Evaluasi Pengembalian Dana Pengembangan Usaha Agribisnis (PUAP) di Kecamatan Simpang Empat (Kasus: Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bentuk Bantuan Modal Pertanian
Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1964 dengan nama Bimbingan Massal
(BIMAS). Tujuan dibentuknya program tersebut adalah untuk meningkatkan
produksi, meningkatkan penggunaan teknologi baru dalam usahatani dan
peningkatan produksi pangan secara nasional. Dalam perjalanannya, program
BIMAS dan kelembagaan kredit petani mengalami banyak perubahan dan
modifikasi yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan kebijakan
(Hasan, 2002).
Pada tahun 1985, kredit BIMAS dihentikan dan diganti dengan Kredit Usaha Tani
(KUT) sebagai penyempurnaan dari sistem kredit massal BIMAS, dimana pola
penyaluran yang digunakan pada saat itu adalah melalui Koperasi Unit Desa
(KUD). Sejalan dengan perkembangannya, ternyata pola yang demikian banyak
menemui kesulitan, utamanya dalam penyaluran kredit. Hal lebih disebabkan
karena tingkat tunggakan pada musim tanam sebelumnya sangat tinggi. Namun
dalam kenyataannya, banyak kelompok tani yang berada dalam wilayah KUD
yang tidak menerima dana KUT, padahal mereka yang berada diwilayah KUD
tersebut justru memiliki kemampuan yang baik dalam pengembalian kredit.
Tahun 1995 pemerintah mencanangkan skim kredit KUT pola khusus. Pada pola
ini, kelompok tani langsung menerima dana dari bank pelaksana. Timbul masalah
lain dalam penyaluran KUT yaitu terjadi tunggakan yang besar di sebagian daerah
Universitas Sumatera Utara
yang menerima dana program tersebut. Beberapa penyebab besarnya tunggakan
tersebut antara lain karena rendahnya harga gabah yang diterima petani, faktor
bencana alam, dan penyimpangan yang terjadi dalam proses penyaluran serta
pemanfaatan dana tersebut.
Pada Oktober 2000 pemerintah mencanangkan Kredit Ketahanan Pangan (KKP)
sebagai pengganti KUT. Program ini merupakan bentuk fasilitas modal untuk
usahatani tanaman, tebu, peternakan, perikanan dan pengadaan pangan. Tujuannya
adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional dan pendapatan petani
(Lubis, 1992).
Tahun 2002, pemerintah melalui Departemen Pertanian mengeluarkan kebijakan
baru dalam upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam berusaha. Kebijakan
tersebut dituangkan dalam bentuk program fasilitasi Bantuan Langsung
Masyarakat (BLM). Program BLM ini diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat
yang mencakup bantuan modal untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi
produktif; bantuan sarana dan prasarana dasar yang mendukung kegiatan sosial
ekonomi; bantuan pengembangan sumberdaya manusia untuk mendukung
penguatan kegiatan sosial ekonomi; bantuan penguatan kelembagaan untuk
mendukung pengembangan proses hasil-hasil kegiatan sosial ekonomi secara
berkelanjutan melalui penguatan kelompok masyarakat dan unit pengelola
keuangan; dan bantuan pengembangan sistem pelaporan untuk mendukung
pelestarian hasil-hasil kegiatan sosial ekonomi produktif (Sumodiningrat, 1999).
Tahun 2003, pemerintah mengeluarkan program baru yang disebut DPMLUEP
atau Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan. Kegiatan DPM-
Universitas Sumatera Utara
LUEP merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dalam rangka
stabilisasi harga gabah terutama pada saat panen raya. Bentuk kegiatan ini adalah
memberikan sejumlah dana pinjaman kepada LUEP untuk membeli gabah petani
dengan harga pokok yang telah ditetapkan pemerintah yakni harga pembelian
pemerintah (HPP) dan sebagai imbalannya LUEP tidak perlu membayar bunga
untuk penerimaan Dana Penguatan Modal (DPM) tersebut. Kegiatan DPM-LUEP
muncul untuk mengatasi masalah harga gabah yang rendah terutama pada saat
panen raya, sehingga petani sangat dirugikan (Sumodiningrat, 1999).
Berkembang dan berubahnya kepemimpinan di pemerintahan, maka kebijakan
penguatan modal dibidang pertanian pun ikut berubah. Dalam rangka
menanggulangi kemiskinan di pedesaan, Bapak Presiden tanggal 30 April 2007 di
Palu, Sulawesi telah mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri (PNPM-M). Pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mencanangkan
program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) pada tahun 2008.
PUAP merupakan bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui
bantuan modal usaha dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai
dengan potensi pertanian desa sasaran. PNPM-Mandiri (Program Nasional
Pemberdayaan
Masyarakat
Mandiri)
merupakan
program
pemberdayaan
masyarakat yang ditujukan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan
kesempatan kerja. Kebijakan ini bertujuan untuk penerapan pola bentuk fasilitas
bantuan penguatan modal usaha untuk petani. Penyaluran PUAP dilakukan
dengan memberikan kewenangan kepada GAPOKTAN dengan didampingi
Penyuluh (Departemen Pertanian, 2008).
Universitas Sumatera Utara
2.2 Konsep Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP)
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan bagian dari
pelaksanaan program Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
(PNPM-Mandiri) melalui bantuan modal usaha dalam menumbuhkembangkan
usaha agribisnis sesuai dengan potensi pertanian desa sasaran. Khusus untuk
program dari Departemen Pertanian RI yakni PUAP, dilaksanakan pada tahun
2008 dengan menyalurkan dana BLM-PUAP ke 10.000 desa pertanian. Masingmasing desa menerima BLM-PUAP sebesar Rp 100.000 untuk mengembangkan
agribisnis pedesaan. Kebijakan tersebut diwujudkan dengan penerapan pola
bentuk fasilitas bantuan penguatan modal usaha bagi petani anggota baik petani
pemilik, petani penggarap, petani penyewa (Departemen Pertanian, 2008).
a. Tujuan Pelaksanaan Program PUAP
Adapun tujuan dilaksanakannya program PUAP adalah sebagai berikut :
1. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan
pengembangan kegiatan usaha agribisnis di pedesaan sesuai dengan
potensi wilayah;
2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan,
penyuluh dan penyelia mitra tani;
3. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi pedesaan untuk
pengembangan kegiatan usaha agribisnis.
4. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau
mitra
lembaga
keuangan
dalam
rangka
akses
ke
permodalan
(Departian Pertanian, 2008).
b. Sasaran PUAP
Universitas Sumatera Utara
Sasaran program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(PUAP) adalah:
1. Berkembangnya 10.000 desa miskin atau tertinggal sesuai dengan
potensi pertanian desa.
2. Berkembangnya 10.000 GAPOKTAN atau POKTAN yang
dimiliki dan dikelola petani.
3. Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga petani miskin skala
kecil dan buruh tani.
4. Berkembangnya usaha agribisnis yang mempunyai transaksi hasil
usaha hharian, mingguan atau musiman (DEPTAN,2008).
c. Indikator Keberhasilan PUAP
Indikator keberhasilan program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP) adalah:
1. Indikator output
a. Tersalurnya Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) kepadapetani, buruh
tani dan rumah tangga petani dalam melakukanusaha produktif
pertanian.
b. Terlaksananya fasilitas penguatan kapasitas dan kemampuansumber
daya manusia pengelola Gapoktan, penyuluhpendamping dan penyelia
mitra tani.
2. Indikator outcame
a. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasipenyaluran
dana BLM untuk petani anggota baik pemilik,petani penggarap, buruh
tani atau rumah tangga tani.
Universitas Sumatera Utara
b. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga taniyang
mendapatkan bantuan modal usaha.
c.
Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis di pedesaan.
d. Meningkatnya pendapatan petani, buruh tani dan rumah tangga petani
dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah
(Departemen Pertanian, 2015).
3. Indikator benefit dan impact
a. Berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani
di desa sasaran PUAP.
b. Berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi yang dimiliki dan
dikelola oleh petani.
c. Berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di pedesaan
(Departemen Pertanian, 2015).
2.3 Landasan Teori
Evaluasi merupakan metode untuk mengkaji keberhasilan suatu aktivitas tertentu,
dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan lagi hasil-hasil yang telah dicapai
sebelumnya. Setelah melaksanakan langsung di lapangan rencana kerja yang
tadinya tertulis di atas kertas, perlu untuk mengevaluasinya dan melaporkan
perkembangan-perkembangan yang terjadi (Nasution, 1990).
Evaluasi program adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengkaji kembali draft
atau usulan program yang sudah dirumuskan, sebelum program itu dilaksanakan.
Kegiatan evaluasi seperti ini, bertujuan untuk mengkaji kembali keterandalan
Universitas Sumatera Utara
program untuk mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan pedoman atau
patokan-patokan yang diberikan (Mardikanto, 1993).
Kegiatan evaluasi dalam pengembangan program PUAP merupakan proses untuk
menyempurnakan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan, membantu dalam
sistem perencanaan, penyusunan program dan sistem pengambilan keputusan
yang bersifat antisipatif, sehingga di masa depan dapat dikembangkan program
PUAP yang progresif dan dinamis (Pasaribu dkk, 2011).
Dalam melaksanakan envaluasi program terdapat beberapa pendekatan yang
umum digunakan yakni diantaranya:
a. Evaluasi Berdasarkan Tujuan (Goals-Based Evaluation)
Program sering dibuat untuk memenuhi satu atau lebih tujuan spesifik.
Tujuan ini
sering dijelaskan dalam rencana program. Evaluasi berdasarkan tujuan
adalah menilai
sejauh mana program tersebut memenuhi tujuan dan keobjektifitasan yang
telah
ditetapkan sebelumnya.
b. Evaluasi Beradasarkan Proses (Process-Based Evaluations)
Evaluasi berdasarkan proses dirancang untuk sepenuhnya memahami
bagaimana
sebuah program bekerja, bagaimana cara menghasilkan hasil. Evaluasi ini
berguna jikaprogram yang lama berdiri dan telah berubah selama
bertahun-tahun, karyawan ataupelanggan melaporkan sejumlah besar
Universitas Sumatera Utara
keluhan tentang program, tampaknya ada inefisiensibesar dalam
memberikan layanan program dan mereka juga berguna untuk
menggambarkan secara akurat ke luar pihak bagaimana sebuah program
benar-benarberoperasi (misalnya, untuk replikasi di tempat lain).
c. Evaluasi Berdasarkan Hasil (Outcomes-Based Evaluation)
Evaluasi program dengan fokus hasil yang semakin penting bagi
organisasi
nirlaba.Evaluasi
berdasarkan
hasil
memudahkan
kita
menanyakan apakah organisasi benar- benarmelakukan kegiatan program
yang tepat untuk membawa hasil yang tepat
(McNamara, 1997-2010).
Dalam ilmu evaluasi program, ada banyak model yang bisa digunakan untuk
mengevaluasi suatu program, salah satunya adalah model evaluasi CIPP. Model
evaluasi CIPP adalah model evaluasi yang tujuannya untuk mengambil keputusan
dalam merencanakan, melaksanakan dan mengembangkan suatu program. Model
evaluasi CIPP terdiri daari empat jenis evaluasi yakni:
a. Context Evaluation (Evaluasi Konteks), digunakan untuk menganalisis
problem yang dihadapi dan kebutuhan dalam program tertentu agar
ketimpangan yang terjadi dapat dihilangkan.
b. Input Evaluation (Evaluasi Masukan), digunakan untuk menilai strategi
dan sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai obyektif program
guna membantu mengambil keputusan dalam memilih strategi dan sumber
terbaik dalam keterbatasan.
Universitas Sumatera Utara
c. Process Evaluation (Evaluasi Proses), dugunakan untuk memonitor dan
mengontrol proses pelaksanaan program, melakukan koreksi dan
penyesuaian jika terjadi penyimpangan.
d. Product Evaluation (Evaluasi Produk), duganakan untuk mengukur
kuantitas dan kualitas hasil pelaksanaan program yang hasilnya
dibandingkan dengan obyektif dari program. Hasil dari evaluasi digunakan
untuk mengambil keputusan apakah program diteruskan, dihentikan atau
diubah. Evaluasi produk juga digunakan untuk merencanakan program
berikutnya (Anonimus, 2007).
Pola dasar PUAP
Pola dasar PUAP dirancang untuk meningkatkan keberhasilan penyaluran dana
BLM PUAP kepada Gapoktan dalam mengembangkan usaha produktifpetani
skala kecil, buruh tani dan rumah tangga tani miskin. Komponen utamadari pola
dasar pengembangan PUAP adalah 1) keberadaan Gapoktan; 2)keberadaan
Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT) sebagaipendamping; 3)
Pelatihan bagi petani, pengurus Gapoktan,dll; dan 4) penyaluranBLM kepada
petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tanggatani.
1. Strategi Dasar PUAP
Strategi dasar PUAP adalah:
a. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PUAP
b. Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin dan tertinggal
c. Penguatan modal petani kecil, buruh tani dan rumah tangga tani
miskin kepada sumber permodalan, dan
d. Pendampingan bagi GAPOKTAN
Universitas Sumatera Utara
2. Strategi operasional
Strategi operasional PUAP adalah:
a. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PUAP dilaksanakan
melalui:
I. Pelatihan bagi petugas pembina dan pendamping PUAP
II. Rekrutmen dan pelatihan bagi penyuluh dan PMT
III. Pelatihan bagi pengurus GAPOKTAN
IV. Pendampingan bagi petani oleh penyuluh dan PMT.
b. Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin dan tertinggal
dilaksankan melalui:
I.
II.
Identifikasi potensi desa
Penentuan usaha agribisnis (hulu, budidaya, dan hilir) unggulan,
dan
III.
Penyusunan dan pelaksanaan RUB berdasarkan usaha agribisnis
unggulan.
c. Penguatan modal bagi petani kecil, buruh tani dan rumah tangga
miskin kepada sumber permodalan dilaksanakan melalui:
I.
Penyaluran BLM_PUAP kepada pelaku agribinis melalui
GAPOKTAN
II.
Fasilitas pengembangan kemitraan dengan sumber permodalan
lainnya.
d. Pendampingan GAPOKTAN dilaksanakan melalui:
I.
Penempatan dan penugasan penyuluh pendamping di setiap
GAPOKTAN
Universitas Sumatera Utara
II.
Penempatan dan penugasan PMT di setiap kabupaten/kota.
3. Ruang lingkup kegiatan
Ruang lingkup kegiatan PUAP meliputi:
a. Identifikasi dan penetapan desa PUAP
b. Identifikasi dan penetapan GAPOKTAN penerima BLM-PUAP
c. Pelatihan bagi fasilitator, penyuluh pendamping, dan pengurus
GAPOKTAN
d. Rekrutmen dan pelatihan bagi PMT
e. Sosialisasi kegiatan PUAP
f. Pendampingan
g. Penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat
h. Pembinaan dan pengendalian
i.
Evaluasi dan pelaporan.
KRITERIA SELEKSI DESA DAN GAPOKTAN PENERIMA PUAP
I.
Kriteria Seleksi Desa PUAP
1.
Tahapan penetapan Kuota Desa Penentuan kuota desa dilaksanakan
di Pusat oleh Kelompok Kerja (Pokja) Identifikasi PUAP. Penetapan
kuota desa dilakukan dengan mempertimbangkan: (1) data lokasi
PNPM-Mandiri; (2) data Potensi Desa (Podes); (3) data desa miskin
dari BPS; (4) data desa tertinggal dari Kementerian PDT; (5) Data
desa lokasi program lanjutan DEPTAN antara lain : P4K, Prima
Tani,
P4MI,
Pidra,
LKM-A
serta
desa
rawan
pangan.
Kuota desa yang menjadi sasaran penerima bantuan modal usaha
PUAP juga memperhatikan dan mempertimbangkan aspirasi
masyarakat.
Berdasarkan kuota desa pada setiap Kabupaten/Kota, Tim PUAP
Pusat menyusun daftar calon desa PUAP.
Universitas Sumatera Utara
2.
Tahapan Seleksi Desa PUAP:
a.
Daftar calon desa PUAP dikirim oleh Tim PUAP Pusat ke
Gubernur dan Bupati/Walikota.
b.
Berdasarkan
daftar
tersebut
diatas,
Pemerintah
Kabupaten/Kota mengusulkan calon desa PUAP kepada
Departemen Pertanian melalui Gubernur.
c.
Tim PUAP Pusat melakukan verifikasi atas usulan desa
PUAP yang diajukan oleh Gubernur, Bupati/Walikota dan
aspirasi masyarakat.
d.
Hasil verifikasi desa PUAP oleh Tim PUAP Pusat,
selanjutnya ditetapkan oleh MENTERI PERTANIAN sebagai
desa PUAP.
II.
Penetapan GAPOKTAN/POKTAN
a. Tim
Teknis
Kabupaten/Kota
mengidentifikasi
GAPOKTAN
penerima BLM dari lokasi desa PUAP yang telah ditetapkan oleh
MENTERI PERTANIAN
b. GAPOKTAN mengisi Formulir 1 sebagai data dasar untuk diajukan
oleh Bupati/Walikota sebagai calon penerima BLM PUAP.
c. Bupati/Walikota mengusulkan GAPOKTAN penerima BLM PUAP
kepada Tim Pusat melalui Gubernur.
d. Tim PUAP Pusat melakukan verifikasi terhadap GAPOKTAN yang
diusulkan oleh Bupati/Walikota.
e. Hasil
verifikasi
Tim
PUAP
Pusat
terhadap
GAPOKTAN,
selanjutnya ditetapkan oleh MENTERI PERTANIAN.
Kriteria GAPOKTAN Penerima BLM – PUAP
Universitas Sumatera Utara
GAPOKTAN penerima bantuan modal usaha PUAP harus berada pada desa
PUAP dengan kriteria sebagai berikut:
a. Memiliki SDM yang mampu mengelola usaha agribisnis.
b. Mempunyai struktur kepengurusan yang aktif.
c. Dimiliki dan dikelola oleh petani.
d. Dikukuhkan oleh Bupati/Walikota.
e. Apabila di desa tersebut tidak terdapat GAPOKTAN dan baru ada
POKTAN, maka POKTAN dapat ditunjuk menjadi penerima BLM
PUAP dan untuk selanjutnya ditumbuhkan menjadi GAPOKTAN.
TATA CARA DAN PROSEDUR PENYALURAN BLM-PUAP
I.
Penyusunan Rencana Usaha Bersama (RUB)
a.
RUB disusun oleh GAPOKTAN berdasarkan hasil identifikasi
potensi usaha agribisnis di desa PUAP yang dilakukan oleh
Penyuluh Pendamping.
b.
Penyusunan RUB harus memperhatikan kelayakan usaha produktif
petani, yaitu : 1) budidaya di sub sektor tanaman pangan,
hortikultura, peternakan, perkebunan, 2) usaha non budidaya
meliputi usaha industri rumah tangga pertanian, pemasaran skala
kecil/bakulan, dan usaha lain berbasis pertanian.
c.
Rencana Usaha Bersama (RUB) yang telah disetujui oleh Tim
Teknis Kabupaten/Kota (Formulir 2) , dikirim bersama dokumen
administrasi lainnya antara lain: (1) Berita Acara Pengukuhan
GAPOKTAN, (2) Nomor Rekening GAPOKTAN, (3) Perjanjian
Kerjasama, dan (4) Surat Perintah Kerja, ke Tim Pembina Propinsi
untuk diajukan kepada Departemen Pertanian C.q Pusat Pembiayaan
Pertanian Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian.
Universitas Sumatera Utara
d.
RUB dan dokumen administrasi lainnya yang diterima Departemen
Pertanian selanjutnya diteliti dan diverifikasi oleh Tim PUAP Pusat
c.q. Pokja Penyaluran Dana.
II.
Prosedur Penyaluran BLM-PUAP
a.
Satker Pusat Pembiayaan Pertanian menerbitkan Surat Perintah
Kerja (SPK) bermeterai Rp. 6000,- kepada GAPOKTAN.
b.
Penyaluran dana BLM – PUAP dilakukan dengan mekanisme
Pembayaran Langsung (LS) ke Rekening GAPOKTAN.
c.
Satker Pusat Pembiayaan Pertanian mengajukan surat Perintah
Membayar (SPM-LS) dengan lampiran :
i.
Keputusan MENTERI PERTANIAN tentang penetapan
GAPOKTAN.
ii.
Berita
Acara
Pengukuhan
GAPOKTAN
oleh
Bupati
/Walikota.
iii.
Rekapitulasi RUB dengan mencantumkan :
1.
Nama dan alamat lengkap GAPOKTAN yang menjadi
sasaran PUAP.
2.
Nomor rekening GAPOKTAN.
3.
Nama dan alamat kantor cabang bank tempat
GAPOKTAN membuka rekening.
4.
Rincian penggunaan dana BLM PUAP menurut usaha
produktif.
iv.
Kuitansi harus ditandatangani Ketua GAPOKTAN dan
diketahui/disetujui oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota dengan
meterai Rp.6000,- (enam ribu rupiah).
Universitas Sumatera Utara
d.
Penyaluran dana BLM dari KPPN ke rekening Gapoktan melalui
penerbitan SP2D akan diatur lebih lanjut oleh Departemen
Keuangan.
ORGANISASI PELAKSANAAN PUAP
1. Tingkat Pusat
Untuk
meningkatkan koordinasi antar
instansi
Menteri Pertanian
membentuk Tim Pengarah dan Tim Pelaksana Pengembangan Usaha
Agribisnis Perdesaan. Tim Pengarah diketuai oleh Menteri Pertanian
dibantu oleh seluruh Eselon I lingkup Departemen Pertanian. Tugas utama
dari Tim Pengarah adalah merumuskan kebijakan umum dalam
pengembangan PUAP baik dengan instansi Pusat khususnya dalam
koordinasi pelaksanaan PNPM Mandiri maupun dengan instansi daerah
(tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota).
Tim Pelaksana PUAP tingkat Pusat diketuai oleh Kepala Badan Pengembangan
SDM dan dibantu oleh Staf Khusus Menteri Pertanian Bidang Peningkatan
Efisiensi Pembangunan Pertanian dan Kepala Pusat Pembiayaan Pertanian sebagai
Sekretaris. Anggota Tim Pelaksana PUAP Pusat terdiri dari Kepala Biro
Perencanaan, seluruh Sekretaris Eselon I dan beberapa Pejabat Eselon II terkait.
Tugas utama Tim Pelaksana PUAP adalah melaksanakan seluruh kegiatan PUAP
mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring, evaluasi dan
pelaporan.
2. Tingkat Provinsi
Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi di tingkat Provinsi,
Gubernur membentuk Tim Pembina PUAP tingkat Provinsi yang terdiri
dari Tim Pengarah dan Tim Pelaksana. Tim Pengarah PUAP Provinsi
adalah juga merupakan Tim Pengarah PNPM Mandiri Provinsi. Tim
Pelaksana diketuai oleh salah satu Kepala Dinas Lingkup Pertanian dengan
Sekretaris adalah Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
sedangkan
anggota
berasal
dari
instansi
terkait
lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Tugas utama dari tim pembina tingkat Provinsi adalah merumuskan
kebijakan teknis pengembangan PUAP sebagai penjabaran dari kebijakan
umum yang dirumuskan oleh Tim Pusat, mengkoordinasikan pelaksanaan
PUAP dengan PNPM Mandiri di tingkat Provinsi, melakukan koordinasi
dan sinkronisasi dengan Kabupaten/Kota.
3. Tingkat Kabupaten/Kota
Untuk
meningkatkan
koordinasi
antar
instansi,
Bupati/Walikota
membentuk Tim Teknis PUAP tingkat Kabupaten/Kota yang terdiri dari
Tim Pengarah dan Tim Pelaksana. Tim Pengarah PUAP Kabupaten/Kota
adalah juga merupakan Tim Pengarah PNPM Mandiri Kabupaten/Kota.
Tim Pelaksana diketuai oleh salah satu Kepala Dinas Lingkup Pertanian
dan Sekretaris adalah Kepala Kelembagaan yang menangani Penyuluhan
Pertanian, sedangkan anggota Tim Pelaksana adalah Penyelia Mitra Tani
(PMT) dan instansi terkait lainnya.
Tugas utama dari tim Teknis Kabupaten/Kota adalah merumuskan
kebijakan teknis pengembangan PUAP sebagai penjabaran dari kebijakan
umum
Pusat
dan
kebijakan
teknis
Provinsi,
mengkoordinasikan
pelaksanaan PUAP dengan PNPM Mandiri di tingkat Kabupaten/Kota,
menyetujui
RUB
yang
diusulkan
GAPOKTAN
dan
melakukan
pengendalian pelaksanaan PUAP di tingkat Kecamatan dan Desa.
4. Tingkat Kecamatan
Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi di tingkat Kecamatan, maka
Bupati/Walikota membentuk Tim Teknis tingkat Kecamatan. Tim Teknis
Kecamatan diketuai Camat dibantu oleh Kepala Balai Penyuluhan
Pertanian (BPP) sebagai sekretaris, Kantor Cabang Dinas Pertanian (KCD)
dan Kepala Desa lokasi PUAP sebagai anggota.
Tugas utama dari Tim Teknis Kecamatan adalah melaksanakan kebijakan
teknis
yang
dirumuskan oleh Bupati/Walikota dan pengendalian
pelaksanaan PUAP di tingkat Desa lingkup kecamatan.
Universitas Sumatera Utara
5. Tingkat Desa
Pelaksana PUAP di tingkat Desa terdiri dari GAPOKTAN, Penyuluh
Pendamping dan Penyelia Mitra Tani. GAPOKTAN ditetapkan/dikukuhkan
oleh Bupati/Walikota.
Penyuluh Pendamping setelah mengikuti pelatihan mengisi Formulir 3 sebagai
data dasar penempatan dan penugasan yang diberikan oleh Bupati/Walikota.
Tugas utama Penyuluh Pendamping adalah:
1. Melakukan identifikasi potensi ekonomi desa yang berbasis usaha
pertanian;
2. Memberikan bimbingan teknis usaha agribisnis perdesaan termasuk
pemasaran hasil usaha;
3. Membantu memecahkan permasalahan usaha petani /kelompok tani,
serta
mendampingi
Gapokan
selama
proses
penumbuhan
kelembagaan;
4. Melaksanakan pelatihan usaha agribisnis dan usaha ekonomi
produktif sesuai potensi desa.
5. Membantu memfasilitasi kemudahan akses terhadap sarana
produksi, teknologi dan pasar.
6. Memberikan bimbingan teknis dalam pemanfaatan dana BLMPUAP; dan
7. Membantu GAPOKTAN dalam membuat laporan perkembangan
PUAP.
Penyelia Mitra Tani (PMT) mengisi Formulir 4 sebagai data dasar dalam
penempatan dan penugasan yang diberikan oleh Departemen Pertanian. Tugas
utama PMT adalah :
1. Melakukan supervisi dan advokasi kepada Penyuluh Pendamping
dan GAPOKTAN;
Universitas Sumatera Utara
2. Melaksanakan pertemuan reguler dengan Penyuluh Pendamping
dan GAPOKTAN;
3. Melakukan
verifikasi
awal
terhadap
RUB
dan
dokumen
administrasi lainnya; dan
4. Membuat laporan tentang perkembangan pelaksanaan PUAP.
4. Pembinaan
Dalam rangka menjaga kesinambungan dan keberhasilan pelaksanaan
PUAP, Tim Pusat melakukan pembinaan terhadap SDM ditingkat provinsi
dan Kabupaten/Kota dalam bentuk pelatihan. Disamping itu, Tim Pusat
berkoordinasi dengan Tim PNPM-Mandiri melakukan sosialisasi program
dan supervisi pelaksanaan PUAP ditingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Pembinaan pelaksanaan PUAP oleh Tim Pembina Provinsi kepada Tim
Teknis Kabupaten/Kota difokuskan kepada: 1) Peningkatan kualitas SDM
yang menangani BLM PUAP ditingkat Kabupaten/Kota 2). Koordinasi
dan Pengendalian; dan 3) mengembangkan sistem pelaporan PUAP.
Pembinaan pelaksanaan PUAP oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota kepada
Tim Teknis Kecamatan dilakukan dalam bentuk pelatihan/apresiasi
peningkatan pemahaman terhadap pelaksanaan PUAP (Departemen
Pertanian, 2008).
5. Pengendalian
Untuk
mengendalikan
pelaksanaan
PUAP,
Departemen
Pertanian
mengembangkan operation room sebagai Pusat Pengendali PUAP berbasis
elektronik yang dikelola oleh Pusat Data dan Informasi Pertanian
Universitas Sumatera Utara
(Pusdatin). Pusdatin sebagai pengelola operation room bertanggungjawab
mengembangkan dan mengelola data base PUAP yang mencakup : data
base GAPOKTAN, Penyuluh Pendamping, Penyelia Mitra Tani (PMT)
dan usaha agribisnis GAPOKTAN. Disamping itu, Pusdatin bertugas
mempersiapkan bahan laporan perkembangan pelaksanaan PUAP
(Departemen Pertanian, 2015)
2.4 Penelitian Terdahulu
NO
Judul Penelitian
Nama
Peneliti
Identifikasi
Masalah
Metode
Analisis
Kesimpulan
1
Dedi
Rasmin
to
(2015)
Pengaruh kinerja
pengurus
GAPOKTAN
terhadap
keberhasilan
program PUAP di
Kecamatan Bne
Bone
Bagaimana
pengaruh
kinerja
pengurus
GAPOKTAN
terhadap
keberhasilan
program PUAP
di Kecamatan
Bone?
Analisis
Deskriptif
Terdapat pengaruh
signifikan antara
faktor
personal,kepemimpin
an terhadap
keberhasilan PUAP
di Kecamatan Bone?
2
Tommy
Goom
Tua
Siagian
(2010)
Efektivitas program
PUAP terhadap
kinerja
GAPOKTAN
Bagaimana
Analisis
efektivitas
Regresi
Linier
penyaluran
BLM-PUAP
untuk sektor on
farm pada
GAPOKTAN
di desa
Porwasan,
Kecamatan
Dramaga,
Kabupaten
Bogor
Penyaluran BLMPUAP pada sektor on
farm digolongkan
kategori cukup
efektif
3
Triame
Widya
Anggri
Analisis dampak
pelaksanaan PUAP.
(Studi kasus :
Bagaimana
pelaksanaan
program PUAP
Pelaksanaan program
PUAP di
GAPOKTAN Rukun
Analisis
deskriptif
Universitas Sumatera Utara
ani
(2012)
Gapoktan Rukun
Tani, Desa Citapen,
Kecamatan Ciawi,
Kabupaten Bogor)
di
GAPOKTAN
Rukun Tani
Tani telah berjalan
baik
4
Sasnita
Siregar
(2013)
Peranan program
PUAP terhadap
peningkatan
pendapatan petani
Bagaimana
pelaksanaan
dan peran
PUAP di Desa
Kuta
Analisis
deskriptif
Pelaksanaan program
PUAP di desa Kuta
Jeump masih dalam
bentuk GAPOKTAN
dan belum
berkembang jadi
LKM
5
Ilhamsy
ah Noar
Hadi
(2014)
Dampak program
PUAP terhadap
pendapatan petani.
(Kasus Kecamatan
Pati, Kabupaten Pati
Jawa Tengah)
Bagaimana
pelaksanaan
program PUAP
di daerah
penelitian
Analisis
deskriptif
Pelaksanaan program
PUAP telah berjalan
dengan baik di
Kecamatan Pati
2.5 Kerangka Pemikiran
Penelitian
ini
akan
menganalisis
Evaluasi
Lama
Pengembalian
Dana
Pengembangan Usaha Pertanian Pedesaan (PUAP) yang dimulai sejak tahun
2008. Program PUAP
ini mendapat pengawasan dalam pelaksanannya
dilapangan. Pengawasan dilapangan dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan
(PPL) yang bertugas di daerah penelitian. Dana BLM-PUAP ini diberikan kepada
GAPOKTAN yang selanjutnya GAPOKTAN berperan penting membagikan dana
kepada kelompok tanilah yang membagikan dana kepada petani
untuk
dipergunakan pada usahatani mereka. Keberhasilan atau tidaknya program PUAP
ini dapat diketahui apabila program ini telah mencapai sasaran awal dari program
ini apabila telah melewati tahap evaluasi.
Universitas Sumatera Utara
Setelah kelompok-kelompok tani memperoleh dana program PUAP dari Gapoktan
masing-masing, maka dana tersebut disalurkan kepada setiap petani anggota
kelompok tani. Dana yang disalurkan atau dipinjamkan kepada petani akan
dikembalikan petani dengan jangka waktu tertentu. Petani penerima dana PUAP
akan dibandingkan dengan petani yang menerima pinjaman koperasi terhadp lama
pengembalian dana pinjaman.
Dalam pengembalian dana BLM-PUAP ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik
sosial ekonomi masing-masing petani penerima dana PUAP tersebut. Dan
karakteristik sosial ekonomi yang dimaksud adalah umur, tingkat pendidikan,
jumlah tanggungan, pendapatan, dan luas lahan serta ketaatan pengembalian dana.
Universitas Sumatera Utara
Secara sistematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
PUAP
GAPOKTAN
PENYULUH
Pelaksanaan Program
PUAP
PETANI
Pengembalian Dana
Pinjaman
EVALUASI
Petani Penerima
Dana PUAP
Petani Menerima
Pinjaman Koperasi
Karakteristik sosial ekonomi
penerima dana program PUAP
Lama Waktu Pengembalian
Dana PUAP
Universitas Sumatera Utara
Keterangan :
: menyatakan hubungan
: menyatakan pengaruh
Gambar 1: Skema Kerangka Pemikiran Evaluasi Pengembalian Dana
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di
Kecamatan Simpang Empat
2.6 Hipotesis Penelitian
1. Ada pelaksanaan program Perkembangan Usaha Agribisnis Pedesaan
(PUAP) di daerah penelitian.
2. Ada perbedaan lama waktu pengembalian dana program PUAP antara
petani meminjam dana PUAP dan petani yang tidak menerima dana PUAP
di daerah penelitian
3. Ada pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani peminjam dana PUAP
terhadap lama waktu pengembalian dana program PUAP di daerah
penelitian
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bentuk Bantuan Modal Pertanian
Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1964 dengan nama Bimbingan Massal
(BIMAS). Tujuan dibentuknya program tersebut adalah untuk meningkatkan
produksi, meningkatkan penggunaan teknologi baru dalam usahatani dan
peningkatan produksi pangan secara nasional. Dalam perjalanannya, program
BIMAS dan kelembagaan kredit petani mengalami banyak perubahan dan
modifikasi yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan kebijakan
(Hasan, 2002).
Pada tahun 1985, kredit BIMAS dihentikan dan diganti dengan Kredit Usaha Tani
(KUT) sebagai penyempurnaan dari sistem kredit massal BIMAS, dimana pola
penyaluran yang digunakan pada saat itu adalah melalui Koperasi Unit Desa
(KUD). Sejalan dengan perkembangannya, ternyata pola yang demikian banyak
menemui kesulitan, utamanya dalam penyaluran kredit. Hal lebih disebabkan
karena tingkat tunggakan pada musim tanam sebelumnya sangat tinggi. Namun
dalam kenyataannya, banyak kelompok tani yang berada dalam wilayah KUD
yang tidak menerima dana KUT, padahal mereka yang berada diwilayah KUD
tersebut justru memiliki kemampuan yang baik dalam pengembalian kredit.
Tahun 1995 pemerintah mencanangkan skim kredit KUT pola khusus. Pada pola
ini, kelompok tani langsung menerima dana dari bank pelaksana. Timbul masalah
lain dalam penyaluran KUT yaitu terjadi tunggakan yang besar di sebagian daerah
Universitas Sumatera Utara
yang menerima dana program tersebut. Beberapa penyebab besarnya tunggakan
tersebut antara lain karena rendahnya harga gabah yang diterima petani, faktor
bencana alam, dan penyimpangan yang terjadi dalam proses penyaluran serta
pemanfaatan dana tersebut.
Pada Oktober 2000 pemerintah mencanangkan Kredit Ketahanan Pangan (KKP)
sebagai pengganti KUT. Program ini merupakan bentuk fasilitas modal untuk
usahatani tanaman, tebu, peternakan, perikanan dan pengadaan pangan. Tujuannya
adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional dan pendapatan petani
(Lubis, 1992).
Tahun 2002, pemerintah melalui Departemen Pertanian mengeluarkan kebijakan
baru dalam upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam berusaha. Kebijakan
tersebut dituangkan dalam bentuk program fasilitasi Bantuan Langsung
Masyarakat (BLM). Program BLM ini diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat
yang mencakup bantuan modal untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi
produktif; bantuan sarana dan prasarana dasar yang mendukung kegiatan sosial
ekonomi; bantuan pengembangan sumberdaya manusia untuk mendukung
penguatan kegiatan sosial ekonomi; bantuan penguatan kelembagaan untuk
mendukung pengembangan proses hasil-hasil kegiatan sosial ekonomi secara
berkelanjutan melalui penguatan kelompok masyarakat dan unit pengelola
keuangan; dan bantuan pengembangan sistem pelaporan untuk mendukung
pelestarian hasil-hasil kegiatan sosial ekonomi produktif (Sumodiningrat, 1999).
Tahun 2003, pemerintah mengeluarkan program baru yang disebut DPMLUEP
atau Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan. Kegiatan DPM-
Universitas Sumatera Utara
LUEP merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dalam rangka
stabilisasi harga gabah terutama pada saat panen raya. Bentuk kegiatan ini adalah
memberikan sejumlah dana pinjaman kepada LUEP untuk membeli gabah petani
dengan harga pokok yang telah ditetapkan pemerintah yakni harga pembelian
pemerintah (HPP) dan sebagai imbalannya LUEP tidak perlu membayar bunga
untuk penerimaan Dana Penguatan Modal (DPM) tersebut. Kegiatan DPM-LUEP
muncul untuk mengatasi masalah harga gabah yang rendah terutama pada saat
panen raya, sehingga petani sangat dirugikan (Sumodiningrat, 1999).
Berkembang dan berubahnya kepemimpinan di pemerintahan, maka kebijakan
penguatan modal dibidang pertanian pun ikut berubah. Dalam rangka
menanggulangi kemiskinan di pedesaan, Bapak Presiden tanggal 30 April 2007 di
Palu, Sulawesi telah mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri (PNPM-M). Pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mencanangkan
program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) pada tahun 2008.
PUAP merupakan bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui
bantuan modal usaha dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai
dengan potensi pertanian desa sasaran. PNPM-Mandiri (Program Nasional
Pemberdayaan
Masyarakat
Mandiri)
merupakan
program
pemberdayaan
masyarakat yang ditujukan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan
kesempatan kerja. Kebijakan ini bertujuan untuk penerapan pola bentuk fasilitas
bantuan penguatan modal usaha untuk petani. Penyaluran PUAP dilakukan
dengan memberikan kewenangan kepada GAPOKTAN dengan didampingi
Penyuluh (Departemen Pertanian, 2008).
Universitas Sumatera Utara
2.2 Konsep Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP)
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan bagian dari
pelaksanaan program Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
(PNPM-Mandiri) melalui bantuan modal usaha dalam menumbuhkembangkan
usaha agribisnis sesuai dengan potensi pertanian desa sasaran. Khusus untuk
program dari Departemen Pertanian RI yakni PUAP, dilaksanakan pada tahun
2008 dengan menyalurkan dana BLM-PUAP ke 10.000 desa pertanian. Masingmasing desa menerima BLM-PUAP sebesar Rp 100.000 untuk mengembangkan
agribisnis pedesaan. Kebijakan tersebut diwujudkan dengan penerapan pola
bentuk fasilitas bantuan penguatan modal usaha bagi petani anggota baik petani
pemilik, petani penggarap, petani penyewa (Departemen Pertanian, 2008).
a. Tujuan Pelaksanaan Program PUAP
Adapun tujuan dilaksanakannya program PUAP adalah sebagai berikut :
1. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan
pengembangan kegiatan usaha agribisnis di pedesaan sesuai dengan
potensi wilayah;
2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan,
penyuluh dan penyelia mitra tani;
3. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi pedesaan untuk
pengembangan kegiatan usaha agribisnis.
4. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau
mitra
lembaga
keuangan
dalam
rangka
akses
ke
permodalan
(Departian Pertanian, 2008).
b. Sasaran PUAP
Universitas Sumatera Utara
Sasaran program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(PUAP) adalah:
1. Berkembangnya 10.000 desa miskin atau tertinggal sesuai dengan
potensi pertanian desa.
2. Berkembangnya 10.000 GAPOKTAN atau POKTAN yang
dimiliki dan dikelola petani.
3. Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga petani miskin skala
kecil dan buruh tani.
4. Berkembangnya usaha agribisnis yang mempunyai transaksi hasil
usaha hharian, mingguan atau musiman (DEPTAN,2008).
c. Indikator Keberhasilan PUAP
Indikator keberhasilan program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP) adalah:
1. Indikator output
a. Tersalurnya Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) kepadapetani, buruh
tani dan rumah tangga petani dalam melakukanusaha produktif
pertanian.
b. Terlaksananya fasilitas penguatan kapasitas dan kemampuansumber
daya manusia pengelola Gapoktan, penyuluhpendamping dan penyelia
mitra tani.
2. Indikator outcame
a. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasipenyaluran
dana BLM untuk petani anggota baik pemilik,petani penggarap, buruh
tani atau rumah tangga tani.
Universitas Sumatera Utara
b. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga taniyang
mendapatkan bantuan modal usaha.
c.
Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis di pedesaan.
d. Meningkatnya pendapatan petani, buruh tani dan rumah tangga petani
dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah
(Departemen Pertanian, 2015).
3. Indikator benefit dan impact
a. Berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani
di desa sasaran PUAP.
b. Berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi yang dimiliki dan
dikelola oleh petani.
c. Berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di pedesaan
(Departemen Pertanian, 2015).
2.3 Landasan Teori
Evaluasi merupakan metode untuk mengkaji keberhasilan suatu aktivitas tertentu,
dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan lagi hasil-hasil yang telah dicapai
sebelumnya. Setelah melaksanakan langsung di lapangan rencana kerja yang
tadinya tertulis di atas kertas, perlu untuk mengevaluasinya dan melaporkan
perkembangan-perkembangan yang terjadi (Nasution, 1990).
Evaluasi program adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengkaji kembali draft
atau usulan program yang sudah dirumuskan, sebelum program itu dilaksanakan.
Kegiatan evaluasi seperti ini, bertujuan untuk mengkaji kembali keterandalan
Universitas Sumatera Utara
program untuk mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan pedoman atau
patokan-patokan yang diberikan (Mardikanto, 1993).
Kegiatan evaluasi dalam pengembangan program PUAP merupakan proses untuk
menyempurnakan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan, membantu dalam
sistem perencanaan, penyusunan program dan sistem pengambilan keputusan
yang bersifat antisipatif, sehingga di masa depan dapat dikembangkan program
PUAP yang progresif dan dinamis (Pasaribu dkk, 2011).
Dalam melaksanakan envaluasi program terdapat beberapa pendekatan yang
umum digunakan yakni diantaranya:
a. Evaluasi Berdasarkan Tujuan (Goals-Based Evaluation)
Program sering dibuat untuk memenuhi satu atau lebih tujuan spesifik.
Tujuan ini
sering dijelaskan dalam rencana program. Evaluasi berdasarkan tujuan
adalah menilai
sejauh mana program tersebut memenuhi tujuan dan keobjektifitasan yang
telah
ditetapkan sebelumnya.
b. Evaluasi Beradasarkan Proses (Process-Based Evaluations)
Evaluasi berdasarkan proses dirancang untuk sepenuhnya memahami
bagaimana
sebuah program bekerja, bagaimana cara menghasilkan hasil. Evaluasi ini
berguna jikaprogram yang lama berdiri dan telah berubah selama
bertahun-tahun, karyawan ataupelanggan melaporkan sejumlah besar
Universitas Sumatera Utara
keluhan tentang program, tampaknya ada inefisiensibesar dalam
memberikan layanan program dan mereka juga berguna untuk
menggambarkan secara akurat ke luar pihak bagaimana sebuah program
benar-benarberoperasi (misalnya, untuk replikasi di tempat lain).
c. Evaluasi Berdasarkan Hasil (Outcomes-Based Evaluation)
Evaluasi program dengan fokus hasil yang semakin penting bagi
organisasi
nirlaba.Evaluasi
berdasarkan
hasil
memudahkan
kita
menanyakan apakah organisasi benar- benarmelakukan kegiatan program
yang tepat untuk membawa hasil yang tepat
(McNamara, 1997-2010).
Dalam ilmu evaluasi program, ada banyak model yang bisa digunakan untuk
mengevaluasi suatu program, salah satunya adalah model evaluasi CIPP. Model
evaluasi CIPP adalah model evaluasi yang tujuannya untuk mengambil keputusan
dalam merencanakan, melaksanakan dan mengembangkan suatu program. Model
evaluasi CIPP terdiri daari empat jenis evaluasi yakni:
a. Context Evaluation (Evaluasi Konteks), digunakan untuk menganalisis
problem yang dihadapi dan kebutuhan dalam program tertentu agar
ketimpangan yang terjadi dapat dihilangkan.
b. Input Evaluation (Evaluasi Masukan), digunakan untuk menilai strategi
dan sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai obyektif program
guna membantu mengambil keputusan dalam memilih strategi dan sumber
terbaik dalam keterbatasan.
Universitas Sumatera Utara
c. Process Evaluation (Evaluasi Proses), dugunakan untuk memonitor dan
mengontrol proses pelaksanaan program, melakukan koreksi dan
penyesuaian jika terjadi penyimpangan.
d. Product Evaluation (Evaluasi Produk), duganakan untuk mengukur
kuantitas dan kualitas hasil pelaksanaan program yang hasilnya
dibandingkan dengan obyektif dari program. Hasil dari evaluasi digunakan
untuk mengambil keputusan apakah program diteruskan, dihentikan atau
diubah. Evaluasi produk juga digunakan untuk merencanakan program
berikutnya (Anonimus, 2007).
Pola dasar PUAP
Pola dasar PUAP dirancang untuk meningkatkan keberhasilan penyaluran dana
BLM PUAP kepada Gapoktan dalam mengembangkan usaha produktifpetani
skala kecil, buruh tani dan rumah tangga tani miskin. Komponen utamadari pola
dasar pengembangan PUAP adalah 1) keberadaan Gapoktan; 2)keberadaan
Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT) sebagaipendamping; 3)
Pelatihan bagi petani, pengurus Gapoktan,dll; dan 4) penyaluranBLM kepada
petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tanggatani.
1. Strategi Dasar PUAP
Strategi dasar PUAP adalah:
a. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PUAP
b. Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin dan tertinggal
c. Penguatan modal petani kecil, buruh tani dan rumah tangga tani
miskin kepada sumber permodalan, dan
d. Pendampingan bagi GAPOKTAN
Universitas Sumatera Utara
2. Strategi operasional
Strategi operasional PUAP adalah:
a. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PUAP dilaksanakan
melalui:
I. Pelatihan bagi petugas pembina dan pendamping PUAP
II. Rekrutmen dan pelatihan bagi penyuluh dan PMT
III. Pelatihan bagi pengurus GAPOKTAN
IV. Pendampingan bagi petani oleh penyuluh dan PMT.
b. Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin dan tertinggal
dilaksankan melalui:
I.
II.
Identifikasi potensi desa
Penentuan usaha agribisnis (hulu, budidaya, dan hilir) unggulan,
dan
III.
Penyusunan dan pelaksanaan RUB berdasarkan usaha agribisnis
unggulan.
c. Penguatan modal bagi petani kecil, buruh tani dan rumah tangga
miskin kepada sumber permodalan dilaksanakan melalui:
I.
Penyaluran BLM_PUAP kepada pelaku agribinis melalui
GAPOKTAN
II.
Fasilitas pengembangan kemitraan dengan sumber permodalan
lainnya.
d. Pendampingan GAPOKTAN dilaksanakan melalui:
I.
Penempatan dan penugasan penyuluh pendamping di setiap
GAPOKTAN
Universitas Sumatera Utara
II.
Penempatan dan penugasan PMT di setiap kabupaten/kota.
3. Ruang lingkup kegiatan
Ruang lingkup kegiatan PUAP meliputi:
a. Identifikasi dan penetapan desa PUAP
b. Identifikasi dan penetapan GAPOKTAN penerima BLM-PUAP
c. Pelatihan bagi fasilitator, penyuluh pendamping, dan pengurus
GAPOKTAN
d. Rekrutmen dan pelatihan bagi PMT
e. Sosialisasi kegiatan PUAP
f. Pendampingan
g. Penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat
h. Pembinaan dan pengendalian
i.
Evaluasi dan pelaporan.
KRITERIA SELEKSI DESA DAN GAPOKTAN PENERIMA PUAP
I.
Kriteria Seleksi Desa PUAP
1.
Tahapan penetapan Kuota Desa Penentuan kuota desa dilaksanakan
di Pusat oleh Kelompok Kerja (Pokja) Identifikasi PUAP. Penetapan
kuota desa dilakukan dengan mempertimbangkan: (1) data lokasi
PNPM-Mandiri; (2) data Potensi Desa (Podes); (3) data desa miskin
dari BPS; (4) data desa tertinggal dari Kementerian PDT; (5) Data
desa lokasi program lanjutan DEPTAN antara lain : P4K, Prima
Tani,
P4MI,
Pidra,
LKM-A
serta
desa
rawan
pangan.
Kuota desa yang menjadi sasaran penerima bantuan modal usaha
PUAP juga memperhatikan dan mempertimbangkan aspirasi
masyarakat.
Berdasarkan kuota desa pada setiap Kabupaten/Kota, Tim PUAP
Pusat menyusun daftar calon desa PUAP.
Universitas Sumatera Utara
2.
Tahapan Seleksi Desa PUAP:
a.
Daftar calon desa PUAP dikirim oleh Tim PUAP Pusat ke
Gubernur dan Bupati/Walikota.
b.
Berdasarkan
daftar
tersebut
diatas,
Pemerintah
Kabupaten/Kota mengusulkan calon desa PUAP kepada
Departemen Pertanian melalui Gubernur.
c.
Tim PUAP Pusat melakukan verifikasi atas usulan desa
PUAP yang diajukan oleh Gubernur, Bupati/Walikota dan
aspirasi masyarakat.
d.
Hasil verifikasi desa PUAP oleh Tim PUAP Pusat,
selanjutnya ditetapkan oleh MENTERI PERTANIAN sebagai
desa PUAP.
II.
Penetapan GAPOKTAN/POKTAN
a. Tim
Teknis
Kabupaten/Kota
mengidentifikasi
GAPOKTAN
penerima BLM dari lokasi desa PUAP yang telah ditetapkan oleh
MENTERI PERTANIAN
b. GAPOKTAN mengisi Formulir 1 sebagai data dasar untuk diajukan
oleh Bupati/Walikota sebagai calon penerima BLM PUAP.
c. Bupati/Walikota mengusulkan GAPOKTAN penerima BLM PUAP
kepada Tim Pusat melalui Gubernur.
d. Tim PUAP Pusat melakukan verifikasi terhadap GAPOKTAN yang
diusulkan oleh Bupati/Walikota.
e. Hasil
verifikasi
Tim
PUAP
Pusat
terhadap
GAPOKTAN,
selanjutnya ditetapkan oleh MENTERI PERTANIAN.
Kriteria GAPOKTAN Penerima BLM – PUAP
Universitas Sumatera Utara
GAPOKTAN penerima bantuan modal usaha PUAP harus berada pada desa
PUAP dengan kriteria sebagai berikut:
a. Memiliki SDM yang mampu mengelola usaha agribisnis.
b. Mempunyai struktur kepengurusan yang aktif.
c. Dimiliki dan dikelola oleh petani.
d. Dikukuhkan oleh Bupati/Walikota.
e. Apabila di desa tersebut tidak terdapat GAPOKTAN dan baru ada
POKTAN, maka POKTAN dapat ditunjuk menjadi penerima BLM
PUAP dan untuk selanjutnya ditumbuhkan menjadi GAPOKTAN.
TATA CARA DAN PROSEDUR PENYALURAN BLM-PUAP
I.
Penyusunan Rencana Usaha Bersama (RUB)
a.
RUB disusun oleh GAPOKTAN berdasarkan hasil identifikasi
potensi usaha agribisnis di desa PUAP yang dilakukan oleh
Penyuluh Pendamping.
b.
Penyusunan RUB harus memperhatikan kelayakan usaha produktif
petani, yaitu : 1) budidaya di sub sektor tanaman pangan,
hortikultura, peternakan, perkebunan, 2) usaha non budidaya
meliputi usaha industri rumah tangga pertanian, pemasaran skala
kecil/bakulan, dan usaha lain berbasis pertanian.
c.
Rencana Usaha Bersama (RUB) yang telah disetujui oleh Tim
Teknis Kabupaten/Kota (Formulir 2) , dikirim bersama dokumen
administrasi lainnya antara lain: (1) Berita Acara Pengukuhan
GAPOKTAN, (2) Nomor Rekening GAPOKTAN, (3) Perjanjian
Kerjasama, dan (4) Surat Perintah Kerja, ke Tim Pembina Propinsi
untuk diajukan kepada Departemen Pertanian C.q Pusat Pembiayaan
Pertanian Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian.
Universitas Sumatera Utara
d.
RUB dan dokumen administrasi lainnya yang diterima Departemen
Pertanian selanjutnya diteliti dan diverifikasi oleh Tim PUAP Pusat
c.q. Pokja Penyaluran Dana.
II.
Prosedur Penyaluran BLM-PUAP
a.
Satker Pusat Pembiayaan Pertanian menerbitkan Surat Perintah
Kerja (SPK) bermeterai Rp. 6000,- kepada GAPOKTAN.
b.
Penyaluran dana BLM – PUAP dilakukan dengan mekanisme
Pembayaran Langsung (LS) ke Rekening GAPOKTAN.
c.
Satker Pusat Pembiayaan Pertanian mengajukan surat Perintah
Membayar (SPM-LS) dengan lampiran :
i.
Keputusan MENTERI PERTANIAN tentang penetapan
GAPOKTAN.
ii.
Berita
Acara
Pengukuhan
GAPOKTAN
oleh
Bupati
/Walikota.
iii.
Rekapitulasi RUB dengan mencantumkan :
1.
Nama dan alamat lengkap GAPOKTAN yang menjadi
sasaran PUAP.
2.
Nomor rekening GAPOKTAN.
3.
Nama dan alamat kantor cabang bank tempat
GAPOKTAN membuka rekening.
4.
Rincian penggunaan dana BLM PUAP menurut usaha
produktif.
iv.
Kuitansi harus ditandatangani Ketua GAPOKTAN dan
diketahui/disetujui oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota dengan
meterai Rp.6000,- (enam ribu rupiah).
Universitas Sumatera Utara
d.
Penyaluran dana BLM dari KPPN ke rekening Gapoktan melalui
penerbitan SP2D akan diatur lebih lanjut oleh Departemen
Keuangan.
ORGANISASI PELAKSANAAN PUAP
1. Tingkat Pusat
Untuk
meningkatkan koordinasi antar
instansi
Menteri Pertanian
membentuk Tim Pengarah dan Tim Pelaksana Pengembangan Usaha
Agribisnis Perdesaan. Tim Pengarah diketuai oleh Menteri Pertanian
dibantu oleh seluruh Eselon I lingkup Departemen Pertanian. Tugas utama
dari Tim Pengarah adalah merumuskan kebijakan umum dalam
pengembangan PUAP baik dengan instansi Pusat khususnya dalam
koordinasi pelaksanaan PNPM Mandiri maupun dengan instansi daerah
(tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota).
Tim Pelaksana PUAP tingkat Pusat diketuai oleh Kepala Badan Pengembangan
SDM dan dibantu oleh Staf Khusus Menteri Pertanian Bidang Peningkatan
Efisiensi Pembangunan Pertanian dan Kepala Pusat Pembiayaan Pertanian sebagai
Sekretaris. Anggota Tim Pelaksana PUAP Pusat terdiri dari Kepala Biro
Perencanaan, seluruh Sekretaris Eselon I dan beberapa Pejabat Eselon II terkait.
Tugas utama Tim Pelaksana PUAP adalah melaksanakan seluruh kegiatan PUAP
mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring, evaluasi dan
pelaporan.
2. Tingkat Provinsi
Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi di tingkat Provinsi,
Gubernur membentuk Tim Pembina PUAP tingkat Provinsi yang terdiri
dari Tim Pengarah dan Tim Pelaksana. Tim Pengarah PUAP Provinsi
adalah juga merupakan Tim Pengarah PNPM Mandiri Provinsi. Tim
Pelaksana diketuai oleh salah satu Kepala Dinas Lingkup Pertanian dengan
Sekretaris adalah Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
sedangkan
anggota
berasal
dari
instansi
terkait
lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Tugas utama dari tim pembina tingkat Provinsi adalah merumuskan
kebijakan teknis pengembangan PUAP sebagai penjabaran dari kebijakan
umum yang dirumuskan oleh Tim Pusat, mengkoordinasikan pelaksanaan
PUAP dengan PNPM Mandiri di tingkat Provinsi, melakukan koordinasi
dan sinkronisasi dengan Kabupaten/Kota.
3. Tingkat Kabupaten/Kota
Untuk
meningkatkan
koordinasi
antar
instansi,
Bupati/Walikota
membentuk Tim Teknis PUAP tingkat Kabupaten/Kota yang terdiri dari
Tim Pengarah dan Tim Pelaksana. Tim Pengarah PUAP Kabupaten/Kota
adalah juga merupakan Tim Pengarah PNPM Mandiri Kabupaten/Kota.
Tim Pelaksana diketuai oleh salah satu Kepala Dinas Lingkup Pertanian
dan Sekretaris adalah Kepala Kelembagaan yang menangani Penyuluhan
Pertanian, sedangkan anggota Tim Pelaksana adalah Penyelia Mitra Tani
(PMT) dan instansi terkait lainnya.
Tugas utama dari tim Teknis Kabupaten/Kota adalah merumuskan
kebijakan teknis pengembangan PUAP sebagai penjabaran dari kebijakan
umum
Pusat
dan
kebijakan
teknis
Provinsi,
mengkoordinasikan
pelaksanaan PUAP dengan PNPM Mandiri di tingkat Kabupaten/Kota,
menyetujui
RUB
yang
diusulkan
GAPOKTAN
dan
melakukan
pengendalian pelaksanaan PUAP di tingkat Kecamatan dan Desa.
4. Tingkat Kecamatan
Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi di tingkat Kecamatan, maka
Bupati/Walikota membentuk Tim Teknis tingkat Kecamatan. Tim Teknis
Kecamatan diketuai Camat dibantu oleh Kepala Balai Penyuluhan
Pertanian (BPP) sebagai sekretaris, Kantor Cabang Dinas Pertanian (KCD)
dan Kepala Desa lokasi PUAP sebagai anggota.
Tugas utama dari Tim Teknis Kecamatan adalah melaksanakan kebijakan
teknis
yang
dirumuskan oleh Bupati/Walikota dan pengendalian
pelaksanaan PUAP di tingkat Desa lingkup kecamatan.
Universitas Sumatera Utara
5. Tingkat Desa
Pelaksana PUAP di tingkat Desa terdiri dari GAPOKTAN, Penyuluh
Pendamping dan Penyelia Mitra Tani. GAPOKTAN ditetapkan/dikukuhkan
oleh Bupati/Walikota.
Penyuluh Pendamping setelah mengikuti pelatihan mengisi Formulir 3 sebagai
data dasar penempatan dan penugasan yang diberikan oleh Bupati/Walikota.
Tugas utama Penyuluh Pendamping adalah:
1. Melakukan identifikasi potensi ekonomi desa yang berbasis usaha
pertanian;
2. Memberikan bimbingan teknis usaha agribisnis perdesaan termasuk
pemasaran hasil usaha;
3. Membantu memecahkan permasalahan usaha petani /kelompok tani,
serta
mendampingi
Gapokan
selama
proses
penumbuhan
kelembagaan;
4. Melaksanakan pelatihan usaha agribisnis dan usaha ekonomi
produktif sesuai potensi desa.
5. Membantu memfasilitasi kemudahan akses terhadap sarana
produksi, teknologi dan pasar.
6. Memberikan bimbingan teknis dalam pemanfaatan dana BLMPUAP; dan
7. Membantu GAPOKTAN dalam membuat laporan perkembangan
PUAP.
Penyelia Mitra Tani (PMT) mengisi Formulir 4 sebagai data dasar dalam
penempatan dan penugasan yang diberikan oleh Departemen Pertanian. Tugas
utama PMT adalah :
1. Melakukan supervisi dan advokasi kepada Penyuluh Pendamping
dan GAPOKTAN;
Universitas Sumatera Utara
2. Melaksanakan pertemuan reguler dengan Penyuluh Pendamping
dan GAPOKTAN;
3. Melakukan
verifikasi
awal
terhadap
RUB
dan
dokumen
administrasi lainnya; dan
4. Membuat laporan tentang perkembangan pelaksanaan PUAP.
4. Pembinaan
Dalam rangka menjaga kesinambungan dan keberhasilan pelaksanaan
PUAP, Tim Pusat melakukan pembinaan terhadap SDM ditingkat provinsi
dan Kabupaten/Kota dalam bentuk pelatihan. Disamping itu, Tim Pusat
berkoordinasi dengan Tim PNPM-Mandiri melakukan sosialisasi program
dan supervisi pelaksanaan PUAP ditingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Pembinaan pelaksanaan PUAP oleh Tim Pembina Provinsi kepada Tim
Teknis Kabupaten/Kota difokuskan kepada: 1) Peningkatan kualitas SDM
yang menangani BLM PUAP ditingkat Kabupaten/Kota 2). Koordinasi
dan Pengendalian; dan 3) mengembangkan sistem pelaporan PUAP.
Pembinaan pelaksanaan PUAP oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota kepada
Tim Teknis Kecamatan dilakukan dalam bentuk pelatihan/apresiasi
peningkatan pemahaman terhadap pelaksanaan PUAP (Departemen
Pertanian, 2008).
5. Pengendalian
Untuk
mengendalikan
pelaksanaan
PUAP,
Departemen
Pertanian
mengembangkan operation room sebagai Pusat Pengendali PUAP berbasis
elektronik yang dikelola oleh Pusat Data dan Informasi Pertanian
Universitas Sumatera Utara
(Pusdatin). Pusdatin sebagai pengelola operation room bertanggungjawab
mengembangkan dan mengelola data base PUAP yang mencakup : data
base GAPOKTAN, Penyuluh Pendamping, Penyelia Mitra Tani (PMT)
dan usaha agribisnis GAPOKTAN. Disamping itu, Pusdatin bertugas
mempersiapkan bahan laporan perkembangan pelaksanaan PUAP
(Departemen Pertanian, 2015)
2.4 Penelitian Terdahulu
NO
Judul Penelitian
Nama
Peneliti
Identifikasi
Masalah
Metode
Analisis
Kesimpulan
1
Dedi
Rasmin
to
(2015)
Pengaruh kinerja
pengurus
GAPOKTAN
terhadap
keberhasilan
program PUAP di
Kecamatan Bne
Bone
Bagaimana
pengaruh
kinerja
pengurus
GAPOKTAN
terhadap
keberhasilan
program PUAP
di Kecamatan
Bone?
Analisis
Deskriptif
Terdapat pengaruh
signifikan antara
faktor
personal,kepemimpin
an terhadap
keberhasilan PUAP
di Kecamatan Bone?
2
Tommy
Goom
Tua
Siagian
(2010)
Efektivitas program
PUAP terhadap
kinerja
GAPOKTAN
Bagaimana
Analisis
efektivitas
Regresi
Linier
penyaluran
BLM-PUAP
untuk sektor on
farm pada
GAPOKTAN
di desa
Porwasan,
Kecamatan
Dramaga,
Kabupaten
Bogor
Penyaluran BLMPUAP pada sektor on
farm digolongkan
kategori cukup
efektif
3
Triame
Widya
Anggri
Analisis dampak
pelaksanaan PUAP.
(Studi kasus :
Bagaimana
pelaksanaan
program PUAP
Pelaksanaan program
PUAP di
GAPOKTAN Rukun
Analisis
deskriptif
Universitas Sumatera Utara
ani
(2012)
Gapoktan Rukun
Tani, Desa Citapen,
Kecamatan Ciawi,
Kabupaten Bogor)
di
GAPOKTAN
Rukun Tani
Tani telah berjalan
baik
4
Sasnita
Siregar
(2013)
Peranan program
PUAP terhadap
peningkatan
pendapatan petani
Bagaimana
pelaksanaan
dan peran
PUAP di Desa
Kuta
Analisis
deskriptif
Pelaksanaan program
PUAP di desa Kuta
Jeump masih dalam
bentuk GAPOKTAN
dan belum
berkembang jadi
LKM
5
Ilhamsy
ah Noar
Hadi
(2014)
Dampak program
PUAP terhadap
pendapatan petani.
(Kasus Kecamatan
Pati, Kabupaten Pati
Jawa Tengah)
Bagaimana
pelaksanaan
program PUAP
di daerah
penelitian
Analisis
deskriptif
Pelaksanaan program
PUAP telah berjalan
dengan baik di
Kecamatan Pati
2.5 Kerangka Pemikiran
Penelitian
ini
akan
menganalisis
Evaluasi
Lama
Pengembalian
Dana
Pengembangan Usaha Pertanian Pedesaan (PUAP) yang dimulai sejak tahun
2008. Program PUAP
ini mendapat pengawasan dalam pelaksanannya
dilapangan. Pengawasan dilapangan dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan
(PPL) yang bertugas di daerah penelitian. Dana BLM-PUAP ini diberikan kepada
GAPOKTAN yang selanjutnya GAPOKTAN berperan penting membagikan dana
kepada kelompok tanilah yang membagikan dana kepada petani
untuk
dipergunakan pada usahatani mereka. Keberhasilan atau tidaknya program PUAP
ini dapat diketahui apabila program ini telah mencapai sasaran awal dari program
ini apabila telah melewati tahap evaluasi.
Universitas Sumatera Utara
Setelah kelompok-kelompok tani memperoleh dana program PUAP dari Gapoktan
masing-masing, maka dana tersebut disalurkan kepada setiap petani anggota
kelompok tani. Dana yang disalurkan atau dipinjamkan kepada petani akan
dikembalikan petani dengan jangka waktu tertentu. Petani penerima dana PUAP
akan dibandingkan dengan petani yang menerima pinjaman koperasi terhadp lama
pengembalian dana pinjaman.
Dalam pengembalian dana BLM-PUAP ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik
sosial ekonomi masing-masing petani penerima dana PUAP tersebut. Dan
karakteristik sosial ekonomi yang dimaksud adalah umur, tingkat pendidikan,
jumlah tanggungan, pendapatan, dan luas lahan serta ketaatan pengembalian dana.
Universitas Sumatera Utara
Secara sistematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
PUAP
GAPOKTAN
PENYULUH
Pelaksanaan Program
PUAP
PETANI
Pengembalian Dana
Pinjaman
EVALUASI
Petani Penerima
Dana PUAP
Petani Menerima
Pinjaman Koperasi
Karakteristik sosial ekonomi
penerima dana program PUAP
Lama Waktu Pengembalian
Dana PUAP
Universitas Sumatera Utara
Keterangan :
: menyatakan hubungan
: menyatakan pengaruh
Gambar 1: Skema Kerangka Pemikiran Evaluasi Pengembalian Dana
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di
Kecamatan Simpang Empat
2.6 Hipotesis Penelitian
1. Ada pelaksanaan program Perkembangan Usaha Agribisnis Pedesaan
(PUAP) di daerah penelitian.
2. Ada perbedaan lama waktu pengembalian dana program PUAP antara
petani meminjam dana PUAP dan petani yang tidak menerima dana PUAP
di daerah penelitian
3. Ada pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani peminjam dana PUAP
terhadap lama waktu pengembalian dana program PUAP di daerah
penelitian
Universitas Sumatera Utara