9
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Syria adalah salah satu negara besar di Arab, Syria berbatasan dengan Turki, Irak, Lebanon, Yordania, dan Israel. Wilayah Syria pada dataran tinggi Golan diduduki Israel sejak
tahun 1967 luasnya 185.180 km.
1
Selama ribuan tahun, Syria telah didiami secara turun temurun oleh beberapa peradaban berbeda, yaitu Mesir kuno, Hittite. Babilonia, dan Persia. Meskipun Syria merupakan bagian
kekaisaran Ottoman dari abad 16 sampai dengan tahun 1918, sebagian besar penduduknya adalah keturunan Arab yang menaklukkan wilayah ini pada abad ke-7 dan memerintah selama
800 tahun. Kini, lebih dari 90 penduduk Syria adalah orang Arab. Kelompok minoritas terbesar adalah etnik Armenia dan Kurdi yang menempati wilayah yang berbatasan dengan Turki. Ibu
kota Syria adalah Damaskus, kota ini adalah salah satu kota tertua di Dunia, bahkan dianggap kota tertua di dunia.
2
Sosialisme syria yang diadopsi Partai Ba‟th ثع لا ح itu berkembang kepada arah
yang berlawanan dengan sosialisme yang ada di Eropa Ia menggunakan Fasisme Jerman dan Italia sebagai Ideologi, hanya saja ideologi ini bertumpu kepada konsep Bangsa Arab yang di
definisikan bukan oleh ras melainkan oleh realitas kultural. Ada 3 unsur yang mendasari gagasan identitas bersama bangsa Arab dari Teluk Persia hingga Samudra Atlantik. Faktor pertama,
faktor sejarah; mereka menganggap bangsa Arab adalah bangsa yang kuat dan pernah menguasai hampir dari setengah dunia. Contoh, Turki sampai ke Wina Austria. Makanya Partai Ba‟th mau
berkuasa seperti mereka. Faktor kedua, faktor Bahasa Arab, yaitu bahasa alamiah umat Islam,
1
Ensiklopedi Geografi 9,Jakarta: PT Lentera Abadi, 2006, hal 246.
2
Ensiklopedia Geografi 9, Jakarta: PT Lentera Abadi, 2006, hal 247.
10
setiap umat ajaran Islam menggunakan bahasa. Faktor ketiga, Islam yang di pahami bukan sebagai agama, karena menghormati kebebasan beragama dan menolak fanatisme keagamaan,
melainkan sebagai budaya dan pengalaman spiritual khas bangsa Arab melalui bahasa dan wahyu al-
Qur‟an. Pan Arabisme Sebagai sebuah ideolog. Pan Arabisme adalah perkembangan dari nationalisme arab yang pertama kali muncul sebagai fenomena literer dan politik di bawah
kekaisaran Ottoman pada akhir abad ke-19. Nasionalisme Arab itu sendiri muncul sebagai akibat dari gerakan kebangkitan literer dan linguistik yang dikenal sebagai nahda, yang dimulai
di Syria. Gelombang penemuan, penyuntingan dan penerbitan teks Arab klasik, dan aktivitas leksikografis mendorong intelektual Arab untuk merenungi kebesaran masa lampau mereka dan
kelemahan mereka sekarang di bawah kekuasaan Ottoman. Pada awal abad ke-20 legitimasi kekuasaan Ottoman atas wilayah Arab mulai ditentang
oleh warga Muslim dan Kristen. Sejumlah penulis dan pemikir Muslim makin menyadari keterbelakangan relatif dunia Islam, dan terutama kekaisaran Ottoman.
Secara teori, dan dalam praktiknya pada tingkat tertentu kekaisaran Ottoman adalah negara Islam teokratik, di mana kelompok mayoritas Muslim Sunni menikmati status istimewa
yang sulit ditentang lantaran dilindungi ideologi religius kerajaan. Jika yang menjadi kriteria asosiasi adalah bahasa, etnis dan wilayah bukan agama, maka bangsa Arab dapat berasosiasi satu
sama lain dengan sedrajat secara politik, melampaui batas-batas agama dan sekte, dan masyarakat sekuler akan terwujud di mana tidak ada kelompok yang superior di atas kelompok
lain. Karena masyarakat itu akan mengakui kesederajatan semua orang, maka ide ini menarik terutama bagi warga Kristen Arab, terutama kaum Ortodok
3
Yunani di Syria, yang menganggap
3
Kata ortodoks yaitu pendapat atau keyakinan, terkait dengan doktrin, berpikir Ortodoks Oriental digunakan untuk merujuk kepada Chalcedon Kristen timur, yang bertentangan dengan orang-orang Kristen dari Gereja Ortodoks Timur dan umumnya beribadat menurut Ritus Byzantium.
Mereka ditemukan di Mesir , Ethiopia , beberapa bagian dari Syria, Irak dan Iran , Armenia , dan selatan India,. Dalam abad terakhir telah ada beberapa rapproachment antara dan Gereja-gereja Ortodoks Timur, khususnya di Syria.
11
diri mereka lebih Arab ketimbang Maronit
4
dan Katolik, sebab kedua tradisi itu lebih dekat dengan Prancis. Setelah Perang Dunia I makin mendekat, tampak jelas bahwa beberapa bangsa
Arab bersiap mencari bantuan dari kekuatan Barat, terutama Inggris, untuk merebut kekuasaan Ottoman. Paradoksnya, Mesir yang diduduki Inggris sejak 1882, banyak kaum nasionalisnya
meminta bantuan Ottoman untuk meraih kemerdekaan dari Inggris. Di sini perlu dikemukakan bahwa pada tahap ini gagasan “bangsa Arab” terbatas pada wilayah Syria Raya. Jadi, orang
Mesir yang ingin ambil bagian dari Kongres Nasional Arab pertama di Perancis pada 1913 tidak diperbolehkan dalam diskusi. Prinsip dasar Pan Arabisme adalah dunia Arab, mulai dari kawasan
Atlantik hingga ke Teluk Arab, membentuk suatu Nation, bahwa bangsa ini dipecah, pertama oleh imperialisme dan Zionisme, dan regenerasinya hanya bisa dicapai degan perasatuan Arab.
5
Dua manifestasi pan- Arabisme yang paling jelas adalah “Nasserisme” dan Ba‟thisme.
Jamal Abd al-Nasser Naser, pemimpin free office, yang merebut kekuasaan di Mesir pada 1952 dan kemudian menjadi presiden sampai dia meniggal pada tahun 1970, sangat tidak percaya pada
partai politik dan dia tidak mendirikan organisasi Pan- Arab formal, tetapi pendiri partai ba‟th di
Syria pada tahun 1940an memandang organisasi mereka sebagai Pan-Arab sejati. Pada 1950an dan 1960an cabang partai ini didirikan di setiap negara Arab atau “wilayah bangsa Arab”.
Menariknya Nasserme bukan berdasarkan ideologi murni, dalam pengertian bahwa dukungan yang diperoleh Nasser berasal dari presentasinya sebagai pemimpin Arab pertama yang
menghadirkan tantangan signifikan terhadap Barat. Dia adalah pemimpin nasionalis-Populis yang memadukan “bangsa” Mesir dan Arab. Ekspresi politik konkret Pan-Arabisme adalah
4
Umat Maronit dalam Bahasa Aram :Dalam Bahasa Arab adalah umat Katolik yang tergolong dalam suatu Gereja Partikular Ritus Timur.Mereka berawal dari Santo Maron pada abad ke-5. Patriark umat Maronit yang pertama, yakni Yohanes Maron, terpilih pada akhir abad
ke-7. Kini, mereka merupakan salah satu dari kelompok-kelompok keagamaan utama di Lebanon.Umat maronit pada mulanya adalah masyarakat pengguna bahasa Aram. Sejak abad ke-18 Masehi, mereka menggunakan bahasa Arab, meskipun demikian, sebagaimana umumnya rakyat
Lebanon, latar belakang etnik mereka adalah campuran dari orang-orang Fenisia, Aram, Assyria, Ghassanid, Yunani, Romawi, dan para prajurit Perang Salib dari Perancis
5
William Outhwaite. Ensiklopedi Pemikiran Sosial Modern Jakarta: Kencana Perdana Media, 2008, Edisi ke dua, hal 596-598.
12
Persatuan Arab Republik Mesir dan Syria, yang berlangsung dari 1958 sampai 1961, Pada mulanya gagasan ini dari Partai Ba‟th Syria yang takut pada efek populitas Komunis di Syria.
Tetapi kemudian ia dipakai oleh Mesir untuk mengeksploitasi partnernya secara ekonomis dan akibatnya persatuan ini tidak populer di Syria.
Meski Partai Ba‟th ثع لا ح berslogan “satu bangsa Arab dengan misi abadi”,
kenyataannya sagat berbeda. Partai Ba‟th pecah pada tahun 1966, dan dua pecahan sayap partai itu berkuasa di Damaskus dan di Baghdad pada 1968. Era 1970an dan 1980an dicirikan oleh
perseteruan legitimasi dari keduanya didefinisikan dalam kerangka legitimasi
6
pihak lain. Dalam kenyataannya, satu-satunya takdir logis dari kedua negara dalam term ideologi masing-masing
adalah penggabungan satu sama lain. Dalam kedua kasus itu, kekuasaan politik diraih oleh faksi politik yang terorganisir baik, yang anggota-anggotanya memiliki ideologi sama tetapi perhatian
utamanya adalah untuk merebut kekuasaan. ketika mereka melakukannya, baik di Damaskus maupun di Baghdad, mereka membangun partai massa untuk melegitimasi kekuasaannya.
Ideologi Pan-Arabisme sudah cukup bagi kedua rezim itu untuk menjustifikasi berbagai macam aktivitas politik-sehingga serbuan Syria ke Libanon pada 1976 dan invasi Irak ke Iran pada tahun
1980 dapat dijustifikasi sebagai “menjaga integritas bangsa Arab”.
7
Pada level populer, ide persatuan Arab menarik perhatian dunia Arab, sebab kebanyakan populasi berbahasa Arab adalah Muslim dan memiliki asumsi kultural dan sikap sosial yang
sama. Namun, dari segi praktis, kurangnya legitimasi dan ciri non demokratis atau anti demokratis dari semua rezim Arab. Bersama dengan fakta bahwa negara nasional yang eksis
berada pada tahap perkembangan sosio ekonomi dan politik yang amat berbeda, betapapun
6
Legitimasi dapat pula diartikan seberapa jauh masyarakat mau menerima dan mengakui kewenangan, keputusan atau kebijakan yang diambil oleh seorang pemimpin
7
William Outhwaite. Ensiklopedi Pemikiran Sosial Modern Jakarta: Kencana Perdana Media, 2008, Edisi ke dua, hal 596-598.
13
diinginkannya ide itu, realisasi Pan-Arabisme pada saat ini masih jauh dari harapan seperti yang pernah dirumus kan oleh al-Husri pada tahun 1920an. Selain itu, mungkin benar untuk
mengatakan bahwa tujuan, atau alasan, Pan-Arabisme, punya efek negatif terhadap proses pembantukan negara dan bangsa di dunia Arab, sebab ia cenderung fokus pada perhatian
terhadap musuh yang jauh ketimbang problem kemiskinan, ketimpangan, dan kelemahan hukum yang ada di negara tersebut.
8
Selain itu, salah satu ciri menonjol dari perkembangan politik wilayah ini selama beberapa dekade terakhir yang diperparah oleh krisis teluk pada tahun 1990 adalah adopsi
gradual kebijakan yang lebih otonom dan lebih melihat ke dalam oleh hampir semua rezim Arab, meskipun publik menolak klaim ini. Kejadian-kejadian di satu negara Arab tidak lagi
menjadi perhatian utama bagi negara-negara Arab lain, kecuali kepentingan mereka terancam. Maka dalam arena politik prioritasnya kini lebih pada negara ketimbang pada Arab. Ini
menunjukkan bahwa negara- bangsa “artifisial”
9
didunia arab pelan-pelan berubah menjadi entitas
10
diskret
11
seperti negara-negara di Amerika Selatan dan semakin memisah. Dari sudut pandang inilah kita bisa memahami kelemahan respon Arab terhadap invasi Israel ke Lebanon
tahun 1982. Sikap ambigu
12
dunia Arab terhadap Palesitina dan warganya, dan respon rasional dan “politis” dari berbagai negara Arab terhadap invasi Saddam Husain.
13
Syria adalah sebuah negara republik. Menurut Konstitusi 1973, kekuasaan legislatif di negeri ini dipegang oleh Dewan Rakyat, yang anggota-anggotanya 195 orang . Kepala negara
adalah presiden yang dipilih untuk masa bakti 7 tahun oleh para anggota partai yang manguasai
8
William Outhwaite. Ensiklopedi Pemikiran Sosial Modern Jakarta: Kencana Perdana Media, 2008, Edisi ke dua, hal 596-598
9
Artifisial; adjektif: artinya tidak alami buatan.
10
Entitas adalah sesuatu yang memiliki keberadaan yang unik dan berbeda, walaupun tidak harus dalam bentuk fisik.
11
Diskret disini artinya tidak saling berhubungan.
12
Ambigu artinya Bermakna ganda
13
William Outhwaite. Ensiklopedi Pemikiran Sosial Modern Jakarta: Kencana Perdana Media, 2008, Edisi ke dua, hal 596-598.
14
mayoritas kursi dalam Dewan Rakyat. Ia juga memegang kekuasaan tertinggi atas pemerintahan yang dijalankan oleh sebuah kabinet di bawah pimpinan seorang perdana mentri. Kecuali
Partai Komunis
يع يّشلا ح , semua partai politik yang ada di negeri ini membentuk satu koalisi
Front Progresif Nasional sejak tahun 1973. Partai Ba‟thثع لا ح berhasil merebut mayoritas
kursi dalam Dewan Rakyat.
14
Gerakan Islam dan Partai Ba‟th ثع لا ح adalah gerakan Islam Syria secara khusus
terbentuk karena karakternya saat ini sebagai reaksi terhadap Partai Ba‟thثع لا ح. Sementara
sebagian besar revivalisme Islam Timur Tengah menampakkan pemberontakan populis penduduk asli terhadap rezim kelas atas yang memiliki jaringan dengan Barat. Di Syria gerakan
ini memiliki jaringan dengan kelas atas dan menentang rezim yang berasal dari kalangan strata menengah bawah dan bertempur di garis depan melawan Israel. Artinya baru-baru ini sajalah
karakter populis awal dari rezim itu mengalami erosi sehingga oposisi Islam mencapai popularitas yang meluas.
Inti yang asli dan paling dalam dari gerakan Islam tumbuh karena reaksi penduduk asli dengan segmen-segmen masyrakat yang paling tradisional dan alim secara keagamaan,
khususnya ulama, terhadap ancaman yang ditujukan pada mereka . Setidaknya sejak kejatuhan kerajaan Turki Usmani, dengan kehancuran Islam, westernisasi, dan yang merupakan simbol
keduanya muncul negara sekuler yang kebarat-baratan. Di bawah pemerintahan Partai Ba‟th ثع لا ح, negara menjadi sekuler dibanding sebelumnya, Revivalisme Islam terus
mengungkapkan aspirasi-aspirasi umat Islam yang saleh dalam rangka menyatukan kembali kekuasaan politik dan moralitas Islam. Untuk menyatukan opini umat Islam yang saleh, rezim
14
Ensiklopedi Geografi Asia Jakarta: PT Intermassa,1990, hal 220.
15
tersebut telah mencoba menegakkan kepercayaan umat Islam kepada para pemimpin alawiy dan kesalehan pribadi Islam dari presiden Hafidz al-Assad. Namun sebaliknya wacana publik dan
kebijakannya telah membuat beberapa konsesi bagi hukum dan moralitas Islam dari negara- negara seperti Mesir dan Sudan.
15
B. RUMUSAN MASALAH
Untuk menghindari melebarnya pembahasan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis membatasi pembahasannya pada tahun 1912 hingga 1990, di masa akhir Kesultanan Turki
hingga berjayanya Partai Ba‟th ثع لا ح di Syria, dan awal masuknya sosialisme hingga
perkembangannya. Adapun pembahasan skripsi ini dirumuskan dalam beberapa pertanyaan:
• Mengapa pemerintah Syria masih bertahan dengan sistem sosialis dalam waktu yang sangat lama ?
• Siapa yang memperkenalkan sosialisme ke Syria ? • Organisasi apakah yang mempengaruhi pemerintahan Syria bersosialis?
• Bagaimana perkembangan sosialisme di Syria ? • Seberapa besar pengaruh sosialisme di Timur Tengah?
• Seberapa besar pengaruh sosialisme di Syria?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELETIAN
Tujuan penelitian yang akan diangkat oleh penulis tentang Sejarah Perkembangan Sosialisme di Syria pada tahun 1912-1990 adalah sebagai berikut;
15
R. Stephan humphreys “Islam and Politicl in Saudi Abia, hal:13-15
16
• Mengetahui lebih banyak tentang perkembangan sosialisme di Timur Tengah • Mengetahui tokoh sosialis yang memperkenalkan sosialisme di Timur Tengah
• Mengetahui lebih banyak tentang perkembangan sosialisme di Syria yang dipimpin oleh Hafid al-Asad.
dan Adapun manfaat penelitian yang dianggkat oleh penulis dalam skripsi ini adalah sebagai berikut;
• Untuk mengetahui sejarah perkembangan sosialis di Timur Tengah. • Membuka cakrawala masyarakat Islam khususnya mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
bahwa banyak bentuk – bentuk sistem pemerintahan di Timur Tengah yang berbeda-beda
paham. • Untuk menambah daftar bentuk – bentuk sistem pemerintahan di Timur Tengah di
perpustakaan, khususnya perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah, dan perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora.
• Untuk memenuhi sebagai syarat untuk kelulusan Strata 1.
D. KERANGKA KONSEPTUAL
Dalam penulisan tentang Sejarah Perkembangan Sosialisme Di Syiria, penulis merasa kesulitan dalam sumber referensi yang sedikit, dan ditambah lagi kebanyakan sumber yang
memuat tentang Perkembangan Sosialis di Syiria dalam Bahasa Asing, seperti bahasa Arab, dan Inggris, dibandingkan tulisan yang memuat Marxisme dalam bahasa indonesia.
Sumber-sumber yang terkumpul kemudian dilakukan kritik sumber. Baik kritik terhadap sumber Primer yang bersumber dari buku Michael Aflag, The Ideology of the Arab Sosialist
17
Renaisant Party Paris: orient, 1964 vol. 1-30. Ada pun sumber Skunder berupa buku Hunter,
Shireen., Politik Kebangkitan Islam, PT. Tiara Wacana Yogya: Yogyakarta, 2001. Ichwan, Imam Ibnu, Pembelaan Islam Terhadap Buruh, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang,
1999.Lapidus, Ira, M, Sejarah Sosial Umat Islam Jilid 1 dan 2, Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada. 1999. ataupun kritik terhadap para peneliti mengenai Perkembangan sosialis di Syria, mulai dari kesultanan Turki usmani pada tahun 1912 hingga ke tahun 1990.
Kemudian menginterpretasi pemahaman yang mendalam mengenai teks-teks yang telah melalui fase kritik, di mana penulis sudah menemukan korelasi dan pemahaman yang baru
mengenai tema yang dibahas. Pemahaman yang diperoleh setelah melalui beberapa tahap ditransfer dalam bentuk
tulisan dengan metode deduktif, dengan pola umum-khusus, dari tahun 1912 - 1990, yaitu pada masa akhir pemimpinan kesultanan Turki Usmani, yang ditandai dengan pembentukan Partai
Ba‟thثع لا ح oleh Aflag, hingga Partai Ba‟thثع لا ح menjadi partai yang berpengaruh di Syria, yang mana Syria adalah negara yang mayoritas penduduknya 90 muslim yang
berazaskan sosialis. Dan dalam penulisan Skripsi ini, penulis berpedoman pada buku Michael Aflag, The
Ideology of the Arab Sosialist Renaisant Party Paris: orient, 1964 vol. 30.
E. METODE PENELITIAN
Dalam mengumpulkan data bagi penulisan penelitian individual ini metode penelitian yang dipergunakan adalah metode kepustakaan Library Research, yaitu meneliti sejumlah buku
yang ada kaitannya dengan judul.
18
Sumber data Sejarah Perkembangan Sosialis di Syria dapat di peroleh melalui sumber Michael Aflag, The Ideology of the Arab Sosialist Renaisant Party Paris: orient, 1964.
Skripsi ini ditulis dengan menggunakan metode penelitian Deskriptif analitika dengan melalui empat tahap:
Heuristik Mengumpulkan sumber-sumber Primer dan Skunder dan
beberapa tulisan tentang perkembangan sosialis di Eropa dan Timur Tengah, menelusuri pengaruh sosialis yang masuk ke
Syria dan perkembangannya atau pasang surutnya pengaruh sosialis di Syria, mulai dari akhir dari kesultanan Turki
Usmani atau pun pada masa kolonialisme hingga berkuasanya partai Ba‟th di Syria.
Kritik Sumber-sumber yang terkumpul kemudian dilakukan kritik
sumber. Baik kritik terhadap sumber primer Skunder ataupun kritik terhadap para peneliti mengenai Perkembangan sosialis
di Syria, mulai dari kesultanan Turki usmani pada tahun 1912 hingga ke tahun 1990.
Interpretasi Interpretasi adalah pemahaman yang mendalam mengenai
teks-teks yang telah melalui fase kritik, di mana penulis sudah menemukan korelasi dan pemahaman yang baru mengenai
tema yang dibahas. Historiografi
Pemahaman yang diperoleh setelah melalui beberapa tahap ditransfer dalam bentuk tulisan dengan metode deduktif,
dengan pola umum-khusus, dari tahun 1912 - 1990, yaitu pada
19
masa akhir kepemimpinan kesultanan Turki Usmani, yang ditanda
i dengan pembentukan partai Ba‟th oleh Aflag, hingga Partai Ba‟th ثع لا ح menjadi partai yang berpengaruh di
Syria, yang mana Syria adalah negara yang mayoritas penduduknya 90 muslim yang berazaskan sosialis.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan penulis dalam penulisan skripsi ini, maka dalam pembahasannya dibagi dalam beberapa bab;
BAB I PENDAHULUAN
• Latar Belakang • Vertifikasi dan Perumusan masalah
• Tujuan dan Manfaat Penelitian • Kerangka Konseptual
• Metode Penelitian • Sistematika Penulisan
BAB II SYRIA DALAM LINTASAN SEJARAH
• Demografi Syria • Syria pada Masa Pra Islam
• Syria pada Masa Islam • Syria pada Masa Kolonial Perancis
• Syria pada Masa Republik Persatuan Arab
20
BAB III SEJARAH SINGKAT TENTANG PERKEMBANGAN SOSIALISME
Sejarah Awal Berdirinya Sosialisme Marxis Perkembangan Sosialisme Marxis di Eropa
Perkembangan Sosialisme di Timur Tengah Perkembangan Sosialisme di Syria
BAB IV PERKEMBANGAN SOSIALISME DI SYRIA
Pengaruh Partai Ba‟th dalam Pemerintahan di Syria Pasang Surutnya Sosialisme di Syria pada Masa Republik Persatuan Arab
Pengaruh Partai Ba‟th Dalam Pemerintahan Syria Tahun 1973-1990 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Berkembangannya Sosialisme di Syria
BAB V PENUTUP Kesimpulan
21
BAB II SYRIA DALAM LINTASAN SEJARAH
A. Demografi Syria