Strategi Guru Al-Qur’an Hadits Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas XI IPA di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Jakarta

(1)

(2)

(3)

MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 2 JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

DICKY HERMAWAN NIM: 109011000294

Di Bawah Bimbingan

Drs. Abdul Haris, M.Ag NIP.: 19660901.199503.1.001.

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(4)

Skripsi berjudul “Strategi Guru Al-Qur’an Hadits DalamMeningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas XI IPA di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Jakarta “ disusun oleh Dicky Hermawan. NIM. 109011000294, Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 12 Maret 2014

Yang mengesahkan,

Pembimbing

Drs. Abdul Haris, M.Ag NIP. 19660901.199503.1.001.


(5)

(6)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Dicky Hermawan

Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 10 April 1990

NIM : 109011000294

Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Strategi Guru Al-Qur’an Hadits Dalam Meningkatkan Motivasi Siswa Kelas XI IPA di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Jakarta

Dosen Pembimbing : Drs. Abdul Haris, M.Ag

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, 20 Maret 2014 Mahasiswa Ybs.

Dicky Hermawan NIM. 109011000294


(7)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, sehingga atas segala limpahan karunia dan nikmatnya akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan meskipun belum sempurna.

Shalawat beriring salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kedamaian dan rahmat untuk semesta alam. Atas jerih payah beliau kita berada di bawah bendera Islam.

Penulisnya menyadari skripsi ini, terselesaikan atas dukungan dari dosen, orang tua, rekan dan lainnya. Banyaknya pihak yang turut mendukung penyelesaiannya, membuat penulis tidak mungkin menyebutkan satu-persatu, namun di bawah ini akan kami sebutkan mereka yang memiliki andil besar atas terselesaikannya skripsi ini :

1. Dr. Hj. Nurlena Rifa’i, MA., Ph. D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Abdul Majid Khon, MA. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Marhamah Sholeh, Lc., MA. selaku seketaris jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Drs. Abdul Haris, M. Ag., Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pemikirannya untuk memberikan koreksi dan bimbingannya dengan baik serta senantiasa memberikan motivasi agar skripsi ini dapat segera terselesaikan.


(8)

ii

dilakukan dengan sungguh-sungguh sehingga memberikan hasil yang memuaskan.

6. Kedua orang tua Ayahanda Halawani dan Ibunda Eni Suharni yang telah merawat dan mendidik dengan penuh kasih sayang secara tulus, mendo’akan dan mencukupi moril dan materil kepada penulis sejak kecil sampai sekarang dan seterusnya (kasih sayang mereka yang tidak terputus sepanjang hayat), kakak tercinta Sophia Elin, Syarifullah, Adi Haryadi dan Sarah Dwi Harti selaku adik tercinta serta adinda Zainal Muttaqin dan Mugni Maulana yang selalu mendorong penulis agar skripsi ini dapat segera terselesaikan.

7. Sahabat-sahabatku, M. Qodril Ramadhan, Imam Suhada dan Yuli Nurdiyani yang selalu memberikan semangat, berbagi suka-duka, membantu tenaga dan pikirannya. Semoga kalian selalu dalam lindungan Nya, amin.

8. Kawan-kawan di PAI Sejarah 8B yang selalu memberikan semangat dan mau membantu tenaga dan pikirannya. Semoga Allah tetap menyayangi kita semua, Amiin.

Penulis panjatkan do’a dan rasa syukur kepada Allah SWT, semoga jasa yang telah mereka berikan menjadi amal sholeh dan mendapatkan balasan yang jauh lebih baik dari-Nya. Amiin. Penulis juga menyadari segala kekurangan yang melekat pada laporan skripsi ini.Untuk itu kritik dan saran dari pembimbing dan guru-guru merupakan suatu hal yang diharapkan Semoga segala ikhtiar kita diridhai Allah SWT.

Jakarta, 12 Maret 2014


(9)

iii

DAFTAR ISI ………..iii

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah………..1

B. Identifikasi Masalah………4

C. PerumusanMasalah………..5

D. Tujuan Penelitian……….5

E. Kegunaan Penelitian………5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi………6

2. Macam-macam Motivasi………....9

3. Fungsi Motivasi……….13

4. Peranan Motivasi Dalam Belajar………...15

5. Bentuk Motivasi Di Sekolah……….16

B. Stategi Belajar 1. Pengertian Strategi………20

2. Strategi Dasar Belajar Mengajar………....21

3. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran………..22

4. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Dalam Proses Pendidikan………..24

5. Pelaksanaan Strategi Belajar Mengajar……….27

C. Guru 1. Pendidikan Guru………...28

2. Kepribadian Guru………..29

3. Kedudukan Guru………...30


(10)

iv BAB III METODOGI PENELITIAN

A.Pendekatan Penelitian………43

B.Lokasi dan Waktu penelitian……….43

C.Data dan Sumber Data………..44

D.Teknik Pengumpulan Data………44

E. Teknis Analisis Data……….48

F. Pengecekan Keabsahan Data………49

G.Tahap-tahap Penelitian………..50

BAB IV HASIL PENELITIAN A.Deskripsi Hasil Penelitian………..52

1. Sejarah Singkat Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Jakarta………52

2. Letak Geografis Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Jakarta…………...53

3. Visi dan Misi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Jakarta………...53

4. Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Jakarta……….54

5. Kondisi Guru dan Pegawai Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Jakarta………..54

6. Profil Guru Al-Qur’an Hadits Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Jakarta……….56

7. Keberadaan Siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Jakarta………..57

8. Jumlah Siswa Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Jakarta……….57

9. Kondisi Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Jakarta……….57

B.Penyajian Data dan Analisis Data 1. Strategi Guru Al-Qur’an Hadits Dalam Meningkatkan Motivasi Siswa Kelas XI IPA di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Jakarta………..60


(11)

v

C.Deskripsi Data ………...69

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan………78

B.Saran-saran……….79

DAFTAR PUSTAKA……….81 LAMPIRAN


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat urgen untuk mengembangkan potensi dan pribadi seseorang agar dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Pada umumnya pendidikan diselenggarakan untuk memenuhi tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, setelah lulus diharapkan anak dapat membantu mengembangkan masyarakat atau ikut serta ambil bagian dalam memenuhi kebutuhan demi kesejahteraaan masyarakat. Hal ini selaras dengan tujuan Pendidikan Nasional Indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 yang berbunyi :

“Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.”. 1

Pendidikan agama harus berusaha berinteraksi dan bersinkronisasi dengan pendidikan non-agama. Pendidikan agama tidak boleh dan tidak dapat berjalan sendiri, tetapi harus berjalan bersama dan bekerja sama dengan program-program pendidikan non-agama kalau ingin mempunyai relevansi terhadap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Di dalam prosesnya, keberadaan peserta didik banyak dipengaruhi oleh keberadaan guru. Dimana guru sebagai salah satu

1

Tim Penyusun Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung : Fokosindo Mandiri, 2012), h. 3.


(13)

sumber ilmu juga dituntut kemampuannya untuk dapat mentransfer ilmunya kepada para peserta didiknya dengan menggunakan berbagai ilmu atau pun metode serta alat yang dapat membantu tercapainya suatu kegiatan pembelajaran, yang dalam hal ini salah satunya adalah adanya penerapan strategi yang beraneka macam serta cocok dan tepat untuk diterapkan kepada peserta didik.

Adapun tujuan strategi menurut Abu Ahmadi2 adalah pertama; agar para pendidik dan calon pendidik mampu melaksanakan dan, serta mengatasi program dan permasalahan pendidikan dan pengajaran, kedua; agar para pendidik dan calon pendidik memiliki wawasan yang utuh, lancar, terarah, sistematis dan efektif. Salah satu prinsip dalam melaksanakan pendidikan adalah siswa secara aktif mengambil bagian dalam kegiatan yang dilaksanakan. Untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan pertama-tama harus ada pendorong untuk mewujudkan kegiatan itu, atau dengan kata lain, untuk dapat melakukan sesuatu harus ada motivasi. Sebagaimana dijelaskan A. Tabrani Rusyan dan kawan-kawan bahwa:

Motivasi memberi semangat terhadap peserta didik dalam kegiatan-kegiatan belajarnya.

1. Motivasi-motivasi perbuatan merupakan pemilih dari tipe kegiatan-kegiatan untuk melakukannya.

2. Motivasi memberi petunjuk pada tingkah laku.3

Sebenarnya kegiatan atau tingkah laku individu bukanlah kegiatan yang terjadi begitu saja, akan tetapi ada faktor yang mendorongnya dan selalu ada sasaran yang akan dicapai sebagai tujuan. Faktor pendorong itu adalah motif yang bertujuan untuk memenuhi atau mempertahankan situasi dan kondisi tertentu. Dengan demikian setiap kegiatan individu selalu ada yang mendorongnya

2

Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 5

3

A. Thabrani Rusyan Atang Kusnidar, Zasinal Arifin, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Karya, 1989), h. 96


(14)

(motif)dan memiliki sasaran yang dicapai (tujuan). “Motif diartikan sebagai daya

seseorang untuk melakukan sesuatu.”4

Dari uraian tersebut, dapat ditegaskan bahwa motif adalah suatu dorongan yang ada pada manusia yang menyebabkan dia bertindak atau bertingkah laku, sedangkan motivasi adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri manusia yang menimbulkan kegiatan atau aktivitas. Dalam hubungannnya dengan belajar maka aktivitas yang dimaksud adalah belajar.

Motivasi belajar adalah faktor praktis, peranannya adalah menumbuhkan gairah belajar, merasa senang dan semangat untuk belajar. A. Tabrani Rusyan mengutip pendapat Crow dan Crow untuk memperjelas pentingnya motivasi dalam belajar sebagai berikut :“Belajar harus diberi motivasi dengan berbagai cara sehingga minat yang dipentingkan dalam belajar itu di bangun dan minat yang telah ada pada diri anak”.5

Pengelolaan pembelajaran tidak akan terlepas dari adanya rencana pengajaran yang termasuk di dalamnya adanya strategi. Terkait dengan strategi adalah materi pelajaran, karena berhasil tidaknya kegiatan pembelajaran banyak di pengaruhi oleh bagaimana strategi pengajaran tersebut diterapkan. Dalam hal ini guru dituntut untuk bisa membuat variasi strategi dalam mengajar; seperti metode yang dipakai, penggunaan alat peraga serta adanya evaluasi, agar tujuan pendidikan dapat terealisasikan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dari sini tampak jelas bahwa strategi pengajaran merupakan prosedur yang sangat penting untuk tercapainya pendidikan, karena merupakan salah satu unit yang tidak dapat dipisahkan dari unit-unit pendidikan yang lain.

Pengelolaan kelas yang baik akan melahirkan interaksi belajar mengajar yang baik pula. Diantara hal-hal yang mempengaruhi motivasi belajar adalah pengolahan kelas. Hanya sayangnya pengelolaan kelas yang baik tidak selamanya dapat dipertahankan, disebabkan pada kondisi tertentu ada gangguan yang tidak di kehendaki datang dengan tiba-tiba. Suatu gangguan yang datang dengan tiba-tiba

4

Sardirman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rajawali Pers, 1987) h.73

5

A. Thabrani Rusyan Atang Kusnidar, Zasinal Arifin, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Karya, 1989), h. 121


(15)

dan di luar kemampuan guru adalah kendala spontanitas dalam pengelolaan kelas. Dengan hadirnya kendala spontanitas suasana kelas biasanya terganggu yang ditandai dengan pecahnya konsentrasi anak didik. Contohnya adalah ketidak tepatan memulai dan mengakhiri kegiatan pembelajaran, adanya pembicaraan guru yang bertele-tele seperti mengubah teguran menjadi ocehan, gaya guru yang monoton dan pemahaman guru tentang peseta didik.

Kondisi pengelolaan kelas di dunia pendidikan sejak dulu sampai sekarang memang masalah yang tidak pernah absen dari agenda kegiatan guru. Semua itu tidak lain guna kepentingan belajar anak didik. Dengan adanya pengelolaan yang diterapkan seorang guru, siswa diharapkan rajin belajar dan tidak merasa bosan pada mata pelajaran al-qur’an hadits. Pembelajaran al-qur’an hadits yang seringkali dilakukan adalah dengan menerapkan satu strategi belajar. Hal ini mengakibatkan motivasi belajar siswa tidak meningkat. Disamping itu, siswa menganggap materi al-qur’an hadits merupakan materi yang kurang penting, karena telah dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan kondisi di atas, maka penulis akan meneliti tentang “Strategi Guru Al-Qur’an Hadits DalamMeningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas XI IPA di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Jakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa strategi guru Al-Qur’an Hadits dalam meningkatkan motivasi belajar?

2. Apakah penggunaan alat peraga di kelas dapat mendukung pembelajaran Al-Qur’an Hadits?

3. Apakah alat evaluasi yang tepat untuk mengukur pembelajaran Al-Qur’an Hadits?

C. Perumusan Masalah


(16)

Apa strategi guru Al-Qur’an Hadits dalam meningkatkan motivasi belajar dan bagaimana motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah Aliyah Negeri 2 (MAN) Jakarta?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian dari skripsi ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui strategi guru Al-Qur’an Hadits yang diterapkan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-qur’an Hadits di Madrasah Aliyah Negeri 2 Jakarta.

2. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah Aliyah Negeri 2 Jakarta.

E. Kegunaan Penelitian 1. Bagi penulis

Dapat menambah pengetahuan penulis baik dalam penggunaan strategi pembelajaran maupun dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di sekolah.

2. Bagi Madrasah Aliyah Negeri 2 Jakarta

Sebagai sumbangan pemikiran mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan strategi guru dalam peningkatan motivasi belajar siswa yang sedang dihadapi Madrasah Aliyah Negeri 2 Jakarta.

3. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Untuk menambah khazanah perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus menjadi bahan referensi bagi mahasiswa untuk belajar dan dalam melakukan penelitian selanjutnya.


(17)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata ”motive” yang mempunyai arti ”dorongan”. Dorongan itu menyebabkan terjadinya tingkah laku atau perbuatan. Untuk melakukan sesuatu hendaklah ada dorongan, baik dorongan itu yang datang dari dalam diri manusia maupun yang datang dari lingkungannya.6 Menurut Oemar Hamalik, motivasi adalah suatu perubahan energi dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afeksi dan reaksi untuk mencapai tujuan.7 Dari definisi ini dapat diartikan bahwa motivasi adalah sebab-sebab yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan suatu aktivitas atau perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Adapun pengertian motivasi menurut sebagian pakar pendidikan adalah sebagai berikut:

a. Menurut James O. Whittaker, motivasi adalah kondisikondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk

6

H. Nashar, Peranan Motivasi dan kemampuan Awal , h. 13 7

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Dan Mengajar, h. 186


(18)

untuk bertikah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut.8

b. Menurut Guthrie motivasi hanya menimbulkan variasi respon pada individu, dan bila dihubungkan dengan hasil belajar, motivasi tersebut bukan instrumental dalam belajar.9

c. Fremount E. Kast dan James E. Roseinzweig memberi pengertian bahwa motivasi adalah dorongan yang datang dari dalam diri seseorang untuk melakukan tindakan tertentu.10

d. Menurut Wood Worth dan Marques motif adalah suatu tujuan jiwa yang menorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dan tujuan tertentu terhadap situasi sekitarnya.11

Sedangkan menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang di tandai dengan munculnya ”feeling” dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting:

1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi didalam sistem ”neurophysiological” yang ada pada organisme manusia karena menyangkut perubahan energy manusia (walaupun motivasi itu muncul dalam diri manusia) penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

2. Motivasi ditandai dengan munculnya ”rasa”/”feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi

8

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, h. 205

9

Ibid h. 206 10

Djali, Psikologi Pendidikan, h. 106 11


(19)

memang muncul dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/ terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai suatu yang kompleks. Motivasi akan mengakibatkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan kebutuhan atau keinginan.12

Ada baiknya bila pembahasan dilanjutkan kepada hal yang berkenaan dengan kebutuhan. Maslow membagi kebutuhan menjadi lima tingkat, yaitu: (a) kebutuhaan fisiologis, (b) kebutuhan rasa aman, (c) kebutuhan sosial, (d) kebutuhan akan penghargaan diri, (e) kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis berkenaan dengan kebutuhan pokok manusia seperti sandang, pangan, dan perumahan. Kebutuhan akan rasa aman berkenaan dengan rasa aman yang besifat fisik dan fisiologis. Sebagai ilustrasi individu tidak boleh di ganggu secara fisik dan biarkan untuk bereaksi. Kebutuhan sosial berkenaan dengan perwujudan berupa di terima oleh orang yang lain, jati diri yang khas, berkesempatan maju, merasa di ikutsertakan, dan pemilikan harga diri. Sebagai ilustrasi, individu diperbolehkan menumbuhkan jati dirinya dan dia diorangkan oleh masyarakat. Kebutuhan untuk aktualisasi diri berkenaan dengan kebutuhan individu untuk menjadi sesuatu yang sesuai dengan kemampuannya. Sebagai ilustrasi seorang anak desa boleh menjadi seorang prajurit, berpangkat jendral, dan menjadi kepala negara, karena dia mempu dan diberi peluang.13

Kelima macam motif itu tersusun dari yang paling rendah sampai dengan yang paling tinggi. Menurut Maslow, pada umumnya motif yang lebih tinggi akan muncul apabila motif dibawahnya telah terpenuhi. Meskipun demikian tidak mustahil terjadi pengecualian, bahwa motif yang lebih tinggi muncul meskipun motif dibawahnya belum terpenuhi. Juga pada individu-individu tertentu mungkin

12

Sardiman, Intraksi dan Motivasi Belajar mengajar, h. 74 13


(20)

saja terjadi bahwa perkembangannya hanya pada tahap tertentu saja. Misalnya dalam situasi tertentu individu hanya memiliki motif fisiologis, motif-motif lainnya tidak sempat berkembang.dalam situasi lain perkembangan motif ini hanya sampai pada motif kasih sayang. Maslow lebih jauh menjelaskan bahwa motif pertama sampai keempat bersifat menghilangkan kekurangan, oleh karena itu disebut motif menghilangkan (deprivation motivation). Untuk keempat motif pertama ini Maslow menggunakan istilah kebutuhan atau need. Motif kelima yaitu aktualisasi diri bersifat mengembangkan, oleh karena itu disebut motif pengembangan, pertumbuhan atau motif hidup.

Motif tertinggi ini baru akan muncul apa bila keempat motif di bawahnya telah terpenuhi. Seorang yang telah mencapai tahap aktualisasi diri, atau orang yang telah dirinya teraktualisasi memiliki pribadi yang utuh, sehat, seimbang dan matang. Ia memiliki pandangan yang obyektif, baik terhadap dirinya maupun terhadap orang lain, orientasi yang sehat, yaitu bertolak dari kemampuan dan kecakapan yang secara nyata dimiliki, biasanya bertanggung jawab terhadap gagasan, rencana dan perbuatan yang di lakukannya.14

Ahli lain, Mc. Cleland berpendapat bahwa setiap orang memiliki tiga jenis kebutuhan dasar, yaitu: (a) kebutuhan akan kekuasaan, (b) kebutuhan untuk berafiliasi, dan (c) kebutuhan berprestasi. Kebutuhan akan kekuasaan terwujud dalam keinginan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan berafiliasi tercermin dalam terwujudnya situasi yang bersahabat dengan orang lain. Sebagai ilustrasi, seorang siswa SMP menghimpun rekan bermain tenis meja tanpa membedakan asal sekolah. Kebutuhan berprestasi terwujud dalam keberhasilan melakukan tugastugas yang dibebankan. Sebagai ilustrasi, seorang siswa memimpin regunya untuk memenangkan pertandingan bola voli menghadapi sekolah lain.15

14

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, h. 69 15


(21)

2. Macam-macam Motivasi

Berbicara tentang macam atau jenis motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi.

a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya. 1) Motif bawaan (Biogenetis)

Yang di maksud dengan motif bawaan adalah motif yang di bawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya: dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, untuk beristirahat, dorongan seksual. Motif-motif ini seringkali disebut motif-motif yang disyaratkan. Relevan dengan ini, maka Arden N. Frandsen memberi istilah jenis motif pyiological drives.

2) Motif yang dipelajari (Sosiogenetis)

Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Motifmotif ini seringkali disebut motif-motif yang diisyaratkan secara sosial, sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia yang lain, sehingga motivasi itu terbentuk. Frandsen mengistilahkan dengan affiliative needs, sebab justru dengan kemampuan berhubungan kerjasama di dalam masyarakat tercapailah suatu kepuasan diri. Sehingga manusia perlu mengembangkan sifat-sifat ramah, kooperatif, membina hubungan baik dengan sesama, apalagi orang tua dan guru. Dalam kegiatan belajar-mengajar, hal ini dapat membantu dalam usaha mencapai prestasi.16

3) Motif keTuhanan (Teogenetis)

Manusia adalah makhluk yang berketuhanan dan selalu ingin dekat dengan Tuhannya.Maksud dari dimensi Ketuhanan yaitu, bahwa sumber dan tujuan peradaban dunia adalah Ketuhanan17. Disisi lain tujuan Ketuhanan dan peradaban dunia tersonifikasi dari harapan terhadap keridhaan Allah, mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-perintah-Nya. Setiap muslim harus menjadi hamba yang ikhlas

16

Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, h. 86 17


(22)

dan ridha kepada Allah SWT. Sehingga dia akan beruntung dengan balasan-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Artinya

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Q. S. Al-Imran : 110).18

Allah juga berfirman,

“Katakanlah : sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi_nya.Dan itulah yang diperintahkan kepadaku.Dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah.”(Al-An’am :162-163)19

Untuk itu, tidaklah heran jika kita mendapatkan motif agama dan tujuan ketuhanan menjadi penggerak serta pemandu asasi bagi peradaban dunia. Al-Qur’an telah mengajarkan dua hal fundamental :

1. Membaca. Membaca adalah kunci ilmu. Sedangkan ilmu adalah fondasi pertama peradaban.

2. Membaca harus disertai dengan nama Allah. Karena, Dialah pencipta alam dan manusia, serta pendidik dan guru yang mengajarkan hal yang belum diketahui oleh manusia. Agar mereka memulai seluruh aktivitas dengan

18

Rauf, Abdur, Al-Qur’an Terjemah, h. 65 19


(23)

nama Allah. Setiap perkara yang tidak dimulai dengan nama Allah menjadi sia-sia.

Ulama menegaskan bahwa wahyu dan akal adalah dua alat petunjuk untuk mencapai kebenaran. Dalam buku yang berjudul “Adz-Dzari’ah Ila Makarim Asy -Syari’ah,” Ar-Raghib Al-Ashfahani menulis, “ Dalam ciptaan-Nya, Allah mempunyai dua utusan: pertama: Internal yaitu akal; kedua: Eksternal, yaitu Nabi. Tidak ada seorang pun yang berhak mengambil utusan internal tetapi meninggalkan utusan Eksternal.Utusan internal bisa mengetahui kebenaran utusan eksternal.

b. Motivasi dilihat dari sifatnya. 1) Motivasi Intrinsik

Yang di makud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu di rangsang dari luar karena dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.20 Menurut Alisuf Sabri dalam bukunya ”Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional” motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yantg erat hubungannya dengan tujuan belajar.21Definisi tersebut menunjukkan bahwa motivasi intrinsik tersebut timbul karena dalam diri seseorang telah ada dorongan untuk melakukan sesuatu, misalnya keinginan untuk mengetahui, keinginan untuk mendapatkan keterampilan tertentu, keinginan untuk memperoleh pengetahuan dan lain-lain. Dalam hal ini pujian, hadiah, hukuman dan sejenisnya tidak diperlukan oleh siswa karena siswa belajar bukan untuk mendapatkan pujian atau hadiah dan bukan juga karena takut hukuman.

20

Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, h. 35 21


(24)

2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi yang datangnya dari luar diri individu, atau motivasi ini tidak ada kaitannya dengan tujuan belajar, seperti belajar karena takut kepada guru, atau karena ingin lulus, karena ingin memperoleh nilai tinggi yang semuanya itu tidak berkaitan langsung dengan tujuan belajar yang dilaksanakan.22

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.23

Definisi tersebut menunjukkan bahwa motivasi ekstrinsik itu adalah merupakan motivasi yang timbul karena adanya dorongan dari luar individu yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar, jadi seorang siswa akan belajar jika ada dorongan dari luar seperti ingin mendapatkan nilai yang baik, hadiah dan lain-lain dan bukan karena semata-mata ingin mengetahui sesuatu. Motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik, keduaduanya dapat menjadi dorongan untuk belajar. Namun tentunya agar aktifitas dalam belajarnya memberi kepuasan atau ganjaran di akhir kegiatan belajarnya maka sebaiknya motivasi yang mendorong siswa untuk belajar adalah motivasi intrinsik. Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun eksternal akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses pembelajaran materi-materi pelajaran baik di sekolah maupun di rumah.

Dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, umpamanya member pengaruh lebih kuat dan relatif lebih langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orang tua dan guru.24

22

Alisuf Sabri. Ibid., h. 85 23

Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., h. 37 24


(25)

3. Fungsi Motivasi

Dengan mantapnya di siang bolong, si abang becak mendayung becak untuk mengangkut penumpangnya, demi mencari makan untuk anak dan istrinya. Dengan teguhnya anggota ABRI itu melintasi sungai dengan meniti tambang. Berjam-jam tanpa mengenal lelah para pemain sepak bola itu berlatih untuk menghadapi babak kualifikasi pra-piala dunia. Para pelajar mengurung dirinya dalam kamar untuk belajar, karena akan menghadapi ujian pada pagi harinya. Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pihak itu sebenarnya dilatar belakangi oleh sesuatu atau yang secara umum dinamakan motivasi. Motivasi inilah yang mendorong mereka untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Begitu juga untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi.

Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan semakin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Perlu ditegaskan, bahwa motivasi bertalian dengan suatu tujuan. Sepeti di singgung di atas, bahwa walaupun di siang bolong si abang becak itu juga menarik becaknya karena bertujuan untuk mendapatkan uang guna menghidupi anak dan istrinya. Juga para pemain sepak bola rajin berlatih tanpa mengenal lelah, karena mengharapkan akan mendapatkan kemenangan dalam pertandingan yang akan dilakukannya. Dengan demikian, motivasi mempengaruhi adanya kegiatan.

Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi:

a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak di capai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.25

c) Menyeleksi perbuatan perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan yang serasi, guna mencapai tujuan, dengan menyampingkan perbuatan-perbuatan yang tidak

25


(26)

bermanfaat bagi tujuan itu. Seseorang benar- benar ingin mencapai gelarnya sebagai sarjana, tidak akan mengahambur-hamburkan waktunya dengan berfoya-foya/ bermain kartu, sebab perbuatan itu tidak cocok dengan tujuan.26

d) Di samping itu ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain dengan adanya usaha yang tekun dan terutama di dasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.27

4. Peranan Motivasi Dalam belajar

Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain:

a. Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar b. Memperjelas tujuan belajar yang hendak di capai

c. Menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar d. Menentukan ketekunan belajar.

1) Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yangmemerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah di laluinya. Sebagai contoh, seorang anak akan memecahkan materi matematika dengan bantuan tabel logaritma. Tanpa bantuan

26

Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan, h. 81 27


(27)

tabel tersebut , anak itu tidak dapat menyelesaikan tugas matematika. Dalam kaitan itu anak berusaha mencari buku tabel matematika. Upaya untuk mencari tabel matematika merupakan peran motivasi yang dapat menimbulkan motivasi belajar. Peristiwa di atas dapat dipahami bahwa sesuatu dapat menjadi penguat belajar untuk seseorang, apabila dia sedang benarbenar mempunyai motivasi untuk belajar sesuatu. Dengan kata lain, motivasi dapat menentukan hal-hal apa di lingkungan anak yang dapat memperkuat perbuatan belajar. Untuk seorang guru perlu memahami suasana itu, agar dia dapat membantu siswanya dalam memilih faktor-faktor atau keadaan yang ada dalam lingkungan siswa sebagai bahan penguat belajar. Hal itu tidaklah cukup dengan hanya memberitahukan sumber-sumber yang harus dipelajari, melainkan yang lebih penting adalah mengaitkan isi pelajaran dengan perangkat apapun yang berada paling dekat dengan siswa di lingkungannya.

2) Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar

Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau di nikmati manfaatnya bagi anak. Sebagai contoh, anak akan termotivasi belajar elektronik karena tujuan belajar elektronik itu dapat melahirkan kemampuan anak dalam bidang elektronik. Dalam suatu kesempatan misalnya, anak tersebut di minta membetulkan radio yang rusak, dan berkat pengalamannya dari bidang elektronik, maka radio tersebut menjadi baik setelah di perbaikinya. Dari pengalaman itu anak makin hari makin termotivasi untuk belajar, karena sedikit anak sudah mengetahui makna dari belajar itu.

3) Peran motivasi dalam menentukan ketekunan belajar

Seseorang yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan


(28)

memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya, apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak lama belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.28

5. Bentuk Motivasi Di Sekolah

Di dalam kegiatan belajar-mengajar peranan motivasi baik intrinsic maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam, tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan kadang-kadang juga bisa kurang sesuai. Hal ini guru harus hati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik. Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak menguntungkan perkembangan belajar siswa. Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah:

a. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/ nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang di kejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada juga, bahkan banyak siswa bekerja atau belajar hanya ingin mengejar pokoknya naik kelas saja. Ini menunjukkan motivasi yang dimilikinya kurang berbobot bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang menginginkan angka yang baik. Namun demikian semua itu harus di ingat oleh guru bahwa

28


(29)

pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna. Oleh karena itu, langkah selanjutnya yang di tempuh oleh guru adalah bagaimana cara memberikan angka-angka dapat dikaitkan dengan values yang terkandung dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada siswa sehingga tidak sekedar kognitif saja tetapi juga keterampilan dan afeksinya.

b. Hadiah

Hadiah juga dapat dikaitkan dengan motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi seorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar.

c. Saingan/ kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan ini banyak dimanfaatkan di dalam dunia industri atau perdagangan, tetapi juga sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa.

d. Ego-involvemen

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras\ dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang sangat penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri,


(30)

begitu juga untuk siswa si subjek belajar. Para siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.

e. Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus di ingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru juga terbuka, maksudnya kalau akan ulangan harus diberitahukan kepada siswanya.

f. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.

g. Pujian

Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.

h. Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.


(31)

i. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.

j. Minat

Di depan sudah diuraikan bahwa soal motivasi sangat erat hubungannya dengan unsur minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:

1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan

2) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau 3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik 4) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar29

k. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan di terima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus di capai, karena di rasa sangat berguna dan menguntungkan, sehingga akan menimbulkan gairahuntuk terus belajar. Tujuan pengajaran yang akan di capai sebaiknya guru beritahukan kepada anak didik, sehingga anak didik dapat memberikan alternatif tentang pilihan tingkah laku yang mana yang harus di ambil guna menunjang tercapainya rumusan tujuan pengajaran. Anak didik berusaha mendengarkan penjelasan guru atau tugas yang akan diselesaikan oleh anak didik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perilaku anak didik jelas dan terarah tanpa

ada penyimpangan yang berarti.30

29


(32)

B. Strategi Belajar

1. Pengertian Strategi

Secara harfiah, kata “strategi” dapat diartikan sebagai seni (art) melaksanakan stratagem yakni siasat atau rencana, sedangkan menurut Reber, mendefinisikan strategi sebagai rencana tindakan yang terdiri atas seperangkat langkah untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan.

Dalam perspektif psikologi, kata strategi yang berasal dari bahasa Yunani itu, berarti rencana tindakan yang terdiri atas seperangkat langkah untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan (Reber,1988). Seorang56 pakar psikologi pendidikan Australia, Miechael J. Lawson (1991) mengartikan strategi sebagai prosedur mental yang berbentuk tatanan langkah yang menggunakan upaya ranah cipta untuk mencapai tujuan tertentu.31

Menurut Drs. Syaiful Bahri Djamarah, strategi merupakan sebuah cara atau sebuah metode, sedangkan secara umum strategi memiliki pengertian suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.32 Secara umum strategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sesuatu yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar-mengajar, strategi bisa diartikan

sebagai pola umum kegiatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

Istilah strategi mula-mula dipakai di kalangan militer dan diartikan sebagai seni dalam merancang (operasi) peperangan, terutama yang erat kaitannya dengan gerakan pasukan dan navigasi ke dalam posisi perang yang di pandang paling menguntungkan untuk memperoleh kemenangan.

Penetapan strategi tersebut harus didahului oleh analisis kekuatan musuh yang meliputi jumlah, personal, kekuatan persenjataan, kondisi lapangan, posisi musuh, dan sebagainya. Dalam perwujudannya, strategi itu akan dikembangkan

30

Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., h. 134 31

Muhibbin Syah, M.Ed, op. cit., h. 214 32


(33)

dan dijabarkan lebih lanjut menjadi tindakan-tindakan nyata dalam medan pertempuran.33

2. Strategi Dasar Belajar Mengajar

Menurut Newman dan Logan, stategi dasar arti setiap usaha meliputi empat masalah yaitu:

a. Pengidentifikasian dan penetapan spesifikasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha tersebut, dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang memerlukannya.

b. Pertimbangan dan pemilihan pendekatan utama yang ampuh untuk mencapai sasaran. Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai akhir.

c. Pertimbangan dan penetapan tolak ukur dan ukuran buku yang akan digunakan untuk menilai keberhasilan usaha yang dilakukan.

Kalau diterapkan dalam konteks pendidikan, keempat strategi dasar tersebut bisa diterjemahkan menjadi:

a. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian peserta didik sebagaimana yang diharapkan.

b. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.

c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para guru dalam kegiatan mengajarnya. d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau criteria

dan standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar, yang selanjutnya menjadi umpan balik bagi penyempurnaan sistem intruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.34

33

Abu Ahmadi, Drs. Joko Tri Prasetya. Strategi Belajar Mengajar, h. 11 34


(34)

3. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran

Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan. Rowntree (1974) menjelaskan dalam bukunya Wina Sanjaya “Strategi Pembelajaran

Berorientasi Standar Proses Pendidikan mengelompokkan ke dalam strategi penyampaian-penemuan atau exposition-discovery learning, strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran individu atau groups-individual learning. Dalam strategi exposition, bahan pelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Roy Killen menyebutnya dengan strategi pembelajaran langsung (directinstruction), dikatakan strategi pembelajaran langsung karena dalam strategi ini materi pelajaran disajikan begitu saja kepada siswa; siswa tidak dituntut mengolahnya kewajiban siswa adalalah menguasainya secara penuh. Dengan demikian, dalam strategi ekspositori guru berfungsi sebagai penyampai informasi. Berbeda dengan strategi discovery, dalam strategi ini bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas sehingga tugas guru lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. Karena sifatnya yang demikian strategi inisering juga dinamakan strategi pembelajaran tidak langsung. Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri. Contoh dari strategi pembelajaran ini adalah belajar melalui modul, atau belajar bahasa melalui kaset audio.

Berbeda dengan strategi pembelajaran individual, belajar kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar oleh seorang atau beberapa orang guru. Bentuk belajar kelompok bisa dalam pembelajaran kelompok besar, atau bisa juga siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Strategi kelompok tidak memperhatikan kecepatan belajar individual. Setiap individu dianggap sama. Oleh karena itu, belajar dalam kelompok siswa yang memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang mempunyai kemampuan biasa-biasa saja; sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan kurang akan merasa tergusur oleh siswa yang mempunyai kemampuan tinggi.


(35)

Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannnya, strategi pembelajaran juga dapat dibedakan antara strategi pembelajaran deduktif dan strategi pembelajaran induktif. Strategi pembelajaran deduktif adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu untuk kemudian dicari kesimpulan dan ilustrasi-ilustrasi; atau bahan pelajaran yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang abstrak, kemudian secara perlahan-perlahan menuju hal yang konkret. Strategi ini disebut juga strategi pembelajaran dari umum ke khusus. Sebaliknya dengan strategi induktif, pada strategi ini bahan yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang konkret atau contoh-contoh yang kemudian secara perlahan siswa dihadapkan pada materi yang kompleks. Strategi ini sering dinamakan strategi pembelajaran dari khusus ke umum.35

4. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran dalam Proses Pendidikan

Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip dalam bahasan ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan pembelajaran. Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan. Setiap strategi mempunyai kekhasan sendiri-sendiri. Oleh sebab itu, guru perlu memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran sebagai berikut:

a. Berorientasi pada Tujuan

Dalam sistem pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Segala aktivitas guru dan mencapai mencapai siswa, diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Inisangat penting, sebab mengajar adalah proses bertujuan. Oleh karenanya keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.

35

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama,2009), h. 1


(36)

b. Aktivitas

Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat; menghafal pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. fisik. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas psikis seperti aktivitas mental.

c. Individualitas

Belajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa. Walaupun kita mengajar pada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang ingin dicapai adalah perubahan perilaku setiap siswa.

d. Integritas

Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, akan tetapi juga meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotorik. Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepriibadian siswa secara terintegrasi. Di samping itu, BAB IV Pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.36 Sesuai dengan isi peraturan pemerintah di atas maka, ada sejumlah prinsip khusus dalam pengelolaan pembelajaran, sebagai berikut:

1) Interaktif

36


(37)

Prinsip interaktif mengandung makna bahwa mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan pengetahuan dari guru ke siswa, akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkunganyang dapat merangsang siswa untuk belajar. Dengan demikian, proses pembelajaran merupakan poses interaksi baik antara guru dan siswa, antara siswa dan siswa, maupun antara siswa dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi, memungkinkan kemampuan siswa akan b erkembang baik mental maupun intelektual.

2) Inspiratif

Proses pembelajaran adalah proses yang inspiratif yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Berbagai informasi dan proses pemecahan masalah dalam pembelajaran bukan harga mati, yang bersifat mutlak, akan tetapi hipotesis yang merangsang siswa untuk mau mencoba dan

mengujinya. Oleh karena itu, guru mesti membuka

berbagaikemungkinan yang dapat dikerjakan siswa. Biarkan siswa berbuat dan berfikir sesuai dengan inspirasinya sendiri.

3) Menyenangkan

Proses pembelajaran adalah proses yang dapat

mengembangkan seluruh potensi siswa. Dalam proses

pembelajaran guru harus mengupayakan proses pembelajaran yang menyenangkan (enjoyinglearning). Proses pembelajaran yang menyenangkan bisa dilakukan, dengan menata ruangan yang apik dan menarik, yaitu yang memenuhi unsure kesehatan, misalnya dengan pengaturan cahaya, ventilasi, dan sebagainya; serta memenuhi unsurkeindahan, melalui pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media, dan sumber belajaryang releven serta


(38)

gerakan-gerakan guru yang mampu membengkitkan motivasi belajar siswa.

4) Menantang

Proses pembelajaran adalah proses yang menantang siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan mencoba-coba. Apa pun yang diberikandan dilakukan guru harus dapat merangsang siswa untuk berfikir (learning how tolearn), dan melakukan (learning how to do).

5) Motivasi

Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin siswa memiliki kemauan untuk belajar. Oleh karena itu, membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas guru dalam setiap pembelajaran.37

5. Pelaksanaan Strategi Belajar Mengajar

Tahap-tahap pengelolaan dan pelaksanaan proses belajar mengajar dapat diperinci sebagai berikut:

a. Perencanaan, meliputi:

1) Menetapkan apa yang mau dilakukan, kapan dan bagaimana melakukannya.

2) Membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil yang maksimal melalui proses penentuan target.

3) Mengembangkan alternative-alternatif. 4) Mengumpulkan dan menganalisis informasi.

37


(39)

5) Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana dari keputusan-keputusan.

b. Pengorganisasian

1) Menyediakan fasilitas, perlengkapan, dan tenaga kerja yang diperlukan untuk menyusun kerangka yang efisien dalam melaksanakan rencana-rencana melalui suatu proses penetapan kerja yang diperlukan untuk menyelesaikannya.

2) Pengelompokan komponen kerja ke dalam struktur organisasi secara teratur.

3) Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi 4) Merumuskan dan menetapkan metode dan prosedur.

5) Memilih, mengadakan pelatihan dan pendidikan tenaga kerja serta 6) mencari sumber-sumber lain yang diperlukan.

c. Pengarahan

1) Menyusun kerangka waktu dan biaya secara terperinci. 2) Memprakarsai dan menampilkan kepemimpinan dalam 3) melaksanakan rencana dan pengambilan keputusan. 4) Mengeluarkan intruksi-intruksi yang spesifik.

5) Membimbing, memotivasi, dan melakukan supervise. d. Pengawasan

1) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan rencana

2) Melaporkan penyimpangan untuk tindakan koreksi dan merumuskan tindakan koreksi, menyusun standar-standar dan saran-saran.

3) Menilai pekerjaan dan melakukan tidakan koreksi terhadap penyimpangan-penyimpangan.38

C. GURU

1. Pengertian Guru

Kata guru berasal dalam bahasa Indonesia yang berarti orang yang mengajar. Dalam bahasa Inggris, dijumpai kata teacher yang berarti\ pengajar.

38


(40)

Selain itu terdapat kata tutor yang berarti guru pribadi yang mengajar di rumah, mengajar ekstra, memberi les tambahan pelajaran, educator, pendidik, ahli didik, lecturer, pemberi kuliah, penceramah.39

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1991, guru di artikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Tapi sesederhana inikah arti guru? Kata guru yang dalam bahasa Arab disebut Mua’allim dan dalam bahasa Inggris Teacher memang memili arti yang sederhana, yakni A person whose occupation is teaching other (Mc Leod, 1989). Artinya, guru ialah seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.40

Dalam bahasa Arab istilah yang mengacu kepada pengartian guru lebih banyak lagi seperti al-alim (jamaknya ulama) atau al-Muallim, yang berarti orang yang mengetahui dan banyak digunakan para ulama/ ahli pendidikan untuk menunjuk pada hati guru. Selain itu ada pula sebagian ulama yang menggunakan istilah al-mudarris untuk arti orang yang mengajar atau orang memberi pelajaran. Namun dibandingkan dengan kata al-mua’allim atau al-ulama dengan kata al-mudarris ternyata penggunaan kata al-mua’allim atau al-alim lebih banyak dari penggunaan kata almudarris.

Selain itu terdapat pula istilah al-muaddib yang merujuk kepada guru yang secara khusus mengajar di istana.41 Selain itu terdapat pula istilah ustadz untuk menunjuk kepada arti guru yang khusus mengajar bidang pengetahuan agama Islam. Istilah ini banyak digunakan oleh masyarakat Islam Indonesia dan di Malaysia. Sedangkan kata ustadz dalam buku-buku pendidikan Islam yang di tulis para ahli pendidikan jarang digunakan. Istilah tersebut di Mesir digunakan untuk merujuk kepada guru dalam bidang tasawuf.dan ada pula istilah tuanku yang menunjukkan pada guru atau ahli agama untuk masyarakat Minangkabau Sumatera Barat, seperti Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Cikditiro dan sebagainya.42

39

Abuddin Nata, M.A. Persepektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), h. 41

40

Muhibbin Syah, M.Ed, op. cit., h. 223 41

Abuddin Nata, M.A., op. cit., h. 42 42


(41)

2. Kepribadian Guru

Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dari guru lainnya. kepribadian sebenarnya adalah suatu masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat lewat penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam mengahapi setiap persoalan. Prof. Dr. Zakiah Daradjat (1980) mengatakan bahwa kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak (ma’nawi), sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan. Misalnya dalam tindakannya, ucapan, cara bergaul, berpakaian, dan dalam mengahapi setiap persoalan atau masalah, baik yang ringan maupun yang berat.

Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. dalam makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu, asal dilakukan secara sadar dan perbuatan yang baik sering dikatakan bahwa seorang itu mempunyai kepribadian yang baik atau berakhlak mulia. Sebaliknya, bila seseorang melakukan suatu sikap dan perbuatan yang tidak baik menurut pandangan masyarakat, maka dikatakan bahwa orang itu tidak mempunyai kepribadian yang baik atau mempunyai akhlak yang tidak mulia. Oleh karena itu, masalah kepribadian adalah suatu hal yang sangat menentukan tinggi rendahnya kewibawaan seorang guru dalam pandangan anak didik atau masyarakat. Dengan kata lain, baik tidaknya citra seseorang ditentukan oleh kepribadiannya. Lebih lagi bagi seorang guru, masalah kepribadian merupakan faktor yang menentukan terhadap keberhasilan dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik. Kepribadiandapat menentukan apakah guru menjadi pendidik dan pembina yang baik ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak, terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat remaja).43

43


(42)

3. Kedudukan Guru

Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau tarap kematangan tertentu. Dalam rangka ini guru tidak semata-mata sebagai ”pengajar” yang melakukan transfer of knowledge, tetapi juga sebagai ”pendidik” yang melakukan transfer of values dan sekaligus sebagai ”pembimbing” yang memberkan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Berkatan dengan ini, sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di dalam proses belajar-mengajar, dalam usahanya untuk mengantarkan siswa/ anak didik ketaraf yang di cita-citakan. Oleh karenanya setiap rencana kegiatan harus dapat didudukkan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan anak didik, sesuai demngan profesi dan tanggung jawabnya.44

Selain itu guru juga adalah bapak rohani (spritual father) bagi peserta didik, yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dam meluruskan perilakunya yang buruk. Oleh karena itu, pendidikan mempunyai kedudukan tinggi dalam Islam. Dalam beberapa hadis disebutkan: ”Jadilah engkau sebagai guru, atau pelajar, ataupendengan, atau pecinta, dan janganlah kamu menjadi orang yang kelima, sehingga engkau menjadi rusak.” dalam hadis Nabi SAW, yang lain: ”Tinta seorang ilmuan (yang menjadi guru) lebih berharga ketimbang darah para syuhada”. Bahkan Islam menempatkan pendidik setingkat dengan derajat seorang Rasul.

Al-Ghazali menukil beberapa hadis Nabi tentang keutamaan seorang pendidik. Ia berkesimpulan bahwa pendidik disebut sebagai orang-orang besar (griet individuals) yang aktivitasnya lebih baik dari pada ibadah setahun. Selanjutnya, al-Ghazali menukil dari perkataan para ulama yang menyatakan

44


(43)

bahwa pendidik merupakan pelita (siraj) segala zaman, orang yang hidup semasa dengannya akan memperoleh pancaran cahaya (nur) keilmiahannya. Andai kata di dunia tidak ada pendidik, niscaya manusia seperti binatang, sebab pendidikan adalah upaya mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan (baik binatang buas maupun binatang jinak) kepada sifat insaniyah dan ilahiyah.45

Guru menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia.46

4. Tugas Guru

Bila dipahami, maka tugas guru tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. Bahkan bila dirinci lebih jauh, tugas guru tidak hanya yang disebutkan. Menurut Roestiyah N.K, bahwa guru dalam mendidik anak didik bertugas untuk:

a. Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan, dan pengalaman-pengalaman.

b. Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita-cita dan dasar negara kita Pancasila.

c. Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik sesuai undangundang pendidikan yang merupakan keputusan MPR No. II Tahun 1983.

d. Sebagai perantara dalam belajar. Di dalam proses belajar guru hanya sebagai perantara/ medium, anak harus berusaha sendiri mendapatkan suatu pengertian, sehingga timbul perubahan dalam pengetahuan, tingkah laku dan sikap.

e. Guru adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik kearah kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak menurut sekehendaknya.

45

Abdul Mujib, op. cit., h. 87 46


(44)

f. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. Anak nantinya akan hidup dan bekerja, serta mengabdikan diri dalam masyarakat, dengan demikian anak harus dilatih dan dibiasakan di sekolah di bawah pengawasan guru.

g. Sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh dalam segala hal, tata tertib berjalan bila guru dapat menjalani lebih dahulu.

h. Guru sebagai administrator dan manajer. Di samping pendidik, seorang guru harus dapat mengerjakan urusan tata usaha seperti membuat buku kas, daftar induk, rapor, daftar gaji dan sebagainya, serta dapat mengkoordinasi segala pekerjaan di sekolah secara demokratis, sehingga suasana pekerjaan penuh dengan rasa kekeluargaan.

i. Pekerjaan guru sebagi suatu profesi. Orang yang menjadi guru karena terpaksa tidak dapat bekerja dengan baik, maka harus menyadari benar-benar pekerjaannya sebagai suatu profesi.

j. Guru sebagai perencana kurikulum. Guru menghadapi anak-anak setiap hari, gurulah yang paling tahu kebutuhan anak-anak dan masyarakat sekitar, maka dalam penyusunan kurikulum, kebutuhan ini tidak boleh ditinggalkan.

k. Guru sebagai pemimpin. Guru mempunyai kesempatan dan tanggung jawab dalam banyak situasi untuk membimbing anak kearah pemecahan soal, membentuk keputusan, dan menghadapkan anak-anak pada problem.

l. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.Guru harus turut aktif dalam segala aktifitas anak, misalnya dalam ekstrakurikuler membentuk kelompok belajar dan sebagainya. Dengan meneliti poin-poin tersebut, tahulah bahwa tugas guru tidak ringan. Profesi guru harus berdasarkan panggilan jiwa, sehingga dapat menunaikan tugas dengan baik, dan ikhlas. Guru harus mendapatkan haknya secara proporsional dengan gaji yang patut diperjaungkan melebihi


(45)

profesi-profesi lainnya, sehingga keinginan peningkatan kompetensi guru dan kualitas belajar anak didik bukan hanya sebuah slogan di atas kertas.47

5. Peran Guru

Masih ada sementara orang yang berpandangan, bahwa peranan guru hanya mendidik dan mengajar saja. Mereka itu tak mengerti, bahwa mengajar itu adalah mendidik juga. Dan mereka sudah mengalami kekeliruan besar dengan mengatakan bahwa tugas hanya satu-satu bagi setiap guru.48

Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan yang lain, sejak lahir, bahkan pada saat meninggal. Semua itu menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian halnya peserta didik; ketika orang tua mendaptarkan anaknya kesekolah pada saat itu pula ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya berkembangsecara optimal.

Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual, karena antara satu peserta didik dengan yang lain memilikiperbedaan yang sangat mendasar. Mungkin di antara kita masih ingat, ketika masih duduk di kelas I SD, gurulah yang pertama kali membantu memegang pensil untuk menulis, ia memegang satu demi satu tangan peserta didik dan membantunya untuk dapat memegang pensil dengan benar. Guru pula yang memberi dorongan agar peserta didik berani berbuat benar, dan membiasakan mereka untuk bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya. Guru juga bertindak bagai pembantu ketika ada peserta didik yang buang air kecil, atau muntah di kelas, bahkan ketika ada yang buang air besar di celana. Gurulah yang menggendong peserta didik ketika jatuh atau berkelahi

47

Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., h. 37 48


(46)

dengan temannya, menjadi perawat, dan lain-lain yang menuntut kesabaran, kreatifitas dan profesionalisme.

Memahami uraian diatas, betapa besar jasa guru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Mereka memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia, serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara dan bangsa.49 Banyak peran yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Semua peranan yang diharapkan dari guru seperti diuraikan di bawah ini.

a. Korektor

Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betulbetul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini mungkin telah anak didik miliki dan mungkin pula telah mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah. Latar belakang kehidupan anak didik yang berbeda-beda sesuai dengan sosio-kultural masyarakat di mana anak didik tinggal akan mewarnai kehidupannya. Bila guru membiarkannya, berarti guru telah mengabaikan peranannya sebagai korektor, yang menilai dan mengoreksi semua sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didik. Koreksi yang harus guru lakukan terhadap sikap dan sifat anak didik tidak hanya di sekolah, tetapi di luar sekolahpun harus dilakukan. Sebab tidak jarang di luar sekolah anak didik justru lebih banyak melakkukan pelanggaran terhadap norma-norma susila, moral, sosial, dan agama yang hidup di masyarakat. Lepas dari pengawasan guru dan kurangnya pengertai anak didik terhadap perbeadaan nilai kehidupan menyebabkan anak didik mudah larut di dalamnya.

49


(47)

b. Inspirator

Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak harus bertolah dari sejumlah teori-teori belajar, dari pengalamanpun bisa dijadikan petunjuk sebagaimana cara belajar yang baik. Yang penting bukan teorinya, tapi bagaimana melepaskan masalah yang di hadapi oleh anak didik.

c. Informator

Sebagai informator, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik. Untuk menjadi informator yang baik dan efektif, penguasaan bahasalah sebagai kuncinya, di topang dengan penguasaan bahan yang akan diberikan pada anak didik. Informator yang baik adalah guru yang sangat mengerti apa kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk didik.

d. Organisator

Sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kelender akademik, dan sebagainya. Semuanya diorganisasikan sehingga dapat mencapai efektivitas dan efesiensi dalam belajar pada diri anak didik.

e. Motivator

Sebagai motivator, guru hendaklah dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatar belakangi anak didik malas belajar


(48)

dan menurun prestasinya di sekolah. Setaip saat guru harus bertindak sebagai motivator, karena dalam intraksi, edukatif tidak mustahil ada di antara anak didik yang malas belajar dan sebagainya. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan anak didik.

Penganekaragaman cara belajar memberiakan penguatan dan sebagainya. Juga dapat memberikan motivasi pada anak didik untuk lebih bergairah dalam belajar. Peran guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi edukatif, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance dalampersonalisasi dan sosialisasi diri.

f. Inisiator

Dalam peranannya sebagai inisiator, guru harus menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dalam pengajaran. Proses interaksi edukatif yang ada sekarang harus di perbaiki sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan. kompetensi guru harus di perbaiki, keterampilan penggunaan media pendidikan dan pengajaran di perbarui sesuai dengan kemajuan media komunikasi dan informasi abad ini. Guru harus menjadikan dunia pendidikan, khususnya interaksi edukatif agar lebih baik dari dulu. Bukan mengikuti terus tanpa mencetuskan ide-ide inovasi bagi kemajuan pendidikan dan pengajaran.

g. Fasilitator

Sebagai fasilitator, guru hendaknya menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana kelas yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang kurang tersedia, menyebabkan anak didik malas belajar. Oleh karena itu menjadi tugas guru bagaimana menyediakan fasilitas, sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik.


(49)

h. Pembimbing

Peranan guru yang tidak kalah pentingnya dari semua peran yang telah disebutkan di atas, adalah sebagai pembimbing. Peranan ini harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menajdi manusia dewasa susila yang cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya. Kekurang mampuan anak didik menyebabkan lebih banyak tergantung pada bantuan guru. Tetapi semakin dewasa, ketergantungan anak didik semakin berkurang. Jadi, bagaimanapun juga bimbingan dari guru sangatlah diperlukan pada saat anak didik belum mampu berdiri sendiri (mandiri).50

i. Demonstrator

Dalam intraksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat anak didik pahami. Apalagi anak didik yang memiliki integensi yang sedang. Untuk bahan pelajaran yang sukar dipahami anak didik guru harus berusaha dengan membantunya, dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis, sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman anak didik, tidak terjadi kesalahan pengertian antara guru dan anak didik. Tujuan pengajaranpun dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

j. Pengelola Kelas

Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang di kelola dengan baik akan menunjang jalannya intraksi edukatif. Sebaliknya, kelas yang tidak di kelola dengan baik akan mengahambat kegiatan pengajaran. Anak didik tidak mustahil akan merasa bosan untuk tinggal lebih lama di kelas. Hal ini akan berakibat mengganggu jalannya proses

50


(50)

intraksi edukatif. Kelas yang terlalu padat dengan anak didik, pertukaran udara kurang, penuh kegaduhan, lebih banyak tidak menguntungkan bagi terlaksananya intraksi edukatif yang optimal. Hal ini tidak sejalan dengan tujuan umum dari pengelolaan kelas., yaitu menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik dan optimal. Jadi, maksud dari pengelolaan kelas adalah agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya.

k. Mediator

Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik media non-material maupun materil. Media berfungsi sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan proses intraksi edukatif. Keterampilan menggunakan semua media itu diharapkan dari guru yang disesuaikan dengan pencapaian tujuan pengajaran. Sebagai mediator, guru dapat diartikan sebagai penengah dalam proses belajar anak didik dalam diskusi, guru dapat berperan sebagai penengah, sebagai pengatur lalu lintas jalannya diskusi. Kemacetan jalannya diskusi akibat anak didik kurang mampu mencari jalan keluar dari pemecahan masalahnya, dapat guru tengahi, bagaimana menganalisis permasalahan agar dapat diselesaikan. Guru sebagai mediator dapat juga diartikan penyedia media.

l. Supervisor

Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran teknikteknik supervisi harus guru kusai dengan baik agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajara menjadi lebih baik. Untuk itu kelebihan yang dimiliki supervisor bukan hanya karena posisi atau kedudukan yang di tempatinya, akan tetapi juga karena pengalamannya, pendidikannya, kecakapannya atau keterampilan-keterampilan yang dimilikinya, atau


(1)

t / I

I

9 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Dan Mengaiar, hal: 186

9 8

l 0 Wasty Soemanto, P sikologi P endidikan Landasan Kerj a P emimpin P endidikan,

Jakarta: Rineka Cipta, hal:205

1 0 8

1 1 Wasty Soemanto, P sikologi Pendidikan Landasan Kerj a P emimpin P endidikan, Jakarta: Rineka Cipta, hal:206

1 1 8

T2 Diali, Psikolosi Pendidikan, hal: 106 12 8

13 Mustaqim dan Abdul Wahid, Psikologi Pendidikan., Jakarta: Rineka Cipta, hal :72

1 3 9

t 4 Sardiman, Intraksi dan Motivasi Belaiar mengajar, hal:74

1 4 9

1 5 Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, hal: 8 1

1 5 1 0

16 Nana Syaodih Sukma dinata, Landas an Psikologi Proses Pendidikan, hal: 69

t 6 11

t 7 Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, hat 8 1

t 7 1 l

1 8 Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, hal 86

1 8

t2

t 9 H. Nashar, Peranan Motivasi dan kemampuan Awal, hal:22

T9

t2

20 Sardiman, Intraksi dan Motivasi Belaiar mengaiar, hal: 87

20 1 3

2 l Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, hal: 35

21 1 3

22 Alisuf Sabri. P sikologi P endidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional. hal: 85

22 I 4

^ a

Z J Alisuf Sabri. P sikologi P endidikan

Berdasarkan Kurikulum Nasional. hal: 85

Z J I 4

24 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, hal: 37

24 t 4

25 Muhibbin Syuh, M.Ed, Psikologi

Pendidikan dengan Pendekatan Baru. hlm: 137

25 1 5

26 Sardiman, Intral$i dan Motivasi Belaiar mengaiar, hal: 84

26 t 6

27 Ngalim Purwanto. Psikologi P endidikan, hal: 81

27 1 6

28 Sardiman, Intraksi dan Motivasi Belaiar mengaiar, hal: 85

28 T6

h,


(2)

lI/

t I

Pensukurannva, hal:.27

3 0 Sardiman, Intralrsi dan Motivasi Belajar mengaiar, hal: 91

3 0 21

31 Syaiful Bahri Djamarah. Psikologi Belajar, hal:134

3 1 22

) z Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi

Pendidikan dengan Pendekatan Baru. hlm: 2 1 4

) z 22

a a

J J Syaiful Bahri Djamaroh, Aswan Zain.

Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka cipta.2002) hlm. 5

J J a aZ J

3 4 Abu Ahmadi, Drs. Joko Tri Prasetya. Strategi Belaiar Mengaiar, hal: 11

34 23

35 Abu Ahmadi, Drs. Joko Tri Prasetya. Stratesi Belaiar Mengaiar, haI: t2

3 5 24

3 6 Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belaj ar Mengaj ar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama,2009), hlm. 1

3 6 25

3 t Wina Sanjaya. Strate gi P embelaj aran

Berrientasi Standar Pro s es P endidikan. HaI:129

27

3 8 Wina Sanj aya. Strate gi P embelaj aran Berrientasi Standar Proses P endidiknn. H a l : 1 3 1

3 8 29

3 9 Abu Ahmadi, Drs. Joko Tri Prasetya. Stratesi Belaiar Mengaiar, hal 32

3 9 3 0

40 Abuddin Nata, M.A. PersepeHif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid. Jakarta: PT Raia Grafindo Persada), hal: 4l

40 3 0

4 1 Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi

Pendidikan dengan Pendekatan Baru. hlm: z z J

4 I 3 0

42 Abuddin Nata, M.A. Persepektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), hal: 42

42 31

43 Abuddin Nata, M.A. P er s epektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), hal: 42

43 3 1

44 Syaiful Bahri Djamarah. Guru Dan Anak Didik dalam intraksi edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta), hal: 39


(3)

F

I

I

45 Sardiman, Intraksi dan Motivasi Belaiar mengaiar, haI:I25

45 a a

J J

\

46 Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir.Ilmu Pendidikan Islam. hal: 87

46 a a

J J

47 Syaiful Bahri Djamarah. Guru Dan Anak Didik dalam intraksi edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta), hal: 31

47 3 4

4 8 Syaiful Bahri Djamarah. Guru Dan Anak Didik dalam intraksi edukatif (Jakarta: PT. Rineka Cipta), hal 37

4 8 3 5

49 Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar, hal:123

49 3 6

5 0 Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, hal: 3 5

50 3 7

5 1 Syaiful Bahri Djamarah. Guru Dan Anak Didik dalam intraksi edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta), hal:43

5 1 4 1

52 Syaiful Bahri Djamarah. Guru Dan Anak Didik dalam intraksi edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta), hal:46

52 42

-La.

BA

METODE I

B III

,ENELITIAN

53 Nana Syaodih Sukmadinata. 2007. Metode P enelitian P endidikan (Rosdakarva: Bandune) hlm: 60

5 3 43

\

54 Lexy. Moleong, M.A, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 1991). hlm. 112

54 44

5 5 Sumardi Suryabrata. 1 998. Metodologi Penelitian. (Raja Grafindo: Jakarta) hlm: 84

5 5 44

5 6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) hlm. 1 56-1 57.

5 6 45

5 7 Lexy. Moleong, M.A, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karva. 1991). hlm 135

5 7 45

5 8 Suharsimi Arikunto, Pros edur P enelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Ciota. 2006) hlm 188

5 8 45

5 9 M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif; Komunikasi, Ekonomi, Dan Kebijakan Publik Serta llmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet-5, hlm. 123

5 9 46


(4)

i-60 Mattheu Milles dkk.I992. Analisis Data Kualitatif, (UI Press: Jakarta ) hlm 15

60 4 8

6 l Nasution, Metode Res earch (Bandung: Jemmars, 1991), hlm. 57

6 I 49

62 Lexy. Moleong, M.A, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,1991), hlm 178

62 49

63 Lexy. Moleong, M.A, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya.1991), hlm 181

63 49

64 Lexy. Moleong, M.A, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1991), hlm22l

64 5 0

*t>

BAB IV

65 Hasil wawancara dengan Kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Jakarta bapak Drs. Rojali, M. Pd. Pada tanggal 01 November 2013

65 60

\

66 Hasil wawmrcara dengan bapak Drs. Moch. Salim, guru al-qur'an hadits Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2lakartapada tanggal 01 November 2013

66 6 l

67 Hasil wawancara dengan bapak Drs. Moch. Salim, guru al-qur'an hadits Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Jakartapada tanggal 0 1 Novemb er 2013

67 63

6 8 Hasil wawancara dengan siswa kelas XI IPA, Ali Zaenal Abidin pada tanggal 04 November 2013

6 8 63

69 Hasil wawancara dengan siswa kelas XI IPA, Azzan Pasha padatanggal}4 November 2013

69 63

70 Hasil wawancara dengan Kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Jakartabapak Drs. Rojali, M. Pd. Pada tanggal 01 November

20r3

70 64

7 1 Hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 31 November 2013 pukul

06.30-0 8 . 1

s

7L 65

72 Hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 07 Novemb er 2013 pukul

06.30-0 8 . 1

s

72 66


(5)

r

) .

Jakarta, t2Mwet20t4

Dosen Pembimbing

*\/

Drs. Abdul Haris. M.Ae

NIP.: 19660901. 199503.1.001

4 a

I J Hasil observasi yang dilakukan pada

tanggal 14 November 2013 pukul 06.30-0 8 . 1 5

n a

t ) 67

\ ,

74 Hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 21 November 2013 pukul 06.30-0 8 . 1 5


(6)

t '

i

, , i

-SURAT KETERANGAN

Nomor : Ma. 09. 02.21PP.00.61293 12014

Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Jakarta Timur, dengan ini menerangkan bahwa:

KEMENTERIAN AGAMA

MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 2

KOTA JAKARTA TIMUR

Jl. Penganten AliNo. I 12 Ciracas Jakarta Tirnur Telp/Fax. (021) 8408979 Ilebs ite : www. ntan2i akar ta.s ch. id email ; man2i akarta@kemenag' go' id

: Dicky Hermawan . ' : S l

: 1 0 9 0 1 1 0 0 0 2 9 4 : Pendidikan Agama Islam : UIN Syarif Hidayatullah Nama

Strata NIM Jurusan Universitas

Adalah benar telah melaksanakan penelitian pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Jakarta dalam rangka penyelesaian Skripsi dengan judul "strategi Guru Al-Quroan Hadits Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas XI IPA di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Jakarta", pada tanggal 01 November 2013.

Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.


Dokumen yang terkait

STRATEGI GURU AL-QUR’AN HADITS DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA KELAS XI IPA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 2 JAKARTA

0 4 106

Motivasi berprestasi dikalangan siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) V Cilincing Jakarta Utara

0 12 36

STRATEGI PEMBELAJARAN GURU AL-QUR’AN HADITS DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI TRENGGALEK - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 6

STRATEGI PEMBELAJARAN GURU AL-QUR’AN HADITS DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI TRENGGALEK - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 6

STRATEGI PEMBELAJARAN GURU AL-QUR’AN HADITS DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI TRENGGALEK - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 5

STRATEGI PEMBELAJARAN GURU AL-QUR’AN HADITS DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI TRENGGALEK - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 18

STRATEGI PEMBELAJARAN GURU AL-QUR’AN HADITS DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI TRENGGALEK - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 51

STRATEGI PEMBELAJARAN GURU AL-QUR’AN HADITS DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI TRENGGALEK - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 18

STRATEGI PEMBELAJARAN GURU AL-QUR’AN HADITS DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI TRENGGALEK - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 20

STRATEGI PEMBELAJARAN GURU AL-QUR’AN HADITS DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI TRENGGALEK - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 19