Agi Risa solikhah, 2014 Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak
menurut uu no 23 tahun 2002 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menikah merupakan salah satu fase kehidupan yang lazim dilakukan oleh setiap manusia dewasa akil baligh, siap secara lahir dan batin, serta memiliki
rasa tanggung jawab dalam membangun sebuah rumah tangga. Menikah bukan suatu beban penghalang kehidupan manusia, tetapi justru berfungsi
membangun kehormatan pergaulan dalam rumah tangga yang dibina oleh pasangan suami-istri itu sendiri agar bisa menuju suasana yang damai, tenteram,
dan penuh kasih sayang, yang tentunya menjadi keinginan semua orang. Hakikat pernikahan adalah sebuah ikatan suci seorang laki-laki dengan
perempuan. Pernikahan merupakan perintah illahi, sunnah Nabi, dan fitrah insani. Menikah merupakan jalan atau cara agar manusia di dalam menyalurkan
hasrat biologisnya tidak terjerumus ke dalam lembah kehinaan dan kenistaan, juga sebagai upaya untuk melanjutkan kehidupan. Dalam Al-Quran, pernikahan
diungkap dengan istilah mistsaqon gholizhon perjanjian suci yang sangat kuat, artinya seseorang yang melaksanakan pernikahan sudah berjanji kepada Allah
untuk memperlakukan suami atau istrinya sebaik mungkin sesuai dengan syariat yang sudah digariskan.
Rasulullah SAW. Memerintahkan kita untuk menikah, ”Menikahlah dan
perbanyaklah keturunan kalian, karena aku akan berbangga di hadapan umat- umat lain dengan jumlah kalian yang banyak pada hari kiamat nan
ti”. H.R. Baihaqi. Bisa disimpulkan, pernikahan merupakan sesuatu yang sangat penting
bagi manusia. Pernikahan adalah sesuatu yang harus dilakukan. Dengan kata lain, orang-orang yang tidak melakukan pernikahan tanpa alasan yang tepat,
berarti tidak mengikuti sunnah rasul dan menginkari fitrahnya sebagai manusia. Namun pada kenyataan yang ada saat ini banyak terjadi fenomena
pernikahan yang dilakukan oleh pasangan yang belum cukup umur atau pernikahan dibawah umur. Hal ini cukup menarik banyak perhatian dari berbagai
Agi Risa solikhah, 2014 Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak
menurut uu no 23 tahun 2002 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
kalangan, karena sebenarnya fenomena pernikahan di bawah umur seperti fenomena gunung es yang kelihatan sedikit di atasnya padahal dalam dataran
faktanya sangat banyak terjadi di kalangan masyarakat Indonesia. Pernikahan seperti ini marak dilakukan baik sesama pasangan dibawah umur maupun
pasangan beda usia. Pernikahan di bawah umur ini terlihat seperti ada motif ekonomi yang
mengakibatkan orang tua mau menikahkan anak-anaknya sehingga yang terjadi adalah ekspolitasi terhadap anak dalam berbagai hal atau lebih jauh lagi biasa
dinggap tidak bertanggungjawabnya orang tua atas anak tersebut. Pernikahan di bawah umur juga menimbulkan banyak masalah sosial yang di lain sisi juga
menimbulkan masalah hukum. Kontroversi pernikahan di bawah umur memang menjadi perdebatan terutama berkenaan dari batasan usia minimal bagi seorang
anak untuk menikah dengan tentunya selama ini yang terjadi adalah persinggungan diantara dua sistem hukum, yaitu hukum Islam dan hukum
nasional terutama yang masing-masing mengatur tentang pernikahan dan hak-hak atas anak sebagai pihak yang menjadi subyek dalam pernikahan tersebut.
Padahal berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 1 mendefinisika
n bahwa “pernikahan sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami dan
istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
”. Sedangkan berdasarkan Undang- Undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 7 ayat 1 yang berbunyi:
“Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 sembilan belas tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 enam belas tahun
”. Pemberlakuan Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 di atas memang
dilakukan oleh negara Indonesia bukan tanpa adanya alasan yang kuat, tetapi juga dari perlindungan atas hak anak, kesehatan yang berkenaan dengan organ
reproduksi anak, dan psikologis dalam hal kedewasaan anak untuk menetukan pilihan yang benar dan bertanggung jawab juga bertujuan untuk memperkecil
resiko banyaknya kerugian atau kesewenang-wenangan yang akan dialami oleh seorang wanita isteri maupun anak baik kerugian dalam aspek sosial
Agi Risa solikhah, 2014 Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak
menurut uu no 23 tahun 2002 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
maupun hukum dalam sebuah perkawinan. Sedangkan pengertian Anak menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 1 ”Anak adalah seseorang yang belum berusia 18
delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan ”. Kemudian
pengertian Hak anak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002
”Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orangtua, keluarga, masyarakat,
pemerintah dan negara ”. Sehingga apabila sebuah perkawinan dilakukan oleh
pasangan yang belum cukup umur sesuai dengan Undang-Undang yang mengaturnya yakni UU No 1 Tahun 1974 maka akan banyak kerugian yang serta
kelemahan dari kekuatan hukum maupun perlindungan hak anak atas perkawinan itu sendiri.
Pemerintah suatu negara berupaya untuk menjamin kelangsungan hidup tiap masyarakatnya agar menjadi individu yang berguna dan menjadi warga negara
yang baik berkaitan dengan kemampuan afektif dan spiritual dan bermakna berkaitan dengan kemampuan kognitif dan psikomotorik. Generasi penerus
diharapkan akan mampu mengantisipasi dan menghadapi perubahan yang terkait dengan konteks dinamika kehidupan. Keberadaan Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan pendidikan yang berperan membentuk warga negara yang baik good citizenship
, yang mengetahui hak dan kewajibannya serta mampu menjalankan kehidupan bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Peran dan fungsi
Pendidikan Kewarganegaraan ialah sebagai pendidikan politik, hukum dan moral kemasyarakatan, melaui pendidikan hukum yang diselenggarakan dalam
pendidikan kewarganegaraan ini masyarakat diharapkan mampu menjadi warganegara yang baik, kreatif, cerdas, kritis, yang bertanggung jawab dan
warganegara yang partisifatif serta mampu menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan aturan hukum yang berlaku termasuk dalam aturan dan
tata cara melangsungkan sebuah pernikahan. Namun kenyataan masih banyak terjadi kasus pernikahan dibawah umur.
Hal ini juga terjadi pada masyarakat Desa Sampiran Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon Jawa Barat, melalui penelitian yang dilakukan banyak
Agi Risa solikhah, 2014 Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak
menurut uu no 23 tahun 2002 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
alasan yang melatarbelakangi masyarakat tersebut melakukan pernikahan dibawah umur, yakni faktor adat atau kebiasaan yang turun temurun dilakukan
masyarakat setempat melaksananakan pernikahan di bawah umur, faktor pengetahuan dan pemahaman yang kurang terhadap resiko melakukan pernikahan
di bawah umur. Kemudian kekhawatirkan orang tua dalam pergaulan anak muda, faktor ekonomi yakni terlilit kemiskinan, ada pula yang disebabkan karena takut
tidak laku, ataupun paksaan dari orang tua dan lain sebagainya tanpa menimbang dan memikirkan bagaimana dampak dari pernikahan dibawah umur terhadap
hak anak. Inilah yang menjadi perhatian utama ketika pernikahan dibawah umur dianggap suatu tradisi dilakukan secara turun temurun, karena jika tidak
maka akan ada sanksi sosial yang didapat yakni cemoohan masyarakat sekitar.
No Wil
Kab Kota
Belum Kawin Kawin
Cerai Hidup Cerai Mati
Jumlah
n n
n n
n
32.09 Cirebon