Kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) kabupaten dan kota di Indonesia tahun 2006-2010

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
KABUPATEN DAN KOTA DI INDONESIA PERIODE TAHUN
2006-2010
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
NINA ROSLINA
NIM 1110015000054

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVESRITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


I. IDENTITAS PRIBADI
Nama

: Nina Roslina

Tempat & Tgl. Lahir : Tangerang, 6 Juni 1992
Tinggal di

: Kota Tangerang Selatan

Alamat

: Perumahan Benda Baru Jl. Bintan Blok E 24 no. 25
Kelurahan Benda Baru Kecamatan Pamulang, Kota
Tangerang Selatan

Telepon

: 0821 1050 8006 / 0838 9424 6060


Agama

: Islam

Kewarganegaraan

: Warga Negara Indonesia (WNI)

Email

: ninabobo59@gmail.com

Motto Hidup

: “Do the best for the best future”

II. IDENTITAS FORMAL
1. SD

: SD Tirta Buaran


2. SMP

: SMP Negeri 2 Pamulang

3. SMA

: MA Al-Hamidiyah Depok

4. S1

: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

III. IDENTITAS NON FORMAL
1. ISPAH (Ikantan Santri Pesantren Al-Hamidiyah
2. IKAH (Ikatan Alumni AL-Hamidiyah
3. IPNU/IPPNU Depok

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Bapak


: H. Juandana

2. Ibu

: Rositawati, AMK.

Alamat

: Perumahan Benda Baru Jl. Bintan Blok E 24 no. 25
Kelurahan Benda Baru Kecamatan Pamulang, Kota

v

Tangerang Selatan
3. Telepon

: 0857 1515 9002/ 0812 8308 3065

4. Anak ke dari : 3 dari 3 bersaudara


vi

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPAEN DAN KOTA DI
INDONESIA PERIODE TAHUN 2006 – 2010
Oleh:
NINA ROSLINA
1110015000054

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kontribusi Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten dan Kota di
Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari
tahun 2006-2010 yang diperoleh dari Kementrian Keuangan (Kemenkeu), dengan
jumlah 539 Kabupaten dan Kota. Metode analisis yang digunakan adalah dengan
analisis regresi linier berganda dengan pengujian asumsi klasik.
Berdasarkan hasil uji korelasi maka diketahui bahwa Pajak Daerah (X 1)
dengan PAD (Y) diperoleh nilai sebesar r = 0,487. Nilai ini menunjukkan
hubungan yang lemah positif. Sedangkan hasil korelasi antara Retribusi Daerah

(X2) dengan PAD (Y) diperoleh nilai sebesar r = -0,26 nilai ini menunjukkan
hubungan yang kuat positif.
Berdasarkan hasil Uji Regresi, maka diketahui bahwa Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD). Nilai koefisien determinasi (r2) untuk Y sebesar 0.237, hal ini
berarti 23,7% variabel PAD dapat dijelaskan oleh kedua variabel independen
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Sedangkan sisanya 76,3% (100%-23,7%)
dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak dimasukkan dalam model.
Berdasarkan hasil uji F menunjukkan sebesar 39,626 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,000 atau (0,000 < 0,05), ini berarti bahwa penerimaan pajak
dan retribusi daerah secara bersama-sama berpengaruh terhadap realisasi
penerimaan PAD. Sedangkan berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa
penerimaan pajak daerah merupakan variabel yang paling berkontribusi secara
signifikan terhadap pendapatan asli daerah karena dari t sign penerimaan pajak
daerah sebesar 8,980 lebih besar dari t sign penerimaan retribusi daerah 1,316.
Kata Kunci: Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.

iv


CONTRIBUTION OG REGIONAL TAX AND REGIONAL RETRIBUTION
TO REGIONAL INCOME (PAD) IN DISTRICTS AND CITIES IN
INDONESIA PERIOD 2006 – 2010
Oleh:
NINA ROSLINA
1110015000054

ABSTRACT
The purpose of this study is know contribution of Regional Tax and
Regional Retribution to Regional Income (PAD) in Districts and Cities in
Indonesia. Double Linier Regression with classic assumption test is applied to
analysis method, it applies secondary data from year 2006-2010 obtained from
Kementrian Keuangan (Kemenkeu), with tnumber of 539 districts and cities.
Based on correlation outcome, the conclusion has already know that
Regional Tax to Regional income (PAD) the correlation value is r = 0.487, it
means that correlation weak positive. Meanwhile, based on correlation outcome
Regional Retribution to Regional income (PAD) the correlation value is r = -0,26,
it means that correlation strong positive.
Based on the regression outcome, the conclusion has already known that
Regional Tax and Regional Retribution have positive and significant influences to

Regional Income (PAD) in Districts and Cities in Indonesia. The determination
coefficients value for Y is 0.237, it means 23,7% of Regional Income (PAD)
variable can be explained by two independen variabel: Regional Tax and
Regional Retribution. Meanwhile, the rest of 76,3% can be explained by another
factors.
Based on F test that 39,626 with the signifikans number 0,000 or (0,000 <
0,05), it means that Regional Tax and Retribution Tax together influence to
Regional income (PAD). Meanwhile, based on t test that Regional Tax on
significan scale to Regional income (PAD) because from t sign Regional Tax is
9,980 more than t sign Regional Retribution 1,316.
Keyword: Regional Income (PAD), Regional Tax and Regional Retribution.

v

KATA PENGANTAR
Bismillahirahmaan nirrahiim
Assalamu’alaikum wr.wb.
Segala puji bagi Allah swt. yang telah mengkaruniakan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah

(PAD) Kabupaten dan Kota di Indonesia”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagai syarat-syarat
guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan rasa syukur atas rahmat dan
karunia Allah swt. sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini serta tak lupa
pula peneliti menghanturkan terimkasih kepada:
1. Dra. Nurlena, MA., Ph.D. selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS.
3. Drs. Syaripulloh, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS.
4. Anissa Windarti, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang begitu telaten dan
sabar dalam membimbing saya, memberikan pengarahan dan masukan dalam
penulisan skripsi ini, serta sudah meluangkan banyak waktunya untuk
memberikan ilmu, bimbingan, nasihat, serta saran dari awal hingga akhir
penulisan skripsi ini.
5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
mencurahkan dan mengamalkan ilmunya, serta seluruh Karyawan Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
6. Petugas Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Nasional,

Perpustakaan UI, Perpustakaan IPB, dan seluruh Staf Pajak Bidang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, terima kasih atas seluruh bantuannya.
7. Kakak saya Rendi Faizal dan Imam Satria dan seluruh keluarga besar saya
yang senantiasa mendukung dan mendo’akan saya.

vi

8. Kepada Orang Tua saya tercinta, yang senantiasa selalu mendo’akan setiap
langkah yang saya tempuh, dan mamah yang selalu menjadi inspirasi nyata
saya yang ada di hidup saya. Terima kasih atas do’a yang tiada henti-hentinya
dipanjatkan.
9. Teman terdekat saya Didi Pramana, dan teman-teman seperjuangan saya
Denara Nurul, Ega Pratiwi, Retno Oktakarina yang selalu memberikan saya
dorongan dan semangat tiada henti.
10. Teman-teman Bebong, L.O.V, Assalam, ATK dan khususnya teman-teman
saya di konsentrasi Geografi.
11. Mungkin saya tidak dapat menuliskan semua nama teman-teman disini, tapi
saya selalu menulis nama kalian di lubuk hati saya. Serta untuk semua teman
yang telah dengan bersemangat mendukung saya, terima kasih atas semangat
dan kebersamaannya.

Semoga semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini
mendapat balasan kebaikan dari Allah swt.. Peneliti menyadari bahwa dalam
penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Dengan segala kerendahan hati
peneliti memohon maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun
bagi perbaikan peneliti dan bermanfaat bagi semua.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Jakarta, September 2014

Nina Roslina

vii

DAFTAR ISI

Halaman
Lembar Pengesahan Skripsi................................................................

i

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi......................................................

ii

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah........................................

iii

Abstrak................................................................................................

iv

Abstract...............................................................................................

v

Kata Pengantar....................................................................................

vi

Daftar Isi..............................................................................................

viii

Daftar Tabel........................................................................................

xii

Daftar Grafik.......................................................................................

xiii

Daftar Bagan.......................................................................................

xiv

Daftar Gambar....................................................................................

xv

Daftar Lampiran..................................................................................

xvi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................

1

B. Identifikasi Masalah..............................................................

5

C. Pembatasan Masalah.............................................................

5

D. Perumusan Masalah..............................................................

5

E. Tujuan Penelitian..................................................................

5

F. Manfaat Penelitian.................................................................

6

1. Pemerintah.....................................................................

6

2. Bagi Civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
.......................................................................................

6

3. Penulis.............................................................................

6

4. Pembaca..........................................................................

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori.....................................................................

7

1. Desentralisasi (Otonomi Daerah)....................................

7

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).......

8

viii

3. Sumber Pendanaan Pemerintah Daerah..........................

9

4. Pendapatan Asli Daerah (PAD)......................................

10

5. Pengertian Pajak Secara Umum......................................

13

6. Dasar Hukum Pajak dan Retribusi Daerah.....................

17

7. Pajak Daerah...................................................................

20

8. Jenis-Jenis Pajak Daerah Kabupaten/Kota......................

22

9. Retribusi Daerah.............................................................

25

B. Penelitian Relevan................................................................

27

C. Kerangka Berpikir.................................................................

29

D. Hipotesis Penelitian..............................................................

30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................

31

B. Metode Penelitian.................................................................

31

C. Populasi dan Sampel.............................................................

32

D. Teknik Pengumpulan Data...................................................

33

E. Instrumen Penelitian.............................................................

34

F. Teknik Analisis Data.............................................................

34

1. Uji Asumsi Klasik..........................................................

34

a. Uji Multikolinieritas...........................................

34

b. Uji Heteroskedastisitas.......................................

36

c. Uji Autokolrelasi................................................

38

2. Uji Regresi Linear Berganda..........................................

39

3. Uji Hipotesis Penelitian..................................................

40

a. Uji Koefisien Determinasi..........................................

40

b. Uji Statistik F (Uji Simultan).....................................

41

c. Uji t-statistik................................................................

42

G. Operasional Variabel Penelitian...........................................

43

1. Variabel Independen......................................................

43

2. Variabel Dependen.........................................................

44

BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian......................................

ix

45

1. Tempat dan Waktu Penelitian.........................................

45

2. Profil Negara Republik Indonesia...................................

45

B. Visi dan Misi Negara Republik Indonesia............................

46

1. Visi..................................................................................

46

2. Misi.................................................................................

47

C. Hasil Analisis dan Pembahasan............................................

50

1. Uji Asumsi Klasik...........................................................

50

a. Hasil Uji Multikolinearitas.........................................

50

b. Hasil Uji Autokorelasi.................................................

52

c. Hasil Uji Heteroskedastisitas......................................

51

2. Hasil Uji Regresi Linear Berganda.................................

53

3. Hasil Uji Hipotesis Penelitian.........................................

58

a. Hasil Uji Koefisien Determinasi.................................

58

b. Hasil Uji F...................................................................

59

c. Hasil Uji t....................................................................

59

4. Pendapatan Asli Daerah di Indonesia.............................

61

D. Hasil Operasional Variabel Penelitian..................................

63

1. Realisasi dan Kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan
Asli Daerah.....................................................................

63

2. Realisasi dan Kontribusi Retribusi Daerah terhadap
Pendapatan Asli Daerah..................................................

65

E. Pembahasan Hasil Penelitian................................................

67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...........................................................................

72

B. Implikasi...............................................................................

73

C. Saran.....................................................................................

74

DAFTAR PUSTAKA........................................................................

75

LEMBAR UJI REFERENSI............................................................

78

LAMPIRAN.......................................................................................

81

x

DAFTAR TABEL
No.

Keterangan

Halaman

2.1

Perbandingan penelitian ini dengan penelitian lain yang
relevan.....................................................................................

27

3.1

Susunan waktu Penelitian.......................................................

31

3.2

Hasil Pertimbangan sampel Kabupaten dan Kota di Indonesia

32

3.3

Deteksi Daerah Durbin Watson..............................................

39

4.1

Hasil Uji Multikolinearitas.....................................................

50

4.2

Hasil Uji Autokorelasi............................................................

52

4.3

Statistik Deskriptif..................................................................

53

4.4

Tabel Korelasi.........................................................................

54

4.5

Tabel Variabel yang Dimasukkan...........................................

55

4.6

Tabel Summary Model...........................................................

55

4.7

Tabel Anova............................................................................

55

4.8

Tabel Koefisien.......................................................................

57

4.9

Tabel Koefisien Determinasi..................................................

58

4.10

Hasil Uji F...............................................................................

59

4.11

Hasil Uji T...............................................................................

59

4.12

Persentase Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun 2006-2010
(dalam rupiah).........................................................................

ii

62

DAFTAR GRAFIK

No.

Keterangan

Halaman

4.1

Pertumbuhan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Tahun
2006-2010 (Persen %).............................................................

iii

63

DAFTAR BAGAN
No.

Keterangan

Halaman

2.1

Struktur Perpajakan di Indonesia............................................

20

2.2

Kerangka Berpikir...................................................................

39

xiv

DAFTAR GAMBAR

No.

Keterangan

Halaman

4.1

Hasil Uji Heteroskedastisitas..................................................



51

DAFTAR LAMPIRAN
No.

Keterangan

Halaman

1.

Lembar Uji Referensi..............................................................

78

2.

Data Pajak Daerah Tahun 2006..............................................

81

3.

Data Pajak Daerah Tahun 2007..............................................

83

4.

Data Pajak Daerah Tahun 2008..............................................

85

5.

Data Pajak Daerah Tahun 2009..............................................

87

6.

Data Pajak Daerah Tahun 2010..............................................

89

7.

Data Retribusi Daerah Tahun 2006.........................................

91

8.

Data Retribusi Daerah Tahun 2007.........................................

93

9.

Data Retribusi Daerah Tahun 2008.........................................

95

10.

Data Retribusi Daerah Tahun 2009.........................................

97

11.

Data Retribusi Daerah Tahun 2010.........................................

99

12.

Hasil Pengolahan Data SPSS..................................................

101

xvi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Negara Kesatuan
Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi
terdapat daerah-daerah kabupaten dan kota. Tiap-tiap daerah mempunyai hak
dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan kepada masyarakat.
Untuk menyelenggarakan pemerintahannya, daerah berhak mengenakan
pungutan kepada masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 yang menempatkan perpajakan sebagai salah
satu perwujudan kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan beban kepada
rakyat, seperti pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa, diatur dengan
undang-undang. Dengan demikian, pemungutan pajak daerah dan retribusi
daerah harus didasarkan pada undang-undang. Dalam hal ini, pajak daerah
dan retribusi daerah diatur dalam UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan UU No. 34
Tahun 2000 terakhir diubah dengan UU No. 28 Tahun 2009.
Desentralisasi atau otonomi daerah membuat daerah memiliki
kewenangan yang lebih besar dalam mengatur urusan rumah tangganya. Hal
ini menuntut Pemerintah Daerah untuk lebih bijak dalam hal pemungutan
pajak daerah dan retribusi daerah. Selain itu Pemerintah Daerah juga dituntut
untuk dapat mengalokasikan hasil penerimaan pajak daerah dan restribusi
daerah untuk mencapai masyarakat yang adil, makmur, dan merata
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Dengan demikian daerah mampu melaksanakan otonomi, yaitu
mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang
berisi ketentuan-ketentuan pokok yang memberikan pedoman kebijakan dan
1

2

arahan bagi daerah dalam pelaksanaan pemungutan pajak dan retribusi
daerah, sekaligus menetapkan pengaturan untuk menjamin penetapan
prosedur umum perpajakan daerah dan retribusi daerah. Meskipun beberapa
jenis pajak daerah dan retribusi daerah sudah ditetapkan oleh Undang-Undang
Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun
1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, daerah Kabupaten atau
Kota diberi peluang dalam menggali potensi sumber-sumber keuangannya
dengan menetapkan jenis pajak daerah dan retribusi daerah selain yang telah
ditetapkan dalam undang-undang tersebut di atas dan disesuaikan dengan
aspirasi yang bersangkutan. Berdasarkan perubahan tersebut maka di awal
tahun 2001 masih banyak Kabupaten dan Kota yang masih belum mengerti
dan memahami konsep dari otonomi daerah sehingga pelaksanaan
desentralisasi daerah masih belum mengalami peningkatan yang signifikan,
kemudian di tahun 2002 penyelenggaraan desentralisasi daerah mulai
mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Adapun penerimaan pajak daerah dapat diperoleh dari pajak
kabupaten/kota diantaranya, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan,
Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet.
Selain pajak daerah, retribusi daerah juga merupakan salah satu
komponen penting dalam PAD. Retribusi daerah juga digolongkan menjadi
Jenis Retribusi Jasa Umum yang terdiri dari, Retribusi Pelayanan Kesahatan,
Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan, Retribusi Penggantian Cetak
Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil, Retribusi Pelayanan
Pemakaman dan Pengabuan Mayat, Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan
Umum, Retribusi Pelayanan Pasar, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor,
Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran, Retribusi Penggantian
Biaya Cetak Peta, Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus,
Retribusi Pengolahan Limbah cair, Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang,
Retribusi

Pelayanan

Pendidikan,

Retribusi

Pengendalian

Menara

Telekomuikasi, Jenis retribusi Jasa Usaha terdiri atas, Retribusi Pemakaian

3

Kekayaan Daerah, Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan, Retribusi
Tempat Pelelangan, Retribusi Terminal, Retribusi Tempat Khusus Parkir,
Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggarahan/Villa, Retribusi Rumah Potong
Hewan, Retribusi Pelayanan Kepelabuhan, Retribusi Penjulan Produksi
Usaha Daerah. Jenis Retribusi Perizinan Tertentu antara lain, Retribusi Izin
Mendirikan

bangunan,

Retribusi

Izin

Tempat

Penjualan

Minuman

Beralkohol, Retribusi Izin Gangguan, Retribusi Izin Trayek, Retribusi Izin
Usaha Perikanan.
Secara agregat, rata-rata pajak yang bisa dipungut oleh pemerintah
daerah baik provinsi maupun kabupaten dan kota hanya 2,1% dari PDRB non
migas. Provinsi DKI Jakarta memiliki rasio pajak tertinggi yaitu sebesar
9,4%. Hal ini tentunya didukung oleh posisi DKI Jakarta sebagai pusat
pemerintahan dan perekonomian, sehingga perkembangan ekonominya jauh
lebih maju dan kemungkinan menggali pajak jauh lebih besar karena basis
pajak yang ada di DKI Jakarta cukup banyak. Sementara itu, provinsi yang
memiliki rasio pajak paling rendah adalah Provinsi Papua Barat yaitu sebesar
0,4%.1
Mengingat bahwa kewenangan yang diberikan kepada daerah untuk
memungut pajak daerah bersifat terbatas (closed list) dan sumber penerimaan
pajak daerah yang berlaku saat ini cenderung bias ke daerah yang tingkat
urbanisasinya tinggi (urban-biased), seperti Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan
Pajak Kendaraan Bermotor, hal ini menyebabkan untuk daerah yang unsur
kekotaannya tidak terlalu tinggi, potensi penerimaan pajaknya menjadi kecil.
Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah (APBD) selanjutnya disebut
APBD yang direncanakan setiap tahun dengan mendapatkan persetujuan dari
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) selanjutnya disebut DPRD pada
dasarnya menunjukkan sumber-sumber Pendapatan Daerah, berapa besar
alokasi belanja untuk melaksanakan program/kegiatan dan sumber-sumber
pendapatan, serta pembiayaan yang muncul bila terjadi surplus atau defisit.
1

Kementrian keuangan Republik Indonesia, Deskripsi dan Analisis (Jakarta: Direktorat Jendral
Perimbangan Keuanga, 2013), h. xiii.

4

Sumber Pendapatan Daerah tentunya masih bersandar pada pemerintah pusat
serta bisa juga berasal dari lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2008 tentang Pemerintah
Daerah bahwa otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
pemerintah,

mulai

Kewenangan
dari

sistem

daerah

mencakup

perencanaan,

kewenangan

pembiayaan

maupun

pelaksanaannya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
mengisyaratkan bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dalam
desentralisasi fiskal, pemerintah daerah diberi keleluasaan untuk mengelola
dan memanfaatkan sumber penerimaan daerah yang dimilikinya.
Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada Daerah
Kabupaten dan Daerah Kota dimulai dengan penyerahan sejumlah wewenang
dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang bersangkutan. Penyerahan
wewenang ini tentunya disertai dengan penyerahan pengalihan pembiayaan
dimana komponennya adalah penerimaan yang salah satunya berasal dari
pajak daerah dan retribusi daerah. Pajak daerah dan retribusi daerah sebagai
salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang besar bagi Pendapatan Asli Daerah itu sendiri sehingga dapat
memperlancar pembangunan daerah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu indikator yang
menentukan derajat kemandirian suatu daerah. Semakin besar penerimaan
PAD suatu daerah maka semakin rendah tingkat ketergantungan pemerintah
daerah tersebut terhadap pemerintah pusat dan sebaliknya. Hal ini
dikarenakan PAD merupakan sumber penerimaan daerah yang berasal dari
dalam daerah itu sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa pajak daerah dan
retribusi daerah merupakan komponen penting dalam penerimaan PAD. Oleh
sebab itu penulis mencoba meneliti hal tersebut, untuk mengetahui seberapa

5

besar kontribusi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) kabupaten dan kota di seluruh Indonesia.

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan bahwa
seberapa besar Pajak daerah dan Retribusi daerah tersebut akan memberikan
kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pemerintah daerah
Kabupaten dan Kota di Indonesia?

C. Pembatasan Masalah
Untuk memudahkan dan menyederhanakan masalah penelitian ini agar
tidak terlalu melebar dan menyimpang dari tema, maka penulis membatasi
dan menitikberatkan pada tahun periode 2006-2010.

D. Perumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
yang disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Seberapa besar kontribusi pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) di Indonesia?
2. Seberapa besar kontribusi retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) di Indonesia?
3. Apakah penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah berkontribusi
secara bersama-sama terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di
Indonesia?
E. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah di atas maka tujuan dan kegunaan
penelitian ini adalah agar pembaca dan penulis dapat:
1. Mengetahui seberapa besar kontribusi pajak daerah terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Kabupaten dan Kota di Indonesia.
2. Mengetahui seberapa beasar kontribusi retribusi daerah terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten dan Kota di Indonesia.

6

3. Mengetahui seberapa besar kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah
secara

bersama-sama

terhadap

Pendapatan

Asli

Daerah

(PAD)

Kabupaten dan Kota di Indonesia.

F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Pemerintah
Dapat diketahui upaya-upaya dan kebijakan yang seharusnya
dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam pemungutan pajak untuk
menambah jumlah pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten dan Kota
di Indonesia. Dengan bertambahnya penerimaan pajak daerah dan
retribusi daerah secara tidak langsung akan menambah penerimaan
Pandapatan Asli Daerah (PAD), sehingga dapat digunakan untuk
menunjang

peningkatan

perekonomian

daerah

guna

tercapainya

kesejahteraan masyarakat.
2. Bagi civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh peneliti lain
baik mahasiswa UIN sendiri maupun mahasiswa dari kampus lainnya
yang ingin mengulas masalah pajak dan retribusi daerah dengan objek
penelitian yang sama. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat
menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pajak di
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini digunakan sebagai syarat untuk mencapai gelar
sarjana (S1) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, serta untuk memperluas dan
memperdalam pengetahuan penulis.
4. Para Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas
ilmu pengetahuan dan wawasan yang membaca hasil penelitian ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Desentralisasi (Otonomi Daerah)
Pada tahun 2007, pelaksanaan berbagai kegiatan dalam rangka
mendukung kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang difokuskan
pada penyelesaian seluruh peraturan pelaksanaan UU no. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tetang Pertimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
yang terkait dengan pengaturan urusan pemerintah, pengaturan organisasi
perangkat daerah pengaturan kerja sama antar daerah, serta penyusunan
instrumen dan tatacara pembentukkan, penghapusan, dan penggabungan
daerah.
Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai dengan UndangUndang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
merupakan pelaksanaan dari salah satu tuntutan reformasi pada tahun 1998.
Kebijakan ini merubah penyelenggaraan pemerintah dari yang sebeumnya
bersifat pusat menjadi terdesentralisasi meliputi antara lain penyerahan
kewenangan pemerintah pusat ke pemerintah daerah (kecuali politik luar
negeri, pertahanan keamanan, peradilan, agama, fikal moneter, dan
kewenangan bidang lain) dan perubahan perimbangan keuangan antara pusat
dan daerah.
Melalui kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah maka pengambilan
keputusan dalam penyelenggaraan pemerintah dan penyediaan pelayanan
publik diharapkan akan menjadi lebih sederhana dan cepat karena dapat
dilakukan oleh pemerintah daerah terdekat sesuai kewenangan yang ada.
Kebijakan ini dibutuhkan untuk menghadapi perkembangan keadaan, baik di
dalam maupun di luar negeri.
7

8

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
APBD merupakan suatu gambaran atau tolak ukur penting keberhasilan
suatu daerah di dalam meningkatkan potensi perekonomian daerah. Artinya,
jika perekonomian daerah mengalami pertumbuhan, maka akan berdampak
positif terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), khususnya
penerimaan pajak-pajak daerah.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana
keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dan
ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD memiliki fungsi otoritas,
perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Fungsi otoritas
mengandung arti bahwa Perda tentang APBD menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan,
sedangkan fungsi pengawasan terlihat dari digunakannya APBD sebagai
standar dalam penelitian penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 tahun 2002 menyatakan
bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun
berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu suatu sistem anggaran yang
mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan
alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Selanjutnya, Pemerintah Daerah
bersama-sama dengan DPRD akan menyusun Arah dan Kebijakan Umum
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang memuat petunjuk
dan ketentuan umum yang disepakati sebagai pedoman dalam penyusunan
Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Sasaran yang dimuat dalam APBD harus sesuai dengan fungsi belanja,
standar pelayanan yang diharapkan, dan perkiraan biaya kegiatan yang
bersangkutan. APBD harus memuat bagian pendapatan yang digunakan untuk
membiayai biaya administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan
belanja modal/investasi. Apabila sasaran tersebut dimuat. APBD tersebut
akan dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat daerah.
Instrumen kebijakan fiskal yang digunakan oleh Pemerintah Daerah di
Indonesia dalam rangka melakukan pelayanan publik, diharapkan dapat

9

mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan kesejahteraan masyarakat
serta terus melakukan pembangunan di berbagai sektor tertuang dalam
Anggaran

Pendapatan

dan

Belanja

Daerah

(APBD).

APBD

yang

direncanakan setiap tahun dengan mendapatkan persetujuan dari Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) pada dasarnya menunjukkan sumbersumber

Pendapatan Daerah, berapa besar alokasi belanja untuk

melaksanakan program/kegiatan dan sumber-sumber pendapatan, serta
pembiayaan yang muncul jika terjadi surplus atau defisit. Sumber Pendapatan
Daerah tentunya masih bersandar pada penerimaan pajak dan retribusi daerah
ditambah dengan dana transfer dari pemerintah pusat serta bisa juga berasal
dari lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.1
3. Sumber Pendanaan Pemerintah Daerah
Sebagaimana diketahui, berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara Pasal 6 ayat (1) Presiden selaku Kepala Pemerintahan
memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari
kekuasaan pemerintahan. Selanjutnya berdasarkan ayat (2) kekuasaan
pengelolaan keuangan negara tersebut dari presiden diserahkan kepada
Gubernur/Bupati/Walikota

selaku

kepala

pemerintahan

daerah

untuk

mengelola keuangan daerah dan kepemilikian kekayaan negara yang
dipisahkan. Berdasarkan UU N0. 32 Tahun 2004 kepada daerah diberikan hak
untuk mendapatkan beberapa sumber keuangan. Pertama, kepastian
tersedianya dana dari pemerintah sesuai dengan urusan yang diserahkan.
Kedua, kewenangan memungut dan mendayakan pajak dan retribusi daerah
serta hak untuk mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber daya nasional
perimbangan lainnya. Ketiga hal untuk mengelola kekayaan daerah dan
pendapatan lain yang sah serta sumber-sumber pembiayaan. Sumber
penerimaan daerah, berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004, sumber-sumber

1

Kementrian keuangan Republik Indonesia, Deskripsi dan Analisis (Jakarta: Direktorat Jendral
Perimbangan Keuanga, 2013), h. 1.

10

penerimanaan daerah meliputi (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD); (2) Dana
Perimbangan; (3) Pinjaman Daerah; dan (4) Lain-lain PAD sah.2
Berdasarkan ketentuan Pasal 151 UU No. 32 Tahun 2004 menetapkan
bahwa sumber penerimaan daerah meliputi: (1) PAD yang terdiri dari hasil
Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.3
Sedangkan Pasal 5 ayat (1) UU No. 33 Tahun 2004 penerimaan daerah
dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atas pendapatan daerah dan
pembiayaan. Sumber penerimaan yang berasal dari pendapatan daerah dan
pembiayaan. Sumber penerimaan yang berasal dari pendapatan daerah,
berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 (a) PAD; (b) Dana Perimbangan; (c)
lain-lain pendapatan. Tambahan Pendapatan Daerah bersumber dari
pembiayaan daerah meliputi: (a) sisa lebih anggaran daerah; (b) penerimaan
pinjaman daerah; (c) dana cadangan daerah; dan hasil penjualan kekayaan
daerah yang dipisahkan.4
Penerimaan daerah tersebut harus dikelola secara cermat, tepat, dan
hati-hati. Pemda hendaknya dapat menjamin bahwa semua potensi
penerimaan telah terkumpul dan dicatat kedalam sistem akuntansi pemerintah
daerah. Dalam hal ini daerah perlu memiliki sistem pengendalian yang
memadai untuk menjamin ditaatnya prosedur dan kebijakan manajemen yang
telah ditetapkan. Pemda perlu meneliti adakah penerimaan yang tidak disetor
ke dalam kas pemerintahan daerah dan disalahgunakan oleh petugas di
lapangan. Perlu juga diteliti masyarakat yang tidak membayar pajak dan
pemberian sanksi atas tindakan penggelapan pajak.5
4. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah

merupakan bagian dari sumber dan

pendapatan daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 55 Undang-Undang No. 5

2

Ujang Bahar, Peran Daerah Dalam Pengadaan Tanah (Tinjauan Dari Segi Pembiayaan),
(Hukum Keuangan: Jurnal Hukum Bisinis Vol 1) hlm. 41.
3
Ibid, hlm. 41.
4
Ibid, hlm. 41.
5
Ibid, hlm. 41.

11

Tahun 1947. Sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam kaitan
pelaksanaan otonomi daerah, pendapatan asli daerah harus betul-betul
dominan dan mampu memikul beban kerja yang diperlukan hingga
pelaksanaan otonomi daerah tidak dibiyai dari subsidi atau dari sumbangan
pihak ketiga atau pinjaman daerah.
Sedangkan menurut Undang-Undang No. 22 tahun 2008 tentang
Pemerintah Daerah disebutkan bahwa Pendapatan Asli Daerah adalah sumber
pendapatan daerah yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli
Daerah yang sah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Ujang Bahar yaitu:
”PAD dapat didefinisikan sebagai penerimaan yang diperoleh dari
sumber-sumber atau potensi dalam wilayahnya yang dipungut
berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. PAD dapat pula berasal dari
potensi daerah guna membiayai program atau kegiatan daerahnya
yang bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemda untuk
mendanai pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan dari
desentralisasi. PAD merupakan pendapatan daerah yang
bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan
kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan
otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.”6
Dalam hal Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pemerintah daerah,
Propinsi, Kabupaten dan Kota memiliki kewenangan penuh potensi daerah
yang dapat meningkatkan pendapatan asli daerah, termasuk didalamnya
membuat peraturan-peraturan daerah yang bertujuan mengoptimalkan
pendapatan bagi daerah. Namun demikian, peraturan-peraturan tersebut tetap
mengacu pada kapasitas lokal dan penciptaan iklim yang kondusif terhadap
pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Hal ini mungkin saja terjadi, karena pemerintah daerah belum memiliki
pemahaman dan pengalaman yang cukup matang dalam mengelola
6

ibid, hlm. 41-42.

12

Pendapatan Asli Daerah, dimana sebelumnya tergantung dari Dana Subsidi
Otonomi daerah (DSO) yang ditransfer pusat yang tidak memiliki kreativitas
untuk menutupi kesenjangan fiskal yang dialami, selain itu daerah dibatasi
ruang geraknya dalam mengelola aset-aset daerah.
Salah satu tujuan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal
adalah

untuk

meningkatkan

kemandirian

daerah

dan

mengurangi

ketergantungan fiskal terhadap pemerintah pusat. Peningkatan kemandirian
daerah sangat erat kaitannya dengan kemampuan daerah dalam mengelola
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Semakin tinggi kemampuan daerah dalam
menghasilkan PAD tersebut sesuai dengan aspirasi, kebutuhan, dan prioritas
pembangunan daerah. Peningkatan PAD tidak hanya menjadi perhatian pihak
eksekutif, namun legislatif pun berkepentingan sebab besar kecilnya PAD
akan memengaruhi struktur gaji anggota dewan.
Meskipun pelaksanaan otonomi daerah sudah dilaksanakan sejak 1
Januari 2001, namun hingga tahun 2009 baru sedikit pemerintah daerah yang
mengalami peningkatan kemandirian keuangan daerah secara signifikan.
Memang berdasarkan data yang dikeluarkan Departemen Keuangan, secara
umum penerimaan PAD pada era otonomi daerah mengalami peningkatan
yang cukup signifikan dibandingkan dengan era sebelumnya.
Total PAD tingkat kabupaten dan kota penerimaan PAD pada tahun
1999 tercatat sebesar Rp 2.245,77 miliar, tahun 2000 sebesar Rp 2.491,94
miliar, tahun 2001 sebesar Rp 3.844,88 miliar, tahun 2002 naik menjadi Rp
7.228,73 miliar, tahun 2003 sebesar Rp 8.602.621.392, tahun 2004 menjadi
Rp 9.463.688.507 (Sumber: Departemen Keuangan dan BPS).
Sementara itu untuk kabupaten dan kota pada tahun 1999, PAD
memiliki kontribusi terhadap total penerimaan sebesar 2,32% dan pada tahun
2002-2004 secara berturut-turut meningkat menjadi 7,46% dan 8,10%.
Berdasarkan data dari Departemen Keuangan dan BPS diperoleh fakta bahwa
bagian terbesar pendapatan daerah masih didominasi oleh dana perimbangan
yang mencapai 75-94% total pendapatan daerah. Sementara itu PAD secara

13

rata-rata nasional hanya memberikan kontribusi antara 6-15% pendapatan
daerah.
Beradasarkan kenyataan tersebut, penting bagi pemerintah daerah untuk
menaruh perhatian yang lebih besar terhadap manajemen Pendapatan Asli
Daerah. Manajemen PAD tidak berarti ekspoitasi PAD, tetapi bagaimana
pemerintah daerah mampu mengoptimalkan penerimaan PAD sesuai dengan
potensi yang dimiliki. Bahkan lebih dari itu bagaimana pemerintah daerah
mampu meningkatkan potensi PAD di masa datang.7
5. Pengertian Pajak Secara Umum
Menurut kamus besar bahasa Indonesia Pajak adalah hak untuk
mengusahakan sesuatu dengan membayar sewa kepada negara. 8 Menurut
Undang-Undang No. 28 Tahun 2007, “Pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh wajib pajak pribadi atau badan yang sifatnya
memaksa berdasarkan Undang-Undang dan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”.
Sedangkan

menurut

Rochmat

Soemitro,

pajak

adalah

gejala

masyarakat, artinya pajak hanya ada di dalam masyarakat. Masyarakat adalah
kumpulan manusia yang pada suatu waktu berkumpul untuk tujuan tertentu.
Masyarakat terdiri atas individu, individu mempunyai hidup sendiri dan
kepentingan sendiri, yang dapat dibedakan dari hidup masyarakat dan
kepentingan masyarakat. Namun individu tidak mungkin hidup tanpa adanya
masyarakat.9
Definisi pajak, sekedar untuk perbandingan, berikut ini disajikan
definisi dari beberapa sarjana, yang dimuat secara kronologis.10
a. Definisi Prancis, termuat dalam buku Leroy Beaulieu yang berjudul
Traite de la Science des Finances, 1906, berbunyi:

7

Mahmudi, Manajemen Keuangan Daerah (Jakarta: Erlangga, 2010), hlm. 19
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka,
2007), hlm. 812.
9
Erly Suandy, Hukum Pajak (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hlm. 7.
10
Ibid, hlm. 8-10.
8

14

”L’impot et la contribution, soit directe soit dissimulee, que La Puissance
Publique exige des habitants ou des biens pur subvenir aux depenses du
Gouvernment”.
(“pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak yang
dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang,
untukmenutup belanja pemerintah”.)
b. Definisi Deutsche Reichs Abgaben Ordnung (RAO-1919), berbunyi
“Steuern sind einmalige oder laufende Geldleistungen die nicht eine
Ggenleistung fur eine besondere Leistung darstellen, und von einem
offentlichertlichen Gemeinwesen tur Erzeilung von Einkunften allen
auferlegt werden, bei denen der Tatbestand zutrifft an den das Gesetz die
Leistungsplicth knupft”.
(“Pajak adalah bantuan uang secara insidental atau secara periodik
(dengan tidak ada kontraprestasinya), yang dipungut oleh badan yang
bersifat umum (negara), untuk memperoleh pendapatan, di mana terjadi
suatu Tatbestand (sasaran pemajakan), yang karena undang-undang telah
menimbulkan utang pajak”.)
c. Definisi Prof. Edwin R. A. Seligman dalam Essays in Taxation, 1925
berbunyi:
“Tax is compulsery contribution from the person, to the governmen to
defray the expenes incurred in the common interest of all, without
reference to special benefit conferred”. Banyak terdengar keberatan atas
kalimat “without reference” karena bagaimanapun juga uang-uang pajak
tersebut digunakan untuk produksi barang dan jasa, jadi benefit diberikan
kepada masyarakat, hanya tidak mudah ditunjukkannya, apalagi secara
DerOranzan.
d. Philip E. Taylor dalam bukunya The Economics of Public Finance, 1984,
mengganti “without reference”, menjadi “withlittle reference”.
e. Definisi Mr. Dr. N. J. Feldmann dalam bukunya De overheidsmiddelen
van 1949, berbunyi:

15

“Belastingen zijn aan de Overheid (Volgens algemene, door haar
vastegestelde normen) verschuldigde afdwingbaresprestties, waar geen
tegenprestatie tegenover staat en uitsluitend diemen tot dekking van
publieke uitgaven”.
(“Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang
kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara
umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk
menutup pengeluaran-pengeluaran umum”) Feldmann (seperti juga
halnya dengan Seligman) berpendapat, bahwa terhadap pembayaran
pajak, tidak ada kontraprestasi dari negara. Dalam mengemukakan kritikkritiknya terhadap definisi dari sarjana-sarjana lain seperti Taylor,
Adriani, dan lain-lain ternyata, bahwa Feldmann tidak berhasil pula
dengan definisinya untuk memberikan gambaran tentang pengertian
pajak.
f. Definisi Prof. Dr. M. J. H. Smeets dalam bukunya

De Economics

Betekenis der Belastigen 1951, berbunyi:
“Belastingen zijn aan de overheid (volgens normen) verschuligde,
afdwinghare pretties, zonder dat hiertegenover, in het individuele geval,
aanwijsbare tegen-prestaties staan; zij strekken tot dekking van publieke
uitgaven”.
(“Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui normanorma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa ada kalanya
kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual:
maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah”.)
Dalam bukunya ini Smeets mengakui, bahwa definisinya hanya
menonjolkan fungsi budgeter saja; baru kemudian ia menambahkan
fungsi mengatur pada definisinya.
g. Definisi Dr. Soeparman Soemahamidjaja dalam disertasinya 1964:
“Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh
penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya

16

produksi

barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam

mencapai

kesejahteraan umum”.
Dengan

mencantumkan

istilah

iuran

wajib,

ia

mengharapkan

terpenuhinya ciri, bahwa pajak dipungut dengan bantuan dari dan
kerjasama dengan Wajib Pajak, sehingga perlu pula dihindari
penggunaan istilah “paksaan”. Lebih-lebih (demikian pula menurut
beberapa sarjana lainnya) bilamana suatu kewajiban harus dilaksanakan,
maka undang-undang menunjukkan cara pelaksanaannya yang lain. Hal
ini tidak mengenai pajak saja (dan cara ini biasanya adalah untuk
memaksa). Selanjutnya (menurut pendapatnya) berkelebihanlah kiranya,
kalau khusus mengenai pajak, sekali lagi ditekankan pentingnya paksaan
itu, seakan-akan tidak ada kesadaran masyarakat untuk melakukan
kewajibannya. Ia sudah menganggapnya cukup dengan menyatakan
bahwa pajak adalah “iuran wajib” (jadi, tidak perlu diberi tambahan:
“yang dapat dipaksakan”). Adapun mengenai “kontraprestasi”, Dr.
Soeparman berpendirian, bahwa justru untuk menyelenggarakan
kontraprestasi itulah perlu dipungut pajak: bukankah pengeluaranpengeluaran pemerintah bagi penyelenggaraan bidang keamanan,
kesejahteraan, kehakiman, pembangunan, dan hal-hal lainnya yang
merupakan pemberian kontraprestasi bagi pembayar pajak selaku
anggota masyarakat?
h. Definisi Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., dalam bukunya Dasar-Dasar
Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan adalah sebagai berikut:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdaasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal
(kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum”, dengan penjelasan sebagai
berikut: “dapat dipaksakan” artinya: bila utang pajak tidak dibayar, utang
itu dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan, seperti Surat Paksa
dan sita, dan juga penyanderaan; terhadap pembayaran pajak, tidak dapat
ditunjukkan jasa-timbal-balik tertentu, seperti halnya dengan retribusi.

17

Definisinya yang kemudian dipertahankan (sebagai koreksi dari bagian
pertama definisinya semula) dapat disimpulakn dari uraian dalam
bukunya Pajak dan Pembangunan, 1974. Definisi tersebut kurang lebih
dapat berbunyi sebagai berikut:
“Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara
untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplus”-nya digunakan untuk
public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public
investment”.
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri yang
terdapat pada pengertian pajak antara lain sebagai berikut:
a. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang Asas ini sesuai dengan
perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan “pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dalam undang-undang, dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan
perundang-undangan.”
b. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan) yang
dapat ditunjukkan secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar
pajak kendar

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Modal Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Tengah

5 88 80

Kontribusi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Belanja Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Samosir

7 105 84

Peranan Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Pematang Siantar sesudah otonomi daerah.

9 104 90

Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Propinsi Sumatera Utara

14 116 102

Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Per Kapita Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Pada Tahun 2010-2013

2 36 69

Analisis perbandingan penerimaan pajak Daerah dan restribusi daerah terhadap peningkatan pada sebelum dan sesudah otonomi periode 2006-2010 pada kota tangerang selatan

1 8 53

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN ANGGARAN Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Grobogan Period

0 2 12

PENDAHULUAN Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Grobogan Periode 2006-2010.

0 2 9

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten

0 6 15

PERANAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN Peranan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Ekskaresidenan Banyumas.

0 1 14