Pengaruh Penerbitan Sukuk Terhadap Kinerja Bank Muamalat Indonesia Periode 2010-2014

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

HAYATIN NUPUS NIM 1111046100003

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada Selasa, 29 September 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, Oktober 2015 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. NIP. 19691216199603 1 001 Panitia Sidang:

Ketua : AM. Hasan Ali, M.A (………)

NIP. 19751201200501 1 005

Sekretaris : H. Abdurrauf, Lc., M.A (………) NIP. 19731215200501 1 002

Pembimbing : Dr. Hasanuddin, M. Ag (………) NIP. 19610304199503 1 001

Penguji 1 : Prof. Dr. H. M. Amin Suma, S.H., M.A., M.M. (………) NIP. 195505051982031012

Penguji 2 :H. Abdurrauf, Lc., M.A (………) NIP. 19731215200501 1 002


(4)

Nama : Hayatin Nupus

NIM : 1111046100003

Fakultas : Syariah dan Hukum

Jurusan : Muamalat/ Perbankan Syariah

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggung jawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terkadap naskah orang lain.

3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau menyebut pemilik karya.

4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini. Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka saya siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Ciputat, 11 September 2015 Yang menyatakan,


(5)

Jurusan Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah variabel sukuk berpengaruh terhadap kecukupan modal Bank Muamalat Indonesia dan untuk mengetahui pengaruh kinerja bank yang diukur dengan ROA dan ROE terhadap kecukupan modal Bank Muamalat Indonesia.

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan triwulan Bank Muamalat Indonesia dengan tahun penelitian 2010-2014. Teknis analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda, variabel independen yang digunakan adalah variabel dummy yaitu penerbitan sukuk dimana 0 untuk periode sebelum penerbitan sukuk dan 1 periode setelah penerbitan sukuk, ROE dan ROA. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah CAR untuk mengukur kecukupan modal bank.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultanvariabel sukuk, ROE dan ROA berpengaruh signifikan terhadap kecukupan modal Bank Muamalat Indonesia. Sedangkan secara parsial variabel sukuk berpengaruh positif terhadap CAR, ROE berpengaruh negatif terhadap CAR hal ini dikarenakan aktiva produktif yang bermasalah dalam jumlah besar sehingga penambahan modal mengakibatkan penurunan ROE dan ROA tidak berpengaruh terhadap CAR karena penggunaan manajemen liabilitas dengan menerbitkan sukuk akan menyebabkan bank mengorbankan profitabilitasnya.


(6)

Muamalat, Faculty of Sharia and Law, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta 2015.

The purpose of this research is to know whether bond variable influenced on sufficiency of Bank Muamalat Indonesia’a fund and to know the influence of Bank performance which is meashured Return on Equity (ROE) and Return on Asset (ROA) on the sufficiency of Bank Muamalat Indonesia’s fund.

The data is used in this research obtained from Bank Muamalat Indonesia quarter financial report in the year of 2010-2014. The technique that the reaseacher used to ananlyze is double linier regression. Independent variable that used is dummy variable, that is, bond publication is 0 before the periode of publication and 1 after the peride bond publication, ROE and ROA. Meanwhile, dependent variable which is used is CAR to measure the sufficiency of Banks Fund.

The result of this research showed that bond by using variable simultaneously, ROE and ROA, significantly influenced on the sufficiency of Bank Muamalat Indonesia’s fund. Meanwhile, by using variable partially the bond positively influenced on CAR, otherwise, ROE negatively influenced on CAR. This occurred because productive assets having problem in big amount, thus, it cause the degradation of ROE and ROA did not influence on CAR because the use of liability management with bond publication would cause the bank bargaining its ability to get profit.


(7)

Segala puji bagi Allah SWT atas izin dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang dibuat untuk memenuhi syarat memperoleh gelar S.E.Sy di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah membantu dan memberikan dukungannya yang sangan luar biasa, maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum.

2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A dan Bapak H. Abdurrauf, M.A selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum. 3. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M. selaku

Dosen Pembimbing Akademik.

4. Bapak Dr. Hasanuddin, M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan skripsi ini.

5. Bapak M. Nur Rianto Al Arif, S.E., M.Si yang telah membantu memberikan masukan selama penyusunan skripsi ini. Serta Bapak/Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(8)

semangan serta do’a yang luar biasa selama penyusunan skripsi.

8. Muhammad Fahri calon S.Sy yang selalu memberikan dukungan, semangat serta do’a kepada penulis. Terima kasih selalu ada untuk mendengarkan keluh kesah penulis.

9. Teman-teman seperjuangan Fitriyani Lathifah, Suci Hanifa, Elis Sri Ramdhani, Mutia Sarayati, Muhammad Firdaus dan seluruh anggota PS A 2011 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Terima kasih atas canda tawa dan support selama masa perkuliahan.

10. Inayah Handy, S.E., Aulia Khairunnisa, S.S., Muhammad Furqon, Ahmad Farhan, Syarofi Azami, Zahrian Hakim dan Nasor Kahfi yang telah memberikan semangat dan do’a kepada penulis.

11.Sepupu-sepupu yang tiada henti memberikan semangat dan setia mendengan keluh-kesah penulis Sakinah Mawaddah, Miftahul Jannah dan the best roommate ever Nurus Shobah.

12.Keluarga baru KKN MIK yang sudah menjadi keluarga dan warna tersendiri di akhir masa perkuliah penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, banyak terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan.Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan


(9)

Ciputat, 11 September 2015


(10)

ABSTRAK ………... iv

KATA PENGANTAR ………. vi

DAFTAR ISI ………... ix

DAFTAR TABEL ………... xi

DAFTAR GAMBAR ………... xii

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. LATAR BELAKANG ………... 1

B. IDENTIFIKASI MASALAH ………... 8

C. BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH ……….. 8

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ………... 9

E. KAJIAN PUSTAKA ……… 10

F. KERANGKA TEORI ……….. 12

G. KERANGKA PEMIKIRAN ……… 19

H. SISTEMATIKA PENULISAN ……… 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 22

A. PENGERTIAN MODAL ………. 22

B. FUNGSI MODAL BANK ………... 26

C. KECUKUPAN MODAL BANK ………. 28

D. MANAJEMEN DANA BANK ……… 30

E. MANAJEMEN LIABILITAS ………. 33

F. THE SHIFTABILITY THEORY ……… 35

G. SUKUK ……… 36

H. MACAM-MACAM SUKUK ……….. 38

I. SUKUK SUBORDINASI ……… 40

J. ANALISIS KINERJA PERBANKAN ……… 42

K. RETURN ON ASSET (ROA) ………. 46

L. RETURN ON EQUITY (ROE) ………... 47

M. CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR) ……… 48

N. PENGARUH RASIO-RASIO KEUANGAN BANK TERHADAP CAR ………. 49

1. PENGARUH SUKUK TERHADAP CAR ………... 50

2. PENGARUH ROE TERHADAP CAR ………. 50

3. PENGARUH ROA TERHADAP CAR ……… 50

O. HIPOTESIS ……….. 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… 52


(11)

2. UJI ASUMSI KLASIK ………. 56

a. UJI NORMALITAS ………... 56

b. UJI MULTIKOLINEARITAS ……… 58

c. UJI AUTOKORELASI ………... 58

d. UJI HETEROSKEDASTISITAS ………... 59

3. PENGUJIAN HIPOTESIS ……… 60

a. UJI SIMULTAN (UJI STATISTIK F) ………... 60

b. UJI PARSIAL (UJI STATISTIK t) ……… 62

c. KOEFISIEN DETERMINASI ……… 63

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 64

A. ANANLISIS STATISTIK DESKRIPSTIF ………. 64

B. UJI ASUMSI KLASIK ……… 66

1. UJI NORMALITAS ……….. 68

2. UJI MULTIKOLINEARITAS ……….. 69

3. UJI AUTOKORELASI ………. 70

4. UJI HETEROSKEDASTISITAS ……….. 71

C. PENGUJIAN HIPOTESIS ……….. 72

1. UJI SIMULTAN (UJI STATISTIK F) ……….. 72

2. UJI PARSIAL (UJI STATISTIK t) ………... 73

3. KOEFISIEN DETERMINASI ……….. 76

D. INTERPRETASI DAN PEMBAHASAN ……….. 77

1. PENGARUH SUKUK TERHADAP CAR ………... 77

2. PENGARUH ROE TERHADAP CAR ………. 77

3. PENGARUH ROA TERHADAP CAR ……… 78

BAB V PENUTUP ………. 80

A. KESIMPULAN ……… 80

B. SARAN ……… 81

DAFTAR PUSTAKA ……….. 83


(12)

Tabel 4.2 Uji Normalitas Statistik Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas Tabel 4.4 Uji Autokorelasi Tabel 4.5 Uji Statistik F Tabel 4.6 Uji Statistik t


(13)

Gambar 1.2 Diagram NPF

Gambar 1.3 Diagram Rasio Kinerja PT. Bank Muamalat Indonesia Gambar 1.4 Kerangka Pemikiran

Gambar 4.1 Uji Normalitas


(14)

A. Latar Belakang

Dunia perbankan saat ini dihadapkan dengan masalah perekonomian Indonesia yang semakin memburuk, nilai rupiah yang terus menurun terhadap kurs dollar mengakibatkan penurunan permintaan pembiayaan karna tingginya bunga kredit sehingga aktiva produktif bermasalah semakin tinggi. Kondisi keuangan seperti ini menyebabkan bank harus menyediakan modal yang cukup sehingga dapat mengatasi kerugian akibat aktiva produktif bermasalah maupun kelancaran bank dalam setiap kegiatan operasionalnya.

Kecukupan modal bank sering kali dipenuhi dengan menerbitkan surat berharga karena sifatnya yang mudah dicairkan. Saat ini sukuk sebagai salah satu instrumen surat berharga menjadi pilihan yang kuat karena tingkat keuntungan yang lebih besar dibandingkan surat berharga lainnya dalam jangka waktu yang cukup panjang.

Sukuk adalah suatu kontrak perjanjian tertulis yang bersifat jangka panjang untuk membayar kembali pada waktu tertentu seluruh kewajiban


(15)

yang timbul akibat pembiayaan untuk kegiataan tertentu menurut syarat dan ketentuan serta membayar sejumlah manfaat secara periodik menurut akad.1

Obligasi syariah (sukuk) pada prinsipnya adalah pendanaan jangka pendek yang berarti modal atau prinsipal dari sukuk itu harus kembali kepada para investor, disamping tambahan keuntungan yang diharapkan. Praktek sukuk harus dilaksanakan secara hati-hati karena berkaitan dengan kinerja semua pihak yang terlibat.

Mayoritas investor pada sukuk ini adalah dari sektor perbankan islam, dikarenakan perbankan masih mempunyai banyak masalah dalam pemenuhan aspek likuiditas untuk memenuhi portofolio pembiayaan perbankan dan sukuk merupakan instrumen yang masih dapat memberikan return yanag besar dibandingkan instrumen lain seperti Sertifikat Wadiah Bank Indonesia. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), diketahui market share sukuk korporasi per 19 November 2014 mencapai 3,32.2

Sejak pertama kali diterbitkan pada tahun 2002, sampai saat ini secara kumulatif terdapat 64 penerbitan sukuk korporasi oleh emiten dengan total emisi Rp 11,9 triliun dan pada periode November 2014 masih terdapat 36 sukuk yang diterbitkan. Pada periode Mei 2015 tercatat 4 bank yang menerbitkan sukuk yang masih beredar yaitu, PT Bank Internasional

1

Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syari’ah ( Bandung: Penerbit Alfabeta, 2010, Cetakan Pertama), h. 107

2


(16)

Indonesia, PT. Bank Muamalat Indonesia, PT. Bank Nagari Sumatera Barat dan PT. Bank BNI Syariah.3

Sebagai bank syariah pertama Bank Muamalat Indonesia pun merupakan pionir penerbit sukuk dari kalangan perbankan syariah, dimana Bank Muamalat Indonesia menerbitkan Obligasi Syariah 1 Subordinasi pada tahun 2003 sebesar 200 miliyar. Selanjutnya pada Juni 2012 Bank Muamalat kembali menjadi bagian dari 36 perusahaan yang menerbitkan Sukuk Subordinasi Mudharabah Berkelanjutan sebesar 1,5 Triliun secara bertahap. Sukuk Subordinasi Mudharabah Berkelanjutan I tahap I sebesar 800 miliyar pada tahun 2012 dan Sukuk Subordinasi Mudharabah berkelanjutan I tahap II sebesar 700 miliyar pada tahun 2013.4

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa mayoritas investor pada sukuk ini adalah dari sektor perbankan islam, dikarenakan perbankan masih mempunyai banyak masalah dalam pemenuhan aspek likuiditas untuk memenuhi portofolio pembiayaan perbankan, maka penerbitan sukuk ini pun ditujukan untuk kelancaran kegiatan operasional bank karena bertambahnya modal bank akan dialokasikan pada kegiatan usaha bank diantaranya pembiayaan.

3

http://www.ojk.go.id/data-statistik-syariah-sukuk diakses pada 27 Mei 2015 4

http://www.bankmuamalat.co.id/berita/detail/bank-muamalat-issues-subordinated-sukuk-worth-idr-15-trillion#.VZO3o_BRvIV diakses pada 27 Mei 2015


(17)

Diagram 1.1 Diagram Pembiayaan

0 5000000 10000000 15000000 20000000 25000000 30000000

2002 2003 2004 2012 2013 2014

Maret Juni Setember Desember

Sumber: Bank Muamalat Indonesia

Dari data diatas dapat dilihat data pembiayaan baik pada periode pertama penerbitan sukuk maupun periode kedua penerbitan sukuk. Perkembangan pembiayaan terlihat stabil pada periode pertama penerbitan sukuk. Namun terjadi penurunan pembiayaan pada bulan Desember 2013 dan Desember 2014. Keadaan ini berbanding terbalik dengan keadaan seharusnya dimana penerbitan sukuk meningkatkan pembiayaan Bank Muamalat Indonesia. Seiring dengan terjadinya peningkatan pembiayaan Bank Muamalat Indoneia, maka akan meningkatkan pula kemungkinan resiko gagal bayar yang akan terjadi.


(18)

Diagram 1.2 Diagram NPF

0 5 10 15 20 25

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

NPF

NPF

Sumber: Bank Muamalat Indonesia

Dari data diatas terlihat fluktuasi NPF dari tahun ke tahun, baik pada periode sebelum penerbitan maupun sesudah penerbitan obligasi. Namun NPF yang terlalu tinggi pula menunjukkan keadaan bank yang tidak stabil, artinya adanya penambahan modal dari penerbitan sukuk tidak dapat mengimbangi antara pembiayan yang diberikan dengan resiko gagal bayar yang terjadi. Dalam kondisi lain, penerbitan dan pengalokasian dana sukuk terhadap pembiayaan tentu akan berpengaruh pada pengembalian asset dan pengembalian modal yang dimiliki.


(19)

Diagram 1.3

Diagram Rasio Kinerja Bank Muamalat Indonesia

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Grafik Kinerja Bank Muamalat

CAR

ROA

ROE

Sumber: Bank Muamalat Indonesia

Berdasarkan data diatas dapat dilihat fluktuasi kinerja Bank Muamalat baik pada periode pertama maupun periode kedua penerbitan sukuk. Grafik CAR menunjukkan adanya peningkatan dalam kecukupan modal bank walaupun dengan nilai yang tidak terlalu tinggi. Walaupun terdapat penurunan namun tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh penerbitan sukuk terhadap kecukupan modal bank.

Sedangkan disisi lain kinerja Bank Muamalat dapat diukur dengan melihat nilai ROA da ROE karena pengembalian asset dan pengembalian

CAR

ROA ROE


(20)

modal menunjukkan efektifitas bank dalam mengasilkan keuntungan. Melihat data ROA diatas perkembangan ROA baik pada periode pertama maupun periode kedua penerbitan sukuk terlihat cukup stabil. Hal ini menunjukkan bahwa bank dapat memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional. Karena semakin tinggi nilai ROA maka akan menunjukkan efektifitas manajemen aktiva.

Namun dalam data ROE terlihat fluktuasi yang cukup tinggi, bahkan terlihat penurunan yang cukup tajam pada penerbitan sukuk periode pertama yaitu pada tahun 2004 dan terlihat penurunan kembali pada sebelum penerbitan sukuk periode kedua. Hal ini bertentangan dengan keadaan seharusnya dimana bertambahnya modal dari sukuk maka semakin tinggi pula nilai ROE, karena rasio ini akan menunjukkan kemampuan bank dalam manajemen pengembalian kepada pemegang saham.

Melihat fluktuasi pembiayaan dan kinerja bank pasca penerbitan sukuk, penulis ingin mengetahui lebih lanjut seberapa besar pengaruh penerbitan sukuk hingga bank menerbitkan sukuk untuk yang kedua kalinya secara bertahap. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengangkat judul: “Pengaruh Penerbitan Sukuk terhadap Kinerja PT. Bank Muamalat Indonesia periode 2010-2014.


(21)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bank Muamalat Indonesia mengatasi kecukupan modalnya dengan menerbitkan surat berharga yaitu sukuk dimana dapat menghasilkan keuntungan lebih dibandingkan surat berharga lainnya.

2. Kecukupan modal yang baik akan meningkatkan profitabilitas bank. 3. Masalah kecukupan modal akan berakibat pada manajemen liabilitas

dimana bank akan mengurangi profitabilitasnya untuk mengimbangi kerugian yang ada.

4. Pemenuhan kecukupan modal bank akan mempertimbangankan profil resiko yang ada, diantaranya resiko pasar dan resiko kredit.

5. Baik buruknya kecukupan modal bank dapat menjelaskan kebijakan dalam Good Corporate Governance.

C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis membatasi permasalahan pada Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama yang ikut bergabung dalam penerbitan sukuk. Selanjutnya periode pengambilan data dibatasi pada periode 2010-2014 yaitu 2 tahun sebelum penerbitan sukuk dan 2 tahun sesudah penerbitan sukuk. Untuk mengukur kinerja Bank Muamalat Indonesia, penulis membatasi pada rasio permodalan bank yang diukur


(22)

dengan CAR baik sebelum maupun sesudah penerbitan sukuk. Selanjutnya kecukupan modal yang baik akan mempengaruhi profitabilitas bank yang diukur dengan ROE dan ROA.

2. Perumusahan Masalah

Dengan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan penelitian sebagai berikut :

a. Bagaimana pengaruh penerbitan sukuk terhadap kecukupan modal Bank Muamalat Indonesia?

b. Bagaimana pengaruh Return on Equity (ROE) dan Return on Asset (ROA) secara parsial terhadap kecukupan modal bank?

c. Bagaimana pengaruh Return on Equity (ROE) dan Return on Asset (ROA) secara simultan terhadap kecukupan modal bank?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan ini adalah :

1. Menganalisis pengaruh penerbitan sukuk terhadap kinerja Bank Muamalat Indonesia

2. Menganalisis pengaruh ROE dan ROA terhadap kecukupan modal bank secara parsial dan simultan.


(23)

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat kepada :

1. Akademisi, dapat memotivasi akademisi untuk menjadi ekonom kreatif dalam mengembangkan investasi sukuk di dunia pasar modal. 2. Praktisi Perbankan Syariah, dapat mengetahui pengaruh penerbitan

sukuk dalam memaksimalkan kinerja perbankan dan menjadi alternatif pendanaan dalam manajemen liabilitas.

3. Penulis, menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pengaruh penerbitan sukuk terhadap kinerja perbankan khususnya Bank Muamalat Indonesia.

E. Kajian Pustaka

1. Pengaruh Penerbitan Obligasi Syariah (sukuk) terhadap Reaksi Pasar Modal Indonesia oleh Mochamad Rizki Pratama, Universitas Widyatama, Skripsi, 2013.

Penelitian ini ditujukan untuk meneliti secara empiris mengenai penerbitan obligasi syariah (sukuk) terhadap reaksi pasar modal yang dilakukan terhadap perusahan yang menerbitkan sukuk serta terdaftar di Bursa Efek Indonesi (BEI). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel independen tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variable dependen. Hal ini dibuktikan dengan besarnya pengaruh penerbitan obligasi syariah terhadap reaksi pasar modal yaitu sebesar 11,8% sedangkan 88,2 % lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diukur dalam penelitian.


(24)

2. Dampak penerbitan sukuk terhadap kinerja bank syariah (studi kasus pada PT. Bank Syariah Mandiri), oleh Muhammad Handriyo Akbarullah, Universitas Indonesia, Thesis, 2011.

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui dampak dari penerbitan sukuk terhadap pembiayaan, pendapatan margin dan bagi hasil serta kinerja Bank Syariah Mandiri setelah penerbitan sukuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan pembiayaan serta pendapatan margin dan bagi hasil, rasio likuiditas juga menunjukkan peningkatan akan tetapi untuk rasio profitabilitas hanya ROE yang menunjukkan peningkatan, untuk ROA memiliki kecenderungan sama sebelum dan sesudah penerbitan obligasi, sedangkan untuk rasio kecukupan modal mengalami penurunan setelah penerbitan obligasi akan tetapi penurunan dalam taraf yang aman.

3. Pengaruh penerbitan obligasi subordinasi terhadap pembiayaan dan kinerja bank syariah (studi kasus PT. Bank Muamalat Indonesia), oleh Novietha Indra Sallama, Universitas Indonesia, Thesis, 2005.

Tujuan dari penelitian untuk mengetahui kinerja Bank Muamalat Indonesia setelah penerbitan sukuk subordinasi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan pembiayaan dan tingkat kecukupan modal setelah emisi obligasi, tetapi tidak pada kinerja rentabilitas dan likuiditas akibat tingginya tingkat bagi hasil yang ditetapkan bank.


(25)

F. Kerangka Teori a. Sukuk

Obligasi secara syar’i sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 32/DSN-MUI/IX/2002,5 adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obigasi syariah berupa hasil/ margin/ fee, serta membayar kembali dana obigasi pada saat jatuh tempo.

Obligasi syariah (sukuk) pada prinsipnya adalah pendanaan jangka panjang yang berarti modal atau principal dari sukuk itu harus kembali kepada para investor, disamping tambahan keuntungan yang diharapkan. Praktik sukuk harus dilaksanakan secara hati-hati karena berkaitan dengan kinerja unsur-unsur dari semua pihak yang terlibat. Mayoritas investor pada sukuk ini adalah dari sektor perbankan islam, dikarenakan perbankan masih mempunyai banyak masalah dalam pemenuhan aspek likuiditas untuk memenuhi portofolio pembiayaan perbankan, dan sukuk merupakan instrumen yang masih dapat memberikan return yang besar dibandingkan instrumen lain seperti Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.

5

Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syariah, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2010, Cetakan Pertama), h. 107.


(26)

Keputusan bank dalam penerbitan sukuk ini merupakan alternatif pendanaan bank dalam manajemen liabilitas, dimana bank membutuhkan dana likuid dan proses untuk menjamin likuiditas melalui penerbitan sukuk ini bukan tanpa biaya. Pada umumnya pinjaman mempunyai yield yang tinggi tetapi merupakan asset berbunga yang paling tidak likuid. Makin tinggi derajat likuiditas suatu portofolio asset yang tersedia, maka makin rendah yield yang dihasilkan. Untuk memastikan likuiditas, bank terpaksa mengorbankan profitabilitas dalam hal ini nilai ROA.6

b. Sukuk Subordinasi

Sukuk subordinasi adalah sekuritas dengan peringkat di bawah hutang dengan jaminan, setelah obligasi debenture (tidak dijamin oleh aktiva tertentu), dan dalam hal tuntutan terhadap aktiva dan pendapatan atas penerbit seringkali setelah kreditur umum lainnya.

Pinjaman subordinasi dapat dimasukkan sebagai komponen modal bank, karena memiliki waktu jatuh tempo yang relatif panjang dan permanen. Meskipun demikian instrumen hutang ini tidak dapat diklasifikasikan sebagai tier 1, karena pada akhirnya akan jatuh tempo.

Pengakuan sukuk subordinasi sebagai bagian dari modal memberikan insentif bagi bank untuk mengeluarkan instrumen ini. Meskipun demikian

6

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Ciputat: Pustaka Alvabet, 2006 Cetakan ke-4), h. 124


(27)

dalam Basel Accord juga disebutkan sejumlah batasan bagi sukuk subordinasi. Pertama, subdebt diakui hanya 50% dari modal inti. Kedua, modal tier 2 dibatasi maksimal 100% dari modal di tier 1. Meskipun peraturan ini tidak berdampak langsung pada subdebt, bank jumlah elemen modal tier 2 yang cukup besar selain jumlah subdebtnya, akan berkurang keinginannya untuk mengeluarkan subdebt.

Sukuk subordinasi dapat dikategorikan sebagai modal pada bank syariah, dengan menggunakan prinsip mudharabah, sehingga bisa digolongkan dalam sumber dana yang berasal dari kuasi ekuitas (mudharabah Account). Jadi, dana yang berasal dari penerbitan obligasi subordinasi syariah mudharabah itu dapat dikategorikan sebagai modal karena bersumber dari dana mudharabah.

c. Analisis Kinerja Perbankan

Sesuai dengan Peraturan Ototritas Jasa Keuangan No. 8/POJK.03/2014 tentang penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah dan unit usaha syariah, bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan resiko (Risk-based Bank Rating). Peraturan ini menggantikan metode penilaian sebelumnya yaitu berdasarkan Capital, Asset, Management, Equity dan Sensitivity to Market Risk (CAMELS).


(28)

Berdasarkan surat edaran No.10/SEOJK.03/2014 penilaian tingkat kesehatan bank terdiri dari faktor-faktor berikut :7

1. Penilaian Profil Resiko

Penilaian profil resiko merupakan penilaian terhadap resiko inheren dan kualitas penerapan manajemen resiko dalam aktivitas operasional bank. Resiko yang dinilai terdiri dari 8 (delapan) jenis resiko yaitu, resiko kredit, resiko pasar, resiko operasional, resiko likuiditas, resiko hukum, resiko strategik, resiko kepatuhan dan resiko reputasi.

Berdasarkan delapan resiko yang telah disebutkan diatas, profil resiko menjadi dasar penilaian tingkat bank pada saat ini dikarenakan setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh bank sangat memungkinkan akan timbulnya resiko. Rasio utang sering kali dijadikan dasar dalam mengevaluasi resiko, sehingga dapat ditentukan seberapa beresiko suatu bank. Ukuran resiko yang sering digunakan adalah resiko gagal bayar.

Bank dalam kegiatan operasionalnya pun banyak mengalokasikan pada pembiayaan sehingga semakin banyak pembiayaan yang diberikan maka semakin tinggi pula resiko gagal bayar yang akan terjadi. Jika rasio utang bank tinggi, maka beban utang perusahaan pun akan tinggi sehingga modal

7

Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.10/SEOJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah


(29)

yang dimiliki bank harus mampu mem-back up beban utang yang tinggi. Dalam perbankan, resiko gagal bayar diukur dengan Net Performing Financing, sehingga semakin tinggi resiko yang dimiliki maka semakin tinggi kcukukupan modal yang harus dimiliki bank.

2. Penilaian Good Corporate Governance

Penilaian terhadap faktor GCG dalam metode RBBR didasarkan ke dalam tiga aspek utama yaitu, governance structure, governance process, dan governance output. Berdasarkan ketetapan Bank Indonesia yang disajikan dalam Laporan Pengawasan Bank: “governance structure mencakup pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Dewan Direksi serta kelengkapan dan pelaksaan tugas komite. Governance process mencakup fungsi kepatuhan bank, penanganan benturan kepentingan, penerapan manajemen resiko termasuk sistem pengendalian intern, penyediaan dana kepada pihak terkait dan dana besar serta rencana strategis bank. Aspek terakhir governance output mencakup transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan pelaksanaan GCG yang memenuhi prinsip Transparancy, Accountability, Responsibility, Indepedency dan Fairness (TARIF)”.


(30)

3. Penilaian Rentabilitas

Analisis keuntungan atau profitabilitas biasanya didasarkan pada informasi yang terdapat di dalam laporan laba rugi, walaupun demikian, ada beberapa rasio keuntungan yang menggunakan data atau informasi dari neraca. Pada prinsipnya, rasio ini menunjukkan seberapa mampu perusahaan dalam menghasilkan laba, baik dari penjualan yang ada maupun dari asset total yang dimiliki. Rasio-rasio keuntungan yang sering kita jumpai adalah tingkat pengembalian atas asset total (return on asset assets), tingkat pengembalian terhadap modal atau ekuitas (return on equity).

Tingkat pengembalian atas asset (retun on total asset) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa mampu perusahaan menggunakan asset yang ada untuk menghasilkan laba atau keuntungan. Rasio ini merupakan kombinasi dari profit margin dengan perputaran asset total. Tingkat pengembalian asset diukur sebagai perbandingan antara laba bersih setelah pajak dan total asset. Suatu perusahaan dapat dikatakan memiliki tingkat pengembalian atas asset yang baik jika nilai yang diperoleh lebih besar atau lebih tinggi daripada biaya modalnya. Dengan kata lain, tingkat pengembalian atas sebesar 20%, maka perusahaan dapat mampu menghasilkan laba bersi dari asset 20% dari total asset yang dikelolanya. Secara ekonomis, semakin tingi pengembalian yang diperoleh, semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan asset-aset yang dimiliki guna memperoleh laba.


(31)

Tingkat pengembalian atas modal (return on equity) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa mampu perusahaan mengunakan modal yang ada untuk menghasilkan laba atau keuntungan. Tingkat pengembalian atas modal dihitung sebagai perbandingan antara laba bersih setelah pajak dan total equitas. Suatu perusahaan dikatakan memiliki tingkat pengembalian atas modal yang baik jika rasio yang diperoleh lebih besar daripada biaya modalnya. Atau rasio yang diperoleh harus lebih tinggi daripada modal yang dimiliki.

4. Penilaian Permodalan

Penilaian atas faktor permodalan meliputi evaluasi teradap kecukupan modal dan kecukupan permodalan. Dalam melakukan perhitungan permodalan, bank wajib mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai KPMM. Selain itu dalam penilaian kecukupan modal, bank harus mengaitkan kecukupan modal dengan profil resiko bank. Semakin tinggi resiko bank, semakin besar modal yang harus disediakan untuk mengantisipasi resiko. Rasio solvabilitas merupakan rasio yang sering kali digunakan untuk mengukur rasio kecukupan modal.

Dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur permodalan adalah dengan menggunakan CAR (Capital Adequacy Ratio). dimana rasio ini menunjukkan permodalan dalam megukur resiko dan


(32)

cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan, terutama resiko yang terjadi karena gagal bayar.

G. Kerangka Pemikiran

Gambar 1.4 Kerangka Pemikiran Penguatan struktur

permodalan bank

Penerbitan Sukuk Subordinasi Mudharabah Berkelanjutan

yang dialokasikan pada kegiatan operasional

Analisis Regresi Linear Berganda

- Analisis Statistik

Deskriptif

- Uji Asumsi Klasik - Uji Hipotesis

Tambahan modal akan mempengaruhi kinerja bank diukur

dari segi profitabilitas


(33)

H. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang pemilihan judul penelitian. selanjutnya bab ini menguraikan batasan dan rumusan masalah yang dihadapi dari penerbitan sukuk terutama mengenai modal dan kinerja bank

BAB II KAJIAN TEORITIS

Bab ini akan membahas teori terkit tinjauan literatur dan teori-teori yang berkaitan dan menjadi acuan dalam pembahasan materi penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas tentang metode yang digunakan serta menjelaskan alat analisis yang digunakan penulis dalam menjelaskan penelitian yang dilakukan.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan analisis terhadap data penelitian yang dilakukan guna menjawab masalah penelitian.


(34)

Pada bab ini akan diambil kesimpulan mengenai kecukupan modal bank dan kinerja bank dengan adanya tambahan modal dari penerbitan sukuk serta saran-saran kepada bank.


(35)

Modal bagi bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia sesuai dengan pasal 3 ayat (1) sesuai keputusan tersebut modal terdiri atas modal inti dan modal pelengkap1.

1. Modal inti

Modal inti terdiri dari modal disetor dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak. Secara rinci modal inti dapat berupa:

a) Modal disetor, yaitu bagi modal yang disetor secara efektif oleh pemiliknya. Bagi bank yang berbentuk hukum koperasi, modal disetor terdiri atas simpanan pokok dan simpanan wajib para anggotanya. b) Agio saham, yaitu selesih lebih setoran modal yang diterima oleh bank

sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya.

c) Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota sesuai dengan ketentuan pendirian atau anggaran dasar masing-masing bank.

1


(36)

d) Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan setelah mendapat persetujuan RUPS atau RA

e) Laba yang ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak oleh RUPS atau RA diputuskan untuk tidak dibagikan.

f) Laba tahun lalu, yaitu laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak, dan belum ditetapkan penggunaannya oleh RUPS atau RA. Jumlah laba tahun lalu yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%. Dalam hal bank mempunyai saldo rugi tahun-tahun lalu, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.

g) Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan yang diperhitungkan sebagai modal mengalami kerugian, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.

h) Bagian kekayaan bersih dari anak perusahaan yang laporan keuangannya di konsolidasikan, yaitu modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan dengan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut. Yang dimaksud dengan anak perusahaan adalah bank lain, lembaga keuangan atau lembaga pembiayaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh bank.


(37)

Apabila dalam pembukuan bank terdapat goodwill, maka modal inti yang sudah dijelaskan diatas harus dikurangi dengan jumlah goodwill tersebut.

1. Modal pelengkap

Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak dari laba setelah pajak serta pinjaman yang sifatnya dipersamakan dengan modal. Secara rinci modal pelengkap dapat berupa:

a) Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan Direktorat Jendral Pajak.

b) Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, yaitu cadangan yang dibentuk dengan membebani laba rugi tahun berjalan, dengan mkasud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif. Dalam kategori, cadangan ini termasuk cadangan piutang ragu-ragu dan cadangan penurunan nilai surat-surat berharga. Jumlah cadangan pengahapusan aktiva yang diklasifikasikan yang dapat diperhitungkan adalah maksimum sebesar 1,25% dari jumlah aktiva tertimbang menurut resiko.


(38)

a. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan dipersamakan dengan modal dan telah dibayar penuh.

b. Tidak dapat dilunasi atas inisiatif pemilik tanpa persetujuan BI. c. Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal

memikul kerugian bank.

d. Pembayaran bunga dapat ditanguhkan bila bank dalam keadaan rugi.

d) Pinjaman subordinasi yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Ada perjanjian tertulis antara pemberi pinjaman dengan bank b. Mendapat persetujuan BI.

c. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan. d. Minimal berjangka waktu 5 tahun.

e. Pelunasan pinjaman harus dengan persetujun BI.

f. Hak tagih dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir (keduduknnya sama dengan modal).

e) Investasi Subordinasi setinggi-tingginya sebesar 50% dari modal inti yang memenuhi kriteria sebgai berikut:

a. Berdasarkan prinsip mudharabah atau musyarakah b. Ada perjanjian tertulis antara bank dengan investor

c. Mendapat persetujuan lebih dahulu dari Bank Indonesia, dalam hubungan ini pada saat bank mengajukan permohonan


(39)

persetujuan, bank harus menyampaikan program pembayaran kembali investasi subordinasi

d. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh

e. Minimal jangka waktu 5 tahun

f. Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari Bank Indonesia dan dengan pelunasan tersebut permodalan bank tetap sehat

g. Dalam hal terjadi likuidasi hak tagihnya berlaku paling akhir dari segala pinjaman yang ada.

h. Peningkatan nilai penyertaan pada portofolio yang tersedia untuk dijual setinggi-tingginya sebesar 45%.

B. Fungsi Modal Bank

Bank sebagai unit bisnis membutuhkan darah bisnis, yaitu berbentuk modal. Dengan kata lain, modal bank adalah aspek penting bagi suatu unit bisnis bank. Sebab beroperasi tidaknya atau dipercaya tidaknya suatu bank, salah satunya sebagai dipengaruhi oleh kondisi kecukupan modalnya. Menurut Johnson, modal bank mempunyai tiga fungsi2 sebagai berikut :

2

Frank P Johnson dan Richard D. Johnson. Commercial Bank Management, (New York: The Druden Press, 1985), h. 331-332


(40)

1. Sebagai penyangga untuk menyerap kerugian operasional dan kerugian lainnya. Dalam fungsi ini modal memberikan perlindungan terhadap kegagalan atau kerugian bank dan perlindungan teradap kepentingan para deposan.

2. Sebagai dasar bagi menetapkan batas maksimum pemberian kredit. Hal ini adalah merupakan pertimbangan operasional bagi bank sentral, sebagai regulator, untuk membatasi jumlah pemberian kredit kepada setiap individu nasabah bank. Melalui pembatasan ini bank sentral memaksa bank untuk melakukan diversifikasi kredit mereka agar dapat melindungi diri terhadap kegagalan kredit dari satu individu debitur.

3. Modal juga menjadi dasar perhitungan bagi para partisipan pasar untuk mengevaluasi tingkat kemampuan bank secara relatif untuk menghasilkan keuntungan. Tingkat keuntungan bagi para investor diperkirakan dengan membandingkan keuntungan bersih dengan ekuitas. Para partisipan pasar membandingkan return on investment diantara bank-bank yang ada.

Sementra itu, Brenton C. Leavitt, staf Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika, dalam kaitannya dengan fungsi dari modal bank menekankan ada empat hal, yaitu :3

a. Untuk melindungi deposan yang tidak diasuransikan, pada saat bank dalam keadaan insolvable dan dilikuidasi

3

Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Depok: PT. Raja Grapindo Persada, 2014), h. 136-137


(41)

b. Untuk menyerap kerugian yang tidak diharapkan guna menjaga kepercayaan masyarakat bahwa bank dapat terus beroperasi.

c. Untuk memperoleh sarana fisik dan kebutuhan dasar lainnya yang diperlukan untuk menawarkan pelayanan bank.

d. Sebagai alat pelaksanaan peraturan pengendalian ekspansi aktiva yang tidak tepat.

C. Kecukupan Modal Bank

Kecukupan modal merupakan hal penting dalam bisnis perbankan, karena bank yang memiliki tingkat kecukupan modal baik menunjukkan indikator sebagai bank yang sehat. Sebab kecukupan modal baik menunjukkan keadaaan yang dinyatakan dengan suatu rasio tertentu yang disebut rasio kecukupan modal atau Capital Equity Ratio (CAR). Tingkat kecukupan modal ini dapat diukur dengan cara :4

1. Membandingkan modal dengan dana-dana pihak ketiga

Dilihat dari suduut perlindungan kepentingan para deposan, perbandingan antara modal dengan pos-pos pasiva merupakan petunjuk tentang keamanan simpanan masyarakat pada bank. Rasio antara modal dan simpanan masyarakat harus dipadukan dengan memperhitungkan aktiva yang mengandung resiko. Oleh karena itu, modal harus dilengkapi oleh berbagai

4

Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006, Cetakan ke-4), h.139-140


(42)

cadangan sebagai penyangga modal, sehingga secara umum modal bank sendiri dari modal inti dan modal pelengkap.

2. Membandingkan modal dengan aktiva berisiko.

Ukuran kedua ini menjadi kesepakan BIS (Bank for International Settelments) yaitu organisasi bank sentral dari negara-negara maju. Kesepakatan tentang ketentuan permodalan itu dicapai pada tahun 1988, dengan menetapkan CAR, yaitu rasio minimum yang mendasarkan kepada perbandingan antara modal dengan aktiva berisiko.

Kesepakatan ini dilatarbelakangi oleh hasil pengamatan para ahli perbankan negara-negara maju, termasuk para pakar IMF dan Worl Bank, tentang adanya ketimpangan struktur dan sistem perbankan internasional. Hal ini didukung beberapa indikasi sebagai berikut :

a. Krisis pinjaman negara-negara Amerika Latin telat mengganggu kelancaran arus peredaran uang internasional

b. Persaingan yang dianggap unfair antara bank Jepang dengan bank-bank Amerika dan Eropa di Pasar Uang Internasional. Bank-Bank Jepang memberikan pinjaman amat lunak (sangat rendah) karena ketentuan CAR di negara tersebut hanya berkisar 2-3%

c. Terganggunya situasi pinjaman internasional yang berakibat terganggunya perdagangan internasional.


(43)

Berdasarkan indikasi-indikasi tersebut, lalu BIS menetapkan ketentuan perhitungan CAR yang harus diikuti oleh bank-bank di seluruh dunia sebagai aturan main dalam kompetisi yang fair di pasar keuangan global, yaitu rasio minimum 8% permodalan terhadap aktiva berisiko.

D. Manajemen Dana Bank

Manajemen dana bank merupakan usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat. Perolehan dana ini tergantung dari bank itu sendiri, apakah dari simpanan masyarakat atau dari lembaga lainnya. Kemudian untuk membiayai operasinya, dana dapat pula diperoleh dari modal sendiri, yaitu dengan mengeluarkan atau menjual saham. Perolehan dana disesuaikan pula dengan tujuan dari penggunaan dana tersebut, pemilihan sumber dana akan menentukan besar kecilnya biaya yang ditanggung. Oleh karena itu, pemilihan sumber dana harus dilakukan secara tepat. Secara garis besar sumber dana bank dapat diperoleh dari:5

1. Dana yang diperoleh dari bank itu sendiri

Perolehan dana dari sumber bank itu sendiri (modal sendiri) maksudnya adalah dana yng diperoleh dari dalam bank. perolehan ini biasanya digunakan apabila bank mengalami kesulitan untuka memperoleh dana dari luar. Kemudian dana ini dapat pula dicari sesuai dengan tujuan bank itu sendiri.

5


(44)

Salah satu jenis dana yang bersumber dari bank itu sendiri adalah modal setor dari pemegang sahamnya. Apabila saham yang terdapat dalam portopel belum habis terjual, sedangkan kebutuhan dana masih perlu, pencariannya dapat dilakukan dengan menjual saham kepada pemegang saham lama. Akan tetapi, jika tujuan perusahaan untuk melakukan ekspansi, maka perusahaan dapat mengeluarkan saham baru di pasar modal. Di samping itu, dana yang bersumber dari bank itu sendiri dapat pula berupa cadangan laba, atau laba yang belum dibagi.

Keuntungan dari sumber dana itu sendiri adalah tidak perlu membayar bunga yang relatif lebih besar daripada jika meminjam ke lembaga lain. Keuntungan lainnya adalah mudah untuk memperoleh dana yang diinginkan. Sedangkan kerugiannya adalah untuk jumlah dana yang relatif besar harus melalui berbagai prosedur yang relatif lama. Kemudian perlu diingat bahwa penggunaan dana sendiri harus diseimbangkan dengan dana pinjaman sehingga rasio penggunaan dana pinjaman dan dana sendiri dapat dioptimalkan sedemikian rupa.

2. Dana yang berasal dari masyarakat luas

Sumber dana ini merupakan sumber dana yang terpenting bagi kegiatan operasional bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini relatif paling mudah jika dibandingkan dengan sumber lainnya.


(45)

Mudah dikarenakan jika dapat memberikan bunga yang relatif lebih tinggi dan dapat memberikan fasilitas menarik.

Untuk memeperoleh dana dari masyarakat luas bank dapat menggunakan tiga macam jenis simpanan rekening, yaitu simpanan giro, simpanan tabungan dan simpanan deposito. Masing-masing jenis simpanan memiliki keunggulan tersendiri sehingga bank harus pandai dalam mensiasati pemilihan sumber dana.

Kemudian keuntungan dari sumber ini dana yang tersedia di masyarakat tidak terbatas. Sedangkan kerugiannya adalah sumber dana dari sumber ini relatif lebih mahal jika dibandingkan dari dana sendiri untuk biaya bunga maupun biaya promosi.

3. Dana yang bersumber dari lembaga lain

Dalam praktiknya, sumber dana yang ketiga ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana pertama dan kedua di atas. Pencarian sumber dana ini relatif lebih mahal dan sifatnya hanya sementara waktu saja. Dana yang diperoleh dari sumber ini digunakan untuk membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu. Perolehan dana dari sumber ini antara lain:

a. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), merupakan kredit yang diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditasnya. Kredit likuiditas ini juga diberikan kepada pembiayaan sektor-sektor usaha tertentu.


(46)

b. Pinjaman antarbank (call money). Biasanya pinjaman ini diberikan kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring dan tidak mampu untuk membayar kekalahannya. Pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi jika dibandingan dengan pinjaman lainnya.

c. Pinjaman dari bank luar negeri. Merupakan pinjaman yang diperoleh perbankan dari pihak luar negeri.

d. Surat Berharga Pasar Uang (SPBU). Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan SPBU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan keuangan maupun non keuangan. SPBU diterbitkan dan ditawarkan dengan tingkat sukuk bunga sehingga masyarakat tertarik untuk membelinya.

E. Manajemen Liabilitas

Secara sederhana arti likuiditas adalah tersedianya uang kas yang cukup apabila sewaktu-waktu diperlukan. Secara garis besar manajemen likuiditas terdiri dari dua bagian, yaitu:6

1. Memperkirakan kebutuhan dana, yang berasal dari pengimpunan dana dan untuk penyaluran dana dan berbagai komitmen pembiayaan.

6

Dwi Nuraini ihsan, Manajemen Treasury Bank Syariah, (Ciputat: UIN Press, 2015, Cetakan Pertama), h. 269-270


(47)

2. Bagaimana bank bisa memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Oleh karena itu, bank harus mampu mengidentifikasi karakteristik setiap produk bank baik disisi aktiva maupun pasiva serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Kemampuan likuiditas asset tergantung pada dua faktor utama, yaitu kandungan daya cair asset itu sendiri dan daya jual asset tersebut. Daya cair asset ditentukan oleh pelaksanaan pemenuhan syarat-syarat penjualan asset tersebut, baik jangka waktu maupun waktu pembayarannya. Sedangkan daya jual aset ditentukan oleh kemampuan pengalihan asset tersebut kepada pihak lain secara final atau keberhasilan penawaran kepada pihak lain untuk berpartisipasi mendanai dana tersebut. Berikut jenis dana bank dalam manajemen liabilitas:7

1. Primary Reserve

Yaitu pengalokasian dana untuk memnuhi kebutuhan likuiditas bank. Di neraca tercermin dalam kas dan giro pada Bank Indonesia. Kegunaan primary reserve antara lain.

a. Menyediakan saldo Giro BI sesuai ketentuan

b. Menyediakan saldo kas secukupnya untuk operasional c. Menjaga penarikan dana penabung/deposan/giran d. Menjaga penarikan dana dari debitur/peminjam 2. Secondary reserve

7

Dwi Nuraini ihsan, Manajemen Treasury Bank Syariah, (Ciputat: UIN Press, 2015, Cetakan Pertama), h. 273-274


(48)

Yaitu cadangan yang berfungsi sebagai penyangga dan menunjang kebutuhan primary reserve terhadap likuiditas dan dapat segera menjadi alat likuid. Biasanya berupa penempatan antar bank dan surat berharga jangka pendek yang mudah dicairkan dengan tidak mengalami kerugian terlalu banyak dan juga dapat memberikan pendapatan pada bank walaupun dalam jumlah yang kecil dari pendapatan bagi hasil dari margin pembiayaan. Keguanaan secondary reserve antara lain:

a. Menjaga kebutuhan alat likuid jangka pendek dan kebutuhan musiman b. Menjaga kebutuhan alat likuid yang tidak terduga terhadap penarikan

dana

c. Meminimalkan jumlah dana yang idle 3. Maturity Gap

Yaitu selisih antara asset dan liabilititas pada periode tertentu berdasarkan jatuh tempo masing-masing perkiraan di on balance sheet dan off balance sheet.

F. The Shiftability Theory

Teori ini berpendapat bawa likuiditas bank dapat dipertahankan apabila bank mempunyai harta (assets) yang dapat dijual kepada investor lain. Dengan menjual asset tersebut bank segera dapat memperoleh uang tunai (likuiditas). Menurut teori ini likuiditas bank dapat dipertahankan bila


(49)

dana-dana yang dapat dihimpun diinvestasikan pada surat-surat berharga yang marketable, yang mudah dicairkan dalam bentuk uang tunai.8

Kelemahan teroi ini, dalam proses shifting (jual/beli) asset tersebut bisa saja mengalami kerugian karena penurunan harga atau nilai kurs. Kerugian bisa lebih besar lagi bila proses jual beli dilakukan secara terpaksa dan tergesa-gesa karena kebutuhan likuiditas.

G. Sukuk

Istilah sukuk merupakan bentuk jama’ dari kata sakk yang berasal dari

bahasa arab yang dapat diartikan sebgai sertifikat. Meskipun sebenarnya memiliki pengertian yang berbeda, sukuk sebagai salah satu produk dasar modal syariah yang sering disejajarkan dengan obligasi. Sukuk juga sering diistilahkan sebagai obligasi syariah. Istilah sukuk mulai digunakan Pasar Modal Indonesia sejak tahun 2006 sejalan dengan terbitnya Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.A.13 tentang penerbitan Efek Syariah.9 Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-181/BI/2009 tentang Penerbitan Efek Syariah dijelaskan pengertian sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas:

1. Asset berwujud tertentu

8

Dwi Nuraini Ihsan, Manajemen Treasury Bank Syariah, (Ciputat: UIN Press, 2015, Cetakan Pertama), h. 279

9


(50)

2. Nilai manfaat atas asset berwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang aka nada. Jasa yang sudah ada maupun yang aka nada

3. Asset proyek tertentu

4. Kegiatan investasi yang telah ditentukan.

Sejauh ini, obligasi syariah diatur dalam fatwa DSN MUI antara lain Fatwa DSN MUI No. 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah10, No. 41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah dan No. 59/DSN-MUI/V/2007 tentang Obligasi Syariah Mudharabah Konversi.11

Secara umum, sukuk adalah kekayaan pendukung pendapatan yang stabil, dapat diperdagangkan dan sertifikat yang sesuai dengan syariah. Kondisi utama mengapa sukuk ini dikeluarkan adalah sebagai penyeimbang dari kekayaan yang terdapat dalam neraca keuangan pemerintah, penguasa moneter, perusahaan, bank dan lembaga keuangan serta bentuk entitas lainnya yang memobilisasi dana masyarakat. Emiten atau pihak yang menerbitkan sukuk dapat berasal dari institusi pemerintahan, perusahaan swasta, lembaga keuangan, maupun otoritas moneter.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa obligasi syariah atau sukuk merupkan bukti kepemilikan atau bukti kerja sama yang memiliki pengertian lebih luas dan lebih beragam daripada sekedar surat pengakuan

10

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah Dewan Syariah Nasional MUI, (Ciputat: Erlangga, 2014), h. 579-583

11


(51)

utang (obligasi), tergantung dari perjanjian yang digunakan pada penerbitan sukuk tersebut. Selain itu, berbeda dengan obligasi, dalam setiap penerbitan sukuk wajib ada asset yang mendasari. Adanya obligasi syariah sebagai alternatif atas obligasi sebagai surat hutang tanpa underlying asset. Berdasarkan prinsip syariah dimana melarang adanya riba yang sering kali terdapat dalam surat hutang. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an A l-Kariem surat An-Nisa 29:

ا ت ع ً ٰجت كت أ ّّإ لطٰ لٱب مك يب مكل ٰ مأ ۟ا ٓ لكأت َ ۟ا ماء ي ّلٱ ا ّيأٰٓي

ۚ مك م ۢ ض

ا ًۭ يح مكب اك ّّٱ ّ إ ۚ مكسف أ ۟ا ٓ لتقت َ

"Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan harta sesama kalian dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perniagaan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kalian. Dan janganlah kalian membunuh diri kalian. Sungguh Allah Maha Penyayang kepada kalian."

H. Macam-macam Sukuk

Terdapat berbagai macam sukuk yang diterbitkan pada masa kontemporer, diantaranya:12

1. Sukuk Mudharabah

Sukuk atau sertifikat mudharabah dapat menjadi instrumen dalam meningkatkan partisipasi publik pada kegiatan investasi dalam suatu

12

Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, Cetakan 1), h. 116-119


(52)

perekonomian. Jenis ini merupakan sertifikasi yang mewakili proyek atau kegiatan yang dikelola berdasarkan prinsip mudharabah dengan menunjuk partner atau pihak lain sebagai mudarib untuk manajemen bisnis. Penjualan sukuk mudharabah harus mengikuti aturan berikut:

a. Jika modal mudharabah, sebelum beroperasinya proyek tertentu, adalah masih berbentu utang, perdagangan SM akan seperti pertukaran uang dengan uang dan hal tersebut harus memenuhi aturan bay al sharf

b. Jika modal muqaradah adalah bentuk utang, harus didasarkan pada prinsip-prinsip perdagangan utang dalam hukum islam.

c. Jika modal adalah dalam bentuk kombinasi tunai, tagihan, barang, asset, dan manfaat riil. Perdagangan harus didasarkan pada pasar yang berkembang berdasarkan persetujuan kedua belah pihak.

2. Sukuk Ijarah

Sukuk ijarah adalah sekuritas yang mewakili kepemilikan asset yang keberadaannya jelas dan diketahui, yang melekat pada kontrak sewa beli. Sewa dimana pembayaran return pada pemegang sukuk. Berkat fleksibillitas pada aturan ijarah, pelaksanaan sekuritisasi kontrak ijarah merupakan faktor kunci dalam mengatasi masalah manajemen likuiditas dan untuk pembiayaan kebutuhan-kebutuhan sektor public di negara-negara berkembang.


(53)

Sukuk ijarah dianggap instrumen investasi jangka panjang yang ideal karena lebih mudah dipasarkan pada pasar sekunder dan memberikan return yang diketahui oleh investor.terdapat dua macam bentuk sukuk ijarah, yaitu:

a. Sukuk ijarah dengan pendapatan tetap dimana sewa yang didapatkan bersifat tetap selama masa kontrak

b. Sukuk ijarah dengan pendapatan tidak tetap yaitu dimana tingkat sewa bersifat tidak tetap karena ia kembali diperbaharui secara periodic sesuai dengan gerakan tingkat sewa pasar yang dipatok berdasarkan kontrak persetujuan akad ijarah.

3. Sekuritas/ Sukuk Portofolio Gabungan

Jenis sukuk ini bank dapat membuat sekuritas gabungan dari berbagai kontrak untuk melaksanakan tugas tertentu dengan menetapkan pembayaran pada periode tertentu. Return/ resiko pada sekuritas tersebut akan bergantung pada gabungan kontrak yang dipilih. Contoh yang terkenal dari sukuk portofolio gabungan adalah solidarity trust sukuk dari IDB untuk 400 juta dollar Amerika yang diterbtkan pada tahun 2003.

I. Sukuk Subordinasi

Sukuk subordinasi adalah sekuritas dengan peringkat di bawah hutang dengan jaminan, setelah obligasi debenture (tidak dijamin oleh aktiva


(54)

tertentu), dan dalam hal tuntutan terhadap aktiva dan pendapatan atas penerbit seringkali setelah kreditur umum lainnya.13

Sukuk subordinasi dapat dimasukkan sebagai komponen modal bank, karena memiliki waktu jatoh tempo yang relatif panjang dan permanen. Meskipun demikian instrumen hutang ini tidak dapat diklasifikasikan sebagai tier 1, karena pada akhirnya akan jatuh tempo.

Pengakuan obligasi subordinasi sebagai bagian dari modal memberikan insentif bagi bank untuk mengekuarkan instrumen ini. Meskipun demikian dalam Basel Accord juga disebutkan sejumlah batasan bagi obligasi subordinasi. Pertama, subdebt diakui hanya 50% dari modal inti. Kedua, modal tier 2 dibatasi maksimal 100% dari modal di tier 1. Meskipun peraturan ini tidak berdampak langsung pada subdebt, bank jumlah elemen modal tier 2 yang cukup besar selain jumlah subdebtnya, akan berkurang keinginannya untuk mengeluarkan subdebt.

Obligasi subordinasi syariah dapat dikategorikan sebagai modal pada bank syariah, dengan menggunakan prinsip mudharabah, sehingga bisa digolongkan dalam sumber dana yang berasal dari kuasi ekuitas (mudharabah account). Jadi, dana yang berasal dari penerbitan obligasi subordinasi syariah mudharabah itu dapat dikategorikan sebagai modal karena bersumber dari dana mudharabah.

13

Novietha Indra Sallama, Pengaruh Penerbitan Obligasi Subordinasi terhadap Pembiayaan dan Kinerja Bank Syariah (studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia), (Thesis S2 Program Studi Timur Tenah dan Islam, Universitas Indonesia, 2005), h. 40-41


(55)

J. Analisis Kinerja Perbankan

Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang penilaian tingkat kesehatan bank umum, bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakanpendekatan resiko. Peraturan ini menggantikan metode penilaian sebelumnya yaitu berdasarkan Capital, Asset, Management, Equity dan Sensitivity to Market Risk (CAMELS). Berdasarkan surat edaran 13/24/DPNP penilaian tingkat kesehatan bank terdiri dari faktor-faktor berikut :14

1. Penilaian Profil Resiko

Penilaian profil resiko merupakan penilaian terhadap resiko inheren dan kualitas penerapan manajemen resiko dalam aktivitas operasional bank. Resiko yang dinilai terdiri dari 8 (delapan) jens resiko yaitu, resiko kredit, resiko pasar, resiko operasional, reiko likuiditas, resiko hukum, resiko strstegik, resiko kepatuhan dan resiko reputasi.

Berdasarkan delapan resiko yang telah disebutkan diatas, profil resiko menjadi dasar penilaian tingkat bank pada saat ini dikarenakan setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh bank sangat memungkinkan akan timbulnya resiko. Rasio utang sering kali dijadikan dasar dalam mengevaluasi resiko, sehingga

14

Surat Edaran BI No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum


(56)

dapat ditentukan seberapa beresiko suatu bank. Ukuran resiko yang sering digunakan adalah resiko gagal bayar.

Bank dalam kegiatan operasionalnya pun banyak mengalokasikan pada pembiayaan sehingga semakin banyak pembiayaan yang diberikan maka semakin tinggi pula resiko gagal bayar yang akan terjadi. Jika rasio utang bank tinggi, maka beban utang perusahaan pun akan tinggi sehingga modal yang dimiliki bank arus mampu mem-back up beban utang yang tinggi. Dalam perbankan, resiko gagal bayar diukur dengan Net Performing Financing, seingga semakin tinggi resiko yang dimiliki maka semakin tinggi kcukukupan modal yang harus dimiliki bank.

2. Penilaian Good Corporate Governance

Penilaian terhadap faktor GCG dala metode RBBR didasarkan ke dalam tiga aspek utama yaitu, governance structure, governance process, dan governance output. Berdasarkan ketetapan Bank Indonesia yang

disajikan dalam Laporan Pengawasan Bank: “governance structure

mencakup pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Dewan Direksi serta kleengkapan dan pelaksaan tugas komite. Governance process mencakup fungsi kepatuhan bank, penanganan benturan kepentingan, penerapan manajemen resiko termasuk sistem pengendalian intern, penyediaan dana kepada pihak terkait dan dana besar serta rencana strategis


(57)

bank. Aspek terakhir governance output mencakup transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan pelaksanaan GCG yang memenuhi prinsip Transparancy, Accountability, Responsibility, Indepedency dan Fairness (TARIF)”.

3. Penilaian Rentabilitas

Anlisis keuntungan atau profitabilitas biasanya didasarkan pada informasi yang terdapat di dalam laporan laba rugi, walaupun demikian, ada beberapa rasio keuntungan yang menggunakan data atau informasi dari neraca. Pada prinsipnya, rasio ini menunjukkan seberapa mampu perusahaan dalam menghasilkan laba, baik dari penjualan yang ada maupun dari asset total yang dimiliki. Rasio-rasio keuntungan yang sering kita jumpai adalah tingkat pengembalian atas asset total (return on asset assets), tingkat pengembalian terhadap modal atau ekuitas (return on equity).

4. Penilaian Permodalan

Penilaian atas faktor permodalan meliputi evaluasi teradap kecukuan modal dan kecukupan permodalan. Dalam melakukan perhitungan permodalan, bank wajib mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai KPMM. Selain itu dalam penilaian kecukupan modal, bank harus mengaitkan kecukupan modal dengan profil resiko bank. Semakin


(58)

tinggi resiko bank, semakin besar modal yang harus disediakan untuk mengantisipasi resiko.

Parameter/indikator dalam menilai permodalan meliputi: a. Kecukupan modal

Penilaian kecukupan modal Bank Umum Syariah perlu dilakukan secara komprehensif, minimal mencakup:

1. Tingkat, trend dan komposisi modal.

2. Rasio Kewajiban Penyertaan Modal Minimum dengan memperhitungkan Resiko Kredit, Resiko Pasar dan Resiko Operasional dengan mengacu kepada ketentuan yang berlaku mengenai kewajiban penyertaan modal minimum bagi Bank Umum Syariah

3. Kecukupan modal dikaitkan dengan Profil Resiko b. Pengelolaan permodalan

Analisis terhadap pengelolaan permodalan Bank Umum Syariah meliputi manajemen permodalan dan kemampuan akses permodalan. Dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur permodalan adalah dengan menggunakan CAR (Capital Adequacy Ratio). dimana rasio ini menunjukkan permodalan dalam megukur resiko dan cadangan penghapusan


(59)

dalam menanggung perkreditan, terutama resiko yang terjadi karena gagal bayar.

K. Return on Asset (ROA)

Tingkat pengembalian atas asset (return on assets) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa mampu perusahaan menggunkan asset yang ada untuk menghasilkan (memperoleh) laba atau keuntungan. Rasio ini merupakan kombinasi dari profit margin dengan perputaran total asset (total assets turnover). Rumus yang dipakai untuk menghitung ROA di bank syariah yaitu sebagai berikut:15

ROA = x 100%

Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupah asset yang digunakan. Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan dalam kegiatan operasional perusahaan. Suatu perusahaan dapat dikatakan memiliki pengembalian atas asset yang baik jika nilai yang diperoleh lebih besar atau lebih tinggi daripada biaya modalnya. Atau lebih spesifik, tingkat pengembalian yang diperoleh harus lebih besar daripada asset-aset yang dimiliki. Secara ekonomis, semakin tinggi tingkat

15


(60)

pengembalian yang diperoleh, semakin tinggi pula kemampuan perusahaan yang memanfaatkan asset-aset yang dimiliki guna memperoleh laba.

L. Return on Equity (ROE)

Return on Equity merupakan rasio yang menunjukkan seberapa mampu perusahaan menggunakan modal yang ada untuk menghasilkan laba atau keuntungan. Rasio ini menunjukkan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan tingkat kembalian pada pemegang saham. Sebagai pembanding untuk rasio ini adalah tingkat sukuk bunga bebas resiko. Rumus yang dipakai bank syariah untuk menghitung ROE adalah:16

ROE = x 100%

Suatu perusahaan dikatakn memiliki tingkat pengembalian atas modal yang baik jika rasio yang diperoleh lebih besar atau lebih tinggi

daripada modalnya. Atau lebih spesifik, rasio yang diperoleh harus lebih besar daripada biaya modal yang dimiliki. Jika suatu perusahaan nemiliki tingkat pengembalian atas modal 25%maka dikatakan bahwa selama satu periode akuntansi, perusahaan mampu menghasilkan laba bersih 25% dari modal total yang dikelolanya. Secara ekonomis, semakin tinggi tingkat pengembalian yang diperoleh, maka akan semakin tinggi pula kemampuan perusahaan

16


(61)

dalam memnfaatkan modal yang dimliki guna memperoleh laba. Dengan kata lain, rasio ini mencerminkan tingkat efesiensi penggunaan modal dalam menghasilkan laba atau keuntungan bersih.

M. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misal kredit yang diberikan. Untuk mencari rasio ini perlu terlebih dahulu mengetahui estimasi risiko yang akan terjadi dalam pemberian kredit yang akan terjadi dalam perdagangan surat-surat berharga. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:17

CAR = x 100%

CAR merupakan indicator kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang

17


(62)

disebabkan oleh aktiva yang beresiko. Berdasarkan ketentuan yang dibuat Bank Indonesia dalam rangka tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, teradpat ketentuan modal bank terdiri dari modal inti dan modal penengkap sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.

Di samping itu, ketentuan BI juga mengatur cara perhitungan aktiva tertibang menurut resiko, yang terdiri atas jumlah antara ATMR yang dihitung berdasarkan nilai masing-masing pos aktiva pada neraca bank dikalikan dengan bobot resikonya masing-masing ATMR yang dihintung berdasarkan nilai masing-masing pos aktiva pada rekening administratif bank dikalikan dengan bobot resikonya masing-masing.

N. Pengaruh Rasio-rasio Keuangan Bank terhadap Bank

pencapaian dan kemajuan bank dalam ekspansi kegiatan operasional tentu didukung oleh kebijakan operasional terlebih lagi adanya hambatan dari kondisi pasar yang semakin memburuk dengana danya inflasi. Penerbitan sukuk merupakan solusi yang diambil pihak bank dalam mengatasi kecukupan modal bank agar tetap dapat menjalankan kegiatan operasional bank dan tetap dapat menunjukkan kinerja bank dalam menghasilkan profitabilitas.

Perusahaan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis efektifitas kinerja perusahaan harus melihat rasio keuangan yang dimiliki dan dibandingkan dengan standard dan tolak ukur yang memadai. Adapun dalam


(63)

penelitian ini hanya mengulas mengenai faktor utama yang mempengaruhi CAR secara langsung.

1. Pengaruh Sukuk terhadap CAR

Di tengah kondisi perekonomian yang semakin memburuk dengan kurs dollar yang semakin tinggi terhadpa nilai rupiah bank harus tetap menunjukan kinerja yang baik, baik dari permodalan bank dan kinerja bank itu sendiri. Dalam mendukung ekspansi pembiayaan sesuai target yang diinginkan, peningkatan modal dipenuhi melalui penerbitan sukuk oleh Bank Muamalat pada tahun 2012. Dengan begitu ketika adanya penerbitan sukuk tentu akan meningkatkan kecukupan modal yang dimiliki bank.

2. Pengaruh ROE terhadap CAR

ROE menunjukkan kesuksesan bank dalam memaksimalkan tingkat pengembalian modal pada pemegang saham. Sehingga ketika terjadi peningkatan ROE tentu akan meningkatkan kecukupan modal yang dimiliki bank. Namun seiring memburuknya kondisi perekonomian global dapat menjadi hambatan juga dalam memaksimalkan profitabilitas bank. Sehingga kerap kali peningkatan ROE malah menurunkan nilai CAR.

3. Pengaruh ROA terhadap CAR

ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan menfaatkan aktiva atau asset yang dimiliki. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi


(64)

penggunaan asset. Sehingga CAR yang merupakan salah satu indicator ukuran kinerja bank akan meningkat karena ketika terjadi kerugian, maka modal bank digunakan untuk menutupi segala kerugian agar tetap terjaga stabilitas keuangan bank.

O. Hipotesis

Proposisi sebagai sebuah pernyataan mengenai konsep yang mungkin dipertimbangkan sebagai benar atau salah jika mengacu kepada fenomena yang dapat diamati. Ketika proposisi diformulasikan untuk pengujian empiris, hal ini disebut hipotesis.18

Berdasarkan teori yang sudah dijelaskan diatas serta keterkaitan antara penerbitan sukuk dengan kinerja bank, maka hipotesis yang diajukan oleh penulis sebagai jawaban sementara terhadap permasalaan yang akan diteliti adalah sebagai berikut.

H1 = Perbitan sukuk berpengaruh signifikan terhadap CAR

H2 = ROE berpengaruh signifikan terhadap CAR

H3 = ROA berpengaruh signifikan terhadap CAR

H4 = Perbitan sukuk, ROA dan ROE berpengaruh signifikan terhadap CAR

18

Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis (Yogyakarta: PFE, 2002), h. 72


(65)

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah untuk melihat variabel penerbitan sukuk dan profitabilitas yang diukur melalui ROA dan ROE apakah mempengaruhi kinerja Bank Muamalat Indonesiadari sisi permodalan yang diukur dengan CAR pada tahun 2010-2014 dimana merupakan periode kedua penerbitan sukuk. Periode penerbitan sukuk pun dibagai menjadi dua, yaitu periode sebelum dan sesudah penerbitan sukuk, dengan data masing-masing periode sebanyak 2 tahun sebelum penerbitan sukuk dan 2 tahun setelah penerbitan sukuk.

B. Metode Penentuan Sampel

Penentuan sampel diperoleh dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu penarikan sampel dengan pertimbangan tertentu yang didasarkan pada kepentingan atau tujuan penelitian. Penarikan sampel dengan teknik purposive sampling pun dibagi dua cara yaitu, convience sampling dan judgment samping. Dalam penelitian ini menggunakan convience sampling dimana penarikan sampel berdasarkan keinginan peneliti sesuai dengan karakteristik sampel. Adapun kriteria tersebut meliputi :

1. Perusahaan Perbankan Syariah yang sudah 2 kali menerbitkan sukuk dalam periode 2000-2015.


(66)

2. Sukuk yang masih beredar sampai periode Juni 2015 yang diterbitkan oleh perusahaan perbankan syariah.

Dari kriteria yang sudah disebutkan diatas maka PT. Bank Muamalat Indonesia terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini.

C. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara dan diolah kembali oleh peneliti. Data sekunder yang digunakan adalah data cross section triwulan tahun 2010-2014.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari laporan neraca, laporan kualitas aktiva produktif dan laporan rasio keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia, laporan keuangan Otoritas Jasa Keuangan, dokumen-dokumen perusahaan atau organisasi dan media online lainnya.

D. Definisi Variabel Operasional

Variabel dependen atau biasa disebut variabel terikat adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah CAR. Capital Adequacy Ratio (CAR) digunakan untuk melihat kinerja bank dari tingkat kecukupan modal bank. Untuk mencari rasio ini perlu terlebih dahulu mengetahui estimasi risiko yang akan terjadi dalam pemberian kredit yang


(67)

akan terjadi dalam perdagangan surat-surat berharga. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

CAR = x 100%

Sedangkan variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang membantu menjelaskan varians dalam variabel terikat. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, variabel penerbitan sukuk, Return On Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE).

Sukuk merupakan salah satu cara bank dalam mengatasi liabilitas bank yang akan mempengaruhi kecukupan modal Bank Muamalat Indonesia. Variabel penerbitan sukuk ini berbentuk variabel dummy, dengan 1 untuk periode setelah penerbitan sukuk dan 0 untuk periode setelah penerbitan sukuk.

Return on Equity (ROE) diunakan untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik. Rasio menunjukkan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan tingkat kembalian pada pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat kembalian yang lebih besar pada pemegang saham. Sebagai pembanding untuk rasio ini adalah tingkat sukuk bunga bebas risiko misalkan sukuk bunga sertifikat Bank Indonesia. Variabel ROE ini didefinisikan sebagai berikut:


(68)

Return on Asset disebut juga Earning power menurut sistem Du Pont. Rasio ROA menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah asset yan digunakan. Dengan mengetahui rasio ini kita dapat menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberi ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menujunjukkan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Variabel ROA didedinisikan sebagai berikut:

ROA = Laba Bersih / Total Aktiva E. Teknik Analisis Data

Variabel dependen dalam penelitian ini, yaitu CAR dengan prediksi bahwa variabel dependen tersebut dipengaruhi oleh variabel independen yaitu penerbitan sukuk, Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE).

Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis melalui beberapa tahap. Pertama analisis deskriptif yaitu dilakukan dengan mengetahui disperse dan distribusi data. Kemudian dilakukan analisis inferensial menggunakan model regresi linear berganda dengan menggunakan perangkat lunak SPSS Statistic. 20

1. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi dengan variabel dummy. Regresi variabel dummy hampir sama dengan regresi linear berganda, dimana berguna untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Akbarullah, Muhammad Handriyo. Dampak Penerbitan Sukuk terhadap Kinerja Bank Syariah (studi kasus pada PT. Bank Syariah Mandiri). Tesis, PSTTUI. Depok. 2011.

Arifin, Zainul. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006.

Darmawi, Herman. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011.

Darsono dan Ashari, Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Yogyakarta: ANDI, 2005.

Dendawijaya, Lukman. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009. Evanoff, Douglas D dan Larry D. Wall. Sub-Debt Yield Spreads as Rank Risk

Measures. Jurnal, Federan Reseve Bank of Atlanta Chicago, May 2001. Estrella, Arturo. Cost and Benefits of Mandatory, Subordinated Debt Regulation for

Bank. Jurnal, Reasearch and Mrket Analisys Group Federal & Reserve Bank of New York, October 2000.

Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013.

Gumanti, Tatang Ary. Manajemen Investasi : Konsep, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011.

Handayani, Diah Agustine Tri. Analisa Kinerja Bank Ditinjau dari Rasio Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas dan Efisiensi Biaya (studi kasus PT. BNI Persero, Tbk). Tesis, MMUI. 2004.


(2)

http://www.ojk.go.id/data-statistik-syariah-sukuk

Iljas, Achjar. Perbankan Syariah: tinjauan terhadap Pembiayaan Bagi Hasil, Jurnal Equilibrium, Volume2, Nomor 2, Mei-Agustus 2004

Ihsan, Dwi Nuraini. Manajemen Treasury Bank Syariah. Ciputat: UIN Press, 2015. Indonesia, Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Himpunan Fatwa Keuangan

Syariah Dewan Syariah Nasional MUI, Ciputat: Erlangga, 2014. Kasmir. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2014.

Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. Depok: PT. Rajagrafindo Persada, 2014

Pandia, Frianto. Manajemen Dana dan Kesehatan Bank. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2012.

Reed, Edward W dan Edward K Gill. Commercial Banking. Fourh Edition, United States of Amerika: Prentice-hall Internasional, 1989.

Sallama, Novietha Indra. Pengaruh Penerbitan Obligasi Subordinasi terhadap Pembiayaan dan Kinerja Bank Syariah (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia). Tesis, PSTTUI, Depok. 2005

SE BI No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum

Sinungan, Muchdarsyah. Manajemen Dana Bank. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000. Supranto, J. Ekonometri. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010.

Widyaningrum, Hening Asih dkk. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Risk-Based Bank Ratin. Jurnal Universitas Brawijaya vol 9 no 2, Malang, 2014


(3)

LAMPIRAN 1

TABEL DATA VARIABEL DEPENDEN DAN VARIABEL INDEPENDEN

TAHUN ROA ROE CAR SUKUK

MARET 2010 1.48 26.86 10.48 0

JUNI 2010 1.07 19.63 10.03 0

SEPTEMBER 2010 0.81 11.54 14.53 0

DESEMBER 2010 1.36 17.78 13.26 0

MARET 2011 1.38 21.93 12.29 0

JUNI 2011 1.74 21.79 11.57 0

SEPTEMBER 2011 1.55 20.02 12.36 0

DESEMBER 2011 1.52 20.79 12.01 0

MARET 2012 1.51 26.03 12.06 0

JUNI 2012 1.61 27.72 14.49 1

SEPTEMBER 2012 1.62 28.57 13.22 1

DESEMBER 2012 1.54 29.16 11.57 1

MARET 2013 2.72 41.77 12.02 1

JUNI 2013 1.69 42.32 12.51 1

SEPTEMBER 2013 1.68 41.69 12.75 1

DESEMBER 2013 0.5 11.41 17.27 1

MARET 2014 1.44 12.77 17.61 1

JUNI 2014 1.03 15.96 16.31 1

SEPTEMBER 2014 0.1 1.56 14.72 1


(4)

REGRESSION /DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS CI(95) BCOV R ANOVA COLLIN TOL CHANGE ZPP /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT CAR /METHOD=ENTER SUKUK ROE ROA /SCATTERPLOT=(*SRESID ,*ZPRED) /RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID) NORM(ZRESID).


(5)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Sum Mean

Std. Deviation

SUKUK 20 .00 1.00 11.00 .5500 .51042

ROA 20 .10 2.72 26.52 1.3260 .59333

ROE 20 1.56 42.32 441.43 22.0715 11.56916

CAR 20 10.03 17.61 265.21 13.2605 2.06911

Valid N (listwise)

20

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

ROA ROE CAR SUKUK

N 20 20 20 20

Normal Parametersa,,b Mean 1.3260 22.0715 13.2605 .5500 Std. Deviation .59333 11.56916 2.06911 .51042 Most Extreme

Differences

Absolute .223 .120 .150 .361

Positive .193 .120 .150 .309

Negative -.223 -.105 -.107 -.361

Kolmogorov-Smirnov Z .997 .537 .671 1.614

Asymp. Sig. (2-tailed) .274 .935 .758 .011

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 50.452 3 16.817 8.711 .001a

Residual 30.891 16 1.931

Total 81.343 19

a. Predictors: (Constant), ROA, SUKUK, ROE b. Dependent Variable: CAR


(6)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 13.615 .889 15.319 .000

SUKUK 2.657 .668 .656 3.975 .001 .873 1.146

ROE -.151 .056 -.842 -2.682 .016 .241 4.147

ROA 1.136 1.091 .326 1.040 .314 .242 4.127

a. Dependent Variable: CAR

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics Durbi n-Watso

n R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .788a .620 .549 1.38949 .620 8.711 3 16 .001 1.130 a. Predictors: (Constant), ROA, SUKUK, ROE