelaksanaan program gerakan terpadu pengentasan kemiskinan (gerdu taskin) melalui kerampilan untuk masyarakat.

Suhartatik yang berjudul Peranan Dakwah dalam Penanggulangan Kemiskinan (Studi Peran Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat Perdesaan atau LPPMD dalam Menanggulangi Kemiskinan di Desa Randengansari Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik) lebih menekankan pada peranan LPPMD dalam mengentaskan kemiskinan dengan cara memberikan pemahaman dan pendidikan kepada masyarakat miskin akan pentingnya nilai pendidikan, pada hidup sehat maupun peluang membuka usaha.


(24)

Dan Niken Setyaningsih, Implementasi Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) (Studi Kasus di Kelurahan Pudak Payung Kecamatan Banyumanik Semarang Tahun 2003 - 2005) lebih menekankan implementasi dan penerapan program P2KP dalam menanggulangi kemiskinan dan meningkatkan kemampuan KSM.

Sedangkan penelitian ini membahas tentang Perilaku masyarakat dalam peningkatan ekonomi melalui program bantuan jalin matra BRTSM dalam menanggulangi kemiskinan (Studi di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik) yang berorientasi pada peningkatan taraf hidup juga dalam rangka peningkatan produktifitas ekonomi masyarakat desa.

Pemberdayaan masyarakat ini berupa dana yang di berikan kepada masyarakat Desa Dadapkuning yang tingkat kesejahteraannya dibawah rata-rata untuk menanggulangi kemiskinan sehingga dapat merubah perekonomian masyarakat. Selain itu, dari penelitian-penelitian terdahulu belum ada yang membahas tentang Perilaku masyarakat penerima bantuan jalin matra dalam menanggulangi kemiskinan (Studi di Desa Dadapkuning kecamatan Cerme Kabupaten Gresik) yang dipilih oleh peneliti, sehingga dapat melengkapi penelitian-penelitian yang terdahulu.

B. Kerangka Teori

Peneliti menggunakan teori pertukaran social yang digagas oleh George Caspar Homans sebagai alat analisis dari perilaku Penerima


(25)

Bantuan Progran Jalin Matra BRTSM. Hal ini disebabkan karena perilaku penerima bantuan merupakan bagian dari perilaku sosial. Perilaku sosial dapat didefinisikan sebagai perilaku dari dua orang atau lebih yang saling terkait atau bersama dalam kaitannya dengan lingkungan. Gagasan dasar dari teori prilaku sosial adalah persoalan tingkah laku antara perilaku dan lingkungannya. Tingkah laku individu dan lingkungannya akan menghasilkan perubahan pada tingkah laku aktor.1

Ada dua teori yang termasuk dalam teori perilaku sosial yaitu teori

Behavioral Sociology dan Exchange Theory. Behavioral yang biasa disebut behaviour memusatkan perhatian pada hubungan antara akibat dari perilaku yang terjadi didalam lingkungan aktor dan tingkah laku aktor. Akibat-akibat tingkah yang diperlakukan sebagai variabel independent. Secara metafisik bahwa pada behavior mencoba menerangkan akibat dari tingkah laku yang terjadi di masa lalu memiliki pengaruh terhadap tingkah laku yang terjadi dimasa sekarang. Konsep dasar behavior adalah ganjaran (reward). 2

Inti dari teori behavior adalah terkaitnya antara Stimulus dan Respon ini dapat dianalogikan program Jalin Matra memberikan Bantuan, kemudian ada tanggapan dari masyarakat yaitu berupa perilaku yang dilakuakan oleh masyarakat penerima bantuan dalam konteks penggunaan

1

B.F. Skinner, Ilmu Pengetahuan dan Perilaku Manusia, (Yogyakarta;Pustaka Pelajar. 2013) Hal. 459

2


(26)

bantuan dan dalam peningkatan taraf hidup penerima itu sendiri. Dengan berkiblat pada teori ini, maka akan sangat tepat jika dikontekstualisasikan ke dalam permasalahan yang diteliti.

1. Konsep Perilaku Sosial

Perilaku social lebih menekankan pada pendekatan obyektif empiris atas kenyataan social. Perilaku social ini memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara akibat dari tingkahlaku yang terjadi dalam lingkungan actor dengan lingkungan actor. Akibat-akibat tingkah laku actor diperlakukan sebagai variable independen.ini berarti bahwa teori ini berusaha menerangkan tingkah laku yang terjadi itu melalui akibat –akibat yang mengikutinya kemudian.

Jadi nyata secara metafisik ia mencoba menerangkan tingkahlaku yang terjadi dimasa sekarang melalui kemungkinan akibatnya yang terjadi dimasa yang akan datang. Yang menarik perhatian Behavioral sociology adalah hubungan historis antara akibat tingkahlaku yang terjadi dalam lingkungan aktor dengan tingkahlaku yang terjadi sekarang. Akibat dari tingkahlaku yang terjadi di masa lalu mempengaruhi tingkah laku yang terjadi dimasa sekarang. dengan mengetahui apa yang diperoleh dari suatu tingkahlaku nyata di masa lalu akan dapat diramalkan apakah seseorang aktor akan bertingkahlaku yang sama (mengulanginya) dalam situasi sekarang. Proposisi diatas sebenarnya agak membingungkan.


(27)

Konsep dasar bevioral sosiologi yang menjadi

pemahamannya adalah “reinforcement” yang dapat diartikan sebagai

ganjaran (reward). Tak ada sesuatu yang melekat dalam obyek yang daopat menimbulkan ganjaran. Perulangan tingkah laku tak dapat dirumuskan terlepas dari efeknya terhadap perilaku itu sendiri. perulangan dirumuskan dalam pengertiannya terhadap actor. Sesuatu ganjaran yang tak membawa pengaruh terhadap actor tidak akan diulang.contoh ysng sederhana adalah tentang makanan. Makanan dapat dinyatakan sebagai ganjaran yang umum dalam masyarakat. Tapi bila seseorang sedang tidak lapar maka makan tidak akan diulang.

Lalu apakah sebenarnya yang menentukan: apakah ganjaran yang akan diperolaeh itu yang menyebabkan perulangan tingkahlaku? Bila actor telah kehabisan makanan, maka ia akan lapar dan makanan akan berfungsi sebagai pemaksa. Sebaliknya bila ia baru saja makan, tingkat kerugiannya menurun sehingga makanan tidak lagi menjadi pemaksa yang efektif terhadap perulangan tingkahlaku.

Dalam contoh diatas terkandung kerugian psikologis. Bila kita meniadakan unsuir manusia, makanan, seks, air, atau udara, maka semua akan menjadi pemangsa yang potensial. Bila kebutuhan-kebutuhan psikologis ini dipenuhi maka kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak akan berguna lagi sebagai factor pemaksa.


(28)

Tetapi factor pemaksa itu tidak hanya psikologis semata. Dia dapat juga dapat berupa sesuatu yang kita pelajari. Kita telah belajar membutuhkan berbagai jenis barang. Sekali kita belajar membutuhkannya maka barang tersebut akan menjadi pemaksa bila kita kehilangan barang tersebut.3

2. Pertukaran Sosial

Geroge ritzer menjelaskan gagasan George C Homans tentang teori pertukaran sebagai berikut :

Homans memandang bahwa perilaku adalah pertukaran aktivitas ternilai ataupun tidak dan kurang lebih menguntungkan atau mahal bagi dua orang yang saling berinteraksi. Teori pertukaran ini berusaha menjelaskan tentang perilaku dasar berdasarkan imbalan dan biaya. Homans mengakui bahwa sosiologi ilmiah memerlukan kategori dan skema konseptual namun sosiologi pun juga memerlukan proposisi tentang hubungan antar kategori, tanpa proposisi Homans tidak menyangkal bahwa panangan Durkheimian bahwa sesuatu yang baru dapat muncul dari interaksi.

Namun, Dia berargumen bahwa hal-hal yang baru muncul tersebut dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip psikologi. Dalam karya teoritisnya, Homans membatasi dirinya pada interaksi social sehari-hari. Namun, Dia juga sangat percaya bahwa sosiologi yang

3

George ritzer, sosiologi ilmu pengetahuan berparadigma ganda, (jakarta;rajagrafindo. 2014) Hal.73


(29)

terbangun dari prinsip-prinsip ini padan akhirnya aakan mampu menjelaskan semua perilaku social, menurut ritzer Teori Homans ini berangkat dari asumsi ekonomi dasar (pilihan rasional), yaitu individu memberi apa dan mendapatkan apa, apakah menguntungkan atau tidak.4

Berdasarkan pada temuan-temuan B.F. Skinner, homans lalu mengembangkan beberapa proposisi yang merupakan inti dari dari teori pertukaran social. Proposisi-proposisi tersebut antara lain sebagai berikut:

a) Proposisi Sukses

Jika seseorang sering melakukan suatu tindakan dan orang tersebut mendapatkan imbalan dari apa yang ia lakukan, maka makin besar kecenderungan ia akan melakukannya pada waktu yang akan datang.

Secara umum perilaku yang selaras dengan proposisi sukses meliputi 3 tahap yaitu pertama tindakan seseorang, kedua hasil yang diberikan dan ketiga pengulangan tindakan asli atau minimal tindakan yang dalam beberapa hal menyerupai tindakan asli

4

George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi, dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Posmodern. (Penerbit Kreasi Wacana, 2009), hal 458


(30)

Homans mencatat bahwa ada beberapa hal khusus terkait dengan poroposisi sukses. Pertama meskipun secara umum benar bahwa imbalan yang semakin sering dilakukan mendorong peningkatan frekuensi tindakan. Situasi timbal balik ini mungkin berlangsung tanpa batas. Dalam beberapa hal individu sama sekali tidak dapat terlalu sering berbuat seperti itu. kedua semakin pendek interval antara perilaku dan imbalan, semakin besar kecenderungan seseorang melakukan perilaku tersebut.

Sebaliknya semakin panjang interval antara perilaku dan imbalan memperkecil kecenderungan melakukan perilaku tersebut. Intinya adalah imbalan tidak teratur yang diberikan kepada seseorang menyebabkan berulangnya perilaku, sedangkan imbalan yang teratur justru membuat masyarakat menjadi bosan dan muak melakukan hal yang sama pada waktu yang akan datang.

b) Proposisi Nilai

Semakin bernilai hasil tindakan bagi seseorang, semakin semakin cenderung ia melakukan tindakan serupa.

Dalam proposisi ini Homans memperkenalkan imbalan adalah tindakan yang bernilai positif. Meningkatnya imbalan


(31)

lebih cenderung melahirkan sesuatu yang diinginkan. Hukuman adalah tindakan yang bernilai negatif. Meningkatnya hukuman berarti bahwa actor kurang cenderung menampilkan perilaku-perilaku yang tidak dinginkan. Homans menganggap bahwa hukuman sebagai cara yang tidak memadai untuk menggiring orang mengubah perilaku mereka.

c) Proposisi Stimulus

Jika pada masa lalu tertentu,atau serangkaian stimulus adalah situasi dimana tindakan seseorang diberikan imbalan, maka semakin mirip stimulus saat ini dengan stimulus yang lalu tersebut semakin besar kecenderungan orang tersebut mengulangi tindakan yang sama atau yang serupa.

Homans tertarik pada proses Generalisasi yaitu kecenderungan untuk memperbanyak perilaku pada situasi serupa. Namun, dia juga berpendapat bahwa proses diskriminasi juga penting. Seorang actor akan dapat merespon rangsangan yang tidak relevan, paling tidak sampai situasinya dibenahi oleh kegagalan yang berulang. Semua itu dipengaruhi oleh kewaspadaan individu atau perhatian mereka terhadap rangsangan.


(32)

Proposisi A : ketika tindakan seseorang tidak mendapatkan imbalan yang diharapkan, atau menerima hukuman yang tidak ia harapkan, ia akan marah. Ia cenderung berperilaku agresif dan akibat dari perilaku tersebut menjadi lebih bernilai untuknya.

Proposisi B : ketika tindakanseseorang menerima imbalan yang diharapkannya, khususnya imbalan yang lebih besar dari yang diharapkannya. Atau tidak mendapatkan hukuman yang diharapkannya ia akan senang.ia lebih cenderung berperilaku menyenangkan dan hasil dai tindakan ini lebih bernilai baginya.

Kini kita akan terkejut ketika menemukan konsep frustasi dan amarah dalam karya Homans karna dua konsep tersebut nampaknya merujuk pada kondisi mental. Sebaliknya Homans mengakui bahwa ketika seseorang tidak mendapatkan apa yang ia harapkan, ia dikatakan sebagai frustasi dari harapan-harapan tersebut tidak harus “hanya” merujuk pada

kondisi internal, namun bisa merujuk pada “peristiwa

-peristiwa yang sepenuhnya eksternal” yang tidak hanya dapat diamati oleh individu tersebut namun juga oleh orang luar.


(33)

e) Proposisi Kelebihan dan Kekurangan

Jika pada saat tertentu orang miskin sering mendapat imbalan tertentu, maka makin kurang bernilai imbalan yang selanjutnya diberikan kepadanya.

Dalam hal ini Homans mendefinisikan dua konsep kritis lain yaitu ongkos dan keuntungan. Ongkos didefinisikan sebagai imbalan yang hilang dalam alur tindakan alternative yang sedang berlangsung. Keuntungan dalam pertukaran social dipandang sebagai jumlah imbalan yang lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Keuntungan menggiring Homans mengubah proposisi kelebihan-kekurangan menjadi “semakin besar keuntungan yang diterima sebagai akibat dari tindakan,

semakin cenderung seseorang melakukan tindakan tersebut”.

f) Proposisi Rasionalitas

Ketika seseorang memilih tindakan alternative seseorang akan memilih tindakan sebagaimana yang dipersepsikannya kala itu jika nilai hasilnya dikalikan dengan probabilitas keberhasilan, maka hasilnya adalah lebih besar.

Jika proposisi sebelumnya banyak bersandar dari behaviourisme (perilaku sosial). Proposisi rasionalitas secara gambling menunjukkan pengaruh teori pilihan rasional


(34)

pendekatan homans. Pada dasarnya, orang menelaah melakukan kalkulasi atas berbagai tindakan alternative yang tersedia baginya. Mereka membandingkan jumlah imbalan yang diasosiasikan dengan setiap tindakan.

Merekapun mengkalkulasikan kecenderungan bahwa mereka benar-benar akan menerima imbalan. Imblan yang bernilai tinggi akan hilang nilainya jika actor menganggap bahwa semua itu cenderung tidak akan mereka peroleh. Sebaliknya, imbalan yang bernilai rendah akan mengalami pertambahan nilai jika semua itu dipandang sangat mungkin diperoleh. Maka terjadi interaksi antara nilai imbalan dengan kecenderungan yang diperolehnya imbalan.

Imbalan yang paling diinginkan adalah imbalan yang sangat bernilai dan sangat mungkin tercapai, sedangkan Imbalan yang paling tidak di inginkan adalah imbalan yang paling tidak bernilai dan cenderung tidak dapat diperoleh. Homans juga berargumen bahwa struktur skala besar dapat dipahami jika kita memahami secara baik perilaku social dasar. Menurut Homans proses pertukaran identik pada level masyarakat yang terdapat proses kombinasi fundamental yang lebih kompleks.5

5


(35)

Sedangkan menurut khairul yahya, teori pertukaran melihat tatanan social sebagai hasil yang tidak direncanakan dari tindakan pertukaran antara anggota masyarakat. Teori pertukaran secara eksklusif menunjukkan upaya untuk menjelaskan kehidupan dengan metode pilihan rasional. Teori pertukaran tumbuh dari fakta bahwa pasar lembaga non industri masyarakat biasa lebih sederhana dari pada yang ditemukan dalam ekonomi modern. 6

Dari beberapa uraian tentang proposisi diatas, ada dua jenis proposisi yang mennurut peneliti sesuai untuk meneliti tentang perilaku penerima bantuan JALIN MATRA BRTSM yang ada di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme kabupaten Gresik. Dua jenis proposisi tersebut adalah proposisi sukses dan proposisi nilai. Proposisi sukses menganalisis bagaimana perilaku masyarakat penerima bantuan Program Jalin Matra BRTSM terkait dengan pengulangan tindakan yang akan dilakukan pada waktu selanjutnya karena memandang bahwa saat ini mempunyai sesuatu yang berharga untuk dilakukan ulang.

Sementara itu, dalam konteks pertukaran sosial analisis proposisi nilai, tindakan atau perilaku yang ditunjukkan penerima bantuan Program Jalin Matra BRTSM semakin memberikan nilai dalam kehidupannya

6

Khairul yahya,Dkk,. Teori politik, (Surabaya:IAIN sunan ampel press,2013), Hal.138-141


(36)

cenderung akan diulangi pada waktu selanjutnya untuk hal yang bernilai bagi kehidupan mereka.


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah satu cara atau proses yang digunakan di dalam melakukan penelitian. Sebagaimana metode penelitian dibutuhkan oleh peneliti untuk tahapan di dalam melakukan penelitian. Menurut Dedy Mulyana metode adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan kata lain, metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.1

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif karena, peneliti ingin menggambarkan realita dibalik fenomena secara mendalam dan terperinci. Menurut Keirl dan Miller dalam Moleong yang

dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu

dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan, manusia, kawasannya sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya”.

1

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Sosial Lainnya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), 145.


(38)

Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti berperan sebagai instrument kunci dengan analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian yang lebih menekankan makna dari pada kesimpulan generalisasi. metode ini digunakan untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan, berfokus pada makan individual, dan menterjemahkan kompleksitas suatu persoalan.2 Jenis penelitian baru-baru ini memiliki dua pendekatan kualitatif, yakni pengamatan melibat dan penelitian tindakan partisipatif.3

Strauss dan Corbin dalam buku Basics of Qualitative Research menyebutkan bahwa penelitian kulitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Contohnya dapat berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat, dan perilaku seseorang, di samping juga tentang peranan organisasi, pergerakan sosial, atau hubungan timbal-balik.4

2

Definisi mengenai penelitian kualitatif ini diambil dari makalah: Dr Rr. Suhartini, Dra., M.Si berjudul: Bahan Perkuliahan Metode Penelitian Kualitatif, yang disampaikan di kelas pada 25 Maret 2014

3

Penelitian dengan pendekatan kualitatif ini sering dilakukan dalam penelitian sosiologi dan antropologi, di mana pendekatan kualitatif ini diperkaya oleh masuknya dua pendekatan motodologis yakni: interaksionisme simbolik dan pendekatan etnografi. Lebih jelas lihat: Dr. Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), hal. viii

4

Prosedur penelitian kualitatif terletak pada analisa non-matematis. Prosedur ini menghasilkan temuan yang diperoleh dari data-data yang dikumpulkan dengan menggunakanberagam sarana. Sarana itu meliputi pengamatan dan wawancara, namun bisa juga mencakup dokumen, buku, kaset vidio, dan bahkan data yang telah dihitung untuk tujuan lain,


(39)

Metode penelitian kualitatif sering juga dinamakan sebagai metode baru, karena popularitasnya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Filsafat postpositivisme sering juga disebut sebagai paradigma interpretatif dan konstruktif, yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik/utuh., kompleks, dinami, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif. Dalam penelitian ini biasanya dilakukan pada obyek yang alamiah. Obyek yang alamiah adalah byekyang berkembang apa adanya., tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut.

Dalam penelitian kualitatif, instrumennya adalah orang atau

human instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrume,makapeneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkostruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.

Metode ini disebut juga sebagai metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di

misalnya data sensus. Lihat Anselm Strauss & Juliet Corbin, Basics of Qualitative Research; Grounded Theory Procedures and Techniques, Penj. Muhammad Shodiq & Imam Muttaqien, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hal. 4-5


(40)

lapangan. Selain itu, metode penelitian ini juga disebut sebagai metode naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah; sering juga disebut sebagai metode ethnografi karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; namun juga sering disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisis yang dilakukan lebih bersifat kualitatif.

Oleh sebab itulah, metode ini biasanya digunakan dalam

metode penelitian di mana pendekatan-pendekatannya

menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini sesuai dengan tema yang dilakukan oleh peneliti karena obyek penelitian atau permasalahan yang diteliti oleh peneliti merupakan situasi sosial di mana di dalamnya memiliki keadaan yang natural tanpa ada rekayasa dari peneliti.

Sementara itu, pendekatan kualitatif ini juga memiliki jenis-jenis penelitian. Jenis-jenis metode peenlitian biasanya diklasifikasikan berdasarkan tujuan dan tingkat kealamiahan obyek yang diteliti. Jika ditinjau dari tujuan penelitian, maka metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi tiga; penelitian dasar, penelitian terapan dan penelitian pengembangan.

Dalam penelitian mengenai perilaku penerima bantuan Progam Jalin Matra di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme


(41)

Kabupaten Gresik jika ditinjau dari tujuannya, maka dapat disimpulkan bahwa jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian terapan. Disebut jenis penelitian terapan karena jenis penelitian yang digunakan bertujuan untuk mempraktikan teori yang sudah diakui atau disepakati sebelumnya. Selain itu, sifatnya yang semi sistematis di dalam obyek penelitian yang sedang diteliti, maka penelitian terapan (applied research) sangat cocok.

Namun demikian, jenis penelitian biasanya juga dapat ditinjau dari tingkat kealamiahan penelitian. Pada tingkat ini, terdapat tiga jenis penelitian yang masing-masing memiliki kekhasannya masing-masing yaitu: penelitian eksperimen, penelitian survey, dan penelitian naturalistik. Ketiga jenis penelitian ini biasanya digunakan dalam rangka sejauh mana tingkat kealamiahan obyek penelitian atau permasalahan yang sedang diteliti.

Dalam konteks penelitian yang dilakukan untuk mengetahui perilaku masyarakat penerima bantuan Program Jalin Matra di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik, jika ditinjau dari tingkat kealamiahan penelitian adalah termasuk jenis penelitian naturalistik. Karena, jenis penelitian naturalistik cenderung meneliti situasi sosial yang berjalan apa adanya secara natural tanpa ada campur tangan maupun rekayasa dari peneliti.


(42)

Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan penelitian menggunakan jenis penelitian terapan dan jenis penelitian naturalistik jika berdasarkan tingkat kealamiahan.5

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitihan ini dilakukan di Desa dadapkuning, Kecamatan cerme, Kabupaten Gresik. Desa Dadapkuning merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik. Menurut data yang diperoleh peneliti dari kepala Desa Dadapkuning Bapak H. Saikun, Luas wilayah Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik 1,55 km2, dengan total penduduk 1841 jiwa yang terdiri dari 525 Kartu Keluarga, juga terdapat 2 Dusun yaitu dusun Dadapkuning dan leker rejo, 3 RW, 9 RT.

Dengan lokasi yang berada di daerah gresik paling selatan, masyarakat di sekitar dan lingkungan desa ini masih dalam kategori sederhana dan masih alami, yang menjadikan suasana menjadi akrab dengan ketenangan, kesejukan dan keindahan. Suasana seperti ini membuktikan bahwa desa ini tergolong desa paguyuban seperti terdapat pada desa-desa kebanyakan.

5

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung : Alfabeta, 2014), hal. 3-4


(43)

Waktu penelitian di lakukan mulai bulan november 2016 sampai bulan januari 2016. Adapun alasan penelitian yang menjadikan Desa Dadapkuning ini di jadikan objek penelitian ialah, karena dari hasil dari pada perilaku penerima bantuan program jalin matra dalam pengentasan kemiskinan di Desa Dadapkuning.

C. Pemilihan Subyek Penelitian

Sasaran penelitian yang akan menjadi lokasi sampling adalah warga 5 RTSM masyarakat Desa Dadapkuning yang menerima bantuan dan pemerintah desa selaku pengelola program Jalin Matra ditingkat Desa serta pendamping desa program jalin matra itu sendiri, mengenai subyek penilitian akan diambil sampel yang akan menjadi informan sebagai data yang akan diuraikan dalam penelitian ini, dalam penentuannya peneliti mengambil dari masing-masing Dusun yang ada 3 informan dari Dusun Dadapkuning 2 dari Dusun Lekerrejo di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme kemudian dalam prosedurnya peneliti juga akan menambahkan beberapa informan dari Pemerintah Desa serta Pendamping Desa yang mengakomodir bantuan dari Pogram Jalin Matra JATIM .


(44)

D. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa tahapan yakni pra lapangan dan lapangan.

1. Tahap Pra Lapangan:

a. Menyusun rancangan penelitian

Berangkat dari latar belakang masalah yang menjadi dasar penelitian.

b. Memilih lapangan penelitian

Lapangan penelitian berada di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.

c. Mengurus Perizinan

Mengurus perizinan sangat diperlukan untuk membantu kelancaran dalam penelitian di lapangan.

d. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan

Menilai keadaan lapangan dimaksudkan untuk menilai situasi, latar belakang dan kondisi tempat penelitian apakah sesuai dengan latar belakang.


(45)

Informan disini merupakan orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Kegunaan informan bagi peneliti ialah membantu

agar secepatnya dan tetap sedetail mungkin dapat

membenamkan diri dalam konteks setempat.

f. Menyiapkan perlengkapan penelitian yang dianggap penting

Perlengkapan disiapkan untuk membantu dalam kegiatan penelitian seperti wawancara.6

2. Tahap Pekerjaan Lapangan :

Pada tahap ini peneliti berfokus pada data di lapangan, adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah :

a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri

Sebelum memasuki lapangan, peneliti perlu memahami latar belakang penelitian, bisa menempatkan diri atau beradaptasi, menyesuaikan penampilan dengan kebiasaan dari tempat penelitian, agar memudahkan hubungan dengan subyek serta memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data.

b. Memasuki lapangan

6

Lexy J.Meleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 27-133.


(46)

Setelah memasuki lapangan, peneliti menciptakan hubungan yang baik antara peneliti dengan subyek. Agar subyek secara sukarela memberikan informasi yang diperlukan. Keakraban dengan subyek dan informasi lainnya perlu dipelihara selama penelitian berlangsung.

c. Berperan serta sambil mengumpulkan data

Catatan lapangan merupakan data yang diperoleh selama penelitian baik melalui wawancara, pengamatan atau menyaksikan kejadian sesuatu. Dalam mengumpulkan data peneliti juga memperhatikan sumber data lainnya seperti : dokumen, laporan, foto, gambar yang sekiranya perlu dijadikan informasi bagi peneliti.7

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Bagi peneliti kualitatif, fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui observasi pada latar tempat dan wawancara mendalam, dimana fenomena tersebut berlangsung dan disamping itu untuk melengkapi data

7


(47)

diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek).

Dalam penelitian data dari subyek penelitian dikumpulkan melalui :

1. Observasi

Observasi yang dilakukan peneliti adalah pada saat penentuan informan dimana peneliti mengamati secara visual menggunakan indera mata dan telinga sendiri untuk mengetahui karakteristik masyarakat yang akan dijadikan sebagai informan penelitian. Karakteristik yang dimaksud adalah bagaimana pengetahuan dan pengaruh masyarakat dalam kehidupan sosial sehari-hari.

Selain itu, peneliti juga melakukan observasi mengenai bagaimana peran program Jalin Matra BRTSM (bantuan rumah tangga sangat miskin) dalam pemberian subsidi pada masyarakat.

2. Wawancara

Proses menggali data terhadap informan dengan

menggunakan pedoman wawancara terbuka dan disertai dengan wawancara lebih mendalam terhadap informan (indepth interview). Wawancara yang dilakukan lebih


(48)

menyerupai suatu dialog antara peneliti dan subyek penelitian yang dilakukan dengan suasana keakraban dan santai dengan menggunakan pedoman wawancara atau guide interview. Dimana, dalam proses wawancara peneliti menyesuaikan lokasi wawancara sesuai keinginan informan. Dengan cara ini dapat menggali sebanyak mungkin informasi sehingga memperoleh gambaran yang sejelas-jelasnya dan lebih memungkinkan mendapatkan info yang unik dan jujur. Dalam proses wawancara peneliti tidak terpaku pada pedoman wawancara yang baku tetapi juga mengikuti alur pembicaraan subyek penelitian dan memungkinkan peneliti untuk

mengembangkan pertanyaan. Pada saat melakukan

percakapan, peneliti berusaha untuk memberi kebebasan kepada informan apapun pendapatnya dan tidak untuk memotong atau menyela perkataan informan. Untuk memudahkan proses wawancara peneliti menggunakan media handphone dan kamera digital sebagai media untuk merekam hasil wawancara serta mengabadikan suatu realitas yang terjadi di lapangan sehingga hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan.


(49)

3. Studi pustaka atau literatur

menggunakan buku-buku atau artikel dalam kaitannya dengan kajian teoritik yang dapat menjelaskan perilaku masyarakat serta upaya penanggulangan kemiskinan dijawa timur

4. Dokumentasi

Dokumentasi ini bisa diperoleh peneliti melalui gambar, rekaman suara, atau tulisan yang diperoleh peniliti melalui subjek secara langsung di lapangan sebagai penguat data.8 Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan menyimpan data dari informan baik dengan bentuk tulisan, gambar dan rekaman.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Dalam proses analisis data jelas peneliti melakukan klasifikasi data dengan cara memilah-milih data sesuai dengan kategori yang disepakati oleh peneliti. Deskripsi, yaitu metode yang diterapkan untuk mengklasifikasi dan mengkategorikan data-data

8

Abdurrahman Dudung, Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta: Kurnia Alam Semesta, 2003), 65.


(50)

yang telah terkumpul dalam rangka memperoleh pemahaman komprehensif.9

Pada tahap analisis data terdapat tiga langkah untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan, yaitu:

a) Reduksi data (data reduction) yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data kasar yang diperoleh di lapangan studi.

b) Penyajian data (data display) yaitu deskripsi dalam bentuk teks

naratif berdasarkan kumpulan informasi tersusun yang

memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

c) Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and verification), mencari makna dari setiap gejala yang diperolehnya di lapangan, mencatat keteraturan atau pola penjelasan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur kausalitas dan proposisi. Selama penelitian masih berlangsung, setiap kesimpulan yang ditetapkan akan terus-menerus di verifikasi hingga benar-benar diperoleh konklusi yang valid dan kokoh.

Dengan tiga langkah analisis data tersebut memudahkan peneliti untuk menganalisis data dari informan. Peneliti juga

9

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pengantar Praktek (Jakarta: PT.Asdi Mahasatya, 2006), 245.


(51)

menggunakan kategorisasi untuk mengklasifikasikan data-data kunci sehingga bisa lebih mudah untuk menarik kesimpulan hasil penelitian. Kategorisasi data yang tersebut dalam bentuk tabel dimana jawaban informan di kategorikan menurut konsep-konsep penelitian yang terpenting. Data juga dianalisis dengan menggunakan teori yang dipakai dalam penelitian ini yaitu teori pertukaran social George Caspar Homans.

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam proses penelitian tidak semua pernyataan atau informasi yang didapatkan dari informan itu sesuai atau valid. Maka dari itu uraian informasi, tindakan dan ungkapan yang didapat perlu terlebih dahulu diukur keabsahan datanya. Proses ini sangat penting dimaksudkan agar informasi yang diperoleh memiliki derajat ketepatan dan kepercayaan sehingga hasil penelitian bisa dipertanggung jawabkan.

Agar data yang diperoleh benar-benar valid maka informasi yang telah diperoleh dari satu informan dicoba untuk ditanyakan kembali kepada informan yang lain dalam beberapa kesempatan dan waktu yang berbeda. Proses ini mengikuti apa yang dikemukakan oleh Moleong yaitu teknik member check (pengecekan anggota). Dengan kata lain peneliti melakukan cross check mempertanyakan


(52)

pertanyaan yang sama dengan informan yang berbeda hingga informasi yang diperoleh menjadi sama atau memiliki kemiripan.10

Dalam penelitian kualitatif, keabsahan data lebih bersifat sejalan seiring dengan proses penelitian itu berlangsung. Keabsahan data kualitatif harus dilakukan sejak awal penelitian berlangsung. Yakni pada tahap pengambilan data, yaitu sejak melakukan data display dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Untuk memperoleh keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan dengan cara kredibilitas, Transferabilitas dan dependabilitas yang maksudnya adalah.

1. Validitas Internal (kredibilitas)

Validitas internal merupakan ukuran tentang kebenaran data yang diperoleh dengan instrumen. Yakni instrument itu sungguh – sungguh mengukur variabel yang sesungguhnya.

Bila instrumen tidak mengukur apa yang seharusnya diukur maka data yang diperoleh tidak sesuai dengan kebenaranya.sehingga hasil penelitianya juga tidak dpat dipercaya. Atau dengan kata lain tidak memenuhi syarat validitas.

Menurut Nasution validitas internal (kredibilitas) dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:

10


(53)

a. Memperpanjang masa observasi.

b. Melakukan pengamatan terus-menerus

c. Trianggulasi data

d. Membicarakan dengan orang lain

e. Menganalisis kasus negative

f. Menggunakan bahasa referensi

g. Mengadakan membercheck

2. Validitas Eksternal

Validits Eksternal ditunjukkan dengan masalah generalisasi. Yakni dimanakah generalisasi yang dirumuskan juga berlaku bagi kasus-kasus lain diluar penelitian. Dalam penelitian kualitatif peneliti tidak dapat menjamin keberlakuan hasil penelitian padasubjek lain.

Hal ini disebabkan karena penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk menggeneralisir. Karena penelitian kualitatif tidak menggunakan sampling acak atau senantiasa bersifat purposive sampling.

3. Dependabilitas

Dependibilitas atau reliabiliats instrument adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan ulang terhadap gejala yang sama dengan


(54)

alat pengukur yang sama untuk dapat mencapai tingkat reliabilitas dalam penelitian ini. Maka dilakukan dengan tehnik ulang atau checkreankeck.

4. Objektivitas

Dalam penelitian kualitatif peneliti harus berusaha sedapat mungkin mempercepat faktor subjektivitas. Penelitian akan dikatakan objektif bila dibenarkan atau di confirm oleh peneliti lain. Maka


(55)

BAB IV

PERILAKU PENERIMA BANTUAN PROGRAM JALIN MATRA BRTSM DI DESA DADAPKUNING MENURUT PERSPEKTIF TEORI PERTUKARAN

SOSIAL GEORGE C. HOMANS

A. Deskripsi Umum Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik

1. Keadaan Demografi Desa Dadapkuning

Desa Dadapkuning merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.

Gambar 4.1

Peta Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik

Sumber : Wikipedia ensiklopedia bebas diakses pada 3 januari 2017


(56)

Desa Dadapkuning ada di nomor 001 batas wilayahnya adalah:

Sebelah Utara : Desa lengkong (008)

Sebelah Timur : Desa Dooro (007)

Sebelah Selatan : Desa Ngembung (002)

Sebelah Barat : Kecamatan Benjeng

Menurut data yang diperoleh peneliti dari kepala Desa Dadapkuning Bapak H. Saikun, Luas wilayah Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik 1,55 km2, dengan total penduduk 1841 jiwa yang terdiri dari 525 Kartu Keluarga, juga terdapat 2 Dusun yaitu dusun Dadapkuning dan leker rejo, 3 RW, 9 RT. Berikut gambar wilayah kecamatan Cerme.

Sementara itu, luas wilayah menurut penggunaan tanah di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik memiliki luas tanah sebanyak 154,80 hektar dengan rincian 99.20 hektar tanah sawa, 20 hektar tanah tambak, 2 hektar tanah kering, 21,90 hektar tanah pekarangan dan yang dipergunakan untuk kepentingan selain tersebut adalah seluas 11,70 hektar. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.1 sebagai berikut.


(57)

Tabel 4.1

Luas Wilayah Menurut Penggunaan Tanah di Desa Dadapkuning

Penggunaan Tanah Luas (Ha)

Tanah Sawah 99,20

Tanah Tambak 20,00

Tanah Kering 2,00

Tanah Pekarangan 21,90

Hutan/ Negara -

Lain-lain 11,70

Jumlah 154,80

Sumber: Kecamatan Cerme Dalam Angka 2016

2. Lembaga Kemasyarakatan

Organisasi kemasyarakatan memiliki fungsi yang cukup besar untuk mencapai sebuah tujuan bersama. Fungsi pokoknya adalah menjadi wadah pembinaan serta pengembangan anggotanya. Hal ini berarti fungsi organisasi kemasyarakatan merupakan tempat penempaan kepemimpinan


(58)

dan peningkatan keterampilan yang nantinya dapat disumbangakan dalam pembangunan di segala bidang.

Lembaga atau organisasi kemasyarakatan di Desa Dadpkuning Kecamatan Cerme Kabupaten gresik terdiri dari berbagai macam yang dibentuk atas dasar sifat kekhususannya masing-masing. Lembaga tersebut yakni organisasi perempuan, organisasi pemuda, organisasi bapak-bapak, kelompok gotong royong dan juga kepemudaan seperti karang taruna, menurut tutur Kepala Desa Dadapkuning dalam struktur organisasi Desa ada perangkat Desa yang tersusun dengan 9 orang, BPD 5 orang, Serikat tani dan Tambak, LPMD, PKK, juga dalam Desa Dadapkuning ada 2 karang taruna dari dua Dusun yaitu Dadapkuning dan Lekerrejo .

3. Sarana dan Prasarana

Secara umum banyak di masyarakat kita sering menggabungkan arti kata sarana dan prasarana. Sebenarnya kedua istilah tersebut sangatlah berbeda. Singkat kata, sarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang bergerak seperti komputer dan mesin-mesin. Sedangkan prasarana lebih ditujukan untuk benda yang tidak bergerak atau lebih tepatnya permanen seperti lahan, gedung dan sebagainya.


(59)

Kemudian disini peneliti akan lebih menjelaskan beberapa prasarana yang ada di Desa Dadapkuning, Prasarana peribadatan yakni seperti masjid sejumlah 2, mushola sejumlah 2, Prasarana kesehatan Puskesmas ada 1 juga ada 1 dokter praktek prasarana kesehatan ini sanagat penting adanya mengingat kesehatan adalah hal sangat mempengaruhi tingat kesejahteraan masyarakat, kemudian prasarana pendidikan yang ada di Desa Dadapkuning terdapat 1 sekolah dasar dan 1 taman kanak-kanak meskipun jenjang pendidikan yang ada di Dadapkuning hanya sampai dengan sekolah dasar akan tetapi rata-rata masyarakat juga mulai melek pendidikan sudah ada beberapa putra putri Dadapkuning yang mengenyam pendidikan tinggi.

4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan data kepadatan penduduk di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik bahwa jumlah penduduknya adalah sebanyak 1841 jiwa, dengan penduduknya yang didominasi oleh perempuan yaitu sebanyak 925, sementara penduduk dengan jenis kelamin laki-laki adalah berjumlah 916 jiwa. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.2


(60)

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki 916

Perempuan 925

Jumlah 1841

Sumber: Kecamatan Cerme Dalam Angka 2016

5. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Usia

Berdasarkan jumlah penduduk menurut usia di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik adalah didominasi oleh penduduk dengan tingkat usia 40-59 dengan jumlah 483 orang, disusul oleh penduduk dengan tingkat usia 25-39 yaitu sebanyak 646 orang, lalu penduduk dengan tingkat usia 20-24 yaitu sebanyak 141. Sementara jumlah penduduk dengan tingkat usia yang paling sedikit adalah 0-4 tahun yang hanya berjumlah sebanyak 126 orang. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.2 sebagai berikut.

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Usia di Desa Dadapkuning

No Usia Jumlah


(61)

2 5-9 133

3 10-14 141

4 15-19 135

5 20-24 141

6 25-39 464

7 40-59 483

8 >60 218

Jumlah 1.841

Sumber: Kecamatan Cerme Dalam Angka 2016

6. Jumlah Penduduk Yang Bekerja di Desa Dadapkuning

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan menjelaskan bahwa penduduk yang bekerja di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik didominasi oleh bidang pekerjaan sebagai buruh di industri yaitu sebanyak 375 orang, disusul dengan angka orang yang bekerja di bidang pertanian sebanyak 139 orang, sementara bidang pekerjaan yang paling sedikit dilakukan oleh masyarakat Desa Dadapkuning adalah bidang konstruksi yang hanya sebanyak 29 orang, disusul kemudian di bidang angkutan yang hanya sebanyak 71 orang. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 4.4 di bawah ini.


(62)

Jumlah Penduduk Desa Dadapkuning Yang Bekerja

Bidang Pekerjaan Jumlah (Orang)

Pertanian 139

Industri 375

Konstruksi 29

Perdagangan 119

Angkutan 71

Jasa 115

Lainnya 443

Jumlah 1.291

Sumber: Kecamatan Cerme Dalam Angka 2016

7. Jumlah Keluarga Menurut Tahapan Sejahtera di Desa Dadapkuning

Berdasarkan data dari pemerintah Badan Pusat Statistik Kabupaten Gresik terlihat bahwa Jumlah Keluarga berdasarkan Tahapan Keluarga Sejahtera di Desa Dadapkuning terlihat kalau rata-rata menurut tingkatan Kepala Keluarga (KK) berada dalam golongan Sejahtera III yaitu sebanyak 283 KK, disusul oleh Tahapan Keluarga Sejahtera yang berada di golongan Pra-Sejahtera yaitu sebanyak 90 KK.


(63)

Sementara itu, masyarakat yang berada di golongan Sejahtera I sebanyak 82 KK, sedangkan yang berada di tahapan Sejahtera II adalah sebanyak 34 KK, disusul oleh Tahapan Keluarga Sejahtera yang berada pada golongan atau tingkat Sejahtera III Plus hanya sebanyak 1 KK. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini.

Tabel 4.5

Jumlah Keluarga Desa Dadapkuning Menurut Tahapan Keluarga Sejahtera

Tahapan Keluarga Sejahtera Jumlah (Kepala Keluarga)

Pra Sejahtera 90

Sejahtera I 82

Sejahtera II 34

Sejahtera III 283

Sejahtera III Plus 1

Jumlah 49

Sumber: Kecamatan Cerme Dalam Angka 2016

Dari data ini setidaknya dapat ditemukan sebuah kesimpulan bahwa Keluarga yang berada pada tahap sejahtera masih sekitar separuh dari jumlah keluarga yang ada di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme


(64)

Kabupaten Gresik. Sementara yang lainnya masih berada di bawah standar sejahtera bahkan banyak keluarga yang masih tidak sejahtera atau berada pada tahap pra-sejahtera.

8. Jumlah Industri di Desa Dadapkuning

Sementara itu berdasarakan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Gresik juga ditemukan bahwa di Desa Dadapkuning masih sedikit industri yang berjalan. Industri yang ada di Desa Dadapkuning hanya berada pada taraf industri kecil, itupun dalam jumlah yang sangat sedikit yaitu hanya 23 industri kecil. Sementara itu, industri dengan tingkat sedang dan besar masih belum ada di Desa ini. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.6 di bawah ini.

Tabel 4.6

Jumlah Industri di Desa Dadapkuning

Tingkat Industri Jumlah

Industri Kecil 23

Industri Sedang -

Industri Besar -


(65)

Sumber: Kecamatan Cerme Dalam Angka 2016

Dengan jumlah industri yang sangat sedikit di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik menandakan bahwa tingkat perekonomian masyarakat di dalamnya masih berproses untuk melakukan kemajuan dan perbaikan. Berbagai pelatihan di bidang perindustrian mungkin amat dibutuhkan di Desa ini, mengingat bahwa perkembangan perekonomian suatu daerah dibuktikan dengan meratanya industri pada semua keluarga yang ada di Desa tersebut.

9. Jumlah Kendaraan Bermotor Roda Empat di Desa Dadapkuning

Selain itu, menurut data yang diperoleh oleh peneliti di lapangan bahwa di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik bahwa jumlah kendaraan bermotor roda empat adalah berjumlah 100 kendaraan dengan rincian 70 kendaraan berjenis Colt, 18 kendaraan berjenis Truk, 9 kendaraan berjenis Pick-up, dan 3 kendaraan berjenis Sedan. Kepemilikan kendaraan di Desa Dadapkuning ini dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini.

Tabel 4.7

Jumlah Kendaraan Bermotor Roda Empat di Desa Dadapkuning


(66)

Bus -

Truk 18

Pick-up 9

Sedan 3

Colt 70

Jumlah 100

Sumber: Kecamatan Cerme Dalam Angka 2016

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi kendaraan roda empat yang sedikit juga berdampak pada mobilitas masyarakatnya yang minim. Ketika mobilitas masyarakat rendah, maka proses masyarakat untuk untuk menuju pada tingkat Sejahtera III apalagi tingkat Sejahtera III Plus akan menjadi susah. Sehingga dengan hal tersebut, perlu dikembangkan berbagai sektor perekonomian masyarakat setempat untuk mendukung mobilitas terutama di bidang ekonomi yang semakin cepat.

10.Jumlah Pendapatan Desa Dadapkuning Menurut Sumber Dana

Sumber dana dan pendapatan desa merupakan hal yang sangat penting bagi sebuah desa. Karena dana adalah bagian yang tak terpisahkan dari proses menuju kesejahteraan sosial dan kemajuan sebuah masyarakat


(67)

di dalam pedesaan bahkan juga perkotaan. Dengan adanya dana yang jelas dan pengelolaan yang baik maka bukan mustahil suatu desa dapat mengembangkan perekonomian masyarakatnya ke dalam taraf sejahtera dan mandiri. Untuk itu sangat penting mengetahui bagaimana pendapatan dan sumber dana di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Gresik dan berbagai data dari kepala desa setempat, dapat diketahui bahwa di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik memiliki sumber dana dari berbagai pihak. Salah satu sumber dana yang paling besar di Desa ini adalah berdasarkan dari sumbangan yang mencapai Rp. 1,049,560, disusul oleh dana Bagian Dana Perimbangan atau ADD yaitu sebanyak Rp. 422,749, sementara itu dana yang berasal dari Dana Desa sebanyak Rp. 270,522. Sedangkan dana dari Pendapatan Asli Desa hanya sebanyak Rp. 77,000, disusul dengan sumber dana terkecil kedua adalah dari Bantuan Keuangan Pemerintah Kabupaten yang hanya sebanyak Rp. 100,000. Untuk dapat melihat secara keseluhan sumber dana di Desa Dadapkuning dapat dilihat dalam tabel 4.8 di bawah ini.

Tabel 4.8


(68)

Sumber Dana Jumlah (Rp. 000)

Pendapatan Asli 77,000

Bagi Hasil Pajak 179,289

Dana Desa 270,522

Bagian Dana Perimbangan 422,749

Bantuan Keuangan Pemerintah Kabupaten

100,000

Sumbangan 1,049,560

Sumber: Kecamatan Cerme Dalam Angka 2016

Dari hasil pendapatan dan sumber dana desa di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik secara akumulatif memang menunjukkan nilai yang besar, akan tetapi besarnya nilai dana untuk suatu desa harus dibarengi dengan program pemberdayaan masyarakat, terutama masyarakat yang berpotensi mengembangkan usaha di dalamnya. Karena, tampa adanya pemberdayaan akan mustahil dana dikelola dengan baik dan tepat sasaran terutama untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada di desa tersebut.


(69)

Selanjutnya, untuk mengukur bagaimana realisasi dana terhadap berbagai program desa perlu diketahui kesinambungan antara target yang ditetapkan oleh suatu desa dengan realisasi yang telah dilaksanakan. Terutama yang menyangkut anggaran desa yang terdapat pada masing-masing desa di setiap kabupaten atau kota.

Begitupula di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Gresik dapat ketahui bahwa realisasi penerimaan PBB sudah sesuai dengan target. Di mana target yang ditetapkan di Desa Dadapkuning ini adalah 40,433,000 rupiah berbanding lurus dengan realisasi dengan jumlah yang sama yaitu 40,433,000 rupiah. Sehingga dari hasil ini diketahui bahwa 100 persen realisasi anggaran sudah dilakukan dan mencapai target yang telah ditetapkan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini.

Tabel 4.9

Realisasi Penerimaan PBB di Desa Dadapkuning

Realisasi Penerimaan PBB Jumlah (Rp. 000)

Target 40,433

Realisasi 40,433


(70)

Realisasi (%) 100,00 %

Sumber: Kecamatan Cerme Dalam Angka 2016

B.Perilaku Penerima Bantuan Program Jalin Matra BRTSM di Desa Dadapkuning

Dalam memperoleh data mengenai perilaku penerima bantuan Program Jalin Matra BRTSM di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik, peneliti mencoba mendatangi beberapa orang yang sudah menerima bantuan tersebut untuk kemudian diwawancarai oleh peneliti. Setelah melakukan beberapa observasi dan diketahui beberapa orang yang menjadi key people dalam penelitian ini, maka peneliti akan memaparkan penjelasan secara deskriptif apa yang mereka informasikan kepada peneliti.

Salah seorang yang dimintai pendapat dalam penelitian ini adalah Ibu Nafiah. Dia merupakan seorang tukang jahit di Dusun Lekerrejo RT 2 yang mengatakan bahwa dengan adanya bantuan tersebut sedikit mengubah prilaku sehari-harinya menjadi lebih mudah. Karena dengan adanya bantuan tersebut, Ibu Nafiah menjadi lebih mudah mendapat penghasilan.

Kulo nrami bantuan niku nggeh damel tumbas mesin jahit. Soale mesin jahit seng sakderenge niku nyelang. Bantuane riyen menawi kulo mboten supe niku 2,5 jutaan. Lha niku cukup kulo damel mesin jahit mawon. Tapi alhamdulillah berkat bantuane niku penghasilane alhamdulillah meningkat. Seng awale niku sistem bagi hasil, lha sakniki saget kulo damel tiyambek hasile. Nggeh alhamdulillah mboten tergantung male. (Saya terima bantuan itu ya buat beli mesin jahit. Soalnya mesin jahit


(71)

yang sebelumnya itu pinjam. Bantuannya dulu kalo ndak lupa itu 2,5 jutaan. Lha, itu cukup saya buat mesin jahit aja. Tapi alhamdulillah berkat bantuan tersebut penghasilannya alhamdulillah meningkat. Yang awalnya itu sistem bagi hasil, lha sekarang bisa saya buat sendiri hasilnya. Ya alhamdulillah nggak tergantung lagi.)”1

Berdasarkan pernyataan Ibu Nafiah, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi perubahan dalam hidup keluarganya. Perubahan yang terjadi sebelumnya itu alat penjahitnya itu dipinjam. Karena dipinjami, dia tidak bisa mempunyai penghasilan yang banyak. Tapi setelah mendapatkan bantuan sebesar 2,5 juta, akhirnya bisa membeli mesin jahit sehingga penghasilannya otomatis juga bertambah. Sehingga dapat dikatakan bahwa perubahan tersebut adalah perubahan perilaku yang lebih baik.

Tidak jauh dari tempat Ibu Nafiah, peneliti juga mewawancarai salah seorang penjual rujak di Dusun Dadapkuning Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik. Penjual rujak tersebut bernama Ibu Mistin. Berdasarkan pengakuan Ibu Mistin, bahwa bantuan yang diterimanya juga sebesar 2,5 juta.

Kulo sadean niki mulai tahun 2010 mas, nggge lek kendalae paleng diutang tonggo mas, ngge Alhamdulillah mas manton angsal bantuan saget berkembang mbiyen dodolane yo gak ngene mas saiki alhamdulillah lumayan mas,wah ancen bantuan Jalin matra iku akeh dewe mas olehe rong juta setengah ( 2,5 juta) aku dodol rujak ambek gado-gado mas saiki dodolane nambah ngge ambek meracang mas Alhamdulillah saget gae nambah dandani genteng bocor, mbiyen pernah

1


(72)

oleh bantuan sekali mas saking kecamatan bantuan damel rondo-rondo ngunu mas olehe 300 ribu cuman yo gak cukup lek gae buka usaha mas, Alhamdulillah mas saaiki oleh tambahan gae nambah dagangan. (Saya jual rujak gado-gado dan lontong mie saya jualan mulai tahun 2010 mas, kalo jualan seperti ini paling kendanya cuman dihutang tetangga mas, tapi Alhamdulillah mas setelah dapat bantuan bisa berkembang dulu jualannya gak seperti ini mas sekarang Alhamdulillah lumayan, memang bantuan jalin matra itu yang paling banyak mas dapat uang 2,5 juta, sekarang jualannya nambah mas dulu cuman rujak sama gado-gado saja, sekaramng nambah sama jualan makanan ringan snack dan minuman-minuman, kalo maslah penghasilan ya Alhamdulillah nambah juga mas lumayan buat benahin genteng yang bocor kalo dulu memang pernah dapat bantuan dari kecamatan ya khusus orang janda gitu tapi uangnya cuman 300 ribu gak cukup untuk usaha dib uat jajannya anak sama bayar sekolah habis mas, ya kalo sekarang Alhamdulillah bisa nambah dagangan uangnya bisa diputer buat usaha).2

Berdasarkan keterangan dari Ibu Mistin bahwa sejak mendapat bantuan dari Jalin Matra, Ibu Mistin dapat dengan mudah memperoleh penghasilan yang lumayan dari bisnis warung rujak dan gado-gadonya. Bagi Ibu Mistin, bantuan sebesar 2,5 juta tersebut sangat membantu perekonomiannya sehingga secara sosial pun dapat menjadi lebih baik. Meskipun masalah yang dialami oleh Ibu Mistin adalah banyaknya tetangga yang biasa menghutang, akan tetapi Ibu Mistin mengaku dengan bantuan yang telah diterimanya tersebut, penghasilannya bertambah lebih baik. Di dalam kesehariannya pun Ibu Mistin dapat lebih mudah untuk mengumpulkan uang berkat bantuan yang diterimanya dari Program Jalin Matra tersebut.

2


(1)

Selain itu, masyarakat penerima bantuan Program Jalin Matra BRTSM di Desa Dadapkuning menjadi lebih optimis untuk mengembangkan usaha mereka masing-masing. Dengan demikian, tindakan masyarakat penerima bantuan tersebut menjadi lebih maju untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para pelanggannya.

Sementara itu, hasil yang diberikan dari bantuan dari Program Jalin Matra BRTSM memang sangat berguna pada masyarakat penerima sehingga membuat mereka juga memberikan pelayanan yang baik berdasarkan bantuan yang sudah dikelola oleh mereka. Sehingga dalam hal ini, bisa disimpulkan, bahwa nilai yang diberikan oleh bantuan tersebut bukan hanya nilai ekonomi saja, tetapi juga nilai sosial yang membuat interaksi mereka menjadi semakin baik.

Dengan hasil yang diperoleh masyarakat penerima bantuan Program Jalin Matra BRTSM tersebut otomatis akan mengalami hal yang serupa pada waktu selanjutnya. Artinya, pengulangan tindakan asli dari masyarakat kemungkinan besar akan terjadi jika masyarakat penerima bantuan tersebut mendapatkan bantuan lagi baik dari lembaga pemerintah ataupun swasta untuk mengembangkan usaha yang mereka kerjakan akan semakin berkembang dan semakin besar.

Selain daripada itu, meningkatnya imbalan lebih cenderung melahirkan sesuatu yang diinginkan. Artinya, semakin bernilai hasil tindakan bagi


(2)

79

seseorang maka semakin cenderung ia melakukan tindakan serupa pada waktu selanjutnya. Begitu pula dengan penerima bantuan Program Jalin Matra BRTSM di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik, melalui bantuan tersebut masyarakat akan semakin baik dalam mengelola usaha yang dijalankan.

Nilai yang diperoleh dari hasil bantuan Program Jalin Mitra BRTSM menghasilkan tindakan positif dari masyarakat penerima bantuan tersebut dikarenakan usaha mereka menjadi mudah terkendali. Dengan demikian, Program Jalin Matra BRTSM seperti yang sudah dilakukan di Desa Dadapkuning Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik sangat bernilai bagi masyarakat setempat untuk mengembangkan dan memberdayakan ekonomi masyarakat agar lebih mandiri sehingga kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat akan terpenuhi kedepan.

B. Saran

Dari kesimpulan di atas, setidaknya peneliti mempunyai beberapa saran untuk dilakukan.

1. Untuk Jalin Matra BRTSM: Bantuan Program Jalin Matra BRTSM perlu terus dilakukan untuk memberdayakan dan mengembangkan ekonomi masyarakat pedesaan. Dengan catatan bahwa program tersebut mungkin


(3)

dapat diminimalisir nilainya dalam rangka digunakan untuk program pelatihan pengembangan sumber daya manusia. Karena, bantuan-bantuan dalam bentuk apapun dalam rangka mengembangkan perekonomian harus juga dibarengi dengan pemberdayaan skill masyarakat dan sumber daya manusia yang ada di dalamnya.

2. Untuk Pemerintah: Perlu apresiasi yang tinggi terhadap lembaga-lembaga sosial yang memang memiliki kepedulian pada permasalahan yang terjadi di masyarakat. Bahkan, pemerintah dapat lebih proaktif dalam mengawal segala hal yang nantinya akan berkontribusi pada kehidupan masyarakat yang lebih baik. Selain itu, pemerintah juga perlu mendorong berbagai kinerja yang menfokuskan diri untuk mengentaskan kemiskinan yang terjadi di masyarakat.

3. Untuk masyarakat penerima bantuan: Setidaknya perlu lebih bijak dalam menggunakan bantuan sosial ataupun dari pemerintah, terutama dalam rangka memperbaiki sekaligus mengembangkan keadaan perekonomian mereka. Jika bantuan tersebut memang harus difokuskan pada pengembangan ekonomi, maka harus benar-benar digunakan untuk mengembangkan ekonomi. Begitupula jika bantuan tersebut harus digunakan untuk kesehatan dan pendidikan, harus benar-benar dikelola untuk kesehatan dan pendidikan.


(4)

81

4. Untuk peneliti: Penting untuk peneliti agar terus melakukan penelitian di bidang pengembangan dan pembangunan di masyarakat. Terutama yang paling banyak disoroti adalah pembangunan dan pengembangan di bidang ekonomi. Baik itu sifatnya teoretis maupun praktis.


(5)

Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian: Suatu Pengantar Praktek. Jakarta: PT.Asdi Mahasatya, 2006.

Chambers, Robert. Pembangunan Desa: Mulai dari Belakang, penerjemah pepep sudrajat. Jakarta: LP3ES, 1987.

Dudung, Abdurrahman. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Kurnia Alam Semesta, 2003.

Skinner, B.F. Ilmu Pengetahuan dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013.

Goodman, Douglas J dan George Ritzer. Teori Sosiologi, dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Posmodern. Penerbit Kreasi Wacana. 2009.

Meleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2005. Meleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2002. Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan, Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2008.

Paloma, Margaret M. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers. 1987. Pedoman umum program JALIN MATRA Bantuan RTSM tahun 2016. Prayitno, Hadi. Pembangunan Ekonomi Desa. Yogyakarta: BPFE, 1987.

Ritzer, George. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Raja Grafindo. 2014

---. Teori Sosiologi. Bantul: Kreasi wacana offset. 2011) Hal.450-457 Yahya, Khairul, dkk. Teori Politik. Surabaya: IAIN sunan ampel press. 2013.

Salim, Agus. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), hal. viii

Shaffer, Paul. New thinking of property: implications of globalitation and property reduction strategies. University of Toronto, Canada, RER, ISSUE, 2008.

Suhartini berjudul: Bahan Perkuliahan Metode Penelitian Kualitatif, yang disampaikan di kelas pada 25 Maret 2014.


(6)

Strauss, Anselm & Juliet Corbin, Basics of Qualitative Research; Grounded Theory Procedures and Techniques, Penj. Muhammad Shodiq & Imam Muttaqien, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2003.