Analisis Pengaruh Keusakan dan Perubahan Kesesuaian Peruntukan Ekosistem Mangrove Terhadap Pengembangan Wilayah di Kawasan Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai
ANALISIS PENGARUH KERUSAKAN DAN PERUBAHAN
KESESUAIAN PERUNTUKAN EKOSISTEM MANGROVE
TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KAWASAN
PESISIR KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
SKRIPSI
ALPIN ANHAR 061201031
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
ANALISIS PENGARUH KERUSAKAN DAN PERUBAHAN
KESESUAIAN PERUNTUKAN EKOSISTEM MANGROVE
TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KAWASAN
PESISIR KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
SKRIPSI
Oleh : ALPIN ANHAR
061201031/MANAJEMEN HUTAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(3)
Judul Penelitian : Analisis Pengaruh Keusakan dan Perubahan Kesesuaian Peruntukan Ekosistem Mangrove Terhadap Pengembangan Wilayah di Kawasan Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai
Nama Mahasiswa : Alpin Anhar
NIM : 061201031
Departemen : Kehutanan
Program Studi : Manajemen Hutan
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Agus Purwoko S.Hut, M.Si Pindi Patana S.Hut, M.Sc
Ketua Anggota
Mengetahui
Siti Latifah S, Hut. M, Si. Ph.D Ketua Program Studi Kehutanan
(4)
ABSTRACT
ALPIN ANHAR: Damage Effect Analysis and Compliance Changes To Appropriation Mangrove Ecosystems Regional Development in Coastal Regions Bedagai Serdang. Taught by AGUS PURWOKO and PINDI PATANA.
This research was conducted in March-April 2010 in the districts that include coastal areas in Serdang Bedagai. The analysis used is multiple linear regression and determination of model validation performed by F test and t test via the method of in-depth interviews with key person approach method.
The results showed that the effect of damage and Mangrove Ecosystem Appropriation Amendment Against Conformity Regional Development in Coastal Regions Serdang Bedagai is economic accessibility of mangrove resources, entrepreneurship opportunities, and ease of availability or raw materials. Key words: Mangrove, Damage, Change of Conformity designation.
(5)
ABSTRAK
ALPIN ANHAR : Analisis Pengaruh Kerusakan dan Perubahan Kesesuaian Peruntukan Ekosistem Mangrove Terhadap Pengembangan Wilayah di Kawasan Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai. Dibimbing oleh AGUS PURWOKO dan
PINDI PATANA.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - April 2010 di
kecamatan-kecamatan yang termasuk wilayah pesisir di Kabupaten Serdang Bedagai.
Analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dan penentuan validasi
model dilakukan dengan uji F dan uji t melalui metode wawancara mendalam
dengan pendekatan key person method.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengaruh Kerusakan dan Perubahan
Kesesuaian Peruntukan Ekosistem Mangrove Terhadap Pengembangan Wilayah
di Kawasan Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai adalah aksesibilitas ekonomi
masyarakat terhadap sumberdaya mangrove, kesempatan berwirausaha, dan
ketersedian atau kemudahan bahan baku.
(6)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Blangkejeren pada tanggal 10 Juni 1988 dari ayah M.Taher dan ibu Timah. Penulis merupakan putera kedelapan dari delapan bersaudara.
Tahun 2000 penulis lulus dari SD Muhammadiyah Blangkejeren dan pada tahun 2003 penulis lulus dari SLTP N. 1 Blangkejeren dan kemudian pada tahun 2006 penulis lulus dari SMA N 1 Blangkejeren dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Pemanduan Minat dan Prestasi (PMP-USU). Penulis memilih program studi Manajemen Hutan Departemen Kehutanan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa silva, aktif dalam organisasi Baitul asyjar/Badan Kenadziran Musholla (BKM).
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di KPH Bandung Selatan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat-Banten dari tanggal 2 Januari sampai 2 Februari 2010.
(7)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Analisis Pengaruh Kerusakan dan Perubahan Kesesuaian Peruntukan Ekosistem
Mangrove Terhadap Pengembangan Wilayah di Kawasan Pesisir Kabupaten
Serdang Bedagai.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan,
memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Bapak Agus Purwoko S.Hut, M.Si dan Bapak Pindi Patana
S.Hut, M.Sc selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari
mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.
Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf
pengajar dan pegawai di Program Studi Manajemen Hutan Departemen
Kehutanan, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu
di sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga
skripsi ini bermanfaat.
Medan, Juli 2011
(8)
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRACT ... ii
ABSTRAK ... iii
RIWAYAT HIDUP ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR GRAFIK... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 4
Hipotesis Penelitian ... 4
Kegunaan Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ekosistem Mangrove ... 6
Kawasan Wilayah Pesisir ... 10
Pengembangan Wilayah ... 11
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu ... 14
Bahan dan Alat ... 14
Populasi dan Sampel ... 14
Metode Pengambil Data ... 15
Data Primer ... 15
Data Sekunder ... 16
Analisis Data ... 16
Uji Hipotesisi ... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum ... 19
(9)
Iklim ... 21
Penduduk ... 21
Tenaga Kerja ... 22
Administrasi ... 22
Pendidikan dan Kebudayaan ... 23
Hal. Karakteristik Responden ... 23
Umur ... 23
Mata Pencaharian ... 25
Pendidikan ... 26
Pendapatan ... 27
Analisis Regresi Linier Berganda ... 28
Pendapatan Rumah Tangga ... 28
Kesempatan Kerja ... 29
Kesempatan Berwirausaha ... 31
Ketersedian/ Kemudahan Bahan Baku ... 32
Aksesibilitas Ekonomi Masyarakat Terhadap Sumberdaya Mangrove ... 34
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 36
Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA
(10)
DAFTAR TABEL
Hal. 1. Rencana Responden Penelitian ...
15
(11)
DAFTAR GAMBAR
Hal. 1. Gambar 1 Kawasan ekosistem mangrove yang rusak ... 19
(12)
DAFTAR GRAFIK
No. Hal.
1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 24
2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian ... 25
3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 27
(13)
LAMPIRAN
No.
1. Kuisioner Penelitian ... 40
2. Data Primer Penelitian ... 42
3. Output SPSS metode Enter (Y1) ... 49
4. Output SPSS metode Enter (Y2) ... 50
5. Output SPSS metode Enter (Y3) ... 51
6. Output SPSS metode Enter (Y4) ... 52
(14)
ABSTRACT
ALPIN ANHAR: Damage Effect Analysis and Compliance Changes To Appropriation Mangrove Ecosystems Regional Development in Coastal Regions Bedagai Serdang. Taught by AGUS PURWOKO and PINDI PATANA.
This research was conducted in March-April 2010 in the districts that include coastal areas in Serdang Bedagai. The analysis used is multiple linear regression and determination of model validation performed by F test and t test via the method of in-depth interviews with key person approach method.
The results showed that the effect of damage and Mangrove Ecosystem Appropriation Amendment Against Conformity Regional Development in Coastal Regions Serdang Bedagai is economic accessibility of mangrove resources, entrepreneurship opportunities, and ease of availability or raw materials. Key words: Mangrove, Damage, Change of Conformity designation.
(15)
ABSTRAK
ALPIN ANHAR : Analisis Pengaruh Kerusakan dan Perubahan Kesesuaian Peruntukan Ekosistem Mangrove Terhadap Pengembangan Wilayah di Kawasan Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai. Dibimbing oleh AGUS PURWOKO dan
PINDI PATANA.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - April 2010 di
kecamatan-kecamatan yang termasuk wilayah pesisir di Kabupaten Serdang Bedagai.
Analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dan penentuan validasi
model dilakukan dengan uji F dan uji t melalui metode wawancara mendalam
dengan pendekatan key person method.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengaruh Kerusakan dan Perubahan
Kesesuaian Peruntukan Ekosistem Mangrove Terhadap Pengembangan Wilayah
di Kawasan Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai adalah aksesibilitas ekonomi
masyarakat terhadap sumberdaya mangrove, kesempatan berwirausaha, dan
ketersedian atau kemudahan bahan baku.
(16)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,
karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai mencapai
sepanjang 81.000 km. Selain menempati wilayah yang sangat luas, kawasan
pesisir yang terdiri dari berbagai ekosistem pendukung seperti ekosistem hutan
mangrove, terumbu karang, padang lamun dan lahan basah tersebut memiliki
keanekaragaman hayati dan berbagai sumberdaya alam seperti ikan, dan
bahan-bahan tambang yang bernilai tinggi (DKP, 2002). Kemudahan akses terhadap
kawasan pesisir cenderung meningkatkan laju pemanfaatan wilayah pesisir di
tahun-tahun mendatang, baik dalam hal pemanfaatan sumber daya ekonomi
maupun pemanfaatan ruang. Selain itu, hal lain yang tidak boleh diabaikan adalah
fakta yang menunjukkan bahwa tidak kurang dari 60% penduduk Indonesia
bermukim di kawasan pesisir (DKP, 2002).
Menurut Kusmana (2003), ada tiga faktor utama penyebab kerusakan
mangrove, yaitu (1) pencemaran, (2) konversi hutan mangrove yang kurang
memperhatikan faktor lingkungan dan (3) penebangan yang berlebihan.
Pencemaran seperti pencemaran minyak, logam berat. Konversi lahan untuk
budidaya perikanan (tambak), pertanian (sawah, perkebunan), jalan raya, industri,
produksi garam dan pemukiman, pertambangan dan penggalian pasir. Lebih jauh
Bengen (2001) menjelaskan bahwa kerusakan di atas dikarenakan adanya fakta
bahwa sebagian manusia dalam memenuhi keperluan hidupnya dengan
(17)
lahan (mangrove) menjadi tambak, pemukiman, industri, dan sebagainya maupun
penebangan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan. Hal itu dikarenakan
memang pada dasarnya hutan mangrove memiliki fungsi ekonomi antara lain
sebagai penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan
penghasil bibit. Akan tetapi, dampak ekologis akibat berkurang dan rusaknya
ekosistem mangrove adalah hilangnya berbagai spesies flora dan fauna yang
berasosiasi dengan ekosistem mangrove, yang dalam jangka panjang akan
mengganggu keseimbangan ekosistem mangrove khususnya dan ekosistem pesisir
umumnya.
Serdang Bedagai memiliki paparan pantai sepanjang ± 95 Km dan
memiliki berbagai jenis usaha pantai diantaranya pantai Teme Park,Pantai
Mutiara, Pantai Gudang Garam, Pantai Permai, Pantai Kelang, Pantai Matik-matik
dll. Dengan datangnya para wisatawan dari lokal maupun mancanegara turut juga
dapat membantu pendapatan masyarakat disekitar pantai. Namun menurut kadis
para wisata di Serdang Bedagi kita cukup mempromosikan keantar daerah
maupun antar Negara namun SDM masyarakat disekitar untuk menjaga tempat
pariwisata untuk memberikan kenyamanan serta kebersihan kurang diperhatikan
hal inilah yang perlu kita lakukan pembenahan serta pembinaan untuk
kepentingan mereka (Pemkab. Serdang Bedagai, 2009).
Miraza (2005) menjelaskan bahwa perencanaan wilayah harus didukung
oleh kebijakan publik yang tepat, yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Kebijakan publik yang dimaksudkan Miraza di sini adalah
adanya intervensi pemerintah yang bertujuan untuk mengubah yang ada atau
(18)
dalam masyarakat, guna mewujudkan kondisi yang diinginkan. Adapun obyek
yang dapat diintervensi adalah unsur-unsur pembangunan yang dapat digerakkan
untuk meningkatkan kesejahteraan tersebut. Unsur-unsur dimaksud seperti natural
resources, human resources, infrastructure, technology dan culture.
Kerusakan ekosistem mangrove juga terjadi pada kawasan pesisir
Kabupaten Serdang Bedagai. Potensi ekosistem mangrove di daerah ini yang
cukup besar memberikan peluang yang besar pula terhadap terciptanya berbagai
bentuk pemanfaatan secara ekonomi. Bentuk-bentuk pemanfaatan secara
ekonomi tersebut misalnya usaha pertambakan, pertanian, perindustrian,
pemukiman, pariwisata, pertambangan dan penangkapan ikan. Bentuk-bentuk
pemanfaatan di atas masih menempatkan pemanfaatan sumber daya alam
(terutama ekosistem mangrove) di wilayah pesisir sebagai pilar utama
pengembangan wilayah di kawasan ini. Sementara, pilar-pilar yang lain yakni
sumber daya manusia dan teknologi umumnya masih relatif tertinggal. Fakta ini
merupakan kondisi umum di kawasan pesisir Sumatera Utara.
Salah satu indikatornya sebagaimana yang dilaporkan oleh Lindawati
(2007), yang menyebutkan bahwa sekitar 85 % kondisi tempat tinggal keluarga
nelayan pada umumnya belum memadai, dimana ukuran rumah sempit (rata-rata
35m2), lantai rumah 67% masih beralaskan papan, dinding rumah umumnya dari
sisa olahan kayu dan dari bambu, atap rumah umumnya masih dari rumbia dan
sedikit yang menggunakan seng (15%). Secara umum hanya 15 % yang tinggal
dalam rumah dengan kondisi yang memadai. Purwoko (2005) juga melaporkan
bahwa permasalahan sosial ekonomi lain di wilayah pesisir adalah rendahnya
(19)
terserapnya seluruh tenaga kerja yang ada di pesisir pantai pada lapangan kerja
yang ada, sedangkan hasil laut dan tambak semakin menurun.
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh kerusakan ekosistem mangrove terhadap
pengembangan wilayah di kawasan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Menganalisis perubahan peruntukan ekosistem mangrove terhadap
pengembangan wilayah di kawasan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan kajian awal yang
telah diuraikan sebelumnya dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu kerusakan
dan perubahan peruntukan lahan ekosistem mangrove memiliki pengaruh terhadap
pendapatan rumah tangga, kesempatan kerja, kesempatan berwirausaha,
ketersediaan/kemudahan bahan baku, aksesibilitas ekonomi masyarakat terhadap
sumberdaya mangrove yang merupakan indikator-indikator pengembangan
wilayah di kawasan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah
1. Diketahuinya pengaruh dari kerusakan dan perubahan fungsi lahan terhadap
pengembangan wilayah di kawasan pesisir merupakan data yang sangat
berguna bagi perencanaan pengelolaan kawasan ekosistem mangrove.
2. Bagi kalangan akademisi, data dan hasil penelitian ini dapat menambah ilmu
pengetahuan sekaligus dapat menjadi referensi bagi penelitian lebih lanjut
(20)
satu komponen yang menjadi pilar pengembangan wilayah pesisir, baik dalam
(21)
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Ekosistem Mangrove
Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu
atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut
tetapi tidak terpengaruh oleh iklim. Sedangkan daerah pantai adalah daratan yang
terletak di bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan dengan laut
dan masih dipengaruhi oleh pasang surut, dengan kelerengan kurang dari 8%
(Santoso, 2000).
Ekosistem mangrove merupakan penghasil detritus, sumber nutrien dan
bahan organik yang dibawa ke ekosistem padang lamun oleh arus laut. Sedangkan
ekosistem lamun berfungsi sebagai penghasil bahan organik dan nutrien yang
akan dibawa ke ekosistem terumbu karang. Selain itu, ekosistem lamun juga
berfungsi sebagai penjebak sedimen (sedimen trap) sehingga sedimen tersebut
tidak mengg anggu kehidupan terumbu karang. Selanjutnya ekosistem terumbu
karang dapat berfungsi sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak
(gelombang) dan arus laut. Ekosistem mangrove juga berperan sebagai habitat
(tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan
pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi
organisme yang hidup di padang lamun ataupun terumbu karang.
Ekosistem mangrove memiliki peran yang strategis dalam pengembangan
wilayah di kawasan pesisir, tertutama dalam aspek pengembangan perekonomian
wilayah. Sebagaimana dijelaskan dalam Dephut (1997), ekosistem mangrove
merupakan ekosistem yang memiliki peranan sangat penting bagi ketersediaan
(22)
Dengan demikian, ekosistem utama memiliki peranan yang sangat strategis bagi
perekonomian masyarakat pesisir. Anonimous (1995) juga menjelaskan bahwa
secara teknis hutan mangrove memiliki fungsi ekonomis untuk pemenuhan :
1. Keperluan rumah tangga: kayu bakar, arang, bahan bangunan, bahan makanan
dan obat-obatan.
2. Keperluan industri: bahan baku kertas, bahan baku tekstil, bahan baku
kosmetik, penyamak kulit dan pewarna alami.
3. Penghasil bibit ikan, nener udang, kepiting, kerang-kerangan, madu dan telur
burung.
4. Sebagai tempat pariwisata dan tempat penelitian serta pendidikan.
Hampir seluruh jenis vegetasi tingkat tinggi yang ada di ekosistem
mangrove memiliki potensi ekonomi. Dari berbagai jenis pohon/tanaman yang
ada, beberapa di atnaranya yang secara aktual dimanfaatkan secara ekonomi
antara lain :
1. Kayu bakau hitam/putih (Rhizopora spp)
2. Kayu mata buaya (Bruguiera spp)
3. Kayu tengar (Ceriops tagal)
4. Kayu nirih batu (Xilocarpus spp)
5. Kayu lenggadai (Bruguiera spp)
6. Nibung (Oncosperma filamentosum BL)
7. Nypah (Nypa fruticans)
Manfaat ekonomi secara lebih terperinci dari beberapa jenis di atas
(23)
1. Kayu Bakau
Kayu bakau terdiri dari beberapa jenis, antara lain bakau putih, bakau hitam,
bakau minyak dan bangka. Di antara jenis-jenis tadi yang terbaik untuk
dibudidayakan adalah bakau minyak dan bakau putih, karena jenis ini tumbuh
lebih cepat, lurus dan akar tunjangnya tunjangnya tidak begitu menonjol.
Manfaat kayu ini dalam kehidupan masyarakat pesisir di antaranya :
− Untuk kayu bakar atau kayu arang mutu terbaik.
− Bahan baku kertas
− Untuk jajar ambai/belat (alat penangkap ikan)
− Penyangga/perancah bangunan dan cerocok (pilling)
− Bahan pembuatan rumah sederhana petani dan nelayan
− Akar bakau merupakan habitat bertelur dan berkembangnya berbagai jenis biota laut.
− Kulitnya untuk samak (pencelup) pakaian 2. Kayu Mata Buaya
Kayu ini disebut mata buaya karena batangnya berbungkul-bungkul seperti
mata buaya. Jenis kayu mata buaya ada dua, yaitu jenis mata buaya dan
tumus. Secara umum manfaat ekonominya sama dengan kayu bakau, tetapi
khusus untuk penggunanya sebagai tiang dan perkakas kayu in lebih baik
karena lebih tanah/kuat dan lurus.
3. Kayu Tengar
Kayu tengar mirip dengan kayu mata buaya, tetapi tidak berbungkul bungkul.
Bedanya, kayu tengar warnanya merah dan kulitnya sangat bagus untuk
(24)
4. Kayu Lenggadai
Terdapat dua jenis kayu lenggadai, yaitu lenggadai putih dan lenggadai hitam.
Kayu lenggadai putih kurang bagus untuk dijadikan arang, sebab ringan dan
mudah patah seperti kayu nyirih. Sedangkan kegunaan lainnya sama dengan
kayu tengar
5. Nibung
Tanaman nibung mirip pinang, akan tetapi batangnya berduri. Bagi
masyarakat nelayan, nibung sangat berguna untuk lantai rumah/pelataran
masyarakat nelayan, tiang rumah, tiang tangkul/bagan. Nibung tumbuh di
kawasan tanah yang agak tinggi/pematang dan dapat hidup di air tawar
maupun air asin.
Pada kenyatannya, masyarakat di Pantai Timur Sumatera Utara juga masih
sangat bergantung kepada ekosistem mangrove dalam perekonomiannya. Hal ini
sebagaimana dilaporkan oleh Rumapea (2005), dimana masih cukup banyak
masyarakat pesisir yang mata pencahariannya bergantung kepada hutan
mangrove, dimana sebanyak 48.9 % dari kegiatan pengambilan kayu bakau di
hutan, 24.4 % dari kegiatan pembuatan arang bakau, dan sisanya dari kegiatan
pemanfaatan hasil hutan non kayu.
Keberadaan ekosistem mangrove sebagai penopang pengembagan
perekonomian wilayah sangatlah penting. Hal itu sesuai dengan Arsyad (1999),
yang menjelaskan bahwa pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses
dimana pemerintah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah dan sektor swasta untuk
(25)
ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Oleh karena itu,
faktor-faktor ketersediaan lapangan kerja dan kemudahan/kesempatan untuk
mengembangkan kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat berbasis sumber daya
yang ada merupakan faktor yang penting guna mendorong pembangunan wilayah
pesisir. Hal yang sama juga dijelaskan dalam Meneg LH (1994). Disamping
mendukung keanekaeagaman flora dan fauna dari komunitas terestis akuatik, dan
berfungsi lindung bagi keberlangsungannya berbagai proses ekologis, hutan
mangrove telah dimanfaatkan dalam skala komersial terutama untuk gelondongan
sebagai bahan baku pulp/kertas, rayon dan arang.
Eksistensi ekosistem mangrove sebagai sumber bahan baku aneka kegiatan
ekonomi dan sosial juga dilaporkan Sihite (2005). Pemanfaatan dan pengelolaan
hutan oleh masyarakat di sekitar kawasan Cagar Alam Teluk Bintuni (CATB)
menunjukan bahwa hutan merupakan sumber utama kehidupan. Hutan
dimanfaatkan untuk memenuhi beragam kebutuhan seperti kegiatan berkebun
(perladangan berpindah), berburu binatang liar, mencari ikan, menokok sagu, serta
sebagai tempat pengambilan bahan baku untuk berbagai kegiatan.
Kawasan Wilayah Pesisir
Gambaran kerusakan ekosistem pesisir juga bisa dilihat dari kemerosotan
sumber daya alam yang signifikan di kawasan pesisir, baik pada ekosistem hutan
pantai, ekosistem perairan, fisik lahan dan lain-lain, yang berakibat langsung pada
menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir. Kasus-kasus adanya
keluhan penurunan hasil tangkapan oleh nelayan menurut laporan Ramli dan
Purwoko (2003) terjadi di beberapa tempat seperti di Pantai Cermin, Pantai Labu,
(26)
Tuntutan akan peranan ekonomi hutan juga mendorong intensifikasi
kegiatan pengelolaan hutan, yang dapat dilihat pada kegiatan pemungutan kayu
dan kegiatan penanaman kembali hutan bekas tebangan dengan permudaan
(Puryono, 2006). Oleh karena itu, kerusakan atas ekosistem mangrove juga akan
berdampak terhadap akses masyarakat pesisir terhadap lapangan pekerjaan dan
sumber pemenuhan kebutuhan.
Hal ini juga tertera dalam UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, dimana masyarakat berhak memperoleh
kompensasi karena hilangnya akses terhadap Sumber Daya Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil yang menjadi lapangan kerja untuk memenuhi kebutuhan akibat
pemberian Hak Pengusahaan Perairan Pesisir sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Demikian juga dalam Program Pengelolaan Hutan Mangrove di Indonesia
(Meneg LH, 1994), program-program pengelolaan hutan mangrove di antaranya
adalah mengikutsertakan masyarakat di dalam aktifitas pengelolaan hutan
mangrove; menumbuhkan kembangkan kesadaran masyarakat tentang arti
penting hutan mangrove; memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha
dengan meningkatkan diversifikasi pemanfaatan hutan mangrove; dan mendorong
peningkatan mutu pengelolaan produk hutan mangrove. Hal di atas
menggambarkan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan kajian
perencanaan pengelolaan ekosistem mangrove.
Pengembangan Wilayah
Perencanaan merupakan suatu bentuk tindakan sosial yang dimaksudkan
(27)
dipacu oleh nilai-nilai moral, politik dan estestik. Perencanaan juga dimaksudkan
untuk melakukan intervensi pada rangkaian kejadian-kejadian sosial-masyarakat
dengan maksud untuk memperbaiki rangkaian kejadian yang ada dengan
meningkatkan efisiensi dan rasionalitas, membantu atau menggantikan pasar,
merubah atau memperluas pilihan-pilihan untuk menuju tingkat kesejahteraan
yang lebih tinggi bagi seluruh warga masyarakat (Sirojuzilam, 2007).
Optimalisasi potensi wilayah dalam membangun keunggulan lokal
sebagaimana dijelaskan di atas harus diikuti dengan penguatan faktor-faktor yang
lain. Menurut Alkadri (1999), keunggulan komparatif bahkan telah dikalahkan
oleh kemajuan teknologi. Namun demikian, setiap wilayah masih mempunyai
faktor keunggulan khusus yang bukan didasarkan pada biaya produksi yang
murah saja, tetapi lebih dari itu, yakni adanya inovasi untuk pembaruan. Suatu
wilayah dapat meraih keunggulan daya saing melalui empat hal, yaitu keunggulan
faktor produksi, keunggulan inovasi, kesejahteraan masyarakat, dan besarnya
investasi.
Apabila dicermati maka paradigma pengembangan wilayah telah bergeser
pada upaya yang mengandalkan tiga pilar yaitu sumberdaya alam, sumberdaya
manusia dan teknologi. Ketiga pilar tersebut merupakan elemen internal wilayah
yang saling terkait dan berinteraksi membentuk satu sistem. Hasil interaksi
elemen tersebut mencerminkan kinerja dari suatu wilayah. Kinerja tersebut akan
berbeda dengan kinerja wilayah lainnya, sehingga mendorong terciptanya
spesialisasi spesifik wilayah. Kinerja yang berbeda tersebut akan memicu
terjadinya persaingan antar wilayah untuk menjadi pusat spatial network dari
(28)
mempunyai kelemahan, antara lain apabila salah di dalam mengelola spatial
network tadi tidak mustahil menjadi awal dari proses disintegrasi. Untuk itu harus
diterapkan konsep pareto pertumbuhan yang bisa mengendalikan keseimbangan
pertumbuhan dan dikelola oleh pemerintah pusat. Konsep pareto ini diharapkan
mampu memberikan keserasian pertumbuhan antar wilayah dengan penerapan
(29)
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kecamatan-kecamatan yang termasuk dalam
wilayah pesisir Kabupaten Serdang Bedagai yang memiliki ekosistem mangrove
dengan luas yang signifikan. Ruang lingkup wilayah penelitian ini meliputi
seluruh wilayah kecamatan-kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai yang
berada di kawasan pesisir, yaitu Kecamatan Pantai Cermin, Kecamatan Teluk
Mengkudu, Kecamatan Perbaungan, Kecamatan Tanjung Beringin dan Kecamatan
Bandar Khalipah. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret – April 2010.
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner, Soft
Ware Statistic Package for Social Science (SPSS) versi 16.0, kamera, kalkulator
dan seperangkat peralatan survei lapangan dan alat tulis.
Populasi dan Sampel
Analisis data dilakukan pada desa-desa di kecamatan-kecamatan yang
terpilih yang memiliki ekosistem mangrove. Unit analisis akan dilakukan dengan
skala desa/kelurahan. Dalam hal ini, seluruh desa/kelurahan yang memenuhi
kriteria di atas akan dijadikan sebagai unit sampel penelitian. Dari 5 kecamatan
ada 30 desa yang menjadi sampel dan stiap masing-masing desa diambil 5-6
responden yang memiliki karakter berbeda pada setiap responden.
Penelitian juga akan dilakukan pada masyarakat yang mendiami wilayah
penelitian dengan sampel diambil berdasarkan pendekatan key person method.
(30)
melalui metode wawancara mendalam/indepth interview (Bungin, 2008).
Responden yang merupakan key person dan nara sumber direncanakan
sebagaimana dalam Tabel 1.
Tabel : Responden Penelitian
No Sumber Data Status
1 Wakil masyarakat pesisir yang representative Responden 2 Pimpinan Organisasi Profesi Nelayan Desa Responden 3 Pelaku usaha yang terkait dan representatif Responden
4 Tokoh masyarakat desa Responden
5 Pimpinan desa Responden
Metode Pengambilan Data
Dari sisi sumbernya, data yang dikumpulkan berupa data primer dan
sekunder sebagai berikut :
Data Primer
Data primer yang dikumpulkan meliputi gambaran fisik wilayah
penelitian, jenis dan potensi ekonomi ekosistem mangrove, tanggapan dan
persepsi stake holder ekosistem mangrove, dan data-data lain yang diperlukan
dalam penelitian ini. Data primer diperoleh melalui survei lapangan, kuisioner
dan wawancara.
Wawancara yang dilakukan di lapangan terbagi dua yaitu wawancara
terstruktur dan wawancara tidak terstruktur, dimana sebelum wawancara
dilakukan terlabih dahulu dipersiapkan daftar pertanyaan sebagai panduan yang
akan dijawab oleh responden sedangkan wawancara tidak terstruktur, dimana
tidak menggunakan daftar pertanyaan sebagaimana termasuk pada wawancara
(31)
Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari berbagai lembaga atau instansi yang terkait
dengan masalah yang diteliti. Seperti data jumlah penduduk, peta administrasi dan
lain sebagainya.
Analisis Data
Faktor-faktor kerusakan ekosistem mangrove dan perubahan peruntukkan
yang diduga memiliki terhadap pengembangan wilayah di kawasan pesisir
Kabupaten Serdang Bedagai akan dianalisis dengan menggunakan beberapa
indikator pengembangan wilayah pesisir antara lain pendapatan rumah tangga,
kesempatan kerja, kesempatan berwirausaha, ketersediaan/kemudahan bahan
baku, aksesibilitas ekonomi masyarakat terhadap sumberdaya mangrove.
Analisis yang digunakan untuk menguji pengaruh kerusakan dan
perubahan peruntukkan ekosistem mangrove terhadap pengembangan wilayah
pesisir ini akan dilakukan dengan metode analisis regresi linier berganda.
Regresi linier berganda merupakan suatu metode analisis statistik yang
mempelajari pola hubungan antara dua atau lebih variabel. Analisis regresi
digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel penduga (Xi) terhadap
tingkat kerusakan ekosistem mangrove (Y1) dan perubahan peruntukkan
ekosistem mangrove (Y2). Model regresi yang digunakan sebagai berikut:
Y1 = a1 + b1.1 X1 + b1.2 X2 + e1
Y2 = a2 + b2.1 X1 + b2.2 X2 + e2
Y3 = a3 + b3.1 X1 + b3.2 X2 + e3
(32)
Y5 = a5 + b5.1 X1 + b5.2 X2 + e5
Dimana :
Y1 = Pendapatan rumah tangga
Y2 = Kesempatan kerja
Y3 = Kesempatan berwirausaha
Y4 = Ketersediaan/kemudahan bahan baku
Y5 = Aksesibilitas ekonomi masyarakat terhadap sumberdaya mangrove
X1 = Tingkat kerusakan ekosistem mangrove
X2 = Tingkat perubahan peruntukkan ekosistem mangrove
ai = Konstanta
ei = Residua
Uji Hipotesis
Penentuan validitas model secara bersama-sama dilakukan dengan uji-F
(dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel). Adapun analisis jalur
untuk menentukan variabel-variabel dan jalur yang layak digunakan uji-t
(Sarwono, 2008).
a. Uji F
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara
bersama-sama terhadap variabel terikat. Rumusan hipotesis yang diuji. Ho : b1.1 = b1.2 =
(33)
bebas terhadap variabel terikat. Ha : b1.1 ≠ b1.2 ≠ b1.3 ≠ …b1. 10 = 0, berarti secara bersama-sama ada pengaruh variable bebas terhadap variable terikat.
Bila F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya semua
variabel bebas secara bersama-sama merupakan penjelas yang signifikan terhadap
variabel terikat.
Bila F hitung < F tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya semua
variabel bebas secara bersama-sama bukan merupakan variabel penjelas yang
signifikan terhadap variabel terikat.
b. Uji t
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Formula
hipotesis : Ho : b1 = 0, artinya variabel bebas bukan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel terikat. Ha : b1 ≠ 0, artinya variable bebas merupakan penjelas yang signifikan terhadap variable terikat.
Untuk mengetahui kebenaran hipotesis digunakan kriteria bila t hitung > t
tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada pengaruh antara variabel
bebas terhadap variabel terikat dengan derajat keyakinan yang digunakan sebesar α = 1 %, α = 5 %, α = 10%, begitu pula sebaliknya bila t hitung < t tabel maka menerima Ho dan menolak Ha artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas
(34)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Gambar 1: Kawasan ekosistem mangrove yang rusak
Berdasarkan gambar 1 bahwa kawasan ekosistem mangrove di wilayah
pesisir Kabupaten Serdang Bedagai ini memang sudah mengalami kerusakan yang
tidak terkendali dapat dilihat jenis tanaman mangrovenya banyak mengalami
penurunan hanya tertinggal beberapa pohon yang masih tumbuh. Lokasi tersebut
sangat dekat dengan pemukiman warga sehingga kerusakan ekosistem sangat
tingkat kerusakan cukup tinggi. Masyarakat hanya mengambil hasil hutan saja
tidak memikirkan kerusakan suatu lahan dalam jangka waktu yang singkat.
Dalam hal pengelolaan kawasan pesisir, pemerintah juga merupakan pihak
yang berkepentingan. Pemerintah memiliki peran yang menentukan dalam
perencanaan pengelolaan kawasan pesisir yang berkelanjutan. Sampai saat ini,
(35)
mangrove sering kali tidak terarah dan terkendali dengan baik oleh pemerintah.
Hal ini terlihat dari adanya fakta-fakta pemanfaatan/pengelolaan sumberdaya
mangrove yang merusak, tidak berkeadilan dan menyebabkan eksternalitas negatif
yang merugikan masyarakat luas.
Untuk itu perlu adanya perubahan pola pikir dan pola tindak dari pihak
pemerintah agar dapat mengadakan berbagai perubahan dan penyempurnaan
dalam mengembangkan program, membuat kebijakan dan menerbitkan aturan
yang mendukung pola pengelolaan kawasan pesisir yang dikembangkan secara
terpadu. Tanpa dukungan kebijakan dan peraturan pemerintah, maka sistem
pengelolaan yang dihasilkan tidak akan memiliki kekuatan hukum sehingga akan
dengan mudah diubah/diganti oleh berbagai pihak yang ingin mengambil
keuntungan sesaat (Savitri dan Khazali, 1999). Wiyana (2004) menambahkan
bahwa pengelola wilayah pesisir secara berkelanjutan, hanya dapat mencapai tujuannya
secara optimal apabila para perencana dan pengelola/pelaksana program memasukkan faktor-faktor penentu. Faktor penentu tersebut di antaranya adalah tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir dan proses perencanaan dan pengambilan keputusan yang inklusif, partisipatif, transparan, akuntabel, dan didukung dengan informasi ilmiah.
Letak Wilayah
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten yang berada
di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Serdang
Bedagai terletak pada posisi 03°01’57” LU -3°40’48”LU dan
98°45’00”BT-99°18’36”BT dengan ketinggian berkisar 0-500 meter di atas permukaan laut.
Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 Km2 yang
(36)
Serdang Bedagai di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah selatan
dengan Kabupaten Simalungun, sebelah timur dengan Kabupaten Batu Bara dan
Kabupaten Simalungun, serta sebelah barat dengan Kabupaten Deli Serdang
(BPS Kabupaten Serdang Bedagai, 2009).
Iklim
Kabupaten Serdang Bedagai memiliki iklim tropis dimana kondisi
iklimnya hampir sama dengan Kabupaten Deli Serdang sebagai kabupaten induk.
Pengamatan Stasiun Sampali menunjukkan rata-rata kelembaban udara per bulan
sekitar 84%, curah hujan berkisar antara 15 sampai dengan 438 mm perbulan
dengan periodik tertinggi pada bulan Oktober 2008, hari hujan per bulan berkisar
5-23 hari dengan periode hari hujan yang besar pada bulan September dan
November 2008. Rata-rata kecepatan angin berkisar 1,4 m/dt dengan tingkat
penguapan sekitar 3,8 (BPS Kabupaten Serdang Bedagai, 2009).
Penduduk
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan kabupaten baru yang merupakan
hasil pemekaran dari wilayah Kabupaten Deli Serdang. Jumlah penduduk
Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2008 berjumlah penduduk laki-laki
316.745 jiwa dan perempuan 313.983 jiwa. Jumlah rumah tangga mencapai
149.702 RT dan rata-rata penduduk per rumah tangga sebanyak 4 orang.
Kepadatan penduduk Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2008 adalah
sebesar 332 jiwa/km2. Kepadatan penduduk terbesar adalah di Kecamatan
(37)
penduduk terendah adalah Kecamatan Kotarih 111 jiwa/km2 dan Kecamatan
Bintang Bayu 134 jiwa/km2.
Ditinjau dari segi persebaran penduduk, jumlah penduduk terbesar adalah
di kecamatan perbaungan yaitu sebesar 101.052 jiwa atau sebesar 16,02 % dari
seluruh penduduk Kabupaten Serdang Bedagai. Jumlah penduduk terendah ada di
Kecamatan Kotarih yaitu sebesar 8.649 jiwa.
Dilihat dari segi umur, persentase penduduk usia 0-14 tahun sebesar 27,21
persen, 15-59 tahun sebesar 67,06 persen, dan 60 tahun keatas sebesar 5,73 persen
yang berarti jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan usia non
produktif dengan rasio beban ketergantungan sebesar 49,12 artinya setiap 100
orang penduduk usia produktif menanggung 49 orang penduduk usia non
produktif (BPS Kabupaten Serdang Bedagai, 2009).
Tenaga Kerja
Jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai yang merupakan angkatan
kerja sebanyak 292.112 orang, terdiri dari 271.879 orang berstatus bekerja dan
20.233 orang yang menganggur. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)
sebesar 63,62 persen dan tingkat pengangguran terbuka (TPT) mencapai 6,93
persen (BPS Kabupaten Serdang Bedagai, 2009).
Administrasi
Wilayah administrasi Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari 17
kecamatan, 237 desa dan 6 kelurahan. Kecamatan yang paling banyak jumlah
desa/kelurahan adalah Kecamatan Perbaungan dan Dolok Masihul yaitu sebanyak
(38)
adalah Kecamatan Bandar Khalipah sebanyak 5 desa/kelurahan. Kabupaten
Serdang Bedagai didiami oleh penduduk dari beragam etnis/suku bangsa, agama
dan budaya. Suku-suku tersebut antara lain Karo, Melayu, Tapanuli, Simalungun,
Jawa dan lain-lain (BPS Kabupaten Serdang Bedagai, 2009).
Pendidikan dan Kebudayaan
Upaya untuk meningkatkan partisipasi sekolah dan kualitas pendidikan
masyarakat adalah dengan menyediakan sarana fisik pendidikan dengan jumlah
guru yang memadai. Pada tahun 2008 terdapat 457 Sekolah Dasar (SD) dengan
jumlah murid 77.655 orang dan jumlah guru 4.831 orang. Untuk Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP) terdapat 83 sekolah 23.738 murid dan 1.738 orang guru.
Sementara itu untuk Sekolah Menengah Umum (SMU) terdapat 38 sekolah,
jumlah murid dan guru masing-masing 10.025 orang dan 881 orang. Pada tahun
yang sama, SLTA Kejuruan terdapat 28 sekolah, 448 guru dan 5.541 siswa
(BPS Kabupaten Serdang Bedagai, 2009).
Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah wakil masyarakat
pesisir, pimpinan organisasi profesi nelayan desa, pelaku usaha yang terkait,
tokoh masyarakat desa, pimpinan desa. Jumlah responden dalam penalitian ini
adalah 180 orang. Karakteristik responden digolongkan dalam beberapa aspek
yaitu umur, mata pencaharian, pendidikan dan pendapatan.
Umur
Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan dapat dilihat pada Grafik 2.
(39)
2.78% 31.67% 39.44% 21.11% 5% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45%
20-30 31-40 41-50 51-60 > 60
Umur
F
reku
en
si
tahun dengan komposisi yang paling tinggi adalah 71 orang (39,44%), sedangkan
untuk umur 20-30 Tahun berada pada komposisi 2,78% merupakan komposisi
yang paling rendah yaitu 5 orang selengkapnya dapat dilihat pada Grafik 2.
Rata-rata umur responden adalah 45 tahun. Hal ini sesuai dengan Mantra (2004) yang
menyatakan bahwa usia produktif tenaga kerja berada dalam kelas umur 15-64
tahun dapat disimpulkan bahwa rata-rata masyarakat yang menjadi responden
berada pada usia produktif. Pada umumnya bahwa semakin produktif suatu
pemikiran seseorang maka pemikiran itu akan semakin bernilai, dimana akan
selalu tertuju kepada kebutuhan kesejahteraan hidupnya. Sehingga dalam
memenuhi suatu kebutuhan seseorang itu akan terjadi suatu pemungutan hasil
hutan yang dengan tidak sadar sudah merusak hutan secara berlebihan mengambil
hasil hutan yang mengalami perubahan suatu hutan yang sudah tidak normal lagi
dengan perlahan-lahan. Oleh karena itu berbagai cara akan dilakukan termasuk
memanfaatkan hasil hutan itu sendiri tanpa memikirkan kelestariannya. Apabila
hal itu terjadi terus menerus dilakukan maka berbagai kerusakan pun akan terjadi.
(40)
2.78% 9.40% 12.22% 15.56% 52.20% 7.78% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%
Petani Karyawan Pedagang Perangkat
Desa Nelayan PNS Mata Pencaharian F reku en si Mata Pencaharian
Jenis mata pencaharian responden dalam penelitian ini sebagai petani yaitu
52,2%. Selain itu responden juga bermata pencaharian karyawan/buruh (15,56%),
Pedagang (12,22%), Perangkat Desa (7,78%), Nelayan (9,44%) dan PNS (2,78%).
Selengkapnya dapat dilihat pada Grafik 3. Dilihat dari suatu sisi mata pencaharian
masyarakat bahwa profesi sebagai petani lebih tinggi hal ini dikarenakan bahwa
dalam penelitian ini masyarakat lebih memilih menjadi petani dibandingkan
nelayan dilihat dari segi hutan mangrove tersebut yang sudah tidak banyak
memiliki suatu fungsi ekologinya yang sekarang ini sudah memprihatinkan
sehingga responden lebih memilih bertani dibandingan menjadi nelayan. Tidak
semua responden dalam penelitian ini berada di wilayah pesisir akan tetapi ada
responden yang berada pada akses menuju ke wilayah pesisir sehingga semakin
baik mata pencaharian seseorang maka kemungkinan untuk merusak atau
memanfaatkan hutan mangrove akan semakin sedikit. Akan tetapi apabila jenis
pekerjaan yang selalu berhubungan dengan hutan maka kemungkinan untuk
merusak hutan juga akan semakin besar karena frekuensi untuk berinteraksi
dengan hutan lebih banyak untuk memenuhi suatu kebutuhan tersebut..
(41)
Pendidikan
Tingkat dari pendidikan responden telah mengecap pendidikan sembilan
tahun (SD sampai SMP), SD/SR (26,67%), SLTP/SMP (31,67%) dan tingkat
SMU yaitu 37,22 % dan peringkat tertinggi merupakan Perguruan Tinggi
(D1,D2,D3,Akademi, Sarjana Muda, Sarjana) yaitu 8 % . Seperti pada Grafik 4.
Semakin tinggi pendidikan masyarakat, maka semakin tinggi kemampuan
seseorang dalam menyerap informasi.
Dilihat hasil yang diperoleh pada grafik 4, bahwa tingkat pendidikan di
Kabupaten Serdang Bedagai ini cukup baik, hal ini dilihat dari responden yang
berada pada daerah yang merupakan daerah akses untuk menuju ke wilayah
pesisir sedangkan responden yang berada di wilayah pesisir itu sendiri tingkat
pendidikannya masih rendah hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti biaya
pendidikan yang tinggi dan tidak terjangkau oleh masyarakat. Disamping itu,
lokasi sekolah yang jauh dari tempat tinggal merupakan salah satu alasan bagi
masyarakat untuk memilih tidak bersekolah. Sekolah yang ada di wilayah pesisir
hanya sampai pada tingkat SD bagi masyarakat yang ingin melanjutkan ke tingkat
yang lebih tinggi harus ke luar daerah tersebut sedangkan masyarakat yang berada
pada daerah yang merupakan akses menuju wilayah pesisir ini tingkat
pendidikannya lebih baik.
Dikarenakan lokasi sekolah yang tidak jauh dan memiliki mata
pencaharian yang cukup untuk kesejahteraan hidupnya. Dimana responden yang
berada pada wilayah pesisir kebanyakan bekerja sebagai nelayan karena dari
penghasilan yang tidak menentu dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhannya
(42)
2.78% 31.67% 39.44% 21.11% 5% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45%
20-30 31-40 41-50 51-60 > 60
Umur
F
reku
en
si
pada sekolah sehingga besar kemungkinan dilihat dari tingkat pendidikan bahwa
kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian hutan masih kurang.
Grafik 4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendapatan
Tingkat pendapatan responden lebih banyak antara Rp.1.000.000 adalah
64 orang dengan tingkat persentasi 35.56, karena dilihat dari mata pencaharian
responden lebih banyak sebagai petani dan rata-rata penghasilan antara
Rp.1.000.000 – Rp. 1.999.000 yaitu 76 orang dengan tingkat persentasi 42,22%
sedangkan yang paling sedikit yaitu dengan pendapatan Rp. 3.000.000 – Rp.
3.999.000 adalah 8 orang dengan tingkat persentasi 4.44% sedangkan tingkat
penghasilan diatas Rp 4.000.000 yaitu 10 orang dengan tingkat persentasi 5.56%.
Pendapatan yang diterima responden sebagian merupakan hasil dari pemanfaatan
ekosistem mangrove yang berada di pesisir, dan ada juga responden yang
menambah pendapatannya dari sumber lain selain dari pekerjaan pokok yaitu
pekerjaan sampingan lainnya.
Pendapatan responden yang berada di wilayah pesisir ini pada dasarnya
dibedakan atas perbedaan jumlah dan aktivitas responden terhadap pekerjaan yang
(43)
responden memiliki 2 (dua) profesi sebagai pegawai negri sipil dan sebagai usaha
sampingannya ia juga berprofesi sebagai petani tetapi pada penelitian ini hanya
beberapa responden yang memiliki profesi tersebut.
Grafik 5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Analisis Regresi Linier Berganda
Pengaruh kerusakan dan perubahan kesesuaian peruntukan ekosistem mangrove terhadap pengembangan wilayah dikawasan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai adalah pendapatan rumah tangga, kesempatan kerja, kesempatan berwirausaha, ketersedian bahan baku, aksesibilitas ekonomi masyarakat terhadap sumber daya mangrove.
Pendapatan Rumah Tangga
Hasil analisis yang telah dilakukan dengan metode enter merupakan suatu
metode dalam pembentukan taksiran model regresi dimana semua variabel bebas
dilibatkan dalam pembentukan persamaan regresinya. Hasil analisis yang telah
dilakukan seperti pada lampiran 4 maka diperoleh persamaan regresinya yaitu
sebagai berikut :
Y1 = a1+b1.1 X1+b1.2 X2
Y1 = 1,973 + 0,066 X1 + 0,042 X2
35.56% 42.22% 12.22% 4.44% 5.56% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45% Pendapatan F reku en
si < Rp 1.000.000
Rp 1.000.000- Rp 1.999.000 Rp 2.000.000- Rp 2.999.000 Rp 3.000.000- Rp 3.999.000 > Rp 4.000.000
(44)
Pada persamaan diatas tampak nilai konstanta 1.973 secara matematis nilai
konstanta ini menyatakan bahwa pada tingkat kerusakan dan perubahan
peruntukan bernilai 0, maka pendapatan rumah tangga (Y1) memiliki nilai 1,973.
Nilai b1= 0,066 dan b2= 0,042 yang bertanda positif berarti memiliki hubungan
yang searah sedangkan yang bertanda negatif berarti memiliki hubungan yang
tidak searah.
Berdasarkan dengan uji F tidak signifikan karena nilai F hitung < F tabel
dimana nilai F hitung (0,949) < F tabel (4,20). Sedangkan dengan uji t maka
diperoleh t hitung > t tabel. Variabel bebas X1 tidak berpengaruh signifikan
terhadap Y1 yaitu t hitung (0,985) > t tabel (1,703). Variabel X2 tidak
berpengaruh terhadap Y1 yaitu t hitung (1.068) > t tabel (1.703).
Berdasarkan hasil perhitungan lampiran 4 diperoleh R adalah 0,103 berarti
(10%) hubungan antara variabel X terhadap Y tidak erat, karena semakin besar R
berarti hubungan semakin erat. R square sebesar 0.011 berarti pengaruh kerusakan
dan peruntukan kesesuaian hanya dapat dijelaskan 1,1 % sedangkan sisanya tidak
diteliti oleh penelitian.
Untuk mendapatkan gambaran kerusakan dan kesesuaian, dilakukan
dengan menggunakan uji t dan uji F untuk mengetahui beberapa indikator yang
sudah di analisis diantarnya pendapatan rumah tangga dari hasil yang diperoleh
bahwa dapat dilihat tidak ada berpengaruh tingkat kerusakan dan kesesuain lahan
terhadap pendapatan rumah tangga dimana nilai t hitung dan F hitung tidak
(45)
Kesempatan Kerja
Hasil analisis yang telah dilakukan seperti pada lampiran 5 maka diperoleh
persamaan regresinya yaitu sebagai berikut :
Y2 = a1+b2.1X1+b2.2X2
Y2 = 1,952 + 0,251X1 + 0,040X2
Pada persamaan diatas tampak nilai konstanta 1,952 secara matematis nilai
konstanta ini menyatakan bahwa pada tingkat kerusakan dan perubahan
peruntukan bernilai 0, maka pendapatan rumah tangga (Y1) memiliki nilai 1,952.
Nilai b1= 0,251 dan b2= 0,040 yang bertanda positif berarti memiliki hubungan
yang searah sedangkan yang bertanda negatif berarti memiliki hubungan yang
tidak searah.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dengan nilai F hitung dengan F tabel
diperoleh F hitung (6,850) > F tabel (4.20) dengan tingkat signifikan 0,001.
Sedangkan Uji t bahwa variabel X1 berpengaruh terhadap Y2 dengan t hitung
(3,654) > t tabel (1,701) dan pada variabel X2 tidak berpengaruh nyata terhadap
Y2 dengan t hitung (0.998) > t tabel (1.703)
Berdasarkan hasil perhitungan lampiran 5 diperoleh R adalah 0,268 berarti
(26%) hubungan antara variabel X terhadap Y tidak erat, karena semakin besar R
berarti hubungan semakin erat. R square sebesar 0.072 berarti pengaruh kerusakan
dan peruntukan kesesuaian hanya dapat dijelaskan 7,2 % sedangkan sisanya tidak
diteliti oleh penelitian ini.
Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa kesempatan kerja berpengaruh
terhadap kerusakan sedangkan dengan tingkat kesesuaian lahan tidak berpengaruh
(46)
harus dengan proses dan syarat yang sulit dan melalui proses persaingan atau
seleksi yang ketat sehingga kerusakan hutan mangrove juga berdampak terhadap
kesempatan kerja, sebelum terjadinya kerusakan ekosistem mangrove masyarakat
mudah bekerja dan berusaha untuk mendapatkan pekerjaan. Akan tetapi, setelah
terjadinya kerusakan ekosistem mangrove masyarakat pesisir mengatakan agak
sulit bekerja dan berusaha di sektor perikanan sesudah terjadinya kerusakan
ekosistem mangrove tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Simanjuntak,
1985) dilihat bahwa umumnya masyarakat pantai (85,4%) menyatakan bahwa
sebelum terjadinya kerusakan ekosistem hutan bakau, mereka “mudah bekerja dan
berusaha sampai dengan agak mudah bekerja dan berusaha” untuk mendapatkan
pekerjaan. Hanya 3,2% masyarakat pantai yang menyatakan “agak sulit bekerja
dan berusaha” di sektor perikanan sebelum terjadinya kerusakan ekosistem hutan
bakau, bahkan tidak ada yang menyatakan “sangat sulit”. Akan tetapi, setelah
terjadinya ekosistem hutan bakau yang terjadi justru sebaliknya dimana 45,2%
masyarakat pantai menyatakan agak sulit bekerja dan berusaha di sektor perikanan
dan bahkan 43,5% masyarakat pantai menyatakan “sulit bekerja dan berusaha”,
dan hanya 1,6 % yang menyatakan mudah untuk bekerja dan berusaha di sektor
perikanan sesudah terjadinya kerusakan ekosistem hutan bakau.
Kesempatan Berwirausaha
Hasil analisis yang telah dilakukan seperti pada lampiran 6 maka diperoleh
persamaan regresinya yaitu sebagai berikut :
Y3 = a1+b3.1X1+b3.2X2
(47)
Pada persamaan diatas tampak nilai konstanta 1,592 secara matematis nilai
konstanta ini menyatakan bahwa pada tingkat kerusakan dan perubahan
peruntukan bernilai 0, maka pendapatan rumah tangga (Y1) memiliki nilai 1,592.
Nilai b1= 0,202 dan b2= - 0,015 yang bertanda positif berarti memiliki hubungan
yang searah sedangkan yang bertanda negatif berarti memiliki hubungan yang
tidak searah.
Berdasarkan dengan uji F yang dilakukan secara bersama – sama maka
hasil yang diperoleh yaitu nilai F hitung (3.126) < F tabel (4.20). Sedangkan uji t
yang diperoleh bahwa nilai t hitung lebih besar dari t tabel dimana X1
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel terikat Y3 yaitu nilai t
hitung (2.346) > t tabel (1.703) berarti berpengaruh nyata.
Berdasarkan hasil perhitungan lampiran 6 diperoleh R adalah 0,185 berarti
(18%) hubungan antara variabel X terhadap Y tidak erat, karena semakin besar R
berarti hubungan semakin erat. R square sebesar 0.034 berarti pengaruh kerusakan
dan peruntukan kesesuaian hanya dapat dijelaskan 3,4 % sedangkan sisanya tidak
diteliti oleh penelitian ni.
Pada kasus kesempatan berwirausaha pengaruh kerusakan dan kesesuaian
yang diperoleh melalui analisis regresi hanya 3,4 % dimana hampir tidak ada
kegiatan wirausaha yang dapat dilakukan oleh masyarakat pesisir. Bahwa sebelum
terjadinya kerusakan ekosistem mangrove masyarakat pesisir mudah untuk
berwirausaha. Yang dimaksud kegiatan wirausaha masyarakat peisisir umunya
berbasis pemanfaatan sumberdaya perikanan dan usaha pendukung kebutuhan
(48)
laut, suplai kebutuhan melaut dan kebutuhan harian rumah tangga, jasa pembuatan
alat penangkapan, dan lain-lain.
Ketersediaan/Kemudahan Bahan Baku
Hasil analisis yang telah dilakukan seperti pada lampiran 7 maka diperoleh
persamaan regresinya yaitu sebagai berikut :
Y4 = a1+b4.1X1+b4.2X2
Y4 = 1,825 + 0,176 X1 + 0,018 X2
Pada persamaan diatas tampak nilai konstanta 1,825 secara matematis nilai
konstanta ini menyatakan bahwa pada tingkat kerusakan dan perubahan
peruntukan bernilai 0, maka pendapatan rumah tangga (Y1) memiliki nilai 1,825.
Nilai b1= 0,176 dan b2= 0,018 yang bertanda positif berarti memiliki hubungan
yang searah sedangkan yang bertanda negatif berarti memiliki hubungan yang
tidak searah.
Berdasarkan penentuan validitas model secara bersama-sama dilakukan
dengan uji F dengan membandingkan nilai F hitung (2.979) < F tabel (4.20).
sedangkan Uji t maka diperoleh t hitung > t tabel. Variabel bebas X1 berpengaruh
signifikan terhadap Y4 yaitu t hitung (2.346) > t tabel (1,703).
Berdasarkan hasil perhitungan lampiran 7 diperoleh R adalah 0,180 berarti
(18%) hubungan antara variabel X terhadap Y tidak erat, karena semakin besar R
berarti hubungan semakin erat. R square sebesar 0.033 berarti pengaruh kerusakan
dan peruntukan kesesuaian hanya dapat dijelaskan 3,3 % sedangkan sisanya tidak
diteliti oleh penelitian ini.
Ketersediaan bahan baku sangat sulitnya mendapatkannya jika pun ada
(49)
yang sangat sulit untuk diperoleh dengan nilai harga tidak ekonomis. Penyebab
berkurangnya bahan baku adanya kegiatan pertambakan yang menyebabkan
tingkat kerusakan dan tingkat perubahan peruntukan ekosistem hutan mangrove
itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bengen (2001) menjelaskan bahwa
kerusakan dan perubahan kesesuaian peruntukan dikarenakan adanya fakta bahwa
sebagian manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mengintervensi
ekosistem mangrove sehingga terjadi alih fungsi lahan seperti pertambakan,
pemukiman, industri dan sebagainya.
Aksesibilitas Ekonomi Masyarakat Terhadap Sumberdaya Mangrove
Hasil analisis yang telah dilakukan seperti pada lampiran 4 maka diperoleh
persamaan regresinya yaitu sebagai berikut :
Y5 = a1+b5.1X1+b5.2X2
Y5 = 2,049 – 0,203X1 + 0,124 X2
Pada persamaan diatas tampak nilai konstanta 2,049 secara matematis nilai
konstanta ini menyatakan bahwa pada tingkat kerusakan dan perubahan
peruntukan bernilai 0, maka aksesibilitas ekonomi masyarakat terhadap
sumberdaya mangrove (Y5) memiliki nilai 2,049. Nilai b1= -0,203 dan b2= 0,124
yang bertanda positif berarti memiliki hubungan yang searah sedangkan yang
bertanda negatif berarti memiliki hubungan yang tidak searah.
Berdasarkan dengan uji F tidak signifikan karena nilai F hitung < F tabel
dimana nilai F hitung (5.056) < F tabel (4.20). Sedangkan dengan uji t maka
diperoleh t hitung > t tabel. Variabel bebas X1 berpengaruh signifikan terhadap
(50)
yaitu t hitung (2.413) > t tabel (1.703) berpengaruh nyata terhadap tingkat
kerusakan dan keseuaian.
Berdasarkan hasil perhitungan lampiran 4 diperoleh R adalah 0,232 berarti
(20%) hubungan antara variabel X terhadap Y tidak erat, karena semakin besar R
berarti hubungan semakin erat. R square sebesar 0.054 berarti pengaruh kerusakan
dan peruntukan kesesuaian hanya dapat dijelaskan 5,4 % sedangkan sisanya tidak
(51)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Tingkat kerusakan dan perubahan kesesuaian peruntukan ekosistem
mangrove tidak berpengaruh atau tidak signifikan terhadap pendapatan
rumah tangga karena nilai t hitung (0.985) > t tabel (1,701) dengan nilai
signifikansinya adalah 0.389 > 0.05 sehingga Ha ditolak.
2. Tingkat kerusakan berpengaruh terhadap kesempatan kerja karena nilai t
hitung (3.654) > t tabel (1.703) sedangkan tingkat perubahan kesesuaian
peruntukan ekosistem tidak berpengaruh karena t hitung (0.998) > t tabel
(1.703). Tingkat signifikansinya adalah 0.001 > 0.05 artinya Ha diterima,
sedangkan terhadap tingkat perubahan kesesuaian peruntukan ekosistem
tidak berpengaruh karena t hitung (0,998) > t tabel (1.703).
3. Tingkat kerusakan berpengaruh terhadap kesempatan berwirausaha karena
nilai t hitung (2.500) > t tabel (1.703) sedangkan tingkat perubahan
kesesuaian peruntukan ekosistem tidak berpengaruh karena t hitung (-0.314)
> t tabel (1.703). Tingkat signifikansinya adalah 0.046 > 0.05 artinya Ha
diterima
4. Tingkat kerusakan ekosistem mangrove tidak berpengaruh atau tidak
signifikan terhadap ketersedian atau kemudahan bahan baku yang memiliki
nilai signifikan terhadap kerusakan mangrove karena nilai F hitung (2.979) <
F tabel (4.20) dengan nilai signifikansinya adalah 0.053 > 0.05 Sehingga Ha
ditolak, dengan uji t nilai t hitung (2.346) > t tabel (1.703) sedangkan terhadap tingkat perubahan kesesuaian peruntukan ekosistem tidak
(52)
5. Tingkat kerusakan ekosistem mangrove tidak berpengaruh atau tidak
signifikan terhadap Aksesibilitas ekonomi masyarakat terhadap sumberdaya
mangrove karena nilai F hitung (5.056) < F tabel (4.20) dengan nilai
signifikansinya adalah 0.007 > 0.05 sehingga Ha ditolak, dengan uji t nilai t
hitung (2.331) > t tabel (1.703) sedangkan terhadap tingkat perubahan
kesesuaian peruntukan ekosistem berpengaruh karena t hitung (2.413) > t
tabel (1.703).
Saran
Diharapakan adanya penelitian lanjutan mengenai analisis
mencegah/mengurangi kerusakan dan perubahan kesesuaian peruntukan lahan di
(53)
DAFTAR PUSTAKA
Alkadri et.al. 1999. Tiga Pilar Pengembangan Wilayah. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Jakarta.
Anonimous. 1995. Buku Petunjuk Praktis Penanaman Mangrove. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta.
Bengen, D.G. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Dephut. 1997. Strategi Nasional Pengelolaan Kawasan Mangrove di Indonesia. Departemen Kehutanan RI. Jakarta.
Departemen Kelutan dan Perikanan. 2002. Pedoman Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Ditjend. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil DKP Jakarta.
Kusmana, C., S. Wilarso, I. Hilwan, P. Pamoengkas, C. Wibowo, T. Tiryana, A. Triswanto, Yunasfi dan Hamzah. 2003. Teknik Rehabilitasi Mangrove. Fakultas Kehutanan-Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lindawati, 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peluang Berusaha dan Kegiatan Ekonomi Rumah Tangga Istri Nelayan Pekerja di Kecamatan Medan Belawan. Jurnal Wahana Hijau Vol.3 No.1. Program Doktor Perencanaan Wilayah SPS USU. Medan.
Pemkab. Serdang Bedagai, 2009. Potensi Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. Website Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai. Serdangbedagaikab.go.id. tgll akses 15 Oktober 2009).
Purwoko, A. 2005. Dampak Kerusakan Ekosistem Hutan Bakau (Mangrove) terhadap Pendapatan Masyarakat Pantai di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Jurnal Wahana Hijau Vol 1 No. 1. Program S3 Perencanaan Wilayah SPS USU. Medan.
Puryono, Sri KS. 2006. Strategi Pengelolaan Hutan Mangrove Berbasis Masyarakat. Majalah Kehutanan Indonesia, Edisi II Th 2006. Departemen Kehutanan RI. Jakarta. http:/majalah kehutanan indonesia/Pengelolaan mangrove berbasis masyarakat.htm. (tanggal akses 27 Mei 2009)
Miraza, B.H. 2005. Peran Kebijakan Publik dalam Perencanaan Wilayah. Jurnal Wahana Hijau Vol.1 No.2. Program Doktor Perencanaan Wilayah SPS USU. Medan.
(54)
Ramli & Purwoko, A. 2003. Peran dan Fungsi Hutan Mangrove dalam Pengelolaan Kawasan Pesisir Terpadu. Makalah pada Lokakarya Antar Sektor dalam Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut di Kabupaten Deli Serdang. Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Deli Serdang. T. Morawa.
Rumapea, M. 2005. Pengaruh Keberadaan Hutan Bakau (Mangrove) terhadap Usaha Produksi Arang dan Perekonomian Daerah di Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Jurnal Wahana Hijau Vol.1 No.2. Program Doktor Perencanaan Wilayah SPS USU. Medan.
Santoso, N. 2000. Pola Pengawasan Ekosistem Mangrove. Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Pengembangan Sistem Pengawasan Ekosistem Laut Tahun 2000. Jakarta.
Savitri, L.A. dan Khazali, M. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir. PSKPL-IPB. Bogor.
Sihite, J., Lense, O., Surartri, R., Gustiar, C., dan Kosamah, S. 2005. The Nature Conservancy (TNC). Southeast Asia Center for Marine Protected Areas (SEA CMPA). Bali
Sirojuzilam, 2007. Perencanaan Tata Ruang dan Perencanaan Wilayah (Spatial Planning and Regional Planning). Jurnal Wahana Hijau Vol.2 No.3. Program Doktor Perencanaan Wilayah SPS USU. Medan
Simanjuntak, T. 1985. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Susilo, K. 2006. Kebijaksanaan Pengembangan Wilayah di Masa yang Akan Datang dan Implikasinya terhadap Kebutuhan Analisis dengan Memanfaatkan Sistem Informasi Geografis. Direktorat Jenderal Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah, Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah RI. (http:/www.penataanruang.nettaru.Makalah Prospek GIS-ITB.pdf. (tanggal akses 27 Mei 2009).
(55)
Lampiran 1. Kuisioner
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur : tahun
3. Jenis Kelamin : *laki-laki/perempuan 4. Pendidikan Terakhir : a. Tidak tamat SD
b. SD/sederajat c. SMP/sederajat d. SMU/STM/SMK e. Perguruan Tinggi 5. Lama Bermukim : a. < 1 tahun
b. 1- < 5 tahun c. 5 - < 10 tahun d. 10 - < 15 tahun e. > 15 tahun 6. Pekerjaan
a. Utama/Pokok :
b. Sampingan :
7. Asal Kecamatan/Desa :
8. Kelompok Responden :
(*Coret yang tidak perlu)
B. PERTANYAAN PANDUAN (mohon melingkari atau yang Bpk/Ibu anggap benar)
No. Pertanyaan
1. Berapakah pendapatan keseluruhan (pokok dan sampingan) yang saudara terima per bulan?
a. < Rp 700.000
b. Rp 700.000 - < Rp 1.400.000 c. Rp 1.400.000 - < Rp 2.100.000 d. Rp 2.100.000 - < Rp 2.800.000 e. Rp 2.800.000 - > Rp 3.500.000
2. Bagaimanakah kesempatan kerja yang dimiliki oleh masyarakat sekitar pesisir?
a. Sangat sulit mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kecakapan yang dimiliki, tidak tersedia banyak dan seleksi sangat ketat
b. Sangat sulit mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kecakapan yang dimiliki, meski tersedia cukup namun seleksi sangat ketat
c. Adanya pekerjaan yang sesuai dengan kecakapanyang dimiliki namun seleksi sangat ketat
d. Adanya pekerjaan yang sesuai dengan kecakapan yang dimiliki dan seleksi tidak begitu ketat/mudah
(56)
yang dimiliki dan seleksi tidak ketat
3. Bagaimanakah kesempatan berwirausaha yang dapat dilakukan oleh masyarakat pesisir?
a. Hampir tidak ada kegiatan wirausaha yang dapat dilakukan oleh masyarakat pesisir
b. Sangat sulit berwirausaha sesuai dengan kecakapan yang dimiliki, dan persaingan sangat ketat
c. Ada kesempatan berwirausaha yang sesuai dengan kecakapan yang dimiliki namun persaingan ketat
d. Ada kesempatan berwirausaha yang sesuai dengan kecakapan yang dimiliki, dan persaingan tidak ketat
e. Kesempatan berwirausaha erbuka luas sesuai dengan kecakapan yang dimiliki, dan persaingan tidak ketat
4. Bagimanakah ketersediaan bahan baku yang diperlukan oleh masyarakat pesisir yang bersumber dari lingkungan sekitarnya untuk melakukan kegiatan wirausaha?
a. Bahan baku sangat sulit dengan harga yang mahal
b. Bahan baku sulit diperoleh, jumlahnya sangat terbatas dan harganya mahal
c. Bahan baku tidak selalu tersedia, sehingga harus melalui persaingan harga
d. Bahan baku tersedia cukup dan kegiatan produksi dapat dilakukan e. Bahan baku tersedia cukup dan murah
5. Bagaimanakah masyarakat pesisir mendapatkan bahan baku ang bersumber dari lingkungan sekitarnya untuk melakukan kegiatan wirausaha?
a. Sangat sulit dan hampir tidak bisa memanfaatkan sumber daya ekosistem mangrove
b. Sangat sulit dan jika bisa dimanfaatkan harus mengeluarkan energi dan biaya yang besar
c. Cukup mudah, namun harus mengeluarkan biaya dan energi yang besar
d. Cukup mudah, biaya dan energi yang dikeluarkan sedikit e. Sangat terbuka kapan saja tanpa mengeluarkan biaya dan energi
(57)
Lampiran 2 . Data Primer Penelitian
No Nama Desa Kategori
Responden Kecamatan
(Y1)
(Y2) X1 X2 X3 X4 X5
1 Zulkifli Pasar baru 1 Teluk mengkudu
2 5
1 1 2 3 1
2 Taman Supriyatno Pasar baru 3 Teluk mengkudu 2 2 3 1 2
3 Basiran Pasar baru 3 Teluk mengkudu 2 2 3 2 3
4 Mikno Sugiyanto Pasar baru 4 Teluk mengkudu 3 3 3 3 4
5 Nilawati Pasar baru 5 Teluk mengkudu 2 3 3 3 4
6 Usman Said Pasar baru 6 Teluk mengkudu 2 3 3 2 3
7 Joni Pandjaitan Pekan Sialang Buah 1 Teluk mengkudu
1 5
1 2 3 2 4
8 T. Sidabutar Pekan Sialang Buah 2 Teluk mengkudu 1 2 2 1 4
9 Usman Syarif Pekan Sialang Buah 3 Teluk mengkudu 2 2 2 3 4
10 J.Situmanggor Pekan Sialang Buah 4 Teluk mengkudu 1 2 2 2 3
11 Effendi Pekan Sialang Buah 5 Teluk mengkudu 2 3 3 3 2
12 Janil Purba Pekan Sialang Buah 6 Teluk mengkudu 1 2 2 2 3
13 Sapril Bagan Kuala 1 Tanjung Beringin
4 3
1 2 2 3 ?
14 Muhammad Yusuf Bagan Kuala 3 Tanjung Beringin 1 2 2 2 2
15 Amiruddin Bagan Kuala 3 Tanjung Beringin 1 1 2 1 2
16 Zulkifli Bagan Kuala 4 Tanjung Beringin 2 2 2 2 2
17 Nasarudin Bagan Kuala 5 Tanjung Beringin 1 1 3 2 2
18 Mhd. Tohir Bagan Kuala 6 Tanjung Beringin 1 1 2 2 2
19 Mahasun Sinaga Sialang Buah 1 Teluk mengkudu
2 2
3 2 3 2 4
20 Solihin Sialang Buah 3 Teluk mengkudu 2 2 2 3 5
21 T.Samosir Sialang Buah 3 Teluk mengkudu 1 2 3 3 3
22 Elly Situmorang Sialang Buah 4 Teluk mengkudu 1 2 3 3 5
23 Nurlana Simorangkir Sialang Buah 5 Teluk mengkudu 1 1 2 2 4
24 Tagor Manurung Sialang Buah 6 Teluk mengkudu 2 2 3 2 2
25 Azwin Naga Kisar 1 Pantai Cermin
2 3
2 3 3 2 3
26 Sarwono Naga Kisar 2 Pantai Cermin 2 3 3 3 1
(58)
29 Syarif Santoso Naga Kisar 5 Pantai Cermin 1 2 2 2 2
30 Bambang Suwondo Naga Kisar 6 Pantai Cermin 1 2 3 2 1
31 Saud Pardede Pematang Kuala 1 Tanjung Beringin
3 4
2 2 2 2 2
32 Zakarya Ismail Pematang Kuala 2 Tanjung Beringin 2 1 2 2 1
33 Hj.Hasan Lubis Pematang Kuala 3 Tanjung Beringin 5 3 3 1 2
34 Tajudin Pematang Kuala 4 Tanjung Beringin 2 2 2 2 1
35 Bachtiar Amran Pematang kuala 5 Tanjung Beringin 4 5 3 2 1
36 Syahril Pematang Kuala 6 Tanjung Beringin 1 3 3 2 3
37 Saprani Bogak Besar 1 Teluk mengkudu
3 3
1 1 2 2 2
38 Rubini Bogak Besar 2 Teluk mengkudu 2 1 2 2 3
39 Tugiran Bogak Besar 3 Teluk mengkudu 1 1 2 2 1
40 Kasturi Bogak Besar 4 Teluk mengkudu 3 1 2 2 1
41 D.siagian Bogak Besar 5 Teluk mengkudu 2 2 3 2 1
42 Sumpeno Bogak Besar 6 Teluk mengkudu 3 2 3 2 2
43 Ismail Sentang 1 Teluk mengkudu
2 2
1 2 3 3 4
44 hj.syafii Sentang 3 Teluk mengkudu 5 4 4 3 4
45 Sofyanto Sentang 3 Teluk mengkudu 1 2 2 2 4
46 Imam Ogiran Sentang 4 Teluk mengkudu 1 3 3 3 2
47 Khaidir Sentang 5 Teluk mengkudu 2 2 3 2 3
48 syahbudn Sentang 6 Teluk mengkudu 2 2 3 3 3
49 Siti Aminah Sei Naga Lawan 1 Perbaungan
2 2
2 2 2 2 4
50 Ahmad Tamami Sei Naga Lawan 3 Perbaungan 3 4 3 2 1
51 M.Yahya Sei Naga Lawan 3 Perbaungan 2 2 2 2 2
52 Abdul gani Sei Naga Lawan 4 Perbaungan 1 2 2 2 3
53 Misnan Sei Naga Lawan 5 Perbaungan 1 2 3 3 4
54 A. Basiri Sei Naga Lawan 6 Perbaungan 2 3 3 3 3
55 Pohan Kayu Besar 1 Bandar Khalipah
3 1
1 2 2 3 2
56 J. Nainggolan Kayu Besar 3 Bandar Khalipah 1 2 3 3 1
57 Pak Iwan Kayu Besar 3 Bandar Khalipah 2 3 2 3 2
(59)
61 Sangaji Pekan Bandar 1 Bandar Khalipah
3 2
1 2 3 2 4
62 M. Ihsan Nur Pekan Bandar 4 Bandar Khalipah 1 1 1 1 1
63 Saharudin Pekan Bandar 5 Bandar Khalipah 1 3 4 3 3
64 Munir Sinaga Pekan Bandar 5 Bandar Khalipah 1 2 4 1 3
65 Rusli Pekan Bandar 6 Bandar Khalipah 1 1 2 1 1
66 Pak Rahman Pekan Bandar 6 Bandar Khalipah 1 2 3 1 2
67 Aler Harianja Gelam sei sarimah 1 Bandar Khalipah
4 5
2 5 5 5 1
68 Supadi Gelam sei sarimah 3 Bandar Khalipah 2 1 3 5 5
69 Rebo Gelam sei sarimah 3 Bandar Khalipah 1 2 3 2 2
70 ABD. Haris Gelam sei sarimah 5 Bandar Khalipah 4 3 2 4 3
71 Pak Saparman Gelam sei sarimah 6 Bandar Khalipah 1 1 4 3 4
72 Sumanjaya Gelam sei sarimah 6 Bandar Khalipah 2 1 5 5 3
73 Buk Unong Nagur 1 Tanjung Beringin
2 5
1 1 1 3 1
74 Zulkifli Ahmad Nagur 3 Tanjung Beringin 2 2 2 4 1
75 Awluddin Nagur 4 Tanjung Beringin 2 3 3 1 2
76 Azhari. HSB Nagur 4 Tanjung Beringin 1 2 2 2 2
77 H. Nurhan Nagur 4 Tanjung Beringin 1 1 3 1 1
78 Badrin Nagur 5 Tanjung Beringin 1 1 2 3 2
79 Abdul Gafar Pematang Guntung 2 Teluk Mengkudu
1 2
1 2 3 4 1
80 Saparudin Pematang Guntung 3 Teluk Mengkudu 1 2 3 3 2
81 Ahmad Pematang Guntung 3 Teluk Mengkudu 2 2 3 3 2
82 Nizam Pematang Guntung 3 Teluk Mengkudu 2 2 3 3 1
83 M. Nasir Pematang Guntung 4 Teluk Mengkudu 1 2 3 3 1
84 Mohd. Yusuf Pematang Guntung 5 Teluk Mengkudu 2 3 3 4 1
85 Indratno Lubuk Saban 1 Pantai Cermin
1 1
1 3 3 4 1
86 Zainuddin Lubuk Saban 3 Pantai Cermin 2 2 3 4 3
87 Junaidi Lubuk Saban 3 Pantai Cermin 1 1 1 2 1
88 Ain Lubuk Saban 3 Pantai Cermin 2 2 3 2 2
89 Sudarto Lubuk Saban 4 Pantai Cermin 1 3 3 2 1
90 Udin Leo Lubuk Saban 5 Pantai Cermin 1 2 2 3 2
(60)
93 Burhanuddin Kuala Lama 3 Pantai Cermin 1 2 2 3 2
94 Hamdani Kuala Lama 3 Pantai Cermin 1 3 4 3 1
95 H. Kocik Kuala Lama 5 Pantai Cermin 1 3 4 3 1
96 Tampubolon Kuala Lama 6 Pantai Cermin 1 3 4 3 1
97 Lukman Pantai Cermin Kiri 1 Pantai Cermin
2 5
2 2 3 4 2
98 Imanda Pantai Cermin Kiri 3 Pantai Cermin 1 3 3 4 2
99 Tuah Man. Srg Pantai Cermin Kiri 3 Pantai Cermin 1 1 3 4 1
100 Baharudin Tjng Pantai Cermin Kiri 3 Pantai Cermin 2 2 3 3 2
101 Mulyono Pantai Cermin Kiri 3 Pantai Cermin 1 2 2 3 2
102 Ruslianto Pantai Cermin Kiri 5 Pantai Cermin 1 3 3 3 2
103 Rosmiwati Pantai Cermin Kanan 1 Pantai Cermin
2 4
2 2 3 3 1
104 Kasman Gultom Pantai Cermin Kanan 3 Pantai Cermin 1 3 3 3 2
105 Anuar Pantai Cermin Kanan 3 Pantai Cermin 2 2 2 3 1
106 Abdul Muim Pantai Cermin Kanan 4 Pantai Cermin 2 2 2 3 1
107 Kasupianto Purba Pantai Cermin Kanan 4 Pantai Cermin 2 2 2 3 1
108 Sudarman Pantai Cermin Kanan 5 Pantai Cermin 3 3 3 3 3
109 Herman Kota Pari 1 Pantai Cermin
2 5
4 2 3 3 2
110 Muklis Lubis Kota Pari 3 Pantai Cermin 2 2 3 2 1
111 Ahmad Basri Kota Pari 3 Pantai Cermin 2 2 3 4 1
112 Syahrul Kota Pari 4 Pantai Cermin 1 2 3 3 2
113 Suwardi Kota Pari 4 Pantai Cermin 2 2 3 3 2
114 Ahmad Kota Pari 5 Pantai Cermin 2 2 3 3 2
115 Fauzi Tebing Tinggi 1 Tanjung Beringin
2 4
1 3 3 4 1
116 Tumbur Simanjuntak Tebing Tinggi 3 Tanjung Beringin 5 2 2 4 1
117 M.Daud Tebing Tinggi 3 Tanjung Beringin 2 2 2 2 1
118 Jhon P. Purba Tebing Tinggi 4 Tanjung Beringin 2 4 1 1 1
119 Darik Tebing Tinggi 5 Tanjung Beringin 1 4 1 1 4
120 Ridwan Tebing Tinggi 6 Tanjung Beringin 2 2 2 2 3
(61)
124 Beti Kampung Juhar 4 Bandar Khalifah 1 1 5 2 3
125 Kasidi Kampung Juhar 5 Bandar Khalifah 2 1 2 2 2
126 S.Salamon Lumban
Tungkup Kampung Juhar 6 Bandar Khalifah 3 1 2 1 2
127 Hotman Sirait Bandar Tengah 1 Bandar Khalifah
2 5
2 2 1 2 1
128 Sinaga Bandar Tengah 2 Bandar Khalifah 5 1 2 2 2
129 Horas Situmorang Bandar Tengah 3 Bandar Khalifah 4 1 2 2 1
130 M.Aband Bandar Tengah 4 Bandar Khalifah 2 1 1 1 1
131 Sugeng Susanto Bandar Tengah 5 Bandar Khalifah 2 1 1 2 1
132 Setia Budi Aruan A.Md Bandar Tengah 6 Bandar Khalifah 4 1 1 2 2
133 Alamsyah Makmur 1 Teluk Mengkudu
1 5
1 2 2 1 1
134 Saidi Makmur 3 Teluk Mengkudu 5 3 2 2 1
135 Samanan Makmur 3 Teluk Mengkudu 2 3 4 4 2
136 Iskak kamandanu Makmur 4 Teluk Mengkudu 1 1 1 1 1
137 M.Lubis Makmur 5 Teluk Mengkudu 2 3 1 1 1
138 Saprik Makmur 6 Teluk Mengkudu 2 3 3 1 1
139 Fajar Wahono Pematang Setrak 1 Teluk Mengkudu
1 5
3 2 2 2 2
140 Nurasiyah Pematang Setrak 2 Teluk Mengkudu 4 1 1 1 1
141 Ahmad Sugiar Pematang Setrak 3 Teluk Mengkudu 3 1 1 2 1
142 Srimarayani Pematang Setrak 4 Teluk Mengkudu 2 1 1 1 1
143 Wagimin Unggul Pematang Setrak 5 Teluk Mengkudu 3 1 2 2 2
144 Irwansyah Lubis Pematang Setrak 6 Teluk Mengkudu 3 2 1 2 1
145 Sudarmin Mata Pao 1 Teluk Mengkudu
1 5
3 1 1 1 2
146 Rudi Mata Pao 3 Teluk Mengkudu 3 2 2 1 2
147 Sujarno Mata Pao 3 Teluk Mengkudu 3 2 2 2 2
148 Ferry Mata Pao 4 Teluk Mengkudu 3 1 2 1 2
149 Sulaiman Mata Pao 5 Teluk Mengkudu 2 2 1 2 1
(62)
152 Jenda Kita Bukit Sementara 3 Pantai Cermin 5 1 2 1 1
153 Edi Suhardi Sementara 3 Pantai Cermin 2 2 2 2 1
154 Trisno Sementara 4 Pantai Cermin 2 1 2 2 1
155 Mahmud Sementara 5 Pantai Cermin 2 2 1 1 2
156 Zumiri Sementara 6 Pantai Cermin 2 1 1 1 1
157 Mulyadi Ara Payung 1 Pantai Cermin
1 5
4 1 1 2 2
158 Rita Wati Ara Payung 3 Pantai Cermin 4 2 2 2 2
159 Ngadiso Ara Payung 3 Pantai Cermin 3 1 1 1 1
160 Darwis Ara Payung 4 Pantai Cermin 3 1 1 2 1
161 Khairuddin Ara Payung 5 Pantai Cermin 3 1 2 1 2
162 Ahmad Jais S.Pd Ara Payung 6 Pantai Cermin 3 2 1 2 1
163 Samsinur Pematang Kasih 1 Pantai Cermin
1 1
2 1 2 1 2
164 Budi Pematang Kasih 3 Pantai Cermin 5 2 1 2 1
165 Sukanto Pematang Kasih 3 Pantai Cermin 2 2 2 1 1
166 Arifin Pematang Kasih 4 Pantai Cermin 2 2 2 1 1
167 Sutrisno Pematang Kasih 5 Pantai Cermin 2 1 2 2 1
168 Kusiono Pematang Kasih 6 Pantai Cermin 2 2 2 1 1
169 Mansyur Besar II Terjun 1 Pantai Cermin
1 1
3 2 2 2 1
170 Sunardi Besar II Terjun 3 Pantai Cermin 5 1 1 1 2
171 Mascipto Pranoto Besar II Terjun 3 Pantai Cermin 2 1 1 1 2
172 Saharman Besar II Terjun 4 Pantai Cermin 2 1 1 1 2
173 Usman Besar II Terjun 5 Pantai Cermin 2 1 1 1 1
174 Sulaiman Syah Besar II Terjun 6 Pantai Cermin 4 1 1 1 1
175 Mujadi Celawan 1 Pantai Cermin
4 5
2 2 2 2 2
176 Hasmun Celawan 3 Pantai Cermin 5 2 1 2 2
177 Suparno Celawan 3 Pantai Cermin 2 2 2 1 2
(63)
Lampiran 3 . Output SPSS dengan Metode Enter (Y1)
Variables Entered/Removedb
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method
1 Tkt.Kesesuaian,
Tkt.Kerusakana . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Pendapatan
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .103a .011 .000 .82826
a. Predictors: (Constant), Tkt.Kesesuaian, Tkt.Kerusakan
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.302 2 .651 .949 .389a
Residual 121.425 177 .686
Total 122.728 179
a. Predictors: (Constant), Tkt.Kesesuaian, Tkt.Kerusakan b. Dependent Variable: Pendapatan
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.973 .189 10.447 .000
Tkt.Kerusakan .066 .067 .074 .985 .326
Tkt.Kesesuaian -.042 .039 .080 1.068 .287
(64)
Lampiran 4 . Output SPSS dengan Metode Enter (Y2)
Variables Entered/Removedb
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method
1 Tkt.Kesesuaian,
Tkt.Kerusakana . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kes.Kerja
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .268a .072 .061 .85360
a. Predictors: (Constant), Tkt.Kesesuaian, Tkt.Kerusakan
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 9.983 2 4.991 6.850 .001a
Residual 128.967 177 .729
Total 138.950 179
a. Predictors: (Constant), Tkt.Kesesuaian, Tkt.Kerusakan b. Dependent Variable: Kes.Kerja
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.952 .195 10.029 .000
Tkt.Kerusakan .251 .069 .266 3.654 .000
Tkt.Kesesuaian -.040 .040 .073 .998 .319
(65)
Lampiran 5 . Output SPSS dengan Metode Enter (Y3)
Variables Entered/Removedb
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method
1 Tkt.Kesesuaian,
Tkt.Kerusakana . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Berwirausaha
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .185a .034 .023 1.00052
a. Predictors: (Constant), Tkt.Kesesuaian, Tkt.Kerusakan
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 6.259 2 3.129 3.126 .046a
Residual 177.186 177 1.001
Total 183.444 179
a. Predictors: (Constant), Tkt.Kesesuaian, Tkt.Kerusakan b. Dependent Variable: Berwirausaha
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.592 .228 6.978 .000
Tkt.Kerusakan .202 .081 .186 2.500 .013
Tkt.Kesesuaian -.015 .047 .023 .314 .754
(66)
Lampiran 6. Output SPSS dengan Metode Enter (Y4)
Variables Entered/Removedb
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method
1 Tkt.Kesesuaian,
Tkt.Kerusakana . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Bhn.Baku
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .180a .033 .022 .93143
a. Predictors: (Constant), Tkt.Kesesuaian, Tkt.Kerusakan
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5.168 2 2.584 2.979 .053a
Residual 153.559 177 .868
Total 158.728 179
a. Predictors: (Constant), Tkt.Kesesuaian, Tkt.Kerusakan b. Dependent Variable: Bhn.Baku
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.825 .212 8.593 .000
Tkt.Kerusakan .176 .075 .175 2.346 .020
Tkt.Kesesuaian .018 .044 .030 .406 .686
(1)
Lampiran 7. Output SPSS dengan Metode Enter (Y5)
Variables Entered/Removedb
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method 1 Tkt.Kesesuaian,
Tkt.Kerusakana . Enter a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Aksesibilitas
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .232a .054 .043 1.08235
a. Predictors: (Constant), Tkt.Kesesuaian, Tkt.Kerusakan
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 11.847 2 5.924 5.056 .007a
Residual 207.353 177 1.171
Total 219.200 179
a. Predictors: (Constant), Tkt.Kesesuaian, Tkt.Kerusakan b. Dependent Variable: Aksesibilitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
(2)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.049 .247 8.300 .000
Tkt.Kerusakan -.203 .087 .171 2.331 .021
Tkt.Kesesuaian .124 .051 .178 2.413 .017
a. Dependent Variable: Aksesibilitas
Lampiran 5. Kondisi Kerusakan dan Perubahan Kesesuaian Peruntukan Hutan Mangrove.
a. TPI yang baru dibangun b. Mangrove yang baru ditebang
(3)
e. Kondisi jalan menuju desa f. Dermaga yang akan dibangun pelabuhan
g. Pohon bakau yang dibakar h. Kondisi hutan
(4)
k. Tambak l. Tambak dan Peternakan
m. Pertanian dan Perkebunan n. Pengeringan ikan
(5)
q. Pengambilan pasir pantai r. Kondisi pantai
s. Lahan sawah t. Daun nipah
(6)
w. Kondisi lahan mangrove x. Masyarakat yang memanfaatkan hasil hutan berupa kayu