Analisis perbandingan penerimaan pajak Daerah dan restribusi daerah terhadap peningkatan pada sebelum dan sesudah otonomi periode 2006-2010 pada kota tangerang selatan

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN PENERIMAAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PAD SEBELUM DAN

SESUDAH OTONOMI PERIODE TAHUN 2006-2010 PADA KOTA TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

DISUSUN OLEH: JAMALUDDIN MALIK

NIM:’ 106082002626

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010


(2)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi……….. i

Lembar Ujian Komprehensif………. ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi……… iii

Surat Pernyataan………... iv

Daftar Riwayat Hidup……….. v

Abstract……… vi

Abstrak……… vii

Kata Pengantar……….. viii

Daftar Isi………. xi

Daftar Gambar……….. xiv

Daftar Tabel……… xv

Daftar Lampiran……… xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Rumusan Masalah……….. 6

C. Tujuan Penelitian……… 7

D. Manfaat Penelitian……….. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis……… 9

1 Negara Hukum dan Otonomi Daerah………. 9

2 Pendapatan Daerah……….. 15

3 Pendapatan Asli Daerah……….. 15

4 Dana Perimbangan……….. 18


(3)

C. Sistem PemungutanPajak………. 21

D. Pedoman Pemungutan Pajak……… 22

E. Pajak Daerah………. 23

1 Definisi Pajak Daerah……….. 23

2 Jenis-jenis Pajak Daerah………. 24

3 Jenis-jenis Penggolongan Pajak Daerah……….. 24

4 Surat Ketetapan Pajak Daerah………. 28

3 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Daerah……… 30

F. Retribusi Daerah……… 32

1 Pengertian Retribusi Daerah……… 32

2 Penentuan Objek, Sujek dan Wajib Pajak………32

3 Tata Cara Penghitungan Retribusi………... 34

4 Pemungutan Retribusi……….. 35

G. Penilitian Terdahulu……….. 36

H. Kerangka Pemikiran…... 43

I. Keterkaiatan Antar Variabel………. 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian………. 46

B. Objek Kajian……… 46

C. Metode Pengumpulan Data……… 47

D. Jenis dan sumber data………. 47

E. Teknik Pengumpulan Data………. 48

F. Definisi operasional variabel……….. 50

G. Metode Analisis dan Uji Hipotesisi……… 50

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Umum Kota Tangerang Selatan………. 54


(4)

2 Struktur Pemerintahan………..58

3 Kondisi Geografis……… 64

4 Kondisi Sosial Ekonomi……….. 64

B. Gambaran Umum Profil Wilayah Kabupaten Tangerang……… 71

1 Orientasi Wilayah……… 72

2 Jumlah Data Pertumbuhan Penduduk……….. 73

3 Kondisi Perekonomi Daerah………. 74

4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)………. 74

C. Gambaran Umum DPPKAD Tangerang Selatan dan DIPENDA Kabupaten Tangerang... 75

1 Kedudukan……….. 75

2 Tugas Pokok……….76

3 Susunan Oragnisasi……….. 76

D. Hasil Uji Mann Whitney U Test………. 76

1 Penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Asli Daerah……….. 77

2 Uji SPSS……… 79

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……….. 83

B. Implikasi……… 84

C. Keterbatasan Masalah………. 85

D. Saran………. 86

DAFTAR PUSTAKA……….. 87


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2.1 Kerangka Pemikiran……… 47 4.1 Perkembangan IPM Kabupaten Tangerang Tahun 2004-2009……….. 74


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seperti halnya daerah-daerah lain yang berada di provinsi Banten, maka Daerah Pemekaran atau disebut juga dengan Daerah Otonom Baru (DOB) Kota Tangerang Selatan yang sebelumnya termasuk dalam wilayah Kabupaten Tangerang juga sedang berusaha untuk meningkatkan pembangunan daerahnya. Sejak disahkan Kota Tangerang Selatan sebagai Daerah Otonom Baru (DOB) pada 29 Oktober 2008, Diresmikan Oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia dan Akhirnya tanggal 29 Septemper 2008 keluar Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan melalui Sidang Paripurna DPR-RI dan setelah berdirinya Kota Tangerang Selatan sebagai DOB, maka Kabupaten Tangerang selaku induk dari Kota Tangerang Selatan melimpahkan semua hasil yang berkaitan/bersumber dari Pendapatan Daerah khususnya yang ada wilayah Kota Tangerang Selatan Dipungut oleh Pemerintah daerah setempat atau Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) guna untuk menata pembangunan wilayah Kota Tangerang tersebut.

Terkait dengan pendapatan asli daerah, seorang pakar dari World Bank berpendapat bahwa batas 20% perolehan PAD merupakan batas minimum untuk menjalankan otonomi daerah. Sekiranya PAD kurang dari angka 20%, maka


(7)

(Mohammad Riduansyah, 2003). Namun yang memegang peranan penting dan sangat menentukan agar pembangunan tersebut berjalan dengan lancar yaitu tersedianya dana yang dapat digunakan untuk membelanjai kegiatan-kegiatan tersebut. Dana tersebut diperoleh dari pemerintah dari berbagai sumber pajak yang digunakan, seperti pajak daerah dan retribusi daerah. Realisasi yang diterima dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) oleh Pemerintah Daerah Kota Tengerang Selatan setiap tahunnya digunakan untuk membelanjai usaha-usaha pembangunan di dalam berbagai bidang, misalnya sarana periklanan, sarana pembangunan, sarana sosial yang dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah itu sendiri. Hal ini yang tercermin dalam anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dari APBD akan tersimpul adanya usaha dan harapan suatu daerah untuk melangkah lebih maju. Jika ditinjau dari segi pengaruhnya maka, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ini sangat penting artinya sebagai salah satu sumber dana pembangunan di Kota Tangerang Selatan, berhubung sebagian besar Pendapatan Asli Daerah ini di peroleh dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Namun demikian, Akai dan Sakata (2002) pendekatan di atas kurang dapat menghitung derajat/tingkatan desentralisasi fiskal secara tepat, kecuali apabila mempertimbangkan dua hal berikut. Pertama, pengeluaran oleh pemerintah propinsi dan kabupaten/kota dapat bersumber dari block transfer yang berasal dari pemerintah pusat. Dengan demikian, porsi pengeluaran oleh pemerintah daerah yang besar tidak serta merta mengindikasikan adanya kemandirian (otonomi daerah). Isu kedua adalah, terkait dengan pelaksanaan otonomi. Kendati porsi


(8)

pengeluaran atau penerimaan pemerintah daerah terhadap pos penerimaan dan pengeluaran pemerintah pusat tidak besar, namun suatu daerah dapat dikatakan memiliki kemampuan fiskal secara otonom apabila terdapat sumber PAD yang cukup besar

Salah satu sumber dana berupa pajak yang dimaksud adalah Pajak Derah dan Retribusi Daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 dan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Pengesahan Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UUPDRD). Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dapat dimanfaatkan untuk berbagai fungsi penentuan kebijakan yang terkait dengan hasil dari penerimaan Pajak Daerah, seperti Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengembalian Bahan Galian Golongan C dan Pajak Parkir, sedangkan hasil dari penerimaan Retribusi Daerah adalah Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perijinan Tertentu. Meskipun penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah memberikan kontribusi terhadap penerimaan pajak yang relatif kecil, namun merupakan sumber penerimaan yang sangat potensial bagi daerah. Sebagai salah satu PAD, maka sumber pendapatan daerah sepenuhnya milik daerah untuk dikelola sebagai sarana utama penunjang pembangunan daerah.

Mengingat pentingnya peran Pajak Daerah dan Retribusi Daerah bagi kelangsungan dan kelancaran pembangunan, maka perlu penanganan dan pengelolaan yang lebih intensif. Penanganan dan pengelolaan tersebut diharapkan


(9)

masyarakat dalam pembiayaan pembangunan. Untuk menaikkan penerimaan pajak perlu dilakukan penyempurnaan aparatur pajak dengan memberlakukan komputerisasi, peningkatan mutu para pegawainya dan penggunaan system pemungutan pajak yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pada prinsipnya system perpajakan nasional menganut System Self

Assesment dalam system ini wajib pajak diberikan kepercayaan untuk

menghitung, membayar dan melaporkan kewajiban perpajakannya sendiri. Namun mengingat besarnya jumlah obyek pajak dan beragamnya tingkat pendidikan dan pengetahuan wajib pajak, terutama dipedesaan maka belum sepenuhnya wajib pajak dapat melaksanakan kewajiban untuk mendaftarkan dan melaporkan obyek pajaknya dengan baik. Oleh karena itu untuk memberikan pelayanan yang lebih baik, dilakukan pendataan terhadap obyek dan subyek pajak, yang wilayah kerjanya meliputi letak/lokasi obyek pajak. Pendaftaran tersebut dilakukan dengan mengisi formulir yang disebut Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) dan untuk menentukan besarnya jumlah pajak terutang disebut dengan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) sedangkan untuk Retribusi Daerah adalah Surat Setoran Retribusi Daerah (SSRD) dan untuk menentukan besarnya jumnlah pajak terutang disebut Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) tersebut disetorkan ke kas daerah atau ke tempat.lain yang ditetapkan oleh Kepala Daerah (pasal 1 Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 sebagaimana telah


(10)

diubah Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 dan telah diperbaharui kembali dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009).

Puji wibowo (2008) Secara teoritik, PAD merupakan suatu sumbangan nyata yang diberikan oleh masyarakat setempat guna mendukung status otonom yang diberikan kepada daerahnya. Tanda dukungan dalam bentuk besarnya perolehan PAD penting artinya bagi suatu pemerintah daerah agar memiliki keleluasaan yang lebih dalam melaksanakan pemerintahan sehari-hari maupun pembangunan yang ada di wilayahnya.

Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama. Untuk mewujudkan pelaksanaan asas desentralisasi tersebut maka dibentuklah daerah otonom yang terbagi dalam daerah provinsi, daerah kabupaten dan daerah kota yang bersifat otonom sesuai dengan ketentuan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999. Menurut pasal 1 huruf 1 dalam Undang-Undang-Undang-Undang tersebut dirumuskan bahwa “Daerah Otonom”, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia Rona Rositawati (2009). Pengertian daerah otonom dimaksud agar daerah yang bersangkutan dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya sendiri yang tidak bergantung kepada pemerintah pusat, oleh karena itu daerah


(11)

rumah tangganya sendiri melalui sumber-sumber pendapatan yang dimiliki. Hal ini meliputi semua kekayaan yang dikuasai oleh daerah dengan batas-batas kewenangan yang ada dan selanjutnya digunakan untuk membiayai semua kebutuhan dalam rangka penyelenggaraan urusan rumah tangganya sendiri. Jadi agar daerah dapat menjalankan kewajibannya dengan sebaik-baiknya perlu ada sumber pendapatan daerah, sesuai dengan apa yang dikatakan Soedjito yaitu “Semakin besar keuangan daerah, semakin besar pulalah kemampuan daerah untuk menyelenggarakan usaha-usahanya dalam bidang keamanan, ketertiban umum, sosial, kebudayaan dan kesejahteraan pada umumnya bagi wilayah dan penduduknya, atau dengan kata lain semakin besarlah kemampuan daerah untuk memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Mohammad Riduansyah (2003), Akai dan Sakata (2002), Puji Wibowo (2008), Rona Rositawati (2009) dan Asmy Asmauri (2006). Adapun yang menjadi perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah:

1. Periode penelitian

Penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2003, 2002, 2008, 2009 dan 2006 sedangkan penelitian ini dilakukan pada tahun 2010

2. Tempat penelitian

Penelitian sebelumnya melakukan riset diberbagai daerah kabupaten/kota yang berbeda sedangkan pada pnelitian ini mengambil tempat di Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang.


(12)

Berdasarkan penjelasan hal tersebut di atas maka penulis ingin mengetahui sebenarnya “Analisi Perbandingan Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah Periode Tahun 2006-2010 Pada Kota Tangerang Selatan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan penerimaan Pajak Daerah terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Selatan sebelum dan sesudah dilakukannya Otonomi Daerah pada Periode Tahun 2006-2010?

2. Apakah terdapat perbedaan penerimaan Retribusi Daerah terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Selatan sebelum dan sesudah dilakukannya Otonomi Daerah pada Periode Tahun 2006-2010?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis perbedaan penerimaan Pajak Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah sebelum dan sesudah dilakukannya Otonomi Daerah Kota Tangerang Selatan pada Periode Tahun 2006-2010


(13)

2. Untuk menganalisis perbedaan penerimaan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah sebelum dan sesudah dilakukannya Otonomi Daerah Kota Tangerang Selatan pada Periode Tahun 2006-2010.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat diantaranya: 1. Bagi Akademik

Dapat menambah kepustakaan dan dapat memberikan masukan dibidang perpajakan, khususnya mengenai penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sebagai salah satu sumber pajak daerah yang pemungutanya merupakan hak kewenangan daerah terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah.

2. Bagi Instansi

Dapat memberikan pengetahuan dan informasi yang berguna dan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini digunakan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi pada fakultas Ekonomi dan Ilmu Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, serta untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan penulis.


(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Peneletian

Dalam melakukan studi penelitian yang berhubungan dengan judul skripsi peneliti yang berhubungan dengan Peneriman Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam kaitannya dengan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), setelah melakukan survey di berbagai tempat, maka peneliti mengambil dua tempat berbeda sebagai objek penelitian di salah satu kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) yang berada di Kota Kabupaten Tangerang beralamat Komplek Perkantoran Tiga Raksa – Tangerang 15720 dan Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) yang berada di Kota Tangerang Selatan beralamat Jl. Witana Harja Komplek Sasmita Jaya Kel. Pamulang Barat Kec. Pamulang.

B. Objek Kajian

Objek kajian penelitian adalah objek kajian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. (Suharsimi Arikunto, 2000:99). Objek kajian dalam penelitian ini adalah penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah.


(15)

C. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah :

Metode Diskriptis Analitif Yaitu metode yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya berdasarkan apa yang tampak kemudian digunakan untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan, menyusun, menganalisis dan menginterpretasikan data sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan.

D. Jenis dan sumber data

Data yang digunakan dalam penilitian ini adalah data sekunder atau sumber sekunder. Menurut Sugiyono (2004:129), sumber sekunder yang secara tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan yang tersedia di buku-buku, jurnal, majalah dan sumber lainnya yang secara tidak langsung berhubungan dengan penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penilitian ini adalah:

1. Data kualitatif

Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, skema dan gambar. Jenis data kualitatif ini ialah data sekunder yaitu data yang telah mengalami proses pengolahan oleh sumbernya.

2. Data kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka atau data kualitatif yang disajikan dalam bentuk angka. Data ini meunjukkan nilai terhadap


(16)

besaran atau variabel yang diwakilinya. Sifat data ini adalah rentet waktu yaitu data yang diperoleh dari hasil pengamatan dalam suatu periode tertentu.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk keperluan analisi data, maka penulis memerlukan sejumlah data pendukung yang bersumber dari dalam maupun luar organisasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pengumpulan data yang berkaitan dan menunjang penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Lapangan a. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto, 2000: 106). Metode dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang.

b. Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung suatu objek yang akan diteliti dalam waktu singkat dan bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai objek penelitian. Observasi dilakukan penulis dengan mengamati bagaimana sistem pemungutan serta Penerimaan Pajak Daerah


(17)

dan Retribusi Daerah terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang.

F. Definisi operasional variabel

Definisi opersional variabel adalah penjelasan dari variable-variabel yang digunakan sebagai objek pengamatan dalam penelitian ini. Oprasionalisasi variabel adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Sesuai dengan judul yang penulis ajukan “Analisis Perbandingan Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Sebelum dan Sesudah Otonomi Pada Kota Tangerang Selatan. Maka variabel yang digunakan adalah sebagai berikut

1. Pajak Daerah

Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.

2. Retribusi Daerah

Retribusi Daerah adalah Pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus diediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.


(18)

3. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Merupakan pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

G. Metode Analisis Data dan Uji Hipotesis 1. Statistik Nonparametrik

Pengujian hipotesis statistik non parametrik pada dasarnya sama dengan pengujian hipotesis statistik parametrik. Asumsi yang digunakan pada pengujian hipotesisi statistik nonparametrik hanyalah bahwa observasi-observasi independen dan variabel yang diteliti memiliki kontinuitas. Asumsi bahwa variabel yang diteliti memiliki kontinuitas juga diperlukan dalam uji parametrik, namun dalam uji nonparametrik, asumsi tersebut lebih longgar (M Iqbal Hasan, 2008:301 ).

Langkah-langkah pengujian hipotesis statistik nonparametrik ialah sebagai berikut.

a. Menentukan formulasi hipotesis. b. Menentukan taraf nyata dan nilai tabel. c. Menentukan kriterian pengujian. d. Menentukan nilai uji statistik. e. Membuat kesimpulan.


(19)

Sehubungan dengan penggunaan statistik nonparametrik pada skripsi ini dalam menentukan perbandingan angka tahun sebelum dan sesudah otonomi, maka peneliti menggunakan uji MU Test (Mean Whitney Test).

2. Uji Mann-Whitney (U Test)

Uji Mann-Whitney disebut juga pengujian U. Pengujian U digunakan untuk menguji rata-rata dari dua sampel berukuran tidak sama, dikembangkan oleh H.B. Mann dan D.R. Whitney pada tahun 1947.

Langkah-langkah Pengujiannya ialah sebagai berikut. a. Menentukan formulasi hipotesis

H0 : dua sempel independen memiliki rata-rata yang sama (N1 = N2) H1 : dua sempel independen memiliki rata-rata yang berbeda. b. Menentukan taraf nyata ( ) dan nilia U tabel

U (n1)(n2) = …

Pengujiannya dapat berbentuk satu sisi atau dua sisi. c. Menentukan kriteria pengujian

H0 diterima apabila U U (n1)(n2) H0 ditolak apabila U < U (n1)(n2) c. Menentukan nilai uji statistik

Nilai uji statistik ditentuksn dengan tahap-tahap berikut.

1) Menggabungkan kedua sempel dan memberi urutan tiap-tiap anggota, dimulai dari pengamatan terkecil sampai terbesar.


(20)

3) Menhitung statistik U dengan rumus:

Atau:

Nilai U yang diambil adalah nilai U yang terkecil. Untuk memeriksa ketelitian perhitungan dipergunakan rumus:

d. Membuat kesimpulan

Menyimpulkan H0 diterima atau ditolak. 3. Analisi Statistik Descriptif

Dalam penelitian ini analisis data menggunakan pendekatan statistik deskriptif yaitu memberikan gambaran mengenai suatu data yang dilihat dari range, mean, sum, dan standar deviation dari jumlah penerimaan sebelum dan sesudah otonomi daerah. Jadi metode ini digunakan untuk mengetahui kondisi atau keadaan dari perbedaan penerimaan tersebut (Ghozali, 2009:19).

U1 = n1n2 + n1(n1+1) – R1 2

U2 = n1n2 + n2(n2+1) – R2 2


(21)

4. Uji SPSS menggunakan Mann Whitney Test Statisticsb

Pengujian SPSS menggunakan Mann Whitney Test Statisticsb. Singgih Santoso (2009:425) untuk memperkuat hasil uji statistik U diawal secara manual dengan menggunakan rumus. Adapun hipotesis dan pengambilan keputusannya:

1. Hipotesis :

H0 : Kedua populasi tidak berbeda atau sama H1: Kedua populasi tidak identik atau berbeda 2. Pengambilan keputusan :

Dasar pengambilan keputusan :

• Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima • Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak


(22)

j) Pengendalian Lingkungan Hidup k) Pelayanan Pertanahan

l) Pelayanan Kependudukan dan Pencatatan Sipil m) Pelayanan Administrasi Umum Pemerintahan n) Pelayanan Administrasi Penanaman Modal.

Sedangkan urusan pilihan yang ditetapkan menjadi urusan pemerintah Kota Tangerang Selatan adalah:

a) Pertanian;

b) Kelautan dan Perikanan; c) Pariwisata

d) Perindustrian dan Perdagangan e) Ketransmigrasian

f) Pertambangan Energi dan Sumber Daya Mineral.

Urusan tersebut dalam implemtasinya disusun melalui berbagai program dan kegiatan yang disusun dalam rangka mewujudkan agenda utama pembangunan Kota Tangerang Selatan.

Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Pemerintah Kota Tangerang Selatan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 yang telah diatur dalam Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 1 Tahun 2009 dan diubah oleh Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 7 Tahun 2009 terdiri dari 3 Asisten, Sekretariat DPRD, 11 Dinas Daerah, 8 Lembaga Teknis


(23)

a). Sekretariat Daerah

1). Asisten Tata Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, membawahkan • Bagian Pemerintahan

• Bagian Kesejahteraan Sosial • Bagian Pertanahan

2). Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan • Bagian Perekonomian

• Bagian Pembangunan

• Bagian Pengelola Teknologi Informasi 3). Asisten Administrasi Umum

• Bagian Hukum dan Organisasi • Bagian Umum dan Perlengkapan • Bagian Humas dan Protokol b). Staf Ahli

• Staf Ahli Hukum dan Politik; • Staf Ahli Pemerintahan; • Staf Ahli Pembangunan;

• Staf Ahli Kemasyarakatan dan Sumberdaya Manusia; • Staf Ahli Ekonomi dan Keuangan.


(24)

c). Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) • Bagian Risalah dan Persidangan

• Bagian Umum dan Keuangan d). Dinas

• Dinas Pendidikan • Dinas Pekerjaan Umum

• Dinas Pertanian dan Perikanan. • Dinas Kesehatan.

• Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman. • Dinas Perindustrian dan Perdagangan.

• Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika.

• Dinas Kependudukan, Pencatatan Sipil, Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi

• Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. • Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata. • Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

e). Badan

• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA). • Badan Lingkungan Hidup


(25)

• Badan Pelayanan Perijinan Terpadu.

• Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana.

f). Inspektorat Kota.

g). Kantor Satuan Polisi Pamong Praja h). Kecamatan.

i). Kelurahan. 3. Kondisi Geografis

Jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan pada tahun 2009 tercatat 1.042.026 jiwa, yang terdiri dari 519.851 jiwa laki-laki dan 522.175 jiwa perempuan. Jumlah penduduk terbanyak yaitu Kecamatan Pondok Aren sebanyak 261.064 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah yaitu Kecamatan Setu sebanyak 54.839 jiwa.

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2009

KECAMATAN LUAS

(KM2)

JUMLAH PENDUDUK (JIWA)

PAMULANG 26,82 217.466

SERPONG UTARA 17,84 90.625

PONDOK AREN 29,88 261.064

SETU 14,80 54.839

CIPUTAT 18,38 150.509

CIPUTAT TIMUR 15,43 160.971

SERPONG 24,04 106.552

Jumlah 147,19 1.042.026


(26)

Melihat jumlah penduduk diatas, maka Kota Tangerang Selatan dengan jumlah penduduk sebanyak 1.042.026 jiwa termasuk dalam kategori kota besar dengan jumlah penduduk antara 500.000 jiwa sampai dengan 1.000.000 jiwa.

4. Kondisi Sosial Ekonomi a. Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor penting dalam pelaksanaan pembangunan daerah, dengan tersedianya Sumber Daya Manusia yang berkualitas dapat memacu percepatan pembangunan di Kota Tangerang Selatan.

Pemerintah Kota Tangerang Selatan sangat mendudukung kemajuan Sektor pendidikan, hal ini didukung dengan beberapa diantaranya program peningkatan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan dan program pendidikan non formal.

Berdasarkan data Dinas Pendidikan, Angka Partisipasi Kasar (APK) da Angka Partisipasi Murni (APM) Kota Tangerang Selatan pada tiap-tiap kecamatan masih rendah terutama pada pendidikan tingkat menengah yang ditunjukan dengan APK 63,95 dan APM 48,72. Selain Karena tingkat partisipasi, rendahnya APK dan APM disebabkan banyaknya penduduk usia sekolah yang bersekolah di luar Kota Tangerang Selatan seperti di Kota Tangerang dan DKI Jakarta.


(27)

b. Kesehatan

Pembangunan kesehatan di Kota Tangerang Selatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kemauan hidup sehat masyarakat Kota Tangerang Selatan sehinggga nantinya perilaku hidup sehat bukan karena paksaan melainkan karena kesadaran masyarakat. Upaya Pemerintah Kota Tangerang Selatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat dengan antara lain dengan akan dibangunnya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tangerang Selatan pada tahun 2010, pembangunan puskesmas rawat inap pada tiap kecamatan di Kota Tangerang Selatan, pengadaan puskesmas keliling roda empat 10 unit.

c. Agama

Selama tahun 2009 tercatat jumlah sarana peribadatan beberapa agama di Kota Tangerang Selatan sebanyak 497 Masjid 1.015 Mushola, 40 Gereja, 3 Pura, 6 Vihara,dan 2 Klenteng. Nuansa Islami memang lebih mewarnai kehidupan masyarakat Kota Tangerang Selatan, namun demikian kerukunan antar umat beragama tidak menjadi hambatan. Hal ini dapat dilihat pada kondisi hidup berdampingan yang tenang dan damai yang telah terjalin selama ini.

Jumlah penduduk Tangerang Selatan berdasarkan agama yang dipeluk oleh masing-masing masyarakat yaitu Islam sebanyak 902.282 jiwa, Kristen sebanyak 58.237 jiwa, Katholik sebanyak 41.185, Hindu sebanyak 24.384 jiwa, Budha sebanyak 13.844 jiwa, Konghucu sebanyak


(28)

1.974 jiwa dan Aliran Kepercayaan sebanyak 120 jiwa. Dari jumlah tersebut mayoritas penduduk Kota Tangerang Selatan memeluk Agama Islam sebanyak 86,59 %.

d. Ketenagakerjaan

Pada sektor ketenagakerjaan, Pemerintah Kota Tangerang Selatan menyusun kebijakan, strategi dan penyusunan program dibidang ketenagakerjaan berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Adapun program yang dilaksanakan oleh pemerintah Kota Tangerang Selatan pada urusan tenaga kerja diantaranya: 1). Program peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja.

Program ini diarahkan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pendidikan dan pelatihan keterampilan bago pencari kerja, peningkatan profesionalisme tenaga pelatih dan instruktur BLK, pengembangan system informasi manajemen ketenagakerjaan.

2). Program peningkatan kesempatan kerja

Program ini diarahkan untuk penyebarluasan informasi tenaga kerja dan penyiapan tenaga kerja siap pakai.

3). Program perlindungan dan pengembangan lembaga ketenagakerjaan Program ini diarahkan untuk penempatan OTJ di perusahaan, pengendalian dan pembinaan lembaga penyalur tenaga kerja, pembentukan dewan pengawas tenaga kerja, peningkatan pengawasan,


(29)

perlindungan dan penegakan hokum terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

4). Program peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja.

Program ini diarahkan untuk pelatihan dan kursus dan pembinaan generasi muda di kecamatan.

Pada tabel 4.3 berikut dapat dilihat jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan pada tahun 2009, penduduk Kota Tangerang Selatan banyak yang bekerja pada instansi BUMN/BUMD/Swasta dengan jumlah 521.192 orang atau 50,01% sedangkan yang bekerja pada sektor peternakan hanya berjumlah 210 orang atau 0,02 %.

e. Sektor Perdagangan dan Jasa

Prioritas Pemerintah Kota Tangerang Selatan pada sektor perdagangan dan jasa, adalah meningkatkan akses pasar dan permodalan bagi usaha mikro dan kecil serta industri kecil. Fokus dari prioritas dalam mencapai sasaran tersebut adalah pemberdayaan usaha mikro dan kecil melalui peningkatan akses terhadap pasar dan permodalan. Kegiatan perdagangan dan jasa tersebar di seluruh wilayah Kota Tangerang Selatan, namun yang paling menonjol hanya di beberapa kecamatan diantaranya, Kecamatan Serpong, Kecamatan Serpong Utara, Kecamatan Pamulang, Kecamatan Ciputat Timur. Fasilitas perdagangan dan jasa sebagian besar hanya tersebar di Kecamatan Serpong, Ciputat Timur dan Pamulang.


(30)

f. Target dan Realisasi Pajak daerah Retribusi Daerah dan PAD. Tabel 4.4

Pendapatan Daerah dan Realisasi ( Dalam Rupiah)

Tahun Pendapatan Daerah Realisasi Persentase (%)

2006 1.261.750.836.799 _ _

2007 1.481.126.786.000 1.532.411.945.309 112,29 2008 1.680.196.071.000 1.906.196.738.614 113,48 2009 1.745.093.634.719 1.470.862.668.904 87,81. Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang

Dengan melihat perincian angka-angka dalam tabel 1 dapat dikatakan bahwa pada tahun Anggaran 2006 tidak direalisasikan terlihat tidak ada angka yang tercantum dalam tebel tersebut. Pada tahun 2007 dalam, realisasinya mengalami peningkatan dengan persentase 112,29%, pada tahun 2008 juga mengalami peningkatan yang begitu pesat jika bandingkan tahun 2008, realisasi tahun 2009 dari hasil Pendapatan Daerah yang direlisasikan 1.906.196.738.614.531 dengan persentase 113,48%,

Sedangkan pada tahun 2009 relisasi dari pendapatan daerah tersebut sampai bulan oktober terlihat menurun dari tahun sebelumnya, disebabkan adanya pemekaran Daerah Otonomi Baru Kota Tangerang selatan yang sebelumnya adalah Kabupaten Tangerang. Menurut peraturan dan perundang-undangan mengenai pemekaran daerah dalam hal ini tersebut sesuai dengan keputusan pemerintah pusat.


(31)

Tabel 4.5

Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Realisasi ( Dalam Rupiah)

Tahun Pendapatan Asli Daerah

Realisasi Persentase (%) 2006 246.846.682.381 251.241.734.728 _

2007 239.911.906.000 285.899.513.074 119,17 2008 294.773.029.000 336.921.813.888 114,30 2009 334.992.634.719 286.992.406.406.733* _ * Realisasi sampai Bulan Oktober

Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang

Tabel 4.6

Target Pajak Daerah dan Realisasi (Dalam Rupiah)

Tahun Pajak Daerah Realisasi Persentase (%) 2006 106.450.995.267 97.165.000.000 109,56

2007 131.780.751.102 106.650.000.000 123,56 2008 148.148.805.725 110.725.641.162 113,48 2009 150.231.260.735 107.531.358.396 98,93 Sumber: Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) Kab. Tangerang

Tabel 4.7

Target Retribusi Daerah dan Realisasi (Dalam Rupiah)

Tahun Retribusi Realisasi Persentase (%) 2006 96.161.266.544 99.702.900.00 96,45

2007 123.374.361.907 134..872.425.157 105,70 2008 70.604.589.953 60.185.000.000 117,31 2009 61.523.494.270 .66498.516.719 87,50 Sumber: Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) Kab. Tangerang


(32)

Dalam Tabel 2.5 dan 2.4 target pajak daerah dan Retribusi Daerah pada tahun 2006-2009 mengalami perubahan kenaikan tingkat persentase, terlihat pada tahun 2006 untuk Retribusi Daerah persentasenya terlihat 96,45% dan pada tahun 2007-2008 mengalami peningkatan persenatsenya 105,70% meningkat menjadi 117,31%. Kemudian pada tahun 2009 terget penerimaan Retribusi daerahnya menurun menjadi 87,50% bahkan lebih dibanding tahun 2006, sedangkan untuk Pajak Daerah persentasenya terlihat 109,56% dan pada tahun 2007-2008 mengalami peningkatan persenatsenya 123,56% meningkat menjadi 113,48%. Kemudian pada tahun 2009 terget penerimaan pajak daerahnya menurun menjadi 98,93% bahkan lebih dibanding tahun 2006 terlihat bahwa pada september tahun 2008 telah berdirinya Kota Tangerang sebagai Daerah Otonom Baru (DOB) dan pada 2009 Kab.tangerang telah mengalami pemekaran yang sekarang menjadi Kota Tangerang Selatan. Sejak awal januari Tangerang sudah memungut pajak daerah dan retribusi daerahnya yang termasuk dalam Penerimaan PAD Tangerang Selatan.

B. Gambaran Umum Profil Wilayah Kabupaten Tangerang

Sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, Kota Tangerang memiliki keuntungan dan sekaligus kerugian. Keuntungannya kota tersebut bisa nebeng nama besar ibukota negara. Para warganya bisa memanfaatkan fasilitas publik sebuah metropolitan, baik itu berupa jalan-jalan


(33)

berbagai kemudahan komunikasi canggih. Namun kerugian berdekatan dengan sebuh ibukota, yang secara khusus sangat dirasakan oleh pemda. Banyak warga Kota Tangerang yang tinggal di daerah perbatasan dengan Jakarta, enggan mengakui berdomisili di Kota Tangerang. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya papan nama yang mencantumkan nama ”Jakarta Selatan” atau ”Jakarta Barat” padahal sebenarnya berada dalam wilayah Tangerang.

Tabel 4.8

Luas Wilayah Kabupaten Tangerang

No Kecematan Luas (Km²)

1 Ciledug 8,76

2 Larangan 9,39

3 Karang Tengah 10,47

4 Cipondoh 17,91

5 Pinang 21,59

6 Tangerang 15,78

7 Karawaci 13,47

8 Cibodas 9,61

9 Jatiuwung 14,40

10 Periuk 9,54

11 Neglasari 16,07

12 Batu Ceper 11,68

13 Benda 25,61

jumlah 184,23

Sumber : Kab Tangerang dalam Angka tahun 2002

1. Orientasi Wilayah

Secara geografis wilayah Kota Tangerang berada antara 6º 6 LS - 6º 13 LS dan 106º 36 - 106º - 42º BT dengan luas wilayah 184,23 Km² termasuk Bandara Sukarno Hatta seluas 19,69 Km² dengan batasbatas sebagai berikut:


(34)

• Batas Utara: Berbatasan dengan Laut Jawa

• Batas Selatan: Berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Lebak

• Batas Timur: Berbatasan dengan DKI Jakarta Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan

• Batas Barat: Berbatasan Dengan Kabupaten Serang

Kabupaten Tangerang secara geografis memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0-8% menurun ke Utara. Ketinggian wilayah berkisar antara 0-50 m di atas permukaan laut. Daerah Utara Kabupaten Tangerang merupakan daerah pantai dan sebagian besar daerah urban, daerah timur adalah daerah rural dan pemukiman sedangkan daerah barat merupakan daerah industri dan pengembangan perkotaan. Secara administratif pada tahun 2009 Kabupaten Tangerang memiliki 29 wilayah Kecamatan yang terdiri dari 274 wilayah Desa dan Kelurahan.

2. Jumlah Data Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang pada tahun 2009 adalah 2.508.967 jiwa yang terdiri dari 1.274.151 jiwa laki-laki dan 1.234.816 jiwa perempuan. Kepadatan penduduk Kabupaten Tangerang rata-rata 3,825 jiwa/km2. Data dari BPS Kabupaten Tangerang menunjukan struktur penduduk di Kabupaten Tangerang termasuk struktur penduduk “usia produktif” dengan 65,38 % penduduk adalah kelompok umur 15-64 tahun, jumlah penduduk berumur 0-14 tahun dan berumur > 65 tahun adalah


(35)

sebanyak 34,62 % . Untuk Dependency Ratio atau Angka Ketergantungan Penduduk adalah 53 %, menunjukkan bahwa setiap 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun) harus menanggung beban 53 penduduk yang tidak produktif (usia 0-14 tahun dan >65 tahun).

3. Kondisi Perekonomian Daerah

Sumber utama perekonomian Kota Tangerang berasal dari sektor industri pengolahan sebesar 58,45%, menyusul perdagangan, hotel dan restoran. Kedua sektor ini menguasai hampir 85% kegiatan ekonomi dan dapat dipastikan bahwa sektor tersebut memberikan kontribusi utama pada pendapatan asli daerah. Pada bagian tenaga kerja di atas juga telah disebutkan bahwa sekitar 75% angkatan kerja yang ada di Kota Tangerang bergerak di sektor industri, perdagangan dan jasa. Hal tersebut selaras dengan kondisi perekonomian daerah yang mengandalkan sektor-sektor yang menyerap banyak tenaga kerja.

APBD tahun 2002 Kota Tangerang masih didominasi oleh dana yang merupakan dana perimbangan keuangan Pusat dan Daerah, yaitu sebesar 70% dari total APBD, sedangkan pendapatan asli daerah hanya memberikan kontribusi sebesar 19%. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan perekonomian yang didominasi oleh sektor industri dan perdagangan masih belum memberikan kontribusi yang cukup besar pada APBD Kota Tangerang.


(36)

4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

IPM merupakan ukuran kinerja pembangunan wilayah terhadap pembangunan manusia itu sendiri, dengan upaya peningkatan kualitas penduduk sebagai sumber daya, baik aspek fisik (kesehatan), aspek intelektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (daya beli) serta aspek moralitas sehingga partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan meningkat. Dalam penyusunan IPM terkait erat dengan tiga komponen yaitu Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Indeks Pendidikan (lama sekolah) dan Kemampuan Daya Beli (PPP). Peningkatan IPM Kabupaten Tangerang dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 4.1

Perkembangan IPM Kabupaten Tangerang Tahun 2004 – 2009


(37)

C. Gambaran Umum DPPKAD Tangerang Selatan dan DIPENDA Kabupaten Tangerang

1. Kedudukan

a) Dinas Pendapatan Daerah adalah unsur pelaksana otonomi daerah yang menyelenggarakan Pelayanan bidang Pendapatan;

b) Dinas Pendapatan Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

2. Tugas Pokok

Dinas Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengarahkan, mengawasi dan mengendalikan dibidang pendapatan sesuai kebijakan pemerintah daerah.

3. Susunan Organisasi

a). Susunan Organisasi DPPKAD dan DISPENDA terdiri dari: 1). Kepala Dinas;

2). Sekretariat;

Sub. Bagian Perencanaan

Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian Sub. Bagian Keuangan

3). Bidang Pajak;


(38)

• Seksi Penetapan; • Seksi Penagihan

4). Bidang Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan; • Seksi Dana Perimbangan;

• Seksi PBB dan Biaya Peralihan Hak Tanah dan Bangunan; • Seksi Lain-lain Pendapatan.

5). Bidang Akuntansi dan Pelaporan

• Seksi Penerimaan Daerah dan Pembiayaan; • Seksi Akuntansi dan Pelaporan;

• Seksi Benda Berharga dan Quasi.

6). Bidang Perencanaan dan Pengendalian Pendapatan • Seksi Perencanaan Pendapatan;

• Seksi Pengawasan dan Evaluasi; • Seksi Kebijakan Pendapatan. 7). Unit Pelaksana Teknis;


(39)

D. Hasil Uji Mann Whitney U Test

1. Penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Dalam pengujian ini digunakan dua variabel independen yang berbeda antara sebelum dan sesudah otonomi daerah, maka diperlukan adanya pengukuran dengan menggunakan ranking dari urutan penerimaan dari mulai rangking 1 yang terkecil sampai dengan rangking 3 yang terbesar dengan tabel sebagai berikut:

Tabel 4.9

Penerimaan Pajak Daerah (Dalam 000)

Tahun Sebelum Otonom Daerah

Sampel I

Urutan Tahun Sesudah Otonomi Daerah

Sampel 2

Urutan

2006 106.450.995.267 1 1.5 2009 15.397.425.025 1 1.5 2007 148.148.805.725 3 5 2010 59.000.000.000 2 3.5 2008 131.780.751.102 2 3.5

386.380.552.094 R1=10 74.397.425.025 R2=5 Sumber: DISPENDA dan DPPKAD Kab. Tangerang dan Kota Tangerang Selatan

Tabel 4.10

Penerimaan Retribusi Daerah (Dalam 000)

Tahun Sebelum Otonom Daerah

Sampel I

Urutan Tahun Sesudah Otonomi Daerah

Sampel 2

Urutan

2006 90.652.470.125 2 3.5 2009 12.557.450.000 1 1.5 2007 125.374.361.907 3 5 2010 45.688.570.000 2 3.5 2008 70.604.589.953 1 1.5

276.631.421.965 R1=10 58.246,020.000 R2=5 Sumber: DISPENDA dan DPPKAD Kab. Tangerang dan Kota Tangerang Selatan


(40)

Tabel 4.11

Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (Dalam 000)

Tahun Sebelum Otonom Daerah

Sampel I

Urutan Tahun Sesudah Otonomi Daerah

Sampel 2

Urutan

2006 251.241.734.728 1 1.5 2009 94.680.457.980 1 1.5 2007 285.899.513.074 2 3.5 2010 109.000.000.000 2 3.5 2008 336.921.813.888 3 5

874.063.061.690 R1=10 203.680.457.980 R2=5 Sumber: DISPENDA dan DPPKAD Kab. Tangerang dan Kota Tangerang Selatan

Dari ketiga tabel diatas, maka dapat dirumuskan dengan:

U1 = n1n2 + n1(n1+1) – R1 2

= (3)(2) + 3(3+1) – 10

2 = 6 + 6 – 10 = 2

U2 = n1n2 + n2(n2+1) – R2 2

= (3)(2) + 2(2+1) – 5 2 = 6 + 3 – 5 = 4

Jadi U = 2

Pemeriksaan U: Uterkecil = n1.n2 - Uterbesar 2 = 3(2) - 4

= 2

Taraf nyata (

) dan nilai

U tabelny:

Gunakan asumsi

= 5% = 0,05 dengan n1

= 3 dan n2 = 2


(41)

Jadi, kesimpulan rata-rata sampel I berbeda dengan rata-rata sampel II atau keduanya terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah.

2. Uji SPSS

Mann-Whitney Test NPAR TESTS

/M-W= Sebelum BY Sesudah(1 2)

/STATISTICS=DESCRIPTIVES

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

PenerimaanSBLM 3 2.5714 1.51186 1.00 3.00

PenerimaanSSDH 2 1.2857 .48795 1.00 2.00

Hasil Uji Descriptive Statistic Tabel 4.12 menunjukkan bahwa adanya perbedaan secara signifikan antara sebelum dan sesudah diberlakukannya otonomi daerah dalam penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dalam Peningkatan PAD, terlihat bahwa sebelum otonomi daerah memilik rata-rata

mean 2.5714 sedangkan sesudah otonomi daerah mean 1.2857. Hal ini dapat dikatakan bahwa keduanya berbeda secara signifikan, dengan std deviation

memiliki rata 1,51186 terhadap sebelum otonomi daerah dan 0,48957 terhadap sesudah otonomi daerah. Dalam penelitian ini statistik deskriptif dibagi menjadi dua bagian yaitu sebelum dan sesudah otonomi daerah yang dihitung dalam jumlah angka tahun sesuai penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah dalam peningkatan PAD. Sebelum otonomi daerah diambil


(42)

sempel selama 5 tahun periode 2006-2010 pada Kab. tangerang dalam penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap peningkatan PAD. sedangkan Untuk membandingkannya diambil sempel selama 2 tahun periode 2009-2010 pada Kota Tangerang Selatan dalam penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah sesudah otonomi daerah terhadap peningkatan PAD.

Mann-Whitney Test

Tabel 4.13 Ranks PenerimaanPa

ajaKdanRetrib

usiDaerah N Mean Rank Sum of Ranks

Sampel Sebelum 3 3.60 10.00

Sesudah 2 2.50 5.00

Total 5

Pada Tabel 4.13 Pada sempel sebelum memiliki Mean Rank 4.60 selama 5 tahun dengan Sum of Ranks sebesar 23.00. sedangkan untuk sempel sesudah memilik Mean Rank 2.50 selama 2 tahun dengan Sum of Ranks 5.00. hal ini membuktukan adanya persamaan dengan pengujian mann whitney U test pada pengujian pertama yang menunjukkan adanya perbedaan/perbandingan sempel 1 dan sempel 2 dalam segi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah dalam peningkatan PAD sebelum dan sesudah diberlakukannya otonomi daerah pada kota Tangerang Selatan.


(43)

Tabel 4.14 Test Statisticsb

Sebelum

Mann-Whitney U 2.000

Wilcoxon W 5.000

Z -1.183

Asymp. Sig. (2-tailed) .237 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .381a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Sesudah

Terlihat pada Tabel 4.14 kolom Asymp. Sig. (2-tailed) dua sisi adalah 0,237 dan Mann-Whitney U adalah 2.000, maka didapat hipotesis probabilitasnya di atas 0,05. Maka, H1: Pajak Daerah dan H2: Retribusi Daerah diterima atau terdapat perbedaan secara signifikan antara sebelum dan sesudah penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap peningkatan PAD, dengan kata lain Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi terhadap peningkatan PAD sesudah diberlakukannya Otonomi daerah Kota Tangerang Selatan jumlah penerimaan pajak daerah dan retribusi daerahnya masih jauh dibandingkan penerimaan sebelum diberlakukannya otonomi daerah yaitu Kabupaten Tangerang.


(44)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Penilitian ini mengambil sempel dua instansi pemerintah yang berbeda yaitu; DPPKAD Kota Tangerang Selatan sebagai sempling pertama sesudah otonomi daerah dan DISPENDA Kabupaten Tangerang sebagai sempling kedua dalam waktu periode tahun 2006-2010, untuk pengujian dilakukan dengan menggunakan Mann Whitney U test yaitu pengambilan sempel dengan dua variabel independent yang berbeda, maka dapat ditarik kesimpulan:

1. Penerimaan Pajak Daerah terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebelum dan sesudah otonomi daerah keduanya terdapat perbedaan secara signifikan dikarenakan adanya usaha atau kontribusi yang besar dari daerahnya masing-masing dalam meningkatkan PAD yang bersumber dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tersebut pada periode tahun 2006-2010. 2. Penerimaan Retribusi Daerah terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) sebelum dan sesudah otonomi daerah keduanya terdapat perbedaan secara signifikan dikarenakan adanya usaha atau kontribusi yang besar dari daerahnya masing-masing dalam meningkatkan PAD yang bersumber dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tersebut pada periode tahun 2006-2010.


(45)

B. Implikasi

Berdasarkan Kesimpulan diatas menunjukkan bahwa sebelum dan sesudah otonomi daearah dalam penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap peningkatan pendapatan asli daerah berbeda secara signifikan, dikarena adanya hubungan kedua sempel variabel independent yang berbeda tersebut. Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan sumber pendapatan asli daerah yang pemungutanya berada didaerah sesuai dengan UU mengenai perda tersebut, dan yang melakukan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah tersebut adalah instansi pemerintah yang diberi kewenangan khusus untuk memungut dan mengelola sumber PAD tersebut, instansi pemerintah tersebut adalah DISPENDA dan DPPKAD, guna untuk memaksimalkan pajak daerah dan retribusi daerah tersebut, maka diperlukan adanya pendataan mengenai apa saja yang menjadi objek dan subjek pajak sehingga dapat diketahui dari mana saja sumber pajak dan retribusi daerah tersebut. Kontribusi yang diberikan oleh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tersebut sangat berpengaruh dalam peningkatan PAD, tergambar dalam Realisasinya gunak utuk pembangunan daerah tersebut, Kota Tangerang Selatan Merupakan DOB yang mulai memaksimalkan potensi sumber daya yang ada di daerahnya salah satunya melalui PAD. Kabupaten Tangerang memberikan kewenang khusus untuk Kota Tangerang Selatan untuk memungut dan mengelola Sumber PAD tersebut sesuai dengan UU PERDA tersebut, jadi bagi para wajib pajak yang ingin membayarkan pajaknya tidak perlu bayar ke Kab. Tangerang lagi, sudah dapat dibayar di Kota Tangerang Selatan itu sendiri.


(46)

C. Keterbatasan Masalah

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari berbagai keterbatasan ataupun kelemahan yang kemungkinan dapat menimbulkan ketidak akuratan pada hasil penelitian. Keterbatsan dan kelemahan tersebut anatara lain: 1. Penelitian ini menggunakan obervasi dan dokumentasi sebagai bahan

penelitian dari sumber instansi pemerintahan yang berbeda.

2. Hasil penelitian ini hanya dapat dijadikan analisis pada subyek penelitian yang terbatas pada instansi pemerintahan pemerintah kota tangerang selatan dan kabupaten tangerang.

3. Penelitian hanya dilakukan dalam lingkup Kota Tangerang selatan dan Kabupaten Tangerang, karena peneliti terbatasi oleh tenaga dan kondisi dan ruang lingkup wilayahnya.

4. Waktu penelitian selama dua bulan dilakukan di dua instansi pemerintah yang berbeda yaitu selama bulan Oktober - November 2010.

D. Saran

Saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Peneiliti selanjutnya dapat menambahkan beberapa variabel guna untuk menganalisa dan mengetahui apakah variabel tersebut dapat memperkuat atau memperlemah variabel independennya (Variabel bebas).


(47)

2. Peneliti selanjutanya dapat menambahkan jumlah sempel untuk memperluas wilayah sempel penilitian tidak hanya dalam dua instansi saja

3. Penelitian selanjutnya dapat mencoba metode penilitian lain yang terkait dan dapat digunakan sebagai kesimpulan pada bab akhir nanti


(48)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Tabel Penerimaan Pajak daerah Retribusi Daerah dan PAD………90

2. Hasil Uji SPSS………. 91

3. Surat Riset……… 92

4. Bagan Struktur Oragnisasi DPPKAD Kota Tangerang Selatan………. 93

5. Pendapatan Asli Daerah dan Realisasi Tahun 2006-2010 Kab.Tangerang……. 94

6. Pendapatan Asli Daerah dan Realisasi Tahun 2009-2010 Kota Tangerang 7. Selatan………102


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Akai, N. dan Sakata, M., 2002. Fiscal Decentralization Contributes to Economic Growth: Evidence from State-Level Cross-Section Data for the United States Journal of Urban Economics, LII:93-108 Political Economy, LXXXII(6): 1095-1117.

Amuri , Asmi. “Pengaruh Reformasi Perpajakan Terhadap Panerimaan Pajak Daerah Provinsi DKI Jakarta”, Skripsi S1. Prodi IESP UII, 2006 Badan Pusat Statistik (BPS) Tangerang

Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kabupaten Tangerang dan Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kota Tangerang selatan

Elita, Dewi. Jurnal Identifikasi Sumber Pendapatan Asli Daerah dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah, FSIP USU, digitized by USU digital library

2002.

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS”. BP Undip, Semarang. 2005.

Hamroliie Harun, 2002 Pnenetuan analisis peningkatan dan pembangunan kota. Edisi ke-3. Cet-3, Yogyakarta

Kaho. Riwo Yosef. 1998 Ekonomi daerah di negara RI, Suatu Analisis. Jakarta

M. Iqbal. 2008. Pokok-Pokok Materi STATISTIK 2 (Statistik Inferensi) Edisi Kedua. Bumi Aksara. Jakarta.

Mardiasmo. 2003. Perpajakan. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Muhammad Riduansyah. 2003 Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Guna Mendukung Pelaksanaan Otonom Daerah (Studi Kasus Pemerintah Daerah Kota Bogor) Sosial Humaniora, Vol.7 No. 2, DesemberJurnal Makara.


(50)

Pandiangan liberti. 2005 Perpajakan di Indonesia. PT Erlangga, Jakarta R. Santoso. 2003. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Edisi Revisi Ke.4 Bandung Rositawati Rona. 2009. Sistem Pemungutan Pajak Daerah Dalam Era Otonomi

Daerah (Studi Kasus di Kabupaten Bogor) Tesis Program Magister Pasca Sarjana UNDIP Semarang

Santoso, Singgih (2009). Mengatasi Masalah Statistik Dengan SPSS Versi 11.5, Elek Madia Komputindo. Jakarta

Saragih, Juli Panglima (2003), Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi, PT Ghalia Indonesia, Jakarta.

Suandy Early. 2002. Hukum Pajak. Yogyakarta. Salemba Empat.

Subaryono and Lukito E. N. October 3-7, 2004 Journal. Assessment of the Development of Land Information System in the Directorate of Land and Building Taxes Ministry of Finance Republic Of Indonesia., Indonesia diakses tanggal 20 september 2010 WWW.SSRN.COM 3rd http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=271310 FIG Regional Conference Jakarta, Indonesia, .

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. CV alfabeta. Bandung

Target Pendapatan Asli Daerah dan Realisasi. WWW.Newsklip21.COM diakses pada tanggal 21 september 2010 dari, file:///D:/jurnal%20web/5000-pad-kabupaten-tangerang-pasca-lahirnya-kota-tangerang-selatan.htm

Wibowo, Puji, “Mencermati Dampak Desentralisasi Fiskal Terhdap Pertumbuhan Ekonomi Daerah”, Jurnal Keuangan Publik , Vol 8, No 1, Oktober 2008, Hal 55-83

Yani, Ahmad (2002), Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Peraturan Undang-Undang

Undang-undang No.34 Pasal 1 ayat 6 Tahun 2004 tentang perubahan atas undang-undang No.18 Tahun 1997 tentang Pendapatan Daerah dan Retribusi Daerah.


(51)

UU. No. 22 Pasal 1ayat 1 Tahun 1999 tentang Daerah Otronom. UUD RI 1945 Pasal 1 ayat 3 Perubahan ketiga tentang Negara Hukum.

Undang-undang Republik Indonesia No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang – Undang Otonomi Daerah 2004, Penerbit Absolut Tentang Pemerintah Daerah.

Undang-undang No.25 Tahun1999 dan PP No.4014 Tahun 2000 Tentang Pemerintah Daerah

Undang-undang No. 22 tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. UU No. 51 tentang Pembentukan Tangsel

UU Nomor 18 tahun 1997 dan No. 34 tahun 200 tentang Otonomi Daerah

UU Nomor 32 dan 33 tahun 2004 Pasal 1 angka 15 tentang Pendapatan Asli Daerah dan Perimbangan Keuangn Pemerintah Pusat dan Daerah UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 156, 157, 158, 151, 160 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

undang Nomor 18 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 dan telah diperbaharui kembali dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009.

Peraturan Pemerintah 129 tahun 2000 tentang Daerah Pemekaran. dan PERMENDAGRI No.13 Tahun 2006 tentang Pendapatan Daerah.


(52)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Tarif Pajak Provinsi dan Kabupaten/Kota……… 27

2.2 Penelitian Terdahulu……… 40

4.1 Jumlah Kecamatan dan Desa Kota Tangearang Selatan……….. 58

4.2 Nama Kelurahan dan Desa Kota Tangerang Selatan………58

4.3 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tangerang Selatan Tahun 2009…… 64

4.4 Pendapatan Daerah dan Realisasi………. 68

4.5 Target PAD dan Realisasi……….69

4.6 Target Pajak Daerah dan Realisasi……….. 70

4.7 Target Retribusi Daerah dan Realisasi………. 70

4.8 Luas Wilayah Kabupaten Tangerang……… 72

4.9 Pajak Daerah Sebelum dan Sesudah………. 78

4.10 Retribusi Daerah Sebelum dan Sesudah……….. 78

4.11 PAD Sebelum dan Sesudah………. 78

4.12 Uji Descriptive Statistics………. 80

4.13 Ranks……… 81


(53)

HASIL UJI SPPS

NPAR TESTS

/M-W= Sebelum BY Sesudah(1 2) /STATISTICS=DESCRIPTIVES

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Sebelum 5 3.0000 1.58114 1.00 5.00

Sesudah 2 1.5000 .70711 1.00 2.00

Ranks Sesuda

h N Mean Rank Sum of Ranks

Sebelum 1 1 1.00 1.00

2 1 2.00 2.00

Total 2

Test Statisticsb

Sebelum

Mann-Whitney U 5.000

Wilcoxon W 1.000

Z -1.000

Asymp. Sig. (2-tailed) .317 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000a a. Not corrected for ties.


(1)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Tabel Penerimaan Pajak daerah Retribusi Daerah dan PAD………90

2. Hasil Uji SPSS………. 91

3. Surat Riset……… 92

4. Bagan Struktur Oragnisasi DPPKAD Kota Tangerang Selatan………. 93

5. Pendapatan Asli Daerah dan Realisasi Tahun 2006-2010 Kab.Tangerang……. 94

6. Pendapatan Asli Daerah dan Realisasi Tahun 2009-2010 Kota Tangerang 7. Selatan………102


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Akai, N. dan Sakata, M., 2002. Fiscal Decentralization Contributes to Economic Growth: Evidence from State-Level Cross-Section Data for the United States Journal of Urban Economics, LII:93-108 Political Economy, LXXXII(6): 1095-1117.

Amuri , Asmi. “Pengaruh Reformasi Perpajakan Terhadap Panerimaan Pajak Daerah Provinsi DKI Jakarta”, Skripsi S1. Prodi IESP UII, 2006 Badan Pusat Statistik (BPS) Tangerang

Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kabupaten Tangerang dan Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kota Tangerang selatan

Elita, Dewi. Jurnal Identifikasi Sumber Pendapatan Asli Daerah dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah, FSIP USU, digitized by USU digital library 2002.

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS”. BP Undip, Semarang. 2005.

Hamroliie Harun, 2002 Pnenetuan analisis peningkatan dan pembangunan kota. Edisi ke-3. Cet-3, Yogyakarta

Kaho. Riwo Yosef. 1998 Ekonomi daerah di negara RI, Suatu Analisis. Jakarta

M. Iqbal. 2008. Pokok-Pokok Materi STATISTIK 2 (Statistik Inferensi) Edisi Kedua. Bumi Aksara. Jakarta.

Mardiasmo. 2003. Perpajakan. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Muhammad Riduansyah. 2003 Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Guna Mendukung Pelaksanaan Otonom Daerah (Studi Kasus Pemerintah Daerah Kota Bogor) Sosial Humaniora, Vol.7 No. 2, DesemberJurnal Makara.


(3)

Pandiangan liberti. 2005 Perpajakan di Indonesia. PT Erlangga, Jakarta R. Santoso. 2003. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Edisi Revisi Ke.4 Bandung Rositawati Rona. 2009. Sistem Pemungutan Pajak Daerah Dalam Era Otonomi

Daerah (Studi Kasus di Kabupaten Bogor) Tesis Program Magister Pasca Sarjana UNDIP Semarang

Santoso, Singgih (2009). Mengatasi Masalah Statistik Dengan SPSS Versi 11.5, Elek Madia Komputindo. Jakarta

Saragih, Juli Panglima (2003), Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi, PT Ghalia Indonesia, Jakarta.

Suandy Early. 2002. Hukum Pajak. Yogyakarta. Salemba Empat.

Subaryono and Lukito E. N. October 3-7, 2004 Journal. Assessment of the Development of Land Information System in the Directorate of Land and Building Taxes Ministry of Finance Republic Of Indonesia., Indonesia diakses tanggal 20 september 2010 WWW.SSRN.COM 3rd http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=271310 FIG Regional Conference Jakarta, Indonesia, .

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. CV alfabeta. Bandung

Target Pendapatan Asli Daerah dan Realisasi. WWW.Newsklip21.COM diakses pada tanggal 21 september 2010 dari, file:///D:/jurnal%20web/5000-pad-kabupaten-tangerang-pasca-lahirnya-kota-tangerang-selatan.htm

Wibowo, Puji, “Mencermati Dampak Desentralisasi Fiskal Terhdap Pertumbuhan Ekonomi Daerah”, Jurnal Keuangan Publik , Vol 8, No 1, Oktober 2008, Hal 55-83

Yani, Ahmad (2002), Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Peraturan Undang-Undang

Undang-undang No.34 Pasal 1 ayat 6 Tahun 2004 tentang perubahan atas undang-undang No.18 Tahun 1997 tentang Pendapatan Daerah dan Retribusi Daerah.


(4)

UU. No. 22 Pasal 1ayat 1 Tahun 1999 tentang Daerah Otronom. UUD RI 1945 Pasal 1 ayat 3 Perubahan ketiga tentang Negara Hukum.

Undang-undang Republik Indonesia No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang – Undang Otonomi Daerah 2004, Penerbit Absolut Tentang Pemerintah Daerah.

Undang-undang No.25 Tahun1999 dan PP No.4014 Tahun 2000 Tentang Pemerintah Daerah

Undang-undang No. 22 tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. UU No. 51 tentang Pembentukan Tangsel

UU Nomor 18 tahun 1997 dan No. 34 tahun 200 tentang Otonomi Daerah

UU Nomor 32 dan 33 tahun 2004 Pasal 1 angka 15 tentang Pendapatan Asli Daerah dan Perimbangan Keuangn Pemerintah Pusat dan Daerah UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 156, 157, 158, 151, 160 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

undang Nomor 18 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 dan telah diperbaharui kembali dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009.

Peraturan Pemerintah 129 tahun 2000 tentang Daerah Pemekaran. dan PERMENDAGRI No.13 Tahun 2006 tentang Pendapatan Daerah.


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Tarif Pajak Provinsi dan Kabupaten/Kota……… 27

2.2 Penelitian Terdahulu……… 40

4.1 Jumlah Kecamatan dan Desa Kota Tangearang Selatan……….. 58

4.2 Nama Kelurahan dan Desa Kota Tangerang Selatan………58

4.3 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tangerang Selatan Tahun 2009…… 64

4.4 Pendapatan Daerah dan Realisasi………. 68

4.5 Target PAD dan Realisasi……….69

4.6 Target Pajak Daerah dan Realisasi……….. 70

4.7 Target Retribusi Daerah dan Realisasi………. 70

4.8 Luas Wilayah Kabupaten Tangerang……… 72

4.9 Pajak Daerah Sebelum dan Sesudah………. 78

4.10 Retribusi Daerah Sebelum dan Sesudah……….. 78

4.11 PAD Sebelum dan Sesudah………. 78

4.12 Uji Descriptive Statistics………. 80

4.13 Ranks……… 81


(6)

HASIL UJI SPPS NPAR TESTS

/M-W= Sebelum BY Sesudah(1 2) /STATISTICS=DESCRIPTIVES

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Sebelum 5 3.0000 1.58114 1.00 5.00

Sesudah 2 1.5000 .70711 1.00 2.00

Ranks Sesuda

h N Mean Rank Sum of Ranks

Sebelum 1 1 1.00 1.00

2 1 2.00 2.00

Total 2

Test Statisticsb

Sebelum

Mann-Whitney U 5.000

Wilcoxon W 1.000

Z -1.000

Asymp. Sig. (2-tailed) .317 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000a a. Not corrected for ties.