Peranan Sarana dan Prasarana Pendidikan Guna Menunjang Hasil Belajar Siswa di SD Islam Al Syukro Universal

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Disusun Oleh:

Nur Indah Fadhilah NIM: 109018200056

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H./2014 M.


(2)

(3)

Siswa di SD Islam Al Syukro Universal” disusun oleh Nur Indah Fadhilah, NIM. 109018200056, Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan pada sidang munaqosah sebagai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 21 April 2014

Yang Mengesahkan,

Pembimbing

Dra. Nurdelima Waruwu, M.Pd NIP. 19671020 200112 2 001


(4)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nur Indah Fadhilah

NIM : 109018200056

Program Studi : Manajemen Pendidikan

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini saya menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang saya ajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya hasil sendiri

atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan katentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 21 April 2014 Penulis


(5)

Nama : Nur Indah Fadhilah

NIM : 109018200056

Jurusan : Manajemen Pendidikan

Alamat : Jalan Talas III Rt. 06 Rw. 01 No. 56 Pondok Cabe Ilir Tangerang

Selatan

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Peranan Sarana dan Prasarana Pendidikan Guna

Menunjang Hasil Belajar Siswa di SD Islam Al Syukro Universal adalah benar hasil karya sendiri dibawah bimbingan dosen:

Nama Pembimbing : Dra. Nurdelima Waruwu, M.Pd

NIP : 19671020 200112 2 001

Jurusan/Program Studi : Manajemen Pendidikan

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 21 April 2014 Penulis


(6)

i

Universal. Skripsi Program Strata 1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.

Standar sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu upaya menunjang hasil pembelajaran di sekolah. Guru harus memperhatikaan penggunaan sarana dan prasarana agar bermanfaat dalam kegiatan pembelajaran, serta penggunaan sarana dan prasarana dapat efektif dan efisien sesuai dengan tujuan pendidikan.

Dalam penelitian ini penulis memilih judul “Peranan Sarana dan Prasarana Guna Menunjang Hasil Belajar Siswa di SD Islam Al Syukro Universal”.

Penelitian ini diadakan karena sarana dan prasarana merupakan sebuah pendukung dalam kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai hasil belajar siswa yang baik. Penelitian dilakukan dengan metode Deskriptif Kualitatif dan dilaksanakan di SD Islam Al Syukro Universal Ciputat mulai bulan Desember 2013 sampai bulan Maret 2014.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan di SD Islam Al Syukro Universal Ciputat, (2) Mengetahui upaya yang dilakukan dalam pengadaan, penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada di SD Islam Al Syukro, dan (3) mendapatkan data dan kesimpulan tentang kelengkapan sarana yang telah diimplementasikan oleh SD Islam Al Syukro Universal.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif yang menghasilkan data deskriptif, yaitu suatu metode yang bertujuan untuk menggambarkan suatu kegiatan atau keadaan tertentu yang terlebih dahulu manganalisis kejadiannya, untuk kemudian dibandingkan dengan teori yang ada. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian, sarana dan prasarana yan terdapat di SD Islam Al Syukro Universal sudah memadai, baik dalam pengadaan, dan baik dalam pemeliharaan, hanya saja dalam pemanfaatan masih terdapat guru yang kurang efektif dalam penggunaan sarana dan prasarana. Walaupun terlihat belum sempurna, tetapi sudah sangat mencukupi sarana dan prasarana yang terdapat di SD Islam Al Syukro Universal, disarankan pemeliharaan nya tetap dijaga, agar sarana dan prasarana yang masih dibutuhkan dapat berguna dalam pembelajaran siswa dan guru dapat memanfaatkan dengan baik penggunaan sarana dan prasarana agar siswa dapat tercapai hasil belajar yang baik.


(7)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk dan keajaiban, untuk menjadi khalifah di muka bumi ini.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sang pemilik akhlak mulia, pembawa kebenaran dan kedamaian bagi seluruh alam. Atas berkah rahmat dan hidayah Allah SWT,

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “Peranan Sarana Dan

Prasarana Pendidikan Guna Menunjang Hasil Belajar Siswa di SD Islam Al

Syukro Universal Ciputat”. Sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang

ada, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Adapun keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis patut mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd. Ketua Prodi Manajemen Pendidikan yang telah

memberikan arahan, motivasi, dan memudahkan penulis dalam

terselesaikannya skripsi ini.

3. Dra. Nurdelima Waruwu, M.Pd. Dosen Pembimbing Skripsi sekaligus Dosen


(8)

iii

4. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Manajemen Pendidikan yang telah memberi

ilmu selama perkuliahan hingga akhirnya skripsi ini dapat selesai dengan baik.

5. M. Syafii’, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Islam Al Syukro yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SD Islam Al Syukro Universal.

6. Nanang Wahyudi, S.Kom, Hambali, Mamay, S.Psi, Dina Fitriana, Rista

Yuniarti, Riyani, Budi Santoso beserta Seluruh guru, dan karyawan SD Islam Al Syukro Universal yang telah memberikan banyak kontribusi terhadap hasil penelitian di SD Islam Al Syukro Universal.

7. Kedua Orang Tuaku tercinta (Alm. Drs. H. Abd. Rahim Tabrani dan

Mahpuzah) yang telah mengasuh, membimbing, mendidik, dan memberikan motivasi yang teramat banyak hingga penulis mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Manajemen Pendidikan.

8. Kakak ku tercinta (alm. Wildah Ummi Habibah), dan Adik-adikku tersayang

(M. Fakih Maulana, dan Nisa Humaidatuzzahra, alm. Sayidah Putri Hifziyah) yang selalu memberikan semangat dan motivasinya dalam penyelesaian studi penulis.

9. Keluarga besar Alm. H. Tabrani, dan Keluarga Besar Alm. Abdullah. Terima

kasih atas supportnya baik secara moril maupun materil, secara langsung maupun tidak langsung, sehingga penulis termotivasi dan mampu menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabatku tercinta yang menemani perjuangan penulis di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Bebicong Iis, Deblo, Kak Dine, Kak Ulan, Dinda, Bunga, teman-teman Manajemen Pendidikan angkatan 2009, Anggi, Fuad, Mia, teman-teman HMI Komisariat Tarbiyah, dan seluruh kawan-kawan seperjuangan GMI (Gerakan Mahasiswa Indonesia) yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.


(9)

iv

mancanegara yang telah memberikan pengalaman kepada penulis tentang indahnya arti sebuah kehidupan.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua pihak serta jasa-jasanya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan hanya kepada Allah jualah penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca umumnya.

Jakarta, 16 April 2014


(10)

v

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... 7

A. Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 7

1. Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 7

2. Klasifikasi Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 9

3. Jenis-jenis Perlengkapan Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar ... 13

B. Media Pembelajaran ... 17

C. Prasarana Sekolah Dasar ... 23

D. Standardisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 24

1. Ruang Kelas ... 25

2. Ruang Perpustakaan ... 27

3. Ruang Laboratorium ... 28

4. Ruang Pimpinan ... 28

5. Ruang Guru ... 28

6. Ruang Tata Usaha ... 28

7. Tempat Beribadah ... 29

8. Jamban ... 29

9. Gudang ... 29

10. Ruang Sirkulasi ... 29

11. Tempat Bermain/Olahraga ... 30

E. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 30

F. Penggunaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 33

G. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Sekolah ... 34


(11)

vi

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

B. Metode Penelitian ... 41

C. Teknik Pengumpulan Data ... 41

1. Sumber dan Jenis Data ... 41

2. Pengumpulan Data ... 42

D. Teknik Analisa Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 46

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 46

1. Sejarah Singkat Berdirinya SD Islam Al Syukro Universal 46

2. Visi dan Misi SD Islam Al Syukro Universal ... 48

3. Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan SD Islam Al Syukro Universal ... 49

4. Data Siswa SD Islam Al Syukro Universal ... 50

5. Gambaran Umum Sarana dan Prasarana ... 51

B. Deskripsi dan Interpretasi Data Penelitian ... 59

1. Upaya Pengelolaan Sarana dan Prasarana SD Islam Al Syukro Universal ... 59

2. Penggunaan Media Pembelajaran ... 62

3. Sarana dan Prasarana Pendidikan Dalam Menunjang Hasil Belajar Siswa di SD Islam Al Syukro Universal ... 65

4. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di SD Islam Al Syukro Universal ... 66

BAB V PENUTUP ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69


(12)

vii

Tabel 2.1 Bahan dan Peralatan Kantor Sekolah ... 15

Tabel 2.2 Standar Sarana Ruang Kelas ... 25 Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara ... 43

Tabel 4.1 Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan SD Islam Al Syukro

Universal ... 50

Tabel 4.2 Data Siswa SD Islam Al Syukro Universal ... 50

Tabel 4.3 Data Sarana dan Prasarana Kelas SD Islam Al Syukro Universal .. 52

Tabel 4.4 Data Sarana dan Prasarana Ruang Perpustakaan SD Islam Al

Syukro Universal ... 54

Tabel 4.5 Data Sarana dan Prasarana Ruang UKS SD Islam AL Syukro


(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses seseorang menjadi dirinya sendiri yang tumbuh sejalan dengan bakat, watak, kemampuan, dan hati nuraninya secara utuh. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan bahwa:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.1

Dalam konteks ini, maka tujuan pendidikan seharusnya sebagai penuntun, pembimbing, dan petunjuk arah bagi peserta didik agar mereka dapat tumbuh dewasa sesuai dengan potensi dan konsep diri yang sebenarnya, sehingga mereka dapat tumbuh, bersaing, dan mempertahankan kehidupannya di masa depan yang penuh dengan tantangan dan perubahan.

1


(14)

Tujuan pendidikan dicapai melalui proses belajar mengajar dengan memanfaatkan segala sesuatu yang bersifat material dan non material secara efektif dan efisien dalam proses belajar mengajar.

Sekolah pada dasarnya merupakan lembaga tempat dimana proses pembelajaran terjadi, di mana belajar dilakukan oleh siswa dan guru berupaya

untuk membelajarkan siswa agar dapat mencapai kompetensi – kompetensi

yang diharapkan. Belajar dan pembelajaran siswa akan makin meningkat dan berkualitas apabila seluruh unsur dalam organisasi sekolah melakukan pembelajaran, sehingga kapasitas organisasi sekolah terus menerus mengalami peningkatan dan perluasan ke arah yang lebih baik dan produktif.

Tujuan pendidikan akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh peralatan yang cukup memadai, sehingga tujuan itu dapat dicapai dengan baik. Oleh karena itu pemerintah telah menyusun standar sarana dan prasarana pendidikan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 42 yang berbunyi:

(1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,

peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

(2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi

lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berekreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang

proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.2

Sebagai lembaga pendidikan, sekolah memerlukan dukungan sarana dan prasarana pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan material pendidikan yang sangat penting. Banyak sekolah memiliki sarana dan prasarana pendidikan yang lengkap sehingga sangat menunjang proses

2

Peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan , Pasal 42, ayat 1-2 h. 85


(15)

pendidikan di sekolah. Baik guru maupun siswa, merasa terbantu dengan adanya fasilitas tersebut.

Tingkat kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana tidak dapat dipertahankan secara terus menerus, dan bantuan sarana dan prasarana pun tidak datang setiap saat. Oleh karena itu dibutuhkan upaya pengelolaan sarana dan prasarana secara baik agar kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana dapat dipertahankan dalam waktu yang relatif lebih lama.

Sarana dan prasarana pendidikan harus tersedia semaksimal mungkin guna mendukung pelaksanaan proses belajar mengajar, agar peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan nyaman dan tanpa ada kendala, karena tidak sedikit lembaga pendidikan yang masih memiliki kekurangan pada sarana dan prasarana sekolah, sehingga proses belajar mengajar dilakukan dengan seadanya.

Sebagai sebuah lembaga penyelenggara pendidikan hendaknya sekolah menyediakan sarana dan prasarana yang memadai demi kelangsungan proses belajar siswa, agar membantu siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Dalam hubungannya dengan proses pembelajaran, sarana dan prasarana pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu alat pelajaran, alat peraga dan media pembelajaran.

Terjadi problematika dalam peningkatan anggaran pendidikan dan fasilitas belajar belum berdampak secara signifikan terhadap kultur dan kinerja mengajar guru serta budaya belajar siswa. Dalam Pasal 31 Ayat (4)

amandemen UUD 1945 dinyatakan, “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya duapuluh persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaran pendidikan nasional.”

Besarnya anggaran pendidikan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah yaitu 20% dari APBN dan dari APBD telah terlihat mampu membangun sarana dan prasarana pendidikan yang lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Namun demikian, besarnya anggaran pendidikan belum tercermin secara signifikan terhadap peningkatan kultur dan


(16)

kinerja mengajar guru serta belum tercermin dalam peningkatan budaya belajar dan mutu lulusan secara signifikan.

Begitu pentingnya sarana dan prasarana pendidikan sehingga setiap institusi berlomba-lomba untuk memenuhi standar sarana dan prasarana pendidikan demi meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Bahkan, kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu daya tarik calon peserta didik. Sebaliknya, apabila sarana dan prasarana kurang memadai maka akan menghambat proses pembelajaran siswa, karena siswa kurang terbantu dengan fasilitas pembelajaran. Namun, sarana dan prasarana pendidikan di sekolah tidak dikelola dengan baik sehingga sering terjadi ketidaktepatan dalam pengeloalaan, baik dari cara pengadaan, penanggung jawab dan pengelola, pemeliharaan dan perawatan, maupun pengapusan. Bahkan, banyak pengelola yang kurang memahami standar dari sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

Dengan suasana belajar yang kondusif, dengan tersedianya sarana dan prasarana di sekolah, diharapkan para siswa dapat mengikuti setiap mata pelajaran yang ada dengan baik. Menghindari kebosanan siswa dalam proses pembelajaran, dengan memanfaatkan segala media pembelajaran yang tersedia oleh sekolah tersebut.

Dari berbagai hal di atas, bahwa sarana pendidikan harus digunakan sebaik-baiknya untuk menunjang hasil belajar siswa. Pemanfaatan sarana dan prasarana yang sudah ada harus selalu diperhatikan. Penggunaan sarana dan prasarana harus dilakukan secara efektif dan efisien untuk kepentingan proses pembelajaran di sekolah.

Melalui observasi yang sudah di SD Islam Al Syukro Universal, bahwasannya pengadaan sarana dan prasarana sudah berjalan dengan prosedur yang telah ditentukan oleh Yayasan Perguruan Islam Al Syukro Universal. Menjadi salah satu sekolah ternama di kawasan Tangerang Selatan, membuat SD Islam Al Syukro melengkapi berbagai sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai. Tetapi ditemukan kekurangan dalam pemanfaatan dari sarana


(17)

dan prasarana yang sudah ada di SD Islam Al Syukro Universal, guru kurang efektif dan efesien terhadap penggunaan sarana dan prasarana.

Dengan mengacu kepada permasalahan yang ada, penulis melakukan

penelitian dengan judul “Peranan Sarana dan Prasarana Pendidikan Guna

Menunjang Hasil Pembelajaran Siswa di SD Islam Al Syukro”.

B.

Identifikasi Masalah

Dari berbagai latar belakang yang sudah disebutkan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Belum memadainya sarana dan prasarana pendidikan untuk mendukung

Kegiatan Belajar Mengajar

2. Kurang maksimalnya dalam pengelolaan sarana dan prasarana

3. Belum terpenuhinya mutu sarana dan prasarana pendidikan di sekolah

4. Rendahnya pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah

C.

Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disebutkan, penelitian

skripsi ini dibatasi pada masalah “Peranan sarana dan prasarana pendidikan

guna menunjang hasil pembelajaran siswa di SD Islam Al Syukro Universal.”

D.

Rumusan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan:

Sejauh mana peranan sarana dan prasarana pendidikan guna menunjang kegiatan pembelajaran di SD Islam Al Syukro Universal?


(18)

E.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Bagi Peneliti

Agar dapat mengetahui cara mengelola sarana dan prasarana sebuah sekolah, dan mengimplementasikan pada sebuah proses kegiatan pembelajaran disekolah untuk memanfaatkan segala sarana dan prasarana yang ada disekolah.

2. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan dalam memperbaiki manajemen sarana dan prasarana pendidikan agar menunjang kelancaran proses belajar mengajar dan menghasilkan pembelajaran yang baik.


(19)

7

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A.

Sarana dan Prasarana Pendidikan

1. Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan

Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana.

Depdiknas (2008:37), telah membedakan antara sarana pendidikan

dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan adalah semua perangkat

peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam

proses pendidikan di sekolah. Berkaitan dengan ini, Prasarana

pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak

langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.1

1

Barnawi & M. Arifin, Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), Cet. Ke-1, h.47-48


(20)

Menurut Thalib Kasan sarana pendidikan adalah alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya: ruang, buku, perpustakaan,

laboratorium, dan sebagainya.2

Sarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses belajar mengajar. Menurut tim penyusun pedoman pembakuan media pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dimaksud dengan:

“Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam

proses belajar-mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan

lancar, teratur, efektif dan efisien”.3

Sarana adalah alat yang digunakan secara langsung untuk mencapai tujuan misalnya ruang kelas, buku, papan tulis, dan lainnya. Sedangkan

Prasarana adalah “alat tidak langsung yang digunakan untuk mencapai

tujuan dalam pendidikan misalnya lokasi/tempat, bangunan sekolah,

lapangan olahraga, dan lain sebagainya.”4

Sedangkan menurut Keputusan Menteri P dan K No. 079/1975,

sarana penedidikan terdiri dari tiga kelompok besar, yaitu:5

a. Bangunan dan perabot sekolah

b. Alat pelajaran yang terdiri dari, pembukuan, alat-alat peraga, dan

laboratorium.

c. Media pendidikan yang dapat dikelompokkan menjadi audiovisual

yang menggunakan alat penampil dan media yang tidak menggunakan alat penampil.

2

Tholib Kasan, Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan, (Jakarta : Studia press,2000), h.91

3

Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,

(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1993), Cet. 2, h. 81-82

4

Daryanto, Administrasi pendidikan, (Jakarta : Rieka Cipta, 2001), Cet. Ke-4, h.51

5


(21)

Berdasarkan pengertian-pengetian di atas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses belajar-mengajar atau semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan berjalan dengan lancar, teratur, efektif, dan efisien.

2. Klasifikasi Sarana dan Prasana Pendidikan

Dalam hubungannya dengan sarana pendidikan, Nawawi (1987) mengklasifikasikan menjadi beberapa macam sarana, yaitu ditinjau dari sudut habis tidaknya dipakai, berdasarkan bergerak tidaknya pada saat

digunakan, dan berdasarkan hubungan dengan proses pembelajaran.6

Apabila dilihat dari habis tidaknya dipakai ada dua macam, yaitu sarana pendidikan yang habis pakai dan sarana pendidikan yang tahan lama. Apabila dilihat dari bergerak atau tidaknya saat pembelajaran juga ada dua macam, yaitu bergerak dan tidak bergerak. Sementara jika dilhat dari hubungannya sarana tersebut terhdap proses pembelajaran, ada tiga

macam, yaitu alat pelajaran, alat peraga, dan media pembelajaran.7

Bagan klasifikasi Sarana Pendidikan

6

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkaan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. Ke-3, h.2

7

Barnawi & M. Arifin, Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), Cet. Ke-1, h. 49


(22)

Sarana pendidikan menurut habis tidaknya terbagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Sarana pendidikan yang habis pakai merupakan bahan atau alat yang

apabila digunakan dapat habis dalam waktu yang relatif singkat, misalnya, kapur tulis, sepidol, tinta printer, kertas tulis, bahan-bahan kimia untuk praktik, dan sebagainya. Kemudian ada pula sarana pendidikan yang berubah bentuk, misalnya, kayu, besi, dan dan kertas karton yang sering digunakan oleh guru dalam belajar.

2. Sarana pendidikan yang tahan lama adalah bahan atau alat yang dapat

digunakan secara terus menerus atau berkali-kali dalam waktu yang relatif lama. Contohnya meja dan kursi, komputer, globe, dan alat-alat olahraga.

Adapun sarana pendidikan yang bergerak merupakan sarana pendidikan yang dapat digerakkan atau dipindah-pindah sesuai dengan kebutuhan pemakainya. Contohnya, meja dan kursi, almari, dan alat-alat praktik. Kemudian, untuk sarana pendidikan yang tidak bergerak adalah sarana pendidikan yang tidak dapat dipindahkan atau sangat sulit jika dipindahkan, misalnya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), saluran kabel listrik, dan LCD yang dipasang permanen.

Dalam hubungannya dengan proses pembelajaran, sarana pendidikan dapat dibagi menjadi tiga bagian, antara lain:

1. Alat pelajaran, yaitu alat yang dapat digunakan secara langsung dalam

proses pembelajaran, misalnya buku, alat praktik, dan alat tulis.

2. Alat peraga, merupakan alat bantu pendidikan yang berupa

perbuatan-perbuatan atau benda-benda yang dapat mengkonkretkan

pembelajaran.

3. Media pengajaran, merupakan sarana pendidikan yang berfungsi


(23)

efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Media pembelajaran ada tiga jenis, yaitu visul, audio, dan audiovisual.

Prasarana pendidikan di sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu prasarana langsung dan prasarana tidak langsung.

Bagan klasifikasi Sarana dan Prasarana Pendidikan

Prasarana langsung adalah prasarana yang secara langsung digunakan dalam proses pembelajaran, misalnya ruang kelas, ruang

laboratorium, ruang praktik, dan ruang komputer. Sedangkan Prasarana

tidak langsung adalah prasarana yang tidak digunakan dalam proses pembelajaran, misalnya ruang kantor, kantin, ruang guru, ruang UKS, ruang kepala sekolah, taman, dan tempat parkir kendaraan.

Program pengelolaan sarana dan prasarana mengacu pada standar sarana dan prasarana dalam hal:

a. Merencanakan, memenuhi, dan mendayagunakan sarana dan

prasarana pendidikan

b. Mengevaluasi dan melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana agar

tetap berfungsi mendukung proses pendidikan

c. Melengkapi fasilitas pembelajaran pada setiap tingkat kelas di sekolah

d. Menyusun skala prioritas pengembangan fasilitas pendidikan sesuai

dengan tujuan pendidikan dan kurikulum masing-masing tingkat

e. Pemeliharaan semua fasilitas fisik dan peralatan dengan


(24)

Ditinjau dari jenis, fasilitas pendidikan dapat dibedakan menjadi fasilitas fisik dan fasilitas nonfisik. Fasilitas fisik atau fasilitas material segala sesuatu segala sesuatu yang berwujud benda mati atau dibendakan yang mempunyai peran untuk memudahkan atau melancarkan sesuatu usaha, seperti kendaraan, mesin tulis, komputer, perabot, alat peraga, model, media, dan sebagainya. Fasilitas non fisik yakni sesuatu yang bukan benda mati, atau kurang dapat dibendakan, yang mempunyai peranan untuk memudahkan atau melancarkan sesuatu usaha seperti

manusia, jasa, dan uang.8

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa fasilitas yang dimaksud adalah fasilitas sarana dan prasarana pendidikan yang digunakan disekolah. Adapun fasilitas yang digunakan yaitu fasilitas fisik atau material yang mempunyai peran sangat penting dalam ruang lingkup sekolah yang berupa benda mati secara langsung untuk melancarkan segala kegiatan pendidikan disekolah. Misalnya kendaraan operasional sekolah. Mesin computer untuk kegiatan administrasi sekolah, alat peraga untuk kegiatan proses belajar mengajar dikelas, dan lain sebagainya.

Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa sarana dan prasarana pendidikan sebagai kebutuhan fisik sekolah. Menurut Thalib kasan yang dimaksud dengan kebutuhan fisik sekolah adalah : kantor, sekolah, rumah

dinas, gudang, laboratorium, dll.9

Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

8

Ary, H. Gunawan, Administrasi sekolah ( Administrasi pendidikan mikro) (Jakarta : PT. Rhineka Cipta, 1996). Cet. 1 h. 115

9


(25)

Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, raung perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, dan tempat bermain, tempat berekreasi, dan ruang lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan

Standar keragaman jenis peralatan laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), laboratorium bahasa, laboratorium komputer, dan peralatan pembelajaran lain pada satuan pendidikan dinyatakan dalam daftar yang berisi jenis minimal peralatan yang harus tersedia.

Standar jumlah peralatan sebagaimana dimaksud di atas dinyatakan dalam rasio minimal jumlah peralatan per peserta didik. Standar buku perpustakaan dinyatakan dalam jumlah judul dan jenis buku di perpustakaan satuan pendidikan. Standar jumlah buku teks pelajaran untuk masing-masing mata pelajaran di perpustakaan satuan pendidikan untuk setiap peserta didik.

3. Jenis-jenis Perlengkapan Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar

Sekolah dasar di Indonesia pada umumnya sekolah konvensional yang serba sederhana. Dalam kesederhanaannya itu, sekolah dasar tidak banyak memiliki sarana pendidikan. Hanya saja pada umumnya sekolah dasar memiliki kantor sekolah, dan media pembelajaran.

A. Kantor sekolah

Kantor sekolah adalah salah satu unit pada sekolah sebagai suatu lembaga yang memeiliki tugas memberikan layanan ketatausahaan demi kelancaran penyelenggaraan pendidikan. Sebagai suatu unit pada sekolah, kantor sekolah memberikan layanan kepada segenap unit atau bagian sekolah. Tujuannya untuk menciptakan kemudahan bagi segenap bagian sekolah dalam menjalankan tugas-tugasnya. Dengan demikian, fungsi utama setiap kantor adalah


(26)

meringankan keseluruhan bagian sekolah agar bisa melaksanakan tugas-tugasnya secara lebih efektif dan efisien.

Dalam rangka melaksanakan fungsinya, setiap kantor perlu dilengkapi dengan sarana yang bermacam-macam. Secara garis besar sarana kantor sekolah itu dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Perabot kantor sekolah

Perabot kantor sekolah merupakan perlengkapan yang secara tidak langsung dapat digunakan dalam melakukan aktifitas ketatausahaan sekolah. Jenis perabot kantor sekolah pada dasarnya banyak sekali. Pada umumnya sekolah-sekolah di negara-negara yang sudah maju memiliki perabot yang lengkap, canggih, dan serba terbuat dari besi yang kuat. Pengadaannya sangat bergantung pada kebutuhan dan kemampuan sekolah.

Namun paling tidak setiap kantor sekolah memiliki perabot-perabot tertentu yang tidak boleh tidak memang harus dimilikinya, seerti meja kepala sekolah atau kepala bagian tata usaha sekolah, meja tulis, kursi kepala sekolah atau kepala bagian tata usaha

sekolah, kursi karyawan, filling cabinet, rak blangko, dan Personal

executive filing cabinet. Beberapa contoh spesifikasi perabot kantor yang cukup representatif untuk sekolah dasar, yaitu sebagai berikut:

1. Meja tulis full biro berukuran 75 H x 120 W x 70 D cm.

2. Meja tulis semi biro berukuran 75 H x 120 W x 70 D cm.

3. Meja ketik dilengkapi dengan rak samping.

4. Beberapa model kursi kantor.

5. Rak untuk menyimpan berbagai format atau blangko, atau

sejumlah formulir yang dibuat dan digunakakn sekolah untuk keperluan pendidikan.

6. Personal executive filing cabinet sangat tepat untuk dimiliki sekolah dan diletakkan di ruang kantor sekolah. Fungsinya


(27)

serbaguna, di dalamnya bisa disimpan berbagai arsip penting dan rahasia, atau dapat juga disimpan berbagai laporan dan buku-buku penting.

2. Bahan dan peralatan kantor sekolah

Sebagai suatu unit pada sekolah dasar, kantor sekolah bertugas menghimpun, mencatat, mengolah, menggandakan,

mengirim, dan menyimpan keterangan atau informasi

penyelenggaraan pendidikan di sekolahnya.

Beberapa kegiatan ketatausahaan pada kantor sekolah dasar adalah membuat rekening, mengkonsep surat, mengirim surat, menggandakan surat, mengarsip surat, melakukan perhitungan-perhitungan, menerima tamu, memberikan informasi secara lisan, menerima telepon, menyelenggarakan rapat, serta membuat warkat-warkat.

Dalam rangka melaksanakan pekerjaan-pekerjaan tersebut, di setiap kantor sekolah dasar perlu disediakan berbagai macam bahan dan peralatan. Jumlah dan bahan yang perlu disediakan sangat tergantung pada jenis dan jumlah kegiatan ketatausahaan sekolah yang harus diselesaikan oleh kantor sekolah yang bersangkutan. Namun, pada umumnya, bahan-bahan yang harus selalu tersedia di kantor sekolah meliputi:

Tabel 2.1

Bahan dan Peralatan Kantor Sekolah10

No. Bahan-bahan No. Bahan-bahan

1. 2. 3.

Amplop Pensil Karbon

15. 16. 17.

Kertas Sheet

Pengahapus mesin

ketik

10

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkaan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. Ke-3, h.12


(28)

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Buku catatan Kertas polos Pensil warna Tinta Spidol kecil Spidol besar

Spidol White Board

Tinta pena Penghapus pensil Kertas folio bergaris Kertas duplikator 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. Lem perekat Stabilo Penghapus tinta Jepitan kertas Paku payung Karet gelang Kawat penjepret Kertas berlapis perekat Tali

Kertas bungkus Paku, dan Kapur tulis

Berapa pun banyaknya bahan-bahan yang telah tersedia, kegunaan dalam kegiatan ketatausahaan sekolah sangat bergantung pada peralatan yang dimiliki oleh sekolah. Dalam pengertian

bahwa keberadaan barang-barang tersebut tidak dapat

dimanfaatkan maksimal tanpa adanya sejumlah peralatan. Kertas polos misalnya, dapat digunakan untuk membuat surat apabila di kantor sekolah tersedia mesin ketik atau komputer. Begitu pula kawat penjepret, dapat digunakan untuk menjepret laporan-laporan tertulis apabila di kantor sekolah tersedia alat penjepret. Demikianlah, sehingga setiap kantor perlu memiliki peralatan kantor, seperti: jam, alat penajam pensil, alat penjepret kertas, pengungkit kawat jepret, pelubang kertas, gunting, pisau, obeng, palu, dan lain sebagainya.


(29)

B.

Media Pembelajaran

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampain pesan dari sumber pesan melalui saluran media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, melalui saluran media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku, dan produser media , salurannya media pendidikan dan penerima pasannya

siswa atau juga guru.11

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimaannya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.12

Pendapat lain yang mengartikan media pengajaran adalah semua

bahan dan alat fisik yang mungkin digunakan untuk

mengimplementasikan pengajaran dan memfasilitasi prestasi siswa

terhadap sasaran atau tujuan pengajaran.13

Tujuan pemanfaatan media dalam proses pembelajaran adalah untuk mengefektifkan dan mengefesiensikan proses pembelajaran itu sendiri. Analisis terhadap fungsi media pembelajaran ini lebih difokuskan pada dua hal, yakni analisis fungsi yang didasarkan pada medianya dan didasarkan pada penggunaannya.

11

Arief S dkk, Media Pendidikan, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada), Cet, ke-4 hal. 11-12

12

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Ciputat: Gaung Persada Pers, 2008), Cet. Ke-1, h. 9

13


(30)

Fungsi media pembelajaran yang didasarkan pada media, antara lain:

1. Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar.

Secara teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber

belajar. Dalam kalimat “sumber belajar” ini tersirat makna

keaktifan, yakni sebagai penyalur, penyampai, penghubung, dan lain-lain. Media pembelajaran dapat menggantikan fungsi guru, terutama sebagai sumber belajar.

Mudhoffir dalam bukunya berjudul “Prinsip-prinsip

Pengelolaan Pusat Sumber Belajar (1992:1-2) menyebutkan bahwa sumber belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem instruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan, yang mana itu dapat mempengaruhi hasil belajar

siswa.14 Dengan demikian sumber belajar dapat dipahami sebagai

segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan memungkinkan terjadinya proses belajar.

Pada usia sekolah terutama setelah menyelesaikan sekolah dasarnya, peserta didik telah mencapai tingkat kesadaran sosial yang jelas sebagai hasil pengalamannya dengan keluarganya, kawan-kawan sekolahnya, dan media sosialisasi lainnya, seperti film, acara radio, buku, dan majalah.

2. Fungsi Semantik

Fungsi semantik merupakan kemampuan media dalam menambah pembendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami anak didik (tidak verbalistik).

Manusialah yang memberi makna pada kata atau dalam konteks pendidikan dan pembelajaran, gurulah yang memberi makna pada setiap kata yang disampaikannya. Bila simbol-simbol

14

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Ciputat: Gaung Persada Pers, 2008), Cet. Ke-1, h. 37


(31)

kata verbal tersebut hanya merujuk pada benda, misalnya Candi Borobudur, jantung manusia, atau ikan paus, maka masalah komunikasi akan menjadi sederhana, artinya guru tidak terlalu kesulitan untuk menjelaskannya. Ia bisa menjelaskan kata verbal

itu dengan menggunakan photo Candi Borobudur, mock up jantung

manusia, dan gambar ikan paus.

Bila kata tersebut merujuk pada peristiwa, sifat sesuatu, tindakan, hubungan konsep, misalnya kata iman, etika, akhlak, atau tanggung jawab, maka masalah komunikasi menjadi rumit, yakni bila komunikasinya melalui bahasa verbal. Namun bagi guru yang kreatif dan mampu dengan mudah diatasi, yakni dengan memberikan penjelasan melalui bahasa dramatisasi, simulasi, cerita (dongeng), cerita bergambar, dan lain-lain.

3. Fungsi manipulatif

Fungsi manipulatif ini didasarkan pada ciri-ciri umum, dan

media memiliki dua kemampuan. Pertama, kemampuan media

pembelajaran dalam mengatasi batas-batas ruang dan waktu, diantaranya kemampuan media menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit dihadirkan seperti bencana alam, kemampuan media menjadikan objek atau peristiwa yang menyita waktu panjang menjadi singkat seperti proses ibadah haji, dan kemampuan media menghadirkan kembali objek atau peristiwa telah terjadi (terutama pada mata pelajaran sejarah) seperti kisah Nabi Nuh dan kapalnya.

Kedua, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi keterbatasan indrawi manusia, yaitu (1) membantu siswa dalam memahami objek yang sulit diamati karena terlalu kecil, seperti molekul, sel, atom, yakni dengan memanfaatkan gambar, film, dan lain-lain. (2) membantu siswa dalam memahami objek yang bergerak terlalu lambat atau terlalu cepat, seperti proses metamorphosis, dapat dimanfaatkan melalui gambar. (3) membantu


(32)

siswa dalam memahami objek yang membutuhkan kejelasan suara,

seperti cara membaca Al Qur‟an sesuai dengan kaidah tajwid,

belajar menyanyi, yakni dengan memanfaatkan kaset atau tape

recorder.

4. Fungsi Psikologis

Pada fungsi psikologis, media pembelajaran terbagi dengan berbagai macam fungsi, diantaranya:

a. Fungsi atensi, media pembelajaran dapat meningkatkan

perthatian (attention) siswa terhadap media ajar. Ketika kita

memperhatikan rangsangan tertentu sambil membuang

rangsangan yang lainnya, disebut perhatian selektif / selective

attention (Jalaluddin Rakhmat, 1985:67).

b. Fungsi Afektif, yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat

penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu. Dengan adanya media pembelajaran, terlihat pada diri siswa kesediaan untuk menerima beban pelajaran, dan untuk itu perhatiaannya akan tertuju kepada pelajaran yang diikutinya.

c. Fungsi kognitif, siswa yang belajar melalui media

pembelajaran akan memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representatif yang mewakili objek-objek yang dihadapi, baik objek itu berupa orang, benda, atau kejadian/peristiwa. Objek-objek itu direpresantasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang yang dalam psikologi semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental (WS. Winkel, 1989:42).

d. Fungsi imajinatif, media pembelajaran dapat meningkatkan


(33)

Psikologi (C.P. Chaplin, 1993:239) adalah proses menciptakan

objek atau peristiwa tanpa pemanfaatan data sensoris.15

e. Fungsi motivasi, guru dapat memotivasi siswanya dengan cara

membangkitkan minat belajarnya dan dengan cara memberikan harapan. Harapan akan tercapainya suatu hasrat atau dapat menjadi motivasi yang ditimbulkan guru ke dalam diri siswa. Dengan demikian, motivasi merupakan usaha dari pihak luar dalam hal ini adalah guru untuk mendorong, mengaktifkan dan menggerakkan siswanya secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

f. Fungsi sosio-kultural, yakni mengatasi hambatan sosio-kultural

antarpeserta komunikasi pembelajaran. Bukan hal mudah untuk memahami para siswa yang memiliki jumlah cukup banyak. Mereka masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda apalagi bila dihubungkan dengan adat, keyakinan, lingkungan, pengalaman, dan lain-lain. Sedangkan dipihak lain, kurikulum dan materi ajar ditentukan dan diberlakukan secara sama untuk semua siswa. Media pembelajaran memiliki kemampuan dalam memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.

Menurut Sobry Sutikno, fungsi media dalam proses pembelajaran, diantaranya:

1. Menarik perhatian siswa

2. Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif

3. Waktu pembelajaran bisa dikondisikan

15

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Ciputat: Gaung Persada Pers, 2008), Cet. Ke-1, h. 46


(34)

4. Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu/menimbulkan gairah belajar

5. Meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan

pembelajaran dan lain-lain.16

Media pembelajaran yang disediakan untuk kepentingan efektivitas proses belajar mengajar di kelas dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut:

1. Media pandang diproyeksikan, seperti:

a. overhead projector, adalah sebuah alat yang berfungsi untuk memproyeksikan bahan-bahan visual yang dibuat di atas lembar transparan.

b. slide, merupakan alat yang digunakan untuk menyajikan gambar atau objek hasil pemotretan yang diproyeksikan secara satu persatu.

c. projector filmstrip, alat ini hampir sama seperti slide tetapi

perbedaannya pada film strip berurutan secara satu kesatuan.

2. Media pandang tidak diproyeksikan, seperti gambar diam, grafis,

model, dan benda asli. Bagan-bagan yang dijadikan media pengajaran meliputi bagan alur, bagan organisasi, bagan klasifikasi, bagan waktu, dan bagan tabel. Sedangkan grafis-grafis yang dapat dijadikan media pengajaran misalnya grafik garis, grafik lingkaran, grafik gambar, dan grafik batang.

3. Media dengar, seperti pita kaset, dan radio.

4. Media pandang dengar, seperti televisi dan film.

Pada hakikatmnya bukan media pembelajaran itu sendiri yang menentukan hasil belajar, ternyata keberhasilan menggunakan media

16

Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung, Prospect Bandung 2009), Cet. Ke-5 h. 106-107


(35)

pembelajaran dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada (1) isi pesan, (2) cara menjelaskan pesan, dan (3) karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga faktor tersebut untuk memberikan hasil yang maksimal.

C.

Prasarana Sekolah Dasar

Prasarana sekolah dasar pada umumnya sangat sederhana, lebih merupakan ruang-ruang. Yang dimaksud dengan ruang di sini adalah bukan hanya ruang tempat kegiatan proses belajar mengajar saja, melainkan juga semua fasilitas ruang termasuk lapangan/kebun yang menunjang kegiatan pendidikan. Secara rinci fasilitas ruang di sekolah dasar antara lain:

1. Ruang kelas

2. Ruang laboratorium

3. Ruang perpustakaan

4. Ruang UKS

5. Ruang BP/BK

6. Ruang serbaguna/kesenian

7. Ruang kepala sekolah

8. Ruang administrasi

9. Ruang guru

10.Gudang

11.Kamar mandi/WC (Guru dan Murid)

12.Kantin

13.Tempat parkir

14.Ruang ibadah

15.Lapangan upacara

16.Lapangan olahraga

17.Kebun


(36)

19.Fasilitas air

20.Fasilitas penerangan

D.

Standardisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan

Kata standardisasi (Andi Dwi Handoko, 2011), bukan berasal dari kata

standard+ -isasi, tetapi merupakan sebuah kata dasar hasil serapan dari

bahasa asing. Kata standardisasi mempunyai arti penyesuaian bentuk (ukuran

atau kualitas) dengan pedoman atau standar yang telah ditetapkan.17

Standardisasi sarana dan prasarana sekolah dapat diartikan sebagai suatu penyesuaian bentuk, baik spesifikasi, kualitas, maupun kuantitas sarana dan prasarana sekolah dengan kriteria minimum yang telah ditetapkan untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas publik serta meningkatkan kinerja penyelenggara sekolah.

Secara rinci, standar sarana dan prasarana pendidikan sekolah dasar, terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI). Dalam Permendiknas tersebut, sarana dan prasarana pendidikan di sekolah diatur menjadi tiga pokok bahasan, yaitu lahan, bangunan, dan kelengkapan sarana dan prasarana sekolah.

Standar sarana dan prasarana pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk

penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.18

Lahan merupakan bidang permukaan tanah yang di atasnya terdapat prasarana sekolah yang meliputi bangunan, lahan praktik, lahan untuk

17

Barnawi & M. Arifin, Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), Cet. Ke-1, h. 86

18

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Depdiknas 2005, h. 3


(37)

prasarana penunjang, dan lahan pertamanan. Lahan yang digunakan untuk kepentingan sekolah harus mendukung kelancaran proses pendidikan itu sendiri. Lahan harus terhindar dari berbagai potensi bahaya, baik yang mengancam kesehatan maupun mengancam keselamatan jiwa warga sekolah. Selain itu, lokasi lahan hendaknya memiliki akses yang memadai untuk penyelamatan dalam keadaan darurat jika sewaktu-waktu terjadi ancaman bahaya. Lahan harus terhindar dari gangguan pencemaran air dan udara serta kebisingan.

Adapun fungsi dari pengadaan sarana dan prasarana pendidikan mengatur dan menyelenggarakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan baik

menyangkut jenis, jumlah, kualitas, tempat, dan waktu yang dikehendaki.19

Sarana dan prasarana sekolah dapat dikelompokkan menjadi sejumlah prasarana dengan bermacam-macam sarana yang melengkapinya. Untuk SD/MI sekurang-kurangnya memiliki 11 jenis prasarana sekolah, yang meliputi (1) ruang kelas, (2) ruang perpustakaan, (3) ruang laboratorium IPA, (4) ruang pimpinan, (5) ruang guru, (6) ruang beribadah, (7) ruang UKS, (8) jamban, (9) gudang, (10) ruang sirkulasi, (11) tempat bermain/olahraga. 1. Ruang Kelas

Ruang kelas merupakan tempat pembelajaran berlangsung yang bersifat teori maupun praktik. Kapasitas ruang kelas di SD/MI maksimum 28 peserta didik. Sesuai dengan Permendiknas No. 24 Tahun 2007, standar sarana ruang kelas dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut:

Tabel 2.2

Tabel Standar Sarana Ruang Kelas

No. Jenis Rasio Deskripsi

1. Perabot

1.1 Kursi peserta

didik

1 buah/peserta

didik

Kuat, stabil, aman, dan mudah dipindahkan oleh peserta didik. Ukuran sesuai

dengan kelompok usia

19

Wahyu Sri Ambar Arum, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, (Jakarta : CV. Multi Karya Mulia, 2006), hal. 47


(38)

peserta didik dan

mendukung pembentukan

postur tubuh yang baik,

minimum dibedakan

dimensinya untuk kelas 1-3

dan kelas 4-6. Desain

dudukan dan sandaran

membuat peserta didik

nyaman belajar.

1.2 Meja peserta

didik

1 buah/peserta

didik

Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan oleh peserta didik. Ukuran sesuai dengan kelompok usia peserta didik

dan mendukung

pembentukan postur tubuh

yang baik. Desain

memungkinkan kaki peserta didik masuk dengan leluasa ke bawah meja.

1.3 Kursi guru 1 buah/guru Kuat, stabil, aman, dan

mudah dipindahkan. Ukuran

memadai untuk duduk

dengan nyaman.

1.4 Meja guru 1 buah/guru Kuat, stabil, aman, dan

mudah dipindahkan. Ukuran

memadai untuk duduk

dengan nyaman.

1.5 Lemari 1 buah/ruang Kuat, stabil, dan aman.

Ukuran memadai untuk

menyimpan perlengkapan

yang dibutuhkan kelas.

Tertutup dan dapat dikunci.

1.6 Rak hasil karya

peserta didik

1 buah/ruang Kuat, stabil, dan aman.

Ukuran memadai untuk

meletakkan hasil karya

seluruh peserta didik yang ada di kelas. Dapat berupa rak terbuka atau lemari.

1.7 Papan panjang 1 buah/ruang Kuat, stabil dan aman.

Ukuran minimum 60 cm x 120 cm

2. Peralatan pendidikan

2.1 Alat peraga (lihat daftar sarana

laboratorium IPA)

3. Media Pendidikan


(39)

200 cm. Ditempatkan pada posisi yang memungkinkan

seluruh peserta didik

melihatnya dengan jelas.

4. Perlengkapan Lain

4.1 Tempat sampah 1 buah/ruang

Tempat cuci

tangan

1 buah/ruang

Jam dinding 1 buah/ruang

Kotak kontak 1 buah/ruang

Standar ruang kelas SD/MI harus memiliki jendela dan pintu memadai. Jendela di ruang kelas dibutuhkan untuk memberikan pencahayaan di dalam ruangan agar peserta didik dan guru dapat membaca dengan baik dan dapat memberikan pandangan ke luar ruangan. Selain jendela, pintu ruang kelas juga harus memadai agar peserta didik dan guru dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya dan dapat dikunci dengan baik saat tidak digunakan.

2. Ruang Perpustakaan

Ruang perpustakaan adalah tempat dimana buku-buku disimpan dan dibaca. Disana guru dan peserta didik dapat memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengam cara membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan.

Perpustakaan modern telah didefinisikan kembali sebagai tempat untuk mengakses informasi dalam format apa pun, apakah informasi itu

disimpan dalam gedung perpustakaan tersebut atau tidak.20 Luas

perpustakaan minimum satu setengah kali luas ruang kelas dan lebarnya minimum 5 m. Ruang perpustakaan harus cukup memadai untuk membaca, perlu ada jendela untuk memberikan pencahayaan.

20


(40)

3. Ruang Laboratorium

Sarana laboratorium SD/MI dapat memanfaatkan ruang kelas, tidak harus disediakan dalam ruang khusus. Laboratorium IPA hanya dilengkapi dengan perabot dan peralatan pendidikan karena media pendidikan dan perlengkapan lain sudah tersedia dalam ruang kelas. Perabot laboratorium di SD/MI hanya lemari yang dapat menyimpan peralatan pendidikan. Peralatan pendidikannya meliputi: model kerangka tubuh manusia, globe, model tata surya, kaca pembesar, cermin dan lensa, magnet batang, dan poster IPA yang terdiri dari gambar metamorfosis, hewan langka, hewan dilindungi, tanaman khas Indonesia, dan sistem-sistem pernapasan hewan.

4. Ruang Pimpinan

Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan pengelolaan sekolah/madrasah, pertemuan dengan sejumlah kecil guru, orang tua murid, unsur komite sekolah, petugas Dinas Pendidikan, dan tamu lainnya. Standar sarana yang ada di ruang pimpinan terbagi menjadi dua, yaitu perabot dan perlengkapan. Perabot pimpinan terdiri dari kursi dan meja pimpinan, kursi dan meja tamu, lemari dan papan statistik. Perlengkapan untu di ruang pimpinan di SD/MI meliputi kenegaraan, tempat sampah, mesin ketik/komputer, filing kabinet, brankas, dan jam dinding.

5. Ruang Guru

Ruang guru memiliki fungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat serta menerima tamu, baik peserta didik maupun tamu lainnya. Ruang guru harus mudah dicapai dari halaman sekolah/madrasah serta dekat dengan ruang pimpinan.

6. Ruang Tata Usaha

Ruang tata usaha berfungsi sebagai tempat kerja petugas untuk mengerjakan administrasi sekolah atau madrasah.


(41)

7. Tempat Beribadah

Tempat beribadah berfungsi sebagai tempat warga

sekolah/madrasah melakukan ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-masing pada saat berada di sekolah. Semua sarana rasionya satu buah/tempat ibadah. Banyaknya tempat beribadah disesuaikan dengan kebutuhan sekolah/madrasah yang bersangkutan.

8. Jamban

Prasarana yang cukup sepele, tetapi sangat penting ialah jamban, berfungsi sebagai tempat buang air besar dan air kecil. Di SD/MI minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 60 peserta didik pria, 1 unit jamban untuk setiap 50 peserta didik wanita, dan 1 unit jamban untuk guru. Berdasarkan Permendiknas No. 24 tahun 2007 dan Permendiknas No. 40 tahun 2008, sarana jamban sekolah/madrasah, meliputi kloset jongkok, tempat air, gayung, gantungan pakaian, dan tempat sampah. Masing-masing sarana tersebut minimum 1 buah/ruang.

9. Gudang

Gudang berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan

pembelajaran di luar kelas, tempat menyimpan sementara peralatan sekolah/madrasah yang tidak/belum berfungsi, dan tempat menyimpan arsip sekolah/madrasah yang telah berusia lebih dari 5 tahun. Berdasarkan Permendiknas No. 24 tahun 2007 dan Permendiknas No. 40 tahun 2008, standar sarana sekolah/madrasah terdiri dari lemari dan rak. Lemari dan rak harus kuat, stabil, dan aman. Lemari berukuran memadai untuk menyimpan alat-alat dan arsip berharga. Sementara rak berukuran memadai untuk menyimpan peralatan olahraga, kesenian, dan ketrampilan.

10. Ruang Sirkulasi

Ruang sirkulasi terdiri dari dua macam, yaitu ruang sirkulasi horizontal dan ruang sirkulasi vertikal. Ruang sirkulasi horizontal


(42)

berfungsi sebagai tempat penghubung antar-ruang dalam bangunan sekolah/madrasah dan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan bermain dan interaksi sosial peserta didik di luar jam pelajaran, terutama pada saat hujan, ketika tidak memungkinkan kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung di halaman sekolah/madrasah. Ruang sirkulasi beratap dengan pencahayaan dan penghawaan yang cukup memadai.

Sementara ruang sirkulasi vertikal berupa tangga yang

menghubungkan antara ruang atas dengan ruang bawah. Ruang sirkulasi ini dilengkapi dengan pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

11. Tempat Bermain/Olahraga

Tempat bermain atau berolahraga berfungsi sebagai area bermain, berolahraga, pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan ekstrakurikuler. Tempat bermain ditanami pohon penghijauan agar terasa sejuk dan nyaman. Tempat bermain/olahraga diletakkan di tempat yang paling sedikit mengganggu proses pembelajaran di kelas.

E.

Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Pengadaaan adalah segala kegiatan untuk menyediakan semua keperluan barang, benda, atau jenis barang bagi keperluan pelakasanaan tugas untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam pengadaan barang sebenarnya tidak lepas dari perencanaan pengadaan yang dibuat sebelumnya baik

mengenai jumlah maupun jenisnya21

Pengadaan dilakukan sebagai bentuk realisasi atas perencanaan yang telah dilakukan sebelumnya. Tujuannya untuk menunjang proses pendidikan

agar berjalan efektif dan efesien sesuai dengan tujuan yang diinginkan.22

21

Wahyu Sri Ambar Arum, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, (Jakarta : CV. Multi Karya Mulia, 2006), hal. 46

22

Barnawi, M. Arifin, Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah, (Jogjakarta : Ar-Ruzzz Media, 2012), h. 60


(43)

Adapun menurut Rugaiyah dan Atik Sismiati pengadaan adalah proses kegiatan mengadakan sarana dan prasarana yang dapat dilakukan dengan

cara-cara membeli, menyumbang, hibah, dan lain-lain.23

Adapun fungsi dari pengadaan sarana dan prasarana pendidikan mengatur dan menyelenggarakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan baik

menyangkut jenis, jumlah, kualitas, tempat, dan waktu yang dikehendaki.24

Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :

1) Pembelian

2) Produksi Sendiri

3) Penerimaan Hibah

4) Penyewaan

5) Peminjaman

6) Pendaurulangan

7) Penukaran

8) Rekondisi/rehabilitasi25

Pengadaan sarana dan prasarana dapat juga dilakukan dengan usaha-usaha yang ada disekolah itu sendiri, ataupun sumbangan dari pemerintah masyarakat. Pengadaan sarana dan prasarana atas usaha sendiri bisa dilakukan oleh sekolah yang disesuiakan dengan daftar kebutuhan yang telah direncanakan sebelumnya, sehingga barang-barang yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan di awal perencanaan. Proses pengadaan berbagai jenis sarana dan prasarana sekolah, seperti:

23

Rugaiyah, Atik Sistimatik, Profesi Keguruan (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), 65

24

Wahyu Sri Ambar Arum, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, (Jakarta : CV. Multi Karya Mulia, 2006), hal. 47

25

Barnawi, M. Arifin, Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah, (Jogjakarta : Ar-Ruzzz Media, 2012), h. 60-63


(44)

1. Buku, Yang dimaksud dengan buku disini adalah buku pelajaran, buku bacaan, buku perpustakaan dan buku-buku lainnya. Buku yang dapat dipakai oleh sekolah meliputi buku teks utama, buku teks pelengkap, buku bacaan baik fisik maupun non fiksi, vbuku sumber dan sebagainya.

2. Alat, Pengadaan alat-alat sekolah dapat dilakukan dengan cara membeli,

membuat sendiri dan memerima bantuan. Alat-alat yang dibutuhkan sekolah berupa alat kantor dan alat pendidikan. Alat kantor ialah alat-alat yang biasanya digunakan dikantor, misalnya komputer, alat hitung, alat penyimpan uang, alat pendeteksi uang palsu, dan alat pembersih. Sementara alat pendidikan lainnya yang biasa digunakan dalam kegiatan pembelajaran, misalnya alat peraga, alat praktik, alat kesenian, dan alat olahraga.26

3. Perabot, Perabot merupakan sarana pengisi ruangan, misalnya kursi,

lemari, rak, filing cabinet, dan lain-lain.

4. Bangunan, Pengadaan bangunan dapat dilakukan dengan membangun

bangunan baru, membeli bangunan, menerima hibah bangunan, menyewa

bangunan, dan menukar bangunan.27

5. Tanah, Pengadaan tanah dapat dilaksanakan dengan cara yaitu : membeli

tanah, menerima bantuan/hadiah. Menukar.

6. Kendaraan, Pengadaan kendaraan tersebut untuk studi banding dan

mempermudah transportasi murid dalam melakukan kegiatan. Pengadaan sarana tersebut untuk menunjang kegiatan pendidikan. Adapun pengadaan kendaraan dapat dilaksanakan dengan pembelian secara lelang, pembelian

melalui proses penunjukan langsung.28

26

Barnawi, M. Arifin, Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah, (Jogjakarta : Ar-Ruzzz Media, 2012), h. 67

27

Ibid, h. 64

28

Wahyu Sri Ambar Arum, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, (Jakarta : CV. Multi Karya Mulia, 2006), hal. 69-70


(45)

Ada tiga hal pendistribusian perlengkapan sekolah dalam pengadaan sarana prasarana sekolah yaitu :

a) Ketepatan barang yang disampaikan, baik jumlah maupun jenisnya

b) Ketepatan sasaran penyampaiannya

c) Ketepatan kondisi barang yang disalurkan29

F.

Penggunaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Penggunaan sarana dan prasarana pendidikan itu, ada dua prinsip yang harus diperhatikan yaitu prinsip efektifitas dan prinsip efesien. Dengan prinsip efektifitas berarti semua perlengkapan pendidikan disekolah harus ditunjuk semata-mata dalam rangka mempelancar pencapain tujuan pendidikan sekolah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan

dengan prinsip efesiensi berarti pemakaian semua perlengkapan pendidikan

disekolah secara hemat dan hati-hati sehingga semua perlengkapan pendidikan yang ada tidak mudah habis, rusak, atau hilang.

Dalam rangka memenuhi kedua prinsip tersebut di atas maka paling ada tiga kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh personil sekolah yang akan memakai perlengkapan pendidikan disekolah, antara lain:

1. Memahami petunjuk penggunaan perlengkapan sekolah

2. Menata perlengkapan pendidikan

3. Memelihara baik secara kontinu maupun berkala semua perlengkapan

pendidikan.30

29

Ibrahim Bafadal, Seri Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah, manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. Ke-2, h. 38

30

Ibrahim Bafadal, Seri Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah, manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. Ke-2, h. 42


(46)

Dalam kaitan dengan petunjuk teknis pemakaian, yang perlu dipahami adalah komponen-komponen, sistem kerja dan tata cara pengoperasian dan perawatannya, sehingga apabila sarana dan prasarana di sekolah bisa berjalan dengan efektif dan efisien, dapat mendukung terhadap suksesnya proses pembelajaran disekolah.

G.

Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Apabila ditinjau dari waktu perbaikannya, ada dua macam pemeliharaan perlengkapan sekolah, yaitu pemeliharaan sehari-hari dan pemeliharaan berkala. Pemeliharaan sehari-hari misalnya, berupa menyapu, mengepel lantai, dan membersihkan pintu. Sedangkan pemeliharaan berkala,

misalnya pengontrolan genting dan pengapuran tembok.31

Menurut Rugaiyah dan Atik Sismiati pemeliharaan adalah kegiatan merawat, memelihara, dan menyimpan barang-barang sesuia dengan bentuk-bentuk jenis barangnya barang tersebut awet dan tahan lama serta dapat

digunakan secara berulang-ulang dalam waktu lama.32

Pemeliharaan dilakukan secara kontinu terhadap semua barang-barang inventarisasi. Pemeliharaan barang inventaris kadang-kadang dianggap sebagai suatu hal yang sepele, padahal sebenarnya pemeliharaan ini merupakan tahap kerja yang tidak kalah pentingnya dengan tahap-tahap yang lain dalam administrasi sarana dan prasarana.

Pemeliharaan mencakup segala upaya yang terus menerus untuk mengusahakan agar peralatan tersebut tetap dalam keadaan baik. Pemeliharaan dimulai dari pemakaian berang, yaitu dengan cara hati-hati dalam menggunakannnya. Pemeliharaan yang bersifat khusus harus dilakukan

31

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkaan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. Ke-3, h.49

32


(47)

oleh petugas yang mempunyai ke ahlian sesuai dengan jenis barang yang dimaksud.

Ada beberapa macam pemeliharaan perlengkapan pendidikan disekolah, di tinjau dari sifatnya, ada empat macam pemeliharaan perlengkapan pendidikan. Keempat pemeliharaan tersebut cocok dilakukan pada perlengkapan pendidikan berupa mesin, Pertama, pemeliharaan yang bersifat pengecekan, Kedua, pemeliharaan yang bersifat pencegahan, Ketiga, pemeliharaan yang bersifat perbaikan ringan, Keempat, pemeliharaan yang

bersifat perbaikan berat.33

Pelaksanaan pemeliharaan barang inventaris meliputi :

1) Perawatan

2) Pencegahan

3) Penggantian ringan.34

Tujuan dan Manfaat Pemeliharaan

1) Tujuan pemeliharaan

a) Untuk mengoptimalkan usia pakai peralatan. Hal ini sangat

penting terutama jika dilihat dari aspek biaya, karena untuk membeli sesuatu peralatan akan jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan merawat bagian dari peralatan tersebut

b) Untuk menjamin kesiapan operasional peralatan untuk

mendukung kelancaran pekerjaan sehingga diperoleh hasil yang optimal.

c) Untuk menjamin ketersediaan peralatan yang diperlukan

melalui pencetakan secara rutin dan teratur.

d) Untuk menjamin keselamatan orang atau siswa yang

menggunakan alat tersebut.

33

Ibrahim Bafadal, Seri Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah, manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. Ke-2, h. 49

34


(48)

2) Manfaat pemeliharaan

a) Jika peralatan terpelihara dengan baik, umurnya akan awet

yang berarti tidak perlu mengadakan penggantian dalam waktu yang singkat

b) Pemeliharaan yang baik mengakibatkan jarang terjadi

kerusakan yang berarti biaya perbaikan dapat ditekan seminim mungkin

c) Dengan adanya pemeliharaan yang baik, maka akan lebih

terkontrol sehingga terhindar kehilangan

d) Dengan adanya pemeliharaan yang baik, maka enak dilihat dan

dipandang

e) Pemeliharaan yang baik memberikan hasil pekerjaaan yang

baik.

Dapat disimpulkan pengelolaan menajemen sarana dan prasarana pendidikan dilihat dari segi pemeliharaan dapat di tinjau dari sifatnya terbagi menjadi empat macam yaitu pemeliharaan berupa pengecekan barang, pemeliharaan berupa pencegahan agar selalu terlihat baik, pemeliharaan berupa perbaikan ringan, dan yang terakhir pemeliharaan berupa perbaikan berat.

H.

Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui

interaksi dengan lingkungan.35

Hasil belajar merupakan tingkah laku siswa yang di peroleh sekolah melalui proses belajar. Hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar dimana tingkah laku itu dalam bentuk perbuatan yang diamati dan diukur. Hasil belajar yang dicapai siswa di pengaruhi oleh dua faktor dari luar dan lingkungan.

35


(49)

Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses pembelajaran yang optimal cenderung mewujudkan hasil yang bervariasi sebagai berikut:

1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi

belajar instrinsik pada diri siswa

2. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya

3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya

4. Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif)

5. Kemampuan siswa untuk mengontrol/menilai dan mengendalikan

dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya mauounmenilai

dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.36

Untuk mengetahui perubahan-perubahan yang dialami oleh siswa setelah proses belajar-mengajar dapat dilakukan evaluasi pada setiap materi pelajaran yang diberikan. Adanya perubahan-perubahan ini tampak pada hasil belajar yang diperoleh siswa.

Proses belajar mengajar siswa bukan hanya merupakan penguasaan pengetahuan semata atau berbagai hal yang pernah diajarkan atau dilatih, tetapi juga meliputi perubahan tingkah laku, seperti yang dinyatakan oleh

Gagne,37 bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan individu, perubahan

itu tidak hanya mengenai perubahan pengetahuan, juga membentuk kecakapan, kebiasaan pribadi individu yang belajar.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor kemampuan siswa dan faktor lingkungan. Menurut Slameto,

36

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke-7, h. 56-57

37

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet.5, h. 13


(50)

faktor-faktor tersebut secara global dapat diuraikan dalam dua bagian,

yaitu faktor internal dan faktor eksternal.38

a. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Yang termasuk kedalam faktor ini adalah;

1. Faktor jasmani, yaitu meliputi:

a. Faktor Kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap

badan beserta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat.

b. Cacat Tubuh. Yaitu sesuatu yang menyebabkan kurang baik

atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan.

2. Faktor psikologis, yaitu meliputi intelegensi, perhatian, minat,

bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

a. Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu

kecakapan untuk menghadapai dan menyesuaikan kedalam

situasi yang baru dengan cepat dan efektif,

mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

b. Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang

dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.

c. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan

dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya

38


(51)

terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.

d. Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru

akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesuai belajar dan berlatih. Jadi jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu.

e. Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan

dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak/pendorongnya.

f. Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan

seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran.

g. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau

bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan itu perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

3. Faktor kelelahan, yang meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan

rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan


(52)

kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, yang termasuk kedalam faktor eksternal adalah:

1. Faktor Keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

2. Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa , relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

3. Faktor Masyarakat

Masyarakat sangat berpengaruh terhadap belajar siswa karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Seperti kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media yang juga berpengaruh terhadap positif dan negatifnya, pengaruh dari teman bergaul siswa dan kehidupan masyarakat disekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa.


(53)

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses penyelidikan yang ilmiah melalui pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyimpulan data berdasarkan pendekatan, metode dan teknik tertentu untuk

menjawab permasalahan dalam bidang pendidikan.1

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara jelas tentang peranan sarana dan prasarana yang ada di SD Islam Al Syukro Universal Ciputat .

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Islam Al Syukro Universal Jalan

Otista Raya Gg. H. Ma‟ung No. 30 Ciputat Tangerang Selatan, Banten Telp.

1

Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2011). Cet. 1 h. 2


(54)

(021) 7443322 Fax. (021) 7443526. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013 hingga Maret 2014.

B.

Metode Penelitian

Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode yang bertujuan menggambarkan bagaimana keadaan dan fenomena yang sebenarnya, kemudian dideskripsikan ke dalam laporan penelitian. Metode kualitatif merupakan suatu proses penelitian yang dilakukan secara wajar dan natural sesuai dengan kondisi objektif di lapangan

tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan.2

Dalam buku Nana Syaodih Sukmadinata metode kualitatif yakni suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena atau peristiwa. Dengan pendekatan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang

ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau.3 Alasan penulis

memilih pendekatan penelitian ini karena penulis bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai permasalahan dalam penelitian ini. Sehingga penulis sendiri dapat lebih mudah dalam mengetahui gambaran dari objek penelitian.

C.

Teknik Pengumpulan Data

1.

Sumber dan Jenis Data

Sumber data adalah dari mana data diperoleh. Sedangkan menurut Lofland dan Lofland menyatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

2

Ibid., h. 140

3

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 94


(55)

Sumber data yang digunakan penulis dalam penyusunan penelitian ini adalah:

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari

informan di lapangan yaitu melalui wawancara mendalam dan observasi partisipasi dengan Staff Sarana dan Prasarana, Waka Bidang Umum (Sarana dan Prasarana) SD Islam Al Syukro Universal, beserta guru SD Islam Al Syukro Universal.

b. Data sekunder, yaitu data tertulis yang diperoleh dari pihak SD Islam

Al Syukro Universal dan Staff Sarana dan Prasarana, serta akses internet pada situs Perguruan Islam Al Syukro Universal, dan lain-lain.

2.

Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data.4 Setiap teknik pengumpulan data,

baik itu angket, wawacara, observasi maupun dokumentasi, sama-sama mempunyai kekurangan dan kelebihan. Oleh karenanya untuk memperkecil kemungkinan ketidakakuratan dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik sekaligus dengan harapan antara satu dengan yang lainnya dapat saling melengkapi. Teknik yang peneliti gunakan antara lain adalah:

a. Wawancara

Wawancara diartikan sebagai tukar-menukar pandangan antara dua orang atau lebih. Kemudian, istilah ini diartikan lebih lanjut, yaitu sebagai metode pengumpulan data atau informasi

4

Maman Abdurrahman dan Sambas Ali Muhidin, Panduan Praktis Memahami Penelitian,


(1)

21 16

Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung, Prospect Bandung 2009),Cet.Ke-5

22 106-107

22 17

Barnawi & M. Arifin, Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012, Cet. Ke-1

24 86

23 18

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Depdiknas

24 3

24 19

Wahyu Sri Ambar Arum, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, (Jakarta : CV. Multi Karya Mulia, 2006)

25 47

25 20

http://id.wikipedia.org/wi ki/Perpustakaan diakses

tanggal 07 Februari 2014 27

26 21

Wahyu Sri Ambar Arum, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, (Jakarta : CV. Multi Karya Mulia, 2006)

30 46

27 22

Barnawi, M. Arifin, Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah, (Jogjakarta : Ar-Ruzzz Media, 2012)

31 60

28 23

Rugaiyah, Atik Sistimatik, Profesi Keguruan (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011)


(2)

29 24

Wahyu Sri Ambar Arum, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, (Jakarta : CV. Multi Karya Mulia, 2006)

31 47

30 25

Barnawi, M. Arifin, Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah, (Jogjakarta : Ar-Ruzzz Media, 2012)

31 60-63

31 26

Barnawi, M. Arifin, Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah, (Jogjakarta : Ar-Ruzzz Media, 2012)

32 67

32 27

Barnawi, M. Arifin, Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah, (Jogjakarta : Ar-Ruzzz Media, 2012)

32 64

33 28

Wahyu Sri Ambar Arum, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, (Jakarta : CV. Multi Karya Mulia, 2006)

33 69-70

34 29

Ibrahim Bafadal, Seri Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan

Berbasis Sekolah, manajemen

Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. Ke-2

33 38

35 30

Ibrahim Bafadal,

Manajemen Perlengkaan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. Ke-3


(3)

36 31

Rugaiyah, Atik Sistimatik, Profesi Keguruan (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011)

33 66

37 32

Ibrahim Bafadal, Seri Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan

Berbasis Sekolah, manajemen

Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. Ke-2

34 49

38 33

Soetjipto dan Raflis kosasi, Profesi

Keguruan…., 34 172

39 34

Oemar Hamalik, kurikulum dan

pembelajaran. (Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2009)

36 37

40 35

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke-7

36 56-57

41 36

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet.5

37 13

42 37

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet.5

37 54

BAB III

43 1

Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2011). Cet. 1


(4)

44 2

Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2011). Cet.1

41 140

45 3

Nana Syaodih

Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012)

41 94

46 4

Maman Abdurrahman dan Sambas Ali Muhidin, Panduan Praktis

Memahami Penelitian, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011)

42 85

47 5

Arief Suryantoro dan FX. Suwarto, Metode & Teknik Penelitian Sosial, (Yogyakarta: ANDI, 2007)

43 97

Untuk memenuhi validasi skripsi yang berjudul Peranan Sarana dan Prasarana Guna Menunjang Hasil Belajar Siswa di SD Islam Al Syukro Universal, maka perlu pengujian daftar referensi untuk mengetahui sumber data yang diperoleh.

Jakarta, 15 April 2014

Pembimbing

Dra. Nurdelima Waruwu, M.Pd NIP. 19671020 200112 2 001


(5)

Gedung SD Islam Al Syukro Universal Perpustakaan SD Islam Al Syukro

Suasana Belajar Kelas Belajar Manasik Haji di Hall Al Syukro


(6)

Laboratorium Komputer Ruang Perpustakaan

Suasana Perpustakaan SDI Al Syukro Kegiatan Upacara Bendera