Penentuan Kenaikan Kadar Asam Lemak Bebas, Kadar Air, dan Kadar Kotoran Pada CPO Yang Sudah Bermalam di PTPN III PKS Seimangkei

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden,R.J. dan Fessenden,J.S. 1986.Organic Chemistry, Third Edition,Wadsworth, Inc.California.

http://seafast.ipb.ac.id, diakses tanggal 27 Maret 2011.

http://id.wikipedia.org/wiki/AsamLemak , diakses tanggal 27 Maret 2011.

Ketaren, S. 1986 . Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan, Edisi Pertama, UI Press, Jakarta.

Mangoensoekarjo.S.,(2003), Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit, Cetakan Pertama, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Naibaho,P. 1998, Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit, Pusat Penelitian Kelapa

Sawit, Medan.

Pahan,I. 2006, Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis Dari Hulu

Hingga Hilir, Cetakan Pertama, Penebar Swadaya, Jakarta.

Pahan ,I. 2007. Kelapa Sawit. Cetakan kedua. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pardamean, M. 2008. Panduan Lengkap Pengelolahan Kebun Dan Pabrik Kelapa

Sawit. Cetakan Pertama. Agroedia Pustaka. Jakarta.

Risza.S. 1994 , Kelapa Sawit, Usaha Peningkatan Produktivitas, Penerbit Kanisisus, Yogyakarta.

Tim.Penulis. 1997, Kelapa Sawit, Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil Dan

Aspek Pemasaran, Cetakan kedelapan, Penebar Swadaya. Jakarta.

Underwood. A.L. 1986 ,Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta.


(2)

BAB 3 METODOLOGI

3.1. Bahan – bahan

1. n- heksan teknis 2. Alkohol 96% 3. KOH 0, 0997 N

4. Indikator phenolpthalein 5. Sampel CPO

3.2. Alat – alat

1. Buret digital 50 ml ( Brand ) 2. Neraca analitik ( mettler 500) 3. Oven ( Memmert ) 4. Gelas ukur 100ml ( pirex) 5. Erlenmeyer 250ml ( pirex) 6. Soklet ( pirex)


(3)

7. Beaker glass 500ml (pirex) 8. Cawan porcelin

9. Corong 10. Kertas saring whatman


(4)

3.3 Prosedur Percobaan

A. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas  Ditimbang Erlenmeyer

 Dimasukkan sampel CPO sebanyak 2 gr

 Ditambahkan 10 ml n-heksan kedalam Erlenmeyer

 Ditambahkan 20 ml alcohol 96% kedalam Erlenmeyer

 Ditambahkan 3 tetes indikator phenolphthalein

 Dititrasi dengan menggunakan larutan standart KOH 0,0997 N sampai terjadi perubahan warna menjadi kemerahan

 Dicatat volume KOH yang dipakai

 Diulangi percobaan yang sama sebanyak 5 kali

B. Penentuan Kadar Air Ditimbang cawan

Dimasukkan sampel CPO sebanyak 2 gr

 Dimasukkan kedalam oven pada suhu 1050C selama 2,5 jam

Didinginkan kedalam desikator selama 20 menit


(5)

Dicatat berat sampel CPO yang telah dikeringkan

Diulangi percobaan yang sama sebanyak 5 kali

C. Penentuan Kadar Kotoran

Ditimbang sampel CPO sebanyak 5 gr

Ditimbang kertas saring

Dimasukkan sampel CPO kedalam kertas saring

 Disaring sampel CPO dengan menggunakan kertas saring, sambil disiram dengan menggunakan n-heksan sampai semua kotoran dalam kertas saring bersih

 Dimasukkan kertas saring kedalam oven pada suhu 1050C selama 3 menit

Ditimbang kembali kertas saring

Dicatat massa kertas saring


(6)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan

Tabel 4.1.1 Kadar Asam Lemak Bebas dalam Minyak Kelapa Sawit, pada Tanggal 7 Februari 2012 – 11 Februari 2012

NO Hari ke Berat sampel (gr)

Volume KOH (ml)

Normalitas KOH (N)

Kadar ALB (%)

1 1 2,3158 10,22 0,0522 5,89 2 2 2,3508 10,42 0,0522 5,92 3 3 2,3870 10,64 0,0522 5,95 4 4 2,3694 10,68 0,0522 6,02 5 5 2,1346 9,66 0,0522 6,04


(7)

Tabel 4.1.2 Kadar Air dalam Minyak Kelapa Sawit , pada Tanggal 7 Februari 2012 – 11 Februari 2012

NO Hari ke Berat sampel (gr)

Berat sampel + cawan sebelum di oven (gr)

Berat sampel + cawan setelah di oven (gr)

Kadar Air (%)

1 1 2,5783 31,6414 31,4598 0,0704 2 2 2,7451 38,0389 38,0043 0,032 3 3 2,9416 32,0045 31,9087 0,012 4 4 2,3839 36,3069 36,3030 0,0016 5 5 2,3647 35,7119 35,7086 0,0013


(8)

Tabel 4.1.3 Kadar Kotoran dalam Minyak Kelapa Sawit, pada Tanggal 7 Februari 2012 – 11 Februari 2012

NO Hari ke Berat sampel (gr)

Berat kertas saring whatman (gr)

Berat kertas saring whatman + sampel setelah di oven (gr)

Kadar Kotoran (%)

1 1 5,0102 1.5257 1.5273 0.00031 2 2 5.1698 1.5188 1.5203 0.00029 3 3 5,3856 1.5380 1.5395 0.00027 4 4 5,0538 1.4594 1.4606 0.00023 5 5 5,2748 1.5287 1.5296 0.00017


(9)

4.2. Perhitungan

4.2.1 Persentase Kadar Asam Lemak Bebas

V KOH x N KOH x BM

%ALB = x 100%

Berat Sample x 1000

1. Kadar ALB terhadap perlakuan hari 1 : 10,22 x 0,0522 x 256

%ALB = x 100%

2,3158 x 1000

136,5719

%ALB = x 100% 2315,8

= 5,89 %


(10)

4.2.2 Persentase Kadar Air

1. Kadar air terhadap perlakuan hari 1 :

w 1 - w 2

%K.Air = x 100% w

31,6414 – 31,4598

%K.Air = x 100 % 2,5783

= 0,0704 %

w1 = Berat sampel dan berat cawan sebelum di oven (gr)

w2 = Berat sampel dan berat cawan setelah di oven (gr)

w = Berat sampel CPO yang dipakai (gr)

4.2.3 Persentase Kadar Kotoran

1. Kadar Kotoran untuk perlakuan hari 1 :

%K.Kotoran = w4 w3 x 100 %

w


(11)

= 1,5273 – 1,5257 x 100 % 5,0102

= 0,00031 %

w3 = Berat kertas saring whatman (gr)

w4 = Berat kertas saring whatman + sampel setelah di oven

(gr)

w = Berat sampel CPO yang dipakai (gr)


(12)

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan selama mengikuti Praktek Kerja Lapangan di PTPN III PKS Seimangkei, diperoleh kadar Asam Lemak Bebas 5,89%, 5,92%, 5,95%, 6,02%, 6,04%. Kadar asam lemak bebas yang diperoleh semakin hari semakin meningkat, hal ini disebabkan karena Crude Palm Oil dibiarkan menginap untuk mengetahui berapa persen kenaikan kadar asam lemak bebas per harinya.

Kadar air yang diperoleh adalah 0,0704%, 0,032%, 0,012%, 0,0016%, 0,0013%. Berdasarkan kadar air yang diperoleh, minyak sawit ini memenuhi standart mutu internasional. Karena standar mutu yang ditetapkan berkisar <0,10%.

Kadar kotoran 0,00031%, 0,00029%, 0,00027%, 0,00023%, 0,00017%. Nilai kadar kotoran ini juga sudah memenuhi standar mutu internasional,yaitu berkisar <0,02%.

Hal- hal yang harus dilakukan untuk menekan peningkatan kadar asam lemak bebas adalah sebagai berikut:

1. Pada tahap penerimaan buah kelapa sawit perlu dilakukan sortasi dengan tujuan untuk dapat memastikan mutu TBS,


(13)

terutama kriteria kematangannya. Kebersihan dari loading ramp sebagai tempat penambung TBS sementara harus dijaga dan diusahakan agar pengisian buah tidak terlalu penuh yang menyebabkan brondolan atau tandan jatuh, yang tepat menyebabkan kenaikan ALB secara cepat. Sistem pengisian TBS ke lori adalah sistem FIFO (First In First Out), yaitu TBS yang tidak terlalu lama dibiarkan dipabrik, sehingga ditumbuhi jamur yang dapat menyebabkan kenaikan asam lemak bebas.

2. Perebusan merupakan faktor yang mempengaruhi mutu dari produk PKS, salah satunya adalah kadar asam lemak bebas dari CPO, Perebusan memang tidak dapat menurunkan kadar ALB, tetapi dapat mengurangi atau menghentikan aktifitas enzim sehingga kenaikan ALB dapat dikendalikan. Salah satu tujuan perebusan adalah menonaktifkan enzim lipase, yaitu enzim pemecah minyak/lemak menjadi asam lemak bebas karena adanya suhu yang sangat tinggi. Karena aktifitas enzim akan berhenti pada suhu diatas 55oC dan pada suhu di atas 120oC kegiatan enzim berhenti sama sekali, demikian juga dengan mikroba.


(14)

3. Untuk mendapatkan mutu minyak sawit yang berkualitas baik, sewaktu memanen kita harus memperhatikan kriteria matang panen buah sawit. Jadi sebaiknya untuk menghindari peningkatan ALB maksimal 8 jam setelah dipanen, TBS harus segera diolah dan diusahakan untuk memanen pada waktu yang tepat.

4. Kebersihan pabrik juga dapat menimbulkan kenaikan ALB. Pabrik yang kotor dapat menaikkan kadar ALB. Sisa- sisa minyak yang tertinggal pada talang, elevator, konveyor, tangki – tangki dan tempat lain harus dibersihkan bila pabrik berhenti / tidak dioperasikan dalam waktu yang lama, karena pada waktu yang dingin mikroba dapat berkembang dengan cepat. Mikroba ini menghasilkan enzimyang dapat memecah minyak menjadi asam lemak bebas.


(15)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari data yang diperoleh dan hasil pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Hubungan antara kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran : Semakin tinggi kadar asam lemak bebas maka semakin tinggi juga kadar air dan kadar kotorannya. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah kadar asam lemak bebas maka semakin kecil pula kadar air dan kadar kotorannya.

2. Penentuan kadar asam lemak bebas pada CPO dilakukan dengan metode titrasi asam basa, sedangkan penentuan kadar air dan kadar kotoran dilakukan dengan metode gravimetri.

3. Kadar asam lemak bebas yang di analisa selama lima hari adalah sebesar 5,89%, 5,92%, 5,95%, 6,02%, 6,04%. Kadar air sebesar 0,0704%, 0,032%, 0,012%, 0,0016%, 0,0013%. Kadar kotoran sebesar 0,00031%, 0,00029%, 0,00027%, 0,00023%, 0,00017%.


(16)

4. Usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit antara lain :

 Perebusan TBS,dimana salah satu tujuan perebusan adalah untuk menonaktifkan enzim lipase, yaitu enzim pemecah minyak/lemak menjadi menjadi asam lemak bebas karena adanya suhu yang sangat tinggi.

 Sewaktu memanen TBS kita harus memperhatikan kriteria matang panen buah sawit. Sebaiknya untuk menghindari peningkatan ALB maksimal 8 jam setelah dipanen, TBS harus segera diolah dan diusahakan untuk memanen pada waktu yang tepat.

 Menjaga kebersihan pabrik, karena pabrik yang kotor dapat menimbulkan kenaikan ALB.

 Pada tahap penerimaan buah kelapa sawit perlu dilakukan sortasi dengan tujuan untuk dapat memastikan mutu TBS,terutama kriteria kematangannya.


(17)

5.2Saran

1. Untuk lebih meningkatkan pengawasan dan pengendalian mutu TBS, terutama dalam hal fraksi kematangan buah, buah memar, dan lama buah kelapa sawit ditahan dilapangan setelah panen.

2. Untuk lebih meningkatkan pemurnian minyak di stasiun klarifikasi, terutama untuk penurunan kadar air dan kadar kotoran supaya pertambahan kadar ALB dari CPO selama penimbunan dapat dikendalikan sekecil mungkin.

3. Harus lebih memperhatikan kebersihan dalam pabrik yang dapat menimbulkan kenaikan ALB.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Kelapa Sawit

Kelapa sawit, didasarkan atas bukti- bukti fosil, sejarah dan Linguistik yang ada di yakini berasal dari Afrika Barat. Di tempat asalnya ini, kelapa sawit ( yang dibiarkan tumbuh liar di hutan- hutan) sejak awal telah di kenal sebagai tanaman pangan yang penting. Oleh penduduk setempat kelapa sawit telah diproses secara amat sederhana menjadi minyak dan tuak sawit.

Diluar Benua Afrika, kelapa sawit mulai diperhitungkan sebagai tanaman komoditas (penghasil produk dagangan) Sejak Revolusi Industri bersaing keras di Eropa. Saat itu di Eropa mulai bermunculan industry atau pabrik ( antara lain industry sabun dan margarin) yang membutuhkan bahan mentah/ baku untuk operasionalnya. Minyak sawit dan minyak inti sawit yang muncul kemudian adalah dua produk yang antara lain dibutuhkan bahan mentah/ bahan baku tersebut. Maka jadilah minyak (dan minyak inti sawit) di butuhkan pasar Eropa (Tim Penulis,1992)


(19)

Minyak sawit juga merupakan produk perkebunan yang memiliki prospek yang cerah di masa mendatang. Potensi tersebut terletak pada keanekaragaman kegunaan dari minyak sawit. Minyak sawit disamping digunakan sebagai bahan mentah industri pangan, dapat juga digunakan bahan industri non pangan. Dalam perekonomian Indonesia komoditas kelapa sawit memegang peranan yang cukup strategis karena komoditas ini punya prospek yang cerah sebagai sumber devisa.

Di samping itu, minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng yang banyak dipakai di seluruh dunia, sehingga terus- menerus mampu menjaga stabilitas harga minyak sawit. Komoditas ini mampu menciptakan kesempatan kerja yang luas dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Industri lain yang menggunakan minyak sawit ini adalah industri margari, sabun, dan industry kimia lainnya. Penghasil minyak sawit terbesar di dunia saat ini adalah Malasyia dan disana kelapa sawit merupakan sumber devisa utama sejak tahun 1970-an sehingga kedudukannya cukup mantap. Sampai saat ini eksport minyak sawit Indonsia masih dalam bentuk minyak mentah atau Crude Palm Oil (CPO), dan sebagian kecil dalam bentuk produk olahan yang merupakan hasil samping dan pembuatan minyak goreng, sehingga nilai tambah yang di peroleh relative kecil.


(20)

Kelapa sawit termasuk kelas Angiospermeae, ordo Palmales, famili Palmaceae, sub-famili Palminae, genus elaeis dan beberapa spesies antara lain : Elaeis guineensis Jack, Elaeis melano coca , Elaeis odora (Ketaren,1986).

2.2 Tipe ( Varietas ) Kelapa Sawit

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah di kenal. Varietas itu dapat di bedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah untuk berdasarkan warna kulit buahnya. Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah,

dikenal beberapa varietas antara lain:

1. Dura

Tempurung dura cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging buah terhadap buah variasi antara 35- 50%. Kernel ( daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah. Dalam persilangan varietas dura dipakai sebagai pohon induk betina.

2. Pisifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hamper tidak ada, tetapi daging buahnya tebal.


(21)

Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat tipis. Jenis pisifera tidak dapat di perbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur pada fase dini. Oleh sebab itu dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara pisifera dengan dura akan menghasilkan varietas tenera.

3. Tenera

Varietas ini mempunyai sifat –sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu dura dan pisifera. Varietas inilah yang banyak di tanam di perkebunan- perkebunan saat ini Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5-4 mm, dan terdapat lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara 60-96%. Tandan buah yang di hasilkan oleh tenera lebih banyak dari pada dura, tetapi ukuran tandannya relative lebih kecil.

4. Macro carya

Tempurung sangat tebal, sekitar 5mm, sedangkan daging buahnya tipis sekali


(22)

5. Diwikka- wakka

Varietas ini mempunyai cirri khas dengan adanya dua lapisan daging buah. Diwikka-wakka dapat dibedakan menjadi, Diwikka- wakkadura, Diwikka- wakkapisifera dan Diwikka- wakkatenera. Perbedaan ketebalan daging kelapa sawit menyebabkan perbedaan persentase atau rendemen minyak yang dikandung.

Rendemen minyak tertinggi terdapat pada varietas tenera yaitu sekitar 22- 24 % sedangkan pada varietas Dura antara 16- 18 %. Sehingga tidak heran jika lebih banyak perkebunan yang menanam kelapa sawit yang bervarietas Tenera (Tim penulis,1997).

2.3 Panen dan Pengangkutan buah sawit (TBS)

Pelaksanaan panen buah kelapa sawit dan pengangkutannya ke pabrik kelapa sawit (PKS) menyangkut sejumlah aspek yang kesemuanya berpengaruh terhadap kuantitas maupun kualitas minyak yang akan di peroleh.

Kandungan asam lemak bebas (ALB) atau Free Fatty Acid (FFA) berkaitan erat dengan kualitas minyak kelapa sawit, makin tinggi kandungan ALB makin rendah kualitas minyak kelapa sawitnya. Maka dalam pelaksanaan panen dan pengangkutan buah ke pabrik perlu di usahakan agar kandungan ALB dipertahankan serendah mungkin. Standar kandungan ALB yang berlaku bagi kualitas minyak kelapa sawit hasil olahan dan siap untuk di jual adalah 3 %.


(23)

Pada buah sawit yang mencapai titik tepat matang kandungan ALB minyak kelapa sawitnya hanya sekitar 0,1% tetapi waktu sampai dilokasi pabrik kandungan telah melampaui 2% bahkan kadang- kadang melampaui 3 % atau setara dengan peningkatan lebih dari 20 kali lipat.

Meningkatnya kandungan ALB ini disebabkan oleh tiga peristiwa, pertama- tama terjadi peningkatan dalam skala kecil akibat terjadinya degradasi biologis dalam buah (yaitu proses buah menjadi lewat matang atau mulai membusuk). Peristiwa ini timbul karena pada saat tandan mencapai titik optimal untuk didipanen, buah- buah yang berada di ujung tandan sudah lewat matang. Penyebab kedua yang lebih besar dari penyebab pertama adalah jatuhnya tandan buah ke tanah pada waktu panen yang menyebabkan terjadinya goresan atau memar. Penyebab yang terbesar adalah yang ketiga, yang timbul akibat penanganan (Handling) buah dalam rangka pengangkutan ke TPH dan kemudian dari TPH ke pabrik (Mangoensoekarno,2003).

Derajat kematangan yang baik yaitu jika tandan- tandan yang di panen berada pada fraksi 1,2 dan 3. Secara ideal dengan mengikuti ketentuan dan criteria matang panen dan terkumpulnya brondolan, serta pengankutan yang lancar, maka dalam suatu pemanenan akan diperoleh komposisi fraksi tandan sebagai berikut:

- Jumlah brondolan di pabrik kurang lebih 25 % dari berat tandan seluruhnya


(24)

- Tandan yang terdiri dari fraksi 2 dan 3 minimal 65 % dari jumlah tandan - Tandan yang terdiri dari fraksim 1 maksimal 20% dari jumlah tandan, dan - Tandan yang terdiri dari fraksi 4 dan 5 maksimal 15 % dari jumlah

tandan.

Tandan buah segar hasil pemanenan harus segera di angkut ke pabrik untuk di olah, maka kandungan ALB –nya semakin meningkat. Untuk menghindari hal tersebut, maksimal 8 jam setelah panen, TBS harus segera diolah. Asam Lemak Bebas terbentuk karena adanya kegiatan enzim lipase yang terkandung di dalam buah dan berfungsi memecah lemak/ minyak minyak menjadi asam lemak dn gliserol. Kerja enzim tersebut semakin aktif bila struktur sel buah matang mengalami kerusakan. Untuk itu, pengangkutan TBS ke pabrik mempunyai peranan yang sangat penting.

2.4 Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

Pengolahan minyak kelapa sawit dimaksudkan untuk memperoleh minyak kelapa sawit yang berasal dari daging buah (Pericarp). Stasiun proses pengolahan TBS menjadi minyak kelapa sawit umumnya terdiri dari:

1. Penerimaan Buah (fruit reception). 2. Rebusan (sterilizer).


(25)

4. Pencacahan (digester) dan Pengempaan (presser). 5. Pemurnian (clarifier).

2.4.1. Stasiun Penerimaan Buah

Sebelum diolah dalam PKS, tandan buah segar (TBS) yang berasal dari kebun pertama kali diterima di stasiun penerimaan buah untuk ditimbang di jembatan timbang (weight bridge) dan ditampung sementara di penampungan buah (loading ramp).

a.Jembatan timbang

Penimbangan dilakukan dua kali untuk setiap angkutan TBS yang masuk ke pabrik, yaitu pada saat masuk (berat truk dan TBS) serta pada saat keluar(berat truk). Dari selisih timbangan saat truk masuk dan keluar, diperoleh barat bersih TBS yang masuk ke pabrik. Umumnya, jembatan timbang yang digunakan PKS berkapasitas 30-40 ton.

b. Loading ramp

TBS yang telah ditimbang di jembatan timbang selanjutnya dibongkar di loading ramp dengan menuangkan (drump) langsung dari truk.

Loading ramp merupakan suatu bangunan dengan lantai berupa kisi-kisi pelat besi berjarak 10cm dengan kemiringan 45o.


(26)

Loading ramp dilengkapi pintu-pintu keluaran yang digerakkan secara hidrolis sehingga memudahkan dalam pengisian TBS ke dalam lori untuk proses selanjutnya. Setiap lori dapat dimuat dengan 25 ton-27ton TBS.

2.4.2. Stasiun Rebusan

Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan dengan cara di tarik menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik hingga memasuki sterilizer. Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap pada temperatur sekitar 135o C dan tekanan 2,0-2,8 kg/cm2 selama 80-90 menit. Proses perebusan dilakukan secara bertahap dalam tiga puncak tekanan agar diperoleh hasil yang optimal (Iyung Pahan, 2006).

Tujuan Perebusan antara lain:

 Merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB

 Mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti cangkang

 Memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan, serta

 Untuk mengkoagulasikan (mengendapkan) protein sehingga memudahkan pemisahan minyak (Tim Penulis,1997).


(27)

2.4.3. Stasiun Pemipilan (Stripper)

TBS berikut yang telah direbus dikirim kebagian pemipilan dan dituangkan ke alat pemipil (thresher) dengan bantuan hoisting crane atau transfer

carriage. Proses pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar

yang membawa TBS ikut berputar sehingga membanting-banting TBS tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya. Brondolan yang keluar dari bagian bawah pemipil dan ditampung oleh sebuah screw conveyor untuk dikirim kebagian digesting dan pressing. Sementara, tandan kosong yang keluar dari bagian belakang pemipil ditampung oleh elevantor. Kemudian, hasil tersebut di kirim ke hopper untuk dijadikan pupuk tandan kosong dan jika masih berlebihan diteruskan incinerator untuk dibakar dan dijadikan pupuk abu janjang.

2.4.4. Stasiun pencacahan (digester) dan pengempaan (presser)

Brondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkut ke bagian pengadukan pencacahan atau digester. Alat yang digunakan untuk pengadukan/ pencacahan berupa sebuah tangki vertikal yang dilengkapi dengan lengan-lengan pencacah dibagian dalamnya. Putaran lengan-lengan pengaduk berkisar 25-26 rpm. Tujuan utama dari proses digesting untuk mempersiapkan daging buah untuk pengempaan.


(28)

Hasil dari pencacahan langsung masuk ke alat pengempaan yang berada persis dibawah digester. Pada pabrik kelapa sawit, umumnya digunakan screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak dari daging buah. Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw mendesak bubur buah. Selama pengempaan berlangsung, air panas ditambahkan ke dalam screw press. Hal ini bertujuan untuk pengenceran sehingga massa buah bubur buah yang dikempa tidak terlalu rapat (Iyung Pahan,2006).

2.4.5. Stasiun Pemurnian

Stasiun pemurnian yaitu stasiun pengolahan di PKS yang bertujuan untuk melakukan pemurnian minyak kelapa sawit dari kotoran-kotoran, seperti padatan, lumpur, dan air. Pada proses pemurnian minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan perlu dibersihkan dari kotoran ,baik yang berupa padatan, lumpur, maupun air. Minyak dimurnikan dengan maksud agar tidak terjadi penurunan mutu akibat adanya reaksi hidrolisis dan reaksi oksidasi.

Stasiun pemurnian minyak adalah stasiun terakhir untuk pengolahan minyak. Proses pemisahan minyak, air dan kotoran dilakukan dengan sistem pengendapan, sentripusi, dan pengendapan.


(29)

2.4.5.1. Tangki Pemisah Pasir (Sand Trap Tank)

Alat ini dipakai untuk memisahkan pasir dari cairan minyak kasar yang

berasal dari “screw press”.

Untuk memudahkan pengendapan pasir, cairan minyak kasar harus cukup panas yang diperoleh dengan menginjeksikan uap. Temperaturnya minyak kasar 95-115oC.

2.4.5.2. Saringan Bergetar (Vibrating Screen/Vibro Separator)

Saringan bergetar dipakai untuk memisahkan benda-benda padat yang terikut minyak kasar. Benda-benda padat berupa ampas yang disaring pada saringan ini dikembalikan ke timbangan buah untuk diproses kembali. Cairan minyak di tampung dalam tangki minyak kasar (crude oil tank).

Saringan getar terdiri dari dua tingkat, tingkat atas memakai saringan mesh 20,sedangkan tingkat bawah memakai mesh 40. Untuk memudahkan penyaringan saringan tersebut disiram dengan air panas.

2.4.5.3. Tangki/Pompa Minyak Kasar (Crude Oil Tank/Pump)

Tangki minyak kasar adalah tangki penampungan minyak kasar,yang telah disaring, untuk dipompakan ke dalam tangki pisah ( Continuous Tank) dengan


(30)

Untuk menjaga agar suhu cairan tetap,diberikan penambahan panas dengan menginjeksikan uap.Pembersihan secara menyeluruh (luar dan dalam)dilakukan setiap minggu akhir mengolah.

2.4.5.4. Decanter

Decanter adalah alat untuk memisahkan minyak, air dan padatan (solid) secara sentripusi datar.

Alat ini terdiri dari dua bagian,yakni;

Bagian yang diam (casing)

 Bagian yang berputar.

Bagian yang berputar merupakan tabung (bowl) yang dengan putaran 2000-6000rpm, dan didalamnya terdapat ulir (screw conveyor) dengan putaran sedikit lambat dari putaran tabung. Minyak kasar dari tangki penampungan di pompakan melalui saringan berputar (brush stainer) dan pemisah awal (desander) masuk ke

dalam “buffer tank” untuk dipanasi dengan system injeksi uap sampai suhu 90


(31)

2.4.5.5. Tangki Pisah ( Continous Tank)

Continous tank berfungsi untuk memisahkan minyak dari lumpur. Perbedaan berat jenis ini menyebabkan lapisan minyak berada dibagian atas sedangkan lapisan sludge dan lapisan lumpur berada dibagian bawah tangki dan mengendap.

2.4.5.6. Tangki Masakan Minyak (Oil Tank)

Minyak yang telah dipisahkan pada tangki pemisah ditampung dalam tangki pemisah ditampung dalam tangki ini untuk dipanasi lagi sebelum diolah lebih lanjut pada sentripusi minyak. Diusahakan agar tangki ini tetap penuh untuk menjaga agar pemanasan tetap 90-95oC, Sistem pemanasan dilakukan dengan pipa spiral yang dialiri uap dengan tekanan 3 kg/cm2. Saringan uap dan “steam trap” harus berfungsi baik dan kadar air minyak harus diusahakan kurang lebih 0,5-0,70% dan kadar kotoran diusahakan 0,10 – 0,30%.

2.4.5.7. Sentripusi Minyak (Oil Purifier)

Untuk memisahkan minyak yang berasal dari oil tank yang masih mengandung air 0,50 – 0,70% dan kotoran 0,10 -0,30% dipergunakan alat pemisah sentripusi ini, yang berputar antara 5000-6000rpm. Akibat gaya sentrifugal yang terjadi, kadar air dalam minyak hasil nya ; 0,30 – 0,40%, sedangkan kadar kotoran ; 0,010 – 0,013%.


(32)

Apabila alat ini mengalami kerusakan maka mutu produksi minyak kelapa sawit akan turun.

2.4.5.8. Tangki Apung (Floats Tank)

Tangki apung dipakai untuk mengatur jumlah minyak masuk ke dalam tangki hampa udara (vacuum) agar meratadan tetap (konstan).

2.4.5.9. Pengeringan Minyak (Vacuum Dryer)

Pengeringan minyak dipergunakan untuk memisahkan air dan minyak dengan cara penguapan hampa.tekanan yang digunakan yaitu; 0,8 – 1,0 kg/cm3. Air yang terbentuk dalam kondensor langsung ditampung pada tangki air panas dibawah.

2.4.5.10. Tangki sludge

Tangki ini dipergunakan untuk menampung lumpur dari hasil pemisahan tangki pisahan yang masih mengandung minyak 4,5 – 5,5%.

Alat ini berbentuk tabung silinder yang bagian bawahnya berbentuk kerucut. Pemanasan dalam tangki ini dilakukan dengan sistem injeksi uap dan suhu cairan dalam tangki 95 – 115oC.


(33)

2.4.5.11. Saringan Berputar (Brush Strainer)

Saringan ini dipakai untuk memisahkan serabut yang masih ada dalam sludge sebelum diolah dalam sludge separator. Alat ini terdiri dari tabung silindar yang berlubang-lubang halus dengan sikat- sikatyang berputar bersama poros ditengah –tengah silindar tersebut. Cairan yang telah tersaring keluar dari bagian atas untuk menuju ke dalam desander, sedangkan serabut/ sampah dibuang dari bagian bawah.

2.4.5.12. Pre Cleaner

Cairan yang keluar dari saringan berputar, masih mengandung pasir.

Untuk membuang pasir itu dipergunakan “sludge pre cleaner”. Alat ini pada

bagian atas berbentuk silinder, dan bagian bawah berbentuk konus yang terbuat dari bahan keramik. Dibawah konus terdapat tabung pengendapan pasir. Cairan dipompakan pada bagian samping atas dengan sistem siklus, sehingga cairan berputar dalam tabung dan konusnya, yang mengakibatkan timbulnya gaya sentrifugal. Gaya ini menyebabkan pasir turun dengan cepat melalui konus untuk dibuang, sedangkan cairan tanpa pasir bergerak ke atas, dan keluar melalui poros.


(34)

2.4.5.13. Low Speed Separator

Cairan sludge yang telah melalui brush strainer dan pre clainer, dimasukkan ke dalam low speed separator ini untuk dikutip minyaknya. Dengan gaya sentrifugal minyak yang berat jenisnya lebih kecil bergerak menuju ke poros dan terdorong keluar .

2.5 Minyak Kelapa Sawit

Buah kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak. Minyak yang berasal dari daging buah (Mesokarp) berwarna merah. Jenis minyak ini di kenal sebagai minyak kelapa sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO). Sedangkan minyak yang kedua adalah berasal dari inti kelapa sawit, tidak berwarna,dikenal sebagai minyak inti kelapa sawit atau Palm Kernel Oil (PKO).

Minyak sawit kasar (CPO) mengandung sekitar 500- 700 β-Caroten dan

merupakan bahan pangan sumber karoten alami terbesar. Oleh karena itu CPO berwarna merah jingga. Di samping itu jumlahnya juga cukup tinggi. Minyak sawit ini di peroleh dari mesokarp buah sawit melalui ekstraksi dan mengandung sedikit air serta serat halus, yang berwarna kuning sampai merah dan berbentuk semi solid pada suhu ruang. Adanya serat halus dan air pada sawit kasar tersebut menyebabkan minyak sawit kasar tidak dapat di konsumsi langsung sebagai bahan pangan maupun non pangan (Ketaren,2005).


(35)

Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya, minyak sawit tergolong minyak asam oleat-linoleat. Minyak sawit berwarna merah jingga karena kandungan karatenoid (terutama β- karotena),

berkonsistensi setelah padat pada suhu kamar (konsistensi titik lebur banyak ditentukan oleh kadar ALB-nya), dan dalam keadaan segar kadar asam lemak bebas yang rendah, bau dan rasanya cukup enak.

Minyak sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yang berbeda- beda. Panjang rantai adalah 14- 20 atom karbon. Dengan demikian sifat minyak sawit ditentukan oleh perbandingan- perbandingan dan komposisi trigliserida tersebut. Pada tabel 1 tercantum panjang rantai dan sifat- sifat asam lemak yang ada dalam minyak sawit.


(36)

Tabel 1. Panjang rantai dan sifat-sifat Asam Lemak dalam Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit

Asam lemak

Jumlah karbon

Tak jenuh Titik lebur

o

C

Asam lemak, % berat Minyak sawit m.inti sawit Kaprilat Kaprat Laurat Miristat Palmitat Stearat 8 10 12 14 16 18 16,7 31,6 44,2 54,4 62,9 69,6 - - - 1,4 (0,5-6) 40,1(32-45) 5,5(2,7) 2,7 (3,5) 7,0(3-7) 46,0(40-52) 14,1(14-17) 8,8(7,9)1,3 (1-3) Jumlah

asam jenuh 47,0 80,8

Oleat Linoleat 18 20 1 2 14 -5 42,7(38-52) 10,3(5-11)

18,5 (13-19)

0,7 (0,5- 2)

Jumlah asam lemak jenuh 53,0 19,2

Pembentukan lemak dalam buah sawit mulai berlangsung beberapa minggu sebelum matang. Kandungan minyak tertinggi dalam buah adalah pada saat buah akan membrondolan (melepas dari tandannya). Karena itu kematangan tandan biasanya dinyatakan dengan jumlah buahnya yang membrondol. Kebalikan dari pembentukan lemak adalah penguraian atau hidrolisis lemak menjadi gliserol dan asam lemak bebas.


(37)

Proses ini dalam buah terjadi sejak mulai berlangsungnya proses

“kematian”, yaitu saat buah membrondol atau saat tandan dipotong dan terlepas

hubungannya dengan pohon. Proses hidrolisis dikatalisis oleh enzim lipase yang juga terdapat dalam buah, tetapi berada di luar sel yang mengandung minyak.

Pembentukan asam lemak bebas oleh mikroorganisme ( jamur dan bakteri tertentu) juga dapat terjadi bila suasananya sesuai, yaitu pada suhu rendah dibawah 500C, dan dalam keadaan lembab dan kotor. Oleh karena itu minyak sawit harus segera di murnikan setelah pengutipannya. Pemanasan sampai suhu diatas 900C seperti pada pemisahan dan pemurnian akan menghancurkan semua organisme dan menonaktifkan enzimnya. Pada kadar air kurang dari 0,8% mikroorganisme juga tidak dapat berkembang. Jika lebih tinggi sebaikknya minyak di timbun dalam keadaan panas sekitar 500 -60oC (Mangoensoekarjo, 2003).

2.5.1 Jenis- jenis produk kelapa sawit

Keunggulan minyak selain tersusun dari asam lemak tidak jenuh dan asam lemak jenuh juga mengandung Beta karoten atau pro-vitamin A yang sangat diperlukan dalam prose metabolisme dalam tubuh manusia dan sebagai anti oksidan dan pro-vitamin E (tokoferol dan tokotrinol) selain berperan dalam metabolisme dan untuk kesehatan.


(38)

Produk kelapa sawit dapat dikelompokkan dalam :

a. Bahan makanan (oleofood, oleomakanan) b. Bahan non makanan (oleochemical, oleokimia)

c. Bahan kosmetik dan farmasi (Cosmetis and pharmasi)

(Pardamean,2008).

2.5.2 Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit

Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 34- 40 %. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.

Rata-rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat di lihat pada Tabel 2.


(39)

Tabel 2. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa Sawit

Asam Lemak Minyak kelapa sawit % (persen)

Minyak Inti Sawit % (persen) Asam kaprilat Asam kaproat Asam laurat Asam miristat Asam palmitat Asam stearat Asam oleat Asam linoleat - - - 1,1 - 2,5 40 - 46 3,6 - 4,7 39 - 45 7 - 11

3– 4 3- 7

46 – 52 14 – 17 6,5 – 9 1 – 2,5 13 – 19 0,5 – 2

Kandungan karoten dapat mencapai 1000 atau lebih, tetapi dalam minyak dari jenis tenera kurang lebih 500 – 700 , kandungan tokoferol bervariasi dan dipengaruhi oleh penanganan selama produksi.


(40)

2.6. Standar Mutu

Akhir – akhir ini minyak sawit berperan cukup penting dalam perdagangan dunia. Berbagai industri baik pangan maupun non pangan, banyak yang menggunakannya sebagai bahan baku. Berdasarkan peranan dan kegunaan minyak sawit itu, maka mutu dan kualitasnya harus diperhatikan sebab sangat menentukan harga dan nilai komoditas ini.

Di dalam perdagangan kelapa sawit,istilah mutu sebenarnya dapat dibedakan menjadi dua arti. Yang pertama adalah mutu minyak sawit dalam arti benar –benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit dalam arti yang pertama dapat ditentukan dengan menilai sifat – sifat fisiknya, antara lain titik lebur angka penyabunan, dan bilangan yodium.

Sedangkan yang kedua, yaitu mutu minyak sawit dilihat dalam arti penilaian menurut ukuran. Dalam hal ini syarat mutunya diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional, yang meliputi kadar asam lemak bebas (ALB,FFA), air, kotoran, logam, besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan. Dalam dunia perdagangan, mutu minyak sawit dalam arti yang kedua lebih penting.

Bertitik tolak dari beda penggunaannya, terdapat perbedaan pula dalam hal kebutuhan minyak sawit yang akan digunakan sebagai bahan baku untuk


(41)

industri pangan dan non pangan. Oleh karena itu keaslian, kemurnian, kesegaran,tidak bercampur pada bahan tambahan lain seperti kotoran,air logam - logam maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan sebab dampaknya langsung berpengaruh pada kesehatan manusia (http:// seafast.ipb.ac.id).

2.7. Sifat Fisika dan Kimia Minyak

2.7.1. Sifat Fisik Minyak

 Tidak larut dalam air.Hal ini disebabkan oleh adanya asam lemak berantai karbon panjang dantidak adanya gugus – gugus polar.

 Viskositas minyak biasanya bertambah dengan bertambahnya rantai panjang rantai karbon, berkurang dengan naiknya suhu dan berkurang dengan tidak jenuhnya rantai karbon. Minyak kastor jauh lebih kental dari minyak sebagian besar lainnya karena adanya gugus hidroksil pada salah satu dari komponen asam lemaknya.

 Berat jenisnya leb ih tinggi untuk trigliserida yang tidak jenuh. Berat jenisnya menuru ndengan bertambahnya suhu.

 Minyak merupakan salah satu campuran trigliserida, titik cairnya tidak tetap. Titik cair minyak ditentukan beberapa faktor. Makin pendek rantai asam lemak makinrendah titik cair trigliserida itu.


(42)

2.7.2. Sifat Kimia Minyak

Dalam reaksi hidrolisasi minyak akan dirubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisasi yang dapat menyebabkan kerusakan minyak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak tersebut. Reaksi ini akan mengakibatkan ketengikan hidrolisa yang menghasilkan flavor dan bau tengik pada minyak tersebut.

a. Hidrolisa

Proses hidrolisa yang disengaja biasanya dilakukan dengan penambahan sejumlah basa. Proses ini dikenal sebagai proses penyabunan. Sabun yang terbentuk dapat diambil dari lapisan teratas pada larutan yang merupakan campuran dari larutan alkali, sabun dan gliserol. Dari larutan ini dapat dihasilkan gliserol yang melalui penyulingan.

b. Oksidasi

Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen ini mengakibatkan bau tengik pada minyak . Oksidasi biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida dan hidroperoksida. Tingkat selanjutnya ialah terurainya asam – asam lemak bebas.Rancidity terbentuk oleh aldehid bukan oleh peroksida.


(43)

Jika kenaikan peroksida value atau PV hanya indikator dan peringatan bahwa minyak sebentar lagi akan berbau tengik.

c. Hidrogenasi

Proses hidrogenasi sebagai suatau proses industri bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak.

Reaksi hidrogenasi ini terjadi dengan menggunakan hidrogen murni ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator. Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalistor ndipisahkan dengan cara penyaringan. Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhannya.

Reaksi pada proses hidrogenasi terjadi pada permukaan katalis yang mengakibatkan reaksi antara molekul – molekul minyak dengan gas hidrogen.Hidrogen akan terikat oleh asam lemak tidak jenuh, yaitu pada ikatan rangkap, membentuk radikal kompleks antara hidrogen, nikel dan asam –asam lemak tidak jenuh. Setelah terjadi penguraian nikel dan radikal asam lemak, akan dihasilkan suatu tingkatan kejenuhan yang lebih tinggi. Radikal asam lemak dapat terus bereaksi dengan hidrogen, membentuk asam lemak yang jenuh.

Nikel merupakan katalis yang sering digunakan dalam proses hidrogenasi. Untuk keperluan minyak makan, sebelum dilakukan hidrogenasi, minyak harus


(44)

bebas dari sabun, kering dan mempunyai kandungan asam lemak bebas dan kandungan fospatida yang rendah.

d. Esterifikasi

Proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam –asam lemak dari trigliserida dalm bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang sering disebut interesterifikasi atau pertukaran ester yang didasarkan atas prinsip trans esterifikasi friedel- craft. Dengan menggunakan prinsip reaksi ini dengan hidrokarbon rantai pendek dalam asam lemak seperti asam butirat dan asam kaproat yang menyebabkan bau tidak enak, dapat ditukar dengan rantai panjang yang bersifat tidak menguap (Ketaren,1986).

2.8. Asam Lemak Bebas (Free fatty acid)

Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit.

Kenaikan kadar ALB ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai tandan diolah dipabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak.


(45)

Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk. Seperti pada reaksi dibawah ini :

O

CH2– O – C – R CH2– OH

O O

CH – O – C – R Panas, air CH - OH + R – C – OH

O Keasaman, enzim

CH2– O – C – R CH2– OH

Minyak sawit gliserol ALB

Gambar 1. Reaksi hasil hidrolisa pada minyak

Beberapa faktor yang dapat mengakibatkan peningkatan kadar ALB yang relatif tinggi dalam minyak sawit antara lain:

- Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu,

- Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah, - Penumpukan buah yang terlalu lama, dan


(46)

Setelah mengetahui faktor – faktor penyebabnya, maka tindakan pencegahan dan pemucatannya lebih muda dilakukan.

Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha untuk menekan kadar ALB sekaligus menaikkan rendemen minyak. Pemetikan buah sawit di saat belum matang (saat proses biokimia dalam buah belum sempurna) menghasilkan glyserida sehingga mengakibatkan terbentuknya ALB dalam minyak sawit. Sedangkan, pemetikan setelah batas tepat panen ditandai dengan buah yang berjatuhan dan menyebabkan pelukaan pada buah yang lainnya, akan menstimulir penguraian enzimatis pada buah sehingga menghasilkan ALB dan akhirnya terikut dalam buah sawit yang masih utuh sehingga dihasilkan minyak sawit yang berkualitas tinngi.

Dikaitkan dengan pencegahan kerusakan buah sawit dalam jumlah banyak, telah dikembangkan beberapa metode pemungutan dan pengangkutan TBS. Sistem yang dianggap cukup efektif adalah memasukkan TBS secara langsung ke dalam keranjang rebusan buah. Dengan cara tersebut akan lebih mengefisienkan waktu yang digunakan untuk pembongkaran, pemuatan, maupu npenumpukan buah sawit yang terlalu lama. Dengan demikian, pembentukan ALB selama pemetikan, pengumpulan, penimbunan dan pengangkutan buah dapat dikurangi.


(47)

Peningkatan ALB juga dapat terjadi pada proses hidrolisa di pabrik. Pada proses tersebut terjadi penguraian kimiawi yang dibantu oleh air dan berlangsung pada suhu tertentu merupakan bahan pembantu oleh air dan berlangsung pada kondisi suhu tertentu. Air panas dan uap air pada suhu tertentu merupakan bahan pembantu dalam proses pengolahan. Akan tetapi, proses pengolahan yang kurang cermat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak menurun sebab air pada kondisi suhu tertentu bukan membantu proses pengolahan melalui tetapi malah menurunkan mutu minyak. Sebagai ukuran standar mutu dalam perdagangan internasional untuk ALB ditetapkan sebesar 5% (Tim Penulis,1997).

Disebut minyak jika bentuknya cair dan lemak jika bentuknya padatan. Trigliserida adalah senyawa kimia yang terdiri dari ikatan gliserol dengan 3 molekul asam lemak.

CH2– OH + R1– COOH CH1 - COOR1

CH - OH + R2 - COOH CH – COOR2 + 3H2O

CH2– OH + R3– COOH CH2– COOR3

Gliserol Asam Lemak Trigliserida Air


(48)

Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit yaitu asam palmitat C16 : 0 (jenuh) dan asam oleat C18:1 (tidak jenuh).

Minyak tersebut jika dihidrolisis akan menghasilkan 3 molekul asam lemak rantai panjang dan 1 molekul gliserol.

Asam lemak yang terbentuk hanya terdapat dalam jumlah yang kecil dan sebagian besar terikat dalam ester. Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati semi padat. Hal ini karena minyak sawit mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh dengan atom karbon lebih dari C8. Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen

yang dikandung. Minyak sawit berwarna kuning karena kandungan beta karoten yang merupakan bahan vitamin A (Iyung P,2007).

2.9. Metode Titrimetri

Analisis titrimetri melibatkan pengukuran volume larutan dengan konsentrasi yang diketahui, yang diperlukan untuk bereaksi dengan analit itu. Analisis titrimetri merupakan salah satu bagian utama kimia analisis dan bahwa perhitungan – perhitungan yang digunakan didasarkan pada hubungan stokiometri sederhana dari reaksi kimia.


(49)

Suatu metode titrimetri untuk analisis didasarkan pada suatu reaksi kimia seperti:

Aa + Tt Produk

Dimana a molekul analit A, bereaksi dengan t molekul reagensi T. Reagensi T yang disebut titran, ditambahkan sedikit demi sedikit ( secara inkrimental) biasanya dari dalam buret, dalam bentuk larutan yang konsentrsinya diketahui. Larutan kedua ini disebut larutan standar dan konsentrasinya ditetapkan oleh suatu proses yang disebut standarisasi. Penambahan titran diteruskan sampai telah dimaksudkan sejumlah T yang secara kimia setara dengan A. maka dikatakan telah tercapai titik ekivalensi dari titrasi itu. Untuk mengetahui kapan penambahan titran itu harus dihentikan ahli kimia itu dapat menggunakan suatu zat, yang disebut indikator, yang menanggapi munculnya kelebihan titran dengan perubahan warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat tepat pada titik ekivalensi. Titik dalam titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentu saja diinginkan agar titik akhir sedekat mungkin ke titik ekivalensi. Dengan memilih indikator untuk mengimpitkan ke dua titik itu (atau mengoreksi selisih antara keduanya) merupakan salah satu aspek yang penting dari analisis titrimetri. Istilah titrasi merujuk ke proses pengukuran volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalensi (Underwood.A.L,1986).


(50)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki berbagai kekayaan alam yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi berbagai bahan pangan fungsional. Kelapa sawit merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik di daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2000 mm/tahun dan kisaran suhu 22-320C. Saat ini 5,5 juta Ha lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah memproduksi minyak kelapa sawit mentah (CPO) dengan kapasitas minimal 16 juta ton per tahun dan merupakan produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia.

Minyak sawit memiliki kandungan gizi yang lebih lengkap dibandingkan dengan minyak zaitun dan VCO (Virgin Coconut Oil). Minyak sawit yang dihasilkan harus lebih diperhatikan mutunya. Salah satu yang mempengaruhi mutu minyak kelapa sawit adalah kadar asam lemak bebas.

Kadar asam lemak bebas dalam konsentrasi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan. Tinggi nya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun.


(51)

Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit. Kerusakan mutu minyak kelapa sawit dapat terjadi karena penimbunan buah yang terlalu lama yang mengakibatkan meningkatnya asam lemak bebas. Sampai sekarang kriteria dalam penentuan mutu masih didasarkan pada asam lemak bebas (ALB), kadar air, dan kadar kotoran.

Mutu rendemen hasil olah dikatakan bagus bila ketiga kriteria diatas memenuhi persyaratan yaitu ALB, Kadar air, dan kadar kotoran. Pembentukan ALB lebih banyak terjadi di lapangan, pembentukan ALB di lapangan sangat ditentukan oleh dua faktor utama yaitu: Perlakuan buah akibat perlakuan yang dialami selama pengumpulan dan pengangkutan di pabrik atau akibat buah membusuk, dan waktu berselang antara saat pemotongan tandan dan saat mlai diolah pabrik.

Selain itu mutu minyak juga tergantung pada mutu panen yaitu derajat kematangan buah. Pemanenan pada keadaan buah lewat matang akan meningkatkan asam lemak bebas. Hal ini tentu banyak merugikan, sebab buah terlalu masak sebahagian kandungan minyaknya menjadi asam lemak bebas. Sehingga akan menurunkan mutu minyak sebaliknya pada buah yang mentah akan menurunkan kandungan minyak, walaupun asam lemak bebasnya rendah.


(52)

Pada umumnya, penyaringan hasil minyak sawit dilakukan dalam rangkaian proses pengendapan, yaitu minyak sawit jernih dimurnikan dengan sentrifugasi.

Dengan proses diatas, kotoran-kotoran yang berukuran besar memang bisa disaring. Akan tetapi kotoran-kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bisa disaring, hanya melayang-layang di dalam minyak sawit sebab berat jenisnya sama dengan minyak sawit. Air dapat menguap pada minyak sawit jika dipanaskan pada suhu >1000C karena itu panas pada storage tank perlu dijaga 50-550C untuk mengurangi pertambahan asam lemak bebas pada CPO. Kadar air yang tinggi juga dapat menyebabkan asam lemak bebas semakin tinggi karena akan membantu terjadinya proses hidrolisa.

Berdasarkan hal di atas maka penulis mengambil judul karya ilmiah ini adalah

“PENENTUAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS, KADAR AIR, DAN

KADAR KOTORAN PADA CPO YANG SUDAH BERALAM (MENGINAP)


(53)

1.2 Permasalahan

Mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran. Yang menjadi permasalahan adalah berapakah kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran pada CPO yang sudah bermalam (menginap).

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui hubungan antara kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran pada CPO yang sudah bermalam

2. Untuk mengetahui penentuan kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran pada CPO yang sudah bermalam

3. Untuk mengetahui besarnya kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran pada CPO yang sudah bermalam

4. Untuk mengetahui usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit


(54)

1.4Manfaat

Penulisan karya ilmiah ini diharapkan memberikan manfaat untuk mendapatkan langkah-langkah atau cara yang efisien dalam pengolahan minyak kelapa sawit di dalam memperoleh produksi CPO dengan kadar ALB, kadar air, dan kadar kotoran yang rendah. Kenaikan kadar asam lemak bebas (ALB) dapat diketahui setelah dilakukan analisa kadar asam lemak bebas pada minyak sawit.


(55)

ABSTRAK

Kandungan Asam Lemak Bebas (ALB), kadar air, dan kadar kotoran yang terdapat dalam minyak sawit merupakan salah satu penentuan mutu minyak sawit. Asam Lemak Bebas (ALB) ini tidak diinginkan dalam minyak kelapa sawit karena dapat menyebabkan minyak tersebut berbau tengik dan dapat memperpendek masa penyimpanan.

Kandungan Asam Lemak (ALB) dapat ditentukan dengan menggunakan metode titrimetri, dan untuk kadar kotoran dan kadar air dilakukan dengan metode gravimetri. Hasil analisa yang diperoleh untuk kadar asam lemak bebas maksimum sebesar 6,04 %, kadar air maksimum sebesar 0,0704 %, dan kadar kotoran maksimum sebesar 0,00031 % untuk CPO pada tangki penyimpanan selama 5 hari. Standar Nasional Indonesia untuk kadar asam lemak bebas sebesar <3,50 %, kadar air sebesar <0,10 %, dan kadar kotoran sebesar <0,02 %.


(56)

THE DETERMINATION OF FREE FATTY ACID CONTENT, WATER CONTENT, AND LEVELS OF IMPURITIES IN CPO HAVE BEEN STAY

OVERNIGHT AT PTPN III PKS SEIMANGKEI ABSTRACT

The concentration of Free Fatty Acid (FFA), water content, and levels of impurities contained in palm oil is a principle determinant to quality of palm oil. This Free Fatty Acid (FFA) is undersirable in the palm oil because it can make the rancid to the oil self and shorthen the storage duration.

The concentration of Free Fatty Acid (FFA) can be determined by titrimetry method, and for levels of dirt and moisture carried out by the gravimetric method. The result of analysis obtained for free fatty acid levels to a maximum of 6,04 %, maximum water content of 0,0704 %, and maximum dirt content of 0,00031 % for CPO on the storage tank for 5 days. Indonesia National Standard for free fatty acid levels of <3,50 %, levels of water impurities of <0,10 %, and levels dirt impurities of <0,02 %.


(57)

PENENTUAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS, KADAR AIR,

DAN KADAR KOTORAN PADA CPO YANG SUDAH

BERMALAM (MENGINAP) DI PTPN III PKS SEIMANGKEI

KARYA ILMIAH

FRANSISKA SITUMORANG

092401046

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(1)

Pada umumnya, penyaringan hasil minyak sawit dilakukan dalam rangkaian proses pengendapan, yaitu minyak sawit jernih dimurnikan dengan sentrifugasi.

Dengan proses diatas, kotoran-kotoran yang berukuran besar memang bisa disaring. Akan tetapi kotoran-kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bisa disaring, hanya melayang-layang di dalam minyak sawit sebab berat jenisnya sama dengan minyak sawit. Air dapat menguap pada minyak sawit jika dipanaskan pada suhu >1000C karena itu panas pada storage tank perlu dijaga 50-550C untuk mengurangi pertambahan asam lemak bebas pada CPO. Kadar air yang tinggi juga dapat menyebabkan asam lemak bebas semakin tinggi karena akan membantu terjadinya proses hidrolisa.

Berdasarkan hal di atas maka penulis mengambil judul karya ilmiah ini adalah “PENENTUAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS, KADAR AIR, DAN

KADAR KOTORAN PADA CPO YANG SUDAH BERALAM (MENGINAP) DI PTPN III PKS SEIMANGKEI”.


(2)

1.2 Permasalahan

Mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran. Yang menjadi permasalahan adalah berapakah kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran pada CPO yang sudah bermalam (menginap).

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui hubungan antara kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran pada CPO yang sudah bermalam

2. Untuk mengetahui penentuan kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran pada CPO yang sudah bermalam

3. Untuk mengetahui besarnya kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran pada CPO yang sudah bermalam

4. Untuk mengetahui usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit


(3)

1.4Manfaat

Penulisan karya ilmiah ini diharapkan memberikan manfaat untuk mendapatkan langkah-langkah atau cara yang efisien dalam pengolahan minyak kelapa sawit di dalam memperoleh produksi CPO dengan kadar ALB, kadar air, dan kadar kotoran yang rendah. Kenaikan kadar asam lemak bebas (ALB) dapat diketahui setelah dilakukan analisa kadar asam lemak bebas pada minyak sawit.


(4)

ABSTRAK

Kandungan Asam Lemak Bebas (ALB), kadar air, dan kadar kotoran yang terdapat dalam minyak sawit merupakan salah satu penentuan mutu minyak sawit. Asam Lemak Bebas (ALB) ini tidak diinginkan dalam minyak kelapa sawit karena dapat menyebabkan minyak tersebut berbau tengik dan dapat memperpendek masa penyimpanan.

Kandungan Asam Lemak (ALB) dapat ditentukan dengan menggunakan metode titrimetri, dan untuk kadar kotoran dan kadar air dilakukan dengan metode gravimetri. Hasil analisa yang diperoleh untuk kadar asam lemak bebas maksimum sebesar 6,04 %, kadar air maksimum sebesar 0,0704 %, dan kadar kotoran maksimum sebesar 0,00031 % untuk CPO pada tangki penyimpanan selama 5 hari. Standar Nasional Indonesia untuk kadar asam lemak bebas sebesar <3,50 %, kadar air sebesar <0,10 %, dan kadar kotoran sebesar <0,02 %.


(5)

THE DETERMINATION OF FREE FATTY ACID CONTENT, WATER CONTENT, AND LEVELS OF IMPURITIES IN CPO HAVE BEEN STAY

OVERNIGHT AT PTPN III PKS SEIMANGKEI ABSTRACT

The concentration of Free Fatty Acid (FFA), water content, and levels of impurities contained in palm oil is a principle determinant to quality of palm oil. This Free Fatty Acid (FFA) is undersirable in the palm oil because it can make the rancid to the oil self and shorthen the storage duration.

The concentration of Free Fatty Acid (FFA) can be determined by titrimetry method, and for levels of dirt and moisture carried out by the gravimetric method. The result of analysis obtained for free fatty acid levels to a maximum of 6,04 %, maximum water content of 0,0704 %, and maximum dirt content of 0,00031 % for CPO on the storage tank for 5 days. Indonesia National Standard for free fatty acid levels of <3,50 %, levels of water impurities of <0,10 %, and levels dirt impurities of <0,02 %.


(6)

PENENTUAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS, KADAR AIR,

DAN KADAR KOTORAN PADA CPO YANG SUDAH

BERMALAM (MENGINAP) DI PTPN III PKS SEIMANGKEI

KARYA ILMIAH

FRANSISKA SITUMORANG

092401046

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN