Ideologi Yahudi: tentang Jerussalem dan gerakan politiknya

PENGARUH IDEOLOGI YAHUDI TENTANG
YERUSALEM
TERHADAP GERAKAN POLITIKNYA

Tesis
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Magister Kajian Pemikiran Islam
Oleh:
Mulawarman Hannase
Nim: 082.001.0201.0036
Pembimbing:

Prof. Dr. Zainun Kamaluddin F. MA.

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS


Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama

: Mulawarman Hannase

NIM

: 082. 001. 0201. 0036

Program Studi

: Pemikiran Islam

Dengan penuh kesadaran, menyatakan bahwa disertasi ini benar
adalah hasil karya penyusun sendiri, kecuali yang saya sebutkan
sumbernya. Jika di kemudian hari terbukti terdapat kesalahan dan
kekeliruan, hal tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.


Jakarta, 15 Oktober 2010
Penyusun

Mulawarman Hannase
NIM: 082. 001. 0201. 0036
 
 
 
 
 

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul : “Pengaruh Ideologi Yahudi tentang
Jerusalem terhadap Gerakan Politiknya”, yang ditulis oleh:
Nama

: Mulawarman Hannase

NIM


: 082. 001. 0201. 0036

Program Studi

: Pemikiran Islam

Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah kami
setujui untuk dibawa ke dalam ujian tesis/munaqasyah.

Jakarta, 15 Oktober 2010
Pembimbing

Prof. Dr. Zainun
Kamaluddin F. MA.
 
 
 
 
 


ABSTRAK
Kesimpulan besar Tesis dengan judul “Ideologi Yahudi
tentang Jerusalem dan Gerakan Politiknya” menujukkan
bahwa ideologi yang dibangun atas doktrin-doktrin agama akan
berpengaruh pada gerakan-gerakan politik yang cenderung radikal.
Komunitas akademik mempunyai beranekaragam persepsi
tentang pengaruh ideologi keagamaan terhadap gerakan-gerakan
politik. Frithjof Schoun (1907 M) dalam bukunya The
Transcendent Unity of Religion, melihat bahwa ideologi
keagamaan adalah ide-ide yang dibangun atas pemahaman
dogmatis, memiliki cara pandang yang ekslusif dan bisa
melahirkan gerakan radikal karena cenderung menolak kebenaran
konsep-konsep lain. Oleh karenanya, agama harus dilihat sebagai
sebuah kebenaran yang bersifat universal. Frans Magnis Suseno
(1936 M) dalam bukunya Filsafat Sebagai Ilmu Kritis memandang
bahwa ideologi yang bersifat doktriner pada akhirnya akan sangat
menentukan munculnya pandangan hidup yang tidak toleran. Ian
Adams (1937 M) dalam bukunya Political Ideology Today,
memandang bahwa ideologi adalah doktrin yang membimbing

tindakan politik, memiliki tujuan yang wajib diperjuangkan dan
dicapai dengan berbagai macam cara dalam konteks kehidupan
agama, social dan masyarakat. Delia Noer (1926 M) dalam
bukunya Islam dan Politik berpandangan bahwa ideologi sangat
berpengaruh terhadap budaya dan politik, sehingga doktrin yang
bersifat teologis berpengaruh terhadap gerakan politik yang
ekstrim. Hal ini bisa dilihat dalam proses terbentuknya Negara
Israel dan konflik Pakistan.
Penelitian ini berbeda dengan pandangan Roger Garaudy
(1913 M) dalam karyanya The Case of Israel, A Study of Political
Zionism yang menyimpulkan bahwa ideologi agama tidak
berpengaruh pada gerakan politik yang radikal, dalam masalah
Zionism, ia sepenuhnya lahir atas kepentingan politik penguasa
benua Eropa, bukan pengaruh keagamaan Yahudi. Karl Marx (1818
M) dalam karyanya Das Capital terkenal dengan pernyataannya
bahwa agama adalah candu, bahkan lebih dari itu, agama dianggap
sebagai akar segala konflik.

Penelitian ini tergolong pada menelitian pustaka dan
sepenuhnya bersifat kepustakaan (library research) yang

menggunakan sumber kepustakaan untuk membahas problematika
yang telah dirumuskan. Di samping itu, penelitian ini juga
menghasilkan data deskriptif. Oleh karena itu, penelitian ini juga
bersifat kualitatif.
Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teks-teks Perjanjian Lama untuk mengungkap ideologi Yahudi
tentang Jerusalem, yang didapatkan dalam Kitab Perjanjian Lama,
buku-buku, makalah, artikel dan dokumentasi.

ABSTRACT
Main conclusion of this Thesis “Jewish Ideology of
Jerusalem and Their Political Movements” suggests that
ideology is constructed on the religious doctrines will influence the
political movements that radical.
Academic community has diverse perceptions about the
influence of religious ideology in political movements. This study
supports the idea of Frithjof Schoun (1907 M) in his book The
Transcendent Unity of Religion, said that religious ideologies are
ideas that are constructed on a dogmatic understanding, that the
dogmatic viewpoint on an exclusive, could give birth to radical

thought because they tend to reject the truth of other concepts,
therefore, the dogma must be seen in the core truths are universal.
Frans Magnis Suseno (1936 M) in his book Filsafat Sebagai Ilmu
Kritis considers that the character of doctrinaire ideology will
ultimately determine the emergence of a less tolerant view of life.
Ian Adams (1937 M) in his book Political Ideology Today view
that the ideology is the doctrine that guides political action, has a
goal that must be fought for and reached in various ways in the
context of religious and social communities. Delia Noer (1926 M)
in his work Islam dan Politik holds that ideology is very influential
on culture and politics, so the doctrine is theological influence on
the political extreme, it can be seen in the process of formation of
the state of Israel and Pakistan conflict.
This study differ with the view of Roger Garaudy (1913 M)
in his work The Case of Israel, A Study of Political Zionism, which
concluded that religious ideology has no effect on the radical
political movements, and the problem of Zionism, he was fully
born of the political interests of ruling the continent of Europe, not
the Jewish religious influence. Karl Marx (1818 M) in his famous
Das Capital with a statement that religion is the opiate, even more

than that religion is considered the root of all conflicts.

This research belong to literature one which is fully a kind
of library research where it uses the sources of literature to discuss
about the formulated problem. Besides, it also a sort of qualitative
research because it will produce a descriptive data.
Primary sources used in this study is the Old Testament
texts to reveal the Jewish ideology of Jerusalem, who found in
books, papers, articles and documentation.

‫المل ص‬
‫أ اإست تا الرئيسي من ھ الرسال “العقيدة اليھو ية من‬
‫القدس وتحركاتھم السياسية" ت ير ل أ اإي ي ل جي التي ت ي علي‬
‫الع ائ ال ي ي س ف ت ثر عل الحركا السياسي ال ت رف ‪.‬‬
‫لل جت ع اأكا ي ي تص ا مت ع ح تأثير ال ر ال ي ي في‬
‫الحركا السياسي ‪ .‬وت عم ھ ال اس ف ر )‪Frithjof Schoun (1907 M‬‬
‫في كتابه "‪ The Transcendent Unity of Religion,‬حيث ير أ‬
‫ااي ي ل جيا ال ي ي ھي أف ا شي عل ال اھيم الع ائ ب ظ ھا‬
‫الحصر ‪ ،‬ي ن أ تل م ھا ال ر ال ت رف أنھا ت يل ل فض ح ي‬
‫ال اھيم اأخر ‪ ،‬ول لك فإ الع ي يجب أ ي ظر في ح ائ ھا اأساسي اا‬

‫وھي ال‬
‫لي ‪ Frans Magnis Suseno (1936 M) .‬في كتابه ‪Filsafat‬‬
‫‪ Sebagai Ilmu Kritis‬ير أ ااي ي ل جي ا طابع ع ائ س ف يح‬
‫في نھاي ال اف ھ وجھ نظر أقل تسامحا في الحيا ‪Ian Adams .‬‬
‫)‪ (1937 M‬في كتابه ‪ Political Ideology Today‬ي أ ااي ي ل جي ھي‬
‫ال ر ال ي جه الع ل السياسي ‪ ،‬ل يھا ھ ف يحتا الي الجھ ب ر‬
‫م تل من أجل تح ي ھا في سيا ال جت عا ال ي ي وااجت اعي ‪Delia .‬‬
‫)‪ Noer (1926 M‬في كتابه ‪ Islam dan Politik‬ي ھب ال أ‬
‫اأي ي ل جي ھي م ثر ج ا في ال اف والسياس ‪ ،‬و أ الع ائ ال ي ي م ثر‬
‫ك اا عل السياسي ال ت رف ‪ .‬وي ن أ ير ھ الظاھر في ع لي‬
‫ت يل ول اسرائيل والصراعا التي تجر ب اكستا ‪.‬‬
‫ھ ال اس ت تلف مع وجھ نظر)‪  Roger Garaudy (1913 M‬في‬
‫ھب‬
‫م ل ته ‪ The Case of Israel, A Study of Political Zionism,‬ال‬
‫ل أ ال ر ال ي ي ليس له أ تأثير عل الحركا السياسي الرا ي الي ‪،‬‬
‫وأ م ل الصھي ني ‪ ،‬انھا ت ل من ال صالح السياسي التي تح م قا‬
‫أو وبا ‪ ،‬ا تأثير ال ي ي اليھ ي ‪ Karl Marx (1818 M) .‬في كتابه ال ھ‬
‫‪ Das Capital‬مع م لته أ ال ين ھ اأفي ني ‪ ،‬بل أش من لك ويعت ر‬
‫ال ين ج ج يع الصراعا ‪.‬‬


‫ويس ي ھ ا ال حث ب حث تألي ي ‪ ،‬أنه يستع ل ال صا من ال تب‬
‫والتألي ا ل حث ال سائل التي تب فيه ‪ .‬وع الك سيحصل ھ ا ال حث‬
‫ال ع يا ال ص يا ‪ .‬وي ا لھ ا ال حث بحث تحليلي وص ي ‪.‬‬
‫العھ‬
‫أما ال صا اأولي ال ست م في ھ ال اس ھ نص‬
‫من ال س‪ ،‬ال ين وج وا في ال تب‬
‫ال يم لل ف عن ال ر اليھ‬
‫والصحف وال اا وال ثائق‪.‬‬

KATA PENGANTAR
Bismilla>hirrah}ma>nirrah}i>m
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa
menambahkan kebaikan bagi hambanya yang pandai bersyukur.
Selawat dan salam tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad
saw, nabi yang tiada henti-hentinya menganjurkan umatnya untuk
memperbanyak ilmu, menuntut ilmu tanpa mengenal batas ruang
dan waktu, karena dengan ilmu manusia akan menjadi mulia
dihadapan Allah SWT dan menjadi makhluk yang unggul di dunia
ini.
Peertama-tama, terima kasih yang tak terhingga penulis

sampaikan kepada Prof. Dr. Kamaruddin Hidayat, MA. Rektor
Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Prof.
Dr. Azumardi Azra, MA. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah menetapkan berbagai
kebijakan secara institusional selama penulis menempuh
perkuliahan jenjang strata dua (S2). Terimah juga penulis
sampaikan kepada segenap dosen yang telah dengan ikhlas
memberikan ilmu dan pengetahuan yang tidak ternilai kepada
penulis.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus dan penuh
rasa hormat penulis sampaikan kepada ayahanda Prof. Dr. Zainun
Kamaluddin F. MA. yang banyak memberikan bimbingan, nasehat
dan masukan-masukan intelektual yang mencerahkan, sejak
mulainya penulisan tesis ini sampai penulis merampungkannya.
Penulis merasa tiada kata yang wajib disampaikan kecuali ucapan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas
pengorbanan waktu dan tenaganya untuk melayani penulis dalam
proses pembimbingan.
Penulis juga tidak luput mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada guru kami Prof. Dr.
Suwito, MA., Dr. Fuad Jabali, MA., Dr. Yusuf Rahman, MA. yang
telah dengan tulus mengarahkan dan memberi masukan kepada

kami mulai dari pencarian ide penulisan, seminar proposal, work in
progress (WIP), sampai pada ujian tesis. Berkat ketulusan dan
keikhlasannyalah aktivitas intelektual di Sekolah Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah bisa menjadi lebih progressif.
Secara tulus penulis akan selalu mengingat perhatian dan
bantuan yang tak ternilai dari kakanda Suwardi Annas, M.Si. Phd.
dengan isteri Dwi Kesuma Sari, Phd., kakanda Juwita, Sag. dan
Hadrawi Rahman, Sag., serta semua saudara-saudari penulis yang
dengan tulus membantu dan mendoakan penulis sehingga bisa
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Begitu pula
kepada tante Masirah, Sag. dan Paman H. Palompengi serta semua
keluarga penulis yang tidak bisa disebutkan satu-satu, doa penulis
selalu tercurah semoga Allah SWT memberikan keselamatan,
kesehatan dan kehidupan yang lebih baik kepada mereka.
Rasa hormat dan penghargaan setinggi-tingginya penulis
curahkan kepada bunda Prof. Dr. Syamsiah Badruddin, M.si dan
bapak Prof. Dr. Paisal Halim atas bantuan dan perhatiannya baik
moril maupun materil kepada penulis, hanya Allah SWT yang bisa
membalas segala kebaikan dan keiklasan beliau.
Kepada teman-teman seperjuangan di Sekolah Pascasarjana
UIN; kanda Arham Basid, LC., kanda Hamzah Hasan, MA., kanda
Rusydi Arif, LC., Jamaluddin Djunaid, LC., dan semua yang tidak
bisa penulis sebutkan satu-satu, begitu pula kepada teman-teman di
Asrama Wajo; Wiwin Selle, Mukhlis, Muhaimin, Takbir Wata,
Firman dan semua warga Asrama yang tidak bisa disebutkan
semuanya, terima kasih dan penghargaan penulis ucapkan atas
bantuan dan kerjasamanya selama penulis menempuh perkulyahan.
Terakhir, dari relung hati yang paling dalam, sembah sujud
dan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis
persembahkan kepada ayahanda tercinta H. Hannnase Abbas dan
Ibunda tercinta H. Tako binti Sude, yang tiada henti-hentinya
memanjatkan doa dengan tulus dan ikhlas kehadirat ilahi rabbi
untuk anaknya agar menjadi anak shaleh dan berguna. Semoga
Allah SWT senantiasa membimbingnya ke jalan yang benar,

mengampuni segala dosa-dosanya dan bahagia di sisa-sisa
kehidupannya, merahmati keduanya sebagaimana beliau
memelihara penulis waktu kecil.
Kepada semua pihak yang membantu dan memberikan
perhatian kepada penulis selama menempuh proses belajar program
Magister Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang tidak bisa disebutkan satu-satu, penulis ucapkan banyak
terima kasih, hanya Allah yang bisa membalasnya dengan segala
kebaikan, a>mi>n ya> rabb al-‘a>lami>n.

TTD

Penulis

DAFTAR ISI

Abstrak
Kata Pengantar
Pedoman Transliterasi
Daftar Isi

i
vii
x
xi

BAB I : PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Latar Belakang Masalah
Identifikasi Masalah
Rumusan dan Batasan Masalah
Kajian Terdahulu yang Relevan
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Metodologi Penelitian
1. Jenis Data
2. Teknik Analisis Data dan Pendekatan
yang Digunakan
3. Sumber Data
G. Sistematika Penulisan

1
1
16
17
17
20
21

BAB II : DISKURSUS TENTANG IDEOLOGI
A. Makna dan Fungsi Ideologi
B. Ideologi dalam Pandangan Filsuf
C. Pengaruh Ideologi (Agama) dalam Politik
BAB III : TINJAUAN HISTORIS KOTA JERUSALEM

21
21
23
24
26
26
31
36
53

A. Background Sejarah Jerusalem (4500-1500 SM.) 53
B. Bani Israel Memasuki Jerusalem (1500-800 SM.) 64
C. Ekspansi Bangsa-Bangsa Asing terhadap
Jerusalem (800-150 SM.)
67
D. Jerusalem di Era Terpecahnya Bangsa
Yahudi (150 SM.-600 M)
70
E. Jerusalem pada Masa Awal Islam (600-650 M)
72
F. Jerusalem pada Periode Khilafah Islam
(650-1000 M)
75
G. Jerusalem dan Penaklukan Pasukan Salib
(1099-1244 M)
76
H. Jerusalem pada Masa S{ala>h}uddi>n al-Ayyu>bi>

(1099-1244)
I. Jerusalem pada Periode Mamluk dan Turki
Usmani (1250-1917 M)

BAB IV : DOKTRIN YAHUDI, ISLAM DAN
KRISTEN TENTANG JERUSALEM

79
80

83

A. Doktrin Yahudi atas Jerusalem
B. Doktrin Kristen Protestan atas Jerusalem
C. Doktrin Islam atas Jerusaalem

84
109
124

BAB IV : GERAKAN POLITIK YAHUDI UNTUK
KEMBALI KE JERUSALEM

133

A. Gerakan Politik Zionis untuk Jerusalem
B. Negara Israel Versus Arab dan Palestina

133
166

BAB V : PENUTUP

194

A. Kesimpulan
B. Saran-saran

195
198

DAFTAR PUSTAKA

200

BAB I

Pendahuluan
“Saya terpaksa menerima fakta bahwa Jerusalem sangat penting
bagi orang Yahudi dan juga Islam. Ketika saya melihat orang-orang
Yahudi berjubah panjang atau tentara-tentara Israel yang perkasa
mencium batu di Tembok Barat atau menyaksikan kerumunan
keluarga Muslim di jalan-jalan dalam pakaian terbaik mereka untuk
shalat Jumat di Haram al-Sharif, untuk pertama kalinya saya
menjadi sadar mengenai tantangan pluralise agama. Orang dapat
melihat simbol yang sama dalam cara-cara yang sangat berbeda.
Tidak diragukan lagi ada kedekatan batin antara orang-orang ini
dengan kota suci mereka.” (Karen Armstrong)

Tulisan ini mengkaji diskursus tentang pandangan ideologis
Yahudi terhadap Jerusalem dan gerakan-gerakan politiknya sampai
mampu mendirikan negara Israel pada tahun 1948 M.1 Persoalan
                                                            
1

Pada bulan April tahun 1948 M., Inggeris meminta kepada
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengeluarkan instruksi khusus
terhadap pembentukan pemerintahan baru di Palestina. Atas permintaan Inggeris
tersebut, PBB membentuk tim khusus yang melakukan kunjungan ke Palestina
pada tanggal 1 September tahun 1948 M. Dalam kunjungannya, tim tersebut
merekomendasikan dibentuknya sebuah negara yang independen secara
ekonomi, dan mengakhiri imperialisme Inggeris dan Palestina di bawah
pengawasan PBB. Dengan didukung oleh mayoritas negara-negara anggota PBB,
Israel diakui berdiri sebagai sebuah negara. Lihat: Ibra>hi>m Al-Zagi>ni>, al-

idelogis yang akan ditelusuri dalam kajian ini adalah ideologi
Yahudi yang ada di dalam kitab sucinya tentang Jerusalem,
mengingat persoalan ini memiliki kolerasi dengan problematika
Israel-Palestina, bahkan hubugan Islam-Yahudi sepanjang masa.
Implikasi kongkrit dari pandangan ideologis Yahudi terhadap
Jerusalem melahirkan klaim kepemilikan Jerusalem bagi orangorang Yahudi. Inilah yang dianggap sebagai akar permasalahan
terjadinya konflik berkepanjangan antara Islam dan Yahudi, seperti
yang terjadi sekarang ini di Palestina.2
Sebelum terpecah, Palestina, Yordania, Syiria dan Lebanon
adalah satu kesatuan geografis dan berada dalam satu negeri yang
disebut dengan Syam. Terpecahnya negeri Syam menjadi beberapa
negara baru terjadi setelah terjadinya Perang Dunia I yang
berlangsung dari 1914 M. hingga 1918 M.3 ketika beberapa negara
besar Eropa melakukan imperealisme ke Timur Tengah seperti
Mesir dan Syam,4 di mana keseluruhan wilayahnya (Syam) adalah
termasuk dalam kawasan Timur Tengah.
Timur Tengah merupakan kawasan di mana tiga agama
samawi –Yahudi, Kristen dan Islam- diturunkan. Tak pelak lagi,
Timur Tengah merupakan kawasan yang penting bagi pengikut
ketiga agama tersebut. Sentralitas wilayah ini bagi tiga agama
                                                                                                                                      
Uns}uriyah al-Yahu>diyah wa Atharuha> fi> al-Mujtama’ al-Isla>mi>
(Riya>d}: Maktabat al-‘Abi>ka>n, 1997), Cet. I, 3/ 67.
2

Karen Armstrong, Jerusalem: One City, Three Faiths, diterjemahkan
menjadi Jerussalem; Satu Kota Tiga Iman (Surabaya: Risalah Gusti, 2004), 2.
3

Perang Dunia II, atau Perang Dunia Kedua (biasa disingkat PDII)
adalah konflik militer global yang terjadi pada 1 September 1939 sampai 2
September 1945 yang melibatkan sebagian besar negara di dunia, termasuk
semua kekuatan-kekuatan besar yang dibagi menjadi dua aliansi militer yang
berlawanan, Sekutu dan Poros. Perang ini merupakan perang terbesar sepanjang
sejarah dengan lebih dari 100 juta personil. Dalam keadaan perang total, pihak
yang terlibat mengerahkan seluruh bidang ekonomi, industri, dan kemampuan
ilmiah untuk melayani usaha perang, menghapus perbedaan antara sipil dan
sumber-sumber militer. Lebih dari tujuh puluh juta orang, mayoritas warga sipil,
tewas. Hal ini menjadikan Perang Dunia II sebagai sebuah konflik paling
mematikan dan menelan korban dalam sejarah manusia.
4

Muh}ammad bin ‘Ali bin Muh}ammad Adat alYahu>d fi al-Wa’ad bi Filist}i>n (Riya>d}: Maktabah} Malik Fahd alWat{aniyah}, 2003), 337.

samawi kemudian memicu timbulnya ambisi agama-agama samawi
tersebut untuk eksis di dalamnya. Ini juga banyak berpengaruh
pada terjadinya berbagai konflik agama, seperti terjadinya Perang
Salib dalam kurun waktu ratusan tahun (abad 11-12 M).5 Tidak
hanya Perang Salib, pada periode modern sekarang ini pun, konflik
di kawasan Timur Tengah masih sering bergejolak, seperti Peran
Irak-Iran, perang Irak-Kuwait, invasi militer Amerika Serikat ke
Irak dan Afganistan, dan konflik Israel-Palestina yang sudah lama
berlangsung.
Dalam kasus Israel-Palestina, sudah berapa ratus, ribuan
bahkan jutaan manusia mati begitu saja, baik dari pihak Israel
maupun pihak Palestina karena terlibat dalam konflik.6 Sudah lama
berlangsung ketegangan antara Israel dan Palestina, sampai
sekarang konflik ini tidak kunjung usai. Bahkan PBB (Perserikatan
Bangsa-Bangsa) sebagai lembaga internasional tertinggi tidak dapat
menghetikan tragedi kemanusiaan di kawasan Timur Tengah
khususnya dalam konflik Israel-Palestina. Israel dan Palestina
adalah dua entitas politik yang telah bertarung di kawasan Timur
Tengah semenjak berdirinya negara Israel pada tahun 1948.7
Ada sebuah asumsi yang kuat bahwa akar segala konflik
yang terjadi antara Israel dan Palestina adalah perebutan kota suci
Jerusalem. Alasan mendasar dari asumsi ini adalah karena kota ini
dianggap suci bagi komunitas yang bertikai dalam konflik IsraelPalestina, yaitu Islam dan Yahudi, bahkan pihak Kristen pun
banyak terlibat dalam konflik ini karena juga menganggap kota ini
penting bagi mereka.
Jerusalem, wilayah ini -yang merupakan wilayah Palestina
sebelum berdirinya negara Israel- merupakan wilayah yang paling
sensitif dan banyak menuai konflik. Karen Armstrong (1944 M.)
telah menceritakan pengalaman empirisnya betapa pentingnya kota
ini bagi pemeluk tiga agama samawi tersebut; “Saya terpaksa
menerima fakta bahwa Jerusalem sangat penting bagi orang Yahudi
                                                            
5
  Louis Golding, The Jewish Problem (England: Penguin Books
Limited, 1938), 76.
6

JW Lotz Mircea Windham, Master Plan Yahudi; Poros Asia dan
Timur Tengah (Yogyakarta: Pustaka Solomon, Cet. I, 2010), 77.
7

JW Lotz Mircea Windham, Master Plan Yahudi, 77.

dan juga Islam. Ketika saya melihat orang-orang Yahudi berjubah
panjang atau tentara-tentara Israel yang perkasa mencium batu di
Tembok Barat atau menyaksikan kerumunan keluarga Muslim di
jalan-jalan dalam pakaian terbaik mereka untuk shalat Jumat di
Haram al-Shari>f, untuk pertama kalinya saya menjadi sadar
mengenai tantangan pluralise agama. Orang dapat melihat simbol
yang sama dalam cara-cara yang sangat berbeda. Tidak diragukan
lagi ada kedekatan batin antara orang-orang ini dengan kota suci
mereka”.8
Berdasarkan sketsa yang dilukiskan oleh Armstrong tentang
urgensi tanah Jerusalem bagi Yahudi dan umat Islam di atas, maka
tidak mengherankan ketika orang-orang Yahudi berupaya dengan
keras untuk menguasai Palestina. Menurut Herry Nurdi, bukan
hanya negara Palestina yang menjadi sasaran negara Yahudi. Selain
negara Palestina Yahudi juga mempunyai keinginan untuk
mewujudkan The New Map of Middle East. Israel yang didukung
oleh kekuatan Amerika Serikat sekuat tenaga akan mewujudkan
wajah baru wilayah dunia Islam dan akan mengubah peta Timur
Tengah. Orang-orang Yahudi senantiasa komitmen untuk
mewujudkan wilayah yang dibuat sebagai Tanah yang dijanjikan
oleh Tuhan.9
Bagi orang-orang Yahudi, setidaknya ada dua hal yang
menjadi landasan sehingga menganut ideologi kepemilikan tanah
Palestina. Landasan pertama adalah dari teks-teks kitab suci
mereka (Taurat), dan landasan kedua adalah landasan yang
merujuk pada fakta historis. Dalam teks-teks Taurat bisa ditemukan
bahwa sesungguhnya terdapat janji Tuhan kepada orang-orang
Yahudi untuk untuk memiliki tanah Jerusalem.
Dalam al-asfa>r (kitab-kitab) Perjanjian Lama terutama
lima kitab yang dinisbatkan kepada Nabi Musa as, orang-orang
Yahudi –melalui kitab-kitab tersebut- dan orang-orang Nasrani
yang memiliki persespsi yang sama meyakini bahwa bangsa
Yahudilah yang berhak mewarisi Jerusalem. Orang-orang Yahudi
meyakini bahwa Tuhan telah memberikan tanah Jerusalem kepada
                                                            
8

9

Karen Armstrong, Jerusalem: One City, Three Faiths, vii

Herry Nurdi, Membongkar Rencana Israel Raya (Jakarta: Cakrawala
Publishing, Cet. I, 2009), 5.

nabi Ibrahim dan nabi-nabi orang Yahudi lainnya, oleh karena itu
orang-orang Yahudilah yang berhak menghuni Jerusalem.10 Di
antara teks Taurat yang menunjukkan bahwa bani Israel sebagai
bangsa pilihan Tuhan: “Sebab engkaulah umat yang kudus bagi
Allah, Tuhanmu, engkaulah yang dipilih oleh Allah, dari segala
bangsa di muka bumi ini, untuk menjadi kesayangannya”.11
Dalam Kitab Kejadian disebutkan, “Pada hari itulah Tuhan
mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman: “Kepada
keturunanmulah kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir
sampai ke sungai besar itu, sungai Eufrat: yakni tanah orang Keni,
orang Kenas, orang Kadmon, orang Het, orang Feris, Orang
Refaim, orang Amori, orang Kanaan, orang Girgasi dan orang
Yebus itu”.12 Selanjutnya dikatakan dalam Kitab Ulangan, “Sebab
engkaulah umat yang kudus bagi Allah, Tuhanmu, engkaulah yang
dipilih oleh Allah, dari segala bangsa di muka bumi ini, untuk
menjadi kesayangannya”.13
Berangkat dari doktrin Yahudi tentang Palestina di atas,
Theodore Herzl (1860-1904 M.) sebagai tokoh nomor satu Zionis
membangun sebuah gagasan “Rumah Nasional Yahudi”. Mulamula ide ini diterima dengan penuh kecurigaan, tetapi kemudian
menyebar di kalangan kaum Yahudi ortodoks maupun pembaru dan
akhirnya mengkristal dalam politik Zionisme modern. Theodore
Herzl menulis buku negara Israel pada 1896 M., dan setahun
kemudian diselenggarakan Kongres Zionis pertama di Kota Basel
Swiss. Para pendiri gerakan ini terdiri dari orang-orang Yahudi
sekuler dari Jerman dan Austria. Bagi mereka, ke-Yahudian
merupakan identitas nasional, bukan identitas agama, dan Zionisme
adalah nasionalisme dari suatu bangsa yang belum mempunyai
negara. Cita-cita mereka adalah mendirikan sebuah negara nasional
yang sekuler bagi orang-orang Yahudi. Faktor pendorong utamanya
adalah keberadaan Yahudi sebagai golongan etnis yang berstatus
pariah. Pilihan mereka akan Palestina sebagai “Rumah Nasional”
                                                            
10

Muh}ammad Adat al-Yahu>d fi al-Wa’ad bi
Filist}i>n, 338.
11

Ulangan, 7:6.

12

Kejadian, 15:18.

13

Ulangan, 7:6.

tentu saja mengaitkan cita-cita mereka dengan sejarah sakral
Yahudi yang tercantum dalam Taurat. Hal itu belakangan
menyebabkan gerakan Zionisme semakin diwarnai simbol-simbol
keagamaan.14
Landasan kedua bagi orang-orang Yahudi atas klaim
kepemilikan Jerusalem adalah landasan historis. Orang-orang
Yahudi menganggap bahwa sejarah telah membuktikan kalau bani
Israel adalah keturunan para nabi, anak cucu nabi-nabi dari
keturunan Ibrahim. Hal ini cukup menjadi alasan bagi mereka
bahwa bangsa Yahudilah bangsa yang paling mulia dari sekian
bangsa-bangsa yang ada. Diperkuat lagi bahwa nabi Musa dipilih
kepada bani Israel dan diturunkan kitab Taurat kepada bani Israel
melalui lisan Nabi Musa. Selanjutnya, dibangunnya al-H{aikal oleh
Nabi Sulaiman sebagai tempat peribadatan Yahudi adalah bukti
historis atas adanya hubungan erat Yahudi dengan Jerusalem.15
Tuhan memperuntukkan Jerusalem, yang di dalamnya
terdapat Bukit Zion, sebagai warisan bagi bangsa Yahudi dikenal
dengan al-ard} al-Mau>ru>th. Pandangan ini didasarkan pada
pengalaman masa lampau yang mengatakan bahwa Jerusalem (di
bukit Zion), pada masa Daud dan Sulaiman menjadi pusat tradisi
keagamaan Yahudi. Ini juga dianggap sebagai sebuah lejitimasi
historis tentang pentingnya mendiami Jerusalem bagi orang-orang
Yahudi yang harus direalisasikan dalam kehidupannya.
Boleh dikata, keberadaan Yahudi yang membentuk sebuah
negara di wilayah Palestina merupakan perpanjangan dari sebuah
ideologi yang dianut oleh orang-orang Yahudi bahwa Kaum
Yahudilah yang berhak memiliki wilayah tersebut, karena
merupakan warisan dari nabi-nabinya, mulai dari Ibrahim, Musa,
Daud Sulaiman dan sebagainya.16
Inilah sebenarnya titik kluminasi terjadinya polemik tentang
al-ard} al-mau>ru>th (tanah yang diwariskan) khususnya antara
                                                            
14

Selengkapnya baca A. Maheswara, Rahasia Kecerdasan Yahudi
(Yogyakarta: Pinus Publisher, 2007), 64.
15

‘Abd al-Rah}ma>n H{asan, Maka>yid al-Yahu>d ‘abr al-Ta>ri>kh
(Damaskus: Da>r al-Qalam, Cet. II, 1978), 11.
16

10.

‘Abd al-Rah}ma>n H{asan, Maka>yid al-Yahu>d ‘abr al-Ta>ri>kh,

Yahudi dan Islam. Polemik ini sangat penting untuk dikaji, karena
Islam juga meyakini bahwa keberadaan umat Islam di tanah
Palestina merupakan manifestasi dari adanya keyakinan bahwa
tanah tersebut hanya pantas dimiliki oleh orang-orang yang
beriman kepada Allah dan mengimani agama yang paling benar,
yaitu Islam.
Dengan begitu, pihak yang juga sangat berkepentingan
dengan Jerusalem adalah umat Islam. Sejak abad ketujuh Masehi,
Jerusalem telah menjadi simbol penting umat Islam dan telah
berada di bawah kekuasaannya. Makanya, persoalan yang terjadi di
Palestina adalah persoalan kepentingan agama, di mana secara
ideologis, mereka harus menguasai Palestina karena merupakan
anjuran agama. Ketika ditelusuri ke akar sejarahnya, faksi-faksi –
agama atau etnis- yang pernah menguasai Jerusalem, selalu mereka
yang mempunyai kekuatan. Olehnya itu, bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dengan Palestina, kekuatan politik, ekonomi,
militer dan pemikiran, akan sangat menentukan nasibnya dengan
tanah tersebut.17
Islam mengakui bahwa Tuhan menjanjikan tanah Jerusalem
kepada bangsa Yahudi dan menganggap bangsa Yahudi sebagai
bangsa pilihan Tuhan, tetapi dengan syarat orang-orang Israel harus
senantiasa beriman dan taat kepada Allah. Namun pada faktanya,
dalam sejarah bani Israel, mereka sangat Jauh dari ketaatan kepada
Tuhan, mereka telah membunuh Nabi Isa, dan ketika nabi
Muhammad saw. sebagai nabi terakhir diutus oleh Allah, mereka
tidak beriman kepadanya.18 Oleh karena itu, al-Qur’an sebagai
sumber utama ajaran Islam menolak perihal hak ahli waris tanah
Palestina terhadap orang-orang Yahudi karena mereka telah
menyimpang dari agama yang benar.
Bentuk penyimpangan Yahudi bisa dilihat dalam al-Qur’an.
Allah berfirman,“Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera
Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al-Masih itu putera
                                                            
17

‘Abd al-Wahha>b al-Masi>ri>, Muqaddimah li-Dira>sat al-S{ira>
al-‘Arabi> al-Isra>’i>li> (Beirut: Da>r al-Fikr al-Mua>s}ir Cet. I, 2002),
192.
18

Muh}ammad Adat al-Yahu>d fi al-Wa’ad bi
Filist}i>n, 342.

Allah".19 Perkataan mereka tentang Uzair putra Allah terkait
dengan kekaguman mereka terhadap usaha Uzair yang
mengumpulkan kitab Taurat setelah kurang lebih seratus tahun
setelah Nabi Musa. Sebab turunnya ayat ini diceritakan oleh Ibnu
Abbas bahwa beberapa Yahudi pada masa Rasulullah saw.
mendatangi Nabi Muhammad, Mereka berkata, “Hai Muhammad,
bagaimana mungkin kami mengikuti engkau sedangkan engkau
meninggalkan apa yang ada dari sebelum kami dan engkau juga
tidak beranggapan bahwa Uzair anak Allah”.20 Karena anggapan
demikian, maka kaum Bani Israel mengatakan bahwa Allah
mempunyai anak yang telah mengumpulkan Taurat menjadi sebuah
kitab suci.21 Inilah yang dianggap menyimpang oleh umat Islam.
Dalam dunia modern, gerakan politik Yahudi yang muncul
untuk merealisasikan ideologi kepemilikan Jerusalem adalah
Gerakan Zionisme. Dalam hal misi pembebasan Palestina, Gerakan
Zionisme memiliki pandangan yang sama dengan Yahudi dan
seakan-akan Yahudi dan Zionisme dalam masalah pendudukan
Palestina adalah dua sisi mata uang yang berbeda tapi tidak bisa
dipisakan. Zionisme di abad modern merupakan falsafah hidup
Kaum Yahudi. Bagi orang-orang Yahudi, Zionisme secara subtansi
berfungsi untuk melestarikan ideologi-ideologi dan tradisi agama
Yahudi, mengimplementasikan cita-cita kaum Yahudi seperti yang
ada dalam kitab suci Taurat. Dan yang sangat erat hubungannya
dengan Palestina, Zionisme berfungsi sebagai langkah untuk
menyatukan orang-orang Yahudi dalam sebuah negara yaitu
Palestina, menyerukan kepada orang-orang Yahudi di seluruh dunia
untuk kembali ke Palestiana yang mereka sebut dengan ard} almi>a>d yang ditetapkan dalam kitab sucinya.22
Ada yang berpendapat bahwa
gerakan Zionisme
bertentangan dengan ajaran agama Yahudi dan Zionis bukanlah
                                                            
19

QS. Al-Taubah: 30

20

Abdullah ibn ‘Umar ibn Muh}ammad al-Baid}a>wi, Tafsi>r alBaid}a>wi (Beirut: Da>r al-Fikr 1416H/1996 M), Juz III, 140.
21

Ulil Amri Syafri, MA. Penolakan Yahudi terhadap Islam (Jakarta:
Kifayah, 2004), 64.
22

Muh}ammad Adat al-Yahu>d fi al-Wa’ad bi
Filist}i>n, 340.

Yahudi. Regina al-Sharif berpandangan bahwa sesungguhnya
Zionisme bukanlah Yahudi, ia merupakan gerakan yang lahir dari
pemikiran Kristen Protestan yang menginginkan kembalinya
Yahudi ke Palestina sebagai pendahulu kembalinya al-Masi>h} ke
daerah tersebut.23 Tetapi Muh}ammad Ana Al-Shari>f, al-S}uh}yu>niyyah Ghair al-Yahu>diyah,
Tarjamah Ah}mad ‘Abdul ‘Azi>z (Kuwait: ‘Ad fi al-Wa’ad bi
Filist}i>n, 339.
25

Hitler adalah pemimpin Nazi Jerman yang pernah membantai orangorang Yahudi. Kebencian terhadap Yahudi di zaman pemerintahan Nazi di
Jerman dicetuskan oleh rasa kebangsaan yang sempit. Hitler yang sejak kecil
benci kepada orang Yahudi mengobarkan kecemburuan sosial dan ekonomi
dengan menunjuk kenyataan bahwa orang Yahudi menguasai perekonomian
Jerman dalam presentase yang jauh melebihi jumlah mereka. Hitler juga
menuduh orang Yahudi sebagai penggerak Revolusi Bolshevik di Rusia dan
bermaksud melakukan hal serupa di Jerman. Tuduhan ini dipercaya rakyat
Jerman karena memang keturunan Yahudi yang menjadi pemimpin revolusi yang
mendirikan Negara komunis Uni Soviet, misalnya Leon Trosky. Bangsa Jerman
juga tidak lupa bahwa Karl Max adalah orang Yahudi. A. Maheswara, Rahasia
Kecerdasan Yahudi (Yogyakarta: Pinus Publisher, 2007), 59.

Semua itu dilakukan karena adanya unsur kebencian yang
mendalam terhadap orang-orang Yahudi.
Pada tahap selanjutnya, Yahudi mampu mengubah persepsi
orang-orang Kristen terhadapnya, walaupun orang-orang Kristen
sangat memusuhi Yahudi dan itu berlangsung lama yaitu sejak
abad pertama Masehi sampai pada abad ke 16 M. Pada awal abad
ke 17 M., orang-orang Kristen mulai merubah sikapnya terhadap
Yahudi dari sikap yang tidak senang menjadi sikap menerima
dengan penuh penghormatan, sampai mereka menjadikan kitab
Perjanjian Lama sebagai bagian dari sumber ajaran agama Kristen
yang wajib diikuti oleh pemeluk agama Kristen. Hal ini terjadi
ketika sekelompok dari pemeluk agama Kristen Katolik
memisahkan diri dari pengikut Katolik di mana beberapa orang dari
kelompok tersebut adalah orang-orang Yahudi. Gerakan yang
dilakukan oleh kelompok Kristen tersebut adalah sebuah gerakan
pembaruan dalam Kristen yang mereka sebut dengan “Protestan”.
Gerakan ini sangat erat hubungannya dengan gerakan ideologi
kembalinya orang-orang Yahudi ke Palestina. Oleh karena itu,
Regina al-Shari>f melihat bahwa Zionisme yang lahir untuk
memperjuangkan kembalinya tanah al-Quds kepada orang-orang
Yahudi, bukanlah sepenuhnya gerakan Yahudi, ia merupakan
gerakan Kristen yang mengatas-namakan Yahudi.26
Salah satu doktrin yang dianut oleh Kristen Protestan yang
sangat berpihak kepada kepentingan Yahudi adalah bahwa
sesungguhnya al-Masih akan kembali ke Palestina dan harus
diawali dengan berkumpulnya orang-orang Yahudi di Palestina.
Dari pandangan ini muncul doktrin yang disebut dengan
Millenarianism. Doktrin ini mempercayai bahwa al-Masih akan
turun ke bumi untuk mendirikan kerajaan Tuhan yang terjadi
selama seribu tahun. Dalam dokrin ini diyakini bahwa al-Masih
akan turun pada awal-awal tahun seribuan, dan akan berkuasa di
bumi ini selama seribu tahun.27
                                                            
26

Baca Regi>na Shari>f, al-S}uh}yu>niyyah Ghair al-Yahu>diyyah.

76.
27

Muh}ammad Adat al-Yahu>d fi al-Wa’ad bi
Filist}i>n, 341.

Berdasarkan doktrin ini, mereka berharap bahwa pada tahun
1000 M. akan datang al-Masih, namun kenyataannya al-Masih pada
saat itu belum turun. Pada tahun 2000 M., orang-orang Kristen
kembali berharap bahwa al-Masih akan turun, dan diyakini bahwa
al-Masih akan turun di tanah Palestina. Atas dasar keyakinan
inilah, sehingga mereka mendukung sepenuhnya orang-orang
Yahudi untuk menguasai Palestina. selanjutnya, awal tahun 2000
M. dinanti sebagai waktu turunnya al-Masih, Ia belum juga turun,
mereka pun kembali mempesiapkan datangnya al-Masih pada awal
tahun 3000 M.
Ada sebuah konsekuensi logis dari doktrin Kristen tentang
datangnya al-Masih. Ketiga agama samawi masing-masing
mengklaim bahwa al-Masih akan turun untuk menegakkan agama
Allah. Agama Allah yang manakah yang dimaksud? Masingmasing dari Yahudi, Kristen maupun Islam menganggap bahwa
hanya agamanyalah yang merupakan agama Allah. Ketika al-Masih
benar-benar turun pada awal tahun 3000 M. seperti yang diyakini
dalam ajaran Kristen Protestan, maka tidak bisa dihindarkan akan
terjadi pertentangan antara umat Yahudi dengan umat Kristiani,
berdasarkan klaim mereka atas al-Masih.28 Begitu pula dengan
Islam, sejak berdirinya negara Israel yang dipelopori oleh gerakan
Zionis telah terjadi konflik yang mengancam eksistensi kedua belah
pihak, dan adanya klaim kepemilikan tanah al-Quds yang sekarang
adalah negara Palestina, akan terus menyulut pergolakan politik,
konflik militer antara kedua belah pihak.29
Di samping itu, di akhir zaman nanti, akan terjadi perang
antara kebenaran dan kebatilan sebagaimana yang diyakini oleh
Kristen yang dikenal dengan perang Armageddon, dan kembalinya
Yahudi ke Palestina dianggap merupakan persiapan untuk
menghadapi perang ini.30 Kesamaan doktrin antara Yahudi dan
Kristen tentang Jerusalem mejadi faktor penyebab terjadinya
pergolakan politik di abad modern yaitu antara pihak-pihak yang
berkepentingan dengan tanah Palestina.
                                                            
28

Regi>na Shari>f, al-S}uh}yu>niyyah Ghair al-Yahu>diyyah, 159.

29

Muh}ammad Adat al-Yahu>d fi al-Wa’ad bi
Filist}i>n, 341.
30

‘Abd al-Wah}h}a>b al-Masi>ri>, Muqaddimah} li-Dira>sat alS{ira> al-‘Arabi> al-Isra>’i>li>, 70.

Ketiga agama samawi, Yahudi, Kristen dan Islam samasama meyakini bahwa peristiwa tersebut pasti terjadi. Peristiwa
tersebut akan terjadi di wilayah Syam, tepatnya di wilayah
Palestina. Walaupun ketiga agama samawi ini meyakini bahwa
peristiwa tersebut akan terjadi, ketiganya berbeda atas ahir dari
peristiwa tersebut. Yahudi mengklaim bahwa al-Masih turun untuk
membela agama Yahudi sehingga kemenangan akan berpihak
kepada orang-orang Yahudi dan orang Yahudi lah yang berkuasa di
atas umat-umat lain.
Orang-orang Kristen pun melihat bahwa al-Masih yang
diturunkan kembali oleh Allah akan menjadi juru selamat bagi
mereka, dan satu-satunya umat yang akan selamat adalah umat
Kristen. Dalam Islam Nabi Isa as. akan kembali diturunkan oleh
Allah swt. untuk memerangi kebatilan, dan menentang kekejaman
Dajjal. Kedatangan Nabi Isa ini diperkuat oleh teks-teks yang
bersumber dari Rasulullah saw yang tidak diragukan kebenarannya.
Apa yang disampaikan oleh Rasulullah saw. adalah berita yang
bersifat pasti akan kedatangan Nabi Isa dan akan menegakkan
Islam sebagai agama Allah yang terakhir yang paling benar.31
Atas dasar kepentingan inilah, terbukti secara historis
bahwa orang-orang Nasrani telah memainkan peran yang sangat
penting atas terjadinya imperialisme orang-orang Yahudi terhadap
negara Palestina bahkan sampai mendirikan negara Israel di
wilayah tersebut. Dalam pendirian negara Israel, Amerika Serikat,
Inggeris, Jerman, Prancis dan negara-negara barat lainnya yang
notabene mayoritas beragama Kristen baik dalam tingkat
masyarakat maupun dalam tingkat pemerintahnya. Negara-negara
tersebut secara intens membantu Yahudi untuk berkumpul di
Palestina, khususnya Inggeris yang secara langsung memberikan
sebagian tanah Palestina kepada orang-orang Yahudi.32
Inggeris, benar-benar telah berhasil melakukan proses
yahudinisasi atas Palestina, dan mengajukan pemikiran perlunya
pembagian kekuasaan. Lalu Inggeris bersama para sekutunya
menggunakan seluruh wibawa dan kekuatannya di Perserikatan
                                                            
31

32

Regi>na Shari>f, al-S}uh}yu>niyyah Ghair al-Yahu>diyyah, 305.

Muh}ammad Adat al-Yahu>d fi al-Wa’ad bi
Filist}i>n, 339.

Bangsa-Bangsa (PBB), sehingga berhasil memperoleh suara
dukungan mayoritas. Inggeris lalu mendeklarasikan bahwa dirinya
akan segera menarik diri dari Palestina pada 15 Mei 1948 M., di
mana pada saat yang sama Inggeris menyerahkan Palestina kepada
Yahudi, setelah mereka benar-benar yakin bahwa kaum Yahudi di
sana dapat membentuk dan menguasai pemerintahan.33
Sekarang orang-orang Yahudi Israel bisa berbangga, karena
telah memperoleh kemenangan atas dunia Arab di Timur Tengah.
Bahkan di seluruh dunia, negara adidaya pun Amerika Serikat
mampu diperngaruhi oleh Yahudi.
Eksistensi Yahudi di Palestina sampai bisa membentuk
sebuah negara Israel, sebagaimana diketahui didasarkan atas
ideologi keagamaan yang terdapat dalam kitab sucinya. Di sini,
sebagian ulama berpandangan bahwa untuk menyikapi eksistensi
Yahudi di tanah Palestina harus menggunakan pendekatan agama,
yaitu Jihad. Negara Palestina adalah negara Islam yang di
dalamnya terdapat tempat suci Islam yaitu Mesjid Aqs}a>. Ini
menunjukkan betapa pentingnya negara ini bagi umat Islam.
Keberadaan Mesjid Aqs}a> di Palestina menjadikan negeri ini
memiliki posisi yang sangat tinggi karena Mesjid Aqs}a>
disucikan oleh umat Islam layaknya Mesjid Haram di Mekah dan
Mesjid Nabawi di Madinah al-Munawwarah}.34
Dalam dunia Islam modern, ada berbagai tawaran yang
diajukan untuk umat Islam dalam berinteraksi dengan Yahudi
Israel. Tawaran tersebut ada yang terkesan antipati dan lebih
cenderung berinteraksi dengan Israel dengan menggunakan
kekerasan. Abdullah Bin Baz (1330 H.) misalnya, pernah
memfatwakan bahwa solusi umat Islam dalam menghadapi
imperaliasme Yahudi adalah jiha>d fi> sabi>lilla>h} untuk
melawan Yahudi. dikatakan, “Perlu diyakini bahwa masalah
Palestina dari awal sampai akhir adalah masalah doktrin agama.
Yahudi telah berusaha sekuat tenaga untuk menjauhkan umat Islam
dari tanah suci tersebut. Mereka telah berhasil menindas umat
                                                            
33

Muh}ammad Adat al-Yahu>d fi al-Wa’ad bi
Filist}i>n, 340.
34

Pembahasan tentang pentingnya Madinah al-Quds, bisa dilihat dalam,
Ah}mad Sa}lim Rah}h}a>l, Filisti>n bain Haqi>qat al-Yahu>d wa Akzu>bat
al-Talmu>d (‘Amma>n: Da>r al-Bida>yah, Cet. I, 2008). 55-90.

Islam dan bangsa Arab secara khusus. Olehnya itu saya melihat
tidak adanya solusi yang bisa dicapai oleh umat Islam kecuali umat
Islam bahu membahu berjihad di jalan Allah untuk melawan
kekejaman Yahudi”.35
Menururt bin Baz, keberadan beberapa partai beraliran
sekuler di Palestina adalah merupakan strategi Yahudi dan Kristen
Barat menutupi hakikat dari konflik yang terjadi antara Palestina
dan Israel. Konflik yang terjadi sebenarnya adalah konflik agama,
tetapi hakitkat konflik tersebut dibungkus dengan slogan
nasionalisme dan masalah internasional. Itulah salah satu cara yang
ditempuh oleh umat Islam dalam berinteraksi dengan Yahudi dan
negara Israel.
Dalam problematika koflik Israel-Palestina sekarang ini,
telah banyak perundingan yang berlangsung antara pihak Israel dan
Palestina, tetapi belum bisa membuahkan suatu hasil positif.
Bahkan Amerikan Serikat yang kerap menginterfensi proses
perundingan selalu menggantukan hasil perundingan antara kedua
belah pihak. Setelah perang teluk yang berakhir dengan dibebaskan
dari Kuwait dari Ekspansi Irak pada tahun 1990-1991, Amerika
Serikat kembali mengklaim bahwa ia akan bergerak untuk
mendamaikan konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina.
Tetapi syarat untuk dilakukannya perundingan adalah bahwa
negara Palestina tidak bisa berbentuk negara yang berdiri sendiri, ia
harus berbentuk negara konfederasi.36 Inilah yang kembali ditolak
oleh pihak Arab sehingga perundingan kembali gagal mencapai
kesepakatan.
Lalu bagaimana dengan sikap Yahudi terhadap solusi
politik damai sebagai proyek rekonsiliasi. Pada saat orang-orang
Arab menolak dengan keras, sebaliknya pihak Yahudi dengan
gencar mengajak untuk melakukan proses rekonsiliasi. Bagi pihak,
Arab proyek rekonsiliasi yang ditawarkan oleh pihak Israel
dianggap sebagai kepura-puraan. Terbukti sejak Israel
                                                            
35

Fatwa Bin Baz tersebut bisa dilihat dalam, Bin Baz, Fata>wa> wa
Tanbi>ha>t wa Nas}a>ih} (Kairo: Maktabah} al-Sunnah}, 1989), Cet. II, 87.
36

Untuk melihat lebih lengkap fenomena konflik dan proses upaya
damai antara Palestina dan Israel baca Muni>r al-H}u>r wa T{a>ru}q Mu>sa>,
Masha>ri>’ al-Taswiyah li al-Qad}iyah} al-Filisti>niyah (Kairo: Da>r alBaya>n, 1985). 86.

mendapatkan tempat di Palestina yaitu pada tahun 1948 M., proyek
rekonsiliasi yang ditawarkan Israel selalu mempersyaratkan
pengakuan bangsa Palestina terhadap eksistensi negara Israel, dan
pada saat upaya perdamaian dilakukan, pertumpahan darah dan
penindasan tidak pernah berhenti terjadi.37
Pemaparan di atas menunjukkan potret sederhana betapa
pentingnya kota Jerusalem bagi orang-orang Yahudi dan
bagaimana usaha semua pihak yang berkepentingan untuk memiliki
kota tersebut. Setidaknya Itulah yang merupakan akar persoalanpersoalan yang terjadi antara orang-orang Yahudi dan Islam di
Palestina. Pada awalnya, khususnya di abad pertengahan, orangorang Yahudi tidak punya kekuatan untuk mewujudkan citanyacitanya kembali ke tanah Palestina. Namun sejak terjadinya
revolusi gereja di Eropa pada abad ketujuhbelas, orang-orang
Kristen secara politis sangat intens membantu orang-orang Yahudi
untuk kembali ke Palestina –karena menganggap Jerusalem harus
dikuasi- sampai pada tahun 1948 M. mampu mendirikan negara
Israel.
***
Berdasarkan gambaran di atas, ada sebuah rasa penasaran
dalam benak penulis untuk mengeksplorasi lebih mendalam
masalah-masalah yang telah dimunculkan. Masalah-masalah
tersebut secara garis besar adalah:
Pertama, setelah mengamati keberadaan Jerusalem dan
bangsa Yahudi sepanjang sejarah, sebagaimana yang dikemukakan
oleh banyak pakar, dan hubungan historis teologis antara Yahudi
dan Jerusalem, maka dianggap penting untuk mengkaji sejarah
Jerusalem dan hubungannya dengan bangsa Yahudi.
Kedua, menjadi sebuah fakta bahwa hubungan IslamYahudi semakin memburuk sejak berdirinya negara Israel, maka
muncullah keinginan dari penulis untuk mengetahui secara
                                                            
37

Di antara tawaran proyek rekonsiliasi yang ditawarkan Israel adalah,
proyek Alon tahun 1967, proyek Beijin 1977. Semua proyek tersebut
berdasarkan atas subyektifitas Yahudi, yaitu agar kepentingannya dalam
mendapatkan pengakuan dari bangsa Palestina tercapai. Lihat, Muni>r al-H{u>r
wa T{a>ru>q Mu>sa>, Masha>ri>’ al-Taswiyah li al-Qad}iyah} al-Filistiniyah,
78-79.

mendalam apakah sebenarnya akar permasalahan sehingga terjadi
hubungan yang tidak baik antara Yahudi dan Islam.
Ketiga, tulisan ini sebenarnya berawal dari sebuah
pertanyaan, apakah Ideologi Yahudi tentang the Choosen People
(Manusia Pilihan) dan Tanah Jerusalem sebagai tanah yang
dijanjikan oleh Tuhan akan terus diperjuangkan oleh bangsa
Yahudi sampai ia mendirikan suatu negara dan bisa menguasai
umat-umat lainnya? Jawaban atas persoalan ini diharapkan mampu
menginformasikan ideologi tersebut mempengaruhi konsep politik
pergerakan Yahudi di abad modern.
Keempat, tulisan ini juga akan menelusuri bagaimanakah
peran yang dimainkan oleh umat Kristiani dalam berdirinya negara
Israel di Palestina, khususnya Kristen Protestan yang lahir melalui
gerakan reformasi gereja pada abad 17 M. Negara-negara barat
seperti Amerika Serikat, Inggeris, Perancis dan jerman