Peran rohis dalam meningkatkan sikap keberagaman siswa di SMP Negeri 10 Tangerang Selatan

(1)

Peran Rohis dalam Meningkatkan Sikap Keberagamaan Siswa

Kemerosotan dan kurangnya ahklak, serta sikap keberagamaan pada saat ini dapat membawa dampak negatif bagi siswa dalam kehidupan masyarakat. Dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pendidikan agama yang mereka miliki. Perlu adanya kegiatan yang dapat menumbuhkan sikap keberagamaan. Selain kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, kegiatan di luar kelas yaitu ekstraskurikuler yang bersifat agamis seperti Rohis dapat menumbuhkan sikap keberagamaan siswa.

Sikap keberagamaan sangat penting bagi setiap siswa untuk mengurangi tingkat kemerosotan moral dan akhlak. Pendidikan agama haruslah ditanamkan dari usia dini. Pendidikan agama yang baik dalam keluarga dan sekolah serta masyarakat juga berpengaruh untuk membentuk sikap keberagamaan.

Penelitian ini menggunakan metode “deskriptif kolerasional” yaitu penelitian yang bertujuan untuk menagnalisa dan menguji hipotesis. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar peran rohis dalam meningkatkan sikap keberagamaan siswa maka penulis mengumpulkan data dengan menyebarkan angket yang berisi sejumlah pertanyaan kepada siswa kelas VIII. Kemudian untuk melengkapi data tersebut maka penulis melakukan wawancara kepada Pembina Rohis.

Hasil pengolahan dan analisis data tentang Peran Rohis dalam meningkatkan sikap keberagamaan siswa di SMP Negeri 10 Tangerang Selatan, kemudian penulis menghitung kedua variabel dengan menggunkan rumus “r”

product moment untuk mengetahui tingkat kolerasi kedua variabel tersebut. Dari anlisa dan interpretasi data penelitian menunjukan bahwa terdapat kolerasi positif antara peran rohis dalam meningkatkan sikap keberagamaan di SMP Negeri 10 Tangerang Selatan, dengan besar rxy 0,4695 dan berada di indeks antara 0,40-0,70 berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa hasil yang diperoleh untuk hubungan rohis dalam meningkatkan sikap keberagamaan siswa menunjukan hasil yang sedang atau cukup.


(2)

(3)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Masalah yang melanda kehidupan manusia dewasa ini adalah semakin banyak manusia yang krisis moral dan merosotnya nilai-nilai dan norma –norma dalam kehidupan masyarakat yang membawa dampak negatif. Kemerosotan moral ini tidak hanya mempengaruhi orang dewasa akan tetapi juga siswa menengah pertama yang menjadi generasi harapan untuk meneruskan cita-cita bangsa Indonesia.

Merosotnya moral dan pergerseran nila-nilai agama yang terlihat dalam prilaku sehari-hari pelajar sekarang ini disebabkan antara lain, kurangnya pengetahuan dan penghayatan mereka kepada agama yang mereka dapatkan di sekolah serta ketidak seimbangan pendidikan jasmani dan rohani yang bertumpu pada pembinaan mental, dan akhlak. Sekolah merupakan pendidikan yang formal mempunyai tugas berat.

Hal ini tidak dapat dihindari sebab peran lembaga pendidikan sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap terjun di masyarakat sesuai kemampuan mereka untuk memperbaiki tatanan kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik.


(4)

Aktivitas lembaga pendidikan seharusnya menekankan kepada pembinaan, pendidikan, dan mempersiapkan generasi muda untuk menjadi generasi yang mampu membangun masa depan yang lebih baik sesuai dengan tujuan nasional itu sendiri yaitu bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia dan berbudi luhur memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani, dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Pendidikan merupakan proses pembinaan yang dilakukan terus-menerus kepada anak dalam upaya membentuk manusia yang bertaqwa, berakhlak mulia, bertanggung jawab dan berlaku jujur. Untuk mencapai tujuan tersebut tentu tidak cukup dengan pendidikan formal saja melainkan diperlukan juga bimbingan yang terarah di luar jam sekolah untuk menunjang dan menambah pengetahuan yang didapat di sekolah.

Kegiatan ekstrakurikuler adalah suatu wadah untuk menyalurkan minat dan bakat siswa. Dengan demikian siswa dapat menggali potensi yang ada dalam diri mereka sehingga ketika keluar dari intstitusi sekolah, mereka telah menjadi pribadi yang mengenal potensi dan bakat mereka masing-masing.

Kegiatan ekstrakurikuler dapat mengajarkan siswa tentang pendidikan keorganisasian, kerja sama, sosialisasi, serta tanggung jawab yang perlu ditanamkan dalam diri siswa sehingga mereka tidak hanya mendapatkan ilmu sercara teoritis saja melainkan lebih kepada hal-hal yang bersifat priktis, yang tentu saja dibutuhkan siswa ketika mereka berada di dalam lingkungan masyarakat.

Kegiatan ekstakurikuler tidak hanya menuntut siswa untuk berkreasi sesusai dengan bakat mereka saja, tetapi lebih dari itu. Karena walaupun hanya kegiatan ekstrakurikuler saja, kegiatan tersebut mempunyai andil besar dalam perkembangan siswa khususnya dari segi psikomotorik.

Setiap sekolah memiliki kegiatan ekstrakurikuler seperti, pramuka, PMR, Futsal, Basket, Pencak silat, Rohis dan lain sebagianya. Hal ini dapat membuktikan bahwa sekolah-sekolah sekarang ini sudah memahami bahwa


(5)

perlunya penyaluran bakat dan potensi melalui kegiatan ekstrakurikuler. Di antra banyaknya kegiatan ekstrakurikuler tersebut bahkan dapat mengukir prestasi yang bisa menjadi kebanggaan sekolah. Hal ini membuktikan bahwa kegiatan ekstrakurikuler tidak hanya kegiatan biasa saja melainkan memiliki dampak yang cukup besar dalam perkembangan siswa.

Setiap guru dan kepala sekolah berharap siswa-siswanya mampu memanfaatkan kegiatan ekstrakurikuler yang mereka ikuti dengan sebaik-baiknya sehingga hal ini dapat memperkecil kemungkinan siswa-siswanya melakukan tindakan yang kurang baik.

Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang akan penulis teliti adalah Rohis. Berbicara tentang Rohis, tentu akan berkaitan dengan pendidikan agama. Pendididikan agama sekarang telah diakui oleh pemerintah sabagi salah satu mata pelajaran yang diharuskan dalam institusi sekolah, hal ini tertuang dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional yang ditegaskan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pedidikan wajib memuat pendidikan Pancasila, pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan. Hal ini dengan jelas memposisikan pendidikan agama sabagi salah satu muatan wajib dalam kurikulum pendidikan apa pun. Di samping itu, menurut undang-undang ini keberadaan pendidikan Islam diakaui secara jelas, hanya saja yang menjadi persoalan bagaimana pendidikan Islam itu sendiri menempatkan dirinya pada posisi yang tepat dan strategis, sehingga dapat menunjukan eksistensinya.1

Dibentuknya Rohis di sekolah diawali dengan kesadaran bahwa transformasi ilmu Agama Islam yang ada pada kurikulum sangatlah kurang dalam upaya pembinaan mental dan ahklak. Hal ini terlihat pada alokasi waktu yang diberikan untuk mata palajaran Pendidikan Agama Islam adalah 2 jam/ minggu, hal ini tentu akan menghasilkan kompetensi siswa yang tidak memuaskan karena kerebatasan penyampaian materi-materi tersebut.

Oleh karena itu keberadaan Rohis sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler agamis, diharapkan dapat melengkapi dan menyempurnakan

1

Hasbullah,Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996), hal.1


(6)

pembelajaran yang diperoleh siswa di kelas dan tentu saja aplikasi Rohis melalui kegiatan-kegiatannya yang dapat membantu siswa untuk lebih memahami ajaran-ajaran Agama Islam dengan lebih baik, serta memiliki kecerdasan intelektual dan emosional spiritual serta kepribadian tangguh berdasakan iman dan taqwa kepada Allah SWT.

Hal ini karena Rohis mempunyai kegiatan-kegiatan yang cukup banyak, di antaranya adalah bakti sosial, marawis, serta kreativitas siswa melalui madding. Selain itu, siswa juga dididik dan dibina dengan ilmu-ilmu agama yang berlandaskan Al-Quran dengan melakukan kegiatan-kegiatan peningkatan bacaan Al-Quran, peringatan hari besar Islam, pesantren kilat dan kegiatan-kegiatan yang lainya yang dapat memotivasi siswa untuk dapat mengamalkan ajaran agama Islam dengan sebaik-baiknya. Supaya itu juga agar siswa menjaga dalam hati agar iman mereka tidak mudah goyah dan hancur. Hal ini sesuai dengan firman Allah :











































Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.”

Dengan demikian pendidikan dapat dilalui dengan berbagai cara yaitu melalui proses pendidikan formal, informal dan non formal baik pendidikan umum dan pendidikan agama. Sebagimana yang dinyatakan oleh Zakiyah Darajat “ Bahwa untuk memperoleh pendidikan Agama ada tiga jalur yang harus ditempuh yaitu : keluarga sebagi jalur pendidikan informal, sekolah sebagi jalur pendidikan formal dan masyarakat sebagi pendidikan non formal”2

2


(7)

Keberadaan Rohis tentu meberikan imbas yang positif bagi siswa, karena mereka dapat memperoleh peajaran yang tidak hanya bersifat teoritis saja melainkan lebih kepada hal-hal yang bersifat praktis dan diharapkan dengan kegiatan-kegiatan ini siswa dibekali kreativitas dan potensi yang baik sehingga dapat membantu mereka ketika dalam lingkungan masyarakat.

Peran Rohis dalam sekolah belum tentu menjamin para anggotanya memiliki sikap keberagamaan yang cukup baik. Karena walupun proses dari suatau kegiatan itu amat baik namun apabila hasilnya tidak memuaskan, maka dapat dipastikan bahwa kegiatan tersebut tidak memiliki efek apapun. Hal ini berarti harus ada yang diperbaiki dari kegiatan-kegiatan tersebut sehigga dapat menghasilkan potensi unggul yang sesuai dengan harapan dan tujuan.

Di antara sikap-sikap yang perlu ditanamkan dalam diri siswa seperti dijelaskan dalam buku Josephson Michael s, Val J Peter dan Tom Dowd yang berjudul “Menumbuhkan 6 sikap remaja idaman”, adalah sikap amanah, hormat, tanggung jawab, adil, peduli, kasih sayang dan sebagainya3. Hal ini baru dari segi ahklak saja karena sikap keberagamaan harus memiliki aspek akidah, ibadah dan ahklak tentunya.

Akan tetapi, sikap keberagamaan tersebut tidak muncul dengan sendirinya, malainkan perlu adanya pembiasaan dan pelatihan dalam diri siswa itu sendiri. Hal tersebut tentu saja hal tersebut diperoleh dari keikutsertaan mereka dalam kegiatan yang diadakan oleh Rohis. Dengan demikian kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh rohis tersebut, maka diharapkan siswa-siswa dapat bertindak, berprilaku dan bersikap baik sesuai dengan ajaran agama Islam.

Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian guna mengetahui seberapa besar eksistenti Rohis dan peran rohis itu sendiri dalam meningkatkan sikap keberagamaan siswa.

Akhirnya, penulis menetapkan judul penelitian skripsi dengan judul “Peran Rohis Dalam Meningkatkan Sikap Keberagamaan Siswa Di SMP Negeri 10 Tangerang Selatan Pondok Ranji Ciputat”.

3

Josephson, Michael s, Val J, Peter, dan Tom Dowd, Menumbuhkan 6 Sikap Remaja Idaman, (Bandung: Kaifa, 2003), cet.1,hal.20-21


(8)

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka teridentifikasi permasalahan sebagai berikut :

a. Usaha rohis dalam menggerakan keagamaan Rohani Islam serta berperan aktif dalam menghidupkan dan mengembangkan sikap keberagamaan siswa.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap keberagamaan siswa.

c. Adakah peran Rohis dalam menigkatkan sikap keberagamaan siswa.

2. Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan kemampuan penulis dan luasnya permasalahan yang hendak dibahas, dan untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka perlu adanya pembatasan masalah. Oleh karena, itu penulis perlu membatasi masalah sebagai berikut :

a. Rohis yang dimaksud di sini adalah suatu kegiatan ekstrakurikuler yang bergerak dalam bidang keagamaan Islam.

b. Sikap Bergama yang dimaksud di sini adalah berkaitan dengan ibdah, tingkah laku (ahklak) dan akidah siswa.

c. Siswa di sini adalah siswa yang mengikuti kegiatan Rohis yang terdiri dari siswa kelas VIII.

3. Perumusan Masalah

Berkaitan dengan peranan seksi Rohani Islam dalam meningkatkan sikap beragama siswa di sekolah maka ada beberapa hal yang dapat dirumuskan permasalahanya yaitu :


(9)

b. Bagaimana sikap keberagamaan siswa di SMP Negeri 10 Tangerang Selatan?

c. Bagaimana peran Rohis terhadap sikap keberagamaan siswa ?

C. Tujuan dan mamfaat penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui sejauh mana peran seksi Rohani Islam di lingkungan sekolah SMP Negeri 10 Tangerang Seatan.

b. Untuk mengetahui sikap keberagamaan siswa di SMP Negeri 10 Tangerang Selatan

c. Untuk mengetahui pengaruh Rohis dalam meningkatkan sikap keberagamaan siswa.

2. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

a. Bagi sekolah sebagai sumbangsih keilmuan terutama dalam pengembangan pendidikan agama yang bersifat ekstrakulikuler di SMP Negeri 10 Tangerang Selatan.

b. Bagi Rohis memberikan masukan yang berarti kepada seksi Rohis terutama untuk pengembangan Rohis di masa depan


(10)

BAB II

KAJIAN TEORITIS A.Sikap Keberagamaan

a. Pengartian Sikap

Mengawali pembahasan mengenai sikap keberagamaan, maka terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian mengenai sikap dan beragama.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia sikap didefinisikan sebagai : “Sikap adalah perilaku atau gerak-gerik yang berdasarkan pada pendirian (pendapat atau keyakinan )”.1

Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, dijelaskan pengertian sikap sebagai berikut, “Sikap adalah faktor yang dapat mendorong/ menimbulkan tingkah laku tertentu. Sikap senantiasa ada dalam diri manusia namun tidak selalu aktif setiap saat. sikap merupakan kecenderungan untuk bereaksi secara positif untuk (menerima) atau pun negatif (menolak) terhadap objek berdasarkan penilaian diri.”2

Menurut M. Alisuf Sabri sikap (attitude) adalah kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh.3 Pengertian ini serupa dengan definisi yang dikemukakan oleh Sarlito

1

Tim Penyusun, Kamus Pusat Pembinan dan Pengembangan Bahsa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h.838

2

Tim Penyusun Ensiklopedia Nasional Indonesia, Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta : PT Citra Adipustaka, 1991), h.31-32

3


(11)

Wirawan Sarwono, bahwa sikap adalah “Kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu”4

Lebih lanjut menurut Akyas Azhari menjelaskan pengertian sikap (attitude) sebagau berikut :

Sikap adalah suatu perbuatan atau tingkah laku atau reaksi atau respon terhadap rangsangan (stimulus) yang disertai dengan pendirian orang itu. Dalam hal ini sebagian psikolog bahwa sikap diawali dengan perasan (emosi) baru menunjukan reaksi (respon) atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagi sebuah reaksi, sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif; senang atau tidak senang; melaksanakan atau menjahuinya.5

Menurut Ma’rat sebagimana dikutip oleh Jalaludin, meskipun belum lengkap Allport telah menghimpun sebanyak 13 pengertian mengenai sikap. Dari 13 itu dirangkum menjadi 11 rumusan mengenai sikap. Rumusan umum tersebut adalah bahwa:

1. Sikap merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan sikap interaksi yang terus menerus dengan lingkungan (attitudes are learned).

2. Sikap selau berhubungan dengan objek seperti manusia, wawasan, peristiwa ataupun ide (attitudes are referent).

3. Sikap diperoleh dalam berinteraksi dengan manusia lain baik di rumah, sekolah, tempat ibadat ataupun tempat lainya melalui nasihat, teladan atau percakapan (attitudes are social learnings).

4. Sikap sebagai wujud dari kesiapan untuk bertindak dengan cara-cara tertentu terhadap objek (attitudes have readiness to respond).

5. Bagian yang dominan dari sikap adalah perasaan dan afektif, seperti yang tampak dalam menentukan pilihan yang apakah positif, negative, atau ragu (attitudes are affective).

4

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), 2004, h.94.

5

Akyas Azhari, Psikologi Umum Dan Perkembangan, (Jakarta:Penerbit Teraju, 2004), Cet. 1 h. 161


(12)

6. Sikap memilki tingkat intensitas terhadap objek tertentu yakni kuat atau lemah (attitudes are very intensive).

7. Sikap bergantung pada situasi dan waktu, sehingga dalam situasi dan saat tertentu mungkin sesuai, sedangkan sedangkan di saat dan situasi yang berbeda belum tentu cocok (attitudes have a timedimension).

8. Sikap dapat bersikap relatif Consistent dalam sejarah hidup individu (attitudes duration factor).

9. Sikap merupakan bagian dari konteks persepsi atau kognisi individu (attitudes are complex).

10. Sikap merupakan penilaian terhadap sesuatu yang mungkin mempunyai konsekuensi tertentu bagi seseorang atau yang bersangkutan (attitudes are evaloations).

11. Sikap merupakan penafsiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi indikator yang sempurna atau bahkan tidak memadai (attitudes are inferred).6

Definisi-definisi di atas menunjukan bahwa sikap merupakan kesiapan dalam diri individu untuk bertindak senang atau tidak senang terhadap objek tertentu yang mencakup komponen kognisi, afeksi, dan konasi. Komponen kognisi akan menjawab tentang apa yang dipikirkan atau dipersepsikan tentang objek. Komponen afeksi dikaitkan dengan apa yang dirasakan terhadap objek (senang atau tidak senang). Adapun konasi berhubungan dengan kesediaan atau kesiapan untuk bertindak terhadap objek. Dengan demikian, sikap merupakan interaksi dari komponen-komponen tersebut secara kompleks.7

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku (merespon) secara tertentu pula.

6

Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996),Cet 1, h.215.

7


(13)

b. Proses pembentukan dan perubahan sikap

Pembentukan sikap tidak terjadi dengan sendirinya atau terjadi begitu saja. Pembentukanya selalu berhubungan dengan interaksi sosial baik yang terjadi di dalam maupun yang terjadi di luar kelompok, berjalan secara alamiah maupun dengan bantuan teknologi informasi. Pada dasarnya proses pembentukan sikap berawal dari lingkungan keluarga, kemudian interaksi dengan lingkungan masyarakat dan tentu saja berhubungan dengan lingkungan pendidikan, baik formal maupun informal. Selain itu sikap berhubungan dengan perbedaan bakat, minat, dan intensitas perasan8.

Secara umum, pembentukan dan perubahan sikap dapat terjadi melaui empat cara, yakni :

a. Adopsi. Kejadian dan peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.

b. Deferensiasi. Hal-hal yang terjadinya dianggap sejenis, berkembang sejalan dengan berkembangnya intelegensi, pengalaman dan usia yang kemudian dipandang tersendiri dan dilepas dari jenisnya.

c. Integrasi. Pembentukan sikap terjadi secara bertahap dimulai dengan berbagi pengalaman yang berhubungan dengan hal tertentu sehingga akhirnya terbentuk sikap megenai hal tersebut.

d. Trauma. Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pegalaman yang traumatis dapat menyebabkan terbentuknya sikap9.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap

Pembentukan sikap pada diri individu tak lepas dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan yang saling

8

Akyas Azahari, Psikologi umum dan perkembangan…h. 162

9

Zikri Neni Iska, Psikologi pengantar pemahaman diri dan lingkungan, (Jakarta: Kizi


(14)

mempengaruhi, meliputi hubungan antara individu dengan individu yang lainya, individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis di sekelilingnya.

Dalam interaksi sosialnya, individu membentuk sikap tertentu terhadap objek sikap tertentu. Di anatara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap dalam diri individu adalah :

a. Pengalaman pribadi. Pembentukan atau tanggapan terhadap objek merupakan proses kompleks dalam diri individu yang melibatkan individu yang bersangkutan, situasi di mana taggapan itu terbentuk, dan atribut atau ciri-ciri objektif yang dimiliki oleh stimulus. Untuk menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meniggalkan kesan yang kuat. Karena sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi pada situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan berbekas.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu cenderung unutk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan unutk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. Seseorang yang dianggap penting tersebut akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Di antara orang yang biasanya dianggap penting oleh individu adalah orang tua, orang yang statusnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami, dan lain- lain. c. Pengaruh kebudayaan. Kebudayaan di mana kita hidup dan dibesarkan

mempunyai pengruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

d. Media massa. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa sperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dll. Mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif


(15)

baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar efektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama. Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara garis yang diboleh lakukan atau yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan dan serta ajaran-ajaranya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada giliranya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.

f. Pengaruh faktor emosional. Tidak semua sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian merupakan sikap yang sementara dan segera beralalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

d. Pengartian tentang Agama, Beragama dan Keberagamaan

Sebelum mengemukakan definisi tentang keberagamaan, terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian agama yang merupakan kata dasar dari keberagamaan. Kata keberagamaan ditinjau dari aspek bahasa berasal dari kata “agama” yang berarti suatu ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta tata kaidah yang berhubungan


(16)

dengan pergaulan manusia dengan manusia serta manuasia dengan lingkungannya .10

Sedangkan dalam Ensiklopedi Hukum Islam agama adalah aturan atau tata cara hidup manusia yang dipercayainya bersumber dari Yang Maha Kuasa untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat.11

Secara terminologis (istilah), terdapat banyak definisi mengenai agama. Banyak dan beragamnya definisi mengenai agama karena pengertian agama dari sudut istilah ini sudah mengandung muatan subjektifitas dari orang yang mengartikannya. Berikut di antaranya.

Menurut Quraish Shihab agama adalah “Hubungan antara makhluk dengan khalikNya. Hubungan ini terwujud dalam sikap batinya serta tampak dalam ibadah yang dilakukanya dan tercermin pula dalam sikap kesehariannya.”12

Adapun menurut Muhamad Syaltut agama adalah “ketetapan-ketetapan Ilahi yang diwahyukan kepada nabinya untuk menjadi pedoman hidup Manusia.”

Menurut H.A Mukti Ali yang dikutip oleh Mujdhaid Abdul Manaf “agama” adalah keperayaan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa dan hukum yang diwahyukan kepada utusan-utusan-Nya. Untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat13

Menganalisa definisi agama di atas, dapat diakui kurang memuaskan dan memang tidak ada definisi agama yang benar-benar memuaskan. Karena satu hal, setiap agama mempunyai keanekaragamannya yang hampir tidak dapat dibayangkan memerlukan deksripsi (penggambaran) dan bukan definisi (batasan). Adalah merupakan tugas terpelajar untuk terus menerus menggali definisi agama sesuai dengan tujuan yang bersifat khusus, yaitu definisi yang cukup khas sebagai alat yang berguna untuk memahami kehidupan sosial.

10

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indnesia,…h. 12.

11

Tim Penyusun Ensiklopedi Hukum Islam, Ensiklopedi Hukum Islam, ( Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), Cet 1, h. 32

12

Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung:Mizan,1994), h. 210

13

Mujdhaid Abdul Manaf, Ilmu Perbandingan Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1994), h. 4


(17)

Perbedaan definisi tersebut dapat dipahami karena setiap agama dan orang mendefinisikan agama dengan karakteristik yang berbeda-beda, menjadi suatu hal yang wajar apabila definisi-definisi tersebut kurang memuaskan.

Selanjutnya bila kata agama mendapatkan awalan ber- menjadi “beragama”

yang berarti beribadat, taat kepada agama.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “beragama” diartikan sebagai, “ Menganut atau memeluk agama; Beribadah atau taat kepada agama atau lebih konkritnya lagi kata beragama diartikan sebagai memeluk atau taat menjalankan ajaran-ajaran yang dianut.”14

Kemudian ditambahkan lagi awalan ke- dan akhiran an-, menjadi “keberagamaan” yang berarti perihal beragama.15

Dari uraian-uraian di atas, mengenai sikap beragama, adapun pengertian sikap beragama dengan sendirinya adalah keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorong untuk bertingkah laku berkaitan dengan agama. Agama menyangkut kehidupan batin manusia oleh karena itu kesadaran beragama dan pengalaman agama seseorang lebih menggambarkan sisi batin dalam kehidupan yang ada kaitannya dengan sesuatu yang sakral dan gaib. Dari kesadaran agama dan pengalaman agama maka kemudian muncul sikap keberagamaan yang ditampilkan seseorang.

Pengertian sikap keberagamaan di atas sejalan dengan pendapat Jalaludin yaitu: “Sikap beragama merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama, sikap keberagamaan tersebut oleh adanya konsistensi antar kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif perasaan terhadap agama sebagai unsur efektif dan perilaku terhadap agama sebagi unsur konatif.”16

Oleh karena itu keberagamaan dalam Islam bukan hanya diwujudkan dalam bentuk ritual saja, akan tetapi dalm akatifitas lainya. Islam menyuruh umatnya untuk beragama secara menyeluruh. Setiap muslim baik dalam berfikir, bersikap maupun bertindak harus secara Islami. Bahkan dalam melakukan aktifitas-aktifitas

14

Tim Penyusun, Kamus Pusat Pembinan dan Pengembangan Bahsa Indonesia…h.211

15

Tim penyusun, KamusBesar Bahsa Indonesia,h. 12.

16


(18)

lainya. Seorang muslim diperintahkan untuk melakukanya secara islami dalam rangka beribadah kepada Allah semata.

Hal ini selaras dengan apa yang dikemukakan oleh Zakiyah Daradjat, bahwa kondisi kedalaman keberagamaan akan terbentuk dalam diri pemeluk agama apabila ia memiliki kesadaran keagamaan (religious counsciousness) dan pengalaman keagamaan (Religious Experience). Kesadaran keagamaan merupakan aspek mental dari prerilaku aktivitas agama. Adapun pengalaman keagamaan dalam menumbuhkan keyakinan yang menghasilkan tindakan atau amaliah.17

Dengan demikian secara kongkrit yang dimaksud dengan sikap keberagamaan adalah tingkah laku yang taat kepada agama atau perbuatan yang mencerminkan ketaatan dalam menjalankan ajaran agama yang didasarkan oleh pengetahuan dan perasaan terhadap agama dengan harapan mendapat ridha Allah SWT.

Dari segi konteks keberagamaan dalam agama Islam menurut Yusuf Al Qaradhowy memiliki dimensi-dimensi atau pokok-pokok Islam yang secara garis besar dibagi 3 yaitu aqidah, ibadah atau praktek agama atau syari’ah, akhlak.18

1. Aqidah

“Aqidah secara etimologi yaitu kepercayaan”19

sedangkan secara terminologi “disamakan dengan keimanan, yang menunjukan kepada seberapa tingkat keyakinan seseorang terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya yang bersifat fundamental dan dogmatis.”20

2. Ibadah atau praktik agama ( syari’ah)

Ibadah atau praktik syari’ah merupakan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung seorang muslim dengan Kholiknya dan sesama manusia, yang menunjukan seberapa patuh tingkat ketaatan

17

Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1996), Cet. 15, h. 3-4

18

Yususf Al Qaradhawi, Pengantar Kajian Islam, penerjemah setiawan Budi Utomo, (Jakarta: Pustaka Al Kausar, 1997),h.55

19

Idrus Alkaf, Kamus Al Manar, (Surabaya: Karya Utama)

20


(19)

seseorang muslim yang dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual keagamaan yang diperintahkan dan dianjurkan, baik yang menyangkut ibadah (ritual) dalam arti khusus maupun dalam arti yang luas yang merupakan media komunikasi langsung dan integral serta sarana komunikasi antara Khalik dan mahkluknya. Ibadah juga merupakan perwujudan dari sikap keberagamaan seseorang dalam kehidupan.

3. Akhlak

“Kata akhlak sacara etimologi adalah tabiat, budi pekerti, kebiasaan atau adat, keperwiraan, kesatriaan, kejantanan dan kemarahan”21 Sedangkan menurut Imam Ghazali yang merupakan definisi secara terminologi adalah” sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan -perbuatan yang dengan gamang dan mudah, tanpa memerluka pemikiran dan pertimbangan”22

“Soegarda Poerbakawatja menjelaskan bahwa akhlak adalah budi perkerti, watak kesusilaan (kesadaran etik dan moral) yaitu kelakuan yang baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap Khaliknya dan terhadap sesama manusia.”23

Dalam penjelasan Yusuf Al-Qaradhawy di atas merupkan pokok-pokok Islam yang dapat dijadikan ruang lingkup dari sikap keberagamaan:

1. Aspek aqidah, ruang lingkup aqidah merupakan yang paling mendasar dalam diri seseorang dikarenakan dengan aqidahlah seseorang memiliki pondasi atas sikap keberagamaan, aqidah juga merupakan alasan utama seseorang yang dapat berprilaku sebagai hamba yang percaya kepada atas kekuasaan Tuhannya. Aqidah berkaitan dengan iman dan taqwa hal inilah yang melahirkan keyakinan-keyakinan atas yang ada pada setiap dirinya merupakan

21

Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1994) jilid III, h.58

22

Imam Ghazali, Ihya Ulumudin, (Kairo : Maktabah Mathbah al Masyad al Husainy, 1958) juz III, h 58

23


(20)

pemberian dari Tuhan, dan ia mengetahui bahwa ia akan kembali kepada Tuhanya pula.

2. Aspek Syari’ah, ruang lingkup syariah merupakan realisasi atas aqidah, iman yang tertanam dalam dirinya, ia berusaha melakukan setiap kewajiban yang diperintahkan sang Khlaik, hal ini berkaitan dengan dengan ritual atau praktik ibadah seperti shalat lima waktu, shalat sunnah contahnya shalat dhuha dan salat tahajud serta lain sebaginya, berdoa, puasa, membayar zakat dan lain sebaginya. Aspek syariah ini bertautan sekali dengan rukun Islam.

3. Aspek Akhlak, ruang lingkup akhlak berkaitan dengan perilaku dirinya sebagi muslim yang taat, dalam menjalankan kehidupannya sehari-sehari yang semuanya itu sesuai dengan ajaran agama Islam. Hal ini disebabkan ia memiliki kesadaran yang terdapat pada jiwanya tentang ajaran agama yang sesungguhnya, juga setiap ajaran agamaya itu telah meresap sebenar-benarnya dalam hatinya. Sehingga lahirlah sikap yang mulia, dan dalam prilaku sehari-harinya dapat mencerminkan sikap keberagamaan, seperti mudah menolong, jujur, dan bersedekah dan sebagainya.

e. Terbentuknya sikap keberagamaan

Pembentukan sikap keberagamaan seseorang dapat dilalukan dengan melalui 3 pendekatan yaitu pendektan rasional, emosional dan keteladanan.

a. Pendekatan rasional

“Pendekatan rasional adalah usaha memberikan peranan pada akal (rasio) pesarta didik dalam memahami dan membedakan bahan ajar dalam standar materi kaitannya dengan perilaku yang buruk dalam kehidupan duniawi.”24

24


(21)

b. Pendekatan emosional

“Pendekatan emosional adalah upaya untuk merubah perasaan emosi peserta didik dalam menghayati prilaku yang sesuai dengan ajaran Islam dan budaya bangsa (serta dapat merasakan yang baik dan yang buruk)”25

. Dalam konteks ini terdapat dua metode yaitu :

1) Metode nasehat merupakan salah satu metode dalam membentuk sikap keberagamaan anak, mempersiapkan secara moral, psikis dan sosial, dikarenakan nasehat sangat berperan dalam menjelaskan kepada anak tentang segala hakekat, menghiasi dengan moral dan mengajari tentang prinsip-prinsip Islam. “Dalam menggunakan metode nasehat handaknya pendidik menghindari perintah atau larangan secara langsung, sebaiknya menggunakan teknik-teknik tidak langsung seperti membuat perumpamaan”.26

2) Metode pengawasan yaitu seorang pendidik mendampingi dan mengawasi anak didiknya baik hal jasmani maupun rohani dalam upaya pebentukan aqidah, moral dan sosial yang baik. Aspek pengawasan juga harus memberikan nilai-nilai yang positif dan optimal oleh karena itu harus dilakukan dengan cara yang tidak mengekang anak, akan tetapi dengan cara menjelaskan dengan baik dimengerti oleh anak.

c. Pendekatan keteladanan

Pendekatan keteladanan adalah menjadikan guru sebagai figur agama dan non agama dengan seluruh warga sekolah sebagai cerminan manusia yang berkepribadian agama. Keteladanan dalam pendidikan amat penting dan lebih efektif, apalagi dalam usaha pembentukan sikap keberagamaan, seorang anak akan lebih mudah memahami atau mengerti apabila ada seseorang yang dapat ditirunya. Keteladanan ini pun menjadi media yang amat baik bagi optimalnya pembentukan jiwa keberagaman seseorang.

25

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,…h 151 26


(22)

“Keteladanan pendidik terhadap pesarta didik kunci keberhasilan dalam mempersiapkan dan membentuk moral spiritual dan sosial anak.”27

f. Manfaat Sikap Beragama a. Aspek Aqidah

Manfaat sikap keberagamaan dalam aspek aqidah adalah merupakan hal yang krusial, yaitu menambah kuatnya aqidah atau sebuah pemahaman. Dengan adanya sikap keberagamaan yang merupakan relasasi dari sebuah pemahaman maka akan terjadi keseimbangan yang baik antara ranah teoritis dan ranah empiris.

Menurut Imam Al-Ghazali ada tiga cara untuk memantapkan aqidah yaitu:

a) Membaca Alquran dengan mempelajari arti dan tafsirnya. b) Membaca hadist dengan memahami maknanya.

c) Konsekuensi dalam menegakan segala tugas ibadah

“Menurut Imam Al Ghazali bahwa dengan tekun mengerjakan tiga macam melakukan ibadah akan semakin bertambah mantap. Dan ini memang bisa kita rasakan sendiri, asal kita melakukanya dengan hati yang ikhlas, bukan karena ingin dipuji”28

Ciri-ciri aqidah yang benar berdasarkan keterangan dalam Al-Quran dan hadist bahwa di antara ciri-ciri aqidah yang benar tarhadap Allah adalah sebagi berikut :

1) Yakin akan keesaan Allah, tuhan yang sebenarnya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu. Allah memerintahkan umat manusia menyembah-Nya dan melarang manusia untuk memeprsekutukan-Nya dengan sesuatu.

2) Tidak ada rasa takut kecuali kepada Allah, karena patuh kepada perintah dan larangan Allah. Dalam surat Ali Imran ayat 175 :

27

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,…h 154 28

Abubakar Muhammad, Pembinaan manusia Dalam Isam, (Surabaya : Al Ihklas, 1994), Cet 1, h.280


(23)





































“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman”.

3) Berani menegakan kebenaran dan keadilan sesuai dengan ajaran agama Islam, karena yakin barang siapa yang membela kebenaran dan keadilan sesuai dengan agama Allah itu pasti akan di tolong oleh Allah SWT, sebagimana firma Nya dalam surat Muhammad ayat 7 :



























“ Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”

4) Orang yang betul-betul beriman kepada Allah SWT pasti tidak akan tunduk begitu saja dengan kehendak-kehendak orang-orang kafir dan munafik maupun dengan sesama Islamnya bila bertentangan dengan akidahnya. Mereka lebih tunduk kepada Allah dan Rasulnya dari pada kepada manusia. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al Ahzab ayat 48 :

































Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang- orang munafik itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pelindung.”


(24)

5) Orang yang beriman kepada Allah itu tidak akan berani angkuh dan sombong dikala ia kuat, baik kuat dalam arti fisik maupun dalam arti mempunyai kekuasaan. Adanya bersikap ankuh dan sombong itu demi kemaslahatan dan kebahagiaan manusia itu sendiri.

6) Orang yang benar dan baik imannya kepada Allah tidak akan berani bersikap pura-pura baik di hadapan orang, karena yakin bahwa niatnya pasti diketahui oleh Allah SWT. Allah mengikatkan kita dalam surat Al An’am ayat 3



































“Dan Dialah Allah (yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan”29

b. Aspek diri pribadi

Manfaat sikap keberagamaan dalam kehidupan seseorang berpengaruh biasanya pada saat dia mengerti atau sudah dewasa. Dalam hal ini secara pribadi atau individual diri paham akan kesehatan sebagi anugrah dari Tuhan dan harus dijaga, dengan adanya sikap keberagamaan ia akan berpikir untuk tidak merusak kesehatan atau tubuhnya dengan melakukan hal-hal yang buruk sehingga mengakibatkan kerusakan tubuhnya, meningkatkan kualitas psikologi subtansi psikologis (kejiwaan/Rohaniah).

Dengan adanya sikap keberagamaan dalam jawanya potensi-potensi yang ada akan dapat lebih menigkatkan kualitas kehidupan psikologinya.

29

Abubakar Muhammad, Pembinaan manusia Dalam Isam, (Surabaya : Al Ihklas, 1994), Cet 1, h.280


(25)

b. Aspek Rasa Tanggung Jawab Sosial

Edgar Shefield Brightman dalam buku A Philosophy of Reilegion

mengatakan bahwa agama suatu unsur mengenai pengalaman-pengalaman yang dipandang mempunyai nilai-nilai yang tinggi, pengabdian kepada suatu kekuasaan-kekuasaan yang dipercayai sebagai sesuatu yang menjadi asal mula, yang menambah dan melestarikan nilai-nilai ini, dan sejumlah ungkapan yang sesuai tentang urusan serta pengabdian tersebut, baik dengan jalan malakukan upacara-upacara yang simbolis maupun melaui perbuatan-perbuatan yang lain yang bersifat perseorangan, serta yang bersifat kemsayarakatan.30

Dalam Al-Quran dan Sunnah sudah terdapat prinsip-prinsip umum tentang pembinaan masyarakat yang harus kita jadikan landasan. Ada beberapa kaidah sosial atau prinsip-prinsip yang kemasyarakatan yang perlu diperhatikan oleh manusia dalam menyusun konsepsi bagi masyarakat, Bangsa, dan Negara. Prinsip-prinsip sosial itu adalah sebagai berikut :

1) Baik dan buruknya masyarakat tergantung kepada baik dan buruknya akhlaq individu masyarakat itu. Dalam surat al Anfal ayat 53 :















































(Siksaan) yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

2) Rusaknya masyarakat banyak disebabkan oleh rusaknya moral para pemimpin dan tokoh-tokoh masyarakat itu.

30


(26)

Qaidah sosial kedua ini menegaskan bahwa penyebab utama kerusakan moral masyarakat adalah karena meniru pemimpin yang tokohnya sudah rusak itu. Dengan kata lain rusaknya moral masyarakat adalah cermin rusaknya moral para pemimpin dan tokoh masyarakat itu. Kerusakan moral rakyat kecil adalah kerusakan moral orang-orang besar itu. Kenakalan para remaja, pemuda sebenarnya korban kenakalan orang-orang yang dituakan dalam suatu bangsa atau masyarakat.

3) Hanya kepada orang-orang yang saleh yang bisa dipercayakan untuk memperbaiki keadaan ini. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Anbiya ayat 105 :



































Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh.”

Pada ayat ini harus diperhatikan sekali dan direnungkan oleh generasi sekarang untuk dijadikan landasan dalam upaya pembinaan generasi muda yang akan memegang estafet kepemimpinan bangsa dan Negara. Pembinaan kualitas seseorang tidak hanya dinilai dari segi intelektualnya saja akan tetapi yang paling penting adalah kualitas rohaninya, kualitas ahklaknya. Atau kita harus megusahakan generasi penerus ini menjadi manusia-manusia yang saleh bukan manusia-manusia yang bangga dengan perbuatan yang salah.31

31

Abubakar Muhammad, Pembinaan manusia Dalam Isam, (Surabaya : Al Ihklas, 1994), Cet 1, h.280


(27)

g. Faktor Penunjang dan Penghambat Sikap Beragama

Manusia sebagai makhluk Allah memiliki salah satu kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain yaitu dianugrahinya kemampuan untuk mengenal Tuhannya. Dari kemampuan untuk mengenal Tuhan inilah maka timbul kemampuan sikap beragama. Terbentuk sikap pada diri seseorang tentu saja tidak terjadi beguitu saja. Ini dapat dilihat dari adanya barbagai sikap dan diperlihatkan manusia dalam setiap tingkah lakunya. Pada dasarnya manusia mempunyai naluri untuk beragama yang dibawa sejak lahir. Dalam perkembanganya ia memerlukan pendidikan dan dikembangkan secara maksimal potensi yang dimilikinya supaya ia mempunyai pandangan hidup dan berpegang teguh kepada ajaran agama yang dimilikinya.

Dalam Islam naluri agar tersebut disebut fitrah. Firman Allah dalam Surat Ar-rum ayat : 30































































Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”32

Dapat dipahami bahwa pembinaan agama melalui pemberian pendidikan kepada seseorang mempunyai peranan penting, karena fitrah yang dibiarkan tanpa pembinaan dapat menyimpang dan berubah dari fitrah dasarnya.

Dalam Hal ini, pendapat Zakiyah Darajat manarik untuk dikutip. “Semakin banyak pula pengalaman yang bersifat agama (sesuai dengan ajaran

32


(28)

agama) yang di dapatkan. Semakin banyak unsur agama, sikap, tindakan, kelakuan dan caranya menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama.”33

Penulis menyimpulkan bahwa terbentuknya sikap beragama pada diri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menunjang. Penulis mengklsifikasikan faktor-faktor tersebut ke dalam dua bentuk yaitu :

1. Faktor internal atau faktor-faktor yang datang dari dalam diri pribadi seseorang.

2. Faktor eksternal atau faktor-faktor yang datang dari luar pribadi seseorang.

Berikut ini penulis uraikan satu persatu.

Adapun faktor-faktor penunjang terbentuknya sikap beragama seperti: 1. Faktor internal yaitu :

a. Kebutuhan manusia akan agama dimana kebutuhan manusia akan pedoman hidup yang dapat menunjang jalan kearah kebahagiaan dunia dan akhirat.

b. Adanya cita-cita untuk memperoleh kebahagian dunia dan akhirat. c. Adanya dorongan unutk bersyukur, taat, patuh, atau mengabdi

kepada Allah swt, sebagaimana Allah menegaskan tentang tujuan diciptakanya manusia dalam firmaNya Surat al-Dzariat ayat : 56



















Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.34

33

Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 55

34

Departemen Agama, Al Quran dan Terjemahanya, (Madinah: King Abdul Aziz,1412), h. 862. Cetakan Saudi Arabia


(29)

2. Faktor Eksternal

Menurut pandangan Filsafat ketuhanan (theologi) manusia disebut “Homo religious” (makhluk beragama), oleh karena itu ia memiliki naluri agama tersebut dikenal dengan nafsu mutmainnah.

Pandangan falsafah ini, menggambarkan bahwa manusia memiliki potensi dasar yang dapat dikembangkan menjadi makhluk yang beragama. Manusia dalam kelahiranya dilengkapi oleh Allah potensi kesiapan untuk menerima pengaruh dari luar, sehingga dirinya dapat membentuk pribadi makhluk yang memiliki rasa dan prilaku keagamaan. Potensi yang dimiliki ini secara umum disebut fitrah keagamaan yaitu kecenderungan untuk bertauhid.

Faktor eksternal yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan perkembangan sikap beragama anak dan sifat lingkungan dapat dilihat dari:

a. Lingkungan Keluarga

Orang tua adalah Pembina pribadi yang utama dan pertama untuk anak. Sikap ia terhadap agama sangat dipengaruhi oleh sikap orang tuanya terhadap agama. Pendidikan yang diberikan dalam keluarga dalam bentuk contoh dan pembiasaan berpengaruh terhadap pembentukan terhadap sikap bergamanya. Dalam pelaksanaan pendidikan, meliputi keteladanan orang tua yang mencerminkan keimanan dan ketaatan beragama, dipenuhi kasih sayang dan perhatian, latihan dan pembiasaan untuk melaksanakan ajaran agama sejak kecil maka akan menimbulkan sikap positip terhadap agama.

Orang tua telah diberikan tanggung jawab yang besar dalam menentukan sikap beragama pada anak-anaknya, sehingga keluarganya terhindar dari berbagai macam malapetaka di dunia dan di akhirat, sebagaimana firman Allah dalam surat at-Tahrim ayat : 6


(30)

















































































Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. ”35.

Dan lebih spesifik lagi, sesuai dengan hadist nabi Muhammad saw yang di riwayatkan oleh Bukhari.

ﻴ ﻰﺒ ﻦﻋ

ة

ﻃﻔ ﻰ ﻋ ﺪ ﻮﻴ ﻻﺇ ﺪﻮ ﻮﻤ ﻦﻤ ﻤ ﻢ ﺺ ﻗ ﺚﺪﺤﻴ ﻦ ﻜ

ة

ﺴﺠﻤﻴﻮ

ﺼ ﻴﻮ ﺪﻮ ﻴ ﻮﺒ ﻔ

Dari Abu Hurairah, bahwa Rosulullah SAW bersabda : Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah(suci) kedua orang tuanya yang mendidik menjadi Yahudi, Nasrani tau Majusi.”36

Atas dasar itulah tangggung jawab peran keluarga sangat besar sekali terhadap perkembangan sikap keberagamaanya, hal ini senada dengan pendapat Agus Sujarto bahwa betapa pentingnya peranan keluarga sebagai peletak dasar pola pembentukan kepribadian remaja.

35

Departemen Agama, Al Quran dan Terjemahanya…,h. 951 36

Ahmad bin Ali bin Hajar Al Asqolani, Fathul Bari: Syarah Shaheh Bukhari, (Bariut: Darul Fikr,1990)Juz 3, h.583


(31)

b. Lingkungan Sekolah

Sekolah sebagai institusi formal mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap bergama pengaruh tersebut terjadi antara lain karena interaksi kurikulum dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan sarana ibadah. Melihat kaitanya dengan perkembangan sikap beragama, keempat interaksi jelas mempengaruhi kehidupan mereka.

Guru adalah tenaga pendidik yang secara teknik mempunyai bekal ilmu dan keterampilan untuk membantu anak didik memperoleh sikap dan prilaku terpuji. Dalam hal ini guru memiliki peranan penting dalam menumbuh kembangkan sikap beragama siswa. Ini tentu saja beralasan, karena guru berinteraksi lebih banyak dibandingkan dengan yang lainya.

c. Lingkungan Masyarakat

Umumnya siswa SMP menghabiskan waktunya di luar rumah (sekolah dan masyarakat). Berbeda dengan di sekolah, umumya pergaulan di masyarakat kurang memperhatikan kedisiplinan atau aturan yang harus dipatuhi. Namun demikian kehidupan di masyarakat diatasi oleh norma-norma atau nilai-nilai yang didukung oleh warganya. Norma-norma dalam masyarakat biasanya dipengaruhi oleh nilai-nilai agama yang dianut.

B.Rohis

A.Pengertian Rohis

Rohis kepanjagan dari kata Rohani dan Islam dalam bahasa arab berarti “Ruh”, sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia arti rohani adalah roh yang bertalian dengan yang tidak berbadan jasmani. 37

37

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pusaka, 1989), Cet ke-1, hal 752


(32)

Sedangkan menurut Abdul Halim Mahmud, ruh adalah bagian manusia yang paling mulia karena ia adalah tiupan dari Allah SWT. Ia harus dididik dengan tujuan untuk mempermudah jalan dihadapannya untuk bermakrifat kepada Allah SWT dan membiasakan serta melatihnya untuk benar-benar ibadah kepada Allah.

Ruh adalah nama bagi nafsu yang dengannya mengalir kehidupan, gerakan, upaya mencari kebaikan, dan upaya menghindarkan keburukan dari dalam diri manusia.38

Sedangkan pengertian Islam dalam buku ensiklopedi Islam disebutkan bahwasannya, Islam diartikan dengan tunduk, patuh kepada ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.39

Rohis SMP Negeri 10 Tagerang Selatan berdiri setealah beberapa bulan SMPN 10 Tangerang selatan dengan anggota tidak lain adalah siswa-siswi SMP Negeri 10 tangerang selatan, ang langsug dibina oleh guru agama.

Rohis merupakan sebuah lembaga organisasi siswa dibidang keagamaan, yang mendidik siswa-siswi yang tujuannya mempercayai adanya Allah, serta patuh dan tunduk kepada ajaran Allah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, dan melatih mereka benar-benar ibadah kepada Allah SWT dan Rohis di SMP Negeri 10 Tangerang Selatan menjadi wadah atau sarana bagi siswa-siswi yang ingin memperoleh pembinaan pengamalan ajaran agama Islam secara lebih mendalam dalam rangka mengurangi kenakalan para pelajar yang terjadi selama ini serta meningkatkan pretasi belajar pendidikan agama Islam dan mengembangkan bakat, kemampuan dan memperluas pengetahuan tentang ajaran agama Islam, dan senantiasa menanamkan, membudayakan, mengabarkan, serta mengaktualisasikan nilai-nilai Islam dan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan bagi para siswa-siswi.

38

Ali Abdul Halim, Pendidikan Rohani, (Jakarta : Gema Insani Press, 2000), Cet ke-1, hal 65.

39


(33)

B. Dasar Pemikiran Rohis a. Dasar sosiologis

Sebagaimana diketahui misi utama ajaran Islam adalah mewujudkan rahmat bagi seluruh alam, dan untuk mewujudkan misi itu pendidikan Islam berada pada barisan terdepan, karena pendidikanlah yang secara langsung berhadapan dengan umat manusia. Diadakan rohis adalah untuk menutupi kekurangan pengatahuan agama di kelas. Pelajaran agama yang diberikan di kelas seharusnya tidak berhenti hanya sekedar menjadi pengetahuan dan keahlian, tetapi juga prilaku serta memiliki nilai transformatif bagi kehidupan sosial. Dengan demikian Rohis sebagai program eksrakulikuler yang bergerak dalam bidang agama Islam adalah untuk memberi pengetahuan agama kepada siswa agar bermanfaat dalam ruang lingkup sekolah maupun keluarga dan masyarakat.

b. Dasar Edukatif

Rohis merupakan sebuah lembaga organisasi siswa di bidang keagamaan, yang menyelenggarakan sejumlah program kegiatan yang berfungsi untuk mengali potensi keagamaan yang dimiliki oleh siswa. Rohis menjadi salah satu wadah untuk sarana bagi siswa yang beragama Islam untuk memperoleh pembinaan keagamaan secara lebih mendalam, dalam rangka menumbuh kembangkan bakat, kemampuan serta memperluas pengetahuan tentang ajaran-ajaran agama Islam dan senantiasa menanamkan, membudayakan serta mengaktualisasikan nilai-nilai Islam untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan bagi para siswa.

c. Dasar Diselenggarakan Rohis

Dasar pemikiran diselenggarakannya Rohis adalah remaja merupakan generasi penerus yang menjadi harapan orang tua, bangsa, dan Negara. Mereka sangat dibutuhkan dalam melanjutkan pembangunan.


(34)

Dari lain pihak banyak siswa yang sangat menurun prestasi pelajaran agamanya di sekolah, maka dari itu dengan diadakannya kegiatan kerohanian Islam agar prestasi belajar mereka bias berkembang pesat bermanfaat bagi orang tua, bangsa dan Negara.40

C.Fungsi dan Tujuan Rohis

Kegiatan Rohis berfungsi untuk mempererat tali silaturahmi sesama siswa dan sebagai wadah untuk memperdalam ajaran-ajaran Islam, agar dapat menjadi siswa yang berakhlak mulia dan berguna bagi orang tua, Bangsa dan Negara. Mengingat masa remaja adalah masa transisi yang penuh gejolak, maka dari itu diperlukan suatu wadah yang dapat membina mental serta spiritual dan meningkatkan prestasi belajar Agama mereka.

Sedangkan tujuan kerohanian Islam adalah meningkatkan kesadaran dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memperbaiki akhlak dan budi pekerti yang luhur, memahami hakekat hukum Islam, dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan sesama muslim, serta menumbuhkan kader-kader (pemimpin-pemimpin Islam) agar mampu terjun dalam pembangunan Bangsa dan Negara dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.41

D.Jenis-jenis Kegiatan Kerohanian Islam

Ada beberapa kegiatan kerohanian Islam (Rohis) yang menjadi kegiatan harian, mingguan, hari besar Islam, libur semester, dan bulan suci Ramadhan. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Kegiatan Harian :

1) Melaksanakan shalat jamaah setiap dzuhur. 2) Mendiskusikan masalah-masalah keagamaan.

40

Program Kerja Rohis SMPN 4 PONDOK RANJI CIPUTAT TANGERANG, Tangerang : 2004-2005

41

Wahyosumidjo, Kepemimpinan kepala Sekolah, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1999), hal. 257


(35)

3) Meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam segala bidang.

b. Kegiatan Mingguan :

1) Melaksanakan shalat jum’at berjamaah 2) Mengumpulkan Infaq sebagai sumber dana. 3) Membuat edaran mingguan berupa mading 4) Mengumumkan dana Rohis.

c. Kegiatan Hari-hari besar Islam :

1) Merayakan hari-hari besar Islam seperti : 1 Muharram, Maulid Nabi Muhammad, Isra Mi’raj, Shalat Iedul Fitri dan Iedul Adha.

2) Membuat edaran peringatan hari besar Islam.

d. Kegiatan Libur Semester : 1) Mengadakan tafakur alam.

2) Mengadakan bakti sosial kemasyarakatan di bawah bimbingan guru-guru dan Pembina OSIS.

3) Mengadakan lomba keterampilan agama.

e. Kegiatan Bulan Suci Ramadhan : 1) Mengadakan pesantren kilat.

2) Mengadakan tadarus Al-Qur’an di sekolah atau masjid. 3) Mengadakan buka puasa bersama.

4) Mengadakan zakat fitrah.

Karena pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan belum cukup. Jadi, kegiatan kerohanian Islam (Rohis) sangat dibutuhkan dalam


(36)

rangka membina ketaqwaan siswa dan kepribadian siswa, serta meningkatkan sikap keagamaan siswa.42

E. Kerangka Berfikir

Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan, karena pendidikan merupakan kebutuhan hidup yang mutlak, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga, dan negaranya yang harus dipenuhi demi tercapainya kesejahteraan di dunia dan di akhirat, tetutama pendidikan agama yang amat penting bagi setiap manusia.

Pendidikan agama harus ditanamkan sejak usia dini agar dewasa kelak anak-anak tidak buta dengan agama. Dengan agama anak-anak-anak-anak mempunyai nilai-nilai ahklak dan sikap keberagamaan yang baik.

Tetapi pada kenyataanya, banyak dari anak-anak kita terutama siswa SMP yang sudah merosot ahklak dan sikap keberagamaanya. Mungkin ini disebabkan kuarngnya penghayatan dan pengalaman agama yang merka terima dalam lingkungan. keluarga, dan sekolah.

Di kelas meraka sangat kuarang dalam memerima pelajaran pendidikan agama Islam. Maka dari itu perlu adanya jam tambahan di luar sekolah yaitu pendidikan non formal seperti eksrtakulikuler yang dapat menambah wawasan siswa serta sebagai wadah untuk menyalurkan bakat.

Rohis adalah salah satu bentuk eksrtakulikuler yang islami.dengan kegiatan-kegiatan yang diadakan rohis bisa menabah wawasn keislaman siswa dan membentuk sikap kebaragamaan siswa. Namun kegiatan rohis tidak menjamin untuk para siswa tersebut mempunyai sikap keberagamaan yang baik. Karena masih banyak faktor – faktor yang bisa membentuk sikap keberagamaan siswa, sperti dari faktor keluarga, dan lingkungan masayarakat.

Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel (X) Rohis, dan variabel (Y) sikap keberagamaan siswa.

42

Tim Kerja Permanent Pembinaan Mental Pelajar DKI Jakarta, Buku Pedoman Pembinaan Rohis-Osis Untuk Siswa SLTP-SMU DKI Jakarta, (Jakarta : Aries Lima, 1994), Cet ke-1, hal 18


(37)

2. Rumusan Hipotesis

Dari permasalahan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ho: tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara peran Rohis dalam meningkatkan sikap keberagamaan siswa

Ha: terdapat pengaruh yang signifikan antara Peran Rohis dalam menigkatkan sikap keberagamaan siswa


(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 10 Kota Tangrang Selatan yang beralamat di Jl.Yaktapena Raya No. 6 Pondok Ranji, Ciputat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2009.

B.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah kuantitatif, dan bersifat deskriptif kolerasional, yaitu suatu metode penelitian yang berusaha melakukan analisis dan uji hipotesis tentang peran Rohis dalam meningkatkan sikap keberagamaan siswa di SMP negeri 10 Kota Tangerng Selatan.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik surevei, yaitu penelitian yang menggambil sampel dari suatu populasi yang menggunakan kuesioner sebagai alat pengukur data yang pokok.1

Penelitian ini mengkaji dua vaeiabel yaitu Peran Rohis sebagai variabel X dan Sikap keberagamaan siswa sebagai variabel Y

1

Masri Singaribun dan Sofyan Efendi, Metodologi Penelitian Survei, (Jakarta : LPES,1995), Cet. II, h.5


(39)

C.

Populasi dan Sampel

Yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.2

Populasi adalah unit tempat diperolehnya informasi. Elemen tersebut bisa berupa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, sekolah, kelas, organisasi, dan lain-lain. Dengan kata lain, populasi adalah kumpulan dari sejumlah elemen.3 Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah siswa SMP Negeri 10 Kota Tangerang Selatan, yaitu kelas VIII pada semester II tahun pelajaran 2009/2010, yang berjumlah 360 siswa.

Sampel adalah sebagian dari populasi terjangkau yang memiliki sifat yang sama dengan populasi.4 Guna untuk menyederhanakan proses pengumpulan dan pengolahan data, penulis menggunakan teknik sampling. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah sebanyak 10 % dari populasi yang ada. Suharsimi Arikunto mengemukakan pendapat bahwa “jika objek penelitian lebih dari 100 orang, maka sampel yang diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih. Namun dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 36 orang dengan sistem random atau acak. Dengan cara seperti ini, diharapkan setiap anggota dari populasi memiliki kemungkinan yang sama untuk dipilih sebagai sampel penelitian.

D.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:

2

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek hal. 115

3

Nana Sudjana, Peneliti Dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: PT. Sinar Baru, 1989), Cet. Ke-1, hal. 84

4


(40)

1.Observasi

Observasi adalah melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki.5 Dalam hal ini penulis mengadakan pengamatan langsung di SMP Negeri 10 Pondok Ranji Ciputat Tangerang Selatan . Observasi yang dilakukan untuk mengetahui tentang keadaan SMP Negeri 10 Pondok Ranji Ciputat Tangerang Selatan, baik fisik (sarana dan prasarana), struktur organisasi, proses pendidikan, keadaan guru dan siswanya.

2.Angket

Angket adalah pengumpulan data dengan cara menyusun item-item pertanyaan dalam suatu daftar pertanyaan agar responden mengisi pertanyaan tersebut dan dengan menambahkan petunjuk-petunjuk pengisian. Metode ini ditujukan kepada siswa-siswi yang dijadikan responden untuk mendapatkan data dan informasi yang berhubungan dengan peran seksi rohaniawan Islam (Rohis) di SMP Negeri 10 Pondok Ranji Ciputat Tangerang Selatan yang berjumlah 36 siswa. Kuesioner yang dibuat merupakan kuesioner tertutup, disertai dengan empat alternatif jawaban yang sudah disediakan, dan terdiri dari 30 item pertanyaan dalam dua variabel yaitu tentang peran rohis dalam meningkatkan sikap keberagamaan siswa di SMP Negeri 10 Tangerang Selatan.

Tabel 1

Kisi-kisi angket peran Rohis dalam meningkatkan sikap keberagamaan siswa

Variabel Dimensi Variabel Indikator Item Jum

lah Kegiatan

Rohis di SMP 10 Tangerang Selatan

 Eksistensi Rohis di SMP 10 Tangsel

okeberadaan Rohis.

oKeaktifan siswa mengikuti Rohis

1,2 4

2 1

5


(41)

 Kegiatan mingguan

 Kegiatan tahunan

oPemahamn siswa tentang materi Rohis

oSikap siswa

terhadap Rohis

oPengkaderan

Rohis

oPengajian Rutin oMarawis oInfaq oMengadakan kegiatan Ramadhan oMemperingati hari-hari besar Islam 15,6,7, 3,5,14 8 12 11 10 13 9 3 3 1 1 1 1 1 1 Sikap keberagamaan siswa di SMP 10 Tangsel

 Aqidah oPercaya kepada

Allah

oPercaya kepada

malaikat

oPercaya kepada kiab-kitab Allah

oPercaya kepada

Rasul Allah

oPercaya Kepada

hari akhir 16 17 18 19 20 1 1 1 1 1


(42)

 Ibadah

 Akhlak

oPercaya kepada qadha dan qadar

oMendirikan salat oMenjalankan

puasa

oMembayar zakat

oAkhlak kepada

orang tua

oAkhlak kepada

Guru

oAkhlak kepada

sesama manusia

oAkhlak kepada

sesama mahkluk Allah

21

22,24 23 25 28 29 26,27 30

1

2 1 1 1

1 2 1

3. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Metode ini digunakan untuk melengkapi data yang dianggap perlu, sehingga lebih menyakinkan data yang di peroleh dari sumber-sumber lainnya. Dalam pelaksanaan wawancara ini penulis mengadakan wawancara langsung dengan guru Pembina Rohis di SMP Negeri 10 Pondok Ranji Kota Tangerang Selatan.

E.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Dalam pengolahan data penulis menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket atau kuesioner yang berhasil dikumpulkan.


(43)

2. Skoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket sebagai berikut: dalam skala ini terdapat empat katagori jawaban yaitu, Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS) dan Tidak Setuju (TS). Item-item diberi skor berdasarkan jawaban yang responden pilih. Setiap jawaban mempunyai angka kode sendiri untuk menghitung data tentang penelitian ini dengan menggunakan angket, penulis memberikan skor pada setiap poin jawaban yakni: untuk jawaban Sangat Setuju (SS) mendapat poin 4, Setuju (S) mendapat poin 3, Kurang Setuju (KS) mendapat poin 2 dan Tidak Setuju (TS) mendapat poin 1.

Table 2

Klasifikasi skor hasil angket

No Skor Kategori

1 61 – 80 Baik

2 41 – 60 Cukup

3 20 – 40 Kurang

3. Tabulating, yaitu mentabulasikan data jawaban yang berhasil dikumpulkan ke dalam tabel yang telah disediakan.

F. Teknik Analisis Data

Setelah pengumpulan data dilakukan, tahap berikutnya data tersebut dianalisa dengan analisa kuantitatif secara deskripsif analisis yang sebelumnya telah ditentukan prosentasenya dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi:

Rumus: P = x100

N F

Keterangan:

P = Presentasi F = Frekuensi


(44)

Kemudian untuk mengetahui peran Rohis (variabel X) dalam meningkatkan sikap keberagamaan siswa (variabel Y), penulis menggunakan rumus product moment dari Carl Pearson sebagai teknik analisis. Cara operasional data dilakukan melalui tahap sebagai berikut:6

a. Mencari angka korelasi dengan rumus:

rxy =

²-( X)²



²-( Y)²

) )( (         Y N X N Y X XY N Keterangan:

rxy = Angka indeks korelasi "r" product moment

ΣX = Jumlah skor dalam sebaran X (Peran Rohis)

ΣY = Jumlah skor dalam sebaran Y (sikap kebergamaan siswa) ΣXY = Jumlah hasil kali skor X dengan skor Y

ΣX² = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X ΣY² = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y N = Banyaknya subyek (Number of Cases)

b. Memberikan interpretasi terhadap rxy yaitu:

1) Memberikan interpretasi sederhana dengan cara mencocokkan hasil perhitungan dengan indeks korelasi "r" product moment seperti di bawah ini:

Tabel 3

Indeks Korelasi Product Moment Besarnya "r" Product

Moment (r xy)

Interpretasi

0,00 - 0,20

Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y).

6


(1)

Tangerang Selatan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keberagamaan siswa adalah dari faktor internal seperti, kebutuhan manusia akan agama, adanya cita-cita untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat dll, dan dari faktor eksternal seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah.


(2)

75

BAB V KESIMPULAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan temuan sebagai berikut :

1. Peran Rohis dalam meningkatkan sikap keberagamaan siswa baik. Dalam hal ini kegiatan Rohis di SMP Negeri 10 Kota Tangerang Selatan berupa pembinaan keimanan, pembinaan ibadah, dan pembiaan akhlak.

2. Dengan mengikuti kegiatan yang diadakan Rohis bahwa sikap keberagamaan siswa di SMP Negeri 10 Tangerang Selatan cukup baik.

3. Terdapat hubungan positif anatara variabel (peran Rohis) x (dalam meningktakan sikap keberagamaan siswa) y dengan nilai koefisien kolerasi 0,4695 kedua variabel dikategorikan sebagai hubungan positif yang signifikan dan masuk dalam katagori cukup/ sedang. Artinya ada hubungan tersebut dinyatakan adanya kontribusi antara varibel (x) peran Rohis dan variabel (y) dalam meningkatkan sikap keberagamaan siswa melalui koefisien


(3)

telah diketahui nilai koefisien determinasinya adalah 21%.

B. IMPILKASI

1. Untuk meningkatakan sikap keberagamaan siswa diperlukannya perhatian yang sangat tinggi dari pihak sekolah, salah satunya yaitu dengan menambahkan jam pelajaran pendidikan agama Islam, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Salah satuya adalah mendukung kegiatan yang diadakan oleh Rohis.

2. Meskipun penelitian ini telah berhasil menguji adanya hubungan positif antara peran Rohis dalam menigkatkan sikap keberagamaan siswa, bukan berarti hanya Rohis saja yang dapat meningkatkan sikap keberagamaan siswa. Masih ada 82% faktor lainya yang bisa menigkatkan sikap keberagamaan siswa. Baik dari faktor eksternal maupu dari faktir internal.

C. SARAN

1. Sekolah hendaknya lebih mengintensifkan pendidikan agama dan kegiatan-kegiatan Rohis sehingga siswa lebih memahami tentang agama. Dan sekolah hendaknya lebih meningkatkan lagi kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler, agar siswa dapat mengisi waktu kosong dengan kegiatan yang bermanfaat.

2. Bagi Rohis untuk mewujudkan kegiatan yang baik, maka perlu adanya perubahan cara melakukan kegiatan tidak hanya mengikuti contoh kegiatan yang lama dan perlunya cara yang baru dan lebih baik.

3. Guru hendaknya mendukung dan memberikan motivasi kepada Rohis agar memiliki kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan lebih banyak, sehingga siswa bisa mengisi waktu yang kosong dengan kegiatan yang bermanfaat


(4)

77

4. Kepala sekolah hendaknya, mendukung kegiatan yang diadakan oleh Rohis serta memantau kegiatan yang diadakan Rohis.

5. Bagi sekolah, hendaknya memfasilitasi dan lebih mengintensifkan pendidikan agama dan kegiatan-kegiatan Rohis sehingga siswa lebih memahami tentang agama dan mengamalkanya.


(5)

Fikr,1990, Juz 3

Al Qardhawi, Yusuf, Pengantar Kajian Islam, penerjemah setiawan Budi Utomo, Jakarta: Pustaka Al Kausar,1997

Alkaf, Idrus, Kamus Al Manar, Surabaya: Karya Utama

Ansari, Endang Safudin, Wawancra Islam: Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam dan Ummatnya, Jakarta: Rajawali :Press,1991,

Azhari, Akyas, Psikologi Umum Dan Perkembangan, Jakarta:Penerbit Teraju,2004,Cet. 1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai

Pusaka, 1989, Cetr ke-1

Daradjat, Zakiyah Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang,1996 ,Cet. 15 Darajat, Zakiyah, Kesehatan mental, Jakarta: PT Gunung Agung,2001

Drs. Abubakar Muhammad, Pembinaan manusia Dalam Isam, Surabaya : Al Ihklas 1994,Cet 1

Drs. Hasbullah,Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,1996 Drs. Inu Kencana Syafiie.Filsafat Kehidupan, Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ,cet 1

Drs. Mujdhaid Abdul Manaf, Ilmu Perbandingan Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1994

Halim, Ali Abdul, Pendidikan Rohani, Jakarta : Gema Insani Press, 2000, Cet ke-1

Imam Ghazali, Ihya Ulumudin, Kairo : Maktabah Mathbah al Masyad al Husainy,1958, juz III

Iska, Zikri Neni, Psikologi pengantar pemahaman diri dan lingkungan, Jakarta: Kizi Brother’s,2006, Cet 1

Jalaludin, Psikologi Agama Jakarta : PT Raja Grafindo Persada 1996, Cet 1,

Josephson, Michael s, Val J, Peter, dan Tom Dowd, Menumbuhkan 6 Sikap Remaja Idaman, Bandung: Kaifa, 2003, cet.1

Masri Singaribun dan Sofyan Efendi, Metodologi Penelitian Survei, (Jakarta : LPES,1995), Cet. II

Nana Sudjana, Peneliti Dan Penilaian Pendidikan, ( Bandung: PT. Sinar Baru, 1989), Cet. Ke-1,


(6)

Panitia Mabis, Selayang Pandang SMP Negeri 4 Ciputat, Tangerang : 2005 Poerbakawatja, Soegarda, Ensiklopedi Islam, Jakarta : Gunung Agung,1976 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam , Jakarta : Kalam Mulia,2004, Cet. 4

Sabri, M. Sabri, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996, Cet 2

Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004

Shihab,Quraish, Membumikan Al-Quran, Bandung:Mizan,1994 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek

Tim Kerja Permanent Pembinaan Mental Pelajar DKI Jakarta, Buku Pedoman Pembinaan Rohis-Osis Untuk Siswa SLTP-SMU DKI Jakarta, Jakarta : Aries Lima, 1994, Cet I Tim Penyusun Ensiklopedi Hukum Islam, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta:Ichtiar Baru

Van Hoeve,1996, Cet 1

Tim Penyusun Ensiklopedia Nasional Indonesia, Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta : PT Citra Adipustaka 19991

Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ikhtiar Baru Van Hoeve,1994 jilid III,h.58 Tim Penyusun, Kamus Pusat Pembinan dan Pengembangan Bahsa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, 1999


Dokumen yang terkait

Peran Guru PAI dalam Membantu Bimbingan dan Konseling Siswa Bermasalah di SMP Nusantara Ciputat Tangerang Selatan

1 12 132

Pengaruh Kegiatan Rohani Islam (Rohis) terhadap Sikap Beragama Siswa Kelas IX SMP Negeri 14 Tangerang Selatan

1 10 122

Pelaksanaan supervisi klinis dalam meningkatkan kinerja guru di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan

0 11 90

Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Sikap Keberagamaan Siswa Di Smp Negeri 6 Tangerang Selatan

3 26 108

Pengaruh keaktifan siswa dalam ekstrakurikuler rohis terhadap prestasi belajar PAI di SMP Muhammadiyah Parakan Tahun ajaran 2013-2014

5 27 109

Peran komunikasi guru dan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa SMP Islam Baidhaul Ahkam Tangerang

0 9 72

PENYELENGGARAAN EKSTRAKURIKULER ROHANI ISLAM (ROHIS) DALAM MENUMBUHKAN SIKAP KEBERAGAMAAN SISWA Penyelenggaraan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis) Dalam Menumbuhkan Sikap Keberagamaan Siswa Di SMA Negeri 1 Ampel Tahun Ajaran 2014/2015.

0 3 15

PENYELENGGARAAN EKSTRAKURIKULER ROHANI ISLAM (ROHIS) DALAM MENUMBUHKAN SIKAP KEBERAGAMAAN SISWA Penyelenggaraan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis) Dalam Menumbuhkan Sikap Keberagamaan Siswa Di SMA Negeri 1 Ampel Tahun Ajaran 2014/2015.

0 3 13

PERAN ROHIS DALAM PENINGKATAN MOTIVASI SISWA BELAJAR AGAMA ISLAM PERAN ROHIS DALAM PENINGKATAN MOTIVASI SISWA BELAJAR AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 2 SRAGEN.

0 1 14

PENDAHULUAN PERAN ROHIS DALAM PENINGKATAN MOTIVASI SISWA BELAJAR AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 2 SRAGEN.

0 3 31