KESADARAN HUKUM MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PERNIKAHAN DIBAWAH UMUR TERHADAP HAK ANAK MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002.

(1)

No. Skripsi : 2057/UN.40.2.2/PL/2014

KESADARAN HUKUM MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PERNIKAHAN DIBAWAH UMUR TERHADAP HAK ANAK

MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002

(Studi Kasus Di Desa Sampiran Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh:

Agi Risa Solikhah 0906097

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

KESADARAN HUKUM MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PERNIKAHAN DIBAWAH UMUR TERHADAP HAK ANAK MENURUT

UU NO. 23 TAHUN 2002

(Studi Kasus Di Desa Sampiran Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon)

Oleh: Agi Risa Solikhah

0906097

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Pendidikan

Kewarganegaraan

©Agi Risa Solikhah, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak cipta dilindungi undang – undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, foto copy atau dengan cara lainnya tanpa seijin penulis


(3)

LEMBAR PENGESAHAN AGI RISA SOLIKHAH

(0906097)

KESADARAN HUKUM MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PERNIKAHAN DIBAWAH UMUR TERHADAP HAK ANAK

MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002

(Studi Kasus Di Desa Sampiran Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon) Disetujui dan Disahkan Oleh Pembimbing :

Pembimbing I

Dr. Dadang Sundawa, M.Pd NIP 19600515 198803 1 002

Pembimbing II

Dr. Hj. Komala Nurmalina, M. Pd NIP 13034502500

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP 19630820 198803 1 001 Skripsi ini telah diuji pada :

Hari/tanggal : Senin, 30 Juni 2014

Tempat : Gedung FPIPS UPI Bandung

Panitia ujian :

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001


(4)

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001

3. Penguji :

3.1

Prof. Dr. H. Suwarma Al Muchtar, S.H, M.Pd

NIP. 19530211 197803 1 002 3.2

Susan Fitriasari S.Pd., M.Pd NIP.19820730 200912 2 004 3.3

Drs. Djaenudin Harun, S.H, M.S NIP. 130256644002


(5)

Agi Risa solikhah, 2014

Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak menurut uu no 23 tahun 2002

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. RumusanMasalah ... 4

C. TujuanPenelitian ... 5

D. ManfaatPenelitian ... 6

1. SecaraTeoritis ... 6

2. SecaraPraktis ... 6

E. Metode dan Tehnik Penelitian... 7

F. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 10

G. SistematikaPenulisan ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Konsep Pendidikan Kewarganegaraan ... 13

1. PengertianPendidikanKewarganegaraan ... 13

2. Karakteristik PendidikanKewarganegaraan ... 14

3. Tujuan, Peran dan Fungsi PendidikanKewarganegaraan ... 15

4. Dimensi PendidikanKewarganegaraan ... 16

B. Tinjauan Tentang Kesadaran dan Hukum... 17

1. PengertianKesadaran ... 17

a. Arti Kesadaran ... 17

b. Jenis Kesadaran ... 19

c. Sifat Kesadaran ... 21


(6)

Agi Risa solikhah, 2014

Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak menurut uu no 23 tahun 2002

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Pengertian Hukum ... 23

a. Arti Hukum ... 23

b. Unsur Hukum ... 25

c. Sifat Hukum ... 26

d. Tujuan Hukum ... 27

e. Fungsi Hukum ... 28

3. Pengertian Kesadaran Hukum ... 29

a. Arti Kesadaran Hukum ... 31

b. Indikator Kesadaran Hukum ... 32

c. Tingkat Kesadaran Hukum ... 33

d. Usaha Meningkatkan Kesadaran Hukum ... 36

C. Tinjauan Tentang Masyarakat ... 38

1. Pengertian Masyarakat ... 38

2. Tipologi Masyarakat ... 39

D. Tinjauan tentang Tradisi ... 42

E. Tinjauan Tentang Konsep Pernikahan Di Indonesia ... 42

1. Pernikahan Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 ... 42

2. Pernikahan Menurut Agama Islam ... 44

3. Pernikahan Dibawah Umur ... 45

F. Tinjauan Tentang Hak Anak ... 48

BAB III METODE PENELITIAN A. PendekatandanMetodePenelian ... 50

1. Pendekatan Penelitian ... 50

2. Metode Penelitian ... 51

B. TeknikPengumpulan Data ... 51

1. Wawancara ... 52

2. Observasi ... 52


(7)

Agi Risa solikhah, 2014

Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak menurut uu no 23 tahun 2002

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Studi literature ... 53

C. Tehnik Analisis Data ... 54

1. Reduksi Data ... 55

2. Display Data ... 55

3. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi ... 56

D. LokasidanSubjekPenelitian ... 57

1. LokasiPenelitian ... 57

2. SubjekPenelitian ... 57

E. Pengujian Keabsahan Data ... 57

1. Credibilty (Validitas Internal) ... 57

2. Transferability (Validitas Eksternal) ... 59

3. Depandability (Reabilitas)... 60

4. Confirmability (Objektivitas) ... 60

F. TahapPenelitian ... 61

1. TahapPraPenelitian ... 61

2. TahapPelaksanaan ... 62

3. Tahap Analisis Data ... 63

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 64

1. Sosiografi Desa Sampiran ... 64

2. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 67

3. Hasil Wawancara ... 68

a. Pemahaman Masyarakat Mengenai Pernikahan Dibawah Umur Terhadap Hak Anak Yang Terdapat Dalam UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan ... 75

b. Pemahaman Masyarakat Mengenai Pernikahan dibawah Umur Menurut UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak ... 76 c. Penerapan Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Pernikahan


(8)

Agi Risa solikhah, 2014

Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak menurut uu no 23 tahun 2002

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak ... 77

d. Pandangan Beberapan Tokoh Terhadap Pendapat Responden .... 78

B. AnalisisHasilpenelitian ... 80

1. Sosiografi Desa Sampiran ... 80

2. Mekanisme dan Pengaturan Terhadap Pernikahan Dibawah Umur Terhadap Hak Anak Yang Terdapat Dalam UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak ... 81

3. Pemahaman Masyarakat Mengenai Pernikahan Dibawah Umur Terhadap Hak Anak Di Desa Sampiran Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon ... 85

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kesadaran Hukum Masyarakat Mengenai Pernikahan DiBawah Umur Terhadap Hak Anak ... 86

5. Peran dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Upaya Meningkatkan Kesadaran Hukum Mengenai Pernikahan Dibawah Umur Terhadap Hak Anak ... 90

6. Upaya Yang Telah Dilakukan Oleh Tokoh Masyarakat dan Pemerintah Dalam Meminimalisir Pernikahan Dibawah Umur Di Desa Sampiran ... 93

C. PembahasanHasilPenelitian ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 99

1. Kesimpulan Umum ... 99

2. Kesimpulan Khusus ... 99

B. Saran ... 100


(9)

i Agi Risa solikhah, 2014

Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak menurut uu no 23 tahun 2002

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Agi Risa Solikhah (0906097). Kesadaran Hukum Masyarakat Mengenai Tradisi Pernikahan Dibawah Umur Terhadap Hak Anak Menurut UU No.23 Tahun 2002 (Studi Kasus Di Desa Sampiran Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon).

Fenomena pernikahan dibawah umur cukup menarik menjadi perhatian berbagai kalangan, hal tersebut terjadi karena sebenarnya fenomena pernikahan dibawah umur sperti fenomena gunung es yang kelihatan sedikit diatasnya padahal dalam daratan faktanya sangat banyak terjadi dikalangan masyarakat Indonesia. Pernikahan dibawah umur secara tidak langsung telah merampas hak-hak anak. Salah satu masalah hukum yang mencuat belakangan ini tentang pernikahan dibawah umur adalah pernikahan yang dilakukan Syekh Puji dengan Lutfiana Ulfa seorang gadis yang ditenggarai berumur 12 tahun pada saat terjadi pernikahan ini. Selain kasus pernikahan Syekh Puji tersebut, pernikahan dibawah umur juga banyak terjadi di Desa Sampiran, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon sebagai contoh.

Penelitian ini berusaha mengungkapkan kesadran hukum masyarakat mengenai tradisi pernikahan dibawah umur terhadap hak anak, bagaimana pemahaman masyarakat mengenai pernikahan dibawah umur, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kesadaran hukum masyarakat mengenai pernikahan dibawah umur terhadap hak anak, peran dan fungsi Pendidikan kewarganegaraan dalam meningkatkan kesadaran hukum masyarakat mengenai pernikahan dibawah umur, serta bagaimana upaya yang dilakukan dalam meminimalisir terjadinya pernikahan dibawah umur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus dan pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi literatur.

Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan, yaitu bahwa masyarakat Desa Sampiran masih belum mengetahui secara pasti mekanisme dan pengaturan baik isi maupun tujuan dari diberlakukannya Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Kesadaran hukum dan pemahaman masyarakat Desa Sampiran terhadap pernikahan dibawah umur masih kurang. Hal tersebut disebabkan karena urang efektifnya sosialisasi mengenai pernikahan dibawah umur terhadap hak anak yang dilakukan oleh pemerintah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum masyarakat Desa Sampiran yaitu faktor lingkungan, adat istiadat, pendidikan dan ekonomi. Keberadaan Pendidikan kewarganegaraan ditingkat persekolahan maupun lingkungan masyarakat belum berjalan sesuai dengan peran dan fungsinya untuk merubah paradigma berfikir masyarakat tentang pernikahan dibawah umur terhadap hak anak.

Upaya untuk meminimalisir pernikahan dibawah umur di Desa Sampiran terus dilakukan oleh tokoh masyarakat maupun pejabat desa dan pemerintah sebagai agen masyarakat yang membangun pemahaman dan kesadaran akan pentingnya pernikahan dipersiapkan secara matang demi mewujudkan kehidupan keluarga bahagia, memperketat syarat usia minimal pernikahan dan melalui


(10)

i Agi Risa solikhah, 2014

Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak menurut uu no 23 tahun 2002

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendidikan kewarganegaraan dipersekolahan maupun masyarakat diharapkan mampu membentuk dan menciptakan masyrakat yang kritis dan rasional.

ABSTRACT

Agi Risa Solikhah (0906097). Legal Awareness Society Wedding Traditions Regarding the Rights of Children Under Age According UU No. 23 of 2002 (Case Study in District of Talun Sampiran Village Cirebon).

The phenomenon of under-age marriage is quite attractive to the attention of various circles, it happens because the actual phenomenon of under-age marriage just as the iceberg appears slightly above whereas in fact the land is very much happening among the people of Indonesia. Underage marriage has indirectly depriving the rights of the child. One of the legal issues that stuck out in recent years of under-age marriage is marriage performed by Lutfiana Ulfa Sheikh Puji a girl who allegedly was 12 years old at the time of this marriage. In addition to the case of Sheikh Puji marriage, underage marriage too much going on in the village Sampiran, District Talun, Cirebon District as an example.

This study tried to reveal kesadran public law regarding underage marriage tradition of children's rights, public understanding of how the under-age marriage, the factors that influence the level of public awareness about underage marriages of children's rights, roles and functions of citizenship education in improving public awareness about underage marriage, and how the efforts aimed at minimizing the occurrence of under-age marriage. This study used a qualitative approach with case study methods and data collection is done through observation, interviews, documentation studies and literature studies.

The study produced several findings, namely that the villagers Sampiran still not clear about the mechanisms and regulation of both the content and purpose of the enactment of Law No. 1 of 1974 on Marriage and the Law No. 23 of 2002 on the protection of children. Legal awareness and understanding Sampiran villagers against under-age marriage is still lacking. This is because urang effective dissemination of under-age marriages of children's rights by the government. Factors influencing public awareness that environmental factors Sampiran village, customs, education and economics. The existence of civic education level of schooling and society has not run in accordance with the roles and functions to change the paradigm of society think about marriage under the age of children's rights.

Efforts to minimize under-age marriage in the village Sampiran being conducted by community leaders and government officials and village communities as agents that build understanding and awareness of the importance of marriage to be carefully set in order to realize a happy family life, marriage minimum age requirement to tighten and through civic education and dipersekolahan expected to form a community and create a society that is critical and rational.


(11)

Agi Risa solikhah, 2014

Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak menurut uu no 23 tahun 2002

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menikah merupakan salah satu fase kehidupan yang lazim dilakukan oleh setiap manusia dewasa (akil baligh), siap secara lahir dan batin, serta memiliki rasa tanggung jawab dalam membangun sebuah rumah tangga. Menikah bukan suatu beban penghalang kehidupan manusia, tetapi justru berfungsi membangun kehormatan pergaulan dalam rumah tangga yang dibina oleh pasangan suami-istri itu sendiri agar bisa menuju suasana yang damai, tenteram, dan penuh kasih sayang, yang tentunya menjadi keinginan semua orang.

Hakikat pernikahan adalah sebuah ikatan suci seorang laki-laki dengan perempuan. Pernikahan merupakan perintah illahi, sunnah Nabi, dan fitrah insani. Menikah merupakan jalan atau cara agar manusia di dalam menyalurkan hasrat biologisnya tidak terjerumus ke dalam lembah kehinaan dan kenistaan, juga sebagai upaya untuk melanjutkan kehidupan. Dalam Al-Quran, pernikahan diungkap dengan istilah mistsaqon gholizhon (perjanjian suci yang sangat kuat), artinya seseorang yang melaksanakan pernikahan sudah berjanji kepada Allah untuk memperlakukan suami atau istrinya sebaik mungkin sesuai dengan syariat yang sudah digariskan.

Rasulullah SAW. Memerintahkan kita untuk menikah, ”Menikahlah dan perbanyaklah keturunan kalian, karena aku akan berbangga di hadapan umat- umat lain dengan jumlah kalian yang banyak pada hari kiamat nanti”. (H.R. Baihaqi). Bisa disimpulkan, pernikahan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia. Pernikahan adalah sesuatu yang harus dilakukan. Dengan kata lain, orang-orang yang tidak melakukan pernikahan tanpa alasan yang tepat, berarti tidak mengikuti sunnah rasul dan menginkari fitrahnya sebagai manusia.

Namun pada kenyataan yang ada saat ini banyak terjadi fenomena pernikahan yang dilakukan oleh pasangan yang belum cukup umur atau pernikahan dibawah umur. Hal ini cukup menarik banyak perhatian dari berbagai


(12)

Agi Risa solikhah, 2014

Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak menurut uu no 23 tahun 2002

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kalangan, karena sebenarnya fenomena pernikahan di bawah umur seperti fenomena gunung es yang kelihatan sedikit di atasnya padahal dalam dataran faktanya sangat banyak terjadi di kalangan masyarakat Indonesia. Pernikahan seperti ini marak dilakukan baik sesama pasangan dibawah umur maupun pasangan beda usia.

Pernikahan di bawah umur ini terlihat seperti ada motif ekonomi yang mengakibatkan orang tua mau menikahkan anak-anaknya sehingga yang terjadi adalah ekspolitasi terhadap anak dalam berbagai hal atau lebih jauh lagi biasa dinggap tidak bertanggungjawabnya orang tua atas anak tersebut. Pernikahan di bawah umur juga menimbulkan banyak masalah sosial yang di lain sisi juga menimbulkan masalah hukum. Kontroversi pernikahan di bawah umur memang menjadi perdebatan terutama berkenaan dari batasan usia minimal bagi seorang anak untuk menikah dengan tentunya selama ini yang terjadi adalah persinggungan diantara dua sistem hukum, yaitu hukum Islam dan hukum nasional terutama yang masing-masing mengatur tentang pernikahan dan hak-hak atas anak sebagai pihak yang menjadi subyek dalam pernikahan tersebut.

Padahal berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 1 mendefinisikan bahwa “pernikahan sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami dan istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sedangkan berdasarkan Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 7 ayat 1 yang berbunyi:

“Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun”. Pemberlakuan Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 di atas memang dilakukan oleh negara (Indonesia) bukan tanpa adanya alasan yang kuat, tetapi juga dari perlindungan atas hak anak, kesehatan yang berkenaan dengan organ reproduksi anak, dan psikologis dalam hal kedewasaan anak untuk menetukan pilihan yang benar dan bertanggung jawab juga bertujuan untuk memperkecil resiko banyaknya kerugian atau kesewenang-wenangan yang akan dialami oleh seorang wanita (isteri) maupun anak baik kerugian dalam aspek sosial


(13)

Agi Risa solikhah, 2014

Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak menurut uu no 23 tahun 2002

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

maupun hukum dalam sebuah perkawinan.

Sedangkan pengertian Anak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 1 ”Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”. Kemudian pengertian Hak anak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 ”Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orangtua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara”. Sehingga apabila sebuah perkawinan dilakukan oleh pasangan yang belum cukup umur sesuai dengan Undang-Undang yang mengaturnya yakni UU No 1 Tahun 1974 maka akan banyak kerugian yang serta kelemahan dari kekuatan hukum maupun perlindungan hak anak atas perkawinan itu sendiri.

Pemerintah suatu negara berupaya untuk menjamin kelangsungan hidup tiap masyarakatnya agar menjadi individu yang berguna dan menjadi warga negara yang baik (berkaitan dengan kemampuan afektif dan spiritual) dan bermakna (berkaitan dengan kemampuan kognitif dan psikomotorik). Generasi penerus diharapkan akan mampu mengantisipasi dan menghadapi perubahan yang terkait dengan konteks dinamika kehidupan. Keberadaan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan yang berperan membentuk warga negara yang baik (good citizenship), yang mengetahui hak dan kewajibannya serta mampu menjalankan kehidupan bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Peran dan fungsi Pendidikan Kewarganegaraan ialah sebagai pendidikan politik, hukum dan moral kemasyarakatan, melaui pendidikan hukum yang diselenggarakan dalam pendidikan kewarganegaraan ini masyarakat diharapkan mampu menjadi warganegara yang baik, kreatif, cerdas, kritis, yang bertanggung jawab dan warganegara yang partisifatif serta mampu menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan aturan hukum yang berlaku termasuk dalam aturan dan tata cara melangsungkan sebuah pernikahan.

Namun kenyataan masih banyak terjadi kasus pernikahan dibawah umur. Hal ini juga terjadi pada masyarakat Desa Sampiran Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon Jawa Barat, melalui penelitian yang dilakukan banyak


(14)

Agi Risa solikhah, 2014

Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak menurut uu no 23 tahun 2002

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

alasan yang melatarbelakangi masyarakat tersebut melakukan pernikahan dibawah umur, yakni faktor adat atau kebiasaan yang turun temurun dilakukan masyarakat setempat melaksananakan pernikahan di bawah umur, faktor pengetahuan dan pemahaman yang kurang terhadap resiko melakukan pernikahan di bawah umur. Kemudian kekhawatirkan orang tua dalam pergaulan anak muda, faktor ekonomi yakni terlilit kemiskinan, ada pula yang disebabkan karena takut tidak laku, ataupun paksaan dari orang tua dan lain sebagainya tanpa menimbang dan memikirkan bagaimana dampak dari pernikahan dibawah umur terhadap hak anak. Inilah yang menjadi perhatian utama ketika pernikahan dibawah umur dianggap suatu tradisi dilakukan secara turun temurun, karena jika tidak maka akan ada sanksi sosial yang didapat yakni cemoohan masyarakat sekitar.

No Wil

Kab/ Kota

Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati Jumlah

n % n % n % n % n %

32.09 Cirebon 1.109.868 46,47 1.163.913 48,77 31.402 1.31 82.397 3,45 113.781 4,76

Sumber : http://www.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/1005

Berdasarkan pada latar belakang di atas, penulis merasa tertarik dan akan melakukan penelitian mengenai kesadaran hukum masyarakat mengenai tradisi pernikahan dibawah umur terhadap hak anak menurut UU No. 23 tahun 2002.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka

yang menjadi pokok masalah yaitu “bagaimana tingkat kesadaran hukum

masyarakat mengenai tradisi pernikahan dibawah umum terhadap hak anak menurut UU No. 23 tahun 2002 di Desa Sampiran Kecamatan Talun Kabupaten


(15)

Agi Risa solikhah, 2014

Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak menurut uu no 23 tahun 2002

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Pembatasan Masalah

Dari rumusan masalah yang bersifat umum tersebut maka penulis membatasi masalah tersebut dan dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pengetahuan serta pemahaman masyarakat setempat mengenai pernikahan dibawah umur terhadap hak anak di Desa Sampiran Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon?

2. Faktor apa saja yang turut mempengaruhi tingkat kesadaran hukum masyarakat mengenai pernikahan dibawah umur terhadap hak anak di Desa Sampiran Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon?

3. Bagaimana peran dan fungsi Pendidikan Kewarganegaraan dalam upaya meningkatkan kesadaran hukum mengenai pernikahan dibawah umur terhadap hak anak di Desa Sampiran Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon? 4. Bagaimana upaya yang telah dilakukan oleh tokoh masyarakat dan

pemerintahan dalam meminimalisir terjadinya pernikahan dibawah umur di Desa Sampiran Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesadaran hukum masyarakat mengenai tradisi pernikahan dibawah umur terhadap hak anak, di Desa Sampiran Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon Jawa Barat.

Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji:

1. Bagaimana pemahaman masyarakat setempat mengenai pernikahan dibawah umur terhadap hak anak di Desa Sampiran Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon.

2. Faktor yang turut mempengaruhi tingkat kesadaran hukum masyarakat mengenai pernikahan dibawah umur terhadap hak anak di Desa Sampiran Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon.


(16)

Agi Risa solikhah, 2014

Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak menurut uu no 23 tahun 2002

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Peran dan fungsi Pendidikan Kewarganegaraan dalam upaya meningkatkan kesadaran hukum mengenai pernikahan dibawah umur terhadap hak anak di Desa Sampiran Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon.

4. Upaya yang dilakukan oleh tokoh masyarakat dan pemerintahan dalam meminimalisir terjadinya pernikahan dibawah umur di Desa Sampiran Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon.

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Secara teoritis, Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh data baru yang bisa dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut mengenai hal yang sama dengan lebih mendalam dikemudian hari. Dan berguna bagi ilmu pengetahuan sebagai sumbangan pemikiran bagi perkembangan hukum, khususnya tentang pengaturan mengenai bagaimana sebenarnya batasan umur minimal dalam menikah.

Sebagai bahan masukan dalam penyempurnaan Perundang-undangan untuk pembentukan hukum nasional untuk mengurangi atau menekan pelaksanaan pernikahan di bawah umur mengingat akibat hukum dari pelaksanaan pernikahan tersebut terhadap hak-hak anak sebagaimana mestinya. Penelitian ini berguna untuk memperkaya khasanah studi tentang implementasi perkawinan dibawah umur terhadap hak anak pada komunitas masyarakat tertentu.

2. Secara Praktis

a. Mampu menelaah secara kritis tentang akibat hukum pelaksanaan pernikahan dibawah umur terhadap hak anak.

b. Memberikan kontribusi positif terhadap berbagai pihak mengenai pentingnya memahami dan mengarahkan perubahan pola pikir masyarakat bagi masyarakat Desa Sampiran Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon tentang akibat dilaksanakannya pernikahan di bawah umur terhadap hak anak.


(17)

Agi Risa solikhah, 2014

Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak menurut uu no 23 tahun 2002

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk mempertegas bahwa pengimplementasian Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan termasuk di dalamnya bahwa setiap perkawinan harus sesuai menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah wajib.

d. Dijadikan referensi untuk menambah wawasan keilmuwan sekaligus sebagai stimulus untuk menggugah kesadaran kolektif dalam melaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang perkawinan.

e. Menjadi bahan pengkajian yang lebih komprehensif mengenai dampak dari pernikahan di bawah umur terhadap hak anak menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

E. Metode dan Teknik Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus, yaitu “uraian dan komprehensif mengenai berbagai aspek individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program atau suatu situasi sosial” (Mulyana, 2002: 201). Sedangkan Arikunto (1989: 115), “studi kasus dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu”. Ditinjau dari lingkup wilayahnya, penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit, tetapi ditinjau dari sifat penelitiannya, penelitian kasus lebih mendalam dan membicarakan kemungkinan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan mengumpulkan data, menyusun dan mengaplikasikannya serta menginterprestasikannya.

2. Teknik Penelitian

Teknik penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi literatur. Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut:


(18)

Agi Risa solikhah, 2014

Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak menurut uu no 23 tahun 2002

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Observasi, yaitu pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Arikunto (1996: 129) berpendapat bahwa “observasi dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan instrumen pengamatan maupun tanpa instrumen pengamatan”.

b. Wawancara, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara lisan terhadap responden, dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disediakan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Nasution (1996: 73), bahwa “tujuan wawancara adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain...”.

c. Studi dokumentasi yang merupakan salah satu sumber data penelitian kualitatif yang sudah lama digunakan, karena sangat bermanfaat seperti yang diungkapkan oleh Moleong (2000: 161), yaitu: “....dokumen sebagai sumber data untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan”.

d. Studi literatur, yaitu alat pengumpul data untuk mengungkapkan berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi atau diteliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian yang diambil dari berbagai buku yang dianggap relevan terhadap isi penelitian.

3. Teknik Analisis Data

Menurut Moleong (2000: 103), “Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Dalam hal ini Nasution dalam Sugiyono (2005: 89) menyatakan:

Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil


(19)

Agi Risa solikhah, 2014

Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak menurut uu no 23 tahun 2002

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang grounded.

Menurut Sugiyono (2005: 96), berkenaan teori grounded ini beliau berpendapat: ”Teori Grounded adalah teori yang ditemukan secara induktif, berdasarkan data-data yang ditemukan di lapangan, dan selanjutnya diuji melalui pengumpulan data yang terus-menerus.”

Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersaman dengan pengumpulan data.

a) Analisis sebelum di lapangan

Menurut Sugiyono (2005: 90) berpendapat bahwa:

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih besifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan.

Analisis data dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, berupa data wawancara mengenai tradisi pernikahan dibawah umur di Desa Sampiran Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon Jawa Barat. Data yang diperoleh peneliti hasil studi studi pendahuluan ini sangat membantu peneliti untuk menentukan fokus permasalahan dan lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian.

b) Analisis selama di lapangan

Menurut Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2005: 91), mengemukakan bahwa:

Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisa data yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.


(20)

Agi Risa solikhah, 2014

Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak menurut uu no 23 tahun 2002

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengelolaan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga cara kegiatan, seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010: 294 ), yaitu:

1. Reduksi data yaitu proses analisis yang dilakukan untuk menajamkan, menggolongkan , menghasilkan penelitian dengan memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema atau polanya. Dengan kata lain reduksi data dilakukan untuk mempermudah pemahaman-pemahaman terhadap data yang telah terkumpul dari hasil catatan lapangan dengan cara merangkum, mengklasifikasi sesuai masalah dan aspek-aspek permasalahan yang diteliti. 2. Dispay Data, yaitu sekumpulan informasi yang tersusun yang memberikan

gambaran penelitian secara menyeluruh. Dengan kata lain display data dilakukan untuk mempermudah melihat gambaran penelitian secara menyeluruh atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian dengan cara membuar berbagai matrik, dengan demikian peneliti dapat menguasai data dan tidak tenggelam dalam detail.

3. Mengambil keputusan dan verfikasi, merupakan upaya untuk mencari makna dari data yang dikumpulkan. Upaya ini dilakukan dengan cara mencari pola tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang timbul, hipotesis dan lain-lain.

F. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan, dan lokasi penelitian ini yaitu di Desa Sampiran Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon Jawa Barat. Desa ini dipilih oleh penulis karena fenomena pernikahan dibawah umur masih biasa dilakukan. Kondisi pelaku pernikahan di bawah umur yang menunjukkan rasa acuh dan ketidaktahuan terhadap kedudukan hak anak terhadap akibat pelaksanaan pernikahan dibawah umur karena bertentangan dengan peraturan undangan mengenai perkawinan dan perundang-undangan tentang hak anak, oleh karena itu dimungkinkan penulis dapat memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.


(21)

Agi Risa solikhah, 2014

Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak menurut uu no 23 tahun 2002

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di lingkungan Desa Sampiran Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon Jawa Barat yang melaksanakan pernikahan di bawah umur dan mengetahui di daerah sekitarnya ada yang melaksanakan pernikahan di usia dini. Selain itu, untuk memperkuat dan melengkapi data hasil penelitian penulis mencari informasi kepada:

a. Pelaku pernikahan dibawah umur

b. Orang tua pelaku pernikahan dibawah umur c. Pejabat sebagai Aparatur Desa Sampiran d. Pejabat KUA setempat

G. Sistematika Penelitian

1. Judul

2. Pernyataan mengenai maksud penulisan karya ilmiah 3. Nama dan kedudukan tim pembimbing

4. Pernyataan tentang keaslian karya ilmiah 5. Kata pengantar

6. Abstrak 7. Daftar isi 8. Daftar Tabel 9. Daftar Gambar 10. Daftar lampiran

11. Bab I Pendahulan : berisi tentang uraian mengenai latar belakang masalah, Identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, manfaat penelitian, teknik Penelitian,serta subjek dan lokasi penelitian. 12. Bab II Kerangka Teoritis : Pada bab ini diuraikan

dokumen/kepustakaan yang teoritis serta berkaitan dengan fokus penelitian serta teori-teori yang memiliki hubungan dalam mendukung penelitian penulis.

13. Bab III Metode Penelitian : Dalam bab ini, ditulis dan dipaparkan mengenai Metodologi yang digunakan dalam penelitian, seperti


(22)

Agi Risa solikhah, 2014

Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak menurut uu no 23 tahun 2002

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendekatan, metode peneltian , teknik pengumpulan data, sumber data, tahap penelitian, pengolahan data, dan reduksi data.

14. Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan : pada bab ini berisi tentang penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan mengenai kesadaran hukum masyarakat mengenai pernikahan dibawah umur terhadap hak anak di Desa Sampiran Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon.

15. Bab V kesimpulan Dan rekomendasi : pada bab ini berisi Mengenai kesimpulan dan saran. Dan penulis mencoba memberikan kesimpulan dan saran sebagai penutup dari hasil penelitian dan permasalahan yang telah diidentifikasi.

16. Daftar Pustaka 17. Daftar Lampiran


(23)

1 Agi Risa solikhah, 2014

Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak menurut uu no 23 tahun 2002

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan peneliti mengenai pernikahan dibawah umur terhadap hak anak di Desa sampiran, maka secara umum penulis dapat menarik kesimpulan bahwa kesadaran hukum masyarakat Desa Sampiran Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon mengenai pernikahan dibawah umur terhadap hak anak masih kurang, hal tersebut disebabkan faktor tingkat ekonomi, pendidikan maupun tradisi masyarakat setempat .

2. Kesimpulan Khusus

secara khusus dapat dirumuskan kesimpulan sebagi berikut :

1. Masyarakat Desa Sampiran masih belum mengetahui secara pasti mekanisme dan pengaturan baik isi maupun tujuan diberlakukannya UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, begitu pula dengan pemahaman masyarakat terhadap pernikahan dibawah umur masih kurang. Hal tersebut disebabkan karena minimnya informasi dan kurang efektifnya sosialisasi yang ada di desa mereka tentang pernikahan dibawah umur terhadap hak anak dari pejabat desa, pihak KUA maupun tokoh masyarakat setempat.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum masyarakat Desa Sampiran yaitu faktor lingkungan, adat istiadat dan kebiasaan, faktor pendidikan, dan juga faktor ekonomi.

3. Peran dan fungsi Pendidikan kewarganegaraan dalam meningkatkan kesadaran hukum masyarakat di Desa Sampiran belum bisa merubah paradigma berfikir masyarakat untuk meningkatkan kesadaran hukum dan meminimalisir terjadinya pernikahan dibawah umur, hal ini disebabkan latar belakang pendidikan sebagian besar masyarakatnya.


(24)

2 Agi Risa solikhah, 2014

Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak menurut uu no 23 tahun 2002

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Upaya untuk meminimalisir pernikahan dibawah umur di desa Sampiran harus dilakukan dengan tokoh masyarakat maupun pejabat desa sebagai agen masyarakat yang membangun pemahaman dan kesadaran akan pentingnya pernikahan dipersiapkan secara matang demi mewujudkan kehidupan rumah tangga yang bahagia., dengan memperketat usia minimal pernikahan, juga dengan mendorog masyarakat untuk dapat mengenyam pendidikan sampai jenjang yang lebih tinggi agar terbentuk pola pikir masyarakat yang kritis dan rasional, sehingga mampu meminimalisir terjadinya pernikahan dibawah tangan atau nikah siri dan mengurangi peningkatan jumlah angka perceraian.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dirumuskan saran-saran sebagai berikut:

1. Untuk lebih meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pernikahan dibawah umur yaitu dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang dilakukan secara efektif dan berkesinambungan.

2. Dikarenakan semakin pesatnya pertumbuhan dan perkembangan zaman yang semakin modern, baik perkembangan teknologi yang semakin canggih maupun dalam pergaulan hidup masyarakat, hendaknya dapat membekali anak-anaknya dengan pendidikan sampai ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga terbangun pola pikir yang kritis dan rasional.

3. Keberadaan pendidikan kewarganegaraan harusnya mampu memberikan pengaruh positif dan merubah paradigma berfikir masyarakat mengenai dampak dari pernikahan dibawah umur baik dipersekolahan maupun kehidupan sosial masyarakat untuk menjadikannya sebagai warga negara yang baik yang taat terhadap hukum dan aturan yang berlaku.

4. Kepada Pihak Pemerintah

a. Perlu adanya fasilitas atau media untuk mengkomunikasikan dan mensosialisasikan mengenai pernikahan dibawah umur terhadap hak anak.


(25)

3 Agi Risa solikhah, 2014

Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak menurut uu no 23 tahun 2002

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Para aparatur pemerintah desa, tokoh-tokoh masyarakat setempat, dan pihak KUA hendaknya terus melakukan bimbingan dan sosialisasi kepada masyarakat terutama bagi para remaja tentang pentingnya memepersiapkan pernikahan secara matang. Disamping itu, kepada pegawai KUA agar senantiasa memperhatikan kesiapan pasangan dan batasan usia minimal yang boleh melangsungkan pernikahan.

c. Orang tua hendaknya mempertimbangkan kesiapan anak dalam melangsungkan sebuah pernikahan, baik kesiapan fisik maupun mental. Dan tidak memaksakan kehendak dalam menikahkan anaknya.

d. Pihak pemerintah dan tokoh agama , masyarakat hendaknya mampu mempertegas dan memperkuat syarat-syarat dalam melangsungkan pernikahan, terutama mengenai batasan usia calon mempelai.

5. Perlu adanya penelitian lebih lanjut agar telihat bahwa perkawinan dibawah umum terungkap dan masih banyak terjadi dimasyarakat.


(26)

Agi Risa solikhah, 2014

Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak menurut uu no 23 tahun 2002

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Danial, Wasrias (2007). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

Darwis, Ranidar. (2003). Pendidikan Hukum dalam Konteks Sosial Budaya Bagi Pembinaan Kesadaran Hukum Warga Negara. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Bidang Pendidikan Hukum dan Kewarganegaraan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Djahiri. (1985). Strategi Pengejaran Aktif Nilai VTC dan Games Dalam VTC. Bandung : Jurusan PMPPKn FPIPS IKIP Bandung.

______. (2006). Esensi Pendidikan Nilai Moral dan Pkn Di Era Globalisasi, Dalam Pendidikan Nilai dan Moral Dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan Menyambut 70 Tahun Prof. Drs. H.A. Kosasih Djahiri, Bandung Laboratorium Pkn FPIPS-UPI.

Kansil. (1986). Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Maftus, B & Sapriya. (2005). Jurnal Civic : Pembelajaran Pkn Melalui Pemetaan Konsep. Bandung : Jurusan Pkn FPIPS UPI.

Mertokusumo, Sudikno. (1984). Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat. Jakarta: Liberty


(27)

Agi Risa solikhah, 2014

Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak menurut uu no 23 tahun 2002

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Moleong, Lexy J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosada Karya

Mulyana, Dedy. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosada Karya

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Salman, Otje. (1989). Beberapa aspek Sosiologi Hukum. Bandung : Alumni Sanusi, A. (1984). Masalah Kesadaran Hukum Dalam Masyarakat Dewasa Ini.

Jakarta : Bina Cipta

Soekanto, Soerjono. (1982). Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum. Jakarta: CV. Rajawali

________________. (1985). Penegakan Hukum. Bandung: Bina Cipta

________________. (2004). Pokok-pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta ________. (2008). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif dan

Kualitatif dan RD. Bandung : Alfabeta

Taneko, Soelaeman B. (1993). Pokok-pokok Studi Hukum dalam Masyarakat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Widjaja, A.V. (1984). Kesadaran Hukum Manusia dan Masyarakat Pancasila. Jakarta: Era Swasta.

Winataputra. (2001). Civic Education Kontek, Landasan, Bahan Ajar, dan Kultur Kelas. Bandung : Program studi PKn Sekolah Pascasarjana UPI.


(28)

Agi Risa solikhah, 2014

Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak menurut uu no 23 tahun 2002

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wuryan, Sri & Syaifullah. (2008). Ilmu Kewarganegaraan (civics). Bandung: Labolatorium Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia.

Zubair, Achmad. (1995) Kuliah Etika. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Pernikahan


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan peneliti mengenai pernikahan dibawah umur terhadap hak anak di Desa sampiran, maka secara umum penulis dapat menarik kesimpulan bahwa kesadaran hukum masyarakat Desa Sampiran Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon mengenai pernikahan dibawah umur terhadap hak anak masih kurang, hal tersebut disebabkan faktor tingkat ekonomi, pendidikan maupun tradisi masyarakat setempat .

2. Kesimpulan Khusus

secara khusus dapat dirumuskan kesimpulan sebagi berikut :

1. Masyarakat Desa Sampiran masih belum mengetahui secara pasti mekanisme dan pengaturan baik isi maupun tujuan diberlakukannya UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, begitu pula dengan pemahaman masyarakat terhadap pernikahan dibawah umur masih kurang. Hal tersebut disebabkan karena minimnya informasi dan kurang efektifnya sosialisasi yang ada di desa mereka tentang pernikahan dibawah umur terhadap hak anak dari pejabat desa, pihak KUA maupun tokoh masyarakat setempat.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum masyarakat Desa Sampiran yaitu faktor lingkungan, adat istiadat dan kebiasaan, faktor pendidikan, dan juga faktor ekonomi.

3. Peran dan fungsi Pendidikan kewarganegaraan dalam meningkatkan kesadaran hukum masyarakat di Desa Sampiran belum bisa merubah paradigma berfikir masyarakat untuk meningkatkan kesadaran hukum dan meminimalisir terjadinya pernikahan dibawah umur, hal ini disebabkan latar belakang pendidikan sebagian besar masyarakatnya.


(2)

4. Upaya untuk meminimalisir pernikahan dibawah umur di desa Sampiran harus dilakukan dengan tokoh masyarakat maupun pejabat desa sebagai agen masyarakat yang membangun pemahaman dan kesadaran akan pentingnya pernikahan dipersiapkan secara matang demi mewujudkan kehidupan rumah tangga yang bahagia., dengan memperketat usia minimal pernikahan, juga dengan mendorog masyarakat untuk dapat mengenyam pendidikan sampai jenjang yang lebih tinggi agar terbentuk pola pikir masyarakat yang kritis dan rasional, sehingga mampu meminimalisir terjadinya pernikahan dibawah tangan atau nikah siri dan mengurangi peningkatan jumlah angka perceraian.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dirumuskan saran-saran sebagai berikut:

1. Untuk lebih meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pernikahan dibawah umur yaitu dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang dilakukan secara efektif dan berkesinambungan.

2. Dikarenakan semakin pesatnya pertumbuhan dan perkembangan zaman yang semakin modern, baik perkembangan teknologi yang semakin canggih maupun dalam pergaulan hidup masyarakat, hendaknya dapat membekali anak-anaknya dengan pendidikan sampai ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga terbangun pola pikir yang kritis dan rasional.

3. Keberadaan pendidikan kewarganegaraan harusnya mampu memberikan pengaruh positif dan merubah paradigma berfikir masyarakat mengenai dampak dari pernikahan dibawah umur baik dipersekolahan maupun kehidupan sosial masyarakat untuk menjadikannya sebagai warga negara yang baik yang taat terhadap hukum dan aturan yang berlaku.

4. Kepada Pihak Pemerintah

a. Perlu adanya fasilitas atau media untuk mengkomunikasikan dan mensosialisasikan mengenai pernikahan dibawah umur terhadap hak


(3)

b. Para aparatur pemerintah desa, tokoh-tokoh masyarakat setempat, dan pihak KUA hendaknya terus melakukan bimbingan dan sosialisasi kepada masyarakat terutama bagi para remaja tentang pentingnya memepersiapkan pernikahan secara matang. Disamping itu, kepada pegawai KUA agar senantiasa memperhatikan kesiapan pasangan dan batasan usia minimal yang boleh melangsungkan pernikahan.

c. Orang tua hendaknya mempertimbangkan kesiapan anak dalam melangsungkan sebuah pernikahan, baik kesiapan fisik maupun mental. Dan tidak memaksakan kehendak dalam menikahkan anaknya.

d. Pihak pemerintah dan tokoh agama , masyarakat hendaknya mampu mempertegas dan memperkuat syarat-syarat dalam melangsungkan pernikahan, terutama mengenai batasan usia calon mempelai.

5. Perlu adanya penelitian lebih lanjut agar telihat bahwa perkawinan dibawah umum terungkap dan masih banyak terjadi dimasyarakat.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta : PT. Rineka Cipta

Danial, Wasrias (2007). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

Darwis, Ranidar. (2003). Pendidikan Hukum dalam Konteks Sosial Budaya Bagi

Pembinaan Kesadaran Hukum Warga Negara. Pidato Pengukuhan

Guru Besar Tetap dalam Bidang Pendidikan Hukum dan Kewarganegaraan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Djahiri. (1985). Strategi Pengejaran Aktif Nilai VTC dan Games Dalam VTC. Bandung : Jurusan PMPPKn FPIPS IKIP Bandung.

______. (2006). Esensi Pendidikan Nilai Moral dan Pkn Di Era Globalisasi, Dalam Pendidikan Nilai dan Moral Dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan Menyambut 70 Tahun Prof. Drs. H.A. Kosasih

Djahiri, Bandung Laboratorium Pkn FPIPS-UPI.

Kansil. (1986). Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Maftus, B & Sapriya. (2005). Jurnal Civic : Pembelajaran Pkn Melalui Pemetaan

Konsep. Bandung : Jurusan Pkn FPIPS UPI.

Mertokusumo, Sudikno. (1984). Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat.


(5)

Moleong, Lexy J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosada Karya

Mulyana, Dedy. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosada Karya

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Salman, Otje. (1989). Beberapa aspek Sosiologi Hukum. Bandung : Alumni Sanusi, A. (1984). Masalah Kesadaran Hukum Dalam Masyarakat Dewasa Ini.

Jakarta : Bina Cipta

Soekanto, Soerjono. (1982). Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum. Jakarta: CV. Rajawali

________________. (1985). Penegakan Hukum. Bandung: Bina Cipta

________________. (2004). Pokok-pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta ________. (2008). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif dan

Kualitatif dan RD. Bandung : Alfabeta

Taneko, Soelaeman B. (1993). Pokok-pokok Studi Hukum dalam Masyarakat.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Widjaja, A.V. (1984). Kesadaran Hukum Manusia dan Masyarakat Pancasila.

Jakarta: Era Swasta.

Winataputra. (2001). Civic Education Kontek, Landasan, Bahan Ajar, dan Kultur

Kelas. Bandung : Program studi PKn Sekolah Pascasarjana UPI.


(6)

Wuryan, Sri & Syaifullah. (2008). Ilmu Kewarganegaraan (civics). Bandung: Labolatorium Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia.

Zubair, Achmad. (1995) Kuliah Etika. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Pernikahan