Pola Makan HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENGENDALIAN HIPERTENSI DENGAN KEBERHASILAN PENURUNAN Hubungan Antara Perilaku Pengendalian Hipertensi Dengan Keberhasilan Penurunan Tekanan Darah Pada Kejadian Hipertensi Esensial Di Puskesmas Kratonan Surakarta.

Program Studi Kesehatan Masyarakat - Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ® 2014 10 Tabel 5. Hasil Analisis Bivariat pada Kelompok Kasus dan Kontrol dengan Uji Chi Square Kategori Kasus Kontrol p Value OR 95 CI n n

1. Pola Makan

Buruk 24 57.1 14 33.3 0.028 2.667 1.099 - 6.468 Baik 18 42.9 28 66.7 Jumlah 42 100 42 100 2. Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi Tidak Patuh 30 71.4 19 45.2 0.015 3.026 1.225–7.474 Patuh 12 28.6 23 54.8 Jumlah 42 100 42 100 3. Aktivitas Fisik Rendah 6 14.3 5 11.9 0.794 Sedang 11 26.2 9 21.4 Tinggi 25 59.5 28 66.7 Jumlah 42 100 42 100 PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa responden pada kelompok kasus sebagian besar terdapat pada umur 50-56 tahun sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar terdapat pada umur 57-63 tahun. Seperti yang telah diketahui bahwa umur merupaka n salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi dimana berkaitan dengan perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Peningkatan penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar menyebabkan berkurangnya elastisitas pembuluh darah, dan hal tersebut dipengaruhi oleh umur. Perubahan susunan pembuluh darah tersebut menyebabkan penurunan compliance aorta dan pembuluh darah besar sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah Kusumawardhani, 2006.

B. Karakteristik Responden Berdasarkan

Jenis Kelamin Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa responden baik pada kelompok kasus dan kelompok kontrol sebagian besar merupakan perempuan. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor risiko hipertensi, wanita akan mengalami peningkatan risiko tekanan darah setelah menopause Suiraoka, 2012. Menopause terjadi pada wanita akibat ovarium yang menua tidak berespon lagi terhadap gonadotropin. Sehingga mengakibatkan kadar estrogen turun dan kadar LH, FSH, dan GnRH meningkat. Tidak adanya estrogen akan menimbulkan berbagai efek, salah satunya meningkatan risiko penyakit hipertensi kardiovaskular Corwin, 2001. Program Studi Kesehatan Masyarakat - Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ® 2014 11 C. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa responden baik pada kelompok kasus dan kelompok kontrol sebagian besar merupakan tamatan SD. Menurut Timmreck 2003, seseorang yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi akan berorientasi pada tindakan preventif atau dapat dikatakan lebih banyak mengetahui tentang masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan yang baik.

D. Karakteristik Responden Berdasarkan

Pekerjaan Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa responden pada kelompok kasus sebagian besar bekerja sebagai wiraswasta sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga. Menurut Timmreck 2003, penyakit atau kondisi serta gangguan tertentu dapat terjadi dalam suatu pekerjaan. Pekerjaan juga merupakan suatu determinan risiko dan pajanan yang dapat terjadi pada saat bekerja, disamping itu merupakan prediktor status kesehatan dan kondisi tempat dalam populasi pekerjaan.

E. Hubungan Antara Pola Makan dengan

Keberhasilan Penurunan Tekanan Darah Ada hubungan antara pola makan dengan keberhasilan penurunan tekanan darah pada kejadian hipertensi esensial di Puskesmas Kratonan Surakarta nilai p= 0,028 atau 0,05. Hal tersebut dapat dilihat dengan pola makan yang baik pada responden kelompok kontrol lebih banyak dibandingkan dengan kelompok kontrol, sedangkan responden dengan pola makan yang buruk lebih banyak terdapat pada kelompok kasus. Nilai estimasi faktor risiko pola makan dengan penurunan tekanan darah diperoleh OR sebesar 2,667 95 CI=1.099–6.468 sehingga dapat diartikan bahwa seseorang yang memiliki pola makan buruk berisiko sebesar 3 kali untuk tidak mengalami penurunan tekanan darah. Menurut Geleijnse et all 2003, pengurangan asupan natrium dan kalium memiliki pengaruh yang besar untuk pencegahan hipertensi. Pengurangan asupan natrium dapat menurunkan tekanan darah sistole sebesar 2,54 mmHg dan sebesar 1,96 mmHg pada tekanan darah diastole. Sedangkan peningkatan asupan kalium dapat menurunkan tekanan darah sistole sebesar 2,42 mmHg dan tekanan darah diastole sebesar 1,57 mmHg. Perubahan asupan natrium berhubungan dengan perubahan timbal balik pembentukan angiotensin II, sehingga jika asupan natrium meningkat maka akan mengakibatkan penurunan pembentukan angiotensin II dengan menurunnya sekresi rennin. Penurunan kadar angiotensin II mengakibatkan penurunan reabsorpsi natrium oleh tubulus sehingga meningkatkan ekskresi natrium oleh ginjal Guyton, 2012. Penurunan pembentukan angiotensin II akan berpengaruh pada peningkatan kontraksi otot polos yang mengakibatkan penurunan garis tengah pembuluh dan peningkatan TPR sehingga akan meningkatkan tekanan darah secara langsung Corwin, 2001. Peningkatan sekresi aldosteron menyebabkan terjadinya ekskresi kalium Price dan Lorraine, 2006. Hal tersebut diimbangi oleh peningkatan reabsorpsi air, sehingga volume plasma meningkat. Peningkatan volume plasma tersebut akan meningkatkan aliran balik vena ke jantung, sehingga volume sekuncup dan curah jantung meningkat yang secara langsung akan meningkatka n tekanan darah sistemik Corwin, 2001. Program Studi Kesehatan Masyarakat - Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ® 2014 12 F. Hubungan antara Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi dengan Keberhasilan Penurunan Tekanan Darah Ada hubungan antara kepatuhan minum obat antihipertensi dengan keberhasilan penurunan tekanan darah pada kejadian hipertensi esensial di Puskesmas Kratonan Surakarta nilai P=0,015 atau 0,05. Dimana sebagian besar patuh dalam meminum obat antihipertensi pada responden kelompok kontrol, sedangkan responden yang tidak patuh sebagian besar terdapat pada kelompok kasus. Nilai OR yang diperoleh yaitu sebesar 3,026 95 CI=1,225–7,474 sehingga dapat diartikan bahwa seseorang yang tidak patuh minum obat antihipertensi berisiko sebesar 3 kali untuk tidak mengalami penurunan tekanan darah. Menurut Osterberg dan Blaschke 2005, pada umumnya ketidakpatuhan terhadap pengobatan berpengaruh terhadap perkembangan penyakit, terjadinya kematian, dan peningkatan biaya perawatan kesehatan.

G. Hubungan antara Aktivitas Fisik

dengan Keberhasilan Penurunan Tekanan Darah Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan keberhasilan penurunan tekanan darah pada kejadian hipertensi esensial di Puskesmas Kratonan Surakarta nilai P=0,794 atau 0,05. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis univariat distribusi frekuensi aktivitas fisik, dimana sebagian besar responden sudah mempunyai aktivitas fisik yang tinggi baik pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol. Tingkat aktivitas fisik yang tinggi atau latihan fisik yang teratur berkaitan dengan menurunnya angka mortalitas dan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler. Aktivitas fisik yang tinggi dapat mencegah atau memperlambat onset tekanan darah tinggi dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi Gibney et all, 2009. PENUTUP A. SIMPULAN 1. Rata-rata tekanan darah sistole pada bulan Maret untuk kelompok kasus sebesar 159,52 mmHg, bulan April sebesar 165,83 mmHg dan bulan Mei sebesar 171,43 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah sistole untuk kelompok kontrol pada bulan Maret sebesar 156,43 mmHg, bulan April sebesar 143,88 mmHg dan bulan Mei sebesar 138,60 mmHg.

2. Rata-rata tekanan darah diastole

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU OLAHRAGA DAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA Hubungan Antara Perilaku Olahraga Dan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 3 16

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KOMPLIKASI HIPERTENSI DENGAN PERILAKU MENGONTROL TEKANAN DARAH Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Komplikasi Hipertensi Dengan Perilaku Mengontrol Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Desa Batuw

0 3 15

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KOMPLIKASI HIPERTENSI DENGAN PERILAKU MENGONTROL TEKANAN DARAH Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Komplikasi Hipertensi Dengan Perilaku Mengontrol Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Desa Batuw

0 2 16

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENGENDALIAN HIPERTENSI DENGAN KEBERHASILAN PENURUNAN Hubungan Antara Perilaku Pengendalian Hipertensi Dengan Keberhasilan Penurunan Tekanan Darah Pada Kejadian Hipertensi Esensial Di Puskesmas Kratonan Surakarta.

0 1 18

BAB I PENDAHULUAN Hubungan Antara Perilaku Pengendalian Hipertensi Dengan Keberhasilan Penurunan Tekanan Darah Pada Kejadian Hipertensi Esensial Di Puskesmas Kratonan Surakarta.

0 1 6

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Antara Perilaku Pengendalian Hipertensi Dengan Keberhasilan Penurunan Tekanan Darah Pada Kejadian Hipertensi Esensial Di Puskesmas Kratonan Surakarta.

0 10 5

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DENGAN PENGENDALIAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI Hubungan Pengetahuan Tentang Hipertensi Dengan Pengendalian Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Poliklinik Penyakit Dalam Rsud Dr.Moewardi Surakarta.

1 5 12

PENDAHULUAN Hubungan Pengetahuan Tentang Hipertensi Dengan Pengendalian Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Poliklinik Penyakit Dalam Rsud Dr.Moewardi Surakarta.

0 3 4

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DENGAN PENGENDALIAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA

0 0 6

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DAN PERILAKU MEROKOK TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI

1 8 11