Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah suatu agama yang sempurna, yang telah diturunkan oleh Allah SWT melalui Rasul-Nya, yang mana Islam telah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia sedemikian rupa. Islam adalah suatu sistem kehidupan yang lengkap dan sempurna. Pernyataan ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Al-Quran:   , -  Artinya: “Pada hari ini, Aku telah menyempurnakan kepadamu agamamu dan Aku telah mencukupkan nikmat-Ku atasmu, dan Aku telah meridai islam itu sebagai agamamu… Q.S: al-Maidah5: 3 Islam sebagai sistem kehidupan yang lengkap dan sempurna, mengandung lima sub sistem: spiritual, moral, politik, ekonomi, dan sosial. Dari subsistem tersebut, ternyata sub sistem politik mempunyai kedudukan yang strategis, baik melalui pendekatan kontruksi developmental maupun melalui pendekatan struktural-fungsional. Sebab keputusan politik sangat menarik simpati semua anggota masyarakat, karena adanya sanksi-sanksi hukum yang kuat. Karena itu, Ibnu Taimiyah mewajibkan agar sistem politik yang secara kongkrit berbentuk negara atau pemerintahan itu diatur melalui ketentuan Islam. Sebab, tidak mungkin ketentuan-ketentuan hukum Islam seperti hudud, amar’ ma’ruf dan nahyi munkar, jihad fi sabilllah , menegakkan keadilan dan menolong orang yang teraniaya dapat dilaksanakan dengan baik, tanpa adanya negara atau pemerintah Islam. 1 Dalam kalangan umat Islam terdapat berbagai pendapat antara agama dan negara di antaranya ialah; pertama, Islam adalah agama yang sempurna dan lengkap dengan peraturan bagi segala aspek kehidupan manusia termasuk dalam kehidupan berpolitik dan bernegara. Dalam hal ini manusia harus dapat melaksanakan ketatanegaraan Islam yang telah diatur oleh Nabi Muhammad SAW, dan tidak perlu mengikuti kiblat Barat karena Islam telah mengatur sebegitu detail akan sebuah konsep negara dan politik bernegara. Kedua, Islam adalah sebagai agama, sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah politik dan ketatanegaraan. Menurut kelompok ini, agama adalah masalah rohani dan tidak semestinya dibawa ke masalah negara. Menurut pendapat ini, tidak ada tugas untuk mendirikan dan mengepalai suatu negara. Ketiga, Islam adalah suatu agama yang serba lengkap yang di dalamnya juga mengatur sistem kenegaraan yang lengkap pula. Namun, tidak sependapat pula bila Islam sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah politik dan ketatanegaraan. Menurut mereka Islam merupakan ajaran totalitas tapi dalam bentuk petunjuk yang pokok-pokok saja. 2 1 Abdul Qadir Djaelani, Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1995 cet. I, h, IX 2 Amiruddin M. Hasbi, Konsep Negara Islam Menurut Fazlur Rahman, Yoqyakarta: UUI Press, 2000, cet. I, h, 2 Dari perbedaan pendapat tersebut disebabkan karena kurangnya penjelasan yang tegas dari al-Qur’an dan as-Sunah Rasulullah SAW walaupun Nabi SAW dianggap sebagai peletak dasar pembangunan negara yaitu di Madinah, namun dalam praktiknya tidak memberikan suatu format yang baku tentang negara. Demikian juga apa yang telah dipraktikkan oleh para sahabat setelah Nabi SAW wafat, khususnya Khulafa al-Rasyidin dalam hal ketata- negaraan, hingga kini masih terdapat perdebatan dalam mempersepsikan apakah metode suksesi dan sejarah khalifah yang didirikan pasca Nabi SAW merupakan ajaran agama atau urusan duniawi. Selain itu juga sebab terjadinya perbedaan pendapat tersebut dipengaruhi oleh zaman dan lingkungan politik yang berbeda. 3 Sehingga banyak penafsiran negara yang selalu berubah terus sepanjang zaman. Repolitisasi Islam cenderung diartikan sebagai fenomena maraknya kehidupan politik Islam. Indikator utama yang digunakan sebagai dasar penilaian itu adalah munculnya sejumlah partai yang menggunakan simbol dan asas Islam atau yang berbasis massa komunitas Islam, maka muncul pendapat lain yang mendefinisikannya sebagai munculnya kembali kekuatan politik Islam. 4 Hubungan Islam dan politik adalah subyek yang sangat menarik, sepanjang masa akan menjadi persoalan yang bersifat recurrent. Artinya, masalah ini akan selalu 3 M. Din Syamsuddin, Islam dan Politik Era Orde Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001, cet. I, h. x 4 Bahtiar Effendy, Re-Politisasi Islam: Pernahkah Islam Berhenti Berpolitik?, Bandung: Mizan, 2000, cet. I, h. 195 muncul, sebab pada dasarnya Islam, umat Islam atau kawasan Islam, tak akan pernah bisa dipisahkan dari persoalan-persoalan politik. 5 Dunia kini menyaksikan kebangkitan di kalangan umat Islam yang berusaha untuk menegakkan kembali identitas mereka sendiri. Kebangkitan semangat keislaman tersebar luas di seluruh dunia, khususnya di negara yang mayoritas penduduknya umat Islam. Umat Islam berkeinginan untuk mencirikan cara hidup mereka berdasarkan syari’at Islam. Kesadaran ini telah menimbulkan keinginan untuk mengetahui cara lebih mendalam tentang sistem pemerintahan Islam serta sistem undang-undang Islam yang seharusnya diterapkan oleh Negara- negara Muslim modern saat ini. Di Malaysia misalnya, gerakan-gerakan kearah upaya penerapan syari’at Islam sudah lama menjadi agenda masyarakat Islam atau sebagian umat Islam yang sedar betapa pentingnya hukum Islam dan peraturan Allah SWT untuk menyelesaikan masalah sosial yang berlaku kini. 6 Salah satunya partai politik yang concern dalam hal ini adalah Partai Islam se-Malaysia PAS, yaitu suatu partai politik yang berasaskan idiologi Islam yang bersifat syumul, merealisasikan dalam praktek fikih siyasah untuk membawa perubahan dan gerakan reformis dengan tujuan menerapkan hukum-hukum Islam secara menyeluruh. 7 PAS 5 Bahtiar Effendy, Disartikulasi Pemikiran Politik Islam?, Kata Pengantar dalam buku Gagalnya Islam Politik terjemahan dari karangan Olivier Roy: The Failure of Political Islam, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2002, cet. I, h. v 6 Dato’ Haji Husain Awang, Tazkirah Pilihanraya, Islam: Tuntutan dan kewajipan, Terengganu: Dewan Ulama’ PAS Negeri Terengganu, 1998 h. 81 merupakan partai oposisi yang ada di semua Negara bagian Malaysia, partai ini menguasai negeri Kelantan, Kedah dan Perak dalam pemilu 2008. Sedangkan dalam pemilu tahun 1999, PAS hanya menguasai negeri Kelantan dan Terengganu, keberhasilan PAS dalam memformulasikan hukum Islam terjadi ketika menguasai kedua negeri ini, yaitu dengan terbentuknya Enakmen Jenayah Syari’ah II 1993 di Kelantan dan Enakmen Jenayah Syari’ah Hudud dan Qishas 2002 di Terengganu. 8 Di negara-negara yang menganut sistem demokrasi bahwa partai politik yang menang dalam pemilu akan menguasai pemerintahan dan biasanya pemimpin partai tersebut diangkat menjadi kepala pemerintahan baik itu Presiden maupun Perdana Menteri dan termasuk kepala-kepala pemerintahan di Negara- negara bagian atau daerah. Di Malaysia misalnya, Partai Persatuan Orang Melayu UMNO yang selama ini memenangkan pemilu merupakan partai penguasa dalam pemerintahan sehingga Perdana Menteri Malaysia dipilih dan diangkat dari UMNO. Akan tetapi, terdapat di beberapa negara bagian yang tidak dikuasai oleh UMNO melainkan dikuasai oleh PAS yaitu Negara bagian Kelantan, Kedah dan Perak dalam pemilu 2008, kepala daerah Menteri Besar di tiga Negara bagian ini adalah pemimpin-pemimpin PAS. Selain itu, adanya penguasaan oleh satu partai di suatu Negara atau Negara Bagian Daerah tentunya akan sangat mempengaruhi corak kehidupan 7 Haji Abdul Hadi Awang, Selamatkan Demokrasi Keadilan, Selangor: Partai Islam se- Malaysia, 2007, h. 27-28 8 Mahamad Arifin, et al., Pentadbiran Undang-undang Islam di Malaysia, Kuala Lumpur: Dewan Pustaka dan Bahasa, 2007, cet. I, jil. XII, h. 42 perpolitikan dan jalannya pemerintahan yang ada. Ideologi partai penguasa biasanya akan sedikit banyak mempengaruhi jalannya pemerintahan terutama dalam pembuatan kebijakan-kebijakan baik di Badan Legislatif atau Parlemen maupun Eksekutif. Di Kelantan misalnya, Negara Bagian ini dikuasai oleh PAS dan kepala pemerintahannya pun adalah seorang tokoh PAS yaitu Nik Abdul Aziz Nik Mat. Dia adalah seorang tokoh pemikir Islam dan kini beliau menjabat sebagai Mursyidul Am 9 Parti Islam Se-Malaysia PAS sekaligus Menteri Besar Gubernur Negara Bagian Kelantan Malaysia, dia merupakan seorang tokoh Ulama di Malaysia yang pernah menimba ilmu di Universitas Doebond India, Kursus Tafsir dan Hadist di Lahore Pakistan dan Universitas Al-Azhar Mesir. 10 Dia telah memimpin PAS semenjak menang menjadi calon Parlemen dari Negara Bagian Kelantan Hilir pada tahun 1967, kemudian dia dilantik menjabat sebagai Ketua Dewan Ulama’ PAS Pusat beserta Pesuruhjaya PAS Negara Bagian Kelantan pada tahun 1978 dan menjadi Menteri Besar dari tahun 1990 hingga sekarang. 11 Artinya, dia mempunyai kekuasan dan wewenang dalam menjalankan pemerintahan, dia juga memiliki peluang dan kesempatan untuk menerapkan kebijakan-kebijakan atau pemikiran-pemikirannya tentang politik Islam di 9 Penasihat Parti Islam Se-Malaysia PAS 10 Jamal Mohd Lokman Sulaiman, Biografi Tuan Guru Dato’ Haji Nik Abdul Aziz Nik Mat Seorang Ulama’ Serta Ahli Politik Malaysia Di Abad Ke 20 , Selangor: Sulfa Human Resoucer Development, cet. I, h. 16 11 Ibid., h. 103 Kelantan. Oleh karena itu, bagaimanakah usaha-usaha dia dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut, baik dalam perpolitikan di Kelantan yang berpengaruh terhadap pembentukan undang-undang maupun dalam bentuk kebijakan-kebijakan politiknya. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan-kebijakan Nik Abdul Aziz Nik Mat di Kelantan, maka perlu dilakukan penelitian dengan lebih lanjut, sehingga terdorong untuk menganalisa lebih dalam melalui penelitian skripsi dengan judul “KEBIJAKAN POLITIK ISLAM NIK ABDUL AZIZ NIK MAT DI KELANTAN TAHUN 1990-2008”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah